Professional Documents
Culture Documents
1
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Email: 06040121105@student.uinsby.ac.id
2
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Email: 06040121107@student.uinsby.ac.id
Dengan mengambil informan sebanyak 2 orang guru pendidikan
kewarganegaraan dan 10 peserta didik.Hasil penelitian ini menggambarkan
bahwa peran guru kewarganegaraan dalam mengatasi kenakalan peserta didik di
sekolah dilakukan melalui peran sebagai pembimbing, agen moral, serta model
atau teladan, bentuk-bentuk kenakalan peserta didik di SMA Negeri 1 Lumajang
dikategorikan kedalam kerusakan ringan, upaya yang dilakukan oleh guru
kewarganegaraan dalam mengatasi kenakalan peserta didik di SMA Negeri 1
Lumajang dalam proses pembelajaran yaitu dengan mencari tahu masalah yang
dialami oleh peserta didik, memberikan bimbingan kepada kepada peserta didik
secara pribadi dan mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan
ekstrakulikuler disekolah.
Kata Kunci: guru, kenakalan siswa, SMA Negeri 1 Lumajang
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting untuk memajukan suatu
bangsa. Melalui pendidikan yang baik, diperoleh hal-hal baru sehingga dapat
digunakan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Suatu bangsa
apabila memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, tentunya mampu
membangun bangsanya menjadi lebih maju. Oleh karena itu, setiap bangsa
hendaknya memiliki pendidikan yang baik dan berkualitas. Pendidikan yang
berkualitas harus mampu mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan tercantum
dalam Undang-undang RI Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan
bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bertujuan untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki peserta didik agar menjadi manusia yang berkualitas dengan ciri-ciri beriman
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta tanggung jawab.
Pendidikan sangat dibutuhkan untuk membantu peserta didik dalam
mengembangkan dirinya dalam pengetahuan, nilai moral, dan perilaku peserta didik.
pendidikan juga mempunyai tujuan yang mulia dalam membantu peserta didik untuk
berkelakuan baik, berakhlak mulai, yang lebih utama yaitu beriman dan Bertaqwa
kepata Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kondisi seperti ini peran guru sangat
menentukan didalamnya, karena guru adalah orang yang berwenang dan
bertanggungjawab untuk membimbing dan memotivasi serta membina peserta didik
baik secara individual maupun kelompok. Di sekolah maupun di luar sekolah. Dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang telah diatur didalam Undang-undang
dan bertanggung jawab.
Pada proses pendidikan sendiri tidak terlepas dari keberadaan pihak pengajar
dan peserta didik, Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur
yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan
untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang
berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Guru mempersiapkan manusia susila yang
cakap yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan
Negara (Bahri Syaiful, 2010:36-37).
Guru sebagai tenaga pengajar mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi
untuk menunjang proses kerjanya. Sebagaimana yang diterangkan dalam Undang-
undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 20, salah satu
kewajiban Guru yaitu “merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran”.
Guru merupakan tenaga pengajar yang mengambil peran penting dalam proses
pembelajaran yang berlangsung di lembaga pendidikan formal maupun non formal.
Sebagaimana yang dikemukaan oleh (E Mulyasa 2015:29) bahwa peran seorang guru
adalah: Peran guru sebagai pendidik merupakan peran yang berkaitan dengan tugas
memberi bantuan dan dorongan (support), tugas pengawasan dan pembinaan
(supervisor) serta tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan peserta didik agar
patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan
masyarakat. Salah satu mata pelajaran yang berkaitan dengan tingkah laku dan
norma-norma ialah mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan
moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Namun akhir-akhir ini, moral
peserta didik mengalami penurunan. Dapat dilihat dari tingkat kualitas penyimpangan
atau kenakalan yang dilakukan oleh peserta didik. Kenakalan peserta didik
merupakan suatu perilaku yang menyimpang atau yang melanggar aturan-aruran
hukum yang dilakukan individu maupun kelompok dalam lingkungan sekolah dan
dapat merugikan diri sendiri dan juga orang lain. Apalagi diusia masa remaja, remaja
adalah masa yang labil karena masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-
kanak ke dewasa.
Seperti salah satu kasus yang ditemukan di SMA Negeri 1 Lumajang yaitu
pada saat jam pelajaran kewarganegaraan berlangsung didalam kelas masih
ditemukan peserta didik yang bertindak tidak sopan serta tidak disiplin ketika guru
menyampaikan materi pembelajaran. Perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh
peserta didik seperti mengobrol dengan teman sebangku yang tidak ada kaitannya
dengan pelajaran kewarganegaraan, tidur pada saat pembelajaran berlangsung,
mencoret-coret meja, berkelahi secara sembunyi-sembunyi, membawa makanan dan
minuman kedalam kelas dan perbuatan-perbuuatan lainnya yang dikhawatirkan
mengarahkan kepada perbuatan yang berdampak lebih besar dan memicu terjadinya
kenakalan remaja.
Sehingga peran guru disini sangat diperlukan untuk membimbing, mengajar
dan mendidik peserta didik untuk bersikap disiplin dan mematuhi peraturan yang ada
disekolah. Pendidikan moral juga harus ditekankan dengan tujuan membentuk pribadi
remaja yang bersikap baik. Mata pelajaran yang sangat menekankan pendidikan
moral yaitu mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Dari fakta dan kasus yang
telah diuraikan, maka perlu ada perhatian khusus, untuk menanggulangi kenakalan
remaja, termasuk guru yang memiliki peran penting dalam mengatasi kenakalan
peserta didik.
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, maka penulis tertarik melakukan
penelitian dengan judul “Peran guru kewarganegaraan dalam mengatasi kenakalan
peserta didik studi di SMA Negeri 1 Lumajang”
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif
dan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi,
wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Mengenai peran guru kewarganegaraan dalam
mengatasi kenakalan peserta didik (studi di SMA Negeri 1 Lumajang). Adapun lokasi
penelitian yang dilakukan tepatnya di Jalan Jend. A. Yani No.7, Kepuharjo, Kec. Lumajang,
Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Data primernya yaitu dua orang guru kewarganegaraan
SMA Negeri 1 Lumajang dan 10 orang peserta didik prosedur untuk memperoleh data yang
digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.
PEMBAHASAN
Peran guru kewarganegaraan dalam mengatasi kenakalan peserta didik di SMA
Negeri 1 Lumajang
Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia
menjalankan suatu peran. Linvinson juga turut memberikan pendapat, 1) Peran
meliputi norma-norma yang diungkapkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam
masyarakat. Peranan dalam arti merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang
membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakata, 2) Peran adalah suatu konsep
perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu masyarakat sebagai individu, 3) Peran
juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting sebagai struktur sosial
masyarakat.
Guru pendidkan kewarganegaraan dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pembimbing memiliki peran sebagai guru dalam memberikan ilmu pengetahuan di
sekolah, sebagai penasihat dalam manangani permasalahan peserta didik, pembentuk
dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama,
nusa dan bangsa. Guru mempersiakan manusia susila yang cakap yang dapat
diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan Negara.
Guru Pendidikan Kewarganegaraan bukanlah sebagai peran yang biasanya
hanya mentransfer ilmu tetapi memiliki tugas sebagai membentuk karakter siswa
untuk menjadikan generasi yang berkualitas, seorang guru kewarganegaraan harus
dapat mentransfer ilmu pengetahuan agar siswa dapat memiliki potensi kepribadian
yang baik sesuai dengan pelajaran kewarganegaraan dalam menciptakan moral dan
berpartisipasi untuk negara. Maka guru Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tugas
dan peran lebih dari guru mata pelajaran lain, hal ini berkaitan dengan tanggung
jawab untuk membentuk perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari sebagai warga
negara yang baik. Tugas guru Pendidikan Kewarganegaraan bukan hanya
mentransfer pengetahuan kepada siswa, tetapi juga mentransfer nilai-nilai yang
diharapkan dapat dipahami, disadari, dan diwujudkan dalam perilaku baik siswa.
Oleh karena itu, guru Pendidikan Kewarganegaraan harus dapat memanfaatkan
fungsinya sebagai penuntun moral, sikap serta memberi dorongan keras yang lebih
baik.
Adapun upaya pencegahan dalam kenakalan siswa yang dapat dilakukan oleh
guru Pendidikan Kewarganegaraan. Menurut suhartini dan Simangusong (1989)
adalah 1) Berusaha mengerti pribadi, Guru Pendidikan Kewarganegaraan berusaha
untuk mengetahui pribadi siswa, karena setiap siswa berbeda satu sama lainnya. Guru
hendaknya dapat menemukan motif dan prinsip siswa dan berusaha untuk
mendapatkan kepercayaan sehingga tercipta hubungan yang akrab dan terbuka. 2)
Memberikan Perhatian yang serius, Perasaan guru Pendidikan Kewarganegaraan
dilandasi dengan keseriusan dan kasih sayang dalam menghadapi keanekaragaman
kepribadian dan cita-cita siswa. Agar siswa dapat menanamkan norma dan menjadi
kepribadian siswa yang bermoral. 3) Menanamkan nilai-nilai Budi Pekerti kepada
siswa melalui Pendidikan Agama, Melalui agama siswa dapat mengenal hak dan
kewajiban, halal dan haram, ketakwaan dan ketawakalan lainnya sebagainya. Salah
satu timbulnya kenakalan siswa adalah faktor keluarga oleh karena itu perlunya kerja
sama guru Pendidikan Kewarganegaraan dan orang tua.
KESIMPULAN
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan analisi yang telah dilakukan, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa Peran guru kewarganegaraan dalam mengatasi
kenakalan peserta didik adalah sebagai pembimbing, agen moral dan suri tauladan.
beberapa bentuk pelanggaran yang sering dilakukan oleh peserta didik adalah seperti
tidak berpakaian rapi saat datang ke sekolah, tidak memakai atribut lengkap, sering
terlambat datang kesekolah, bolos, berkelahi, bermain hp pada saat proses
pembelajaran berlangsung, tidur pada saat jam pelajaran. Upaya yang dihadapi oleh
guru kewarganegaran dalam mengatasi kenakalan peserta didik di SMA Negeri 1
Lumajang adalah dengan mencari tahu masalah yang dialami oleh peserta didik,
memberikan bimbingan secara pribadi kepada siswa yang melakukan kenakalan serta
mengikutsertakan dalam kegiatan ekstrakulikuler.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Asmani, J. M. (2012). Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah. Jogjakarta: Bukubiru.
Kartono, K. (2010). Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta: Grafindo Persada.
Ali Mudlofir.(2013). Pendidik Profesional. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Fenti Hikmawati.(2011). Bimbingan Konseling. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Sardiman. (2011). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Kharisma Putra Otama
Offset.
Sarlito, S. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.
Sofyan, W. (2014). Remaja dan Masalahnya. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Wulandari, D. O dan Hodriana. (2019).Peran Guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam
Mencegah Kenakalan Remaja di Sekolah.
Yusuf, M. (2014). Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Fenti Hikmawati. (2011). Bimbingan Konseling. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.