Professional Documents
Culture Documents
7661-Article Text-25599-2-10-20230615
7661-Article Text-25599-2-10-20230615
Abstract
Both Islamic countries and other countries have a major role in managing the economy. The
model for calculating national income is certainly different between conventional and Islamic,
because the basic determination of people's welfare priorities is different. Therefore, it is
important for the state to increase national income through developing the country's economy
so that people's welfare increases. This article examines the measurement of conventional
national income and an Islamic perspective. The method used in this research is library
research. The conclusions are: 1) There are doubts in the calculation of real GDP as a measure
of the level of welfare. 2) Income per capita is not the only measure of welfare because income
in an area is not evenly distributed. 3) Variables in measuring national income have their
respective roles in accordance with Islamic law. 4) The parameters used in the Islamic
economic system are called falah, namely real welfare. 5) Good Islamic economic development
has the goal of reducing poverty, creating peace, comfort, and morals in life. This research is
limited to discussing theoretical comparisons between Islamic and conventional national
income calculation models. It is hoped that further researchers can explain in real terms the
implementation of national income calculations applied by Islamic countries.
Keywords : National Income, Welfare, Economic Growth
Abstrak
Baik negara islam maupun negara lainnya memiliki peran utama dalam mengelola ekonomi.
Model perhitungan pendapatan nasional tentu berbeda antara konvensional dengan islami,
karena penentuan dasar prioritas kesejahteraan rakyat yang berbeda. Oleh karena itu, penting
bagi negara untuk meningkatkan pendapatan nasional melalui pengembangan perekonomian
negara agar kesejahteraan rakyat meningkat. Artikel ini mengkaji tentang pengukuran
pendapatan nasional konvensional dan perspektif islam. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research). Adapun kesimpulannya yaitu: 1)
Terdapat keraguan dalam perhitungan GDP riil sebagai ukuran tingkat kesejahteraan. 2)
Pendapatan per kapita bukanlah satu-satunya tolak ukur kesejahteraan karena pendapatan
dalam suatu wilayah belum merata. 3) Variabel dalam pengukuran pendapatan nasional
memiliki peran masing-masing yang sesuai dengan syariat islam. 4) Parameter yang
digunakan dalam sistem ekonomi islam disebut dengan falah yaitu kesejahteraan yang
sesungguhnya. 5) Pembangunan ekonomi islam yang baik memiliki tujuan untuk mengurangi
kemiskinan, menciptakan ketentraman, kenyamanan, dan tata susila dalam kehidupan.
Penelitian ini terbatas pada pembahasan secara teori pembanding antara model perhitungan
pendapatan nasional islam dan konvensional. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat
memaparkan secara riil implementasi perhitungan pendapatan nasional yang diterapkan
negara islam.
Kata Kunci : Pendapatan Nasional, Kesejahteraan, Pertumbuhan Ekonomi
PENDAHULUAN
Ilmu ekonomi dalam Islam merupakan ilmu yang bersumber dari syariat dan berpegang
teguh pada Al-Quran dan As-sunnah. Kedudukan kedua sumber mutlak ini menjadikan islam
agama yang istimewa karena perspektif ekonomi islam segalanya bermuara pada kedua sumber
tersebut (Huda et al., 2008). Oleh karena itu, dalam implementasi ilmu ekonomi yang diambil
dari konvensional harus dibentuk dan disesuaikan dengan kerangka islam. Bukan berarti
seluruh ilmu ekonomi islam adalah buah dari pemikiran bangsa Barat, melainkan
pengembangan-pengembangan yang dilakukan para ilmuwan muslim juga menyumbangkan
banyak ilmu pengetahuan dalam perspektif islam. Sama dengan ekonomi modern, pembahasan
dalam ekonomi islam juga cukup luas. Tidak hanya membahas bagaimana manusia
25
Jurnal Penelitian Ekonomi Akuntansi (JENSI) Volume 7 nomor 1, Juni 2023
KERANGKA TEORITS
Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional adalah jumlah semua pendapatan yang diterima masyarakat di
suatu negara dalam satu tahun (Apriliana, 2022; Hakim, M, 2015). Dalam ilmu ekonomi
konvensional, banyak istilah pendatan nasional seperti Produk Domestik Bruto (PDB) atau
Gross Domestic Product (GDP), Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product
(GNP), serta Produk Nasional Neto (PNN) atau Net National Product (NNP).
GDP adalah nilai barang dan jasa negara yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi
milik negara dan orang asing dalam negara tersebut (Sukirno, 2010). GDP merupakan nilai
dasar dalam perhitungan seluruh barang jadi dan jasa dalam suatu negara, baik yang diproduksi
oleh masyarakat dalam negeri maupun orang asing yang menempati negara tersebut (Purwanto
& Siswahadi, 2021). Dengan kata lain, GDP dapat diartikan sebagai jumlah seluruh pendapatan
yang dihasilkan bukan saja oleh perusahaan milik penduduk negara itu tetapi juga oleh
penduduk negara lain yang menduduki wilayah negara tersebut dalam satu tahun.
Pengukuran pendapatan nasional akan memberikan kisaran GDP teratur yang menjadi
ukuran besar dari performansi perekonomian negara dalam memproduksi barang dan jasa
(Huda et al., 2008). Perhitungan ini juga berguna untuk menerangkan hubungan variabel
makroekonomi seperti output, pendapatan, dan pengeluaran.
Bunga Anggita Batubara & Maryam Batubara : Pendapatan Nasional Perspektif Islam dan Konvensional 26
Jurnal Penelitian Ekonomi Akuntansi (JENSI) Volume 7 nomor 1, Juni 2023
Bunga Anggita Batubara & Maryam Batubara : Pendapatan Nasional Perspektif Islam dan Konvensional 27
Jurnal Penelitian Ekonomi Akuntansi (JENSI) Volume 7 nomor 1, Juni 2023
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah studi kepustakaan (library
research) dengan pendekatan deskriptif. Dalam penelitian ini, penulis berupaya untuk
menganalisis perbedaan mendasar antara pendapatan nasional konvensional dengan pendapatan
nasional dari perspektif islam. Data-data dikumpulkan berasal dari buku, artikel, internet, dan
sejenisnya yang dapat membantu penulis untuk menganalisis topik yang dibicarakan.
PEMBAHASAN
Pendapatan Nasional Konvensional
Pengukuran pendapatan nasional secara konvensional baik dengan pendekatan
produksi, pendapatan masupun pengeluaran, akan menghasilkan angka yang dijadikan dasar
dalam pengukuran kinerja berbagai sektor ekonomi suatu negara. Pendekatan yang paling
umum digunakan dalam mengukur pendapatan nasional adalah pendekatan pengeluaran yang
menghasilkan GNP. Pendekatan ini mengukur dengan cara menjumlahkan konsumsi rumah
tangga, investasi perusahaan, pengeluaran pemerintah dan pengeluaran ekspor impor dengan
persamaan:
Y = C + I + G + (X-M)
Persamaan ini merupakan sebuah identitas, maksudnya persamaan ini digunakan agar
variabel-variabel makroekonomi dapat didefinisikan. Variabel konsumsi terdiri dari barang dan
jasa yang dikonsumsi atau dibeli oleh rumah tangga. Seluruh bentuk konsumsi bersama-sama
membentuk duapertiga dari GDP. Karena nilainya begitu besar, para ahli dengan giat
mempelajari bagaimana sektor rumah tangga memutuskan berapa banyak yang harus
dikonsumsi.
Rumah tangga memperoleh pendapatan dari tenaga kerja dan modal yang mereka miliki,
kemudian mereka membayar pajak kepada pemerintah, dan memutuskan berapa banyak dari
sisanya digunakan untuk konsumsi dan berapa banyak yang akan ditabung. Pendapatan rumah
tangga sama dengan output perekonomian Y. Pemerintah menerima pajak dari rumah tangga
senilai T. Sehingga dapat kita simpulkan pendapatan setelah pajak adalah Y-T yang disebut
dengan pendapatan disposabel atau pendapatan yang dapat digunakan untuk belanja. Kemudian
rumah tangga yang menentukan sisanya antara konsumsi atau tabungan (Mankiw, 2007)
Variabel investasi menjelaskan keputusan perusahaan dan rumah tangga dalam
melakukan investasi. Perusahaan dapat membeli investasi untuk menambah modal dan
mengganti modal yang ada setelah habis pakai. Rumah tangga dapat membeli rumah baru untuk
menambah investasinya. Jumlah modal yang diminta baik perusahaan maupun rumah tangga
bergantung pada tingkat bunga yang mengukur biaya investasi (Mankiw, 2007). Keputusan ini
diambil guna mendapat proyek investasi yang menguntungkan, artinya hasil yang didapat harus
lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
Bunga Anggita Batubara & Maryam Batubara : Pendapatan Nasional Perspektif Islam dan Konvensional 28
Jurnal Penelitian Ekonomi Akuntansi (JENSI) Volume 7 nomor 1, Juni 2023
Bunga Anggita Batubara & Maryam Batubara : Pendapatan Nasional Perspektif Islam dan Konvensional 29
Jurnal Penelitian Ekonomi Akuntansi (JENSI) Volume 7 nomor 1, Juni 2023
Bunga Anggita Batubara & Maryam Batubara : Pendapatan Nasional Perspektif Islam dan Konvensional 30
Jurnal Penelitian Ekonomi Akuntansi (JENSI) Volume 7 nomor 1, Juni 2023
merupakan sistem yang membawa umat manusia menuju kepada kesejahteraan yang
sesungguhnya (real welfare) yang disebut dengan falah. Yang telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya bahwa pendapatan per kapita yang tinggi bukanlah satu-satunya ukuran dalam
kesejahteraan melainkan hanya necessary condition (Huda et al., 2008).
Dalam islam, manusia menjalankan kegiatan ekonomi tidak hanya bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan fisik saja tetapi juga memenuhi kebutuhan rohani (Huda et al., 2008;
Nasution et al., 2006). Oleh karena itu, falah sebagai parameter dimasukkan dalam
menganalisis tingkat kesejahteraan. Selain itu, pengukuran pendapatan nasional dalam ekonomi
islam harus mampu menganalisis instrumen ZISWAF yang tujuannya sama. Ada empat hal
yang dapat diukur agar tingkat kesejahteraan tidak bias, antara lain (Huda et al., 2008; Nasution
et al., 2006):
1. Mengukur penyebaran pendapatan individu rumah tangga
2. Mengukur produksi di sektor pedesaan
3. Mengukur kesejahteraan ekonomi islam
4. Penghitungan pendapatan nasional sebagai ukuran dari kesejahteraan sosial islami
melalui pendugaan nilai santunan antar saudara dan sedekah.
Bunga Anggita Batubara & Maryam Batubara : Pendapatan Nasional Perspektif Islam dan Konvensional 31
Jurnal Penelitian Ekonomi Akuntansi (JENSI) Volume 7 nomor 1, Juni 2023
ekonomi, umat islam tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik saja, tetapi kebutuhan rohani juga.
Kelima, pembangunan ekonomi islam yang baik memiliki tujuan untuk mengurangi
kemiskinan, menciptakan ketentraman, kenyamanan, dan tata susila dalam kehidupan. Saat
pembangunan ekonomi sudah baik, maka pertumbuhan ekonomi negara tersebut juga akan
membaik sehingga menciptakan kesejahteraan masyarakat. Jika pertumbuhan ekonomi baik,
artinya pendapatan nasional juga membaik dengan pemerataan pendapatan di setiap wilayah.
Penelitian ini terbatas pada pembahasan secara teori pembanding antara model perhitungan
pendapatan nasional islam dan konvensional. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat
memaparkan secara riil implementasi perhitungan pendapatan nasional yang diterapkan negara
islam.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Al-Rubi, R. M. (2022). آليات دعم الدخل القومي في منظور االقتصاد اإلسالمي.pdf. Electronic
Interdisciplinary Miscellaneous Journal (EIMJ), 3.
Al-Arif, N. R. (2015). Pengantar Ekonomi Syariah: Teori dan Praktik (1st ed.). Pustaka Setia.
Al-Qasim, A. U. (2009). Ensiklopedia Keuangan Publik (Al-Amwal) (H. Kurniawan (ed.); 1st
ed.). Gema Insani.
Apriliana, E. S. (2022). Upaya Peningkatan Pendapatan Nasional di Tengah Wabah Virus
Corona Perspektif Ekonomi Islam. Al Iqtishadiyah Jurnal Ekonomi Syariah Dan Hukum
Ekonomi Syariah, 6(1), 19. https://doi.org/10.31602/iqt.v6i1.3097
Eza Okhy Awalia Br Nasution, Listika Putri Lestari Nasution, Minda Agustina, & Khairina
Tambunan. (2022). Pertumbuhan Ekonomi Dalam Perspektif Islam. Journal of
Management and Creative Business, 1(1), 63–71.
https://doi.org/10.30640/jmcbus.v1i1.484
Hadi, syamsul. (2018). Model Perhitungan Pendapatan Nasional dalam Perespektif Ekonomi
Islam. Jurnal Cmes, XI(2), 174–186.
Handayani, R. E., & Soenjoto, W. P. P. (2021). Perspektif Dan Kontribusi Ekonomi Islam
Terhadap Pembangunan Ekonomi Nasional. AMAL: Journal of Islamic Economic And
Business (JIEB), 2(2), 58–73.
Huda, N., Idris, H. R., Nasution, M. E., & Wiliasih, R. (2008). Ekonomi Makro Islam :
Pendekatan Teoritis (1st ed.). Kencanan Prenada Media Group.
Jajuli, S. (2018). Kebijakan Fiskal Dalam Perspektif Islam (Baitul Maal Sebagai Basis Pertama
Dalam Pendapatan Islam). Ad Deenar: Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam, 1(01), 8.
https://doi.org/10.30868/ad.v1i01.225
Khilmia, A., Sunan, U., Surabaya, A., Uin, M., & Surabaya, S. A. (2022). Pendapatan Negara
Antara Konvensional dan Islam. Al-Buhuts, 18(1), 01–15.
https://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ab/article/view/2484
Mankiw, N. G. (2007). Makroekonomi (Wi. Hardani, D. Barnadi, & S. Saat (eds.); 6th ed.).
Erlangga.
Purwanto, H. (Central J. A.-Q. S. U. in W., & Siswahadi. (2021). PARADIGM OF NATIONAL
INCOME IN ISLAMIC ECONOMY. Syariati: Jurnal Studi Al-Qur’an Dan Hukum,
VII(Mei), 93–102.
Bunga Anggita Batubara & Maryam Batubara : Pendapatan Nasional Perspektif Islam dan Konvensional 32
Jurnal Penelitian Ekonomi Akuntansi (JENSI) Volume 7 nomor 1, Juni 2023
Bunga Anggita Batubara & Maryam Batubara : Pendapatan Nasional Perspektif Islam dan Konvensional 33