You are on page 1of 11

PERAN GURU AKIDAH AKHLAK DALAM MENGATASI BULLYING PADA

SISWA DI MTsN 1 MAGETAN

Tika Khoirunisa
IAIN Ponorogo
tikakhoirunisa23@gmail.com

Abstract: Bullying is part of a child's aggressive attitude that occurs repeatedly towards his
friends or other fellow students which causes victims. Where this behavior is usually carried
out in private or in a small, limited group and often this action is carried out when they are
young. In connection with this behavior, of course all teachers in schools have an obligation
to overcome it, including teachers of the Aqidah Akhlak. Aqidah Akhlak teacher has a fairly
important task in internalizing Islamic moral values so that students are able to
demonstrate noble behavior in their daily lives. So that religious moral values can become a
guideline for life, because basically religious values are absolute and apply throughout life
which is not influenced by time, place, or circumstances. This research was conducted using
a qualitative case study method. Where researchers come directly to the field to find out
the phenomena that occur in accordance with the formulated problem formulation. Data
collection techniques in this study used interviews, observation and documentation. Based
on the results of the research, it can be concluded as follows: (1) The forms of bullying that
occur in students of class VIII G and VIII H at MTsN 1 Magetan are verbal bullying such as
calling parents' names, mocking, and alienating friends. (2) Efforts made by Akidah Akhlak
teachers in overcoming bullying problems, namely by instilling Islamic or moral values to
students by reading the Qur'an in groups and associating learning material with good social
habits (akhlakul kharimah) to students, advising students if they find students who behave
less well, set a good example/example for students to behave politely in speaking and
behaving well with fellow friends.
Keywords: Teacher's Role, Behavior, Bullying.

Abstrak: Bullying merupakan bagian dari sikap agresif anak yang terjadi secara berulang
terhadap temannya atau sesama siswa lainnya yang menyebabkan adanya korban. Di mana
perilaku ini biasanya dilakukan secara tertutup atau dalam sebuah kelompok kecil yang
terbatas dan seringkali tindakan tersebut dilakukan sejak mereka masih belia. Berkaitan
dengan perilaku tersebut tentu seluruh guru di sekolah memiliki kewajiban untuk
mengatasinya termasuk guru Akidah Akhlak. Guru Akidah Akhlak memiliki tugas yang
cukup penting dalam menginternalisasikan moral yang bernilai Islam supaya dalam
keseharian siswa mampu menunjukkan perilaku yang berakhlak mulia. Sehingga nilai moral
agama dapat menjadi pegangan hidup, karena pada dasarnya nilai agama absolut dan
berlaku sepanjang hayat yang mana tidak dipengaruhi oleh waktu, tempat, ataupun
keadaan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif studi kasus.
Dimana peneliti langsung datang ke lapangan untuk mengetahui fenomena yang terjadi
sesuai dengan rumusan masalah yang disusun. Teknik pengumpulan data pada penelitian
ini menggunakan wawancara, obervasi dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitan dapat
disimpulkan sebagai berikut: (1) Bentuk bullying yang terjadi pada siswa kelas VIII G dan
VIII H di MTsN 1 Magetan yaitu bullying verbal seperti halnya memanggil nama orang tua,
mengejek, dan mengasingkan teman. (2) Upaya yang dilakukan guru Akidah Akhlak dalam
mengatasi permasalahan bullying yaitu dengan menanamkan nilai-nilai keislaman atau
akhlak kepada siswa dengan membaca Al-Qur’an secara berkelompok dan mengaitkan
materi pembelajaran dengan adab bergaul yang baik (akhlakul kharimah) kepada siswa,
menasehati siswa apabila mendapati siswa yang berperilaku kurang baik, memberi teladan/
contoh yang baik kepada siswa agar berperilaku sopan dalam berucap dan berperilaku baik
dengan sesama teman.
Kata Kunci: Peran Guru, Perilaku, Bullying
PENDAHULUAN
Bullying merupakan suatu fenomena yang sudah mendunia. Menurut
definisi pendapat para ahli perilaku bullying merupakan suatu bentuk
agresivitas antarsiswa yang memiliki dampak negatif bagi korbanya. 1 Pada
dasarnya bullying merupakan bagian dari sikap agresif anak yang terjadi
secara berulang terhadap temannya atau sesama siswa lainnya yang
menyebabakan adanya korban. Dimana perilaku ini biasanya dilakukan
secara tertutup atau dalam sebuah kelompok kecil yang terbatas dan
seringkali tindakan tersebu dilakukan sejak mereka masih belia.
Dikarenakan jenis tindakannya bersifat rahasia, maka sekelompok orang
tidak semua mengetahui peristiwa yang terjadi. Sehingga tanpa disadari
perilaku tersebut menjadi suatu kebiasaan yang buruk bagi pelaku tindak
bullying.2
Akhir-akhir ini permasalahan bullying sering terjadi pada siswa, hal ini
terjadi baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Bullying saat ini menjadi
suatu tindakan yang mengkhawatirkan karena perilaku ini tidak mengenal
umur maupun jenis kelamin korban. Permasalahan ini umumnya terjadi
pada anak yang lemah, pemalu, pendiam, serta anak spesial baik itu cacat,
tertutup, cantik, pandai, atau memiliki ciri tubuh tertentu sehingga dapat
menjadikan bahan ejekan.3
Berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak Indoneisa (KPAI)
bidang Hak Sipil dan Partisipasi Anak mencatat terdapat banyak laporan
terkait bullying dalam rentan kurun waktu 9 tahun terakhir ini. Dimulai dari
tahun 2011 hingga 2020 tercatat telah terdapat laporan adanya kejadian
bullying sebanyak 2.473 dan trend tersebut terus mengalami peningkatan. 4
Untuk mencegah dan mengurangi permasalahan terkait kasus bullying
pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang tertuang dalam Undang-
Undang Negara Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014 tentang
Perlindungan Anak dalam pasal 54 ayat 1 yang menyatakan bahwa, anak di
dalam dan di lingkungan satuan pendidikan wajib mendapatkan
perlindungan dari tindakan kekerasan fisik, psikis, kejahatan seksual, dan
kejahatan lainnya yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan,
sesama peserta didik, dan atau pihak lain.5 Sehingga dalam undang-undang
ini dijelaskan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memberikan
perlindungan bagi setiap peserta didik yang berada di dalam lingkungan
pendidikan tersebut dari segala tindakan negatif baik itu berasal dari
pendidik, teman sebaya, maupun pihak lain. Dengan kata lain, setiap satuan

1
Novan Ardy Wiyani, Save Our Childreen From School Bullying (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012), 16.
2
Ponny Retno Astutu, Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekerasan
Pada Anak (Jakarta: PT Grasindo, 2008), 10.
3
Ponny Retno Astuti, 1.
4
KPAI, Sejumlah Kasus Bullying Sudah Warnai Catatan Masalah Anak di Awal 2020,
https://www.kpai.go.id/publikasi/sejumlah-kasus-bullying-sudah-warnai-catatan-masalah-
anak-di-awal-2020-begini-kata-komisioner-kpai di akses pada tanggal 25-12-2022.
5
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014 tentang Atas Perubahan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/38723/uu-no-35-tahun-2014 di akses pada
tanggal 11-02-2023.
pendidikan memiliki peranan aktif dalam melindungi seluruh civitas yang
terdapat di dalam lingkungan tersebut dari potensi tindakan bullying.
Namun, pada kenyataannya untuk mengatasi permasalahan yang
berkaitan dengan bullying pada siswa tidaklah mudah untuk dilaksanakan.
Tentu pihak sekolah maupun guru juga mengalami kendala tersendiri dalam
mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu sekolah yang mengalami
permasalahan terkait perilaku bullying yaitu di MTsN 1 Magetan. Dari hasil
penjajagan awal di lapangan peneliti menemukan beberapa permasalahan
terkait terjadinya bullying pada siswa. Permasalahan ini sebagian terjadi
pada siswa kelas VIII tahun ajaran 2022/ 2023.
Menurut informasi yang di peroleh dari salah satu guru pada madrasah
ini dan pada saat observasi awal, peneliti menjumpai bahwasanya siswa
masih mengalami beberapa permasalahan terkait perilaku bullying di
madrasah, diantaranya terdapat kebiasaan mengejek teman yang sifatnya
pendiam dan memanggil nama teman dengan julukan lain.
Permasalahan tersebut sepertinya terlihat ringan dan sepele, namun
apabila tidak segera ditindak lanjuti secara tepat tanpa kita sadari akan
menyebabkan dampak yang buruk bagi siswa. Hal ini menyebabkan siswa
memiliki trauma jangka panjang bahkan dapat terbawa ketika korban
melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu, bullying dapat
merusak kesehatan mental dan psikologis bagi anak.6

Terkait permasalahan yang terjadi di atas tentu pihak madrasah


memiliki kewajiban dalam menanggulangi permasalahan yang terjadi.
Penanggulangan bullying yang terjadi di madrasah tentu sudah menjadi
kewajiban guru Bimbingan Konseling serta seluruh guru yang berada di
MTsN 1 Magetan termasuk guru Akidah Akhlak. Pada penelitian ini, peneliti
hanya berfokus pada guru Akidah Akhlak dengan alasan bahwa guru mata
pelajaran tersebut memiliki tugas yang cukup penting dalam
menginternalisasikan moral yang bernilai Islam supaya dalam keseharian
peserta didik mampu menunjukkan perilaku akhlakul kharimah. Sehingga
dengan akhlakul kharimah dapat dijadikan pegangan hidup, karena pada
dasarnya nilai agama absolut dan berlaku sepanjang hayat yang mana tidak
dipengaruhi oleh waktu, tempat, ataupun keadaan.7 Selain hal tersebut,
pada dasarnya mata pelajaran Akidah Akhlak merupakan salah satu mata
pelajaran yang erat kaitanya dengan pembentukan moral peserta didik.
Adanya materi pelajaran Akidah Akhlak diharapkan dapat membantu peserta
didik dalam membentuk pribadi yang lebih baik dalam upaya mencari ridha
Allah Swt. agar selalu melakukan perbuatan yang terpuji. Selain itu, peserta
didik dapat menyerap pesan yang terkandung dalam materi pelajaran
sehingga dapat dijadikan bekal hidup ke depannya. Di samping itu peran
guru Akidah Akhlak yang utama ialah membentuk akhlak mulia dalam diri
peserta didik, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan informasi yang telah diperoleh dari latar belakang
permasalahan di atas. Maka dari itu, penulis tertarik untuk melakukan

6
Angga Putra, et al., Bimbingan & Konseling (Sumatra Barat: Mitra Cendikia Media,
2022), 139.
7
Zakiyah Derajat, Ilmu Jiwa Agama, cet. Ke 17 (Jakarta: Bulan Bintang, 2009), 147.
penelitian lebih lanjut mengenai “Peran Guru Akidah Akhlak dalam
Mengatasi Bullying Pada Siswa di MTsN I Magetan”.
METODE
Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, jenis
penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian tentang suatu
kesatuan sistem. Kesatuan sistem ini berkaita tentang hal-hal yang
dilakukan oleh peneliti dalam menyelediki suatu peristiwa atau sekelompok
individu. Hanya saja kasus-kasus tersebut dibatasi oleh batasan waktu,
aktivititas, dan penelitian menggunakan berbagai langkah dalam
mengumpulkan informasi secara legkap berdasarkan waktu yang telah
ditentukan.8
Adapun sumber data primer dalam penelitian ini yaitu melalui
pengamatan, catatan lapangan dan wawancara dengan subjek yang dituju
adalah Bapak Setiyo Nuhar, S.Pd selaku Kepala Sekolah, Ibu Tri
Prasetyowati, S.Psi selaku guru Bimbingan Konseling, Bapak Agus Muhalim,
S.Pd.I selaku guru mata pelajaran Akidah Akhlak, Beberapa Siswa kelas VIII
G dan H di MTsN 1 Magetan tahun ajaran 2022/2023. Sedangkan Data
Skunder dalam penelitian ini yaitu terkait sejarah berdirinya MTsN 1
Magetan, visi dan misi, sarana dan prasarana, daftar jumlah guru, karyawan
dan jumlah siswa MTsN 1 Magetan, prestasi yang diraih oleh siswa di MTsN 1
Magetan, serta catatan konseling pada siswa.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan
tiga cara pengumpulan data:

1. Observasi
Observasi ialah melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian secara lebih dekat untuk mengamati perilaku bullying yang
terjadi pada siswa kelas VIII G dan VIII H dan upaya guru Akidah Akhlak
dalam mengatasi bullying pada siswa. Pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan observasi partisipan. Artinya proses pengamatan
dilakukan oleh peneliti juga bersama partisipan. Jadi, peneliti bukan hanya
sekedar melakukan wawancara. Namun, peneliti juga melakukan
pengamatan agar memperoleh informasi yang tersembunyi dan mungkin
tidak terungkap dalam wawancara.9
2. Wawancara
Wawancara merupakan suatu cara pengumpulan data yang bertujuan
untuk memperoleh data secara langsung dari sumbernya. Pada penelitian
ini, peneliti telah melakukan wawancara Bapak Setiyo Nuhar, S.Pd selaku
Kepala Sekolah, Ibu Tri Prasetyowati, S.Psi selaku guru Bimbingan
Konseling, Bapak Agus Muhalim, S.Pd.I selaku guru mata pelajaran
Akidah Akhlak, Beberapa Siswa kelas VIII G dan H di MTsN 1 Magetan
tahun ajaran 2022/2023. Jenis wawancara yang peneliti gunakan pada
penelitian ini yaitu jenis penelitian terpimpin yang mana pada saat
wawancara peneliti menggunakan pedoman wawancara, dimana sebelum
pelaksaan penelitian atau terjun ke lapangan peneliti mempersiapkan
pertanyaan yang nantinya akan digunakan, namun peneliti juga
8
M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif, 62.
9
Rico, Metode Penelitian Jenis, Karakteeristik, dan Keunggulannya (Jakarta: PT.
Gramedia, 2010, 112.
menggunakan jenis wawancara bebas yang memungkinkan beberapa
pertanyaan muncul secara spontan saat pelaksaan penelitian.

3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara. Sehingga, dengan adanya dokumentasi ini hasil
penelitian akan lebih dapat dipercaya.10
Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan dari teori Miles dan
Huberrman berpendapat bahwasannya, analisis terdiri dari tiga alur yang
terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyaijian data dan
penarikan kesimpulan/verifikasi. Reduksi data diartikan sebagai proses
pemilihan, pemusatan perhatian dan penyederhanaan, pengabstrakan dan
informasi data-data mentah yang ada dari catatan-catatan tertulis di
lapangan. Penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dengan
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan yang paling
sering digunakan dalam menyajikan data penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif. Upaya penarikan kesimpulan dilakukan
peneliti secara terus-menerus selama berada di lapangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Bentuk-Bentuk Bullying Yang Terjadi Pada Siswa
Bullying berasal dari kata Bahasa Inggris yaitu bully yang memiliki
arti “ancaman”. Sedangkan dalam pengertian Kamus Besar Bahasa
Indonesia bullying berasal dari kata rundung atau merundung yang
memiliki arti mengganggu, mengusik secara terus menerus, serta
menyusahkan.11 Sedangkan menurut Komisi Perlindungan Anak, bullying
merupakan suatu kekerasan fisik dan psikologis berjangka panjang yang
dilakukan oleh seseorang maupun kelompok terhadap seseorang yang
tidak memiliki kemampuan untuk melawan.12
Sebagaimana yang diketahui peneliti bahwa di MTsN 1 Magetan
dijumpai beberapa siswa yang masih melakukan perilaku bullying. Pada
penelitian ini peneiliti hanya membatasi terkait terjadinya bullying verbal,
dimana pada penelitian ini hanya berfokus pada siswa kelas VIII G dan
VIII H.
Bullying verbal ialah bullying yang kerap terjadi dan mudah sekali
untuk dilakukan. Bentuk dari bullying ini biasanya merupakan awal dari
bentuk bullying lainnya serta menjadi langkah utama menuju perilaku
kekerasan lebih lanjut. Bentuk bullying verbal yang terjadi pada siswa
kelas VIII G dan H di MTsN 1 Magetan diantaranya sebagai berikut:
a. Memanggil nama orang tua
Bentuk bullying ini kerap terjadi pada setiap sekolah. Jadi tidak
heran apabila perbuatan ini sering terjadi pada siswa. Dalam hal ini
biasanya pelaku memanggil korban bukan dengan nama aslinya
melainkan dengan sebutan nama orang tua. Penyebab mereka
10
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif , 176.
11
Said Alwi, Perilaku Bullying di Kalangan Santri Dayah Terpadu Kota Lhokseumawe
(Medan: Cv. Pusdikra Mitra Jaya, 2021), 20.
12
Said Alwi, 20.
melakukan perbuatan tersebut yaitu hanya sebagai canda gurau dan
merupakan salah satu kebiasaan yang mereka lakukan.
b. Mengejek teman
Mengejek merupakan salah satu bentuk dari adanya bullying verbal,
berdasarkan wawancara yang diperoleh dari siswa bahwa masih
terdapat siswa yang mengejek namanya dengan menyebut nama orang
tua. Hal ini biasanya terjadi pada siswa yang memiliki sifat pendiam.
c. Mengasingkan teman
Perilaku ini seperti halnya dijauhi oleh teman dan merupakan salah
satu bentuk bullying verbal yang mana permasalahan ini termasuk
dalam bentuk pengucilan dimana seseorang merasa di asingkan dan
merasa sendiri.
Berdasarkan dari hasil dan pembahasan diatas, bahwa perilaku
bullying yang terjadi pada siswa kelas VIII G dan VIII H di MTsN 1
Magetan yaitu bullying verbal. Bullying bentuk verbal merupakan bullying
yang sering terjadi. Bentuk bullying verbal yang terjadi pada siswa kelas
VIII G dan VIII H di MTsN 1 Magetan diantaranya yaitu memanggil nama
orang tua, mengejek dan mengasingkan teman. Hal tersebut sesuai
dengan teori yang di kemukakan oleh Ponny Retno Astuti, menurutnya
bentuk bullying verbal antara lain yaitu pemalakan, pemerasan,
mengancam atau intimidasi, menghasut, berkata kotor, berkata menekan,
menyebar kejelelekan korban, mengejek, dan mengasingkan. 13
Perilaku bullying dapat diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ialah faktor yang
menimbulkan perilaku bullying yang terjalin karena pribadinya sendiri.
Faktor ini meliputi sifat agresif, pendendam dan ingin menunjukkan
eksistensi diri atau populer.14 Sedangkan faktor eksternal merupakan
faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku bullying yang biasanya
berasal dari luar diri seseorang. Diantara faktor eksternal yang dapat
mengakibatkan terjadinya perilaku bullying yaitu keluarga, teman sebaya
atau lingkungan, sistem pendidikan sekolah, media massa, serta budaya.
Menurut uraian tersebut bahwasanya perilaku bullying pada
madrasah ini dapat dikaitkan dengan faktor sebab yang mempengaruhi
salah satunya yaitu faktor eksternal yang di sebabkan oleh teman sebaya.
Teman sebaya merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya
bullying yang terjadi pada siswa. Dari hasil dan pembahasan sebelumnya,
bahwasanya siswa melakukan perbuatan menyimpang karena ikut-ikutan
teman. Jadi tidak heran apabila penyebab terjadinya bullying tersebut
dikarenakan faktor teman.
2. Upaya Guru Akidah Akhlak dalam Mengatasi Bullying Pada Siswa
Guru memiliki beberapa peran yang harus dilaksanakan dalam proses
pembelajaran. Karena guru merupakan tenaga pendidik profesional yang
memiliki tugas utama dalam mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik dalam

13
Ponny Retno Astuti, Meredam Bullying, 22.
14
Ponny Retno Astuti, 53-54.
proses pemindahan ilmu pengetahuan yang berasal dari sumber belajar
ke peserta didik.15
Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam mengatasi permasalahan
bullying pada siswa MTsN 1 Magetan terdapat kewajiban guru dalam
mengatasinya termasuk upaya guru Akidah Akhlak. Dalam hal ini guru
Akidah Akhlak telah menjalankan perannya dengan baik. Hal ini berkaitan
dengan akhlak yang telah dilakukan siswa baik di dalam proses
pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran. Guru Akidah Akhlak
merupakan guru yang sangat berpengaruh dalam perihal perilaku siswa.
Maka dari itu guru Akidah Akhlak memiliki posisi yang cukup menjadi
sorotan baik bagi orang tua, masyarakat maupun guru lain dalam
membentuk akhlak maupun karakter siswa.
Guru memiliki peran penting dalam proses menciptakan generasi
penerus yang berkualitas, baik secara intelektual maupun akhlaknya. 16
Sebagaimana telah diketahui, bahwa guru Akidah Akhlak di MTsN 1
Magetan telah menjalankan perannya dengan baik. Dalam hal ini, guru
Akidah Akhlak selalu mengajar, mendidik, dan membina siswanya dengan
sebaik mungkin. Selain hal tersebut, guru Akidah Akhlak memiliki upaya
dalam mengatasi bullying yang terjadi di MTsN 1 Magetan khususunya
pada siswa kelas VIII G dan VIII H.
Upaya tersebut disesuaikan dengan porsi siswa masing-masing.
Adapun beberapa upaya yang dapat diterapkan oleh guru dalam
mengatasi perilaku bullying pada siswa di sekolah salah satunya yaitu
dengan cara menanamkan nilai-nilai keislaman maupun akhlak terhadap
siswa pada saat kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, selain itu
menasehati secara langsung jika mendapati siswa yang berperilaku
kurang baik kepada temannya.17
Adapun upaya yang telah diterapkan guru Akidah Akhlak dalam
mengatasi bullying yang terjadi pada siswa yaitu sebagai pengajar
merupakan peran utama yang dilaksanakan oleh setiap guru. Dalam hal
ini, guru Akidah Akhlak dalam proses pembelajaran selalu menyangkut
mengenai adab bergaul dengan baik antar sesama teman. Menurut E.
Mulyasa dalam bukunya yang berjudul Menjadi Guru Profesional telah
dituliskan bahwa sebagai pengajar guru memiliki tanggung jawab
terhadap segala tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran di sekolah.
Guru sebagai pendidik juga harus mengetahui serta memahami nilai,
norma, moral, sosial, dan perilaku berdasarkan dengan nilai dan norma
tersebut.18
Guru merupakan penasehat bagi siswa sekaligus bagi orang tua
dalam setiap jenjang. Guru memiliki peranan sebagai penasehat serta
menjadi orang kepercayaan. Sehingga dalam memerankan peran ini guru

15
Siti Maimunawti & Muhammad Alif, Peran Guru, Orang Tua, Metode dan Media
Pembelajaran (Banten: 3 M Media Karya Serang, 2020), 7.
16
Dewi Safitri, Menjadi Guru Profesional, 6.
17
Aliy Ahmad, Rosichin Mansur, dan Ach Faisol, “ Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan
Agama Islam Dalam Mencegah Periaku Bullying (Studi Kasus di MTs Nurul Ulum Malang)” ,
Jurnal Pendidikan Agama Islam, 5, N0. 1 (2020): 14.
18
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),
37.
tentu berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat suatu keputusan
dan dalam menangani suatu permasalahan kebanyakan siswa lari kepada
gurunya. Oleh karena itu, semakin efektif guru dalam menangani setiap
permasalahan, maka semakin banyak kemungkinan siswa berpaling
kepadanya untuk memperoleh nasehat dan kepercayaan diri. 19 Dalam
menjalankan tugasnya untuk mengatasi perilaku bullying yang terjadi
pada siswa guru Akidah Akhlak juga berupaya sebagai penasehat. Dalam
hal ini guru Akidah Akhlak tidak bosan dalam menasehati siswa. Hal ini
selalu dilaksanakan oleh guru Akidah Akhlak dalam mengatasi perilaku
bullying pada siswa. Guru Akidah Akhlak selalu menasehati siswanya
apabila mendapati siswa yang berperilaku kurang baik secara langsung
agar tidak sering melakukan perbuatan yang tidak baik maupun
memperbaiki sikap seperti halnya ucapan.
Selanjutnya upaya yang dilakukan oleh guru Akidah Akhlak dalam
mengatasi perilaku bullying pada siswa yaitu sebagai teladan. Guru
merupakan teladan bagi siswa dan semua orang yang menganggapnya
sebagai guru. Sebagai teladan, tentu saja apa yang dilakukan oleh guru
akan mendapat sorotan siswa serta orang disekitar lingkungannya yang
menganggap atau mengakuinya sebagai guru. 20 Teladan merupakan peran
yang paling penting untuk dilaksanakan hal ini sesuai dengan apa yang
dijalankan oleh guru Akidah Akhlak dalam mengatasi perilaku bullying
pada siswa. Dalam menjalankan hal ini guru Akidah Akhlak tidak hanya
memberikan contoh melalui sikap saja. Sebagaimana penelitian yang
dilakukan oleh Syahidah Rena dkk yang dikutip dalam jurnalnya. Untuk
mengatasi bullying terdapat tiga kebijakan anti bullying yaitu: pertama,
sebagai guru dapat menerapkan keterampilan dengan melalui model
transteori (Transtheoritical Model/ TTM) yaitu merupakan salah satu
metode penyadaran terkait bahaya bullying, biasanya hal ini dilakukan
untuk mengajak hal-hal yang menimbulkan kegiatan positif, dan juga bisa
dilakukan dengan cara memberi nasehat. Sehingga dengan adanya
keterampilan ini dapat memberi pemahaman maupun pengetahuan
terhadap seseorang. Kedua, melalui super network. Super network yaitu
kegiatan melakukan komunikasi antar pihak sekolah dalam mencegah
terjadinya kasus bullying. Ketiga, program sahabat. Dalam program
sahabat ini guru melalukan suatu kegiatan dimana kegiatan tersebut
dapat menumbuhkan nilai sosial dan interaksi yang baik terhadap sesama.
Sehingga dari adanya kebijakan anti bullying tersebut dapat meambah
keterampilan guru dalam mencegah terjadinya perilaku bullying yang
terjadi pada siswa.21
Adapun upaya lain yang diterapkan Guru Akidah Akhlak dalam
mengatasi permasalahan terkait terjadinya bullying pada siswa kelas VIII
G dan VIII H di MTsN 1 Magetan yaitu dengan penanaman nilai Islam dan
Akhlak dengan menerapkan kebijakan program sahabat yang dilakukan
dengan cara membentuk kelompok membaca Al-Qur’an secara bersama
19
E. Mulyasa, 43-44.
20
Jumrah Jamil, Etika Profesi Guru (Sumatra Barat: CV. Azka Pustaka, 2022), 75.
21
Syahidah Rena, et al., “Implementasi Kebijakan Anti-Bullying Di Sekolah” (Studi
Kasus MTs Madinatunnajah Ciputat, Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan 5, no.1
(2021): 84-86.
dengan kelompok yang telah dibentuk. Upaya yang diterapkan guru
Akidah Akhlak tersebut secara tidak langsung dapat membentuk suatu
perbuatan yang terpuji dan dapat membentuk suatu interaksi sosial yang
baik serta dapat menanamkan kebiasaan terpuji bagi siswa. Sehingga
dengan diterapkannya upaya kebijakan tersebut diharapkan para siswa
dapat memahami dan menjauhi perilaku-perilaku yang tidak baik seperti
halnya dalam melakukan bully dengan teman.
Namun untuk mengatasi permasalahan bullying pada siswa MTsN 1
Magetan tidak hanya mengandalkan peran guru Akidah Akhlak saja. Hal
ini berkaitan dengan kebijakan sekolah dalam mengatasi permasalahan
tersebut. Diantara kebijakan yang ada yaitu sekolah menerapkan
hukuman bagi pelaku bullying apabila terdapat bukti dan saksi yaitu
dengan menerapkan hafalan maupun menulis surat-surat pendek.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang ada dapat dianalisis, bahwa
dalam mengatasi perilaku bullying pada siwa terdapat upaya guru Akidah
Akhlak. Dalam menjalankan upaya tersebut guru Akidah Akhlak telah
menjalankannya dengan baik. Upaya yang dilakukan guru Akidah Akhlak
dalam mengatasi permasalahan terkait terjadinya bullying yaitu dengan
menanamkan nilai-nilai keislaman atau akhlak kepada siswa, pada saat
kegiatan belajar mengajar di kelas guru Akidah Akhlak membuat program
sahabat dengan menerapkan membaca Al-Qur’an secara berkelompok,
selain itu dalam menanamkan akhlak yang baik bagi siswa guru Akidah
Akhlak pada saat pembelajaran selalu mengaitkan materi pembelajaran
dengan adab bergaul yang baik antar sesama teman. Kemudian guru
Akidah Akhlak selalu menasehati siswanya apabila mendapati siswa yang
berperilaku kurang baik secara langsung agar tidak sering melakukan
perbuatan yang tidak baik maupun memperbaiki sikap seperti halnya
ucapan. Selanjutnya, upaya guru Akidah Akhlak dalam mengatasi
bullying yang terjadi yaitu dengan memberikan contoh yang baik kepada
siswa (teladan), di mana dalam hal ini guru Akidah Akhlak tidak hanya
memberikan contoh melalui sikap saja namun juga memberikan contoh
melalui tindakan seperti halnya untuk berkata sopan dalam berucap dan
selalu berperilaku yang baik antar sesama teman.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian terkait peran guru Akidah Akhlak dalam
mengatsi bullying pada siswa di MTsN 1 Magetan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Bentuk-bentuk perilaku bullying pada siswa kelas VIII G dan VIII H di
MTsN 1 Magetan yaitu bentuk bullying verbal seperti halnya memanggil
nama dengan menyebut nama orang tua, mengejek, dan mengasingkan
teman.
2. Upaya yang dilakukan guru Akidah Akhlak dalam mengatasi
permasalahan bullying yaitu: (1) menanamkan nilai-nilai keislaman atau
akhlak kepada siswa dengan membaca Al-Qur’an secara berkelompok
dan mengaitkan materi pembelajaran dengan adab bergaul yang baik
(akhlakul kharimah) kepada siswa, (2) menasehati siswa apabila
mendapati siswa yang berperilaku kurang baik, (3) memberi teladan/
contoh yang baik kepada siswa agar berperilaku sopan dalam berucap
dan berperilaku baik dengan sesama teman.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Aliy. et al., “Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam dalam


Mencegah Perilaku Bullying (Studi Kasus di MTs Nurul Ulum Malang)”,
Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 5, No.1, 2020.

Alwi, Said. Perilaku Bullying di Kalangan Santri Dayah Terpadu Kota


Lhokseumawe . Medan: CV. Pusdikra Mitra Jaya, 2021.

Astuti, Ponny Retno . Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi


Kekerasan Pada Anak. Jakarta: PT Grasindo, 2008.
Derajat, Zakiyah. Ilmu Jiwa Agama, cet. Ke 17. Jakarta: Bulan Bintang,
2009.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Bumi Aksara,


2013.

Jamil, Jumrah . Etika Profesi Guru. Sumatra Barat: CV. Azka Pustaka, 2022.

KPAI, Sejumlah Kasus Bullying Sudah Warnai Catatan Masalah Anak di Awal
2020, https://www.kpai.go.id/publikasi/sejumlah-kasus-bullying-
sudah-warnai-catatan-masalah-anak-di-awal-2020-begini-kata-
komisioner-kpai di akses pada tanggal 25-12-2022.

Maimunawati, Siti & Muhammad Alif. Peran Guru, Orang Tua dan Media
Pembelajaran. Banten: 3 M Media Karya Serang, 2020.

Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


2009.

Putra, Angga et al. Bimbingan & Konseling. Sumatra Barat: Mitra Cendikia
Media, 2022.

Rena, Syahidah. et.al. “Implementasi Kebijakan Anti-Bullying Di Sekolah”


(Studi Kasus MTs Madinatunnajah Ciputat, Jurnal Pemikiran Keislaman
dan Kemanusiaan, Vol.5 No.1 (April 2021).

Rico. Metode Penelitian Jenis, Karakteeristik, dan Keunggulannya. Jakarta:


PT. Gramedia, 2010.

Safitri, Dewi . Menjadi Guru Profesional. Riau: PT. Indragiri Dot Com, 2019.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014 tentang Atas


Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak,
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/38723/uu-no-35-tahun-
2014 di akses pada tanggal 11-02-2023.

Widyarto, Wikan Galuh. et al. Ilmu Kehidupang. Magelang: Pustaka Rumah


C1nta, 2020.

Wijaya, Novan Ardy. Save Our Children From School Bullying. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2012.

You might also like