You are on page 1of 17

Nama : Mutia Izzah

Nim : 21031143

Tugas : Kesehatan dan Keselamatan kerja di laboratorium

Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja Di laboratorium


Kecelakaan kerja di laboratorium merupakan suatu kejadian tak terduga yang terjadi di

laboratorium dan mengakibatkan terjadinya cedera fisik dan kerugian moril atau material.Sama

halnya dengan kecelakaan pada umumnya, terjadinya kecelakaan kerja di laboratorium juga

disebabkan karena berbagai macam faktor.

1. Faktor Penyebab Kecelakaan kerja di laboratorium

Di antara beberapa aspek yang menjadi faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja di

laboratorium meliputi :

 Kurang hati – hati dalam melakukan prosedur reaksi kimia dari materi – materi yang

disediakan

 Alat laboratorium tidak dalam kondisi steril sehingga akan meninggalkan zat – zat

berbahaya

 Kurangnya karantina atau pengamanan terhadap hewan yang menjadi objek riset dan

berpotensi bereaksi buas terhadap berbagai zat hasil reaksi kimia

 Ceroboh dalam bekerja atau pun menggunakan alat dan bahan praktek di laboratorium

 Laboratorium yang kotor dan lantai yang licin juga berpotensi menyebabkan kecelakaan

kerja dalam laboratorium


Berhubungan dengan itu, setiap laboratorium selalu membuat aturan yang mengatur bagaimana

seharusnya bekerja di laboratorium. Disiplin terhadap aturan yang berlaku merupakan parameter
utama dalam pengimplementasian K3 di laboratorium.

Sebab-sebab Kecelakaan di Laboratorium

Secara umum, kecelakaan yang terjadi di laboratorium kimia ataupun di industri kimia

disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Sikap dan tingkah laku. Sikap dan tingkah laku praktikan yang lalai terhadap aturan

seperti enggan menggunakan perlengkapan perlindungan diri dan meremehkan setiap

kemungkinan merupakan penyebab kecelakaan yang paling sering ditemukan di

laboratorium. Hal demikian sering dijumpai pada praktikan pemula yang baru bekerja

atau belajar di laboratorium.

2. Keadaan tidak aman. Penggunaan bahan-bahan kimia, alat yang digunakan dan teknik

pengerjaan adalah penyebab keamanan tidak aman di laboratorium. Seperti penggunaan

hidrogen klorida, hidorgen sulfida dan pelarut-pelarut organik yang dapat menimbulkan

pencemaran ruang kerja dan lingkungan laboratorium. Tidak tersedianya lemari asam

dan sistem ventilasi menambah keadaan tidak amannya laboratorium. Selain itu

kesalahan teknik juga merupakan penyebab keadaan tidak aman, seperti melakukan

reaksi pemanasan, pengenceran asam sulfat pekat atau pemanasan pelarut volatil pada

sistem api terbuka.

3. Kurang kontrol dari pihak supervisor. Fungsi kontrol dari pihak supervisor berupa

supervisi dan proses pengawasan yang baik adalah antisiasi terjadinya kondisi yang tidak

diinginkan. Supervisor harus menjelaskan prosedur dan cara kerja, memberikan

pengawasan, serta mengetahui setiap kemungkinan bahaya yang terjadi akibat percobaan
kimia atau penggunan bahan kimia.
Jenis Bahaya dan Kecelakaan di Laboratorium

Beberapa jenis bahaya dan kecelakaan di laboratorium yang harus diantisipasi yaitu :

1. Keracunan. Keracunan terjadi sebagai akibat dari adanya interaksi dengan bahan kimia

beracun (toksik), seperti amonia, karbon monoksida, kloroform, benzen, sianida dan lain-

lain. Keracunan dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan baik jangka panjang

ataupun jangka pendek bahkan kematian. Gangguan kesehatan jangka panjang seperti

terjadiya gangguan hati, kanker dan asbetosis yang disebabkan karena akumulasi

penyerapan bahan kimia toksik dalam jumlah kecil namun terus menerus. Gangguan

kesehatan jangka pendek seperti mual, pusing dan lemas pada tubuh.

2. Iritasi. Iritasi terjadi sebagai akibat dari adanya interaksi dengan bahan kimia korosif

seperti asam sulfat, natrium hidroksida dan bahan korosif lainnya. Iritasi dapat

menyebabkan terjadinya luka atau peradangan pada kulit, saluran pernapasan, dan mata.

3. Kebakaran dan luka bakar. Kebakaran dan luka bakar terjadi sebagai akibat dari sikap

ceroboh dalam menangani pelarut organik yang mudah terbakar, seperti eter, aseton,

alkohol dan pelarut organik lainnya.

4. Luka kulit. Luka kulit dapat terjadi saat praktikan bekerja dengan alat gelas dan kaca

apabila alat-alat tersebut pecah.

5. Bahaya lainya. Bahaya lainnya yang mungkin terjadi adalah sengatan listrik, terpapar

dengan radiasi tertentu dan pencemaran lingkungan.

Tata Tertib Untuk Mencegah Kecelakaan


Untuk menghindari dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja di laboratorium tentu saja perlu

adanya peraturan dan tata tertib yang harus dijalankan semua orang yang bekerja di laboratorium
tersebut.

Adapun beberapa aturan dan tata tertib yang harus dijalankan semua orang yang bekerja di
laboratorium terdiri atas :

 Semua orang yang bekerja di laboratorium dilarang mengambil atau membawa keluar

alat dan bahan dalam laboratorium tanpa seizin petugas laboratorium

 Orang – orang yang tidak berkepentingan juga dilarang masuk ke laboratorium demi

mencegah terjadinya hal – hal yang tidak diinginkan.

 Penggunaan alat serta bahan praktek di laboratorium harus sesuai dengan petunjuk

praktikum yang diberikan. Jangan pernah melakukan eksperimen sebelum mengetahui

informasi tentang bahaya bahan kimia, alat dan bagaimana cara menggunakannya.

 Jika ada keraguan saat akan melakukan percobaan reaksi kimia, harus segera

menanyakan kepada pihak terkait atau yang lebih mengerti dan memahaminya.

 Lakukan pengenalan tentang bagaimana cara berinteraksi dengan cairan kimia,

menggunakannya dan cara memindahkannya.

 Gunakan jas laboratorium ketika sedang bekerja

 Upayakan agar Anda tidak sedang sendirian di dalam ruang laboratorium agar jika terjadi

kecelakaan ada pihak lain yang segera melakukan evakuasi.

 Jika ada perlengkapan dan peralatan yang rusak, segeralah melaporkan ke petugas

laboratorium yang bertugas

 Cari tahu bagaimana cara pemakaian alat – alat darurat seperti pemadam kebakaran, eye

shower, respirator dan berbagai alat keselamatan kerja lain yang tersedia di laboratorium

sebagai instrumen K3 di laboratorium.

 Berhati – hatilah jika bekerja dengan asam kuat reagen korosif, reagen yang bersifat

volatil dan mudah terbakar


 Masing – masing pekerja yang bekerja di laboratorium harus tahu tentang cara memberi

pertolongan pertama pada kecelakaan

 Pelatihan kerja dan skill untuk bekerja di laboratorium harus diberikan secara berkala

 Jangan pernah bergurau atau bercanda di laboratorium karena sangat bahaya.

Peralatan Keselamatan Kerja Di Laboratorium

Untuk meminimalisir resiko terjadinya kecelakaan kerja di laboratorium, dalam ruangan juga

harus ada semua komponen K3 (Kesehatan dan keselamatan kerja) yang dapat meminimalisir

resiko terjadinya kecelakaan kerja di laboratorium. Beberapa komponen K3 yang harus ada di
laboratorium terdiri atas :

 Pemadam kebakaran atau fire hydrant dan alat pemadam api ringan atau APAR

 Eye washer

 Water shower

 Kotak P3K

 Jas laboratorium

 Peralatan dan perlengkapan mencuci peralatan laboratorium

 Peralatan pembersihan, dan sebagainya

Kecelakaan kerja dalam laboratorium juga bisa terjadi karena limbah kimia yang tidak dibuang

setelah digunakan. Limbah kimia hendaknya segera dibuang pada suatu tempat khusus karena
beberapa jenis zat kimia merupakan limbah yang sangat berbahaya bagi lingkungan dan dapat

menyebabkan kecelakaan kerja dalam laboratorium.

Sebagai seorang praktikan, sebelum melakukan praktikum kita terlebih dahulu harus mengetahui

bagaimana pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di laboratorium, agar kita dapat

melaksanakan praktikum dengan aman dan lancar. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang

berkaitan dengan penggunaan alat alat laboratorium, bahan dan proses praktikum, tempat

praktikun & lingkungannya serta cara-cara melakukan praktikum. Menurut (Salim, 2012)

keselamatan kerja menyangkut segenap proses Praktikum di laboratorium. Sedangkan

kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan yang terjadi pada saat

praktikum sedang berlangsung. Oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur

kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan (Rahayuningsih, 2013).

Menurut (Syartini, 2010) keselamatan dan kesehatan kerja (K3) akan menciptakan terwujudnya

pemeliharaan laboratorium serta juga tenaga kerja yang baik. Keselamatan dan kesehatan kerja

(K3) ini harus ditanamkan pada diri masing-masing individu karyawan dengan cara penyuluhan

dan pembinaan yang baik agar mereka menyadari arti penting keselamatan kerja bagi dirinya

maupun untuk laboratorium dan bagi para pekerja.

Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang

berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang

mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini Dosen, Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya

pekerjaan (akibat kerja), seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau

kronis (sementara atau berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama.

Efek terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan masyarakat

kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan gangguan tingkat produktifitas,

kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul akibat pekerjaanya. Sasaran kesehatan kerja
khususnya adalah para pekerja dan peralatan kerja di lingkungan laboratorium. Dalam

laboratorium harus ada manajemen K3 yang berguna untuk mengantisifasi terjadinya kecelakaan,

dan harus di dukung dengan enabling factor/ pendukung (lingkungan fisik dan ketersediaan

fasilitas dan alat pendukung diri) dan rein forcing factor/ faktor pendorong (dukungan sosial)

dengan kecelakaan kerja yang terjadi dilaboratorium (Wulandari, 2011). Selain di laboratorium

manajemen K3 juga harus diterapkan di rumah sakit (Salikkuna, 2011).

Adapun contoh manajemen dalam kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah pada RSIA

Kasih Ibu Manado dimana disana menerapkan analisis penerapan Sistem Manajemen Kesehatan

dan Keselamatan Kerja (SMK3) Hasil dari penelitian ini adalah adanya komitmen dan kebijakan

manajemen dalam pelaksanaan SMK3, perencanaan disusun oleh pimpinan RS secara lisan dan

pelaksanaan K3 sudah terprogram tetapi belum mempunyai organisasi khusus dan ahli K3 antara

lain penyediaan APD dan pelatih K3 bagi pegawai RS serta pengukuran dan evaluasi belum
maksimal dilaksanakan (Toding, 2016).

Menurut hasil penelitian (Sholihah, 2015) menyatakan penyuluhan K3 dalam penerapannya

selama satu tahun efektif meningkatkan pengetahuan dan sikap budaya K3, namun belum efektif

meningkatkan kesehatan pekerja. Penelitian ini berdasarkan hasil observasi di PT X, Rantau,

Kalimantan Selatan, nilai ambang batas debu tidak diketahui. Manajemen perusahaan tambang

batu bara hanya menyatakan secara lisan bahwa nilai ambang batas debu dalam keadaan normal.

Kadar debu lebih dari 350 mg/m3 udara/hari (OR = 2,8; 95% CI = 1,8 – 9,9) merupakan salah

satu faktor intrinsic yang terbukti berhubungan dengan penurunan kapasitas paru. Maka dari itu

Penerapan dan penyuluhan K3 sangat penting supaya bisa mengantisipasi penyakit diparu-paru

akibat terhisap debu.

Sumber Terjadinya Kecelakaan Di Laboratorium


Kecelakaan kerja dapat terjadi kapan saja dan dimana saja yang dapat menimpa setiap pekerja.

Kecelakaan kerja mengakibatkan kerugian baik bagi pekerja dan pihak yang mempekerjakan.

Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi kecelakaan kerja guna mencegah terjadinya

kecelakaan kerja tersebut. Melalui identifikasi bahaya kerja maka akan meminimalkan bahkan

mencegah bahaya melalui pengendalian bahaya kerja yang dilakukan sesuai hasil analisa

identifikasi bahaya kerja. Agar tindak lanjut penangan dari hasil identifikasi lebih maksimal

maka perlu dilakukan juga suatu penilaian risiko. Penilaian resiko adalah metode sistematis

dalam melihat aktivitas kerja, memikirkan apa yang dapat menjadi buruk, dan memutuskan

kendali yang cocok untuk mencegah terjadinya kerugian, kerusakan, atau cidera di tempat kerja.

Penilaian ini harus juga melibatkan pengendalian yang diperlukan untuk menghilangkan,
mengurangi atau meminimalkan resiko.

Selain itu terjadinya kecelakaan kerja disebabkan karena dua golongan. Golongan pertama

adalah faktor mekanis dan lingkungan (unsafe condition), sedangkan golongan kedua adalah

faktor manusia (unsafe action). Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

faktor manusia menempati posisi yang sangat penting terhadap kecelakaan kerja yaitu antara 80-

85%.

Terjadinya kecelakaan dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi dari analisis terjadinya

kecelakan menunjukkan bahwa hal-hal berikut adalah sebab-sebab terjadinya kecelakan kerja di
labolatorium:

1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan-bahan kimia dan proses-proses

serta perlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam melakukan kegiatan

2. Kurangnya kejelasan petunjuk kegiatan labolatorium dan juga kurangnya pengawasan

yang dilakukan selama melakukan kegiatan labolatorium.

3. Kurangnya bimbingan terhadap siswa atau mahasiswa yang sedang melakukan kegitan

labolatorium.
4. Kurangnya atau tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan perlengkapan

perlindungan kegiatan labolatorium.

5. Kurang atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang semestinya harus ditaati.

6. Tidak menggunakan perlengkapan pelindung yang seharusnya digunakan atau

menggunakan peralatan atau bahan yang tidak sesuai.

7. Tidak bersikap hati-hati di dalam melakukan kegiatan.

Risiko bahaya, sekecil apapun kadarnya, dapat muncul di saat kapan pun, di manapun, dan dapat

menimpa siapapun yang sedang melakukan pekerjaan. Bahaya kerja di laboratorium dapat

berupa bahaya fisik, seperti infeksi, terluka, cidera atau bahkan cacat, serta bahaya kesehatan

mental seperti stres, syok, ketakutan, yang bila intensitasnya meningkat dapat menjadi hilangnya

kesadaran (pingsan) bahkan kematian

Sumber bahaya dapat dibedakan menjadi sumber dari :

 Perangkat/alat-alat laboratorium, seperti pecahan kaca, pisau bedah, korek api, atau alat-

alat logam.

 Bahan-bahan fisik, kimia dan biologis, seperti suhu (panas-dingin), suara, gelombang

elektromagnet, larutan asam, basa, alkohol, kloroform, jamur, bakteri, serbuksari atau
racun gigitan serangga.

 Proses kerja laboratorium, seperti kesalahan prosedur, penggunaan alat yang tidak tepat,

atau faktor psikologi kerja (terburu-buru, takut dan lain-lain).


Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :

 Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban adalah pasien.

 Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban adalah petugas laboratorium itu sendiri.

Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di laboratorium :

 Terpeleset, biasanya karena lantai licin. Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk kecelakaan

kerja yang dapat terjadi di laboratorium. Akibatnya :

 Ringan: memar

 Berat: fraktura, dislokasi, memar otak, dan lain-lain.

Pencegahannya :

Pakai sepatu anti slip, jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar, hati-hati bila

berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak rata konstruksinya dan

pemeliharaan lantai dan tangga.

 Risiko terjadi kebakaran (sumber: bahan kimia, kompor) bahan desinfektan yang

mungkin mudah menyala (flammable) dan beracun. Kebakaran terjadi bila terdapat 3

unsur bersama sama yaitu: oksigen, bahan yang mudah terbakar dan panas. Akibatnya :

 Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat

 bahkan kematian.

 Timbul keracunan akibat kurang hati-hati.


Pencegahannya :

Konstruksi bangunan yang tahan api, sistem penyimpanan yang baik dan terhadap bahan-bahan

yang mudah terbakar, pengawasan terhadap terjadinya kemungkinan timbulnya kebakaran

didalam laboratoruim.

Pengantar kecelakaan kerja ini dilakukan supaya dapat mengurangi dan menghindari terjadinya

kecelakan dilabolatorium supaya dapat dikurangi sampai tingkat paling minimal jika setiap

orang yang menggunakan labolatorium mengetahui tanggung jawabnya. Menurut (Hidayati,

2011) berikut adalah orang yang seharusnya bertanggug jawab terhadap keamanan labolatorium :

 Lembaga atau staf labolatorium bertanggung jawab atas fasilitas labolatorium yaitu

kelengkapannya, pemeliharaan, dan keamanan labolatorium.

 Dosen atau guru bertanggung jawab didalam memberikan semua petunjuk yang

diperlukan kepada mahasiswa atau siswa termasuk didalamnya aspek keamanan.

 Mahasiswa atau siswa yang bertanggung jawab untuk mempelajari aspek kesehatan dan

keselamatan dari bahan-bahan kimia yang berbahaya, baik yang digunakan maupun yang

dihasilakan dari suatu reaksi, dan keselamatan dari teknik dan prosedur yang akan
dilakukannya. Dengan demikian mahasiswa atau siswa dapat menyusun peralatan dan

mengikuti prosedur yang seharusnya, sehingga bahaya kecelakaan dapat dihindari atau

dikurangi.

Selain hal diatas dalam pengantar kecelakaan kerja kita harus mengetahui pokok-pokok tindakan

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yang berguna untuk membantu dalam proses

penanganan apabila terjadi kecelakaan dilaboratorium. Pertolongan pertama pada kecelakaan

dimaksudkan untuk memberikan perawatan darurat bagi korban sebelum pertolongan yang lebih

lanjut diberikan ke dokter (Hudori, 2010). Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam

melakukan tindakan P3K yaitu :


 Jangan panik tidak berarti boleh lamban.

 Perhatikan pernafasan korba

 Hentikan pendarahan.

 Perhatikan tanda-tanda shock.

 Jangan memindahkan korban terburu-buru.

Adapun contoh kasus kecelakaan dilaboratorium pada hasil temuan dalam beberapa keadaan

yang menimbulkan potensi kecelakaan kerja di laboratorium Teknik Lingkungan UNDIP. Selain

aspek (keadaan dan tindakan) yang berpotensi celaka, dilakukan juga penilaian resiko untuk

mengetahui tingkat risiko di Laboratorium. Penilaian risiko dilakukan dengan tujuan agar

memperoleh nilai tingkat risiko dari masing-masing potensi bahaya diatas. Berdasarkan hasil

perkalian anatar paparan, peluang dan konsekunsi maka diketahui tingkat risiko dari masing-

masing potensi bahaya dilaboratorium.

faktor lingkungan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja yang sangat penting

diperhatikan bagi Mahasiswa. Dari hasil 50 responden, sebanyak 66,67% menyatakan sangat

setuju nterhadap pentingnya faktor lingkungan untuk keselamatan dan kesehatan kerja di

laboratorium sudah baik. Sedangkan 29,33% responden menyatakan setuju. Sisanya 0,89%

tidak setuju dan 0,44% menyatakan sangat tidak setuju terhadap faktor lingkungan untuk

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dilaboratorium.

Hal-hal yang penting dalam mengantisipasi pengendalian kecelakan kerja dilboratorium adalah

untuk mengetahui aturan-aturan yang aman, bahaya-bahaya yang mungkin dapat terjadi dan hal-

hal yang perlu dilakukan jika terjadi suatu kecelakaan. Menurut (Fathimahhayati, 2015)

kecelakaan didalam laboaratorium dapat dianalisis potensi bahayanya dengan Metode Job Safety

Analysis (JSA) sebagai upaya penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di dalam laboratorium.
Berikut adalah aturan umum yang berkaitan dengan keamanan dilaboratorium:

1. Penataan ruangan yang baik sangatlah penting untuk keamanan kerja di laboratorium.

Ruangan perlu ditata dengan rapi, berikan tempat untuk jalan lewat dan tempatkan segala

sesuatu pada tempatnya.

2. Setiap orang harus cukup akrab dengan lokasi dan perlengkapan darurat seperti kotak

P3K, pemadam kebakaran, botol cuci mata dan lain-lain.

3. Gunakan perlengkapan keamanan bila sedang melakukan eksperimen.

4. Sebelum mulai bekerja kenalilah dulu kemungkinan bahaya yang akan terjadi dan ambil

tindakan untuk mengurangi bahaya tersebut.

5. Berikan tanda peringatan pada setiap perlengkapan, reaksi atau keadaan tertentu.

6. Eksperimen yang tanpa izin harus dilarang dan bekerja sendirian di laboratorium juga

perlu dicegah.

7. Gunakan tempat sampah yang sesuai untuk sisa pelarut, pecahan gelas, kertas dan lain-

lain.

8. Semua percikan dan kebocoran harus segera dibersihkan.

Melaui kerja dengan berbagai bahan kimia korosif dan bahan dengan zat warna, maka

pengetahuan mengenai metode perlindungan pribadi dalam hal ini sangatlah penting (Ramli,

2012). Sedangkan tujuan utama adalah untuk mencegah kecelakaan, penting untuk menggunakan

perlengkapan keselamatan pribadi sebagai perlindungan untuk mencegah luka jika terjadi

kecelakaan. Kajian penerapan K3 dalam proses mengajar dilaboratorium harus dilakukan dengan

baik. Dimana fungsi dari keselamatan kerja yaitu antisipasi, identifikasi dan evaluasi kondisi

dari praktek berbahaya (Indriyani, 2014).

Beberapa perlengkapan pribadi yang biasa digunakan adalah:


 Jas laboratorium (labjas) untuk mencegah kotornya pakaian. Pakaian pelindung harus

nyaman dipakai dan mudah untuk dilepaskan bila terjadi kecelakaan atau pengotoran oleh

bahan kimia.

 Pelindung lengan, tangan, dan jari. Sarung tangan yang mudah dikenakan dan

dilepas merupakan prasyarat perlindungan tangan dan jari dari panas, bahan kimia, dan

bahaya lain. Sarung tangan karet diperlukan untuk menangani bahan-bahan korosif

seperti asam dan alkali. Sarung tangan kulit digunakan untuk melindungi tangan dan jari

dari benda-benda tajam seperti pada saat bekerja di bengkel. Sarung tangan asbes

diperlukan untuk menangani bahan-bahan Sarung tangan karet perlu disimpan

dengan baik dan perlu ditaburi talk agar tidak lengket saat disimpan.

 Pelindung Kaca mata pelindung digunakan untuk mencegah mata dari percikan

bahan kimia dan di laboratorium perlu disediakan paling sedikit sepasang. Ideal setiap

siswa memilikinya. Kacamata pelindung harus nyaman dipakai dan cukup ringan.

Kacamata pelindung perlu dipakai bila bekerja dengan asam, bromin, amonia atau bila

bekerja dibengkel seperti memotong logam natrium, menumbuk, menggergaji,

menggerinda dan pekerjaan sejenis yang memungkinkan terjadinya percikan ke mata.

 Respirator dan lemari uap. Respirator sebaagai pelindung terhadapap gas, uap dan debu

yang dapat mengganggu saluran pernafasan. Bila bekerja dengan gas-gas beracun

walaupun dengan jumlah sedikit, seperti khlorin, bromine dan nitrogen dioksida maka

perlu dilakukan dilemari uap dan pelu ventilasi yang baik untuk melindungi dari

keracunan. Kecelakaan sering terjadi karena meninggalkan kran gas dalam keadaan

terbuka. Kran pengeluaran gas di dalam lemari uap harus selalu ditutup bila tidak

digunakan.

 Sepatu pengaman. Sepatu khusus dengan bagian atas yang kuat dan solnya yang padat

harus dipakai saat bekerja dilaboratorium atau bengkel. Jangan menggunakan sandal

untuk menghindari luka dari pecahan kaca dan tertimpanya kaki oleh benda-benda berat.
 Layar pelindung. Digunakan jika kita ragu akan terjadinya ledakan dari bahan kimia dan

alat-alat hampa udara.

Kerja laboratorium tentunya melibatkan aktivitas penggunaan alatalat laboratorium, bahan-bahan

fisik, kimiawi, biologis serta prosedur kerja yang beraneka ragam. Rangkaian kerja laboratorium

berpotensi munculnya risiko kecelakaan kerja yang dapat memberi dampak bagi keselamatan

dan kesehatan diri siswa, baik secara fisik, mental dan sosial. Hal ini memberi konsekuensi bagi

upaya pencegahan dan penanganan risiko atau dampak keselamatan dan kesehatan kerja yang

harus dipikirkan dan diperhatikan guru sains, koordinator laboratorium dan laboran, sebagai

penanggung jawab kegiatan laboratorium, guna pencegahan timbulnya gangguan kesehatan

sekaligus mempertahankan keselamatan semua pihak yang terlibat dalam aktivitas leboratorium,

khususnya siswa. Semakin tinggi intensitas dan ragam kerja laboratorium, maka makin tinggi
pula risiko kecelakaan kerja yang mungkin dapat terjadi.

Ada tiga faktor penting yang sangat mempengaruhi bagaimana situasi kerja di laboratorium

dapat terbentuk. Secara internal, kesadaran dan pemahaman siswa terhadap dirinya sendiri

memegang peran vital bagi persiapan dan proses kerja laboratorium. Hal ini menyangkut

kemampuan kerja laboratorium yang bisa mereka lakukan, latar belakang kesehatan serta

ketahanan kondisi baik fisik maupun mental. Faktor kedua yaitu faktor eksternal, baik aspek fisik

tempat kerja (laboratorum) seperti kondisi bangunan, ketersediaan meja dan kursi dan suasana,

maupun aspek sosial yang bersumber dari orang (siswa) lain, akan berpengaruh bagi bentuk

interaksi yang terjadi antara keduanya. Pemahaman dan pengkondisian yang baik akan faktor

internal, eksternal dan proses interaksi ini dapat memberi dampak bagi kondisi keselamatan dan
kesehatan kerja.

Risiko bahaya, sekecil apapun kadarnya, dapat muncul di saat kapanpun, di manapun, dan dapat

menimpa siapapun yang sedang melakukan pekerjaan. Bahaya kerja di laboratorium dapat
berupa bahaya fisik, seperti infeksi, terluka, cedera atau bahkan cacat, serta bahaya kesehatan

mental seperti stres, syok, ketakutan, yang bila intensitasnya meningkat dapat menjadi hilangnya

kesadaran (pingsan) bahkan kematian. Sumber bahaya dapat dibedakan menjadi sumber dari 1)

perangkat/alat-alat laboratorium, seperti pecahan kaca, pisau bedah, korek api, atau alat-alat

logam, 2) bahan-bahan fisik, kimia dan biologis, seperti suhu (panas-dingin), suara, gelombang

elektromagnet, larutan asam, basa, alkohol, kloroform, jamur, bakteri, serbuksari, atau racun

gigitan serangga, serta 3) proses kerja laboratorium, seperti kesalahan prosedur, penggunaan alat
yang tidak tepat, atau faktor psikologik kerja (terburu-buru, takut, dll).

Upaya keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium melingkupi pengelolaan sebelum aktivitas

kerja (pre-activity), saat kegiatan (in doing process) sampai dengan penanganan risiko (risk

taking action). Ruang lingkup ini menjadi tanggung jawab guru, koordinator laboratorium dan

laboran sekolah secara bersama. Meski tidak sedikit atau sederhana dan berpotensi menambah

beban pekerjaan, namun tanggung jawab moral bagi terciptanya situasi atau lingkungan belajar

yang nyaman dan memberi jaminan keselamatan bagi siswa adalah tujuan utama.

Pertolongan pertama (First Aid) merupakan upaya penanganan segera terhadap kecelakaan untuk

mencegah risiko bahaya yang lebih parah/besar, baik fisik maupun mental, terhadap si korban

melalui tindakan medis mendasar. Pada dasarnya tindakan medis dasar ini bisa diupayakan untuk

dilakukan oleh orang awam. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk memberi tindakan pertolongan

pertama adalah:

1) Bersiap tenang, tidak panik, dan berpikir jernih untuk menciptakan kondisi tenang dan

nyaman bagi korban dan orang lain.

2) Melakukan identifikasi bahaya dan seleksi penanganan secara jernih melalui analisis gejala-

gejala yang ada serta jenis obat atau penanganan yang tepat.
3) Memberikan bantuan penanganan sesegera mungkin secara tepat dan representatif termasuk

menghubungi tenaga medis yang lebih berkompeten untuk penanganan yang lebih baik, atau
segera mengirimkan korban ke rumah sakit.

Secara spesifik, tindakan penanganan terhadap kecelakaan dapat dilakukan untuk kasus-kasus
kontaminasi bahan kimia, kebakaran, dan luka atau infeksi.

1) Kontaminasi bahan kimia, pada mata atau kulit. Segera basuh mata dengan air jernih yang

mengalir, minimal 15 menit atau sampai gejala risiko berkurang. Jangan gunakan obat yang tidak

diyakini pengaruh klinisnya, sampai tenaga medik menangani.

2) Kebakaran yang mengenai kulit. Bila minor, basuh dengan kapas basah dan beri krim

pelembab pencegah iritasi. Bila mayor, jangan basuh dengan air, tetapi langsung lilit dengan kasa

kering, dan upayakan korban tetap dalam keadaan hangat untuk menghindari syok. Bila

kebakaran terjadi pada baju kerja atau material lain, segera padamkan api dengan kain/selimut

basah, busa pemadam, atau air pancuran.

3) Luka atau infeksi. Bila luka minor dan darah mengucur, gunakan sarung tangan non-alergenik

untuk mengendalikan pendarahan. Sekiranya ada luka yang terbuka, bersihkan dengan alkoho l
dan tutup dengan krim dan perban.

You might also like