You are on page 1of 7

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling

Volume 5 Nomor 1 tahun 2020


Hal 32 - 38
Maret 2020

UPAYA KONSELOR SEKOLAH DALAM MENCEGAH DAN MENGATASI PENYIMPANGAN


BERPACARAN PADA SISWA SLTA DI KECAMATAN BANDA RAYA

Khairatun Nisak, Abu Bakar, Nurbaity Bustamam


Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Syiah Kuala
Email: nisa.khairatunnisa@gmail.com

ABSTRACT

Dating is acceptable in certain cultures, but not in Islamic culture. Especially if this activity leads to
deviant behavior, which are forms of relations like a married couple carried out by non-married couples.
Adolescents who are learning to prepare for their lives should avoid getting involved in these deviant
forms of behavior. This study aims to determine the form of behavior, efforts to prevent and efforts to
overcome dating deviations in students. This study is a qualitative study with guidance and counseling
teachers as the research subjects. Data collection techniques are done through in-depth interviews. The
results showed deviant forms of dating behavior carried out by students namely holding hands, vulgar
photos, vacations with girl/boyfriends, having sex, and even enggage in prostitution to get money. The
contributing factors are a lack of parental control, an overly free environment and peer influence. Efforts
made to prevent and overcome dating irregularities are to provide orientation services, information,
classicals, groups and individual counseling, collaboration with parents and homeroom teachers, make a
statement signed by the students concerned and the school and expel students who have already cannot
be fostered and guided. The obstacle reported were the ignorant and defending parents. The conclusion
of this research is the efforts made by school counselors to prevent and overcome the deviant behavior of
dating students so that students are guided and realize that the behavior is inappropriate behavior.

Keywords: dating, forms of deviation, prevention efforts, resolving efforts

ABSTRAK

Pacaran adalah hal yang dapat diterima dalam budaya tertentu, namun tidak dalam budaya islam. Apalagi
jika kegiatan ini mengarah pada perilaku menyimpang yaitu bentuk-bentuk hubungan layaknya pasangan
suami istri yang dilakukan oleh bukan pasangan suami istri. Sudah seharusnya remaja yang sedang
belajar mempersiapkan masa depannya menghindarkan diri dari terlibat dalam bentuk-bentuk perilaku
menyimpang ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk perilaku, upaya mencegah dan upaya
mengatasi penyimpangan berpacaran pada siswa. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
subyek penelitian yaitu guru bimbingan dan konseling. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara secara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bentuk perilaku menyimpang berpacaran
yang dilakukan oleh siswa yaitu berpegangan tangan, foto vulgar, liburan bersama pacar, melakukan
hubungan intim layaknya hubungan suami istri, dan bahkan siswi menjual diri untuk mendapatkan
uang. Faktor penyebabnya adalah kurangnya kontrol orangtua, lingkungan yang terlalu bebas dan
pengaruh teman sebaya. Upaya yang dilakukan oleh untuk mencegah dan mengatasi penyimpangan
berpacaran adalah dengan memberikan layanan orientasi, informasi, klasikal, kelompok, konseling
individu, kerja sama dengan orangtua dan wali kelas, membuat surat pernyataan yang ditandatangani
oleh siswa yang bersangkutan dan pihak sekolah serta mengeluarkan siswa yang sudah tidak dapat
dibina dan dibimbing. Adapun kendala dalam mengatasi penyimpangan berpacaran yaitu karena
orangtua terlalu membela anak, sehingga anak merasa terlindungi atas kesalahan yang dilakukannya.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu adanya upaya yang dilakukan oleh konselor sekolah untuk mencegah
dan mengatasi perilaku menyimpang berpacaran pada siswa agar siswa tersebut dibimbing dan
menyadari bahwa perilaku tersebut adalah perilaku yang tidak patut dilakukan.

Kata kunci: pacaran, bentuk-bentuk penyimpangan, upaya pencegahan, upaya mengatasi

ISSN: 2615-0344 32
Khairatun Nisak, Abu Bakar, Nurbaity Bustamam
Upaya konselor sekolah dalam mencegah dan mengatasi penyimpangan ...

PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan salah satu fase dalam rentang kehidupan manusia. Fase ini merupakan
peralihan dari anak-anak menuju dewasa dan termasuk siklus perkembangan yang sangat
penting. Pada masa ini remaja mulai belajar mana yang salah dan mana yang benar, mengenal
gender serta peran dalam dunia sosial dan mengembangkan potensi diri (Jannah, 2016). Karena
pada fase ini remaja mulai mengenal lawan jenis maka timbul rasa ingin memiliki dan menjalin
suatu hubungan yang dinamakan pacaran. Pacaran adalah suatu hubungan yang melibatkan
seorang remaja dengan lawan jenisnya yang mana kegiatan yang dilakukan yaitu mulai dari
berkirim surat, telepon, pergi berduaan dan melakukan hubungan layaknya suami istri
(Barokah, 2016). Pada dasarnya pacaran dapat diartikan sebagai proses dua orang manusia
yang tertarik, ingin saling mengenal dan menginginkan hubungan yang lebih erat lagi, ditandai
dengan adanya gairah dan keintiman baik secara fisik maupun emosional (Lestari, Nurjanah &
Martunis, 2018). Ingin menjadi orang dewasa juga menyebabkan remaja melakukan hal-hal
yang biasa dilakukan orang dewasa seperti halnya merokok, menggunakan obat-obatan
terlarang dan termasuk yang berkaitan dengan masalah seksualitas.
Penyimpangan perilaku adalah segala perilaku yang bertolak dari suatu tindakan yang
melanggar aturan dan norma yang telah ditetapkan seperti peraturan yang telah dibuat oleh
orangtua, sekolah, dan norma-norma di dalam masyarakat (Susanti, 2016). Perilaku
menyimpang berpacaran termasuk dalam penyimpang perilaku yang telah dijelaskan
sebelumnya. Perilaku menyimpang yang dimaksud dalam hal ini seperti berpegangan tangan,
berpelukan, ciuman (Muhartini, 2015) bahkan melakukan hubungan layaknya suami istri.
Tindakan seperti ini disebut perilaku seksual pranikah. Perilaku seksual dapat diartikan sebagai
perbuatan yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis
(Umah, 2016). Subekti (2018) menjelaskan bentuk perilaku seksual yang biasa dilakukan oleh
remaja adalah sebagai berikut:
a. Berpegangan tangan adalah menyentuh tangan atau menggenggam.
b. Berciuman diartikan sebagai tindakan saling menempelkan pipi atau bibir yang dapat
merangsang seksualitas kedua belah pelaku.
c. Bercumbu merupakan tindakan rangsangan yang pada umumnya mengarahkan pelaku
pada hubungan seksual.
d. Bersenggama yaitu melakukan hubungan seksual layaknya suami istri.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh BKKBN menyatakan bahwa dalam sikap permisif
remaja yaitu 40% saling rangkulan, 30% saling pelukan, 20% saling ciuman, 35% remaja pria
tidak lagi perjaka, 10% remaja wanita sudah tidak perawan (Dirjen P2PL Kemenkes RI, 2011).
Berdasarkan data survey Dinas Kesehatan Provinsi Aceh pada 2012 lalu, Kota Banda Aceh
berada diposisi kedua terbanyak pelaku seks pranikah di kalangan pelajar sebanyak 50%
setelah kota Lhokseumawe 70% (Serambi Indonesia, 2013). Adapun penyebab remaja
melakukan perilaku menyimpang berpacaran yaitu kurangnya kontrol orangtua (Susanti, 2016)
dan komunikasi terbuka masalah seksual kepada anak, pengaruh teman sebaya dan kesempatan
melakukannya (Husein, 2015). Pencegahan dan pengentasan dapat dilakukan guru BK untuk
mengatasi perilaku menyimpang berpacaran pada siswa.
Upaya pencegahan menurut Subekti (2018) yaitu guru BK menanamkan konsep-konsep
islam untuk dapat membentuk perilaku siswa yang sehat dan memberikan pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi dalam layanan bimbingan dan konseling. Sedangkan upaya pencegahan
dapat dilakukan melalui layanan informasi, bimbingan kelompok serta layanan mediasi agar

33
Khairatun Nisak, Abu Bakar, Nurbaity Bustamam
Upaya konselor sekolah dalam mencegah dan mengatasi penyimpangan ...

dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah dan memperbaiki hubungan (Putra,
2015).
Permendikbud nomor 111 (2014) menyebutkan bahwa pengentasan suatu masalah
dengan adanya perbaikan yang berarti penyembuhan, pemeliharaan berati membantu konseli
agar mampu menjaga kondisi diri yang sehat norma dan mempertahankan kondisi kondusif
yang telah tercipta dalam diri, pengembangan yang berarti menciptakan lingkungan belajar
kondusif dan memfasilitasi perkembangan serta advokasi berupa membangun peserta didik
dengan membela hak-hak konseli (Dyaningrum, 2017). Dalam hal ini upaya pengentasan
dilakukan untuk dapat mencari jalan keluar permasalahan perilaku menyimpang berpacaran
yang dilakukan oleh siswa. Untuk mengatasi perilaku menyimpang siswa, konferensi kasus dan
alih tangan kasus termasuk kedalam upaya yang dapat dilakukan melalui program BK di
sekolah (Putra, 2015).
Penelitian ini ditujukan untuk menggali informasi mengenai penyimpangan perilaku
pacaran siswa tingkat SLTA. Informasi mengenai hal ini dapat menjadi rujukan untuk
penanganan perilaku menyimpang berpacaran secara berkelanjutan oleh pihak sekolah,
masyarakat dan pemerintah. Perilaku menyimpang ini merupakan masalah yang serius dan
harus ditangani oleh pihak-pihak berwenang dan berkewajiban untuk mengatasi masalah
tersebut. Berdasarkan data diatas penulis tertarik mengambil judul tentang “Upaya Konselor
Sekolah Dalam Mencegah dan Mengatasi Penyimpangan Berpacaran Pada Siswa SLTA di
kecamatan Banda raya”.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian


kualitatif dapat dikatakan penelitian yang hasilnya didapatkan tidak melalui prosedur statistik
atau bentuk hitungan lainnya (Basrowi, 2011). Penelitian ini dilakukan di SMA dan SMK yang
berada di kecamatan Banda Raya, Banda Aceh. SMA dan SMK yang berada di kecamatan ini
yaitu SMAN 7, SMAN 9, SMK 1, SMK 2 dan SMK 3. Pemilihan subjek penelitian didasarkan pada
terdapatnya perilaku menyimpang di sekolah yang berkaitan. Penelitian ini menggunakan
teknik wawancara dengan teknik wawancara terstruktur. Pertanyaan dalam wawancara ini
menggunakan pedoman wawancara yang disusun secara sistematis dan lengkap untuk
mendapatkan informasi yang dicari (Sugiyono, 2015). Analisis dilakukan secara kualitatif
dikarenakan ingin melihat apa saja upaya yang dilakukan guru bimbingan konseling dalam
mencegah dan mengatasi perilaku menyimpang berpacaran pada siswa SMA dan SMK. Untuk
mengelola data kualitatif, peneliti mengikuti prosedur dan langkah-langkah pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menggambarkan bagaimana perilaku menyimpang berpacaran yang dilakukan


oleh siswa, upaya mencegah perilaku menyimpang siswa berpacaran, upaya mengatasi perilaku
menyimpang siswa berpacaran dan kendala yang sering ditemui dalam menyikapi
permasalahan yang terkait.

Bentuk Perilaku Penyimpangan Berpacaran


Bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa SLTA di kecamatan Banda Raya yaitu
berpegangan tangan, berduaan dan ada siswa yang hamil di luar nikah, berfoto vulgar, liburan

34
Khairatun Nisak, Abu Bakar, Nurbaity Bustamam
Upaya konselor sekolah dalam mencegah dan mengatasi penyimpangan ...

bersama pacar dan ada nekat melakukan hubungan suami istri bahkan yang lebih mengejutkan
adalah kasus siswi yang menjual diri hanya untuk mengikuti kebutuhan gaya hidup. Foto vulgar
yang dimaksud yaitu foto telanjang dada dan berfoto dengan pakaian minim di sebuah kamar
hotel dengan pacarnya. Hal ini terjadi pada siswa yang memiliki latar belakang orangtua tidak
peduli terhadap anak, orangtua yang cuek terhadap tingkah laku anak dan membiarkan anak
hidup bebas dengan teman sebaya.
Penyimpangan berpacaran yang dilakukan oleh siswa sering dilakukan ketika ada
kesempatan, seperti orangtua sedang keluar kota, atau orangtua mengizinkan untuk liburan
bersama teman-teman. Karena tidak ada kontrol baik dari diri sendiri maupun orangtua, hal ini
memicu terjadinya penyimpangan berpacaran. Ketatnya peraturan dan baiknya pendidikan
moral serta agama yang ditanamkan pada siswa membuat siswa pada sekolah SMK tidak
terjerumus ke dalam hal-hal menyimpang baik perilaku menyimpang berpacaran maupun
perilaku menyimpang lainnya. Penyimpangan berpacaran ada yang dilakukan dengan sesama
siswa sekolah ada juga yang melakukannya dengan siswa sekolah lain, bahkan ada yang
melakukannya dengan orang yang lebih dewasa yang telah memiliki penghasilan hanya untuk
mendapatkan uang dan mengikuti gaya hidup yang setara dengan teman-teman yang lain.

Kegiatan Yang Mendukung Fungsi Pemahaman Dan Fugsi Pencegahan


Upaya pencegahan merupakan suatu usaha untuk dapat mengantisipasi dan menjauhkan siswa
dari perilaku menyimpang berpacaran. Adapun upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk
mencegah dan meminimalisir penyimpangan berpacaran adalah a) Layanan orientasi pada awal
masuk sekolah, b) Layanan informasi, c) Melakukan pendekatan individu dan diberikan
layanan konseling, d) Layanan individu dan layanan sosial untuk mencegah penyimpangan
berpacaran, e) Layanan konseling berupa bimbingan, arahan dan perbaikan perilaku, f) Layanan
klasikal sebagai rancangan untuk mencegah perilaku menyimpang berpacaran pada siswa, g)
Memberikan informasi dan sering diselipkan pesan moral pada kegiatan upacara serta kegiatan
tausiah setiap hari jum’at, h) Memberikan informasi melalui brosur-brosur yang ditempelkan
pada setiap mading, i) Sosialisasi yang disampaikan oleh pihak puskesmas dan BKKBN
mengenai kesehatan reproduksi dan j) Melakukan pemisahan tempat duduk antara putra putri
pada event-event yang dilaksanakan oleh pihak sekolah.

Kegiatan Yang Mendukung Fungsi Pengentasan


Pengentasan adalah penyelesaian, pemecahan dan jalan keluar suatu masalah. Mengentaskan
berarti merubah suatu perilaku yang tidak baik menjadi perilaku baik, dalam hal ini yaitu
perilaku menyimpang berpacaran. Upaya pengentasan meliputi perbaikan, pemeliharaan,
pengembangan dan advokasi. Tindakan pengentasan yang dilakukan disesuaikan dengan
tingkat berat atau tidaknya penyimpangan yang dilakukan oleh siswa. Kegiatan pengentasan
berikut diurutkan mulai dari pengentasan yang paling ringan sampai yang paling berat. Adapun
kegiatan yang dilakukan pihak sekolah dalam mengentaskan berupa pengawasan teman sebaya,
memberikan teguran, memanggil siswa yang bersangkutan, layanan konseling individu, layanan
konseling kelompok, membuat surat pernyataan, pemanggilan orangtua, melakukan homevisit
dan mengeluarkan siswa.

Kendala dalam mencegah dan mengatasi


Kendala merupakan suatu faktor keadaan yang membatasi dan menghambat suatu yang ingin
dicapai. Kendala ini terjadi baik dari dalam diri maupun pihak luar. Kendala yang dialami pihak
sekolah dalam upaya mencegah dan mengatasi perilaku penyimpangan berpacaran adalah sulit

35
Khairatun Nisak, Abu Bakar, Nurbaity Bustamam
Upaya konselor sekolah dalam mencegah dan mengatasi penyimpangan ...

mendapatkan informasi yang real, orangtua yang tidak peduli terdapat anaknya, siswa
mendapat dukungan dari orangtua, orang tua yang menyudutkan guru, orangtua mengetahui
dan siswa mendapat dukungan dari orangtua untuk berpacaran serta orangtua yang
mendukung dan membela akan tingkah laku anak. Dalam menanggulangi permasalahan seperti
ini perlu adanya kerja sama yang baik dengan orangtua dalam membina siswa yang berperilaku
menyimpang berpacaran. Karena tanpa adanya kontrol orangtua di luar jam sekolah maka akan
sulit dan bahkan sia-sia konselor sekolah membina anak yang berperilaku menyimpang
berpacaran tersebut.

Pembahasan
Perilaku penyimpangan berpacaran yang ditemukan dalam penelitian ini sama seperti bentuk-
bentuk perilaku menyimpang berpacaran yang dilakukan pada umumnya. Penelitian yang
dilakukan Marlyanda (2015) menunjukkan bahwa penyimpangan berpacaran yang dilakukan
siswa SMK 1 Depok Sleman Yogyakarta adalah perpegangan tangan, berpelukan, berciuman,
bepergian bersama dengan pacar (Daud, 2016) berhubungan badan dan menyebabkan hamil di
luar ikatan pernikahan. Demi mengatasi permasalahan tersebut, guru bimbingan dan konseling
melakukan upaya kuratif, upaya pembinaan, upaya preventif bagi siswa yang belum
menyimpang. Pengadaan konselor sebaya merupakan upaya kuratif dengan mendayagunakan
siswa lain yang tidak melakukan penyimpangan. Pelaksanaan konseling individu dalam upaya
pembinaan dan terakhir upaya preventif dengan memberikan penyuluhan untuk siswa yang
belum melakukan penyimpangan serta mengadakan surat perjanjian (Subekti, 2018).
Wibawati dalam penelitiannya mendapati bahwa penanganan masalah pergaulan bebas
dilakukan melalui bimbingan dan konseling baik melalui pendekatan personal atau
pembelajaran klasikal. Materi yang diberikan dapat berupa pengetahuan agama, bimbingan
agama melalui pendekatan personal dan memperbaiki serta meningkatkan hubungan dengan
keluarga melalui komunikasi. Mengikutsertakan seluruh pihak sekolah juga dapat dilakukan
guru BK dalam mengawasi dan mengevaluasi perkembangan perilaku peserta didik (Wibawati,
2015).
Adapun penyebab remaja melakukan penyimpangan berpacaran yaitu kurangnya
kontrol orangtua dan komunikasi terbuka masalah seksual kepada anak pengaruh teman
sebaya dan kesempatan melakukannya (Husein, 2015), toleransi berlebihan pada pola asuh
(Lestari, Nurjanah & Martunis, 2018) termasuk juga rendahnya kontrol diri (Rafikasari &
Pratisti, 2018). Untuk mengurangi perilaku penyimpangan berpacaran pada siswa diperlukan
kepedulian seluruh pihak dalam melindungi anak. Pihak yang dapat diikut sertakan dimulai dari
anggota keluarga, guru bimbingan dan konseling, wali kelas (Sutinah, 2017), semua pihak
sekolah, dan seluruh masyarakat. Perhatian yang lebih perlu diberikan oleh orangtua dalam
mengamati tumbuh kembang anak (Sit, 2015) sehingga dapat mengurangi kemungkinan
penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh anak.
Hambatan yang terjadi dalam penanganan masalah penyimpangan perilaku berpacaran
ini yang dilaporkan adalah adanya perlindungan orang tua, dalam artian orang tua membiarkan
anak dan tidak menganggap apa yang dilakukannya sebagai sesuatu yang salah. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Lestari, Nurjanah dan Martunis (2018) yang menemukan bahwa orang
tua yang memiliki pola asuh permisif cenderung membiarkan anak-anak melakukan apa yang
mereka kehendaki tanpa pendidikan agama yang mendetil mengenai perilaku ini. Hambatan
yang ditemukan dalam penelitian lain yaitu atar belakang siswa yang berbeda, lingkungan
sekitar yang tidak bersahabat, dan kurangnya kesadaran dari siswa (Abdullah, 2018).

36
Khairatun Nisak, Abu Bakar, Nurbaity Bustamam
Upaya konselor sekolah dalam mencegah dan mengatasi penyimpangan ...

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dijabarkan, dapat disimpulkan
bahwa perilaku menyimpang berpacaran yang dilakukan oleh siswa SLTA di Kecamatan Banda
Raya meliputi berpegangan tangan, berduaan, foto vulgar, liburan bersama pacar, melakukan
hubungan seksual layaknya pasangan suami istri, dan siswi jual diri. Upaya mencegah perilaku
menyimpang berpacaran dilakukan dengan cara menghimbau, memberikan informasi kepada
siswa, memberikan pemahaman melalui layanan klasikal dan bimbingan kelompok serta
sosialisasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berwenang seperti PIK-R, BNN, puskesmas,
dan BKKBN. Upaya mengatasi perilaku menyimpang berpacaran dengan cara melakukan
konseling individu serta kerja sama orangtua dan wali kelas untuk membimbing siswa yang
berperilaku menyimpang berpacaran. Namun jika perilaku yang dilakukan sudah melampaui
batas dan dapat mempengaruhi lingkungan sekitar maka siswa tersebut dikembalikan kepada
orangtua. Kendala yang sering ditemui dalam permasalahan ini adalah kurangnya kerja sama
antar guru dan orangtua. Pengawasan yang sangat minim terhadap perilaku siswa di luar jam
sekolah. Banyak orangtua yang menyudutkan guru, membela dan mendukung tingkah laku
anak.

Saran
Beberapa saran yang dapat diajukan yaitu diharapkan kepada konselor sekolah (guru BK) untuk
lebih mendalam dan serius mengatasi masalah siswa yang berperilaku menyimpang berpacaran
dengan menggunakan berbagai macam pendekatan dan pelayanan serta lebih meningkatkan
kerjasama dengan pihak di dalam maupun luar sekolah yaitu, wali kelas dan orangtua. Kepada
pihak sekolah diharapkan dapat lebih menekankan pencegahan agar tidak ada siswa yang
terlibat kasus perilaku menyimpang berpacaran dan memberikan sanksi yang tegas kepada
siswa yang mengulangi perbuatan tersebut serta dapat melakukan kegiatan parenting agar para
orangtua paham akan kebutuhan anak pada masa remaja dan memiliki pengetahuan tentang
bagaimana cara mendidik dengan pola asuh yang baik serta orangtua mampu menjalin
keakraban antara orangtua dengan anaknya. Disarankan kepada peneliti lain yang berminat
untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan topik, variabel, aspek-aspek dan indikator-
indikator yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, S.M. (2018). Upaya Guru Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang
Siswa SMK Wawo Kecamatan Wawo Kabupaten Kolaka Utara. Skripsi. UIN Alaudin
Makassar
Barokah, S. (2016). Pacaran dan Ta’aruf Menuju Pernikahan dalam Pandangan Hukum Islam.
Skripsi. Institut Agama Islam Negeri Purwekerto
Basrowi, S. (2011). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta
Daud, M. (2016). Perilaku Pacaran Dikalangan Remaja SMP Negeri 1 Belat di Desa Penarah
Kecamatan Belat Kabupaten Karimun. Naskah Publikasi. Universitas Maritim Raja Ali
Haji Tanjung Pinang
Dirjen P2PL Kemenkes RI. (2011). Laporan Khusus HIV- AIDS di Indonesia Tahun 2011. Jakarta:
Kemenkes RI

37
Khairatun Nisak, Abu Bakar, Nurbaity Bustamam
Upaya konselor sekolah dalam mencegah dan mengatasi penyimpangan ...

Dyaningrum, A.A. (2017). Konseling Individu Dalam Mengatasi Masalah Pacaran Siswa MAN 1
Yogyakarta. Skripsi. UIN Sunan Kali Jaga
Husein, S. (2015). Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Free Sex (Studi Kasus) Pada Remaja
Desa Benua Baru Kecamatan Muara Bengkal Kabupaten Kutai Timur. Jurnal Sosiatri-
Sosiologi. 3(4)
Jannah, M. (2016). Remaja dan Tugas-Tugas Perkembangannya dalam Islam. Jurnal Psikologi.
1(1): 243-256
Lestari, W., Nurjanah, N., & Martunis, M. (2018). Dampak Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prilaku
Berpacaran Di Kalangan Siswa (Studi Kasus Di SMP Negeri 3 Banda Aceh). JIMBK: Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Bimbingan & Konseling, 3(2).
Marlyanda, L. (2015). Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Islam Dalam Mengatasi Perilaku
Menyimpang Berpacaran Bagi Siswa SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Sunan Kali Jaga
Muhartini, L. (2015). Perilaku menyimpang remaja di seputar kawasan pariwisata (Studi di
Desa Penibung Kecamatan Mempawah Hilir Kabupaten Mempawah. Jurnal sosiologique.
3(2): 1-17
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Nomor 111. (2014).
Bimbingan dan Konseling Pada Penddikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta
Putra, A.R.B. (2015). Peran Guru Bimbingan Konseling Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah.
Jurnal Pendidikan. 10(1): 32-39
Rafikasari, M. A. W. N., & Pratisti, W. D. (2018). Hubungan Antara Penalaran Moral, Dukungan
Sosial Teman Sebaya, dan Kontrol Diri dengan Relasi Berpacaran Pada Remaja di
Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Sit, M. (2015). Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Medan: Perdana Publishing
Subekti, Q. A. (2018). Bimbingan dan Konseling Islam Sebagai Upaya Mencegahan Perilaku Free
Sex pada Siswa Kelas XI SMK Cokroaminoto Wanadadi Kabupaten Banjarnegara. Skripsi.
UIN Walisongo
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitif, Kualitatif dan R&D.
Bandung. Alfabeta
Susanti, S. (2016). Hubungan Kualitas Keluarga, Pemahaman Nilai Agama dan Pengetahuan Sex
Pranikah dengan Persepsi Remaja Terhadap Perilaku Sex Bebas. RAKERNAS AIPKEMA
Sutinah. (2017). Upaya Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Siswa Yang
Berperilaku Menyimpang di MTS Almuddakir Banjarmasin. Jurnal mahasiswa BK An-
Nur: Berbeda, Bermakna, Mulia. 3(2):17-24
Umah, K. (2016). Pendidikan Sex Terhadap Pencegahan Perilaku Menyimpang Seksual Pada
Remaja. Jurnal Of Ners Community. 7(1):71-76
Wibawati, I. U. (2015). Bimbingan Konseling dalam Menangani Masalah Pergaulan Bebas di SMA
X. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

38

You might also like