You are on page 1of 14

KENDALA PENANAMAN NILAI KARAKTER PADA MASA PANDEMIC

DI SEKOLAH DASAR NEGERI MULUR 01

Prihatin Putri Heriyanti¹, Dwi Setyani², Nurratri Kunia Sari³


PGSD, FKIP, Universitas Veteran Bangun Nusantara,Sukoharjo
Prihatinputri05@gmail.com, dwiysetyani@gmail.com ,nurratrikurniasari@gmail.com

Abstract. This study to aims to examine the Constaints on Cultivating Character Value in the
Pandemic Period at SD NEGERI MULUR 01, and the efforts undertaken to peddle those on the
path. The method used in this research is a case study through observation and interview with
thematic analysis of 6 homeroo, teachers who are teaching at SD NEGERI MULUR 01 Bendosari
District. The results of this study indicate that society in the general, The cultivation of values
during the pandemic is online-based learing that makes students lose role models, The use of
digital technology is not able to guarantee that students are safe from negative content which
results in morality issues and character crises, The influence from internet addiction makes
students lazy to think, and less responsible so that the are not maximal in completing tasks. The
effort carried out was that SD Negeri Mulur 01 took a policy by determining of offline and brave
learning process, entering students could easily develop their character by studying and watching
their teachers, with teachers showing attitudes and behaviors that were in accordance with the
norms and values of their daily religious teachings. So that it can be imitated by students, the
habituation and exa,ples given by the teacher will give birth to students who have noble
characters, such as students who are accustomed to being disciplined by coming or collecting
assgments on time because the teachers are always present on time. During exams from home and
school, students try to be honest because they realize that their teachers always prioritize honesty
in their daily lives. Likewise, the will stop being polite because they imitate their teacher who is
always polite to anyone.
Keywords: connecting, platting character values, pandemic

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Kendala Penanaman Nilai Karakter Di Masa Pandemic di
SD NEGERI MULUR 01, dan Upaya yang dilaksanakan untuk mengatasi kendala yang dihadapi.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus melalui observasi dan wawancara
dengan analisis tematik 6 guru wali kelas yang sedang mengajar di SD NEGERI MULUR 01
Kecamatan Bendosari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum kendala-kendala
penanaman nilai karakter di masa pandemi adalah Pembelajaran berbasis online membuat siswa
kehilangan sosok yang menjadi panutan, Penggunaan teknologi digital tidak mampu menjamin
peserta didik aman dari konten-konten negatif yang berakibat pada persoalan moralitas dan krisis
karakter, Pengaruh dari kecanduan internet membuat siswa malas berpikir, dan kurang
bertanggung jawab sehingga tidak maksimal dalam menyelesaikan tugas-tugas. Upaya yang
dilaksanakan adalah SD Negeri Mulur 01 mengambil kebijakan dengan menetapkan proses
pembelajaran Luring dan Daring, memasukkan siswa seminggu 3 kali agar siswa mudah
mengembangkan karakternya dengan meniru dan menyaksikan gurunya, dengan Guru
menunjukkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan norma dan nilai-nilai ajaran agama dalam
kesehariannya sehingga dapat ditiru oleh siswa, Pembiasaan dan contoh teladan yang diberikan
guru akan melahirkan siswa yang memiliki karakter mulia, seperti siswa terbiasa disiplin dengan
datang atau mengumpulkan tugas tepat waktu karena melihat guru-gurunya juga selalu hadir tepat
waktu. Ketika mengikuti ujian dari rumah maupun di sekolah siswa akan berusaha jujur karena
menyadari gurunya selalu mengutamakan kejujuran dalam kesehariannya. Demikian juga, mereka
akan terbiasa bersikap sopan karena mencontoh gurunya yang selalu bersikap sopan kepada siapa
pun.
Kata Kunci: kendala, penanaman nilai karakter, pandemi
PENDAHULUAN
Adanya virus Covid-19 pada tahun 2020 memberikan dampak yang luar biasa hampir
pada semua bidang, salah satunya pada bidang pendidikan. Dengan adanya virus Covid-19
ini membuat proses pembelajaran menjadi berubah dari yang tatap muka menjadi
pembelajaran jarak jauh, tetapi dalam seperti ini pun guru masih tetap harus melaksanakan
kewajibannya sebagai pelajar, dimana guru harus memastikan siswa dapat memperoleh
informas/ilmu pengetahuan untuk diberikan kepada siswa.Pembelajaran jarak jauh atau
daring ini dimulai pada tanggal 16 maret 2020, dimana anak mulai belajar dari rumahnya
masing-masing tanpa perlu pergi kesekolah. Berbicara mengenai jarak jauh atau daring
maka pentingnya penguasaan ilmu teknologi bagi seorang guru agar pembelajaran jauh
tetap berjalan dengan efektif disaat pandemi seperti ini. Guru harus melakukan inovasi
dalam pembelajaran diantaranya dengan memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran.
Semenjak pembelajaran diberlakukan di rumah, sebagian guru melakukan pembelajaran
lewat media online seperti whatsapp, google meet,google form, dll.
Inovasi dalam Pendidikan akan ada juga berbagai cara yang dapat dilakukan guru
untuk menyampaikan ilmu pengetahuannya kepada siswa. Salah satunya ada yang
menggunakan grup whatsapp, dimana guru sebelumnya akan membuat video
pembelajaran lalu dikirim ke grup untuk diamati oleh para siswa. Kendala yang ditemukan
saat dilakukannya daring diantaranya seperti belum meratanya internet dan teknologi,
fasilitas seperti laptop dan handphone yang belum memadai, kemudian, pemberian tugas
dalam waktu yang lama juga akan sulit dilakukan, menimbang akan berdampak negatif
pada penanaman nilai karakter anak.
Sejalan dengan tujuan dari Sisdiknas, pendidikan karakter sebagai wahana untuk
menanamkan nilai-nilai moral dan karakter bagi peserta didik. Kita sangat prihatin
dengan kondisi ini dimana persoalan moralitas akibat krisis karakter marak terjadi
dikalangan anak-anak dan pelajar. Tawuran antar siswa, bullying, kekerasan terhadap
guru dan orang tua, pornografi dan sebagainya seakan menambah deretan panjang
persoalan yang kerap menerpa pelajar saat ini. Mencermati fenomena yang ada,
sejatinya pelaksanaan pendidikan karakter bagi peserta didik harus tetap menjadi
prioritas dalam kondisi bagaimanapun.
Selama ini sekolah menjadi salah satu institusi pendidikan yang bertanggung jawab
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan serta karakter peserta didik. Orang tua
menaruh harapan dan kepercayaan kepada sekolah sebagai pusat pendidikan akademik
dan pendidikan karakter. Proses pembentukan atau penanaman nilai-nilai karakter siswa
berjalan seiring proses pembelajaran di sekolah. Namun,sejak pandemic menerjang dan
sekolah ditutup keberlanjutan pendidikan karakter menjadi hal yang paling dicemaskan
oleh orang tua.
Penanaman karakter sudah menjadi bagian dari proses pembelajaran di satuan
pendidikan, yaitu dimulai dari pra-sekolah, jenjang pendidikan dasar dan menengah
sampai pendidikan tinggi. Karakter juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
berbagai norma dan praktek kehidupan masyarakat. Penanaman nilai karakter bukan
sesuatu yang mudah pada kenyataannya dan harus dikuatkan dari masa ke masa. Hal ini
disebabkan adanya berbagai fenomena yang menunjukkan bahwa telah dan akan terjadi
ketidakstabilan karakter yang dimiliki individu dari waktu ke waktu akibat berbagai
faktor.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Undang-undang tersebut
jelas mengamatkan bahwa tujuan pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik
cerdas secara intelektual tetapi juga harus mampu mencetak generasi yang bermoral
dan berkarakter sesuai nilai, norma dan ajaran agama (cerdas spiritual dan emosional).
Diharapkan peserta didik dapat aktif dalam berbagai kegiatan kemanusiaan yang
dilaksanakan dan digagas oleh lingkungan sekitar. Seperti dapat menanamkan nilai
karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan
mempergunakan segala tenaga, pikiran, watak untuk merealisasikan harapan, mimpi
dan cita-cita. Siswa yang mandiri diharapkan memiliki etos kerja yang baik, tangguh,
berdaya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang
hayat. Dan dapat menanamkan nilai karakter gotong royong yang mencerminkan
tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan
persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan pada
orang-orang yang membutuhkan. Hal ini diharapkan siswa dapat menunjukkan sikap
menghargai sesama, dapat bekerja sama, inklusif, mampu berkomitmen atas keputusan
bersama, tolong-menolong, memiliki empati dan rasa solidaritas, anti diskriminasi,
antikekerasan, dan sikap kerelawanan.
Dari penjelasan diatas bahwa dalam penanaman nlai karakter pemerintah
mengharapkan anak memilki semangat pendidikan karakter yang terinspirasi dari olah
hati (etik), individu yang memiliki kerohanian mendalam , beriman, dan bertaqwa,
individu yang memiliki keunggulan akademis sebagai hasil pembelajaran dan
pembelajar sepanjang hayat. Dan mewujudkan olah rasa (estetik) yaitu individu yang
memiliki integritas moral, rasa berkesenian, dan berebudayaan serta individu yang yang
sehat dan mampu berpartisipasi aktif sebagai warga negara. Semoga kegiatan belajar
mengajar dari rumah dapat memupuk pendidikan karakter sesuai dengan pesan dan
harapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh yang melibatkan orang tua dalam proses
pembelajarannya diharapkan juga mampu menekankan pembentukan nilai-nilai
karakter bagi siswa. Seperti menumbuhkan nilai-nilai karakter
religius,disiplin,kreatif,mandiri dan bertanggung jawab. Keberhasilan dari penanaman
nilai karakter pada anak tersebut tidak terlepas dari peran guru dan orang tua untuk mau
bertransformasi agar dapat dijadikan sebagai panutan penerapan karakter ang baik pada
diri siswa.
Permasalahan yang muncul dari orangtua antara lain yakni tugas ganda yang
melekat pada orang tua terutama ibu, ada yang harus membagi tugas antara pekerjaan
dan mendampingi anak, permasalahan kuota yang sudah pasti harus merelakan jatah
menjadi dua kali lipat bahkan lebih hanya untuk paketan data, kondisi-kondisi yang
berbeda antar kota yang satu dengan yang lain sangat berpengaruh terhadap jaringan,
keterbatasan dalam menguasai teknologi internet. Selain itu juga tidak adanya tatap
muka menjadikan guru tidak maksimal dalam membentuk karakter siswa, bahkan
peserta didik akan menjadi pemalas terbukti banyak siswa yang mengabaikan bahkan
hanya mengisi daftar hadir lalu dilanjut tidur lagi. Disamping itu, dalam hal
pemahaman materi kurang maksimal sehingga kualitas peserta didik pada masa
pandemi ini akan berkurang.
Beberapa kendala atau masalah mengenai penanaman nilai karakter yang dialami
di SD Negeri Mulur 01 seperti Pembelajaran berbasis online membuat siswa kehilangan
sosok yang menjadi panutan, Penggunaan teknologi digital tidak mampu menjamin
peserta didik aman dari terpaan konten-konten negatif yang berakibat pada persoalan
moralitas dan krisis karakter, Pengaruh dari kecanduan internet membuat siswa malas
berpikir, dan kurang bertanggung jawab sehingga tidak maksimal dalam menyelesaikan
tugas-tugas. Dalam keadaan tersebut kami berusaha mengatasi kendala yang terjadi
pada penanaman nilai karakter di masa pandemic ini dengan baik. Penelitian ini tidak
hanya memaparkan kendala menghadapi siswa di SD Negeri Mulur 01 tetapi juga
memaparkan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam penanaman
nilai karakter dimasa pandemic di lokasi SD Negeri Mulur 01.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kendala yang dihadapi SD Negeri
Mulur 01 dalam penanaman nilai karakter dimasa pandemic dan untuk mengkaji upaya
mengatasi kendala yang dihadapi di SD Negeri Mulur 01.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan ini adalah kualitatif deskriptif. Penelitian
kualitatif deskriptif adalah berupa penelitian dengan metode atau pendekatan studi
kasus (case study). Penelitian ini memusatkan diri secara insentif pada satu obyek
tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data dari studi kasus dapat
diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain dalam studi ini data
dikumpulkan dari berbagai sumber (Nawawi,2003). Studi kasus sangat sesuai untuk
menjawab pertanyaan “apa dan bagaimana” karena jenis pertanyaan seperti ini mampu
menggali data lebih dalam (Yin,2003). Dalama penelitian ini peneliti menganalisis
kendala penanaman nilai karakter pada masa pandemi di SD Negeri Mulur 01. Subyek
penelitian ini adalah guru wali kelas 1-6 yang mengajar di SD Negeri Mulur dengan
jumlah 6 orang guru.
Alasan pemilihan subyek pada penelitian ini dilatarbelakangi oleh keharusan para
subyek untuk membentuk atau menanamkan nilai karakter di masa pandemi. Subyek
yang dipilih minimal 2 bulan lamanya telah mendampingi anak ketika proses
pembelajaran di masa pandemic Covid-19. Teknik Pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi dan wawancara kemudian dianalisis dengan menggunakan tematik,
yaitu teknik analisis yang menekankan pada penyusunan koding dengan mengacu pada
pertanyaan penelitian yang telah ditetapkan, sehingga tema-tema yang disusun sesuai
dengan pertanyaan penelitian tersebut dan menjadi acuan dalam memaparkan fenomena
yang terjadi (Heriyanto,2018).

Pengumpulan Penarikan
Data Reduksi Data Penyajian Data Kesimpulan
Menyusun Mengelompokka
instrumen n hasil
wawancara wawancara Penarikan
kesimpulan
h Menyusun hasil mengenai
Mencari referensi h pengelompokan kendala
dari berbagai Mengolah Data wawancara penanaman nilai
sumber dengan berbagai karakter di masa
sumber dan pandemi
h h dinarasikan
Melakukan Uji kredibilitas
wawancara dan triangulasi
mendalam dengan sumber
responden

Tabel 1. Langkah-langkah penelitian ( Miles’N Huberman)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berlakunya Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 yang dikeluarkan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Penyebaran COVID. Bahwa proses belajar mengajar
dilaksanakan di rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk
memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, dan hal ini juga untuk
mengantisipasi penyebaran virus corona di lingkungan sekolah. Segala aktivitas
pembelajaran dilakukan dari rumah tanpa proses tatap muka antara guru dan siswa.
Secara akademis kegiatan pembelajaran masih dapat dilakukan melalui media digital,
tapi pendidikan karakter peserta didik sedikit terabaikan. Hal ini tentu saja
menimbulkan masalah atau kendala baru bagi SD Negeri Mulur 01 dalam penanaman
nilai karakter di masa pandemic ini seperti Pembelajaran berbasis online membuat
siswa kehilangan sosok yang menjadi panutan, Penggunaan teknologi digital tidak
mampu menjamin peserta didik aman dari konten-konten negatif yang berakibat pada
persoalan moralitas dan krisis karakter, Pengaruh dari kecanduan internet membuat
siswa malas berpikir, dan kurang bertanggung jawab sehingga tidak maksimal dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
Secara spesifik, kendala yang dialami SD Mulur 01 dalam penanaman nilai karakter
dimasa pandemic akan dijabarkan dibawah ini.
1. Pembelajaran Berbasis Online Membuat Siswa Kehilangan Sosok yang Menjadi
Panutan
Hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis online
membuat siswa kehilangan sosok panutan dimasa pandemic ini menjadi kendala
dalam pelaksanaan penanaman nilai karakter, ditunjukkan dengan hasil wawancara
kepada guru yang menyatakan bahwa membentuk atau menanamkan nilai karakter
kepada anak sekolah dasar tidaklah mudah dan tidak dapat dilakukan dalam waktu
singkat. Berbagai bukti empiris menunjukkan bahwa proses penanaman nilai karakter
yang tesistem dan masif pada berbagai satuan pendidikan akan mengalami distorsi.
Distorsi dimaksud terjadi ketika siswa memasuki kehidupan masyarakat. Akibat
kemungkinan pembelajaran di satuan pendidikan cenderung bersifat indoktrinasi yang
bersifat satu arah, siswa cenderung terpengaruh. Terpengaruh yaitu ketika
menghadapi kelompok masyarakat yang memiliki norma atau nilai yang berbeda.
Keracunan tersebut dapat menggiring siswa kepada perilaku yang kurang sesuai atau
bahkan bertentangan dengan nilai-nilai atau norma yang berlaku pada penanaman
nilai karakter.
Bahkan dalam lingkup rumah, sering terjadi perbedaan persepsi antara bagaimana
orangtua memandang suatu isu dengan apa yang didapatkan anak dalam proses
pembelajaran di sekolah. Akibat adanya perbedaan ini, muncul kegalauan pola pikir
dan pola sikap siswa. Dari hasil wawancara guru kelas 1 menyatakan bahwa dalam
penanaman nilai karakter dimasa pandemic melalui pembelajaran daring atau dirumah
sangat sulit.
“Guru disekolah selalu mengajarkan untuk secara konsisten membiasakan anak
selalu berdoa sebelum dan sesudah belajar dirumah, namun ketika belajar dirumah
kebanyakan siswa tidak membaca doa sebelum dan sesudah belajar karena tidak
semua orangtua hafal bacaan doa sebelum dan sesudah belajar, ini menjadi hal yang
sulit”(Berdasarkan hasil wawancara guru kelas I SD Negeri Mulur 01)
“Orang tua terkadang kewalahan dalam mendampingi anak dirumah, sehingga
mudah tersulut emosi yang dimana akan berdampak pada pskikologis serta moral
karakter yang diserap oleh anak” (Berdasarkan hasil wawancara guru kelas II SD
Negeri Mulur 03).
Meskipun secara formal kegiatan pendidikan masih bisa dilaksanakan secara
online, namun pendidikan moral peserta didik selama pandemic sedikit terabaikan.
Selama pembelajaran virtual intensitas penjumpaan guru dan siswa berkurang
komunikasi hanya dilakukan lewat dunia maya. Kedekatan batin yang terjalin melalui
bimbingan, arahan, dan tauladan antara siswa dan guru tidak berjalan baik. Peserta
didik seperti kehilangan figur yang digugu dan ditiru. Kondisi atau kendala tersebut
membawa kekosongan dalam diri siswa terhadap penanaman nilai karakter di masa
pandemi
Sedangkan hasil dari observasi di kelas 1 SD Negeri Mulur 01 anak mampu
mengikuti proses pembelajaran dengan lebih baik dari saat anak belajar secara daring
seperti anak selalu membiasakan berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan
bimbingan guru.
Perbedaan antara pelaksanaan pendidikan karakter yang dulu dan sekarang
adalah, nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan harus dicantumkan kedalam
sebuah silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dengan peraturan
tentang pelaksanaan pendidikan karakter yang sekarang ini menjadikan pelaksaan
pendidikan karakter menjadi lebih terstruktur dan terencana untuk menanamkan nilai-
nilai karakter dalam suatu pembelajaran. Akan tetapi hal pokok dalam penanaman
nilai-nilai karakter ini sendiri adalah adanya suatu kesadaran dari seorang guru untuk
melaksanakannya, ibu sri lestari selaku guru kelas mengatakan bahwa “ seorang guru
tidak hanya mendidik untuk bersikap baik, akan tetapi juga harus memiliki karakter
yang bagus terlebih dahulu”.
Upaya pelaksanaan pendidikan karakter di SD Mulur 01 memang lebih banyak
dilakukan pengarahan-pengarahan kepada siswanya saat pembelajaran tatap muka
seperti menagajak berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran serta membaca surat-
surat pendek dalam awal kegiatan.
2. Penggunaan Teknologi Digital Tidak Mampu Menjamin Peserta Didik Aman
Dari Konten Negatif
Penggunaan teknologi digital tidak mampu menjamin peserta didik aman dari
terpaan konten negatif menjadi kendala dalam penanaman nilai karakter dimasa
pandemic. Fenomena kecanduan game online menambah daftar panjang persoalan
moralitas daftar panjang persoalan moralitas dikalangan pelajar selama pandemic.
Bila dicermati, ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya. Pemberlakuan sistem
pembelajaran daring berakibat batasnya ruang gerak dan interaksi guru dengan siswa.
Selain itu, penggunaan perangkat digital sebagai media pembelajaran dalam waktu
lama tidak menjamin peseta didik aman dari paparan konten negatif. Demikian pula,
lemahnya kontrol orangtua dan keluarga membuat mereka mudah terlibat dalam
segala perilaku moral.
Sebagaimana kita ketahui, sejak virus corona menerjang Indonesia terhitung
sudah enam bulan lebih program belajar dari rumah dilaksanakan. Aktivitas belajar
mengajar beralih dari tatap muka ke interasi di kelas-kelas digital. Hal tersebut
menyebabkan pengurangan layanan pendidikan dari guru ke siswa. Guru tidak leluasa
mengedukasi siswa dalam membimbing, mendidik, mengarahkan maupun
memotivasi. Selain itu sistem pembelajaran online menambah jauhnya pengawasan
terhadap peserta didik yang sangat membutuhkan perhatian. Guru tidak bisa langsung
memantau perlaku siswa. Bagi peserta didik yang “bermasalah” berkonsltasi secara
daring merupakan solusi yang tepat.
Pembelajaran jarak jauh mensyaratkan penggunaan perangkat teknologi digital
sebagai media pembelajaran. Interaksi virtual dalam waktu lama secara tidak langsung
membentuk ketergantungan dan kecenderungan siswa terhadap media tersebut.
Terlebih lagi dunia digital dengan segala kemudahan serta konten-konten menarik
yang membuat siswa betah berlama-lama. Jika sudah demikian bukan tidak mungkin
media online sebagai salah satu pintu masuk penyebab menurunya moralitas dalam
penanaman nilai karakter khususnya pelajar.
Sistem pembelajaran online disatu sisi menjadi solusi pada masa pandemic.
Namun di sisi lain sejumlah dampak buruk juga mengintai anak belajar di rumah di
masa pandemi Covid-19 berbeda dari yang diharapkan.
“Sebagian anak memanfaatkan masa libur panjang tersebut untuk hal yang tidak
produktif “(Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas III )
“Anak belajar dirumah tidak bisa lama, paling hanya 30 menit lalu anak memilih
kegiatan yang lain seperti menonton TV maupun bermain game menurut dari cerita
orangtua” (Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V )
Pada kenyataannya tidak semua siswa membawa gadget,walaupun ada beberapa
anak yang membawa gadget dan membukanya saat pembelajaran,untuk mengatasi
kendala tersebut guru memberikan teguran terhadap siswa dibantu dengan guru
mencontohkan seperti tidak memainkan gadget saat kegitan belajar mengajar.
Maraknya perilaku amoral dikalangan pelajar tidak terlepas dari lemahnya
kontrol orangtua. Sikap terlalu permisif kepada anak tanpa dibarengi dengan aturan
dan pengawasan yang bijak merupakan kekeliruan. Misal, orangtua mudah
memberikan gadget dan berbagai fasilitas lain kepada anak tetapi anak abai dalam
mengontrol penggunaannya. Selain itu, peran orangtua dalam memberikan pendidikan
agama belum sepenuhnya dilakukan. Demikian pula, menjadi kendala dalam
penanaman nilai karakter di masa pandemic di SD Negeri Mulur 01.
Mengingat bahwa didalam pembelajaran daring, tidak semua berdampak positif
bagi siswa maka guru bisa meminimalkan kendala tersebut guru melalukan proses
pembelajaran luring 3kali pertemuan dalam seminggu dengan menunjukkan sikap dan
perilaku yang sesuai dengan norma dan nilai-nilai ajaran agama dalam kesehariannya
sehingga dapat ditiru oleh siswa serta peran orangtua menjadi kuncinya untuk
menanamkan nilai agama, karena keluarga dan agama merupakan benteng terakhir
yang dampak membendung persoalan moral diera digital.

3. Pengaruh Dari Kecanduan Internet


Pada hasil wawancara pembelajaran daring ini banyak anak yang kecanduan
internet kondisi tersebut merupakan kendala dalam penanaman nilai karakter pada
masa pandemic di SD Negeri Mulur 01 juga seperti siswa malas berpikir, dan kurang
bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas sehingga proses pembelajaran menjadi
terhambat dan tidak maksimal.
Karena disisi lain sejak pembelajaran jarak jauh diberlakukan, segala aktifitas
berlajar mengajar berpindah keruang-ruang digital. Intensitas perjumpaan guru dan
siswa berkurang dan komunikasi hanya dilakukan lewat dunia maya. Kedekatan batin
yang terjalin melalui bimbingan, arahan dan tauladan antara siswa dan guru tidak
berjalan sebagaimana mestinya. Kondisi tersebut membawa kekosongan dalam diri
siswa terhadap nilai-nilai pendidikan moral dan karakter.
Pembelajaran berbasis online memanfaatkan perkembangan kecanggihan
teknologi informasi sebagai media belajarnya. Aktivitas belajar dapat dilakukan
dimana saja dan kapan saja tanpa ada batasan ruang dan waktu. Setiap guru dapat
menstranfer pengetahuan serta menginstrusikan tugas-tugas belajar kepada siswa
menggunakan aplikasi digital. Sayangnya, pembelajaran dengan metode e-learning
yang terhubung dengan layanan internet tidak selamanya aman dari pengaruh negatif
dunia digital. Media digital dengan segala kebebasannya meyajikan beragam
informasi baik positif maupun negatif.
“Sebagian anak terlihat kurang semangat berpikir saat mengikuti proses
pembelajaran karena dirumah tidak semua anak tinggal bersama orangtuanya,
dikarenakan orangtua bekerja jadi dalam pengawasan kurang saat bermain gagdet”
(Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas VI)
“Dalam pengumpulan tugas anak juga sering telat padahal kalau dilihat diwaktu
sekarang kebanyakan anak setiap hari selalu tidak lepas dari handphone”
(Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IV)
Melalui penelitian yang kami dapatkan,bahwa siswa kelas VI dan IV siswa
memang sangat pasif saat mengikuti pembelajaran dan saat guru menyuruh
mengerjakan tugas siswa selalu membatah dan ingin tugas difoto dikirim melalui
whatsapp grup untuk dikerjakan dirumah padahal saat itu pembelajaran sedang
dimulai.
Kondisi demikian dikhawatirkan akan membentuk karakter siswa menjadi pribadi
yang konsumtif, minim kreativitas, malas berinovasi dan ingin mendapatkan sesuatu
dengan cara yang instan.
Kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam penanaman nilai karakter pada
masa pandemic di SD Negeri Mulur 01 seperti yang telah dijabarkan, yaitu
Pembelajaran berbasis online membuat siswa kehilangan sosok yang menjadi
panutan, Penggunaan teknologi digital tidak mampu menjamin peserta didik aman
dari konten-konten negatif yang berakibat pada persoalan moralitas dan krisis
karakter, Pengaruh dari kecanduan internet membuat siswa malas berpikir, dan kurang
bertanggung jawab sehingga tidak maksimal dalam menyelesaikan tugas-tugas
.Sangat diharapkan kedepannya hal ini tidak lagi menjadi kendala dalam penanaman
nilai karakter di masa pandemi ini untuk anak supaya mampu mengembangkan nilai
karakter pada dirinya sendiri dengan baik, karena dengan siswa bisa menanamkan
nilai karakter siswa akan mempunyai nilai kemandirian, gotong royong, dan mampu
berinovasi menciptakan kreativitas adalah kunci utama dalam suksesnya menciptakan
generasi bangsa yang berkarakter atau bermoral luhur.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Kendala Penanaman Nilai
Karakter Di Masa Pademic SD Negeri Mulur 01 dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran
berbasis online membuat siswa kehilangan sosok yang menjadi panutan, Penggunaan
teknologi digital tidak mampu menjamin peserta didik aman dari konten-konten negatif
yang berakibat pada persoalan moralitas dan krisis karakter, Pengaruh dari kecanduan
internet membuat siswa malas berpikir, dan kurang bertanggung jawab sehingga tidak
maksimal dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Untuk mengatasi kedala yang dihadapi guru dalam penanaman nilai karakter dimasa
pandemic maka upaya yang dilakukan SD Negeri Mulur 01 tersebut adalah dengan
mengambil kebijakan menetapkan proses pembelajaran Luring dan Daring, memasukkan
siswa seminggu 3 kali agar siswa mudah mengembangkan karakternya dengan meniru dan
menyaksikan gurunya dengan Guru menunjukkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan
norma dan nilai-nilai ajaran agama dalam kesehariannya sehingga dapat ditiru oleh siswa,
Pembiasaan dan contoh teladan yang diberikan guru akan melahirkan siswa yang memiliki
karakter mulia, seperti siswa terbiasa disiplin dengan datang atau mengumpulkan tugas
tepat waktu karena melihat guru-gurunya juga selalu hadir tepat waktu. Ketika mengikuti
ujian dari rumah maupun di sekolah siswa akan berusaha jujur karena menyadari gurunya
selalu mengutamakan kejujuran dalam kesehariannya. Demikian juga, mereka akan
terbiasa bersikap sopan karena mencontoh gurunya yang selalu bersikap sopan kepada
siapa pun.

DAFTAR PUSTAKA

Hendarman. (2020). Penanaman Karakter Dalam Masa Belajar Dari Rumah.


Abdusshomad, A. (2020).Pengaruh Covid-19 terhadap Penerapan Pendidikan Karakter
Dan Pendidikan Islam .QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama 12(2), 107-
115

Nelliani. (2020, September 2). Pandemi,Pembelajaran Digital dan Ancaman Moralitas.


Diakses Desember 2, 2020, dari ajnn.net: https://www.ajnn.net/news/pandemi-
pembelajaran-digital-dan-ancaman-moralitas
Nelliani, M. (2020, Oktober 9). Tantangan Pendidikan Karakter di Masa Pandemi.
Diakses Desember 2, 2020, dari aceh.tribunnews.com:
https://www.aceh.tribunnews.com/2020/10/09/tantangan-pendidikan-karakter-di-
masa-pandemi
Papilaya, M. (2020, Mei 1). Membangun Karakter Peserta Didik di Tengah Pandemi
Covid 19 Menjawab Kebutuhan Kreatif Positif Berbasis Musik. Diakses Desember
3, 2020, dari satumaluku.id: https://www.satumaluku.id
Sudibawa, P. (2020, Mei 9). Memupuk Pendidikan Karakter Saat Belajar di Rumah.
Diakses Desember 2, 2020, dari balipost.com:
https://www.balipost.com/news/2020/05/09/120848/Memupuk-Pendidikan-
Karakter-Saat-Belajar...html

Ridho, S. (2020, Agustus 12). Pendidikan Daring Di Masa Covid-19. Diakses Desember
07, 2020, dari kompas.com:
https://www.kompas.com/edu/read/2020/08/12/112834471/pendidikan-daring-di-
masa-covid-19?page=all

Suhardiman. (2020, Oktober 1). Problematika dan Solusi Pembelajaran Di Masa


Pandemi Covid-19. Diakses Desember 7, 2020, dari banyumasekspres.id:
https://www.banyumasekspres.id/opini-dan-artikel/problematika-dan-solusi-
pembelajaran-di-masa-pandemi-covid-19/01/10/2020/

You might also like