You are on page 1of 12

e-ISSN 2622-2655

JURNAL CMHP
(Journal Of Community Mental Health And Public Policy)

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU BULLYING ANAK


DI INDONESIA: STUDI CROSS-SECTIONAL
Relationship between Parenting Patterns and Bullying Behavior of Children in Indonesia:
A Cross-Sectional Study

Dhian Satya Rachmawati1, Lela Nurlela1, Sukma Ayu Candra Kirana1, Iis Fatimawati1, Bayu Krisna Alriyanto1, Ali
Sairozi2,
1 Departemen Keperawatan Jiwa dan Keperawatan Komunitas, Prodi S1 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang

Tuah Surabaya, Indonesia


2 Prodi D3 Keperawatan, Fakultas Vokasi Universitas Airlangga, Indonesia

lelanurlela@stikeshangtuah-sby.ac.id

ARTICLE ABSTRACT
INFO Background: Children are the next generation for a bright and better future.
Often there is bullying among children at school. Bullying has become a global
Article History: problem, especially in the school environment. Bullying has a big impact on children,
Received: thus, bullying behavior must be prevented. Purpose: The purpose of this study was to
October, 11th analyze the relationship between parenting style and bullying behavior at the Balong
2022 Tani Jabon Public Elementarz School, Sidoarjo. Methods: The design of this research
is correlational analysis. The population of the students at grades 4-6 was 130 children.
Revised: The sampling technique used was proportionate stratified random sampling with a total
From October, sample of 98 school-age children grades 4-6. The independent variable was parenting
11th, 2022 style. The dependent variable was bullying at the school. The instrument used was a
questionnaire on parenting and bullying behavior. Association was statistically tested
Accepted: using Spearman Rho. Result: From 98 respondents 66 respondents (67.3%) had
January, 02nd democratic parenting patterns, and 87 respondents had non-bullying behavior (88.8%).
2023 The Spearman rho test resulted in a p value = 0.004 meaning that there was an
association between parenting styles and bullying behavior at the school. The
Published correlation coefficient of the association was 0.287 meaning that the relationship
online: April, between the two variables was weak. Conclusion: The presence of both parents in a
1st 2023 harmonious family is important so that they can share roles in caring for their children
and can spend time together to form a democratic parenting pattern, in order to form
children to become good individuals and do not engage in bullying behavior.
This work is Keywords: Parenting, bullying, children
licensed under a
Creative ABSTRAK
Commons Latar Belakang: Anak adalah generasi penerus untuk masa depan yang cerah
Attribution 4.0 dan lebih baik Seringkali ada perilaku bulliying anak di sekolah. Bullying sudah
International menjadi masalah global terutama di lingkungan sekolah. Bullying mempunyai dampak
License yang besar bagi anak – anak untuk itu perilaku bullying harus di cegah. Tujuan:
Tujuan penelitian ini menganalisis hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku
bullying di SD Negeri Balong Tani Jabon Sidoarjo. Metode: Desain pada penelitian ini
analitik korelasional. Populasi anak usia sekolah di SD Negeri Balong Tani kelas 4-6
sebanyak 130 anak, Teknik sampling menggunakan proportionate stratified random
sampling didapatkan sampel 98 anak usia sekolah kelas 4-6 di SD Negeri Balong Tani.
Variabel bebas adalah pola asuh orang tua. Variabel terikat adalah bullying di SD
Negeri Balong Tani, Instrument yang digunakan adalah kuesioner pola asuh dan
perilaku bulliying. Uji statistik hubungan menggunakan Spearman Rho. Hasil: Hasil
penelitian dari 98 responden di SD Negeri Balong Tani, didapatkan data pola asuh
demokratis sebanyak 66 responden (67,3 %), Perilaku bukan bullying sebanyak 87
responden (88,8 %). Hasil uji Spearman rho didapatkan nilai p = 0,004 artinya terdapat
hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku bullying di SD Negeri Balong
Tani. Hasil analisa didapatkan koefisien korelasi 0,287 artinya hubungan kedua
variabel bersifat lemah. Kesimpulan: Kehadiran kedua orang tua yang lengkap dalam
keluarga yang harmonis penting agar dapat berbagi peran dalam mengasuh anaknya dan
bisa saling mengisi waktu bersama membentuk pola asuh demokratis, sehingga anak
menjadi pribadi yang baik dan tidak melakukan perilaku bullying.
Keywords: Parenting, bullying, children

http://cmhp.lenterakaji.org/index.php/cmhp
91
Dhian, et al. CMHP April 2023: Vol. 5 No. 2 (91-102)
https://doi.org/10.51602/cmhp.v5i2.86

2008). Bullying diartikan sebagai perilaku


PENDAHULUAN
verbal atau fisik yang di maksudkan untuk
Pola asuh anak secara umum menyerang orang lain yang kurang kuat.
dipengaruhi oleh daya tanggap Yang perlu dan sangat penting kita
(responsiveness) dan tuntutan perhatikan adalah bukan sekedar tindakan
(demandingness). Daya tanggap yang di lakukan, tetapi dampak tindakan
dihubungkan dengan sikap orang tua yang tersebut bagi si korban (Santrock, 2012).
lebih peduli, mendukung, serta memenuhi Perilaku Bullying akan
kebutuhan dan keinginan anak dengan mempengaruhi kualitas hidup suatu
tujuan untuk mendorong individualitas individu menjadi masalah yang besar
anak, kemandirian, serta agar ia lebih untuk masa depan bangsa ini, semua anak
percaya diri. Sedangkan tuntutan bisa saja mempunyai mental perilaku
dihubungkan dengan tuntutan orang tua bullying. Bullying merupakan fenomena
terhadap anak-anaknya agar dapat menyatu yang serius di dalam dunia pendidikan.
dengan keluarga, bisa berupa tuntutan Sekolah merupakan salah satu lingkungan
untuk lebih dewasa, pengawasan, serta untuk bergaul dan banyak terjadi kejadian
upaya menegur dan mendisiplinkan anak bullying, sehingga masalah bullying ini
saat ia tidak patuh. menjadi sorotan pada masa sekarang
Gaya pengasuhan merupakan terutama di lingkungan sekolah. Bullying
serangkaian sikap yang di tunjukan oleh mempunyai dampak yang besar bagi anak
orang tua kepada anak untuk menciptakan – anak sekarang ini, maka dari itu pelaku
iklim emosi yang melingkupi interaksi dalam bullying ini harus di tangani secara
orang tua-anak. Masa menjadi orang tua mendalam. Pola asuh dapat diartikan
(parenthood) merupakan masa yang sebagai sifat dan gaya interaksi antara
alamiah terjadi dalam kehidupan seseorang orang tua dan anak. Lewat pola asuh anak
(Lestari, 2012). Anak-anak selalu yang baik, orang tua seperti memberi
mengikuti dinamika lingkungan sekitarnya panduan dengan yang menyiapkan anak-
terutama dalam hal pergaulan di anak dalam menghadapi lingkungan dan
lingkungan sekolah. Setiap individu budaya di tempat mereka tinggal. Pola
senantiasa dalam keadaan bergaul, baik asuh akan mempengaruhi dan membangun
dengan sesamanya maupun dengan moral, prinsip, dan perilaku anak saat ini
lingkungan-lingkungan lainnya (Heri dan ke depannya.
Purwanto, 2012). Anak adalah generasi penerus
Pengasuhan (parenting) untuk masa depan yang cerah dan lebih
memerlukan sejumlah kemampuan baik. Orang terdekat anak di setiap
interpersonal dan mempunyai tuntutan lingkungan mempunyai peran penting
emosional yang besar. Pengasuhan dalam upaya mencegah terjadinya
merupakan sikap orang tua yang di bullying. Cara mengasuh orang tua sangat
tunjukan kepada anak dengan memberikan penting dalam hal ini, untuk mencegah
kebutuhan dasar dan untuk pembentukan atau menghapus terjadinya bullying. Orang
emosi dalam berperilaku sehari-hari terdekat anak di lingkungan rumah tentu
(Santrock, 2007) saja orang tua dan saat di sekolah adalah
para guru. Di lingkungan rumah orang tua
Bullying adalah sebuah situasi di bisa memberikan pola asuh yang terbaik
mana terjadinya penyalahgunaan kekuatan karena pola asuh yang di terapkan dapat
/ kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang menentukan sikap dan perilaku anak di
/sekelompok. Pihak yang kuat di sini tidak setiap lingkungan. Guru yang merupakan
hanya berarti kuat dalam ukuran fisik, tapi orang tua ke dua bagi anak di lingkungan
bisa juga kuat secara mental (Sejiwa, sekolah bisa memberikan pengawasan dan

92
http://cmhp.lenterakaji.org/index.php/cmhp
Dhian, et al. CMHP April 2023: Vol. 5 No. 2 (91-102)
https://doi.org/10.51602/cmhp.v5i2.86

pengarahan lebih bagi siswa didiknya agar METODE PENELITIAN


tindakan bullying di sekolah bisa di cegah.
Seperti menaruh beberapa CCTV di kelas, Desain penelitian ini adalah
dilorong sekolah, sehingga pemantuan analitik korelasional dengan pendekatan
terhadap siswa bisa di tingkatkan cross-sectional. Populasi dalam penelitian
(Santrock, 2012). ini adalah anak usia sekolah di SD Negeri
Balong Tani Kecamatan Jabon Sidoarjo
Pola asuh orang tua menjadi kunci kelas 4-6 sebanyak 130 anak
utama anak dalam berperilaku terutama menggunakan teknik sampling :
perilaku bullying. Beberapa tipe pola asuh probability sampling proportionate
orang tua meliputi tipe pola asuh otoritatif, stratified random sampling didapatkan
tipe pola asuh otoriter, tipe pola asuh sampel 98 responden. Variabel dalam
permisif dan pola asuh acuh tak acuh/tidak
penelitian ini adalah pola asuh orang tua
peduli. Tipe pola asuh yang sudah di dan perilaku bullying. Instrumen yang
sebutkan salah satu dari tipe itu digunakan adalah lembar kuesioner
mempunyai pengaruh terhadap berperilaku tentang data demografi anak, kuesioner
bullying. Misalnya pola asuh permisif, pola asuh terdapat 18 soal pernyataan dan
orang tua terlalu percaya akan anaknya Kuesioner perilaku bullying terdapat 23
sehingga anak bisa melakukan apa saja soal pernyataan. Instrumen yang di
semaunya salah satunya melakukan gunakan Olweus Bully/Victim
bullying ini. Pola asuh otoriter, orang tua Questionnarie (OBVQ). Data yang
terlalu mengekang anak sehingga anak didapatkan kemudian dianalisa
melampiaskannya dilingkungan sekolah menggunakan uji statistik Spearman Rho.
dalam bentuk bullying. Pola asuh
demokratis, anak dibebaskan untuk HASIL
berekspresi sesuai batasannya dan anak
mengaplikasikannya hal itu dengan cara Data Umum
yang salah dilingkungan sekitarnya seperti 1. Karakteristik Responden Berdasarkan
melakukan bullying saat di sekolah. Lalu Umur
pola asuh acuh tak acuh, orang tua sama
sekali tidak peduli dengan kehidupan anak, Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan umur
sehingga anak berbuat tindakan bullying di Umur n %
sekolah dengan tujuan untuk mendapat 9 tahun 6 6,1 %
10 tahun 32 32,7 %
perhatian. Aktor utama dalam perilaku 11 tahun 29 29,6 %
bullying ini adalah pelaku bullying. 12 tahun 31 31,6 %
Total 98 100 %
Korban bullying semasa kecil,
kemungkinan besar akan menderita depresi
Tabel 1 didapatkan data umum
dan kurang percaya diri dalam masa
dewasa. Sementara pelaku bullying, bahwa dari 98 responden di SD Negeri
kemungkinan besar akan terlibat dalam Balong Tani, karakteristik responden
tindak kriminal di kemudian hari (Sejiwa, dengan umur 10 tahun sebanyak 32
2008). Dampak Bullying bisa terasa saat responden (32,7%), responden dengan
itu juga maupun berpuluh puluh tahun umur 12 tahun sebanyak 31 responden
setelahnya, dampak jangka pendek yang di
(31,6%), responden dengan umur 11
rasakan antara lain gangguan psikologis
seperti depresi, gangguan kecemasan, tahun sebanyak 29 responden (29,6 %)
gangguan tidur hingga penurunan prestasi dan responden dengan umur 9 tahun
di sekolah maupun di tempat kerja sebanyak 6 responden (6,1%).

93
http://cmhp.lenterakaji.org/index.php/cmhp
Dhian, et al. CMHP April 2023: Vol. 5 No. 2 (91-102)
https://doi.org/10.51602/cmhp.v5i2.86

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tabel 4 didapatkan data umum


Jenis Kelamin bahwa dari 98 responden di SD Negeri
Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan jenis Balong Tani, karakteristik responden
kelamin tinggal bersama ayah dan ibu sebanyak
Jenis Kelamin n % 77 responden (78,6%), tinggal bersama
Laki-laki 64 65,3 %
Perempuan 34 34,7 % ayah sebanyak 8 responden (8,2%),
Total 98 100 %
tinggal bersama wali sebanyak 7
responden (7,1%) dan tinggal bersama
Tabel 5.2 didapatkan data umum
ibu sebanyak 6 responden (6,1%).
bahwa dari 98 responden di SD Negeri
Balong Tani, karakteristik responden
5. Karakteristik Responden Berdasarkan
dalam jenis kelamin laki-laki sebanyak
Pekerjaan Ayah
64 (65,3 %) dan karakteristik responden
Tabel 5. Karakteristik responden berdasarkan
dalam jenis kelamin perempuan pekerjaan ayah
sebanyak 34 (34, 7 %). Pekerjaan ayah n %
Swasta 72 73,5 %
Pegawai negeri 12 12,2 %
3. Karakteristik Responden Berdasarkan TNI/Polri 10 10,2 %
Tidak bekerja 4 4,1 %
Uang Saku Total 98 100
Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan uang
saku siswa
Tabel 5 didapatkan data umum
Uang Saku n % bahwa dari responden 98 di SD Negeri
Rp. 1000-5000 38 38,8 %
Rp. 6000-10.000 43 43,9 % Balong Tani, karakteristik responden
>Rp. 10.000 17 17,3 %
Total 98 100 % dengan pekerjaan ayah swasta sebanyak
72 responden (73,5 %), responden
Tabel 3 didapatkan data umum
dengan pekerjaan ayah pegawai negeri
bahwa dari 98 responden di SD Negeri
sebanyak 12 (12,2 %), responden
Balong Tani, karakteristik responden
dengan pekerjaan ayah TNI/Polri
dengan uang saku Rp.6000-10.000
sebanyak 10 responden (10,2 %) dan
sebanyak 43 responden (43,9%),
responden dengan pekerjaan ayah tidak
responden dengan uang saku Rp.1000-
bekerja sebanyak 4 responden (4,1 %).
5000 sebanyak 38 responden (38,8%),
dan responden dengan uang saku
6. Karakteristik Responden Berdasarkan
>Rp.10.000 sebanyak 17 responden
Pekerjaan Ibu
(17,3 %).
Tabel 6. Karakteristik responden berdasarkan
pekerjaan ibu
4. Karakteristik Responden Berdasarkan
Pekerjaan Ibu n %
siswa tinggal bersama Swasta 43 43,9 %
Pegawai negeri 13 13,3 %
Tabel 4. Karakteristik responden berdasarkan siswa TNI/Polri 2 2%
tinggal bersama Ibu rumah tangga 40 40,8 %
Total 98 100
Tinggal Bersama n %
Ayah dan Ibu 77 78,6 %
Ayah 8 8,2 %
Ibu 6 6,1 % Tabel 6 didapatkan data umum
Wali 7 7,1 % bahwa dari 98 responden di SD Negeri
Total 98 100 %
Balong tani, karakteristik responden
dengan pekerjaan ibu swasta sebanyak 43

94
http://cmhp.lenterakaji.org/index.php/cmhp
Dhian, et al. CMHP April 2023: Vol. 5 No. 2 (91-102)
https://doi.org/10.51602/cmhp.v5i2.86

responden (43,9%), responden dengan Tabel 9. Tabel tabulasi silang pola asuh orang tua
dengan perilaku bullying
pekerjaan ibu rumah tangga sebanyak 40
Perilaku Bullying Total
responden (40,8%), responden dengan Pola Asuh Bukan
pekerjaan ibu pegawai negeri sebanyak 13 Bullying
Orang Tua Bullying
responden (13,3%) dan responden dengan n % n % n %
Demokratis 63 95,5 3 4,5 66 100
pekerjaan ibu sebagai ibu TNI/Polri Otoriter 12 70,6 5 29,4 17 100
sebanyak 2 responden (2 %). Permisif 7 87,5 1 12,5 8 100
Acuh tak acuh 5 71,4 2 28,6 7 100
Data Khusus Total 87 88,8 11 11,2 98 100
Sig Spearman rho 0,004
1. Pola Asuh Orang Tua
Tabel 7. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Tabel 9 didapatkan 66 responden
pola asuh orang tua. dalam pola asuh demokratis dengan bukan
Pola Asuh Orang n % bullying sebanyak 63 responden (95,5%)
Tua
Demokratis 66 67,3 % dan bullying sebanyak 3 responden (4,5%).
Otoriter 17 17,3 % Pola asuh orang tua otoriter dari 17
Permisif 8 8,2 %
Acuh tak acuh 7 7,1 % responden yang bukan bullying sebanyak
Total 98 100 % 12 responden (70,6%) dan bullying
Tabel 7 didapatkan data khusus sebanyak 5 responden (29,4%). Pola asuh
permisif dari 8 responden yang bukan
bahwa dari 98 responden di SD Negeri
bullying sebanyak 7 responden (87,5%)
Balong Tani, karakteristik responden dan bullying sebanyak 1 responden
dengan pola asuh demokratis sebanyak (12,5%), dan pola asuh acuh tak acuh dari
66 responden (67,3 %), responden 7 responden yang bukan bullying sebanyak
dengan pola asuh otoriter sebanyak 17 5 responden (71,4%) dan bullying
responden (17,3 %), responden dengan sebanyak 2 responden (28,6%).
pola asuh permisif sebanyak 8 responden Hasil uji Spearman rho didapatkan
(8,2 %) dan responden dengan pola asuh nilai ρ = 0,004 < α = 0,05 artinya terdapat
acuh tak acuh sebanyak 7 responden (7,1 hubungan antara pola asuh orang tua
%). dengan perilaku bullying di SD Negeri
Balong Tani. Hasil analisa didapatkan
koefisien korelasi r = 0,287 artinya
2. Perilaku Bullying hubungan kedua variabel bersifat lemah.
Tabel 8. Distribusi frekuensi responden berdasarkan
perilaku bullying. PEMBAHASAN
1. Pola Asuh Orang Tua di SD Negeri
Perilaku Bullying n %
Bukan bullying 87 88,8 % Balong Tani
Bullying 11 11,2 %
Total 98 100 % Berdasarkan tabel 8 menunjukkan
Tabel 8 didapatkan data khusus hasil penelitian bahwa pola asuh orang tua
bahwa dari 98 responden di SD Negeri siswa di SD Negeri Balong Tani di
dominasi oleh pola asuh demokratis
Balong Tani, karakteristik responden
sebanyak 66 responden (67,3%) dari 98
yang bukan bullying sebanyak 87 responden, pola asuh otoriter 17 responden
responden (88,8 %), dan yang (17,3%), pola asuh permisif 8 responden
merupakan perilaku bullying sebanyak (8,2 %), dan pola asuh acuh tak acuh 7
11 responden (11,2 %). responden (7,1%) .
3. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dari hasil tabulasi silang data
dengan Perilaku Bullying umum responden berdasarkan pola asuh
orang tua yang menerapkan pola asuh
95
http://cmhp.lenterakaji.org/index.php/cmhp
Dhian, et al. CMHP April 2023: Vol. 5 No. 2 (91-102)
https://doi.org/10.51602/cmhp.v5i2.86

demokratif yaitu 66 responden (67,3%) jenis kelamin anak laki-laki menjadi yang
berlatar belakang usia anak 12 tahun 27 tertinggi setelah itu pola asuh otoriter.
responden (40,9%), 11 tahun 20 responden jenis kelamin anak akan mempengaruhi
(30,3%), 10 tahun 16 responden (24,2%) proses pengasuhan, karena orang tua
dan 9 tahun 3 responden (4,5%). Pola asuh memiliki harapan yang berbeda terhadap
otoriter sebanyak 17 responden (17,3%) anak laki-laki atau perempuan. Peneliti
dengan latar belakang usia anak 10 tahun 9 berasumsi di masyarakat secara umum
responden (52,9%), 11 tahun 4 responden bahwa anak laki-laki biasanya lebih
(23,5%), dan masing-masing sebanyak 2 diandalkan daripada perempuan karena
responden (11,8%) untuk usia anak 9 dan dianggap bisa menjaga diri dalam situasi
12 tahun. Pola asuh permisif sebanyak 8 apapun, dan bisa menjaga diri dalam
responden (8,2%) dengan usia anak 10 segala lingkungan.
tahun 3 responden (7,5%), usia 11-12 Berdasarkan hasil tabulasi silang
tahun masing-masing 2 responden (25%)
dan 9 tahun 1 responden (14%). Pola asuh pola asuh orang tua dengan uang saku
acuh tak acuh dengan usia anak 10 tahun 4 mayoritas pola asuh demokratis 66
responden (57,1%), 11 tahun 3 responden responden (67,3%) dengan uang saku Rp.
(42,9%) dan pada usia 9 dan 12 tahun 1000-5000 dan uang saku Rp.6000-10.000
tidak ada responden. sama-sama 26 responden (39,4%) dan
Peneliti berasumsi bahwa pola asuh uang saku >Rp. 10.000 14 responden
demokratis yang memberikan kehangatan (82,4%). Pola asuh otoriter 17 responden
dalam komunikasi tanpa memberikan (17,3%) dengan uang saku Rp.5000-
kekangan dan kekerasan terhadap anak 10.000 11 responden (64,7%), Rp. 1000-
meskipun tidak pula membiarkan anak
5000 5 responden (29,4%), >Rp. 10.000 1
terlalu bebas dalam artian tetap di berikan
pengarahan, sehingga anak merasa nyaman responden (5,9%). Pola asuh permisif 8
dan berkembang dengan baik dan anak responden (8,2%) dengan uang saku
dalam usia tersebut mempunyai Rp.1000-5000 4 responden (50%), uang
keingintahuan yang tinggi dan ingin saku Rp.5000-10.000 dan >Rp.10.000
mencoba berbagai kegiatan. masing-masing 2 responden (25%). Pola
Berdasarkan hasil tabulasi silang asuh acuh tak acuh 7 responden (7,1%)
pola asuh dengan jenis kelamin anak, pola dengan uang saku Rp. 5000-10.000 4
asuh demokratis 66 responden (67,3%) responden (57,1%) dan Rp.1000-5000 3
dengan jenis kelamin anak laki-laki 42 responden (42,9%).
responden (63,6%) dan perempuan 24
Dari hasil tabulasi tersebut uang
responden (36,4%). Pola asuh otoriter 17
responden (17,3%) dengan jenis kelamin saku yang di dapatkan Rp. 1000-5000
anak laki-laki 12 responden (70,6%) dan mayoritaskan mendapatkan pola asuh
perempuan 5 responden (29,4%). Pola demokratis. Anak yang mempunyai orang
asuh permisif 8 responden (8,2%) dengan tua otoritatif (demokratis) sering sekali
jenis kelamin anak laki-laki dan ceria, bisa mengendalikan diri dan
perempuan sama 4 responden (50%). Pola
mandiri, dan berorientasi pada prestasi
asuh acuh tak acuh 7 responden (7,1%)
dengan jenis kelamin laki-laki 6 responden (Santrock, 2007). Asumsi dari peneliti
(85,7%) dan perempuan 1 responden faktor ekonomi siswa rata-rata berada di
(14,3%). ekonomi menengah sehingga adanya
Dari hasil tabulasi silang tersebut pembatasan uang saku yang diberikan
pola asuh orang tua demokratis dengan kepada anak, sehingga orang tua lebih

96
http://cmhp.lenterakaji.org/index.php/cmhp
Dhian, et al. CMHP April 2023: Vol. 5 No. 2 (91-102)
https://doi.org/10.51602/cmhp.v5i2.86

memberikan pembatasan yang terkontrol nyaman saat dirumah dan kurang


agar anak tidak terbiasa boros dan pengawasan.
mempunyai tanggung jawab akan uang Berdasarkan hasil tabulasi silang
sakunya. pola asuh dengan pekerjaan ayah, pola
Berdasarkan hasil tabulasi silang asuh demokratis 66 responden (67,3%)
pola asuh dengan tinggal bersama saat dengan pekerjaan ayah swasta 53
dirumah, pola asuh demokratis 66 responden (80,3%), pegawai negeri 7
responden (67,3%) dengan tinggal responden (10,6%), TNI/Polri 5 responden
bersama ayah dan ibu 55 responden (7,6%), tidak bekerja 1 responden (1,5%).
(83,3%), wali 5 responden (7,6%), tinggal Pola asuh otoriter 17 responden (17,3)
bersama ayah dan tinggal bersama ibu dengan pekerjaan ayah swasta 8 responden
masing-masing 3 responden (4,5%). Pola (47,1%), pegawai negeri dan TNI/Polri
asuh otoriter 17 responden (17,3%) dengan masing-masing 4 responden (23,5%), tidak
tinggal bersama ayah dan ibu 11 responden bekerja 1 responden (5,9%). Pola asuh
(64,7%), ayah 3 responden (17,6), ibu 2 permisif 8 responden (8,2%) dengan
responden (11,8%) dan wali 1 responden pekerjaan ayah swasta 5 responden
(5,9%). Pola asuh permisif 8 responden (62,5%), pegawai negeri, TNI/Polri dan
(8,2%) dengan tinggal bersama ayah dan tidak bekerja masing-masing 1 responden
ibu 7 responden (87,5%) dan wali 1 (12,5%). Pola asuh acuh tak acuh 7
responden (12,5%). Pola asuh acuh tak responden (7,1%) dengan pekerjaan ayah
acuh 7 responden (7,1%) dengan tinggal swasta 6 responden (85,7%) dan tidak
bersama ayah dan ibu 4 responden bekerja 1 responden (14,3%).
(57,1%), ayah 2 responden (28,6%) dan Dari hasil tabulasi tersebut
ibu 1 responden (14,3%). mayoritas pekerjaan ayah bekerja dibidang
Dari hasil tabulasi tersebut swasta. Pekerjaan juga mempengaruhi
sebagian besar anak tinggal bersama ayah terhadap pola asuh yang diterapkan oleh
dan ibunya mendapatkan pola asuh orang tua karena memungkinkan orang tua
demokratis. Dapat dilihat dari untuk menghidupi anaknya. Peneliti
keharmonisan perkawinan. Keluarga yang berasumsi bahwa mata pencaharian ayah
perkawinannya terdapat banyak masalah lebih menguras banyak waktu, karena ada
sering menyebabkan orang tua lebih sering yang bekerja di pabrik dan mengambil
memarahi anak sebagai luapan emosi yang lemburan sehingga waktu dirumah lebih
dialami (Gunarsa, 2008). Peneliti banyak digunakan untuk beristirahat dan
berasumsi bahwa dengan kehadiran kedua kurang bisa mengatur waktu untuk
orang tua yang lengkap bisa berbagi peran memperhatikan aktifitas anak.
dalam mengasuh anaknya dan bisa saling Berdasarkan hasil tabulasi silang
mengisi waktu bersama dengan anak, pola asuh dengan pekerjaan ibu, pola asuh
berbeda dengan anak yang diasuh oleh demokratis 66 responden (67,3%) dengan
hanya salah satu orang tua atau orang tua pekerjaan ibu swasta 31 responden (47%),
tunggal yang dikarenakan retaknya suatu ibu rumah tangga 27 responden (40,9%),
perkawinan sehingga pengasuhan pegawai negeri 7 responden (10,6%),
dilakukan salah satu pihak saja yang TNI/Polri 1 responden (1,5%). Pola asuh
kemungkinan membuat anak tidak merasa otoriter 17 responden (17,3) dengan

97
http://cmhp.lenterakaji.org/index.php/cmhp
Dhian, et al. CMHP April 2023: Vol. 5 No. 2 (91-102)
https://doi.org/10.51602/cmhp.v5i2.86

pekerjaan ibu rumah tangga 7 responden bullying 11 responden (11,2%) dengan


(41,2%), swasta 5 responden (29,4%), umur 10 tahun 7 responden dan 11 tahun 4
pegawai negeri 4 responden (23,5%), responden (36,4%).
TNI/Polri 1 responden (5,9%). Pola asuh Berdasarkan hasil tabulasi tersebut
permisif 8 responden (8,2%) dengan hanya sebagian besar umur 10-11 tahun
pekerjaan ibu swasta 4 responden (50%), yang melakukan bullying. Budaya
senioritas dianggap sebagai suatu hiburan
ibu rumah tangga 3 responden (37,5%) dan
yang menyenangkan, penyaluran dendam,
pegawai negeri 1 responden (12,5%). Pola wadah mencari popularitas, dan untuk
asuh acuh tak acuh 7 responden (42,9%) menunjukkan kekuasaan (Elvigro, 2014).
dengan pekerjaan ibu swasta dan ibu Peneliti bersumsi bahwa mayoritas siswa
rumah tangga masing-masing 3 responden yang berumur 12 berada di kelas 6 yang
(42,9%) dan pegawai negeri 1 responden sudah sibuk mempersiapkan diri dan
(14,3%). belajar menghadapi ujian sekolah,
sedangkan siswa berperilaku bullying
Dari hasil tabulasi tersebut
berada dikelas 4-5 yang merasa tidak
mayoritas ibu bekerja di bidang swasta. memiliki persiapan untuk ujian sekolah
Pekerjaan merupakan usaha yang sehingga mereka masih asik untuk bermain
dilakukan orang tua untuk memenuhi dan mengganggu temannya atau adik
kebutuhan ekonomi keluarga, sebagian kelasnya karena merasa senior disekolah
besar orang tua tidak bekerja mempunyai hal itu ditemukan dilapangan saat jam
banyak waktu untuk bisa berinteraksi istirahat kelas 4-5 mengganggu temannya
dan juga mengganggu para adik kelas.
dengan keluarga termasuk anak semakin
lama orang tua dan anak bertemu dan Hasil tabulasi silang perilaku
berinteraksi maka akan semakin baik bullying dengan jenis kelamin, bukan
bullying 87 responden (88,8%) dengan
hubungan antara orang tua dan anak jenis kelamin laki-laki 57 responden
(Maghfuroh, 2013). Peneliti berasumsi (65,5%) dan perempuan 30 responden
kemungkinan mempunyai jadwal waktu (34,5%). Perilaku bullying 11 responden
untuk bersama anak yang tidak bisa (11,2%) dengan jenis kelamin laki-laki 7
ditentukan, sehingga kekurangan waktu responden (63,6%) dan perempuan 4
untuk bersama anak dan anak merasa responden (36,4%). Dari hasil tersebut
mayoritas laki-laki maupun perempuan
kurang diperhatikan saat dirumah
bukan bullying. Pada siswa usia 9-11
sedangkan ibunya pergi untuk bekerja. tahun, anak laki-laki menunjukkan
peningkatan agresivitas dan dominasi
2. Perilaku Bullying di SD Negeri Balong dibandingkan siswi-siswi pada usia
Tani yang sama. Peneliti berasumsi yang bukan
bullying tersebut merupakan korban
Hasil penelitian pada tabel 9 bullying atau bahkan hanya sebagai
menunjukkan bahwa dari 98 responden anggota kelompok anak yang merupakan
sebanyak 87 responden (88,8%) bukan pelaku bullying. Pelaku bullying terbanyak
bullying dan 11 responden (11,2%) adalah laki-laki karena merasa bahwa laki-
berperilaku bullying. Hasil tabulasi silang laki kuat secara fisik untuk menindas anak
data umum dengan perilaku bullying yang dianggap lemah. Dari hasil
berdasarkan umur anak, bukan bullying penelitian, diperoleh penemuan bahwa
umur 12 tahun 31 responden (35,6%), 10- terdapat konsistensi perbedaan gender
11 tahun masing-masing 25 responden pada perilaku agresivsitas, terutama
(28,7%) dan 9 tahun (6,9%). Lalu perilaku school bullying.

98
http://cmhp.lenterakaji.org/index.php/cmhp
Dhian, et al. CMHP April 2023: Vol. 5 No. 2 (91-102)
https://doi.org/10.51602/cmhp.v5i2.86

Hasil tabulasi silang perilaku melampiaskannya diluar rumah misalnya


bullying dengan uang saku, bukan bullying disekolah anak suka menyakiti temannya.
87 responden (88,8%) dengan uang saku 3. Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Rp. 5000-10.000 38 responden (43,7%),
Rp. 1000-5000 34 responden (39,1%) dan Dengan Perilaku Bullying di SD Negeri
>Rp. 10.000 15 responden (17,2%). Balong Tani
Bullying 11 responden (11,2%) dengan Berdasakan Tabel. 9 hasil
uang saku Rp. 6000-10.000 5 responden, penelitian yang dilakukan dari 98
Rp. 1000-5000 4 responden (36,4%) dan responden didapatkan 66 responden dalam
>Rp. 10.000 2 responden (18,2%). pola asuh demokratis dengan bukan
Berdasarkan hasil tabulasi tersebut, bullying sebanyak 63 responden (95,5%)
sebagian besar siswa yang bukan bullying dan bullying sebanyak 3 responden (4,5%).
maupun bullying mendapatkan uang saku Pola asuh orang tua otoriter dari 17
Rp. 5000-10.000. bullying dapat responden yang bukan bullying sebanyak
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut : 12 responden (70,6%) dan bullying
perbedaan kelas/senioritas, ekonomi, sebanyak 5 responden (29,4%). Pola asuh
agama, gender dan etnisitas/rasisme. permisif dari 8 responden yang bukan
Asumsi peneliti ekonomi keluarga yang bullying sebanyak 7 responden (87,5%)
terus meningkat juga meningkatkan uang dan bullying sebanyak 1 responden
saku siswa, sehingga uang saku yang (12,5%), dan pola asuh acuh tak acuh dari
begitu besar juga menimbulkan keinginan 7 responden yang bukan bullying sebanyak
beberapa siswa untuk memalak siswa lain. 5 responden (71,4%) dan bullying
Para pelaku bullying memalak dengan sebanyak 2 responden (28,6%). Hasil uji
tujuan untuk menambah uang sakunya Spearman rho didapatkan nilai ρ = 0,004 <
sendiri. α = 0,05 artinya terdapat hubungan antara
Hasil tabulasi silang perilaku pola asuh orang tua terhadap perilaku
bullying dengan tinggal bersama, bukan bullying di SD Negeri Balong Tani, Jabon
bullying 87 responden (88,8%) dengan Sidoarjo. Hasil analisa didapatkan
tinggal bersama ayah dan ibu 67 responden koefisien korelasi r = 0,287.
(77%), ayah dan wali masing-masing 7 Pola asuh orang tua mempengaruhi
responden (8%) dan ibu 6 responden perilaku anak di lingkungan rumah
(6,9%). Bullying 11 responden (11,2%) maupun dilingkungan luar rumah dalam
dengan tinggal bersama ayah dan ibu 10 hal ini adalah lingkungan sekolah. Pelaku
responden (78,6%) dan tinggal bersama bullying dalam penelitian ini sebagian
ayah 1 responden (9,1%). Berdasarkan besar mendapatkan pola asuh otoriter.
hasil tabulasi tersebut sebagian besar Gaya pengasuhan yang otoriter dilakukan
bukan perilaku bullying adalah siswa yang oleh orang tua yang selalu berusaha
tinggal bersama kedua orang tuanya. membentuk, mengontrol, mengevaluasi
Bullying dapat disebabkan oleh hal-hal perilaku dan tindakan anak agar sesuai
salah satunya adalah karena keluarga yang dengan aturan standar (Lestari, 2012).
tidak rukun sumsi peneliti bahwa dengan Anak harus patuh dan tunduk dan tidak
bimbingan dan pengawasan kedua orang ada pilihan lain yang sesuai dengan
tua yang baik dapat menghindarkan anak kemauan atau pendapatnya sendiri Orang
berperilaku buruk. Keluarga yang rukun tua tidak segan-segan untuk mengancam
berperan untuk menjaga kenyamanan anak atau bahkan menghukum anaknya apabila
dirumah, beda halnya apabila keadaan tidak menuruti perintah orang tua tanpa
keluarga yang tidak rukun misalnya kompromi. Sehingga anak merasa tertekan
perceraian ayah dan ibu yang pastinya dan tidak bisa mengungkap isi hati dan
membuat anak tertekan saat dirumah dan perasaannya dan komunikasi antara anak

99
http://cmhp.lenterakaji.org/index.php/cmhp
Dhian, et al. CMHP April 2023: Vol. 5 No. 2 (91-102)
https://doi.org/10.51602/cmhp.v5i2.86

dan orang tua menjadi dingin. Karena perilaku bullying yang terjadi pada
merasa tertekan akan keadaan dirumah anak, sehingga tindakan bullying ini
anak cenderung melampiaskannya di bisa diatasi. Orangtua harus
dalam lingkungan sekitarnya dalam
memperhatikan kualitas interaksi
penelitian ini dalam lingkungan sekolah,
bentuk pelampiasan yang dilakukan adalah dengan anak sehingga tindakan bullying
tindakan bullying kepada anak-anak yang bisa di cegah dengan adanya
lain (Gunarsa, 2008). Hal ini sependapat komunikasi yang berkualitas antara
dengan Wiyani (2012) yang anak dengan orangtua.
mengungkapkan pelaku bullying biasanya 2. Bagi Guru
adalah anak-anak dari orang tua yang Diharapkan penelitian ini bisa memberi
otoriter, berperilaku kasar, atau terlalu
masukan bagi para profesi pendidikan
permisif terhadap perilaku agresif anak.
Hal ini berbeda dengan gaya pengasuhan agar lebih memberikan pengawasan
otoritatif (demokratis) dimana orang tua lebih dan pengarahan bagi siswanya
mengarahkan perilaku anak secara untuk mencegah terjadinya bullying di
rasional, dengan memberikan penjelasan lingkungan sekolah. Guru harus lebih
terhadap maksud dari aturan-aturan yang memahami karakter para siswanya.
di berlakukan (Lestari, 2012). Menurut 3. Bagi Profesi Keperawatan
peneliti hal itu membuat keterbukaan
Diharapkan peneliti dapat memberikan
komunikasi antara orang tua dengan anak
menjadi bagus, interaksi orang tua dan masukan kepada profesi keperawatan
anak menjadi sangat kuat sehingga anak dalam melakukan pelayanan
menjadi nyaman saat berada dirumah dan keperawatan khususnya dalam promosi
dapat terhindar dari perilaku bullying di kesehatan jiwa pada masyarakat tentang
lingkungan manapun. pola asuh orang tua terhadap bullying.
KESIMPULAN DAN SARAN 4. Bagi peneliti selanjutnya
Dapat digunakan sebagai bahan acuan
Berdasarkan hasil analisa data dalam
atau sumber data bagi peneliti
penelitian yang dilakukan, maka dapat di
ambil kesimpulan sebagai berikut : Pola selanjutnya, peneliti berharap adanya
asuh orang tua siswa di SD Negeri Balong pengembangan penelitian selanjutnya,
Tani sebagian besar menerapkan pola asuh yaitu tentang hubungan tingkat
demokratis. Perilaku siswa di SD Negeri pengetahuan guru terhadap kejadian
Balong Tani sebagian besar tidak perilaku bullying di sekolah.
berperilaku bullying. Ada hubungan pola
asuh orang tua terhadap perilaku bullying
UCAPAN TERIMAKASIH
di SD Negeri Balong Tani
Terima kasih buat Bu Dhian Satya,
Saran Bu Sukma, Bu Iis, Bayu dan Pak Ali, kita
Saran yang dapat peneliti berikan tim hebat yang luar biasa.
adalah sebagai berikut :
1. Bagi orang tua SUMBER PENDANAAN
Diharapkan dari hasil penelitian ini Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
orang tua dapat memberikan pola asuh Hang Tuah Surabaya.
yang tepat bagi anak agar tidak menjadi
pelaku bullying. Orang tua juga
diharapakan dapat mengetahui ciri

100
http://cmhp.lenterakaji.org/index.php/cmhp
Dhian, et al. CMHP April 2023: Vol. 5 No. 2 (91-102)
https://doi.org/10.51602/cmhp.v5i2.86

KONTRIBUSI PENULIS 2013. Universitas Muhammadiyah


Penulis Dhian Satya Rachmawati Surakarta.
bertugas dalam data collection, dan data Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga :
analysis. Penulis Lela Nurlela bertugas Penanaman Nilai dan Penanganan
dalam pengumpulan data, data analisis, Konflik dalam Keluarga. Jakarta :
dan penulisan artikel. Penulis Sukma Ayu Kencana
Candra Kirana bertugas pada desain studi,
pengumpulan data and pengawasan, Maghfuroh, Lilis. 2013. Hubungan
analisis data, dan revisi manuksrip. Penulis Pekerjaan Orang Tua Dengan
Iis Fatimawati dan Bayu Krisna Alriyanto Perkembangan Anak Prasekolah Di
bertugas pada desain studi, pengumpulan Taman Kanak-Kanak Surya Baru
data dan pengawasan, serta analisis data. Plosowahyu Lamongan. Surya, 5(2),
pp. 52-57.
KONFLIK KEPENTINGAN Nursalam. 2020. Metodologi Penelitian
Penulis tidak memiliki konflik Ilmu Keperawatan, Edisi 5. Jakarta :
kepentingan. Salemba Medika.
Notosoedirdjo, Moeljono dan Latipun.
REFERENSI 2011. Kesehatan Mental edisi
Alfianti, Nur Fadilah. 2013. Skripsi : keempat. Malang : UMM Press.
hubungan perlakuan bullying dengan Ormrod, Jeanne Ellis. 2008. Psikologi
harga diri (self esteem) pada siswa Pendidikan : Membantu Siswa
kelas VIII di SMPN 1 porong. Tumbuh dan Berkembang. Jakarta :
Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Erlangga.
Keluarga : Konsep Teori, Proses Purwanto, Heri. 2012. Pengantar Perilaku
dan Praktik Keperawatan. Manusia untuk Keperawatan. Jakarta
Yogyakarta : Graha Ilmu : EGC.
Chairini, Nurul. 2013. Faktor-faktor yang Santrock, John W. 2015. Perkembangan
Berhubungan dengan Stress Anak, edisi sebelas, jilid 1. Jakarta :
Pengasuhan Pada Ibu dengan Anak Erlangga.
Usia Prasekolah, Program Sarjana
Keperawatan Universitas Islam Santrock, John W. 2015. Perkembangan
Negeri Syarif Hidayatul. Jakarta: sAnak, edisi ketujuh, jilid 2. Jakarta :
Skripsi dipublikasikan. Erlangga.

Elvigro, Paresma. 2014. Secangkir Kopi Santrock, John W. 2012. Perkembangan


Bully. Jakarta : Gramedia Masa-Hidup. Jakarta : Erlangga

Gunarsa, S. D. 2014. Psikologi Setiadi. 2008. Konsep & Proses


Perkembangan Anak Dan Remaja. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta
Jakarta: Gunung Mulia. : Graha Ilmu.

Hertinjung, Wisnu Sri. 2013. Bentu- Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik
Bentuk Perilaku di Sekolah Dasar. Penulisan Riset Keperawatan, Edisi
Seminar Nasional Psikologi UMS 2. Yogyakarta : Graha Ilmu.

101
http://cmhp.lenterakaji.org/index.php/cmhp
Dhian, et al. CMHP April 2023: Vol. 5 No. 2 (91-102)
https://doi.org/10.51602/cmhp.v5i2.86

Sejiwa, 2008. Mengatasi Kekerasan di


Sekolah dan Lingkungan Sekitar
Anak. Jakarta : Grasindo.
Siswati dan Widayanti, Costrie Ganes
2009. Fenomena Bullying di Sekolah
Dasar Negeri di Semarang. Jurnal
Psikologi Undip, 5(2).
Suriadi dan Yuliani, Rita. 2010. Asuhan
Keperawatan pada Anak edisi 2.
Jakarta : Sagung Seto.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar &
Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta : Kencana.
Wiyani, Novan Ardy. 2012. Save our
children from school bullying.
Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.

102
http://cmhp.lenterakaji.org/index.php/cmhp

You might also like