Professional Documents
Culture Documents
Nim : 21031143
laboratorium dan mengakibatkan terjadinya cedera fisik dan kerugian moril atau material.Sama
halnya dengan kecelakaan pada umumnya, terjadinya kecelakaan kerja di laboratorium juga
Di antara beberapa aspek yang menjadi faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja di
laboratorium meliputi :
Kurang hati – hati dalam melakukan prosedur reaksi kimia dari materi – materi yang
disediakan
Alat laboratorium tidak dalam kondisi steril sehingga akan meninggalkan zat – zat
berbahaya
Kurangnya karantina atau pengamanan terhadap hewan yang menjadi objek riset dan
Ceroboh dalam bekerja atau pun menggunakan alat dan bahan praktek di laboratorium
Laboratorium yang kotor dan lantai yang licin juga berpotensi menyebabkan kecelakaan
seharusnya bekerja di laboratorium. Disiplin terhadap aturan yang berlaku merupakan parameter
utama dalam pengimplementasian K3 di laboratorium.
Secara umum, kecelakaan yang terjadi di laboratorium kimia ataupun di industri kimia
1. Sikap dan tingkah laku. Sikap dan tingkah laku praktikan yang lalai terhadap aturan
laboratorium. Hal demikian sering dijumpai pada praktikan pemula yang baru bekerja
2. Keadaan tidak aman. Penggunaan bahan-bahan kimia, alat yang digunakan dan teknik
hidrogen klorida, hidorgen sulfida dan pelarut-pelarut organik yang dapat menimbulkan
pencemaran ruang kerja dan lingkungan laboratorium. Tidak tersedianya lemari asam
dan sistem ventilasi menambah keadaan tidak amannya laboratorium. Selain itu
kesalahan teknik juga merupakan penyebab keadaan tidak aman, seperti melakukan
reaksi pemanasan, pengenceran asam sulfat pekat atau pemanasan pelarut volatil pada
3. Kurang kontrol dari pihak supervisor. Fungsi kontrol dari pihak supervisor berupa
supervisi dan proses pengawasan yang baik adalah antisiasi terjadinya kondisi yang tidak
pengawasan, serta mengetahui setiap kemungkinan bahaya yang terjadi akibat percobaan
kimia atau penggunan bahan kimia.
Jenis Bahaya dan Kecelakaan di Laboratorium
Beberapa jenis bahaya dan kecelakaan di laboratorium yang harus diantisipasi yaitu :
1. Keracunan. Keracunan terjadi sebagai akibat dari adanya interaksi dengan bahan kimia
beracun (toksik), seperti amonia, karbon monoksida, kloroform, benzen, sianida dan lain-
lain. Keracunan dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan baik jangka panjang
ataupun jangka pendek bahkan kematian. Gangguan kesehatan jangka panjang seperti
terjadiya gangguan hati, kanker dan asbetosis yang disebabkan karena akumulasi
penyerapan bahan kimia toksik dalam jumlah kecil namun terus menerus. Gangguan
kesehatan jangka pendek seperti mual, pusing dan lemas pada tubuh.
2. Iritasi. Iritasi terjadi sebagai akibat dari adanya interaksi dengan bahan kimia korosif
seperti asam sulfat, natrium hidroksida dan bahan korosif lainnya. Iritasi dapat
menyebabkan terjadinya luka atau peradangan pada kulit, saluran pernapasan, dan mata.
3. Kebakaran dan luka bakar. Kebakaran dan luka bakar terjadi sebagai akibat dari sikap
ceroboh dalam menangani pelarut organik yang mudah terbakar, seperti eter, aseton,
4. Luka kulit. Luka kulit dapat terjadi saat praktikan bekerja dengan alat gelas dan kaca
5. Bahaya lainya. Bahaya lainnya yang mungkin terjadi adalah sengatan listrik, terpapar
adanya peraturan dan tata tertib yang harus dijalankan semua orang yang bekerja di laboratorium
tersebut.
Adapun beberapa aturan dan tata tertib yang harus dijalankan semua orang yang bekerja di
laboratorium terdiri atas :
Semua orang yang bekerja di laboratorium dilarang mengambil atau membawa keluar
Orang – orang yang tidak berkepentingan juga dilarang masuk ke laboratorium demi
Penggunaan alat serta bahan praktek di laboratorium harus sesuai dengan petunjuk
informasi tentang bahaya bahan kimia, alat dan bagaimana cara menggunakannya.
Jika ada keraguan saat akan melakukan percobaan reaksi kimia, harus segera
menanyakan kepada pihak terkait atau yang lebih mengerti dan memahaminya.
Upayakan agar Anda tidak sedang sendirian di dalam ruang laboratorium agar jika terjadi
Jika ada perlengkapan dan peralatan yang rusak, segeralah melaporkan ke petugas
Cari tahu bagaimana cara pemakaian alat – alat darurat seperti pemadam kebakaran, eye
shower, respirator dan berbagai alat keselamatan kerja lain yang tersedia di laboratorium
Berhati – hatilah jika bekerja dengan asam kuat reagen korosif, reagen yang bersifat
Pelatihan kerja dan skill untuk bekerja di laboratorium harus diberikan secara berkala
Untuk meminimalisir resiko terjadinya kecelakaan kerja di laboratorium, dalam ruangan juga
harus ada semua komponen K3 (Kesehatan dan keselamatan kerja) yang dapat meminimalisir
resiko terjadinya kecelakaan kerja di laboratorium. Beberapa komponen K3 yang harus ada di
laboratorium terdiri atas :
Pemadam kebakaran atau fire hydrant dan alat pemadam api ringan atau APAR
Eye washer
Water shower
Kotak P3K
Jas laboratorium
Kecelakaan kerja dalam laboratorium juga bisa terjadi karena limbah kimia yang tidak dibuang
setelah digunakan. Limbah kimia hendaknya segera dibuang pada suatu tempat khusus karena
beberapa jenis zat kimia merupakan limbah yang sangat berbahaya bagi lingkungan dan dapat
Sebagai seorang praktikan, sebelum melakukan praktikum kita terlebih dahulu harus mengetahui
bagaimana pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di laboratorium, agar kita dapat
melaksanakan praktikum dengan aman dan lancar. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang
berkaitan dengan penggunaan alat alat laboratorium, bahan dan proses praktikum, tempat
praktikun & lingkungannya serta cara-cara melakukan praktikum. Menurut (Salim, 2012)
kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan yang terjadi pada saat
praktikum sedang berlangsung. Oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur
Menurut (Syartini, 2010) keselamatan dan kesehatan kerja (K3) akan menciptakan terwujudnya
pemeliharaan laboratorium serta juga tenaga kerja yang baik. Keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) ini harus ditanamkan pada diri masing-masing individu karyawan dengan cara penyuluhan
dan pembinaan yang baik agar mereka menyadari arti penting keselamatan kerja bagi dirinya
Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang
mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini Dosen, Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya
pekerjaan (akibat kerja), seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau
kronis (sementara atau berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama.
Efek terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan masyarakat
kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan gangguan tingkat produktifitas,
kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul akibat pekerjaanya. Sasaran kesehatan kerja
khususnya adalah para pekerja dan peralatan kerja di lingkungan laboratorium. Dalam
laboratorium harus ada manajemen K3 yang berguna untuk mengantisifasi terjadinya kecelakaan,
dan harus di dukung dengan enabling factor/ pendukung (lingkungan fisik dan ketersediaan
fasilitas dan alat pendukung diri) dan rein forcing factor/ faktor pendorong (dukungan sosial)
dengan kecelakaan kerja yang terjadi dilaboratorium (Wulandari, 2011). Selain di laboratorium
Adapun contoh manajemen dalam kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah pada RSIA
Kasih Ibu Manado dimana disana menerapkan analisis penerapan Sistem Manajemen Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (SMK3) Hasil dari penelitian ini adalah adanya komitmen dan kebijakan
manajemen dalam pelaksanaan SMK3, perencanaan disusun oleh pimpinan RS secara lisan dan
pelaksanaan K3 sudah terprogram tetapi belum mempunyai organisasi khusus dan ahli K3 antara
lain penyediaan APD dan pelatih K3 bagi pegawai RS serta pengukuran dan evaluasi belum
maksimal dilaksanakan (Toding, 2016).
selama satu tahun efektif meningkatkan pengetahuan dan sikap budaya K3, namun belum efektif
Kalimantan Selatan, nilai ambang batas debu tidak diketahui. Manajemen perusahaan tambang
batu bara hanya menyatakan secara lisan bahwa nilai ambang batas debu dalam keadaan normal.
Kadar debu lebih dari 350 mg/m3 udara/hari (OR = 2,8; 95% CI = 1,8 – 9,9) merupakan salah
satu faktor intrinsic yang terbukti berhubungan dengan penurunan kapasitas paru. Maka dari itu
Penerapan dan penyuluhan K3 sangat penting supaya bisa mengantisipasi penyakit diparu-paru
Kecelakaan kerja mengakibatkan kerugian baik bagi pekerja dan pihak yang mempekerjakan.
Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi kecelakaan kerja guna mencegah terjadinya
kecelakaan kerja tersebut. Melalui identifikasi bahaya kerja maka akan meminimalkan bahkan
mencegah bahaya melalui pengendalian bahaya kerja yang dilakukan sesuai hasil analisa
identifikasi bahaya kerja. Agar tindak lanjut penangan dari hasil identifikasi lebih maksimal
maka perlu dilakukan juga suatu penilaian risiko. Penilaian resiko adalah metode sistematis
dalam melihat aktivitas kerja, memikirkan apa yang dapat menjadi buruk, dan memutuskan
kendali yang cocok untuk mencegah terjadinya kerugian, kerusakan, atau cidera di tempat kerja.
Penilaian ini harus juga melibatkan pengendalian yang diperlukan untuk menghilangkan,
mengurangi atau meminimalkan resiko.
Selain itu terjadinya kecelakaan kerja disebabkan karena dua golongan. Golongan pertama
adalah faktor mekanis dan lingkungan (unsafe condition), sedangkan golongan kedua adalah
faktor manusia (unsafe action). Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
faktor manusia menempati posisi yang sangat penting terhadap kecelakaan kerja yaitu antara 80-
85%.
Terjadinya kecelakaan dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi dari analisis terjadinya
kecelakan menunjukkan bahwa hal-hal berikut adalah sebab-sebab terjadinya kecelakan kerja di
labolatorium:
3. Kurangnya bimbingan terhadap siswa atau mahasiswa yang sedang melakukan kegitan
labolatorium.
4. Kurangnya atau tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan perlengkapan
5. Kurang atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang semestinya harus ditaati.
Risiko bahaya, sekecil apapun kadarnya, dapat muncul di saat kapan pun, di manapun, dan dapat
menimpa siapapun yang sedang melakukan pekerjaan. Bahaya kerja di laboratorium dapat
berupa bahaya fisik, seperti infeksi, terluka, cidera atau bahkan cacat, serta bahaya kesehatan
mental seperti stres, syok, ketakutan, yang bila intensitasnya meningkat dapat menjadi hilangnya
Perangkat/alat-alat laboratorium, seperti pecahan kaca, pisau bedah, korek api, atau alat-
alat logam.
Bahan-bahan fisik, kimia dan biologis, seperti suhu (panas-dingin), suara, gelombang
elektromagnet, larutan asam, basa, alkohol, kloroform, jamur, bakteri, serbuksari atau
racun gigitan serangga.
Proses kerja laboratorium, seperti kesalahan prosedur, penggunaan alat yang tidak tepat,
Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban adalah petugas laboratorium itu sendiri.
Terpeleset, biasanya karena lantai licin. Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk kecelakaan
Ringan: memar
Pencegahannya :
Pakai sepatu anti slip, jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar, hati-hati bila
berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak rata konstruksinya dan
Risiko terjadi kebakaran (sumber: bahan kimia, kompor) bahan desinfektan yang
mungkin mudah menyala (flammable) dan beracun. Kebakaran terjadi bila terdapat 3
unsur bersama sama yaitu: oksigen, bahan yang mudah terbakar dan panas. Akibatnya :
Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat
bahkan kematian.
Konstruksi bangunan yang tahan api, sistem penyimpanan yang baik dan terhadap bahan-bahan
didalam laboratoruim.
Pengantar kecelakaan kerja ini dilakukan supaya dapat mengurangi dan menghindari terjadinya
kecelakan dilabolatorium supaya dapat dikurangi sampai tingkat paling minimal jika setiap
2011) berikut adalah orang yang seharusnya bertanggug jawab terhadap keamanan labolatorium :
Lembaga atau staf labolatorium bertanggung jawab atas fasilitas labolatorium yaitu
Dosen atau guru bertanggung jawab didalam memberikan semua petunjuk yang
Mahasiswa atau siswa yang bertanggung jawab untuk mempelajari aspek kesehatan dan
keselamatan dari bahan-bahan kimia yang berbahaya, baik yang digunakan maupun yang
dihasilakan dari suatu reaksi, dan keselamatan dari teknik dan prosedur yang akan
dilakukannya. Dengan demikian mahasiswa atau siswa dapat menyusun peralatan dan
mengikuti prosedur yang seharusnya, sehingga bahaya kecelakaan dapat dihindari atau
dikurangi.
Selain hal diatas dalam pengantar kecelakaan kerja kita harus mengetahui pokok-pokok tindakan
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yang berguna untuk membantu dalam proses
dimaksudkan untuk memberikan perawatan darurat bagi korban sebelum pertolongan yang lebih
lanjut diberikan ke dokter (Hudori, 2010). Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam
Hentikan pendarahan.
Adapun contoh kasus kecelakaan dilaboratorium pada hasil temuan dalam beberapa keadaan
yang menimbulkan potensi kecelakaan kerja di laboratorium Teknik Lingkungan UNDIP. Selain
aspek (keadaan dan tindakan) yang berpotensi celaka, dilakukan juga penilaian resiko untuk
mengetahui tingkat risiko di Laboratorium. Penilaian risiko dilakukan dengan tujuan agar
memperoleh nilai tingkat risiko dari masing-masing potensi bahaya diatas. Berdasarkan hasil
perkalian anatar paparan, peluang dan konsekunsi maka diketahui tingkat risiko dari masing-
faktor lingkungan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja yang sangat penting
diperhatikan bagi Mahasiswa. Dari hasil 50 responden, sebanyak 66,67% menyatakan sangat
setuju nterhadap pentingnya faktor lingkungan untuk keselamatan dan kesehatan kerja di
laboratorium sudah baik. Sedangkan 29,33% responden menyatakan setuju. Sisanya 0,89%
tidak setuju dan 0,44% menyatakan sangat tidak setuju terhadap faktor lingkungan untuk
Hal-hal yang penting dalam mengantisipasi pengendalian kecelakan kerja dilboratorium adalah
untuk mengetahui aturan-aturan yang aman, bahaya-bahaya yang mungkin dapat terjadi dan hal-
hal yang perlu dilakukan jika terjadi suatu kecelakaan. Menurut (Fathimahhayati, 2015)
kecelakaan didalam laboaratorium dapat dianalisis potensi bahayanya dengan Metode Job Safety
Analysis (JSA) sebagai upaya penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di dalam laboratorium.
Berikut adalah aturan umum yang berkaitan dengan keamanan dilaboratorium:
1. Penataan ruangan yang baik sangatlah penting untuk keamanan kerja di laboratorium.
Ruangan perlu ditata dengan rapi, berikan tempat untuk jalan lewat dan tempatkan segala
2. Setiap orang harus cukup akrab dengan lokasi dan perlengkapan darurat seperti kotak
4. Sebelum mulai bekerja kenalilah dulu kemungkinan bahaya yang akan terjadi dan ambil
5. Berikan tanda peringatan pada setiap perlengkapan, reaksi atau keadaan tertentu.
6. Eksperimen yang tanpa izin harus dilarang dan bekerja sendirian di laboratorium juga
perlu dicegah.
7. Gunakan tempat sampah yang sesuai untuk sisa pelarut, pecahan gelas, kertas dan lain-
lain.
Melaui kerja dengan berbagai bahan kimia korosif dan bahan dengan zat warna, maka
pengetahuan mengenai metode perlindungan pribadi dalam hal ini sangatlah penting (Ramli,
2012). Sedangkan tujuan utama adalah untuk mencegah kecelakaan, penting untuk menggunakan
perlengkapan keselamatan pribadi sebagai perlindungan untuk mencegah luka jika terjadi
kecelakaan. Kajian penerapan K3 dalam proses mengajar dilaboratorium harus dilakukan dengan
baik. Dimana fungsi dari keselamatan kerja yaitu antisipasi, identifikasi dan evaluasi kondisi
nyaman dipakai dan mudah untuk dilepaskan bila terjadi kecelakaan atau pengotoran oleh
bahan kimia.
Pelindung lengan, tangan, dan jari. Sarung tangan yang mudah dikenakan dan
dilepas merupakan prasyarat perlindungan tangan dan jari dari panas, bahan kimia, dan
bahaya lain. Sarung tangan karet diperlukan untuk menangani bahan-bahan korosif
seperti asam dan alkali. Sarung tangan kulit digunakan untuk melindungi tangan dan jari
dari benda-benda tajam seperti pada saat bekerja di bengkel. Sarung tangan asbes
dengan baik dan perlu ditaburi talk agar tidak lengket saat disimpan.
Pelindung Kaca mata pelindung digunakan untuk mencegah mata dari percikan
bahan kimia dan di laboratorium perlu disediakan paling sedikit sepasang. Ideal setiap
siswa memilikinya. Kacamata pelindung harus nyaman dipakai dan cukup ringan.
Kacamata pelindung perlu dipakai bila bekerja dengan asam, bromin, amonia atau bila
Respirator dan lemari uap. Respirator sebaagai pelindung terhadapap gas, uap dan debu
yang dapat mengganggu saluran pernafasan. Bila bekerja dengan gas-gas beracun
walaupun dengan jumlah sedikit, seperti khlorin, bromine dan nitrogen dioksida maka
perlu dilakukan dilemari uap dan pelu ventilasi yang baik untuk melindungi dari
keracunan. Kecelakaan sering terjadi karena meninggalkan kran gas dalam keadaan
terbuka. Kran pengeluaran gas di dalam lemari uap harus selalu ditutup bila tidak
digunakan.
Sepatu pengaman. Sepatu khusus dengan bagian atas yang kuat dan solnya yang padat
harus dipakai saat bekerja dilaboratorium atau bengkel. Jangan menggunakan sandal
untuk menghindari luka dari pecahan kaca dan tertimpanya kaki oleh benda-benda berat.
Layar pelindung. Digunakan jika kita ragu akan terjadinya ledakan dari bahan kimia dan
fisik, kimiawi, biologis serta prosedur kerja yang beraneka ragam. Rangkaian kerja laboratorium
berpotensi munculnya risiko kecelakaan kerja yang dapat memberi dampak bagi keselamatan
dan kesehatan diri siswa, baik secara fisik, mental dan sosial. Hal ini memberi konsekuensi bagi
upaya pencegahan dan penanganan risiko atau dampak keselamatan dan kesehatan kerja yang
harus dipikirkan dan diperhatikan guru sains, koordinator laboratorium dan laboran, sebagai
sekaligus mempertahankan keselamatan semua pihak yang terlibat dalam aktivitas leboratorium,
khususnya siswa. Semakin tinggi intensitas dan ragam kerja laboratorium, maka makin tinggi
pula risiko kecelakaan kerja yang mungkin dapat terjadi.
Ada tiga faktor penting yang sangat mempengaruhi bagaimana situasi kerja di laboratorium
dapat terbentuk. Secara internal, kesadaran dan pemahaman siswa terhadap dirinya sendiri
memegang peran vital bagi persiapan dan proses kerja laboratorium. Hal ini menyangkut
kemampuan kerja laboratorium yang bisa mereka lakukan, latar belakang kesehatan serta
ketahanan kondisi baik fisik maupun mental. Faktor kedua yaitu faktor eksternal, baik aspek fisik
tempat kerja (laboratorum) seperti kondisi bangunan, ketersediaan meja dan kursi dan suasana,
maupun aspek sosial yang bersumber dari orang (siswa) lain, akan berpengaruh bagi bentuk
interaksi yang terjadi antara keduanya. Pemahaman dan pengkondisian yang baik akan faktor
internal, eksternal dan proses interaksi ini dapat memberi dampak bagi kondisi keselamatan dan
kesehatan kerja.
Risiko bahaya, sekecil apapun kadarnya, dapat muncul di saat kapanpun, di manapun, dan dapat
menimpa siapapun yang sedang melakukan pekerjaan. Bahaya kerja di laboratorium dapat
berupa bahaya fisik, seperti infeksi, terluka, cedera atau bahkan cacat, serta bahaya kesehatan
mental seperti stres, syok, ketakutan, yang bila intensitasnya meningkat dapat menjadi hilangnya
kesadaran (pingsan) bahkan kematian. Sumber bahaya dapat dibedakan menjadi sumber dari 1)
perangkat/alat-alat laboratorium, seperti pecahan kaca, pisau bedah, korek api, atau alat-alat
logam, 2) bahan-bahan fisik, kimia dan biologis, seperti suhu (panas-dingin), suara, gelombang
elektromagnet, larutan asam, basa, alkohol, kloroform, jamur, bakteri, serbuksari, atau racun
gigitan serangga, serta 3) proses kerja laboratorium, seperti kesalahan prosedur, penggunaan alat
yang tidak tepat, atau faktor psikologik kerja (terburu-buru, takut, dll).
Upaya keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium melingkupi pengelolaan sebelum aktivitas
kerja (pre-activity), saat kegiatan (in doing process) sampai dengan penanganan risiko (risk
taking action). Ruang lingkup ini menjadi tanggung jawab guru, koordinator laboratorium dan
laboran sekolah secara bersama. Meski tidak sedikit atau sederhana dan berpotensi menambah
beban pekerjaan, namun tanggung jawab moral bagi terciptanya situasi atau lingkungan belajar
yang nyaman dan memberi jaminan keselamatan bagi siswa adalah tujuan utama.
Pertolongan pertama (First Aid) merupakan upaya penanganan segera terhadap kecelakaan untuk
mencegah risiko bahaya yang lebih parah/besar, baik fisik maupun mental, terhadap si korban
melalui tindakan medis mendasar. Pada dasarnya tindakan medis dasar ini bisa diupayakan untuk
dilakukan oleh orang awam. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk memberi tindakan pertolongan
pertama adalah:
1) Bersiap tenang, tidak panik, dan berpikir jernih untuk menciptakan kondisi tenang dan
2) Melakukan identifikasi bahaya dan seleksi penanganan secara jernih melalui analisis gejala-
gejala yang ada serta jenis obat atau penanganan yang tepat.
3) Memberikan bantuan penanganan sesegera mungkin secara tepat dan representatif termasuk
menghubungi tenaga medis yang lebih berkompeten untuk penanganan yang lebih baik, atau
segera mengirimkan korban ke rumah sakit.
Secara spesifik, tindakan penanganan terhadap kecelakaan dapat dilakukan untuk kasus-kasus
kontaminasi bahan kimia, kebakaran, dan luka atau infeksi.
1) Kontaminasi bahan kimia, pada mata atau kulit. Segera basuh mata dengan air jernih yang
mengalir, minimal 15 menit atau sampai gejala risiko berkurang. Jangan gunakan obat yang tidak
2) Kebakaran yang mengenai kulit. Bila minor, basuh dengan kapas basah dan beri krim
pelembab pencegah iritasi. Bila mayor, jangan basuh dengan air, tetapi langsung lilit dengan kasa
kering, dan upayakan korban tetap dalam keadaan hangat untuk menghindari syok. Bila
kebakaran terjadi pada baju kerja atau material lain, segera padamkan api dengan kain/selimut
3) Luka atau infeksi. Bila luka minor dan darah mengucur, gunakan sarung tangan non-alergenik
untuk mengendalikan pendarahan. Sekiranya ada luka yang terbuka, bersihkan dengan alkoho l
dan tutup dengan krim dan perban.