You are on page 1of 8

PERAN GURU KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI

KENAKALAN PESERTA DIDIK (STUDI DI SMA NEGERI 1


LUMAJANG)

Hilyatul Auliya’1, Intan Nuraini2


Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Email: 06040121105@student.uinsby.ac.id1, 06040121107@student.uinsby.ac.id2

Abstract: This research is motivated by the importance of the role of citizenship


teachers in overcoming student delinquency. So the authors took the research
title "the role of the civics teacher in overcoming the delinquency of study
students at SMA Negeri 1 Lumajang". This study aims to determine the role of
civics teachers in overcoming student delinquency in SMA Negeri 1 Lumajang,
forms of student delinquency at SMA Negeri 1 Lumajang, efforts faced by civics
teachers in overcoming student delinquency. This study uses a qualitative
approach and qualitative descriptive research with data collection techniques
through observation, interviews, documentation and literature study. Then it is
processed and checked using the triangulation technique which aims to check
the validity of the data that has been obtained. By taking informants as many as
2 civic education teachers and 10 students. The results of this study illustrate
that the role of civics teachers in overcoming student delinquency in schools is
carried out through roles as mentors, moral agents, as well as models or
examples, forms of student delinquency in schools. SMA Negeri 1 Lumajang is
categorized into mild damage, the efforts made by citizenship teachers in
overcoming the delinquency of students at SMA Negeri 1 Lumajang in the
learning process are by finding out the problems experienced by students,
providing guidance to students personally and involving participants students in
extracurricular activities at school.
Keywords: teacher, student delinquency,SMA Negeri 1 Lumajang

Abstrak: Penelitian ini dilatar belakangi oleh pentingnya peran guru


kewarganegaraan dalam mengatasi kenakalan peserta didik. Sehingga penulis
mengambil judul penelitian “peran guru kewarganegaraan dalam mengatasi
kenakalan peserta didik studi di SMA Negeri 1 Lumajang”. penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui peran guru kewarganegaraan dalam mengatasi
kenakalan peserta didik di SMA Negeri 1 Lumajang, bentuk-bentuk kenakalan
peserta didik di SMA Negeri 1 Lumajang, upaya yang dihadapi oleh guru
kewarganegaraan dalam mengatasi kenakalan peserta didik. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif kualitatif
dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi
dan studi pustaka. Kemudian diolah dan diperiksa menggunakan teknik
tringgulasi yang bertujuan untuk mengecek keabsahan data yang telah diperoleh.

1
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Email: 06040121105@student.uinsby.ac.id
2
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Email: 06040121107@student.uinsby.ac.id
Dengan mengambil informan sebanyak 2 orang guru pendidikan
kewarganegaraan dan 10 peserta didik.Hasil penelitian ini menggambarkan
bahwa peran guru kewarganegaraan dalam mengatasi kenakalan peserta didik di
sekolah dilakukan melalui peran sebagai pembimbing, agen moral, serta model
atau teladan, bentuk-bentuk kenakalan peserta didik di SMA Negeri 1 Lumajang
dikategorikan kedalam kerusakan ringan, upaya yang dilakukan oleh guru
kewarganegaraan dalam mengatasi kenakalan peserta didik di SMA Negeri 1
Lumajang dalam proses pembelajaran yaitu dengan mencari tahu masalah yang
dialami oleh peserta didik, memberikan bimbingan kepada kepada peserta didik
secara pribadi dan mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan
ekstrakulikuler disekolah.
Kata Kunci: guru, kenakalan siswa, SMA Negeri 1 Lumajang

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting untuk memajukan suatu
bangsa. Melalui pendidikan yang baik, diperoleh hal-hal baru sehingga dapat
digunakan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Suatu bangsa
apabila memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, tentunya mampu
membangun bangsanya menjadi lebih maju. Oleh karena itu, setiap bangsa
hendaknya memiliki pendidikan yang baik dan berkualitas. Pendidikan yang
berkualitas harus mampu mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan tercantum
dalam Undang-undang RI Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan
bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bertujuan untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki peserta didik agar menjadi manusia yang berkualitas dengan ciri-ciri beriman
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta tanggung jawab.
Pendidikan sangat dibutuhkan untuk membantu peserta didik dalam
mengembangkan dirinya dalam pengetahuan, nilai moral, dan perilaku peserta didik.
pendidikan juga mempunyai tujuan yang mulia dalam membantu peserta didik untuk
berkelakuan baik, berakhlak mulai, yang lebih utama yaitu beriman dan Bertaqwa
kepata Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kondisi seperti ini peran guru sangat
menentukan didalamnya, karena guru adalah orang yang berwenang dan
bertanggungjawab untuk membimbing dan memotivasi serta membina peserta didik
baik secara individual maupun kelompok. Di sekolah maupun di luar sekolah. Dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang telah diatur didalam Undang-undang
dan bertanggung jawab.
Pada proses pendidikan sendiri tidak terlepas dari keberadaan pihak pengajar
dan peserta didik, Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur
yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan
untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang
berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Guru mempersiapkan manusia susila yang
cakap yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan
Negara (Bahri Syaiful, 2010:36-37).
Guru sebagai tenaga pengajar mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi
untuk menunjang proses kerjanya. Sebagaimana yang diterangkan dalam Undang-
undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 20, salah satu
kewajiban Guru yaitu “merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran”.
Guru merupakan tenaga pengajar yang mengambil peran penting dalam proses
pembelajaran yang berlangsung di lembaga pendidikan formal maupun non formal.
Sebagaimana yang dikemukaan oleh (E Mulyasa 2015:29) bahwa peran seorang guru
adalah: Peran guru sebagai pendidik merupakan peran yang berkaitan dengan tugas
memberi bantuan dan dorongan (support), tugas pengawasan dan pembinaan
(supervisor) serta tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan peserta didik agar
patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan
masyarakat. Salah satu mata pelajaran yang berkaitan dengan tingkah laku dan
norma-norma ialah mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan
moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Namun akhir-akhir ini, moral
peserta didik mengalami penurunan. Dapat dilihat dari tingkat kualitas penyimpangan
atau kenakalan yang dilakukan oleh peserta didik. Kenakalan peserta didik
merupakan suatu perilaku yang menyimpang atau yang melanggar aturan-aruran
hukum yang dilakukan individu maupun kelompok dalam lingkungan sekolah dan
dapat merugikan diri sendiri dan juga orang lain. Apalagi diusia masa remaja, remaja
adalah masa yang labil karena masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-
kanak ke dewasa.
Seperti salah satu kasus yang ditemukan di SMA Negeri 1 Lumajang yaitu
pada saat jam pelajaran kewarganegaraan berlangsung didalam kelas masih
ditemukan peserta didik yang bertindak tidak sopan serta tidak disiplin ketika guru
menyampaikan materi pembelajaran. Perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh
peserta didik seperti mengobrol dengan teman sebangku yang tidak ada kaitannya
dengan pelajaran kewarganegaraan, tidur pada saat pembelajaran berlangsung,
mencoret-coret meja, berkelahi secara sembunyi-sembunyi, membawa makanan dan
minuman kedalam kelas dan perbuatan-perbuuatan lainnya yang dikhawatirkan
mengarahkan kepada perbuatan yang berdampak lebih besar dan memicu terjadinya
kenakalan remaja.
Sehingga peran guru disini sangat diperlukan untuk membimbing, mengajar
dan mendidik peserta didik untuk bersikap disiplin dan mematuhi peraturan yang ada
disekolah. Pendidikan moral juga harus ditekankan dengan tujuan membentuk pribadi
remaja yang bersikap baik. Mata pelajaran yang sangat menekankan pendidikan
moral yaitu mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Dari fakta dan kasus yang
telah diuraikan, maka perlu ada perhatian khusus, untuk menanggulangi kenakalan
remaja, termasuk guru yang memiliki peran penting dalam mengatasi kenakalan
peserta didik.
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, maka penulis tertarik melakukan
penelitian dengan judul “Peran guru kewarganegaraan dalam mengatasi kenakalan
peserta didik studi di SMA Negeri 1 Lumajang”

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif
dan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi,
wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Mengenai peran guru kewarganegaraan dalam
mengatasi kenakalan peserta didik (studi di SMA Negeri 1 Lumajang). Adapun lokasi
penelitian yang dilakukan tepatnya di Jalan Jend. A. Yani No.7, Kepuharjo, Kec. Lumajang,
Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Data primernya yaitu dua orang guru kewarganegaraan
SMA Negeri 1 Lumajang dan 10 orang peserta didik prosedur untuk memperoleh data yang
digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian tentang peran guru kewarganegaraan dalam mengatasi
kenakalan peserta didik di SMA Negeri 1 Lumajang
1. Guru sebagai pembimbing
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh informasi bahwa peran
guru kewarganegaraan sebagai pembimbing dalam mengatasi kenakalan peserta didik
adalah dengan memberikan nasihat kepada peserta didik secara pribadi yang
melanggar tata tertib disekolah. Dengan mendekati peserta didik. Peran guru sebagai
pembimbing harus diutamakan, karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk
membimbing dan memberi arahan kepada peserta didik untuk menjadi manusia yang
berakhlak mulia serta berkepribadian baik, bertutur kata yang lemah lembut,
bertingkah laku yang sopan, saling menghargai sesama. Tanpa bimbingan dari
seorang guru peserta didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi
perkembangan dan keadaan lingkungannya. Berdasarkan penelitian ini, peserta didik
pernah diberi nasihat dan diberi bimbingan oleh guru kewarganegaraan karena
melakukan pelanggaran tata tertib disekolah seperti terlambat datang kesekolah, tidak
memakai atribut lengkap, tidak berpakaian rapi dan lain sebagainya.
2. Guru sebagai agen moral
Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa peran guru kewarganegaraan sebagai
agen moral adalah dengan membimbing peserta didik melalui penanaman nilai-nilai
moral. Penanaman nilai-nilai moral yang dilakukan di SMA Negeri 1 Lumajng adalah
melalui guru Pendidikan Kewarganegaraan yang mempunyai tugas mengajar dan
mendidik peserta didik untuk menjadi waga Negara Indonesia yang bermoral yang
berlandaskan Pancasila. Dengan mendidik moral peserta didik agar mereka tahu dan
mengerti mengenai perilaku yang baik dan buruk sehingga peserta didik tidak
melakukan kenakalan berupa melanggar peraturan yang ada di lingkungan sekolah.
Guru pendidikan kewargangaraan juga memberikan contoh yang baik kepada peserta
didik sebagai agen moral seperti, membantu teman ketika sedang menghadapi
kesulitan, membantu teman ketika tidak mengerti materi pembelajaran dan lain
sebagainya.
3. Guru sebagai model atau teladan
Dari penelitian ini diketahui bahwa Seorang pendidik harus menjadi suri
tauladan yang baik bagi peserta didiknya. Jika pendidik atau gurunya tidak memiliki
perilaku yang baik, maka peserta didiknya pun akan berperilaku tidak baik pula.
Sebaliknya jika guru berperilaku baik, maka akan mencetak peserta didik yang
berperilaku baik pula. Guru sebagai model yang mampu memberikn contoh yang baik
kepada peserta didiknya agar berprilaku yang baik sehingga dapat mencegah
kenakalan peserta didik di sekolah.

Hasil penelitian tentang bentuk-bentuk kenakalan peserta didik di SMA Negeri


1 Lumajang
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap beberapa peserta didik di
SMA Negeri 1 Lumajang peneliti menemukan beberapa jenis pelanggaran yang
sering dilakukan oleh peserta didik seperti tidak berpakaian rapi saat datang ke
sekolah, tidak memakai atribut lengkap, sering terlambat datang kesekolah, bolos,
berkelahi, bermain hp pada saat proses pembelajaran berlangsung, tidur pada saat jam
pelajaran. Pelanggaran tata tertib sekolah hampir dilakukan oleh semua peserta didik
baik laki-laki maupun perempuan.

Hasil penelitian tentang upaya yang dihadapi oleh guru kewarganegaraan


dalam mengatasi kenakalan peserta didik
1. Mencari tahu masalah yang dialami oleh peserta didik
Dari penelitian ini diketahui bahwa peran guru kewarganegaraan dalam upaya
mengatasi kenakalan peserta didik adalah dengan menjadikan dirinya seagai sahabat
disekolah. Guru pendidikan kewarganegaraan saat tahu peserta didiknya melakukan
pelanggaran langsung mengambil tindakan untuk mencegahnya dengan melalui
pendekatan secara langsung terhadap siswa yang bermasalah untuk mengetahui
mengapa peserta didik itu melakukan kenakalan disekolah, setelah mengetahui alasan
peserta didik melakukan kenakalan guru pendidikan kewarganegaraan langsung
memberikan motivasi dan penguat supaya peserta didik itu tidak terjerumus kedalam
hal-hal yang bersifat negative dan menyimpang.
2. Memberikan bimbingan secara pribadi
Dari penelitian ini diketahui biasanya guru pendidikan kewarganegaraan
memberika bimbingan terhadap siswa yang melakukan kenakalan disekolah berupa
memberikan nasihat-nasihat kepada peserta didik yang melakukan kenakalan
disekolah. Jika peserta didik melakukan kenakalan berkali-kali dengan kenakalan
yang sama maka guru akan memanggil orang tuanya untuk datang kesekolah agar
member efek jerah supaya mereka tidak mengulangi perbuatan tersebut dikemudian
hari.
3. Mengikutsertakan dalam kegiatan ekstrakulikuler
Untuk mencegah terjadinya kenakalan peserta didik guru pendidikan
kewarganegaraan mewajibkan seluruh siswa siswi di SMA Negeri 1 Lumajang untuk
mengikuti kegiatan ekstrakulikuler untuk penguat agama agar menurunya kenakalan
peserta didik disekolah. Ekstrakulikuler yang dianggap bisa menurunkan kenakalan
peserta didik adalah KEPUTRIAN (kajian putri) dan KEPUTRAAN (kajian
keputraan). Dengan kegiatan ini peserta didik dapat memperileh pengetahuan agama
agar tidak mudah terpengaruh oleh perbuatan yang menyimpang.

PEMBAHASAN
Peran guru kewarganegaraan dalam mengatasi kenakalan peserta didik di SMA
Negeri 1 Lumajang
Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia
menjalankan suatu peran. Linvinson juga turut memberikan pendapat, 1) Peran
meliputi norma-norma yang diungkapkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam
masyarakat. Peranan dalam arti merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang
membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakata, 2) Peran adalah suatu konsep
perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu masyarakat sebagai individu, 3) Peran
juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting sebagai struktur sosial
masyarakat.
Guru pendidkan kewarganegaraan dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pembimbing memiliki peran sebagai guru dalam memberikan ilmu pengetahuan di
sekolah, sebagai penasihat dalam manangani permasalahan peserta didik, pembentuk
dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama,
nusa dan bangsa. Guru mempersiakan manusia susila yang cakap yang dapat
diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan Negara.
Guru Pendidikan Kewarganegaraan bukanlah sebagai peran yang biasanya
hanya mentransfer ilmu tetapi memiliki tugas sebagai membentuk karakter siswa
untuk menjadikan generasi yang berkualitas, seorang guru kewarganegaraan harus
dapat mentransfer ilmu pengetahuan agar siswa dapat memiliki potensi kepribadian
yang baik sesuai dengan pelajaran kewarganegaraan dalam menciptakan moral dan
berpartisipasi untuk negara. Maka guru Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tugas
dan peran lebih dari guru mata pelajaran lain, hal ini berkaitan dengan tanggung
jawab untuk membentuk perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari sebagai warga
negara yang baik. Tugas guru Pendidikan Kewarganegaraan bukan hanya
mentransfer pengetahuan kepada siswa, tetapi juga mentransfer nilai-nilai yang
diharapkan dapat dipahami, disadari, dan diwujudkan dalam perilaku baik siswa.
Oleh karena itu, guru Pendidikan Kewarganegaraan harus dapat memanfaatkan
fungsinya sebagai penuntun moral, sikap serta memberi dorongan keras yang lebih
baik.
Adapun upaya pencegahan dalam kenakalan siswa yang dapat dilakukan oleh
guru Pendidikan Kewarganegaraan. Menurut suhartini dan Simangusong (1989)
adalah 1) Berusaha mengerti pribadi, Guru Pendidikan Kewarganegaraan berusaha
untuk mengetahui pribadi siswa, karena setiap siswa berbeda satu sama lainnya. Guru
hendaknya dapat menemukan motif dan prinsip siswa dan berusaha untuk
mendapatkan kepercayaan sehingga tercipta hubungan yang akrab dan terbuka. 2)
Memberikan Perhatian yang serius, Perasaan guru Pendidikan Kewarganegaraan
dilandasi dengan keseriusan dan kasih sayang dalam menghadapi keanekaragaman
kepribadian dan cita-cita siswa. Agar siswa dapat menanamkan norma dan menjadi
kepribadian siswa yang bermoral. 3) Menanamkan nilai-nilai Budi Pekerti kepada
siswa melalui Pendidikan Agama, Melalui agama siswa dapat mengenal hak dan
kewajiban, halal dan haram, ketakwaan dan ketawakalan lainnya sebagainya. Salah
satu timbulnya kenakalan siswa adalah faktor keluarga oleh karena itu perlunya kerja
sama guru Pendidikan Kewarganegaraan dan orang tua.

Bentuk-bentuk kenakalan peserta didik di SMA Negeri 1 Lumajang


Kenakalan adalah perilaku jahat (dursila), atau kejahatan/kenakalan anak muda
merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang
disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan
bentuk tingkah laku yang menyimpang. Karakteristik Remaja Nakal. Remaja nakal
mempunyai karakteristik umum yang sangat berbeda dengan remaja tidak nakal. Hal
ini serupa dengan Jensen 1985 ”menyatakakan bahwa jenis kenakalan remaja salah
satunya adalah kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak
sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orangtua dengan cara
minggat dari rumah atau membantah perintah mereka, dan sebagainya. Pada usia
mereka, perilaku-perilaku mereka memang belum melanggar hukum dalam arti yang
sesungguhnya karena yang dilanggar adalah status-status dalam lingkungan primer
(keluarga) dan sekunder atau sekolah yang memang tidak diatur oleh hukum secara
terinci. Akan tetapi, kalau kelak remaja ini dewasa, pelanggaran status ini dapat
dilakukannya terhadap atasannya di kantor atau petugas hukum di dalam masyarakat.
Karena itulah pelanggaran status ini oleh Jensen di golongkan juga sebagai kenakalan
dan bukan sekadar perilaku menyimpang. Jensen 1985 (dalam Sarwono:2012:257).

Upaya yang dihadapi oleh guru kewarganegaraan dalam mengatasi kenakalan


peserta didik
Guru pendidikan kewarganegaraan sebagai pelaku langsung dalam pendidikan
yang berperan penting dalam menanggulangi kenakalan peserta didik yang terjadi
disekolah. Pada dasarnya peran guru antara lain adalah sebagai pendidik, pengajar
dan pembimbing, komunikator, motivator, mediator, informator, evaluator, fasiliator
dan sebagai director. Kenakalan peserta didik seperti melanggar tata tertib, tidak
berpakaian rapi, membolos, tidur di kelas, mempunyai dampak negatif bagi
perkembangan peserta didik dan dapat mempengaruhi prestasi peserta didik di
sekolah. Upaya pencegahan merupakan usaha yang dapat dilakukan oleh guru
kewarganegaraan untuk mencegah peserta didik yang melakukan kenakalan. Upaya
yang bias dilakukan oleh guru kewarganegaraan dalam mengatasi kenakalan peserta
didik adalah dengan memberikan contoh tingkah laku yang baik tidak menyimpang
norma-norma, memberikan motivasi kepada peserta didik, selalu mengawasi
perkembangan tingkah laku siswa, memberikan bimbingan kepribadian disekolah,dll.

KESIMPULAN
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan analisi yang telah dilakukan, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa Peran guru kewarganegaraan dalam mengatasi
kenakalan peserta didik adalah sebagai pembimbing, agen moral dan suri tauladan.
beberapa bentuk pelanggaran yang sering dilakukan oleh peserta didik adalah seperti
tidak berpakaian rapi saat datang ke sekolah, tidak memakai atribut lengkap, sering
terlambat datang kesekolah, bolos, berkelahi, bermain hp pada saat proses
pembelajaran berlangsung, tidur pada saat jam pelajaran. Upaya yang dihadapi oleh
guru kewarganegaran dalam mengatasi kenakalan peserta didik di SMA Negeri 1
Lumajang adalah dengan mencari tahu masalah yang dialami oleh peserta didik,
memberikan bimbingan secara pribadi kepada siswa yang melakukan kenakalan serta
mengikutsertakan dalam kegiatan ekstrakulikuler.

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Asmani, J. M. (2012). Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah. Jogjakarta: Bukubiru.
Kartono, K. (2010). Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta: Grafindo Persada.
Ali Mudlofir.(2013). Pendidik Profesional. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Fenti Hikmawati.(2011). Bimbingan Konseling. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Sardiman. (2011). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Kharisma Putra Otama
Offset.
Sarlito, S. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.
Sofyan, W. (2014). Remaja dan Masalahnya. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Wulandari, D. O dan Hodriana. (2019).Peran Guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam
Mencegah Kenakalan Remaja di Sekolah.
Yusuf, M. (2014). Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Fenti Hikmawati. (2011). Bimbingan Konseling. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

You might also like