Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Latar Belakang collar) seperti Pedagang Kaki Lima (PKL),
Angkatan kerja Indonesia sangat besar, kuli bangunan, dan tukang ojek.
lapangan kerja terbatas, tingkat partisipasi Pengertian sektor informal sering dikaitkan
kerja menurun dan struktur pasar tenaga dengan ciri‐ciri utama pengusaha dan
kerja di Indonesia pun berubah relatif pelaku sektor informal, antara lain
cepat. Hal ini mengakibatkan tingkat kegiatan usaha bermodal utama pada
pengangguran di Indonesia menjadi kemandirian rakyat, memanfaatkan
semakin tinggi. Indonesia sebagai Negara teknologi sederhana, pekerjanya terutama
yang besar tentunya memiliki angkatan berasal dari tenaga keluarga tanpa upah,
kerja yang sangat besar. Lalu,struktur bahan baku usaha kebanyakan
pasar tenaga kerja di Indonesia pun memanfaatkan sumberdaya lokal,
berubah relatif cepat hal ini disebabkan sebagian besar melayani kebutuhan rakyat
adanya pergeseran struktur perekonomian kelas menengah kebaah, pendidikan dan
yang deuasa ini dominasi oleh sektor kualitas sumberdaya pelaku tergolong
industri, perdagangan dan industri rendah. (Direktorat Ketenaga Kerjaan ;
pariuisata. 2019).
Bukan hanya tingkat pengangguran yang Kondisi ini tidak jauh berbeda dialami oleh
relatif masih tinggi jika dibandingkan Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam
dengan negara‐negara lain di kawasan menghadapi persaingan kerja di era
Asia, masalah lain yang harus dicermati digitalisasi khususnya sektor informal dan
pemerintah adalah pasar tenaga kerja sektor formal di Kota Mataram sebagai ibu
Indonesia masih didominasi oleh sektor kota provinsi yang merupakan baro meter
informal. Data BPS mencatat, dari 100% denyut kehidupan masyarakat NTB dari
lapangan kerja di Indonesia per Februari segala aspek baik sebagai kota
2019, sebanyak 57,27% disumbang oleh perdagangan, pendidikan maupun sebagai
sektor informal.Dalam beberapa waktu ikon kota pariwisata yang sudah barang
terakhir, kontribusi sektor informal tentu kota Mataram menjadi tumpuan
terhadap total pasar tenaga kerja bagi para pencari kerja baik di sektor
Indonesia terus mendekati level formal maupun informal.
60%.Untuk diketahui, yang membedakan Berdasarkan data BPS NTB, jumlah
lapangan kerja formal dan informal adalah angkatan kerja pada Februari 2019
terkait dengan pembayaran pajak ke sebanyak 2.489.388 orang, naik 30.367
pemerintah. Tenaga kerja formal orang dibanding Februari 2018. Tingkat
merupakan tenaga kerja yang Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada
membayarkan pajak kepada pemerintah. Februari 2018 sebesar 69,83 persen
Biasanya, tenaga kerja formal merupakan sedangkan pada Februari 2019 menjadi
seorang profesional seperti guru, dosen, 69,62 persen. Penduduk yang bekerja
dokter, wartawan, dan Aparatur Sipil sebanyak 2.408.095 orang, bertambah
Negara (ASN).Sementara itu, tenaga kerja 32.284 orang dari Februari 2018.Sebanyak
informal merupakan tenaga kerja yang 1.635.422 orang (67,91 persen) bekerja
tidak membayarkan pajak kepada pada kegiatan informal dan sebanyak
pemerintah, walaupun sejatinya 772.673 orang bekerja di kegiatan formal.
penghasilannya masuk ke dalam kategori Selama setahun terakhir (Februari 2018‐
yang dikenakan pajak penghasilan (PPh). Februari 2019), pekerja informal turun
Tenaga kerja informal biasanya sebesar 3,60 persen(Suara NTB; 29 Sep
diasosiasikan dengan tenaga kerja yang 2019). Persentase tertinggi pada Februari
banyak mengandalkan kekuatan fisik (blue 2019 adalah pekerja penuh (jam kerja
178 | Satarudin, Suprianto, Sujadi / Survey Pekerja Sektor informal Dan.,.; Formal …
minimal 35 jam per minggu) sebesar 60,36 2. Bagaimana tingkat pendapatan dan
persen. Sedangkan penduduk yang bekerja kesejahteraan pekerja sektor informal
dengan jam kerja 1‐7 jam memiliki dan formal pada era digital di kota
persentase yang paling kecil, yaitu sebesar Mataram.
5,78 persen. Sementara itu, pekerja tidak Tujuan Penelitian
penuh terbagi menjadi dua, yaitu pekerja 1. Untuk mengetahui profil pekerja
paruh waktu (25,40 persen) dan pekerja sektor informal maupun formal pada
setengah penganggur (14,24 persen). era industri digital di Kota Mataram.
Hasil kajian Badan Pusat Statistik (BPS) 2. Untuk menganalisis tingkat
Nasional (Februari ;2019), bahua pendapatan dan tingkat
perkembangan sektor informal ini dipicu kesejahteraan pekerja sektor
dari dua sisi yaitu pertama; perkembangan informal dan formal melaui bisnis
ekonomi digital dan teknologi sehingga online di Kota Mataram lokal
memacu tumbuhnya uirasasta baru secara
on‐line. Selain itu pertumbuhan sektor KAJIAN PUSTAKA
informal juga dipengeruhi dari Pengertian Sumberdaya Manusia
karakteristik kaum milenial yang Kualitas SDM Indonesia yang didominasi
cenderung memilih jam kerja fleksibel. oleh lulusan SD dan SMP menjadikan
Mengacu pada ilustrasi gambaran potret Indonesia belum dapat berpartisipasi
ketenaga kerjaan NTB baik di sektor dalam lapangan kerja baru yang terbentuk
informal maupun sektor formal muaranya di Industri 4.0 yang membutuhkan skill dan
secara umum tertuju pada kota Mataram kompetensi yang tinggi, yang ada SDM
karena kota Mataram memiliki daya tarik indonesia hanya akan menjadi pekerja
bagi pencari kerja apakah pekerja disektor dalam rantai terujung atau terakhir dari
informal yang sekarang ini semakin proses produksi dimana hanya melakukan
bertambah dengan tumbuhnya pedagang‐ pekerjaan yang memiliki upah yang
pedagang kuliner maupun pedagang kaki rendah. Berdasarkan survei yang dilakukan
lima dan usaha makanan on line, disisi lain oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
kompetisi pencari kerja di sektor formal Indonesia (APJII) menunjukkan bahwa
juga semakin meningkat baik untuk masuk pada tahun 2018 penetrasi pengguna
pada pasar tenaga kerja pemerintah Internet di Indonesia mencapai angka
maupun suasta dengan berbagai skill atau 143,26 juta jiwa atau setara 54,7 persen
keahlian yang dimiliki dengan berbagai dari total populasi Indonesia. Hal ini
tingkat kelulusan baik dari lulusan Sekolah sebenarnya dapat menjadi sebuah acuan
Menengah Keatas (SMA) sederajat, dimana kesiapan Indonesia dalam
diploma dan perguruan tinggi. Sesuatu menghadapi Industri 4,0 sangat tinggi
yang menarik untuk dikaji dan dikemas karena sebagian besar penduduk sudah
dalam suatu survey Pekerja sektor familiar dengan internet.
Informal maupun formal di era digital di Namun jika dilihat lebih jauh lagi ternyata
Kota Mataram. 130 juta jiwa diantaranya atau setara 49%
Rumusan Masalah masih menggunakan internet untuk
Dari latar belakang di atas dapat bermain sosial media saja, belum pada
dirumuskan permasalahan sebagai tingkat yang lebih dalam. Sehingga dapat
berikut: disimpulkan walaupun tingkat penetrasi
1. Bagaimana frofil pekerja sektor pengguna internet di Indonesia tinggi,
informal dan pekerja formal pada era namun masyarakat belum siap dalam
industri digital di Kota Mataram. menggunakan sistem internet yang lebih
rumit dan sulit dalam era industri digital.
Satarudin, Suprianto, Sujadi / Survey Pekerja Sektor informal Dan Sektor Formal …|179
Hasil kajian Badan Pusat Statistik (BPS) adalah untuk meneliti tentang
Nasional(Februari,2019), bahua jumlah karakteristik dari seluruh kelompok yang
penduduk berumur 15 tahun keatas yang hendak diteliti atau populasi dengan
bekerja disektor informal tahun 2015 meneliti sebagian (sub‐set) dari kelompok
sejumlah 67 juta orang pekerja dan pada populasi tersebut yang selanjutnya disebut
tahun 2019 jumlah pekerja sektor informal dengan sampel. Hasil dari survey terhadap
telah mencapai 74 juta orang pekerja. BPS sampel tersebut kemudian
juga mencatat sektor informal digeneralisasikan atau diberlakukan
mendominasi pekerjaan di Indonesia kepada populasi. Penelitian survey
sementara itu penduduk yang bekerja di biasanya didefinisikan sebagai sebuah
sektor formal hanya mencapai 55,3 juta penelitian atau penelitian tentang
orang pekerja. kelompok besar melalui penelitian
Jenis Penelitian dan Sumber Data langsung dari subset (sampel) dari
Penelitian ini menggunakan metode kelompok tersebut.
analisis deskriptif yaitu untuk meneliti Penentuan responden dibagi dalam
status kelompok manusia, suatu obyek, pekerja usaha di sektor informal
suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran yaitu(pedagang asongan, pedagang kaki
ataupun suatu kelas peristiua pada masa lima, pedagang keliling, bengkel kecil,
sekarang (Nazir; 2011). Metode deskriptif tukang jahit sepatu). Sedangkan untuk
menggambarkan peristia secara pekerja yang bekerja pada sektor formal,
sistematis, faktual dan akurat mengenai yaitu sektor selain sektor informal,
fakta, sifat dan hubungan antar fenomena meliputi berusaha sendiri yang berijin dan
yang diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk membayar pajak, berusaha dibantu
membuat gambaran atau lukisan secara pekerja tidak tetap, pekerja bebas. Karena
sistimatis, faktual dan akurat mengenai gambaran populasi responden tidak
kinerja pemasaran produk agroindustri diketahui jumlahnya maka dalam
olahan di daerah penelitian. penentuan sampel digunakan teknik non
Penelitian ini menggunakan data primer random sampling yaitu menggunakan
dan data sekunder sebagai pendukung teknik Accidental Sampling. Menurut
analisis. Data primer diperoleh langsung Sugiyono (2018;138) teknik penentuan
dari responden yaitu pekerja disektor sampel berdasarkan kebetulan, yaitu
informal dan pekerja disektor formal pekerja informal/formal yang secara
dengan melakukan uauancara lansung kebetulan/incidental bertemu dengan
kepada responden yang dituju. Sedangkan peneliti dapat digunakan sebagai sampel,
data sekunder adalah data yang diperoleh bila orang yang kebetulan ditemui itu
dari instansi terkait seperti BPS Kota cocok sebagai sumber data.
Mataram, Kantor Ketenagakerjaan Kota Metode Analisis Data
Mataram dan berbagai literatur yang ada Analisis dilakukan dengan menggunakan
kaitannya dengan penelitian ini. analisis data kualitatif dan kuantitatif
Metode Pengumpulan Data dengan menggunakan data primer yang
dengan melakukan pendataan langsung dikumpulkan melalui hasil wawancara
kepada obyek yang diteliti dengan dengan bantuan daftar pertanyaan.
mengambil sampel sebanyak 90 Kemudian analisis dilakukan dengan
responden sesuai dengan kebutuhan analisis tabel baik tabel frekensi maupun
penelitian yang terdiri dari pekerja disektor menggunakan tabel silang.
informal sebanyak 55 responden dan Selanjutnya untuk mengetahui tingkat
pekerja di sektor formal sebanyak 35 pendapatan dan kesejahteraan pekerja
responden. Tujuan penelitian survey
Satarudin, Suprianto, Sujadi / Survey Pekerja Sektor informal Dan Sektor Formal …|183
Laki‐laki Perempuan
Kecamatan
2018 2019 2020 2018 2019 2020
Sekarbela 35.825,00 37.147,00 38.473,00 36.746,00 38.107,00 39.481,00
Selaparang 36.812,00 36.878,00 36.900,00 38.558,00 38.631,00 38.669,00
Kota Mataram 236.226,00 240.789,00 245.190,00 241.250,00 245.926,00 250.491,00
Sumber: BPS Kota Mataram
diploma (D III) yaitu sebanyak 17 orang 1 orang sebanya 10 orang responden atau
responden atau 18,89 %. sebesar 9 %, kemudian responden dengan
Berdasarkan sebaran data didapati bahwa tanggungan di atas 4 orang sebanya 14
keberadaan pekerja informal maupun responde atau sebesar 15,56 % dan
formal diihat dari tingkat pendidikan, responden dengan tanggunga 0 orang
dimana pekerja sektor informal didominasi artinya tidak memiliki beban tanggungan
oleh pekerja dengan pendidikan tamat keluarga sebessar 3,33 % atau sebanya 3
SMA kebawah, sedangkan jenis usaha orang responden. Kelompok responden ini
pekerja sektor informal maupun formal didominasi oleh anak‐anak muda yang
yang menamatkan sampai jenjang S1 statusnya belum menikah yang baru
memiliki usaha rumah makan, bingkil, memulai bekerja di sector formal.
Internet, potokopy, percetakan dan took. Beban tanggunga dalam keluarga pekerja
Berdasarkan gambar diagram 3, dapat informal maupun forma menjadi beban
dilihat bahwa pendidikan pekerja sektor dalam pencapaian pendapatan pekerja
infornal mayoritas pada jenjang yang menjadi ukuran apakah pendapatan
pendidikan SMA ke bawah dengan yang diterima pekerja informal dan formal
persentase 81,0 % atau sebanyak 73 orang di wilayah kota Mataram sudah memenuhi
responden. Hal ini dapat menunjukkan standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL) atau
bahwa pekerja sektor informal yang belum ini dapat diukur dengan
kedudukannya sekunder dalam membandingkan pendapatan yang
perekonomian kota Mataram namun diterima pekerja dengan standar KHL yang
tingkat kesadaran para pekerja sektor ada di Kota Mataram baik bagi pekerja
informal akan pentingnya pendidikan lajang maupun pekerja status menikah.
cukup tinggi. Walaupun, masih adanya Berikut sebaran jumlah tanggungan
responden yang tidak tamat sekolah dasar pekerja sector informal dan formal di
sebanyak 4,5 % atau 4 orang responden. wilayah Kota Mataram dapat ditampilkan
dalam bentuk diagram yang menunjukkan
persentase jumlah tanggunang dari
tanggunga 0 kemudian 1, 2,3, dan di atas 4
orang.
copy, percetakan, toko dan usaha lainnya. pekerja yang dicurahkan dalam waktu
Sebaran data jenis usaha responden bekerja yang dapat diselesaikan dalam
didominasi oleh usaha warung makan baik mencari nafkah dapat dilihat pada gambar
makanan matang maupun makanan 6. Berdasarkan reviu data penelitian dapat
mentah yaitu sebesar 41,11 %, kemudian diketahui bahwa dari 90 responden waktu
diikuti jenis usaha minuman sebesar 10 %, kerjanya dibagi menjadi 2 (dua) bagian
toko sebesar 10 % dan poto copy 7,8 % yaitu bekerja < 10 jam, bekerja diatas > 10
Selanjutnya ada usaha laundry, tambal jam, hal ini bila merujuk pada peraturan
ban. Sol sepatu, gadai barang (jasa) Menteri Tenaga Kerjaan Ketetapan
sebesar 11,11 %, usaha lainnya rental, Undang‐Undang No. 13 Tahun 2003,
internet dan bingkil kendaran dan konter tentang ketenagakerjaan adalah waktu
HP total sebanyak 14 responden atau bekerja selama 7 jam/hari untuk 6 hari
sebesar 15,56 % (rental 3, internet 3, kerja dalam seminggu (pasal 77 ayat 2 poin
konter HP 3, bingkil 5). a), atau 8 jam/hari untuk 5 hari kerja dalam
Jenis usaha informal yang berada di seminggu (pasal 77 ayat 2 poin b). Kondisi
wilayah kota Mataram terdiri dari ini menggambarkan sektor informal tidak
kios/warung, minuman, makanan. ketiga terikat waktu dalam menjalankan
wilayah ini Cakranegara, Mataram dan usahanya. Pekerja sector informal maupun
ampenanan merupakan daerah pemukian formal dari jam kerja yang diperoleh dalam
padat penduduk, disamping dekat dengan penelitian sebagian besar jam kerjanya
pusat‐pusat pendidikan seperti kampus melampoi jam kerja normal yaitu 7 jam
Universitas Mataram, Unizar, IAIN dan sehari. Dari data penelitian diketahui
Universitas Muhamadiyah. Hal ini tidak bahwa rata‐rata yang bekerja < 10 jam
terlepas secara tidak langsung menjadi sehari mencapai 40 % atau 36 responden
peluang bisnis bagi masyarakat sekitarnya dan sisanya atau 60 % atau 54 responden
untuk mencari penghasilan dengan mereka bekerja melebihi 10 jam sehari.
melakukan aktivitas usaha warung makan
terbanyak, kios, jasa bingkil, jasa tambal
ban, sol sepatu, photocopy, rental dan lain‐
lain.
2 Pekerja Formal
1. Poto Copy dan Jilid 6.000.000 1.144 kg 8 RT Hidup Layak
/K5
2. Pedagang 4,000,000 1.200 kg 3 RT Hidup Layak
Parfum/K4
3. Internet/K3 4.500.000 1.350 kg 6 RT Hidup Layak
4. Kounter HP /K4 4.500.000 1.350 kg 6 RT Hidup Layak
5. Bingkil Motor/K5 4.500.000 1.080 kg 3 RT Hidup Layak
6. Loundry/K4 5.000.000 1.500 kg 3 RT Hidup Layak
7. Toko /K5 7.500.000 1.800 kg 6 RT Hidup Layak
Sumber: Data Penelitian (2020)
Pendapatan pedagang rokok dan minuman 18.000.000,‐ diasumsikan baha
rata‐rata sebulan Rp 1.500.000,‐ dengan pendapatan habis untuk pengeluaran
pendapatan sebesar itu setahun Rp konsumsi dengan rata‐rata 3 tanggungan
Satarudin, Suprianto, Sujadi / Survey Pekerja Sektor informal Dan Sektor Formal …|191
hidup layak dengan rata‐rata pendapatan 2020) Rp 10.000,‐ per kg, maka
perkapita/tahun sebesar Rp 11.750.000,‐ pendapatan perkapita/tahun diperoleh
atau jika dikonversikan dengan setara 1.543 kg beras. Artinya bahua rata‐rata
beras sebesar 1.175 kg per tahun, pendapatan perkapita/tahun pekerja
sebanyak 15 orang pekerja informal atau formal telah berada pada tingkat rumah
17 %. Sedangkan pekerja sektor formal tangga berkehidupan layak(mencapai 39
rata‐rata pendapatan perkapita/tahun %) dari 35 jumlah responden pekerja
sebesar Rp 15.428.571,43 atau jika dibagi formal.
dengan harga beras saat penelitian (tahun
DAFTAR PUSTAKA