You are on page 1of 11

Pola Asuh Orang Tua dalam Membentuk Karakter Kedisiplinan Siswa

Sekolah Dasar
Ari Wibowo1, Riezka Amalia Oktafira2
ariwibowo@upy.ac.id1, riezka31oktafira@gmail.com2
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas PGRI Yogyakarta1,2

Parenting Style In Forming The Discipline Character Students in Elementary School

ABSTRACT
This research is intended to determine the parenting patterns used by parents in shaping
the disciplinary character of class V students at Tegalmulyo State Elementary School. This
research was conducted using a qualitative method with a phenomenological approach. Data
collection techniques use interviews, observation and documentation. The data analysis
technique uses Miles and Huberman's steps which include data reduction, data presentation,
drawing conclusions/data verification. The results of the research show that fifth grade students
at State Elementary School Tegalmulyo are disciplined in carrying out activities at home and at
school, although there are still some violations, but the percentage is relatively small. Then the
parenting pattern used by parents of class V students at State Elementary School Tegalmulyo to
shape the students' disciplinary character is a democratic parenting pattern based on existing
characteristics. Apart from factors from parents and oneself, schools also have an important
role in shaping student discipline. If parents will provide advice, direction and role models to
form student discipline, then the school will provide it through action directions and also rules
of conduct which contain obligations, prohibitions, sanctions and also rewards.

Keywords: Parenting Style, Discipline

Article Info
Received date: 7 Agustus 2023 Revised date: 28 Desember 2023 Accepted date: 23 Januari 2024

PENDAHULUAN
Era global ini, kompleksitas problem kehidupan mendapati perubahan yang signifikan.
Pendidikan merupakan salah satu upaya pembentuk karakter setiap siswa. Pendidikan berperan penting
dalam pembentukan watak dan budi pekerti serta perilaku yang baik. Namun, lebih dari itu, terdapat
beberapa hal yang mendominasi terbentuknya sebuah karakter, diantaranya adalah pola asuh dari orang
tua. Keahlian yang dipunyai seorang anak tak lepas oleh pengaruh keadaan lingkungannya, entah dari
lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah ataupun pertemanan. Apalagi, di era digital seperti ini,
banyak sekali informasi dari dalam maupun luar yang mudah diakses tanpa penyaringan terlebih dahulu,
yang mana hal ini dapat berpengaruh terhadap karakter siswa.
Lingkungan menjadi salah satu tempat terpenting untuk anak-anak tumbuh selaras pada
tempatnya berada (Hadian et al., 2022). Dengan demikian, saat mendidik serta menanamkan pola asuh
yang bijak, orang tua harus memiliki sebuah pengetahuan. Pada era saat ini, perkembangan moral
merupakan permasalahan yang sering dialami oleh seorang anak. Permasalahan ini muncul di
lingkungan sekitar yang akan berpengaruh terhadap karakter yang terbangun pada luar rumah dan
dikaitkan pada moralitas dimana seorang anak dituntut untuk memiliki kemampuan mempelajari
sesuatu yang benar dan salah serta memahami dalam membuat sebuah pilihan yang benar dan salah
(Gusmayanti & Dimyati, 2021). Untuk membentuk sebuah karakter seorang anak, ialah sesuatu yang
susah dilaksanakan orang tua, bahkan tidak seperti membalikan telapak tangan.
Keluarga menjadi tempat pendidikan pertama untuk anak saat menentukan karakter
kepribadiannya supaya anak bisa meyelaraskan diri terhadap lingkungannya (Hadian et al., 2022).
Lingkungan keluarga ialah lembaga awal pada hidup seorang anak dan tempat ia belajar
mengungkapkan diri sbagai makhluk social (Machmud, 2021). Keluarga merupakan tempat
pembentukan watak, perilaku, moral serta pendidikan anak (Sulastri & Hariyanti, 2020). Anak
merupakan seorang pengikut yang handal, ia bisa menirukan semua yang dilihat, dengar, rasa, serta

35
Pola Asuh Orang Tua dalam Membentuk Karakter Kedisiplinan Siswa Sekolah Dasar
(Ari Wibowo, Riezka A. Oktafira)

alami. Apabila orang tua serta pendidik memperlakukannya secara keras, besar kemungkinan mereka
memiliki pribadi keras serta mempraktekannya juga.
Pola asuh merupakan suatu bentuk komunikasi anak dengan orang tua, dimana orang tua
bertugas untuk mendidik, mengarahkan, mendisiplinkan pun menjaga anak mendapat kedewasaan yang
relevan norma pada warga. Pada aktivitas memberi pengasuhan, orang tua akan memberi atensi,
regulasi, disiplin, gift, hukuman pun tanggapan pada segala kemauan buah hatinya. Segala tingkah laku
serta habbit orang tua akan dilihat, dinilai serta diduplikasi anaknya yang nanti hal tersebut dengan
sadar maupun tidak akan diresapi dan mnjadi kebiasaan yang dilakukan oleh buah hatinya.
Karakter adalah kualitas moral dan mental dan watak serta kepribadian individu yang
diakibatkan faktor bawaan serta lingkungan yang dapat mempengaruhi segenap pikiran, perilaku serta
budi pekerti. Karakter yang melekat pada diri anak tidak begitu saja ada dengan tiba-tiba, namun telah
melalui process yang tidak sebentar. Beragam kajian yang sudah dilaksanakan mengemukakan jika
pengetahuan serta pemahaman perihal macam-macam pola asuh begitu krusial untuk orang tua, hal
tersebut dikarenakan pola asuh orang tua sangat cepat pada character building anak (Khairunnisa &
Khairina, 2020). Menurut (Subagia, 2021) tipe pola asuh yang dipakai pada keluarga akan berdampak
pada karakter anak, tak terkecuali karakter kedisiplinan. Jadi, sejatinya pola asuh dari orang tua dan
tempat tinggal erat kaitannya terhadap karakter kedisiplinan seorang siswa. Kedisiplinan dalam diri
siswa diungkapkan pada kepatuhan terhadap regulasi yang ada. Regulasi yang mesti dipatuhi tak cuma
regulasi sekolah, namun regulasi rumah.
Berdasarkan observasi prapenelitian, SD Negeri Tegalmulyo merupakan sekolah yang sudah
banyak mendapat penghargaan, bahkan banyak menorehkan kejuaraan di bidang yang diperlombakan.
Para siswa di SD Negeri Tegalmulyo melangsungkan kegiatannya di sekolah selama 5 hari dimulai
pukul 07.00 WIB – 14.00 WIB Senin-Kamis serta 07.00 WIB – 11.00 WIB Jumat. Sementara itu,
berlandaskan interview yang dilaksanakan penulis dengan guru kelas V, peserta didik serta orang tua
peserta didik. Siswa V SDN Tegalmulyo bisa dikatakan sudah disiplin dalam aktivitas sehari-hari, entah
aktivitas sekolah ataupun rumah, walaupun masih terdapat pelanggaran yang dilakukan, namun
presentase pelanggaran tersebut relatif kecil. Guru juga kelas mengatakan bahwa keberhasilan
mendisiplinkan siswa tak lepas pada peranan orang tua. Ia mengatakan sekolah serta orang tua selalu
berkolaborasi agar siswa memiliki karakter yang baik. Pada aktivitas memeberi asuhan, orang tua akan
anak-anak mereka berkembang dengan memberikan sebuah atensi, regulasi, disiplin, gist serta
punishment pun tanggapan pada segala kemauan anaknya. Sementara itu, dari wawancara yang
dilakukan dengan guru, pihak sekolah juga membantu pembentukan disiplin siswa dengan
memanfaatkan tata tertib yang ada. berlandaskan uraian tersebut, kajian ini mempunyai tujuan
mengetahui peran dari pola asuh orang tua ketika membentuk karakter kedisiplinan peserta didik V
SDN Tegalmulyo.

KAJIAN PUSTAKA
Karakter bisa jadi pembanding antar suatu perorangan dengan individu lain, dalam hal baik
atau buruk dalam menjalankan suatu hal, maupun yang berkaitan dengan individu itu sendiri. Istilah,
karakter bermula dari bahasa Yunani serta Latin, yaitu “character” berasal dari kata charassein yang
memiliki arti “memiliki corak yang tetap srta tak dihapuskan”. Azzet (2013 dalam Mustadi et al., 2018)
memaparkan bahwa karakter merupakan suatu sifat ataupun tabiat yang dimiliki oleh seorang. Karakter
ialah segala paduan dari kebiasaan manusia yang sifatnya tidak berubah hingga menjadikan tanda
khusus yang digunakan guna membandingkan antara orang yang 1 dengan yang lain (Daryanto dan
Darminatun, 2013). Sementara itu, Wynne (1991 dalam Sutrisna, 2021) karakter bermula dari bahasa
Yunani yaitu to mark yang memiliki arti menandai atau memfokuskan bagaimana cara menggunakan
aspek-aspek kebaikan ke dalam perilaku nyata serta kebiasaan sehari-hari. Dengan demikian Coon
(dalam Zubaedi, 2018) memaknai bahwa perilaku merupakan suatu penilaian subjektif pada
kepribadian seorang yang berhubungan dengan atribut kepribadian yang bisa ataupun tidak bisa
diterima oleh rakyat (Maratussholihah & Wibowo, 2022). Suatu perilaku yang penting dioptimalkan
untuk siswa ialah karakter disiplin.
Disiplin merupakan kondisi dimana rangkaian perilaku yang memperlihatkan aspek-aspek
kesetiaan, keteraturan, ketaatan, kepatuhan, dan ketertiban (Suradi, 2017). Suratman (dalam Suradi,
2017) mengemukakan bahwa disiplin ialah sesuatu ketaatan yang sungguh-sungguh erta didukung

36
Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 14 No. 1, Januari 2024: 35-45

dengan kesadaran guna menjalankan kewajiban serta tanggung jawab/kewajiban atau sikap tingkah aku
yang selaras dengan peraturan di dalam lingkungan tertentu. Aturan dan kedisiplinan dapat dikatakan
sebuah hal yang berjalan secara beriringan, dimana keduanya saling bersimultan satu dengan yang
lainnya. Maksud dari bersimultan yaitu aturan dan kedisiplinan saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya dan berjalan secara bersamaan. Sebuah perilaku disiplin dapat muncul dari sebuah aturan, dan
aturan merupakan sebuah hal yang harus ditaati. Pada prinsipnya, tujuan dari disiplin adalah sebagai
pedoman bagi siswa guna memahami apa yang bisa serta tak dilaksanakan berlandas regulasi yang
tersedia pada sekolah. Disiplin juga bertujuan untuk memberi dukungan timbulnya perilaku yang tidak
menyimpang, mendorong siswa untuk melaksanakan hal yang baik serta benar, membantu peserta didik
dalam mengetahui serta menyelaraskan diri pada tuntutan lingkungannya serta menjauhkan siswa pada
sesuatu yang tak diperkenankan sekolah, pun peserta didik belajar hidup pada habbit yang baik pun
memiliki manfaat bagi dirinya dan lingkungannya (Gunawan, 2012).
Menurut Yudhawati & Haryanto (2011), disiplin dalam konteks yang dikaitkan dengan siswa
yaitu, sebuah kepatuhan serta ketaatan siswa pada peraturan serta tata tertib yang ada di sekolahnya. hal
ini sekolah sebagai suatu lingkungan dalam pendidikan mempunyai eranan yang penting dalam
perkembangan nilai karakter disiplin. Kedisiplinan dikatakan sebagai aspek non akademis yang
memerlukan pemberdayaan secara optimal dalam siswa. Hal ini dikarenakan kedisiplinan memiliki sifat
yang abstrak, maka dalam menanamkan nilai-nilai kedisiplinan diwajibkan memiliku integras dalam
setiap pembelajaran. Peraturan dibuat oleh sekolah menjadi peratuan yang mengikat, maka perlu
kedisiplinan untuk mematuhinya (Puspita et al., 2013). Maksud dari aturan yang mengikat yaitu, semua
warga sekolah terikat oleh sebuah tata tertib, dimana jika peraturan itu dilanggar, maka memperoleh
punishment.
Tingkat kedisiplinan tiap orang berbeda-beda. Manusia yang memiliki tingkat kedisiplinan
tinggi, sedang bahkan rendah. Kedisiplinan bisa diakibatkan 2 aspek yakni aspek internal serta
eksternal. Aspek internal merupakan faktor yang bermula dari manusia tu sendiri diantaranya aspek
fisik serta pikiran. sedangkan faktor eksternal ialah unsur yang bermula dari luar diri (Sugiarto et al.,
2019). Unsur ini meliputi keadaan keluarga, sekolah, ataupun masyarakat.
Sutu faktor eksternal yang urgent dalam mengoptimlkan perilaku disipin siswa ialah pola asuh
orang tua. Pola asuh ialah sebuah hal yang fundamental ketika membentuk karakter seorang anak.
Anak-anak membutuhkan teladan sikap orang tua dalam perkembangannya. Hal ini dikarenakan anak
dapat dengan mudah menerapkan modeling serta imitasi yang berasal lingkup ekitarnya (Hidayatulloh,
2022). Ahli lain menyatakan bahwa pola asuh ialah sebuah metode ataupun strategi yang digunakan
oleh guru untuk mengajari siswanya(Salafuddin et al., 2020). Pola dengan kata lain, pola asuh alah cara
yang dilakukan kepada siswa yang bersifat relatif konsisten masa ke masa (Saputri et al., 2019). Pola
asuh yang diberi orang tua terhadap anak ini dapat berupa perilaku jasmani ataupun rohani dan secara
langsung ataupun tak langsung, yang tercermin pada tutur kata, sifat, serta prilaku (Sitanggang et al.,
2021).
pemilahan pola asuh seharusnya diselaraskan dengan tiap perilaku anak, yang mana siap anak
mempunyai karakter yangtidak sama (Nuraeni & Lubis, 2022). Merry (2008 dalam Subagia, 2021)
menyatakan terdapat 3 model pola asuh yang dipakai orang tua terhadap anaknya, yakni: pola asuh
authoritarian, authoritative, dan permissive. 3 model pola asuh Baumrind juga mirip dengan model
pola asuh yang paparkan Hurlock, Hardy & Hayes ( dalam Ayun, 2017) yakni pola asuh otoriter,
demokratis serta permisif. adapun 3 macam gaya pola asuh orang tua yang diterapkan pada anak, yakni
pola asuh otoriter, permisif, dan demokratis (Hendrawan & Hendriana, 2021).
1) Otoriter (Authoritarian Parenting). Pola asuh otoriter merupakan jenis pola asuh yang memiliki ciri
yakni orang tua membuat seluruh keputusan, perintah serta aturan. Kemudian anak harus tunduk,
patuh dan tak bisa bertanya atau mengemukakan pendapatnya. Kekuasaan dari orang tua begitu
dominan dan anak tak diakui sebagai pribadi. Kontrol pada perilaku anak begitu ketat. Pola asuh
otoriter ini adalah tipe dimana orang tua terlalu banyak menuntut dan sangat kurang respon
(komunikasi verbal satu arah) dalam menanggapi keinginan anak. Tidak adanya musyawarah antara
orang tua dan anak. Tidak adanya kebebasan bagi anak untuk berekspresi dalam menunjukkan bakat
yang mereka miliki. Orang tua pada tipe pola asuh ini juga umumnya condong membatasi serta
menghukum. Di sini perkembangan anak sepenuhnya dikendalikan oleh orang tua. Pada penjelasan
tersebut bisa diketahui jika pola asuh otoriter ialah pola asuh yang bersifat memaksa, keras, serta

37
Pola Asuh Orang Tua dalam Membentuk Karakter Kedisiplinan Siswa Sekolah Dasar
(Ari Wibowo, Riezka A. Oktafira)

kaku. Segala regulasi yang harus ditaati oleh anaknya dibuat oleh orang tua tanpa mau tahu perasaan
anaknya.
2) Demokratis (authoritative parenting). Pola asuh demokratis lebih kondusif dalam membentuk
karakter anak. Pola asuh ini ditandai dengan diakuinya kemampuan anak oleh orang tua. Pola asuh
ini bersifat positif dan mendorong anak untuk mandiri, anak diberikan kesempatan untuk tidak selalu
bergantung kepada orang tua, namun orang tua tetap memberikan batasan-batasan dan kendali atas
tindakan mereka. Anak diakui sebagai pribadi. Anak diberikan sedikit kebebasan untuk memilih apa
yang terbaik bagi dirinya, didengarkan pendapatnya, dilibatkan dalam pembicaraan yang
menyangkut dengan kehidupan anak itu sendiri (Ayun, 2017). Selanjutnya menurut Helmawati
(2014 dalam Yuliana et al., 2021) pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang menggunakan
komunikasi dua arah. Orang tua yang dengan pola asuh ini cenderung membesarkan anak-anak yang
bertanggung jawab secara sosial, kompeten, percaya diri, adaptif, kreatif, ingin tahu, mandiri, tegas,
sukses di sekolah, ramah, kooperatif dengan teman sebaya dan orang tua, dan umumnya bahagia.
Selanjutnya, gaya pengasuhan demokratis mengarah pada perkembangan penalaran moral, perilaku
prososial, dan harga diri yang tinggi Maccoby dan Martin (1983 dalam Dalimonte-Merckling &
Williams, 2020). Anak-anak dari orang tua yang demokratis menunjukkan perilaku internalisasi
yang rendah seperti depresi dan kecemasan, dan perilaku eksternalisasi seperti perilaku antisosial
dan penggunaan zat Pinquart dan Kauser (2018 dalam Dalimonte-Merckling & Williams, 2020).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh demokratis adalah adalah terdapat
komunikasi yang dijalankan oleh orang tua dan anak dalam menentukan segala hal yang berkaitan
dengan anak. Anak diberikan kebebasan untuk berbuat sesuai kemampuannya, namun orang tua
tetap memperhatikan dan memberikan pengawasannya kepada anak.
3) Permisif merupakan kebalikan dari pola asuh otoriter. Pola asuh ini memiliki karakterisitik yaitu
didominasi kepada anak. Orang tua memberi kebebasan penuh kepada anak, orang tua tidak
memberikan sebuah aturan dan arahan kepada anak (Ayun, 2017). Pola asuh ini cenderung
memberikan kebebasan penuh kepada anak untuk berbuat apa saja, hal ini sangat tidak kondusif bagi
pembentukan karakter anak. Orang tua dengan gaya pengasuhan ini merasa tidak perduli dan
cenderung memberikan kesempatan serta kebebasan seluas-luasnya kepada anak untuk melakukan
apa saja yang mereka kehendaki tanpa pengawasan. Pola asuh ini biasanya dilakukan oleh orang tua
yang terlalu baik. Mereka terlalu memberi banyak kebebasan kepada anak-anaknya dan selalu
memaklumi segala perilaku, tuntutan serta tindakan anak, namun mereka kurang menuntut sikap
tanggung jawab dan keteraturan perilaku dari anaknya. Namun di lain hal pola asuh ini cenderung
membuat anak merasa kesepian dan kurang kasih sayang dari orang tuanya karena kurang nya
sebuah komunikasi. Sementara itu, Soetjiningsih (2012), mendefinisikan pola asuh permisif adalah
gaya pengasuhan orang tua yang sangat terlibat dalam kehidupan anak akan tetapi memiliki sedikit
batas, tidak terlalu menuntut erta tidak mengatur anak. Orang tua membiarkan anak melakukan
segala hal yang mereka inginkan sehingga anak tidak bisa belajar mengendalikan perilakunya sendiri
dan selalu mengharapkan segala keinginannya dituruti. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan jika
pola asuh permisif merupakan pola asuh yang memberikan kebebasan kepada anak secara luas untuk
bertindak sesuka hatinya tanpa diawasi oleh orang tua.
Pola asuh orang tua ialah suatu faktor urgent yang mengoptimalkan atau menghambat
perkembangan sosial emosional anak. Ada beberapa faktor yang dapat pengaruhi pola asuh orang tua
(Sulasmi & Ersta, 2016), yaitu: 1.) umur orang tua, 2.) Pendidikan orang tua, 3.) Pengalaman
sebelumnya saat mengasuh anak, 4.) Tingkat stress orang tua, dan 5.) Hubungan suami istri. Sedangkan
menurut Mussen, P.H., Conger, J.J., Kagan, J., & Huston (Sari, 2021) yaitu: 1.) Jenis kelamin, 2.)
Ketegangan orang tua, 3.) Pengaruh upaya orang tua dibesarkan, dan 4.) Lingkungan tempat tinggal.

METODE PENELITIAN
Jenis kajian kualitatif memanfaatkan pendekatan fenomenologi. Latar kajian ini memakai SDN
Tegalmulyo, Kec. Wirobrajan, Kota Yogyakarta. Subjek kajian ialah 13 orang meliputi pendidik,
peserta didik serta Orang tua peerta didik kelas V. Sumber yang dipakai yakni data primer pun sekunder.
Data primer didapatkan langsung ketika kegiatan pengisian angket dengan siswa serta interview dengan
siswa, pendidik serta orang tua sswa. Sedang, data sekunder diperoleh melalui literatur lain seperti
jurnal atau artikel serta foto yang berkaitan pada tema kajian. Teknik penghimpunan data serta

38
Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 14 No. 1, Januari 2024: 35-45

instrumen meliputi observasi, interview serta dokumentasi. Teknik analisis data yang diterapkan pada
kajian ada 3 tahap yaitu reduksi data, penyajian data pun simpulan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil kajian ini menyimpulkan jika siswa kelas V SD Negeri Tegalmulyo sudah memiliki
karakter disiplin dalam hal ketaatan terhadap tata tertib sekolah. Kedisiplinan peserta didik kelas V
SDN Tegalmulyo bisa dikategorikan menjadi dua yaitu kedisiplinan waktu dan kedisiplinan belajar.
Kedisiplinan waktu terlihat dari kehadiran siswa datang serta pulang tepat waktu, serta piket dengan
tepat waktu. Kedisipinan belajar dapat dilihat dari siswa mengerjakan tugas-tugas sekolah seperti,
mengerjakan task yang diberi pendidik secara benar, mengumpulkan task tepat waktu dan tidak
menyuruh orang lain untuk mengerjakan tugas mereka. Siswa juga sudah disiplin belajar juga dilakukan
dirumah dalam bentuk menetapkan jadwal belajar dirumah dan mengerjakan PR.
Pola asuh yang diberikan orang tua kepada murid kelas V SDN Tegalmulyo didominasi
memakai pola asuh demokratis. Hal tersebut diketahui karena banyak dari karakteristik pola asuh
demokratis yang diberi oleh orang tua terhadap anak. Tambahan lagi, terdapat karakteristik yang
walaupun tidak begitu linear dengan pola asuh demokratis atau bukan termasuk karakteristik demokratis
pada umumnya, namun karakteristik tersebut masih merupakan karakteristik dari pola asuh demokratis
yang bisa dikatakan lebih tegas dan berani. Adapun karakteristik yang pola asuh demokratis yang diberi
orang tua terhadap peserta didik kelas V SDNTegalmulyo yaitu (1) melakukan interaksi dua arah
Komunikas dua arah yang dilakukan orang tua serta anak merupakan sebuah proses interaksi bertukar
informasi dengan cara saling menghargai dan mendengarkan satu sama lain. (2) berperilaku realistis
pada keahlian anak. Orang tua tidak memaksa anak menjadi yang terbaik, orang tua berperilaku realistis
terhadap kemampuan yang dimiliki anak; (3) memberi kebebasan terhadap anak guna memilah serta
melaksanakan sebuah aksi, namun tetap memperhatikan, membatasi, serta selalu mendampingi; (4)
memberikan pujian, penghargaan juga hukuman apabila melanggar peraturan. (5) memberi pengawasan
yang cukup terhadap anak juga memastikan bahwa anak mengikuti aturan serta batasan yang telah
ditetapkan. (6) Membatasi dan memberikan pengertian kepada anak alasan terhadap setiap keinginan
anak. (7) Selalu memberikan teguran ataupun peringatan terhadap anak bila anak bersalah atau tengah
dalam bahaya (8) Selalu memberikan bimbingan yang cukup terhadap anak. Bentuk bimbingan yang
diberikan orang tua melalui masehat agar anak bertindak baik, rajin ibadah, rajin belajar dan disiplin.
Pembahasan
Kedisiplinan Siswa SD Negeri Tegalmulyo
Disiplin merupakan suatu metode yang bisa membantu anak pada pengendalian diri dan
menaikkan prestasi belajar (Handayani & Subakti, 2020). Jadi semakin disiplin siswa, maka semakin
meningkatkan prestasi belajar siswanya (Sopiah & Gunawan, 2021). Berdasarkan hasil penelitian ini
peserta didik kelas V SDN Tegalmulyo sudah memiliki karakter disiplin yang dapat dikategorikan
menjadi dua kriteria yaitu disiplin waktu dan disiplin belajar.
Pertama, disiplin waktu. Disiplin waktu terkait dengan kemampuan siswa dalam mengatur
waktu dan Jadwal. Siswa yang memiliki karakteristik disiplin belajar yang kuat cenderung mampu
mengatur waktu mereka dengan baik. Mereka memiliki jadwal yang terstruktur untuk menyelesaikan
tugas-tugas sekolah, mempersiapkan diri untuk ujian, dan menyeimbangkan waktu antara pembelajaran
dan kegiatan lainnya. Kemampuan ini membantu mereka menghindari penundaan dan memaksimalkan
waktu belajar mereka. Berdasarkan hasil penelitian ini, disiplin waktu siswa kelas V SD Negeri
Tegalmulyo dapat dilihat dari kehadiran siswa datang dan pulang tepat waktu, serta piket dengan tepat
waktu. Menurut beberapa studi terbaru, disiplin waktu memengaruhi kinerja akademik dan
perkembangan siswa secara keseluruhan (Admelia et al., 2021; Sanjaya & Panggabean, 2021).
Penelitian tersebut mengungkapkan jika peserta didik yang mempunyai tingkat disiplin waktu yang baik
cenderung lebih sukses dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka, menghindari penundaan, dan
mengatur jadwal belajar mereka dengan efisien. Disiplin waktu membantu siswa untuk
memprioritaskan pekerjaan, meningkatkan produktivitas, dan mengurangi stress (Rahma & Abdul
Muhid, 2022). Selain itu, disiplin waktu juga mengajarkan siswa keterampilan manajemen waktu yang
berharga akan membantu mereka pada kehidupan sehari-hari dan masa depannya (Fricticarani et al.,
2023). Oleh karena itu, hasil penelitian ini secara konsisten menegaskan bahwa disiplin waktu adalah
faktor penting dalam meningkatkan prestasi akademik dan pengembangan siswa secara keseluruhan.

39
Pola Asuh Orang Tua dalam Membentuk Karakter Kedisiplinan Siswa Sekolah Dasar
(Ari Wibowo, Riezka A. Oktafira)

Kedua, kedisiplinan belajar siswa. Pada penelitian ini ditemukan bahwa siswa memiliki
kedisiplianan belajar yang tinggi dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah seperti, mengerjakan tugas
yang diberi pendidik dengan baik, mengumpulkan tugas dengan onetime dan tidak menyuruh orang lain
untuk mengerjakan tugas mereka. Siswa juga sudah disiplin belajar juga dilakukan dirumah dalam
bentuk menetapkan jadwal belajar dirumah dan mengerjakan PR. Kedisiplinan belajar siswa erat
kaitannya dengan tingkat kesadaran terhadap tanggung jawab pribadi dalam hal pembelajaran (Supardi,
2015). Siswa yang memiliki kesadaran ini cenderung lebih mampu menghadirkan diri secara konsisten
dalam aktivitas belajar mereka. Selanjutnya, kedisiplinan belajar juga mencakup pengaturan waktu
yang efisien. Siswa yang disiplin mampu mengalokasikan waktu dengan baik antara pembelajaran,
pekerjaan rumah, dan aktivitas ekstrakurikuler. Ketekunan dan fokus juga menjadi karakteristik penting
dalam kedisiplinan belajar siswa, di mana kemampuan untuk memusatkan perhatian pada tugas-tugas
akademis tanpa terganggu oleh gangguan eksternal menjadi kunci (Raharja, 2023). Selain itu, organisasi
dan perencanaan yang matang turut berperan penting dalam menciptakan kedisiplinan belajar yang
kuat. Siswa yang mampu merencanakan tugas-tugas mereka dan mengikuti rencana belajar yang efektif.
Motivasi internal juga menjadi faktor yang mendukung kedisiplinan, di mana tekad dan motivasi kuat
mendorong siswa untuk berusaha keras dalam pembelajaran (Lumbantobing & Purnasari, 2021).
Kemampuan mengatasi prokrastinasi dan toleransi terhadap frustrasi juga mencerminkan karakteristik
kedisiplinan belajar siswa yang signifikan, karena siswa disiplin cenderung mengambil tindakan segera
dan melihat kesulitan sebagai peluang
Peran Pola asuh orang tua siswa dalam menumbuhkan Kedisiplinan siswa
Suatu faktor utama yang memengaruhi disiplin belajar siswa ialah dukungan orang tua
(Sugiarto et al., 2019). Orang tua yang ikut serta dengan aktif pada pendidikan anak-anak serta
memberikan bimbingan yang tepat cenderung memiliki anak-anak dengan tingkat disiplin belajar yang
lebih baik (Putri & Yamin, 2021). Komunikasi terbuka antara orang tua serta anak juga memainkan
peran utama dalam membentuk karakter disiplin. Orang tua yang memberi dukungan emosional erta
motivasi pada anak-anak mereka mendorong mereka untuk lebih fokus pada pembelajaran. Dalam
memberikan pengasuhan, orang tua memiliki pola asuh yang beda saat mendidik anak, hal ini
disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi anak. Hal serupa juga diutarakan oleh (Subagia, 2021) bahwa
type pola asuh yang dilakukan dalam keluarga akan memiliki pengaruh pada karakter anak, termasuk
karakter kedisiplinan. Hasil kajian menampilkan bahwa pola asuh yang digunakan oleh orang tua untuk
membentuk karakter kedisiplinan siswa kelas V SD Negeri Tegalmulyo menggunakan pola asuh
demokratis berdasarkan karakteristik yang ada. Sementara itu, terdapat karakteristik yang membedakan
dengan pola asuh demokratis pada umumnya yang digunakan oleh orang tua kepada anaknya untuk
memberikan arahan, dan perintah yang lebih tegas dan berani. Pengasuhan demokratis memiliki
hubungan yang positif dalam membentuk kedisiplinan. Sochib (2010:4) memaparkan bahwa orang tua
yang bersikap demokratis bisa mendorong anak dalam berkembang ke arah yang positif. Secara lebih
rinci, berikut beberapa karakteristik dari pola asuh demokratis dan juga dampak yang diberikan kepada
siswa.
Pertama, orang tua lakukan komunikasi dua arah dengan anak. Melalui komunikasi 2 arah yang
dilaksankan antar orang tua ataupun guru serta anak memungkinkan anak guna secara terbuka
menyampaikan pendapat dan perasaannya kepada orang tua (Sari, 2021; Syahrul & Nurhafizah, 2021).
Dalam interaksi ini, orang tua tak hanya memberi instruksi serta aturan, akan tetapi mendengarkan
dengan teliti pendapat serta perasaan anak. Dengan mendengarkan anak, orang tua dapat memahami
perspektif mereka dan memberikan penjelasan yang lebih baik perihal penting disiplin dalam kehidupan
sehari-hari (Arwen, 2021) Selain itu, komunikasi dua arah juga menciptakan suasana yang terbuka dan
aman di rumah, sehingga anak merasa nyaman untuk mengungkapkan kebingungannya atau
pertanyaan-pertanyaan yang mungkin mereka miliki tentang disiplin. Orang tua yang menerapkan
komunikasi dua arah ini bisa membantu anak mengoptimalkan pemahaman yang lebih baik tentang
konsep disiplin, bukan hanya sebagai keterpaksaan, tetapi sebagai landasan untuk pertumbuhan pribadi
yang sehat dan sukses (Mutmainah et al., 2021). Dengan begitu, orang tua tidak hanya menjadi contoh
yang baik dalam menjalani disiplin, tetapi juga menjadi mitra yang mendukung anak pada
perjalanannya dalam menjadi seseorang yang disiplin dan bertanggung jawab.
Kedua, Selanjutnya bersikap realistis terhadap kemampuan anak. Orang tua mesti sadar jika
setiap anak memiliki keahlian serta potensi yang tidak sama (Cahyono et al., 2021; Widodo et al., 2021).
Dengan adanya sikap realistis ini, orang tua dapat mendukung anak sesuai dengan kemampuannya, hal

40
Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 14 No. 1, Januari 2024: 35-45

ini akan membuat anak termotivasi dan merasa dihargai untuk selalu belajar dan berkembang. Orang
tua juga akan berusaha membantu anak untuk memahami serta mengatasi tantangan yang mereka
hadapi (Damayanti, 2023). Dengan demikian, orang tua yang realistis akan membantu anak
mengembangkan disiplin dengan lebih baik, karena anak merasa didukung dan tidak terbebani oleh
harapan yang tidak realistis.
Ketiga, orang tua memberikan kebebasan terhadap anak guna memilih serta melaksanakan
suatu tindakan, namun tetap memperhatikan, membatasi, serta selalu mendampingi. Orang tua yang
menerapkan pendekatan ini mengakui pentingnya memberikan ruang bagi anak-anak guna
mengembangkan kemandirian dan tanggung jawab dalam membuat keputusan (Aesti & Aryani, 2023).
Meskipun demikian, memberikan kebebasan yang berlebihan tanpa pengawasan dapat memberikan
dampak negatif bagi perkembangan anak (Syahrul & Nurhafizah, 2021). Oleh karena itu, penting bagi
orang tua memberikan kebebasan kepada anak dengan tetap membatasi dan selalu mendampingi agar
anak terhindar dari hal negatif yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.
Keempat, memberikan pujian atas prestasi anak dan hukuman yang proporsional akan
membantu anak meningkatkan motivasi dan sikap percaya diri. Dengan adanya hukuman yang adil
diberikan, akan membantu anak memahami konsekuensi dari tindakan yang mereka ambil dan dapat
mengajari anak mengenai sebuah tanggung jawab untuk lebih disiplin. Orang tua dapat menetapkan
suatu standar kepada anak tanpa ancaman akan memberikan dampak positif seperti dapat anak akan
terdorong untuk berusaha lebih baik untuk mencapai standar yang telah ditetapka(Bun et al., 2020).
Melalui target tersebut, anak akan belajar mandiri untuk mencapai sebuah target tanpa perlu adanya
tekanan dan ancaman. Orang tua yang keras, tegas, memaksa, memerintah dan kadang kala menghukum
anak dikarenakan mereka (orang tua) hendak menegakan aturan dan batasan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Mussen, P.H., Conger, J.J., Kagan, J., & Huston
dalam (Sari, 2021) bahwa orang tua yang demokratis tak jarang berperilaku keras ataupun lunak jika
telah melewati hari-hari yang melelahkan, orang tua juga dapat berperilaku konsisten. Hal ini dilakukan
oleh orang tua guna mengajarkan anak akan konsekuensi atas tindakan yang telah mereka lakukan.
Kelima, orang tua memberikan pengawasan yang cukup terhadap anak. Anak merasa lebih
percaya diri karena didukung dan diawasi dengan baik olehh orang tua. Selain itu, anak merasa lebih
bebas untuk mengeksplorasi dan mencoba hal baru sehingga muncul kreativitas dan inovasinya
(Haprabu et al., 2022). Dengan memonitor aktivitas dan perilaku anak secara rutin, orang tua dapat
memberikan umpan balik yang diperlukan dan menjelaskan konsekuensi dari tindakan yang salah
(Damayanti, 2023; Putro et al., 2023) Pengawasan ini juga membantu mencegah anak terlibat dalam
perilaku yang tidak pantas atau berbahaya. Selain itu, pengawasan yang disertai dengan komunikasi
yang terbuka dan pemahaman terhadap perasaan anak akan memberikan kesan bahwa orang tua peduli
dan mendukung dalam proses pembentukan karakter disiplin (Faiz, 2021). Dengan cara ini, anak akan
belajar menginternalisasi nilai serta norma-norma yang telah diajar orang tua, sehingga membantu
mereka tumbuh menjadi individu yang lebih bertanggung jawab serta disiplin ketika menjalani aktivitas
sehari-hari.
Keenam, orang tua juga membatasi dan tidak menuruti semua keinginan anak. Hal tersebut
krusial direalisasikan supaya anak bisa belajar bahwa tidak semua keinginan harus dituruti dan mereka
akan mengajarkan kesabaran, pengendalian diri, dan menghargai proses. Dalam hal ini anak juga akan
belajar untuk menghargai waktu serta sumber daya (Christine et al., 2021). Dengan pembatasan ini juga
akan meningkatkan kemampuan mereka untuk mengatasi kekecewaan serta frustasi dengan cara yang
sehat.
Ketujuh, orang tua memberi teguran serta peringatan terhadap anak ketika melaksanakan
kesalahan. Teguran yang dilakukan harus dilaksankan dengan metode yang sesuai serta tak merugikan
anak emosional atau fisik (Ramania & Wardhani, 2023). Teguran yang disampaikan dengan baik dan
efektif akan membuat anak dapat menerima teguran dengan baik. Adapun dampak yang akan terjadi
adalah dapat membantu anak untuk memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan meningkatkan
tanggung jawab atas kesalahannya.
Kedelapan, orang tua harus memberi bimbingan yang pas. Bimbingan orang tua dapat
menjadikan anak memiliki rasa percaya diri yang lebih tinggi saat mengambil keputusan. Bimbingan
ini mencakup memberikan contoh yang baik tentang disiplin, mengajarkan nilai-nilai penting seperti
tanggung jawab dan konsistensi, serta memberikan struktur dan aturan yang jelas di rumah. Orang tua
juga perlu melibatkan anak-anak dalam pembuatan aturan dan menjelaskan konsekuensi dari tindakan

41
Pola Asuh Orang Tua dalam Membentuk Karakter Kedisiplinan Siswa Sekolah Dasar
(Ari Wibowo, Riezka A. Oktafira)

mereka (Damayanti, 2023). Dengan memberikan bimbingan yang konsisten dan penuh kasih, orang tua
membantu anak-anak memahami pentingnya disiplin dalam mencapai tujuan dan menjadi individu yang
bertanggung jawab dalam kehidupan mereka.

SIMPULAN DAN SARAN


Kajian ini menyimpulkan jika pola asuh yang digunakan orang tua peserta didik kelas V SDN
Tegalmulyo adalah pola asuh demokratis. Hal tersebut diketahui karena terdapat karakteristik pola asuh
demokratis yang diberikan orang tua peserta didik kelas V SDN Tegalmulyo. Dalam pola asuh
demokratis yang diberi orang tua terhadap anak, terdapat penekanan yang dilaksanakan oleh orang tua
dalam hal peraturan dan kegiatan belajar anak. Walaupun karakteristik ini tidak begitu linear dengan
pola asuh demokratis dan tidak seperti karakteristik demokratis pada umumnya, namun karakteristik
tersebut masih merupakan karakteristik dari pola asuh demokratis yang bisa dikatakan lebih tegas dan
berani. Penekanan ini dimaksudkan agar anak benar-benar taat serta patuh dalam perintah yang
diungkapkan orang tua. Selain pola asuh dari orang tua, kedisiplinan siswa juga dipengaruhi oleh diri
sendiri dan faktor guru atau sekolah, piket dengan tepat waktu, melakukan task sekolah secara benar
serta mengumpulkan task tepat waktu.
Berdasarkan dari hasil kajian ini, orang tua disarankan untuk memakai pola asuh demokratis
agar karakter disiplin siswa dapat berkembang dengan baik. Bagi guru disarankan untuk melibatkan
orang tua dalam mengembangkan karakter disiplin siswa. Guru bisa membangn komunikasi guna
memotivasi orang tua mendukung timbulnya terobosan baru yang bisa menjadi kolaborasi siswa,
pendidik serta orang tua siswa. Dalam kajian ini, penulis cuma membatasi peran pola asuh orang tua
pada membentuk karakter disiplin. Sehingga, rekomendasi untuk penulis lanjutab supaya meneliti
variabel selain orang tua dalam membentuk kedisiplinan siswa.

UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur dipanjatkan terhadap Tuhan, sebab berkat serta rahmat-Nya, karya tulis ilmiah ini
bisa terselesaikan. Tim peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada pengelola jurnal Scholaria
Universitas Kristen Satya Wacana yang telah mempublikasikan artikel ilmiah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Admelia, M., Farhana, N., Nurmalia, L., & Koyimah, K. (2021). Analisis Keterlibatan Orang Tua
Terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas 2 Sekolah Dasar. Primary: Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, 10(6), 1654. https://doi.org/10.33578/jpfkip.v10i6.8555
Aesti, S., & Aryani, R. (2023). Pengaruh Pola Asuh dan Kemandirian terhadap Disiplin Belajar Anak
Usia Dini di Kota Bekasi. Jorunal Of Education Research, 4(2), 542–548.
https://doi.org/https://doi.org/10.37985/jer.v4i2.187
Arwen, D. (2021). Pentingnya Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal of
Education and Intruction, 4(2), 564–576.
https://doi.org/https://doi.org/10.31539/joeai.v4i2.3084
Ayun, Q. (2017). Pola Asuh Orang Tua dan Metode Pengasuhan dalam Membentuk Kepribadian Anak.
ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal, 5(1), 102.
https://doi.org/10.21043/thufula.v5i1.2421
Bun, Y., Taib, B., & Mufidatul Ummah, D. (2020). Analisis Pola Asuh Otoriter Orang Tua Terhadap
Perkembangan Moral Anak. Jurnal Ilmiah Cahaya Paud, 2(1), 128–137.
https://doi.org/10.33387/cp.v2i1.2090
Cahyono, Margiani, V., & Talitha, R. I. (2021). Pola Asuh Orang Tua Dalam menanamkan Sikap
Disiplin Anak Pada Masa Pandemi Covid 19. Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD STKIP Subang,
07(1), 198–211. https://doi.org/https://doi.org/10.36989/didaktik.v7i01.185

42
Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 14 No. 1, Januari 2024: 35-45

Christine, C., Karnawati, K., & Nugrahenny C, D. (2021). Pola Asuh Orang Tua terhadap Anak
Generasi Alfa dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial. EDULEAD: Journal of Christian
Education and Leadership, 2(2), 235–250. https://doi.org/10.47530/edulead.v2i2.77
Dalimonte-Merckling, D., & Williams, J. M. (2020). Parenting Styles and Their Effects. In
Encyclopedia of Infant and Early Childhood Development (Issue February). Elsevier.
https://doi.org/10.1016/B978-0-12-809324-5.23611-0
Damayanti, D. P. (2023). Model Dukungan Holistik terhadap Pendidikan Anak di Pondok Pesantren.
EDUKASIA: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 4(2), 2121–2128.
Faiz, A. (2021). Tinjauan Analisis Kritis Terhadap Faktor Penghambat Pendidikan Karakter Di
Indonesia. Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan, 27(2), 82.
https://doi.org/10.24114/jpbp.v27i2.24205
Fricticarani, A., Hayati, A., R, R., & Hoirunisa, I. (2023). Strategi Pendidikan Untuk Sukses di Era
teknologi 5.0. Jurnal Inovasi Pendidikan Dan Teknologi Informasi, 4(1), 56–68.
https://doi.org/https://doi.org/10.52060/pti.v4i1.1173
Gusmayanti, E., & Dimyati, D. (2021). Analisis Kegiatan Mendongeng dalam Meningkatkan
Perkembangan Nilai Moral Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,
6(2), 903–917. https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i2.1062
Hadian, V. A., Maulida, D. A., & Faiz, A. (2022). Peran Lingkungan Keluarga Dalam Pembentukan
Karakter. Jurnal Education and Development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan, 10(1), 240–
246.
Handayani, E. S., & Subakti, H. (2020). Pengaruh Disiplin Belajar terhadap Hasil Belajar Bahasa
Indonesia di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(1), 151–164.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i1.633
Haprabu, E. S., Sudarsono, S., & Purna, P. (2022). Peran Orang Tua Dalam Mengembangkan Bakat
Dan Kreativitas Pada Anak (Studi kasus kelurahan Paminggir di RT 05). Al-Madrasah: Jurnal
Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, 6(3), 675. https://doi.org/10.35931/am.v6i3.1052
Hendrawan, D. N., & Hendriana, B. (2021). Pola Asuh Orang Tua Siswa dengan Motivasi Belajar
Matematika Tingkat Tinggi pada Masa Pandemi Covid-19. Mosharafa: Jurnal Pendidikan
Matematika, 10(3), 369–378. https://doi.org/10.31980/mosharafa.v10i3.1020
Hidayatulloh, A. (2022). Analisis Pola Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di Masa
Pandemi. NUSRA: Jurnal Penelitian Dan Ilmu Pendidikan, 3(1), 183–188.
https://doi.org/10.55681/nusra.v3i1.163
Khairunnisa, & Khairina, A. (2020). Primary Education Journal (Pej). Primary Education Journal (PEJ),
4(2), 24–30.
Lumbantobing, W. L., & Purnasari, P. D. (2021). Pengaruh Peran Orang Tua Terhadap Motivasi Dan
Disiplin Belajar Peserta Didik Sekolah Dasar Selama Pandemi Di Wilayah Perbatasan. Sebatik,
25(2), 555–561. https://doi.org/10.46984/sebatik.v25i2.1653
Machmud, H. (2021). Membingkai Kepribadian Anak dengan Pola Asuh pada Masa Covid 19.
Murhum : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1, 44–55.
https://doi.org/10.37985/murhum.v2i1.24
Maratussholihah, A., & Wibowo, A. (2022). Character Education Strategy Through Example and
Habitation. Profesi Pendidikan Dasar, 9(2), 206–217. https://doi.org/10.23917/ppd.v9i2.19510
Mustadi, A., Fauzani, R. A., Rochmah, K., & ... (2018). Teori Landasan Pendidikan Sekolah Dasar.
Mutmainah, N., Ahyani, H., & Hapidin, A. (2021). Peran Orang Tua Dalam Membentuk Sikap Mandiri
Anak Usia Dini Pada Masa Pandemi COVID 19. A U LADA:Jurnal Pendidikan Dan
Perkembangan Anak, 3(2), 197–209. https://doi.org/https://doi.org/10.31538/aulada.v3i2.1791

43
Pola Asuh Orang Tua dalam Membentuk Karakter Kedisiplinan Siswa Sekolah Dasar
(Ari Wibowo, Riezka A. Oktafira)

Nuraeni, F., & Lubis, M. (2022). Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya Terhadap Pembentukan
Karakter Anak. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha, 10(1), 137–143.
https://doi.org/10.23887/paud.v10i1.46054
Puspita, T. R., Tata, I., Sekolah, T., Pemahaman, D., & Disiplin, B. (2013). Implementasi Tata Tertib
Sekolah Dalam Pemahaman Budaya Disiplin Siswa. 3(2), 183–194.
Putri, N. A., & Yamin. (2021). Hubungan Motivasi Orang Tua Dengan Disiplin Belajar Siswa Kelas
IV Sekolah Dasar [The Relationship between Parental Motivation and Learning Discipline of
Grade IV Elementary School Students]. Jurnal Educatio FKIP UNMA, 7(3), 848–854.
https://doi.org/10.31949/educatio.v7i3.1266
Putro, A. N. S., Siyono, Saptono, Khoirotunnisa, A. U., & Leuwoi, F. S. (2023). Tampilan Revolusi
Belajar di Era Digital (A. N. S. Putro (ed.); 1st ed.). PT. Kodogu Trainer Indonesia.
Raharja, T. (2023). Kedisiplinan Siswa Sebagai Pendidikan Karakter di Lingkungan Madrasah.
Indonesian Journal of Action Research, 2(1), 9–15. https://doi.org/10.14421/ijar.2023.21-02
Rahma, D. A., & Abdul Muhid. (2022). Penegakan Kedisiplinan Untuk Meningkatkan Motivasi belajar
Siswa di Masa Pandemi Covid-19: Literature Review. Jurnal Pendidikan : Riset & Konseptual,
6(1), 84–91. https://doi.org/http://doi.org/10.28926/riset_konseptual.v6i13.458
Ramania, I., & Wardhani, D. (2023). Implementasi Metode Reward dan Punishment dalam
Memperkuat Kematangan Emosional Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(2),
400–415. https://doi.org/10.37985/murhum.v4i2.323
Salafuddin, S., Santosa, S., Utomo, S., & Utaminingsih, S. (2020). Pola Asuh Orang Tua dalam
Penguatan Pendidikan Karakter Anak (Studi Kasus pada Anak TKW di SDN Pidodo
Kecamatan Karangtengah). JPAI: Jurnal Perempuan Dan Anak Indonesia, 2(1), 18.
https://doi.org/10.35801/jpai.2.1.2020.28276
Sanjaya, H. V. C., & Panggabean, M. S. (2021). Implementasi Prosedur, Peraturan dan Konsekuensi
Kelas Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Kelas 8. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan
Kebudayaan, 11(1), 63–71. https://doi.org/10.24246/j.js.2021.v11.i1.p63-71
Saputri, D. I., Siswanto, J., & Sukamto, S. (2019). Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Motivasi
Terhadap Hasil Belajar. Jurnal Pedagogi Dan Pembelajaran, 2(3), 369–376.
https://doi.org/https://doi.org/10.23887/jp2.v2i3.19285
Sari, D. Y. (2021). Pola Asuh Orang Tua Dalam Membentuk Disiplin Anak Di Masa Pandemi.
PERNIK : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(2), 78–92.
https://doi.org/10.31851/pernik.v4i2.5424
Sitanggang, F. S., Silaban, P. J., Lumbangaol, R., & Simarmata, E. J. (2021). Pengaruh Pola Asuh Orang
Tua terhadap Kepribadian Siswa pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(4), 2358–2362.
Sopiah, A., & Gunawan, D. (2021). Analisis Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas V Sd 2 Muhammadiyah
Karangpawitan Garut. 02(02), 67–75.
Subagia, I. N. (2021). Pola Asuh Orang Tua: Faktor & Implikasi terhadap Perkembangan Karakter
Anak. Bali: NILACAKRA, 1–92.
Sugiarto, A. P., Suyati, T., & Yulianti, P. D. (2019). Faktor Kedisiplinan belajar pada Siswa Kelas X
SMK Leanda Brebes. Jurnal Mimbar Ilmu, 24(2), 232–238.
https://doi.org/https://doi.org/10.23887/mi.v24i2.21279
Sulasmi, T. S., & Ersta, L. K. (2016). Pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian anak usia 3-
4 tahun. Jurnal Audi, 1(2), 54–59.
Sulastri, N. M., & Hariyanti, D. (2020). Hubungan Antara Pola Asuh Otoriter Orang Tua Dengan
Kecerdasan Emosional Anak Kelompok B Di Paud Taman Bangsa Gegutu. Realita : Jurnal
Bimbingan Dan Konseling, 5(1). https://doi.org/10.33394/realita.v5i1.2900

44
Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 14 No. 1, Januari 2024: 35-45

Supardi, S. (2015). Peran Kedisiplinan Belajar dan Kecerdasan Matematis Logis Dalam Pembelajaran
Matematika. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 4(2), 80–88.
https://doi.org/10.30998/formatif.v4i2.142
Suradi, S. (2017). Pembentukan Karakter Siswa melalui Penerapan Disiplin Tata Tertib Sekolah.
Briliant: Jurnal Riset Dan Konseptual, 2(4), 522. https://doi.org/10.28926/briliant.v2i4.104
Sutrisna, G. (2021). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris. Widya
Accarya, 12(1), 117–127. https://doi.org/10.46650/wa.12.1.1071.117-127
Syahrul, S., & Nurhafizah, N. (2021). Analisis Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan
Sosial dan Emosional Anak Usia Dini Dimasa Pandemi Corona Virus 19. In Jurnal Basicedu
(Vol. 5, Issue 2, pp. 683–696). https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i2.792
Widodo, T., Samad, D., Kosim, M., Fajri, S., & Fauzani Duski, F. (2021). Merdeka belajar from the
perspective of family education. 6, 1–6. https://doi.org/10.32698/icftk390
Yuliana, D., Murtono, M., & Oktavianti, I. (2021). Pembentukan Karakter Sopan Santun Anak Melalui
Pola Asuh Keluarga. Jurnal Educatio, 7(4), 1434–1439.
https://doi.org/10.31949/educatio.v7i4.1416
Zubaedi. (2018). Desain Pendidikan Karakter. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699.

45

You might also like