You are on page 1of 8

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling

Volume 2 Nomor 1 Tahun 2017


Hal 31 - 38
April 2017

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU BULLYING PADA SISWA SD


NEGERI KECAMATAN BUKIT KABUPATEN BENER MERIAH

Ayu Muspita, Nurhasanah, Martunis


Program Studi Bimbingan Konseling, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Syiah Kuala
E-Mail: ayumuspita1994@gmail.com

ABSTRACT

Bullying behavior often occurs among students at any level including in primary school. Such
behavior certainly should not be allowed because it could induce bigger problems, which can
hinder the success of studies for students. Therefore, it is necessary to find the factors that lead
to such behavior, which in turn can be sought alternatives to overcome. This study aims to
determine the causes of bullying behavior in students SD Negeri sub-district of Bukit Bener
Meriah Regency. This study used a qualitative descriptive approach. The subjects were
elementary school students who had been involved in cases of bullying in school as much as 6
people and teachers who had handled cases of bullying on students in school as much as 6
people. While the object of study is the factors that cause bullying behavior in students. Data is
collected using interviews, observation and documentation. Based on the results of this study
concluded that the factors that cause bullying behavior in students SD Negeri sub-district of
Bukit Bener Meriah Regency is a factor family that do violence to the child or reveal the practice
of violence in the presence of his son, peers (at school and outside the school environment)
which behaves bullying, schools that allow or not to apply strict sanctions to the students who
are bullying and the media that often feature scenes of bullying behavior. Therefore, it is
expected that the school to hold educational seminars or dissemination regarding bullying to
parents, so that parents have a good understanding of this bullying issue. In addition, schools
should disseminate the role of counseling teachers in issues of bullying, so that students become
aware of where they should go and talk about the bullying problem at hand.

Keywords: Causes Factor, Bullying Behavior, Elementary School Students

ABSTRAK

Perilaku bullying sering terjadi di kalangan siswa, baik di tingkat SLTA, SLTP maupun di SD.
Perilaku tersebut tentu saja tidak boleh dibiarkan karena bisa menimbulkan masalah lebih
besar, yang dapat menghambat keberhasilan studi bagi siswa. Oleh karena itu, perlu dicari
faktor-faktor yang menimbulkan perilaku tersebut, yang selanjutnya dapat dicari alternatif
penanggulangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab perilaku
bullying pada siswa SD Negeri Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah. Penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa SD yang
pernah terlibat dalam kasus bullying di sekolah sebanyak 6 orang dan guru-guru yang pernah
menangani kasus bullying pada siswa di sekolah sebanyak 6 orang. Sedangkan objek penelitian
adalah faktor-faktor penyebab perilaku bullying pada siswa. Pengumpulan data dilakukan
menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab perilaku bullying pada siswa SD Negeri Kecamatan
Bukit Kabupaten Bener Meriah adalah faktor keluarga yang melakukan kekerasan kepada anak
atau menampakkan praktek kekerasan di hadapan anaknya, teman sebaya (di sekolah dan luar
lingkungan sekolah) yang berperilaku bullying, sekolah yang membiarkan atau tidak
menerapkan sanksi yang tegas kepada siswa pelaku bullying serta media yang sering

31
Ayu Muspita, Nurhasanah, Martunis
Analisis faktor-faktor penyebab perilaku bullying pada siswa SD.....

menampilkan adegan perilaku bullying. Oleh karena itu, diharapkan kepada pihak sekolah untuk
mengadakan seminar edukasi atau sosialisasi mengenai bullying kepada orang tua, agar orang
tua memiliki pemahaman yang baik mengenai masalah bullying ini. Selain itu, sekolah
hendaknya mensosialisasikan peran guru BK dalam masalah bullying, sehingga murid menjadi
tahu kemana mereka harus pergi dan bercerita mengenai masalah bullying yang sedang
dihadapinya.

Kata kunci: Faktor Penyebab, Perilaku Bullying, Siswa

Pendahuluan

Pendidikan bertujuan mempersiapkan generasi muda untuk terjun dalam


masyarakat dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya. Hal tersebut
menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan. Tujuan dan isi serta proses
pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi karakteristik yaitu kekayaan dan
perkembangan masyarakat tersebut. Di samping itu, pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
(Pasal 3 UU Sisdiknas).
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU
Sisdiknas) Pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian atau kontrol diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara”.

Salah satu jenjang dalam penyelenggaraan pendidikan formal di Indonesia


secara kelembagaan adalah pendidikan dasar yang terdiri dari Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat. Sehubungan dengan itu UU
Sisdiknas menyebutkan bahwa, pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang
melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar diselenggarakan untuk
mengembangkan sikap dan kemampuan, memberikan pengetahuan serta keterampilan
dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat dan mempersiapkan peserta
didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah.
Pembelajaran di sekolah dasar (SD) dilaksanakan berdasarkan rencana
program pelajaran (RPP) yang telah dikembangkan oleh guru. Proses belajar ini harus
dirancang oleh guru sehingga kemampuan siswa, bahan ajar, proses belajar dan sistem
penilaian sesuai dengan taraf perkembangan siswa. Sehubungan dengan tugas dan
peranan guru sebagai pendidik, diharapkan dapat menciptakan iklim kondusif atau
kondisi kelas yang bisa memfasilitasi siswa dalam mencapai tujuan belajar dan
perkembangannya. Tetapi dalam realitanya hal tersebut tidak secara otomatis dapat
terwujud karena banyak permasalahan yang menghinggapi dunia pendidikan itu
sendiri, di antaranya adalah perilaku siswa. Salah satu masalah yang banyak
berkembang di sekolah dewasa ini adalah perilaku bullying pada siswa.
Menurut Olweus (Siswati dan Widayanti, 2009: 3), bullying adalah “perilaku
negatif yang mengakibatkan seseorang dalam keadaan tidak nyaman/terluka dan
biasanya terjadi berulang”. Sedangkan menurut Amini (2008: 2), bullying didefinisikan
sebagai “sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan
yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok”. Jadi dapat dipahami bahwa bullying

32
Ayu Muspita, Nurhasanah, Martunis
Analisis faktor-faktor penyebab perilaku bullying pada siswa SD.....

merupakan tindakan atau penyalahgunaan kekuasaan dan kekuatan yang dimiliki


untuk menguasai atau menyakiti orang lain. Bentuk bullying secara verbal, misalnya
mengejek, memanggil nama julukan, mengancam atau menyebarkan berita tidak benar
yang membuat korban malu. Sedangkan bentuk bullying secara non verbal, seperti
memukul, menendang dan mendorong.
Tindakan bullying merupakan “salah satu masalah sosial dan sering dijumpai
pada kalangan siswa di sekolah” (Krahe, 2005: 198). Sebagaimana diketahui bahwa
fenomena praktik bullying dapat terjadi pada siapa saja dan begitu pula dengan siswa di
tingkat sekolah dasar (SD). Perilaku bullying yang sering ditunjukkan siswa SD di
antaranya adalah meminta sesuatu dengan paksa kepada temannya yang lemah, seperti
uang, alat tulis dan menyontek. Siswa pelaku bullying juga suka bertindak yang
berhubungan dengan non verbal seperti memukul, menyepak atau menendang.
Sedangkan perilaku verbal yang dilakukan siswa pembullying seperti mengejek atau
memanggil dengan julukan yang tidak pantas terhadap temannya serta ancaman jika
tidak menuruti perintah dan kemauannya (Krahe, 2005: 198).
Sebagai contoh tindakan bullying yaitu kasus Nurul Fatimah siswi MIN Keunaloe
asal Gampong Pasar Seulimum, Aceh Besar. Nurul yang baru kelas empat itu meninggal
dunia pada Sabtu (26/9/2015) malam di Rumah Sakit Zainoel Abidin (RSUZA) Banda
Aceh setelah dikeroyok teman-teman sekolahnya. Ia harus mendapat perawatan
karena kritis dipukul oleh teman laki-laki di sekolahnya yang berjumlah enam orang.
Pemukulan yang dilakukan anak-anak tersebut tergolong brutal. Leher Nurul dicekik
dengan menggunakan jilbab yang ia pakai, sementara tangannya diputar ke belakang.
Sedangkan perut dan dada nurul menjadi sasaran tendangan (Serambinews.com,
Banda Aceh, 2015).
Berdasarkan studi pendahuluan dan keterangan dari guru, siswa-siswa SD Negeri yang
ada di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah umumnya berperilaku baik dan
berprestasi. Namun demikian terdapat sebagian siswa yang menunjukkan adanya
perilaku bullying kepada teman-teman sekolah yang lemah, seperti memalak atau
meminta dengan paksa uang jajan atau sesuatu berupa makanan, minuman dan alat
tulis, mencontek dengan paksa serta minta dibuatkan pekerjaan rumah (PR). Siswa
kerap melakukan tindakan verbal seperti mengejek, mengolok-olok, menghina dan
mengancam. Juga melakukan tindakan non verbal seperti suka berkelahi, memukul dan
menendang (hasil survey awal di SD Negeri Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah).
Penelitian ini menarik dilakukan karena fenomena sekarang banyak ditemui kasus siswa
setingkat SD yang suka berperilaku kekerasan dan kasar, baik terhadap teman-teman di
lingkungan sekolah maupun teman sepermainan dalam pergaulannya. Hal tersebut dapat
terjadi karena dilatarbelakangi oleh faktor-faktor tertentu. Dalam pembahasan ini,
penelitian difokuskan pada anak yang suka berperilaku bullying terhadap orang lain yang
lemah.

Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan


deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan
pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena
sosial dan masalah manusia (Moleong, 2008). Metode kualitatif merupakan prosedur
penelitian deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati. Metode kualitatif dapat digunakan untuk mengungkap dan
memahami sesuatu dibalik fenomena yang sama sekali belum diketahui. Metode ini
juga dapat digunakan untuk mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru
diketahui dan dapat memberi rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit
diungkapkan oleh metode kuantitatif. Sedangkan metode deskriptif yaitu penelitian
yang meneliti keadaan sekarang, baik itu perorangan, lembaga, masyarakat dan nilai-

33
Ayu Muspita, Nurhasanah, Martunis
Analisis faktor-faktor penyebab perilaku bullying pada siswa SD.....

nilai lainnya. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang meneliti keadaan
sekarang berdasarkan data-data yang lebih berupa kata-kata bukan angka yang
disusun dalam bentuk cerita atau peristiwa.
Penelitian ini dilaksanakan pada SD Negeri yang ada di Kecamatan
Bukit Kabupaten Bener Meriah yaitu SD Negeri 1 Simpang 3, SD Negeri Pondok Sayur
dan SD Negeri Sedie Jadi. Subjek dalam penelitian ini adalah anak-anak yang terlibat
kasus bullying di SD dan guru-guru yang pernah menanganinya di sekolah tersebut.
Guru pada SD Negeri 1 Simpang Tiga Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah
sebanyak 2 orang, SD Negeri Pondok Sayur sebanyak 2 orang dan SD Negeri Sedie
Jadi sebanyak 2 orang. Adapun untuk siswa yang dijadikan subjek penelitian masing-
masing diambil sebanyak 2 orang dari ketiga sekolah tersebut, sehingga semuanya
berjumlah 6 siswa. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor
penyebab perilaku bullying pada siswa SD.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik wawancara,
observasi dan dokumentasi. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu
yang dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu peneliti sebagai pewawancara dengan
mengajukan beberapa pertanyaan kepada individu yang bersangkutan (responden)
sesuai dengan topik pembahasan. Untuk memperoleh data yang akurat dan valid, maka
dilakukan teknik wawancara secara langsung dengan pedoman yang terstuktur.
Observasi yaitu pengumpulan data dimana peneliti mengamati langsung objek yang
diteliti di lokasi penelitian, terutama tindakan yang dilakukan oleh siswa berperilaku
bullying dan penanganannya oleh guru. Sedangkan dokumentasi adalah data-data
yang berupa buku kasus atau catatan guru tentang siswa yang melakukan tindakan
bullying.

Hasil Penelitian

Faktor-faktor Penyebab Perilaku Bullying

Pada umumnya orang melakukan bullying karena merasa tertekan, terancam,


terhina, sakit hati, dendam dan sebagainya. Jadi sebenarnya pelaku bullying
sesungguhnya juga merupakan korban dari tindakan serupa yang dilakukan orang lain
kepadanya, sehingga perilaku ini dapat dikatakan sebagai sebuah siklus, dalam artian
pelaku kemungkinan besar merupakan korban dari pelaku bullying sebelumnya.

Keluarga

Faktor keluarga merupakan salah satu hal yang pertama dapat mempengaruhi
terbentuknya perilaku bullying pada anak. Hal tersebut bisa saja disebabkan oleh
kurangnya kehangatan dan tingkat kepedulian orang tua yang rendah terhadap
anaknya, pola asuh orang tua yang terlalu permisif, sehingga anak bebas melakukan
tindakan apapun yang diinginkan atau sebaliknya, pola asuh orang tua yang terlalu
keras sehingga anak menjadi akrab dengan suasana yang mengancam, kurangnya
pengawasan dari orang tua serta pengaruh dari perilaku saudara-saudara kandung di
rumah.
keluarga adalah salah satu bagian yang turut mempengaruhi hingga terjadinya
perilaku bullying pada siswa. Faktor latar belakang dari keluarga yang memengaruhi
perilaku bullying pada individu, antara lain yaitu lingkungan emosional yang beku dan
kaku dengan tidak adanya saling memperhatikan dan memberikan kasih sayang yang
hangat; pola asuh orang tua yang permisif dengan serba membolehkan, sedikit sekali
memberikan aturan, membatasi untuk berperilaku, struktur keluarga yang kecil;
pengasingan keluarga dari masyarakat, kurangnya kepedulian terhadap hidup
bermasyarakat serta kurangnya keterlibatan keluarga dalam aktivitas bermasyarakat;

34
Ayu Muspita, Nurhasanah, Martunis
Analisis faktor-faktor penyebab perilaku bullying pada siswa SD.....

konflik yang terjadi antara orang tua dan ketidakharmonisan dalam keluarga;
penggunaan disiplin, orang tua gagal untuk menghukum atau malah memperkuat
perilaku agresi dan gagal untuk memberikan penghargaan; pola asuh orang tua yang
otoriter dengan menggunakan kontrol dan hukuman sebagai bentuk disiplin yang
tinggi serta orang tua mencoba untuk membuat rumah tangga dengan aturan yang
standar dan kaku.
Berdasarkan hasil penelitian, secara umum dapat dinyatakan bahwa keluarga
sering melakukan pertengkaran atau kekerasan dalam lingkungan rumah dan
disaksikan atau bahkan anggota keluarganya yang menjadi sasaran. Siswa-siswa dari
SD Negeri 1 Simpang Tiga, SD Negeri Pondok Sayur dan SD Negeri Sedie Jadi
Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah menyatakan bahwa mereka pernah dan
sering melihat pertengkaran dan tindak kekerasan terjadi di rumahnya.
Hal yang dikemukakan di atas didukung oleh keterangan dari para guru di SD
Negeri Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah bahwa ada beberapa siswanya yang
berlatar belakang keluarga kurang harmonis, pola asuh orang tua yang otoriter, kaku
dan permisif, kurang kepedulian, perhatian dan kasih sayang kepada anak terutama
bagi yang orang tuanya sibuk bekerja di kebun dan faktor lingkungan. Observasi yang
peneliti lakukan juga memperkuat hasil penelitian bahwa dijumpai sebagian siswa SD
Negeri Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah yang berperilaku bullying
dikarenakan faktor keluarga dan lingkungan pergaulan yang kurang kondusif, sehingga
membentuk karakter demikian.

Teman sebaya di sekolah dan luar sekolah

Teman sebaya atau peer groups adalah sekelompok teman yang mempunyai
ikatan emosional yang kuat dan mereka dapat berinteraksi, bergaul, bertukar pikiran
serta pengalaman dalam memberikan perubahan dan pengembangan dalam kehidupan
sosial dan pribadinya. Anak-anak ketika berinteraksi di sekolah dan dengan teman
sekitar rumah kadang kala terdorong melakukan bullying untuk membuktikan bahwa
mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, untuk mendapatkan respek dari teman
atau menunjukkan di depan teman-temannya bahwa dia punya kekuatan, dia yang
paling berani, dialah orang yang berkuasa dikelompoknya.
Anak-anak yang memasuki usia remaja, umumnya lebih banyak menghabiskan
waktunya di luar rumah. Mereka memiliki keinginan untuk tidak lagi terlalu
bergantung pada keluarganya dan mulai mencari dukungan dan rasa aman dari
kelompok sebayanya. Oleh karena itu salah satu faktor yang sangat besar dari perilaku
bullying pada siswa disebabkan oleh teman sebaya yang dapat memberikan pengaruh
positif maupun negatif. Teman sebaya yang memberikan pengaruh negatif, yakni
dengan cara memberikan ide, baik secara aktif maupun pasif bahwa bullying tidak akan
berdampak apa-apa dan merupakan suatu hal yang wajar dilakukan.
Hasil observasi yang peneliti lakukan membenarkan kondisi tersebut, dimana
ada sebagian atau sekelompok siswa yang merasa lebih kuat kemudian berbuat
kekerasan (bullying) terhadap adik-adik kelas atau temannya yang lemah dan
pengecut. Bentuk perilaku bullying yang dilakukan seperti mengejek, memukul,
menyepak/menendang, menyuruh mengutip sampah dan lain-lain. Hal tersebut juga
dibenarkan oleh keterangan guru bahwa ada beberapa siswa yang memang tergolong
nakal dan suka membuat keonaran di sekolah serta bertindak kekerasan terhadap adik
kelas atau siswa yang lain.

Sekolah
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sekolah juga merupakan faktor
pembentuk perilaku bullying pada siswa. Kasus bullying di sekolah selain terjadi dalam
bentuk kekerasan fisik, namun lebih banyak terjadi dalam bentuk kekerasan verbal dan

35
Ayu Muspita, Nurhasanah, Martunis
Analisis faktor-faktor penyebab perilaku bullying pada siswa SD.....

relasional. Hal inilah yang membuat sekolah sulit mendeteksi ada tidaknya para siswa
melakukan tindakan tersebut. Kekerasan verbal dapat berupa memberi julukan nama
yang membuat seseorang tidak nyaman dengan julukan tersebut, celaan, fitnah, kritik
tajam, penghinaan, intimidasi, pemalakan, perampasan barang, dan pelecehan seksual
dan lain sebagainya.

Bullying di sekolah umumnya bukan karena kemarahan, konflik atau ekonomi,


tetapi lebih pada memperlakukan secara tidak sopan atau mempengaruhi dengan
paksaan dan kekuatan. Sehingga motif pelakunya pun mengarah pada keinginan untuk
menujukkan bahwa ia punya kekuatan, dialah yang berkuasa di lingkungannya, ingin
mendapat kepuasan, ingin mendapatkan respek dari siswa lain, perasaan tidak suka, iri
hati, dan sakit hati terhadap siswa lain.

Media
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa-siswa SD Negeri Kecamatan Bukit
Kabupaten Bener Meriah sering menonton televisi/video yang berbau kekerasan dan
sering membuka internet kemudian mempraktekkan apa yang di tonton kepada teman.
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh media dalam
perilaku bullying sangat menentukan, dimana anak-anak suka meniru adegan-adegan
film yang ditontonnya, meniru gerakan dan kata-katanya. Oleh karena itu, televisi
memiliki peranan penting dalam pembentukan cara berpikir dan berperilaku. Hal ini
tidak hanya terbatas pada media televisi saja, namun juga dalam semua bentuk media
yang lain seperti internet, video maupun majalah/buku bacaan. Anak yang terbiasa
menonton kekerasan di media cenderung akan berperilaku agresif dan
menggunakannya untuk menyelesaikan masalah.
Jadi media juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya perilaku bullying pada siswa. Banyaknya contoh perilaku bullying dari
berbagai media seperti televisi, internet, video, film, ataupun video game dan
majalah/buku bacaan dapat menyebabkan anak jadi meniru perbuatan tersebut serta
menerapkan atau mempraktikkannya kepada orang lain.

Pembahasan

Berdasarkan analisis data diketahui bahwa faktor-faktor penyebab perilaku


bullying pada siswa SD Negeri Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah, yang diwakili
oleh SD Negeri 1 Simpang Tiga, SD Negeri Pondok Sayur dan SD Negeri Sedie Jadi
Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah adalah karena keluarga, teman sebaya (di
sekolah dan luar sekolah) serta sekolah dan media.
Sehubungan itu, Djuwita (2006: 2) menyatakan bahwa bullying adalah
penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau kelompok,
sehingga korban merasa tertekan, trauma, tidak berdaya dan peristiwanya terjadi
berulang.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa pihak yang kuat tidak hanya berarti
kuat dalam ukuran fisik, namun bisa juga kuat secara mental. Dalam hal ini korban
bullying tidak dapat membela atau mempertahankan diri, karena lemah secara fisik
atau mental. Dampak tindakan tersebut bagi korban bukan hanya sekedar sebuah
perbuatan yang dilakukan, seperti seorang siswa mendorong bahu temannya dengan
kasar. Saat yang didorong merasa terintimidasi, apalagi jika tindakan tersebut
dilakukan secara berulang-ulang, maka perilaku bullying telah terjadi.
Senada dengan pendapat di atas, menurut pandangan Olweus (Krahe, 2005:
197), “Seseorang dianggap menjadi korban bullying jika dihadapkan pada tindakan
negatif dan dilakukan secara berulang-ulang serta terjadi terus-menerus”. Sementara
menurut Tattum (Smith, Pepler dan Rigby, 2007: 5), bullying adalah keinginan untuk

36
Ayu Muspita, Nurhasanah, Martunis
Analisis faktor-faktor penyebab perilaku bullying pada siswa SD.....

menyakiti dan sebagian besar harus melibatkan ketidakseimbangan kekuatan, dimana


orang atau kelompok yang menjadi korban adalah yang tidak memiliki kekuatan dan
perlakuan ini terjadi berulang-ulang dan diserang secara tidak adil. Jadi menurut
pendapat kedua ahli di atas, perilaku bullying melibatkan kekuatan dan kekuasaan yang
tidak seimbang. Akibatnya korban berada dalam keadaan tidak mampu
mempertahankan diri secara efektif untuk melawan tindakan negatif yang diterimanya.
Hal tersebut terus terjadi secara berulang dan korban tidak mendapat keadilan
sedikitpun.
Kebanyakan perilaku bullying berkembang dari berbagai faktor yang kompleks
dan tidak ada faktor tunggal yang menjadi penyebabnya. Menurut Ariesto (Mudjijanti,
2011: 4), faktor-faktor penyebab terjadinya bullying antara lain adalah guru, siswa,
keluarga dan lingkungan. Kemudian Coloroso (2007: 35) menyebutkan beberapa faktor
yang berasal dari pengaruh sosial dapat menyebabkan munculnya perilaku bullying
yaitu keluarga, teman sebaya, sekolah. Sedangkan Beane (2008: 29) menyatakan
bahwa beberapa faktor yang menyebabkan bullying, di antaranya yaitu media,
keluarga, teman sebaya, lingkungan masyarakat dan sekolah.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan


sebagai berikut: menurut analisis data pada penelitian ini dapat diketahui bahwa
faktor-faktor penyebab perilaku bullying pada siswa SD Negeri Kecamatan Bukit
Kabupaten Bener Meriah adalah keluarga yang suka melakukan kekerasan atau
menampakkan praktek kekerasan di hadapan anaknya, teman sebaya (di sekolah dan
luar lingkungan sekolah) yang suka berperilaku bullying, sekolah yang membiarkan
atau tidak menerapkan sanksi yang tegas kepada siswa pelaku bullying serta media
yang sering menampilkan adegan perilaku bullying. Apabila dibiarkan, pelaku bullying
akan belajar bahwa tidak ada risiko apapun bagi mereka bila mereka melakukan
kekerasan, agresi maupun mengancam anak lain. Ketika dewasa pelaku tersebut
memiliki potensi lebih besar untuk menjadi preman ataupun pelaku kriminal dan akan
membawa masalah dalam pergaulan sosial.
Sehubungan dengan kesimpulan dari hasil penelitian, maka penulis
menyarankan sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada pihak sekolah untuk mengadakan seminar edukasi atau
sosialisasi mengenai bullying kepada orang tua, agar orang tua memiliki
pemahaman yang baik mengenai masalah bullying ini. Selain itu, sekolah
hendaknya mensosialisasikan peran guru BK dalam masalah bullying, sehingga
murid menjadi tahu kemana mereka harus pergi dan bercerita mengenai
masalah bullying yang sedang dihadapinya.
2. Guru BK diharapkan untuk mengadakan konseling keluarga. keluarga
merupakan bagian yang tidak mungkin dipisahkan dari anak ketika berbicara
mengenai permasalahan dan penyelesaiannya. Selain itu, dalam kegiatan ini
juga dalam memperbaiki hubungan atau lingkungan keluarga yang tidak
kondusif.
3. Guru BK diharapkan untuk mengadakan konseling kelompok dengan
membentuk support group. Ini dilakukan guna membantu para korban untuk
lebih berani membuka diri menceritakan masalah bullying yang sedang
dihadapinya. Selain itu dapat meringankan bebas psikis dan masalah yang
dimiliki oleh korban.

37
Ayu Muspita, Nurhasanah, Martunis
Analisis faktor-faktor penyebab perilaku bullying pada siswa SD.....

Daftar Pustaka

Beane, Allan L. 2008. Protect Your Child from Bullying (Expert Advice to Help You
Recognize, Prevent, and Stop Bullying Before Your Child Gets Hurt). USA: Jossey-
Bass.
Coloroso, B. 2007. Penindas, Tertindas, dan Penonton, Resep Memutus Rantai Kekerasan
Anak dari Prasekolah Hingga SMU. Jakarta: Serambi.
Djuwita, R. 2006. “Kekerasan Tersembunyi di Sekolah”: Aspek-aspek Psikososial dari
Bullying. Dari www.didplb.or.id.
Krahe, B. 2005. Perilaku Agresif: Buku Panduan Psikologi Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Moleong, Lexy J. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mudjijanti, F. 2011. School Bullying dan Peran Guru dalam Mengatasinya. Naskah Krida
Rakyat. 12 Desember 2011.
Serambinews.com, Banda Aceh, 2015.

Siswati dan Widayanti, CG. 2009. Fenomena Bullying di Sekolah Dasar Negeri di
Semarang: Sebuah Studi Deskriptif. Jurnal Psikologi Undip. Vol. 5, No. 2,
Desember 2009.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

38

You might also like