Professional Documents
Culture Documents
M. Bahtiar Javan
Montero
Well Completion Engineer
Ferdhinand Yoghi
Ananda Geological & Arib Hanandra Tsani
Drilling Engineer Production Engineer
Alun Afrian
Geological &
Drilling Engineer
Sopo-5 Well, Sopo Field, Bengkalis Regency, Riau, have 7 onshore well
with compressor station with ambient temperature 60 °F, and 1 block station. In
early time, production using natural flow, then will be design artificial lift based
on well and field condition with the problem indication in there. Sopo Field have
a high level Carbon dioxide. In artificial lift and surface facilities planning that
we do in Sopo-5 Well using gas lift method. Lithology in Sopo-5 Well is limestone
with porosity 31% and SGoil 0.9 and 25.72°API, with high gas liquid ratio with
1127.819549 SCF/STB and high gas oil ratio with 5937.492052 SCF/STB. With the
value 25.72 °API 25.72, Sopo-5 Well oil classified as intermediate oil.
ii
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................i
FUGRO TEAM......................................................................................................ii
EXECUTIVE SUMMARY....................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
DAFTAR GRAFIK..............................................................................................vii
BAB I GEOLOGICAL FINDING AND REVIEW...............................................1
1.1 Stratigraphy...........................................................................................1
1.2 Petroleum System.................................................................................10
BAB II FLUID DESCRIPTION..........................................................................14
BAB III DRILLING AND WELL COMPLETION (NATURAL FLOW).........16
3.1. Well Trajectory (Casing Design)........................................................16
3.2. Wellhead Completion..........................................................................16
3.3. Formation Completion........................................................................17
3.4. Tubing Completion..............................................................................17
BAB IV DRILLING AND WELL COMPLETION (ARTIFICIAL LIFT)........18
4.1. Artificial Lift Screening Criteria.........................................................18
4.2. Well Trajectory (Casing Design)........................................................18
4.3. Wellhead Completion..........................................................................20
4.4. Formation Completion........................................................................20
4.5. Tubing Completion..............................................................................21
BAB V PRODUCTION ASPECT........................................................................22
5.1. Gathering System Design....................................................................22
5.2. Production Method Design.................................................................22
5.3. Surface Facilities................................................................................28
BAB VI KESIMPULAN......................................................................................31
SARAN..................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
i
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GRAFIK
v
BAB I
GEOLOGICAL FINDING AND REVIEW
1
Gambar 1.1. Letak Sumur SOPO-5
(Google Earth Pro)
2
SUMUR SOPO-5
3
empat sekuen pengendapan yang merefleksikan fase-fase yang berbeda pada
4
perkembangan cekungan (Eubank dan Makki 1981 dalam Heidrick, dkk., 1993).
Urutan-urutan tersebut adalah:
Sekuen syn-rift yang berumur Eosen-Oligosen Bawah yang tersusun oleh
sedimen kipas aluvial, fluvial dan lakustrin yang mempunyai batuan
sumber lokal.
Sekuen post-rift yang berumur Oligosen Atas-Miosen Tengah yang
tersusun atas sedimen fluvial, batupasir delta dan laut, batu serpih dan
batubara.
Sekuen syn-orogenic berumur Miosen Tengah-Pliosen yang terdiri dari
batupasir, batuserpih, batubara, sedimen delta dan fluvial.
Sekuen post-orogenic berumur Pliestosen-Holosen terdiri dari Pasir,
tanah gambut dan estuarin.
Stratigrafi regional didalam Cekungan Sumatra Tengah tersusun dari
beberapa unit formasi dan kelompok batuan dari yang tua ke muda. Batuan dasar
yang berfungsi sebagai landasan Cekungan Sumatra Tengah dibagi menjadi tiga
kelompok batuan (Eubank dan Makki 1981 dalam Heidrick, dkk., 1993), yaitu:
1. Mallaca Terrane di sebut juga Quartzite Terrane yang terdiri dari kuarsit,
batugamping kristalin, sekis dan serpih yang berumur 295Ma dan 1112-
122,150Ma serta diintrusi oleh granodiorit dan granitik yang berumur Jura.
Kelompok ini dijumpai pada coastal plain yaitu bagian Timur dan Timurlaut
2. Mutus Assemblage (Kelompok Mutus), merupakan zona yang memisahkan
antara Quartzite Terrane dan Deep-Water Assemblage. Kumpulan Mutus ini
terletak di sebelah Baratdaya dan coastal plain dan tersiri dari batuan ofiolit
dan sedimen laut dalam.
3. Deep-Water Mutus Assemblage atau disebut Graywacke Terrane, Kelompok
ini terletak dibagian Baratdaya dari kelompok Mutus. Kelompok ini tersusun
oleh Graywacke, pebbly-mudstone dan kuarsit.
5
Gambar 1.3. Peta Basement Terranes yang mendasari Cekungan Tersier
Sumatra Tengah
(Eubank and Makki 1981 dalam Heidrick, dkk., 1993)
6
Gambar 1.4. Stratigrafi Cekungan Sumatera Tengah
(Hedrick dan Aulia, 1993)
7
metaargilit, serpih merah, lapisan tipis batugamping dan batuan beku
basalt.
c. Mergui Terrane, terletak di bagian barat dan baratdaya dari
Kelompok Mutus. Kelompok ini tersusun oleh graywacke, pebbly-
mudstone dani Formasi Bahorok, serta kuarsit. Kemudian juga arglit,
filit, batugamping, dan tuff dani Formasi Kluet, serta sandstone-
shale dan juga terdapat Batugamping Alas.
d. Kualu Terrane, terletak di bagian baratlaut Kelompok Mergui
berumur Perm-Karbon Kelompok ini tersusun oleh filit, sabak, tuff,
dan batugamping.
2. Kelompok Pematang
Kelompok Pematang merupakan batuan induk sumber hidrokarbon
utama bagi perangkap-perangkap minyak bumi yang ada pada Cekungan
Sumatra Tengah. Kelompok Pematang merupakan lapisan sedimen tertua
berumur Peleogen. Sedimen syn-rift ini diendapkan pada half graben
yang berarah Utara-Selatan dan terdiri dari kipas aluvial, sungai dan
danau. Tidak hadirnya foraminifera memberi petunjuk bahwa lingkungan
pengendapan adalah non-marine (Hedrick dan Aulia, 1993).
Kelompok Pematang terdiri dari lapisan silisiklastik non-marine
yang terendapkan dalam suasana lembab dan tropis. Batuan yang
mendominasi adalah konglomerat, batupasir, batulanau, batulumpur,
batulempung dan serpih yang terendapkan pada lingkungan alluvial,
fluvial, dataran banjir, delta dan danau. Pada kelompok Pematang
sedimen ini berasal dari tinggian disekelilingnya.
Kelompok Pematang diendapkan secara tidakselaras di atas batuan
dasar, yang terisi oleh sedimen–sedimen fluviatil dan lacustrine yang
berumur Paleogen. Kelompok Pematang dibagi menjadi tiga formasi:
Formasi Lower Red Bed, Formasi lower red bed merupakan sekuen
yang paling sedikit diketahui dan menutupi daerah terluas dari
Kelompok Pematang. Terdiri dari batulempung, batulanau, batupasir,
konglomerat yang diendapkan pada lingkungan darat dengan sistem
8
pengendapan kipas alluvial dan berubah lateral menjadi lingkungan
sungai dan danau. Suatu lingkungan pengendapan alluvial pada satuan
lower red bed meliputi endapan lingkungan alluvial, delta sungai dan
danau dangkal.
Formasi Brown Shale, Aktifitas sesar berubah pada saat pengendapan
Brown Shale, demikian juga dengan iklim yang berubah menyebabkan
lingkungan berkembang didominasi oleh lingkungan danau. Terdiri
dari serpih laminasi baik, berwarna coklat sampai hitam, kaya akan
material organik, yang mengindikasikan lingkungan pengendapan
dengan kondisi air tenang. Sistem danau yang berkembang cukup
lama berorientasi Utara-Selatan ini berkembang di berbagai
subcekungan half graben.
Formasi Upper Red Bed. Terdiri dari litologi batupasir, konglomerat
dan serpih merah kehijauan.
3. Kelompok Sihapas
Kelompok Sihapas diendapkan secara tidakselaras di atas Kelompok
Pematang. Unit-unit sedimen merupakan sekuen transgresif yang
menyebabkan penenggelaman lingkungan pengendapan darat menjadi
fluvial-deltaic. Kelompok Sihapas terbagi menjadi empat formasi yaitu:
Formasi Menggala, Formasi Bangko, Formasi Bekasap, Formasi Duri.
Formasi Menggala, merupakan formasi paling tua di Kelompok
Sihapas, diperkirakan berumur Miosen Awal. Litologinya atas
batupasir halus sampai kasar yang bersifat konglomeratan.
Lingkungan pengendapannya berupa braided river sampai non-
marine dengan ketebalan mencapai 1800 kaki.
Formasi Bangko, berumur sekitar Miosen Awal. Formasi ini
diendapkan secara selaras diatas Formasi Menggala. Litologinya
berupa serpih abu-abu yang bersifat gampingan berselingan dengan
batupasir halus sampai sedang. Lingkungan pengendapanya estuarine
dengan ketebalan mencapai 300 kaki.
9
Formasi Bekasap, mempunyai kisaran umur Miosen Awal. Formasi
ini diendapkan secara selaras diatas Formasi Bangko. Litologi
penyusunnya berupa batupasir dengan kandungan glaukonit pada
bagian atasnya serta sisipan serpih, batugamping tipis dan lapisan tipis
batubara. Lingkungan pengendapan dari estuarine, intertidal, inner-
neritic sampai middle/outer dengan ketebalan sekitar 1300 kaki.
Formasi Duri, merupakan bagian teratas dari Kelompok Sihapas.
Formasi Duri diendapkan secara selaras diatas Formasi Bekasap dan
diperkirakan berumur Miosen Awal. Litologinya berupa batupasir
berukuran halus sampai medium diselingi serpih dan sedikit
batugamping. Lingkungan Pengendapan adalah barrier bar complex
dan delta front dengan ketebalan mencapai 900 kaki.
4. Formasi Telisa
Formsi Telisa diendapkan secara selaras diatas Formasi Sihapas.
Formasi ini didominasi oleh batu lempung dan diselingi oleh lapisan
batulanau, batu gamping serta batupasir. Formasi Telisa berumur Miosen
diendapkan pada lingkungan pengendapan marine. Tebal dari formasi ini
lebih dari 9000 kaki.
5. Formasi Petani
Formasi Petani diendapkan secara selaras diatas Formasi Intra
Petani. Formasi ini didominasi oleh lapisan-lapisan batulempung
terkadang ditemukan perselingan batupasir dan batulanau. Lapisan-
lapisan batupasir umumnya tidak terkonsolodasi. Formasi Petani
berumur Miosen diendapkan pada lingkungan marine.
6. Formasi Minas
Formasi minas diendapkan secara selaras diatas Formasi Petani.
Formasi ini terdiri dari lapisan yang di dominasi oleh batupasir dan
terkadang muncul lapisan tipis batulempung. Dijumpai butiran sekunder
terdiri dari vulkanik, karbonatan dan fragmen litik, glaukonit serta
terkadang mineral mafik. Formasi Minas berumur Miosen hingga Pliosen
dan diendapkan pada lingkungan deltaic.
1
1.2. Petroleum System
Unsur-unsur pembentuk dalam suatu sistem hidrokarbon untuk Cekungan
Sumatera Tengah dapat dikelompok kan menjadi batuan reservoir, batuan induk
(source rock) dan batuan tudung (cap rock). Batuan reservoir diendapkan sejak
kurun waktu Oligocene hingga Miocene. Batuan reservoir yang paling banyak
menghasilkan hidrokarbon adalah Formasi Manggala, pada umumnya merupakan
fasies fluvial; Formasi Bekasap (fasies fluvial hingga marine, delta). Selain
hidrokarbon dapat diproduksi dari formasi tersebut masih terdapat batuan
pembawa minyak yang lain meliputi rekahan batuan dasar, Red Bed Bagian
Bawah, Red Bed Bagian Atas dan Formasi Bangko. Sketsa tatanan system
hidrokarbon cekungan Sumatera Tengah seperti terlihat pada gambar 2.3.
a. Batuan Induk (Source Rock)
Batuan induk berasal dari Formasi Brown Shale dimana merupakan
endapan lempung lakustrin yang terendapkan pada kurun waktu
Oligocene bawah. Formasi tesebut banyak mengandung palimarphus
air tawar seperti Magnastriatites howardii, Botryococcus dan serbuk
sari Proxaperitites spp. Selain itu pada formasi ini ditemui lapisan tipis
batu pasir yang juga merupakan reservoir.
b. Batuan Tudung (Cap Rock)
Batuan tudung utama terbentuk dari Formasi Telisa. Semua daerah
akumulasi minyak yang terdapat di Cekungan Sumatera Tengah
mempunyai batuan tudung dan sekat Formasi Telisa. Batuan Brown
Shale juga ditemukan menjadi tudung dan penyekat pada bagian lebih
bawah Palung Pematang. Batuan ini mempunyai penyebaran yang
tidak begitu luas dan menjadi bagian paleosol di dalam Formasi Red
Bed Bagian Atas.
c. Lapisan Tudung (Seal)
Formasi yang merupakan lapisan tudung utama di Cekungan Sumatra
Tengah adalah Formasi Telisa. Formasi ini terendapkan sejak Awal
Miocene. Selain itu Formasi Petani Bagian Bawah yang terendapkan
diatas Formasi Telisa juga merupakan formasi tudung. Selain itu juga
1
terdapat lapisan penyekat yang baik untuk reservoir pada Formasi
Pematang. Lapisan ini mengandung batulempung merah yang
merupakan endapan tanah purba.
d. Migrasi
Cebakan hidrokarbon terbentuk pada kurun tektonik ekstensional,
sesar strike slip dan pembalikan kompresional selama kurun waktu 28
juta tahun yang lalu hingga sekarang. Aktifitas yang paling aktif dalam
pembentukan cebakan ini terjadi sekitar 5 juta tahun yang lalu.
Generasi migrasi akumulasi hidrokarbon terjadi sekitar 26 juta tahun
yang lalu hingga sekarang. Generasi maksimum hidrokarbon terjadi
pada palung yang lebih dalam pada kurun waktu antara 11 hingga 3
juta tahun yang lalu.
e. Reservoir Rock
Sejumlah 85% hidrokarbon di Cekungan Sumatera Tengah diproduksi
dari Kelompok Sihapas. Kelompok ini terdiri dari lima formasi yaitu
Manggala, Bangko, Bekasap, Duri, dan Telisa. Heidrick dan Aulia,
1993, meringkas karakter dari formasi-formasi tersebut seperti
dijelaskan dibagian bawah ini.
► Formasi Menggala mempunyai umur Miocene Bawah dengan
satuan batuan batupsir yang mempunyai ukuran butir menengah
hingga kasar. Ketebalan rata-rata formasi ini adalah 50 kaki.
Dimana sekuen pengendapan mempunyai karakter system track
pada Low Stand (LST). Dari respon log terlihat bahwa formasi ini
mempunyai karakter blocky. Reservoir dari formasi ini
mempunyai porositas rata-rata sebesar 21.6%.
► Formasi Bekasap mempunyai umur Miocene Bawah dengan
satuan batuan batupasir bersih. Ketebalan rata-rata formasi ini
adalah 25 - 30 kaki. Dimana sekuen pengendapan mempunyai
karakter system track pada Incised Valley dan Transgresif. Dari
respon log terlhat bahwa formasi ini mempunyai karakter
menghalus keatas. Reservoir dibagi menjadi 2 unit, yaitu A1
1
dibagian atas dan A2 di
1
bagian bawah. Formasi ini mempunyai porositas rata-rata sebesar
25.8% dan permeabilitas rata-rata 3500 md (A1) dan 3900 md
(A2).
► Formasi Duri mempunyai umur Miocene Bawah dengan satuan
batuan batupsir yang mempunyai ukuran butir menengah hingga
halus. Ketebalan rata-rata formasi ini adalah 10 - 40 kaki. Dimana
sekuen pengendapan mempunyai karakter system track Incised
Valley. Dari respon log terlhat bahwa formasi ini mempunyai
karakter menghalus. Reservoir dari formasi ini mempunyai
porositas rata-rata sebesar 25%.
► Di Formasi Telisa juga terdapat reservoir dengan jumlah sedikit.
Minyak yang di produksi dari formasi ini kecil 40 - 400 bopd
seperti pada Lapangan Balam Selatan. Formasi ini mempunyai
umur Miocene Tengah dengan satuan batuan lempung gampingan
yang mempunyai ukuran butir halus hingga sangat halus.
Ketebalan rata- rata formasi ini adalah 60 - 100 kaki. Dimana
sekuen pengendapan mempunyai karakter system track
Transgresif. Dari respon log terlihat bahwa formasi ini
mempunyai karakter serrated. Reservoir dari formasi ini
mempunyai porositas rata-rata sebesar 30% dan permeabilitas
rata-rata 75 md.
► Formasi Petani juga merupakan reservoir. Dibagian lebih atas
mengandsung sekuen regresi yang merupakan reservoir pasir yang
berselang-seling dengan batubara. Batu pasir ini diintepreatasikan
sebagai endapan delta mount bar dan delta front. Di cekungan
Sumatera Tengah formasi ini tidak mnghasilkan minyak. Tetapi di
Cekungan Sumatera Utara dan Selatan menghasilkan minyak yang
melimpah.
Selain formasi dengan kandungan minyak yang melimpah di CSB juga
terdapat beberapa reservoir yang juga memproduksikan minyak dalam jumlah
sedikit. Reservoir batuan pre-tersier yang tersusun pada batuan batuan granit,
1
quarsit, batugamping dan marmer, graywacke termetamorfosa dan batupasi.
Reservoir ini telah berproduksi sebesar 70.000 barel minyak. Pematang batuan ini
1
merupakan target eksplorasi hidrokaron di masa mendatang. Minyak yang berasal
dari formasi ini telah terproduksi sebesar 200 juta barel. Formasi Red Bed Bawah
terdiri dari sekuen menghalus keatas dari endapan meander bar dan dataran
banjir. Mempunyai porositas dan permeabilitas rata-rata sebesar 15% dan 200-400
md. Formasi Brown shale yang merupakan batuan yang terendapakan pada
lingkungan lakustrin yang terdiri dariendapan batupasir turbidit dan distal fan.
Formasi Red Bed Bagian Atas merupakan formasi dengan sinuisitas rendah dan
teramalgamasi, yang merupakan endapan batupasir channel hingga braidded
channel. Mempunyai porositas dan permeabilitas rata-rata sebesar 20% dan 800
md.
1
Gambar 1.5. Tatanan Sistem Hidrokarbon Dalam Kerangka
Stratigrafi Regional Cekungan Sumatera Tengah
(Modifikasi dari Haq et al., 1988 dalam Wain et al., 1995)
1
BAB II
FLUID DESCRIPTION
Tabel II-1
Data Fluida Reservoir Sumur Sopo-5
Data Reservoir
Layer C
Lithologi 1492 - 1824 m
Porositas 0.31
Drive Mechanism N/A
Pb 1589.878 PSI
Bo 1.494 bbl/STB
Water cut 80 %
Oil cut 20 %
Sgmix 0.990
Gradient Fluid 0.429 psi/ft
Density oil 56.16 lb/ft3
SG oil 0.9
SG gas 0.71
SG water 1.012
Poor Point 41 °C
Pc 111
API 25.72
GOR 5732.484 SCF/STB
GLR 1127.812 SCF/STB
1
(GOR)
1
didapat sebesar 5732.484076 SCF/STB. Perolehan data tersebut digunakan untuk
analisis data produksi untuk mendesain jenis artificial lift untuk mengoptimumkan
produksi Sumur Sopo-5.
Tabel II-2
Sand Content
Sand Content
Vair 0.125 ml
Vpadatan 0.9 ml
Vsampel 50 ml
Bs&W 2.05 %
Karena Bs&w pada Sumur Sopo-5 sebesar 2.05 %, maka sand content
pada sumur tersebut sebesar 0.05, maka terdapat indikasi problem kepasiran.
2
BAB III
DRILLING AND WELL COMPLETION (NATURAL FLOW)
2
Gambar 3.1. Open Hole Completion dan Cased Hole Completion
(petroblogweb)
3.3. Tubing Completion
Tubing completion merupakan suatu completion dari rangkaian tubing
produksi pada suatu sumur yang digunakan untuk mengalirkan fluida produksi
dari dasar sumur ke permukaan. Tubing completion dapat dibagi menjadi tiga
bagian utama, yaitu:
1. Single Completion
2. Multiple Completion
3. Commingle Completion
2
BAB IV
DRILLING AND WELL COMPLETION (ARTIFICIAL LIFT)
2
Gambar 4.2. Well Trajectory Sopo-5 Well
(Fugro Document, 2022)
Tabel IV-1
Data Sumur Sopo-5
Data Sumur SOPO-5
TVD 1989 m 6525.591 ft
KOP N/A m
MD 1989 m 6525.591 ft
Top Perforation 1495 m 4904.856 ft
Bottom Perforation 1498 m 4914.698 ft
ID Casing 4 inch
OD Casing 4.5 inch
ID Tubing 2.411 inch
OD Tubing 2.875 inch
Tabel IV-2
Trajectory Details
Trajectory Depth (ft) Depth (m) OD (inch) Bit Size/hole (inch)
Conductor 300 91.44 13.375 hole 17,5 (hammer)
Surface 1880 573.024 9.625 12.25
Intermediate 4300 1310.64 7 8.5
Production 6525.591 1989 4.5 6
2
12.25 inch dan dipasang casing dengan ukuran 9.625 inch hingga kedalaman 1880
ft. Selanjutnya trayek intermediate dibor dengan bit berukuran 8.5 inch dan
dipasang casing dengan ukuran 7 inch hingga kedalaman 4300 ft. Trayek
production dibor dengan bit berukuran 6 inch kemudian dipasang casing
berukuran
4.5 inch. Tubing dipasang sampai kedalaman 6525.591 ft. Perforasi menggunakan
jet perforator dilakukan pada kedalaman 4904.85 (top perforation) hingga
kedalaman 4914.698 ft (bottom perforation).
1.3. Wellhead Completion
Wellhead completion dilakukan berdasarkan beberapa faktor, seperti laju
produksi fluida atau jumlah lapisan produktif, produktivitas formasi dan tekanan
reservoir.
1.4. Formation Completion
Sumur sopo-5 menggunakan cased hole completion. Litologi pada Sumur
Sopo-5 adalah sandstone. Perforasi dilakukan pada Sumur Sopo-5 menggunakan
jet perforator pada kedalaman 1986-1987 m.
2
kategori slightly cemented. Untuk kekuatan formasi, pada nilai G/Cb diperoleh
2
8.33708E+11 psi2, yang menandakan formasi kompak. Sumur Sopo-5 memiliki
productivity index 1.21. Dengan °API 25.72, maka minyak yang diproduksikan
berupa minyak sedang.
Pemilihan perforsai menggunakan jet perforasi karena formasi yang
kompak. Sehingga ketika dilakukan perforasi, maka formasi tidak hancur.
Tabel IV-3
Kekuatan Formasi
Kekuatan Formasi
s 0.300241935
A 0.285467327
B 0.619376897
G (psi) 619674.1962
1/Cb (psi) 1344503.71
2
G/Cb (psi ) 8.33154E+11
Formasi Kompak
2
BAB V
PRODUCTION ASPECT
2
Gas 0.9 MMSCFD
2
Water 641 STB
Ptubing 240 psia
BHT 710 R
Twh 546 R
Sgo 0.9 25.72
Sgg 0.71 67.79
Sgw 1.012
Poor Point 41 C
Pc 111 psia
3
Grafik 5.1.
IPR vs Tubing Intake Pressure
Grafik 5.2.
IPR vs Tubing Intake Pressure Pipesim
3
Tabel V-3
Data Untuk Gas Lift Design
Ps 1590 psia
Pwf 260 psia
SGmix 0.989
Gradien fluida 0.428 psi/ft
Densitas minyak 56.16 lb/ft3
PI 1.21
Sgo 0.9 25.72
Sgg 0.71 67.79
Sgw 1.012
Pc 111 psia
DFL 4303.228397
Psd 4549.291397
Gradien Injeksi Gas 0.007 psi/ft
Gu 0.091062395
3
Grafik 5.3.
Valve Depth Curve
Grafik 5.4.
Gas Lift Diagnostics Pipesim
3
Grafik 5.5.
Gas Lift Diagnostic Data
Grafik 5.6.
Nodal Analysis Gas Lift
3
5.3. Surface Facilities
1. Flowline
Flowline merupakan pipa yang berfungsi sebagai tempat mengalirnya
fluida dari sumur menuju ke stasiun pengumpul selanjutnya. Sumur Sopo-
5 menuju manifold dengan panjang 47 km (154399.6063 ft), dengan ID
sebesar 2.3 inch dengan pipa XXS.
2. Header dan Manifold
Manifold merupakan pertemuan flowline atau akhir yang berasal dari
beberapa sumur. Manifold terdiri dari beberapa rangkaian katup yang
berfungsi untuk mengendalikan aliran fluida produksi dari tiap sumur.
Pada lapangan ini, diasumsikan menggunakan header karena terdapat
beberapa sumur aktif lainnya yang dialirkan menuju stasiun pengumpul
yang sama. Header berfungsi untuk menyatukan fluida produksi dari
beberapa sumur setelah melalui manifold dan mengalirkannya ke fasilitas
pemisah yang ada pada Stasiun Pengumpul.
3. Separator Horizontal
Separator adalah penampung yang bertugas untuk memisahkan fluida
produksi menjadi beberapa fasa. Proses pemisahan pada separator dapat
dilakukan dengan beberapa cara, seperti prinsip penurunan tekanan,
gravity settling, turbulensi aliran, dan pemecahan atau tumbukan fluida.
Pada skema produksi yang dirancang menggunakan separator horizontal 3
fasa karena fluida yang diproduksi dari Sumur Sopo-5 terdiri dari 3 fasa
yaitu gas, minyak, dan air, serta memiliki nilai GLR yang tinggi. Tekanan
saat fluida masuk pada separator adalah sebesar 236.6 psi.
4. Gas Scrubber
Gas Scrubber merupakan peralatan untuk memisahkan butir cairan yang
masih terbawa dalam gas pada pemisahan tingkat pertama. Alat ini
ditempatkan setelah separator dan sebelum alat pemisah berikutnya
seperti Dehydrator untuk mencegah masuknya cairan ke dalam alat
tersebut. Tekanan saat fluida masuk pada gas scrubber adalah sebesar
3
232.112 psi.
3
5. Gas Dehydrator
Gas Dehydrator berfungsi untuk memisahkan partikel air yang masih
terbawa pada gas. Dalam pemisahannya, menggunakan Triethylene Glycol
(TEG) sebagai agent penyerapan partikel air dalam gas. Penyerapan
partikel air terjadi karena adanya kontak antara glycol dengan gas yang
mengandung air pada tray dalam absorber (kontraktor), proses regenerasi
glycol yang mengandung air dilakukan dengan cara pemanasan sehingga
air terbebaskan dari glycol. Tekanan saat fluida masuk pada gas
dehydrator adalah sebesar
230.155 psi.
6. Gas Sweetening
Gas sweetening merupakan penghilangan zat yang mengandung asam
pada gas alam dengan menggunakan larutan dari berbagai amina untuk
menghilangkan impurities yang dapat berupa hidrogen sulfida (H2S) dan
karbon dioksida (CO2) dari gas alam. Setelah kandungan impurities
dipisahkan, maka impurities akan dibakar dengan flare dan gas murni
dapat diinjeksikan kembali atau dialirkan menuju gas sales. Tekanan saat
fluida masuk pada gas sweetening adalah sebesar 230.155 psi.
7. Free Water Knock Out
Free Water Knock Out (FWKO) digunakan untuk memisahkan air pada
hidrokarbon cair. Air hasil dari pemisahan ini akan dialirkan menuju oil
skimmer untuk dilakukan proses pemisahan berikutnya. Minyak yang
telah dipisahkan pada FWKO akan dialirkan menuju heater treater.
Tekanan saat fluida masuk pada FWKO adalah sebesar 109.31 psi.
8. Heater Treater
Digunakan untuk memisahkan air dan minyak pada fluida hidrokarbon.
Suhu pada heater treater berkisar antara 120-125°F. Heater treater
berfungsi untuk memecahkan emulsi air dengan minyak dengan prinsip
pemanasan. Dimana panas membantu memisahkan minyak dan
memperlemah tegangan permukaan antar minyak dan air, serta karena
3
adanya perbedaan titik didih air dengan minyak. Pemisahan dilakukan
3
dengan cara menginjeksikan uap panas dari boiler. Tekanan saat fluida
masuk pada heater treater adalah sebesar 227.622 psi.
9. Oil Storage
Hasil akhir dari proses pemisahan untuk fluida hidrokarbon (minyak)
maka akan ditampung pada oil tank. Tank yang digunakan pada lapangan
ini adalah fixed roof storage tank karena hidrokarbon yang diproduksi
merupakan medium oil (API 25.72). Tekanan saat fluida masuk pada
storage tank adalah sebesar 23.132 psi.
10. Oil Skimmer
Alat yang digunakan untuk memisahkan partikel cair yang berada di atas
cairan lain atau cairan yang mengambang dikarenakan cairan tersebut
tidak homogen (cairan minyak yang mengambang di atas cairan air).
Tekanan saat fluida masuk pada oil skimmer adalah sebesar 232.112 psi.
11. Wash Tank
Wash tank merupakan alat yang berfungsi untuk memurnikan air dari zat
pengotor sebelum air dialirkan untuk proses selanjutnya yaitu
penyimpanan atau penginjeksian ke dalam sumur. Tekanan saat fluida
masuk pada wash tank adalah sebesar 227.622 psi.
3
BAB VI
KESIMPULAN
4
unloading valve dan 1 operating Valve.
4
SARAN
Dari kami menyarankan tidak menambahkan gas lift karena natural flow
masih dapat dilakukan. Apabila mengoptimalisasi saat ini kurang ekonomis dilihat
dari pertambahan laju alir. Perencanaan didesain untuk di masa yang akan dating
ketika laju alir semakin menurun sehingga minyak tidak dapat naik dengan
tekanan alami.
4
DAFTAR PUSTAKA
4
LAMPIRAN
Drilling Engineering
Data Sumur Lapangan “SOPO” dan Lapangan “JARWO”
4
SM Tekanan Rekah Formasi (psi) = Safety Gprf x Depth
= 0,734 psi/ft x Depth
Ph (psi) = 0,052 x ρ Mud x Depth
= 0,052 x 11 ppg x Depth (ft)
Depth Depth SM Prf
Pf (psi) Prf (psi) SM Pf (psi) Ph (Psi)
(ft) (m) (psi)
0 0 0 0 0 0 0
250 76,2 116,25 187,5 120,15 183,6 143
500 152,4 232,5 375 240,3 367,2 286
750 228,6 348,75 562,5 360,45 550,8 429
1000 304,8 465 750 480,6 734,4 572
1250 381 581,25 937,5 600,75 918 715
1500 457,2 697,5 1125 720,9 1101,6 858
1750 533,4 813,75 1312,5 841,05 1285,2 1001
2000 609,6 930 1500 961,2 1468,8 1144
2250 685,8 1046,25 1687,5 1081,35 1652,4 1287
2500 762 1162,5 1875 1201,5 1836 1430
2750 838,2 1278,75 2062,5 1321,65 2019,6 1573
3000 914,4 1395 2250 1441,8 2203,2 1716
3250 990,6 1511,25 2437,5 1561,95 2386,8 1859
3500 1066,8 1627,5 2625 1682,1 2570,4 2002
3750 1143 1743,75 2812,5 1802,25 2754 2145
4000 1219,2 1860 3000 1922,4 2937,6 2288
4250 1295,4 1976,25 3187,5 2042,55 3121,2 2431
4500 1371,6 2092,5 3375 2162,7 3304,8 2574
4750 1447,8 2208,75 3562,5 2282,85 3488,4 2717
5000 1524 2325 3750 2403 3672 2860
5250 1600,2 2441,25 3937,5 2523,15 3855,6 3003
5500 1676,4 2557,5 4125 2643,3 4039,2 3146
5750 1752,6 2673,75 4312,5 2763,45 4222,8 3289
6000 1828,8 2790 4500 2883,6 4406,4 3432
6250 1905 2906,25 4687,5 3003,75 4590 3575
6500 1981,2 3022,5 4875 3123,9 4773,6 3718
6525,591 1989,0 3034,4 4894,19325 3136,199035 4792,39403 3732,638052
4
Grafik Pressure Window
4
1. Casing Surface @1880 ft
a) Perhitungan Burst
P. Injection = (P.Rekahan + Burst DF) × 0,052 ×
TVD
= (14,42 ppg + 1,1) x 0,052 x 1880 ft
= 1517,53 psi
P. Eksternal di Casing Shoe = Gradien Salt Water × TVD
= 0,465 x 1880 ft
= 874,2 psi
P. Burst di Casing Shoe = (P.Injeksi – P.eksternal di Casing
Shoe)
= (1517,53 - 874,2)
= 643,336 psi
P. Internal = P.Injeksi – (Gradien Gas × TVD)
= 1517,53 – (0,1 x 1880)
= 1329,53 psi
P. Burst di Surface = (P. Internal – P.Eksternal)
= (1329,53 - 0)
= 1329,53 psi
P.Burst = BP + P. Burst di Surface
= 1000 + 1329,53
= 2329,53 psi
Burst Safety Factor = 𝐶𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝐵𝑢𝑟𝑠𝑡 / 𝑃.𝐵𝑢𝑟𝑠𝑡
= 3950 / 2329,53
= 1,69 (Aman)
b) Perhitungan Collapse
P. Collapse Mud = (MW × 0,052 × TVD)
= (11 x 0,052 x 1880)
= 1075,36 psi
P Lead Semen = 0,052 × ρ.Lead ×TVD
= 0,052 x 12,5 x 1880
= 1222 psi
4
P. Tail Semen = 0,052 × ρ.Tail × TVD
= 0,052 x 15,8 x 1880
= 1544,60 psi
P.Collapse Semen = (P. Lead Semen + P. Tail Semen)
= ( 1222 + 1544,60)
= 2766,60 psi
P. Collapse = P. Eksternal – P.Internal
= 1691,24 psi
Collapse Safety Factor = Casing Collapse / P. Collapse
= 2570 / 1691,24
= 1,51 (Aman)
c) Perhitungan Tension
Berat Casing di Udara = Kedalaman Casing × Berat Casing
= 1880 x 40
= 75200 lbs
Bouyancy Factor = (65,5−𝑀𝑊) / 65,5
= (65,5 – 11) / 65,5
= 0,83
Load = BP × ( 𝜋 / 4 ) × (𝑂𝐷2 – 𝐼𝐷2 )
= 1000 x (3,14/4) x (9,6252 – 8,8352)
= 11447,96 lbs
Total Tension Penyemenan = (Berat Casing di Udara × Bouyancy
Factor) + Load
= (75200 x 0,83) + 11447,96
= 74018,96 psi
Tension Safety Factor = Tension Resistance / Total Tension
= 630000 / 74018,96
= 8,5 (Aman)
2. Casing Intermediate @4300 ft
a) Perhitungan Burst
4
P. Injection = (P.Rekahan + Burst DF) × 0,052 ×
TVD
= (14,42 ppg + 1,1) x 0,052 x 4300 ft
= 3470,96 psi
P. Eksternal di Casing Shoe = Gradien Salt Water × TVD
= 0,465 x 4300 ft
= 1999,5 psi
P. Burst di Casing Shoe = (P.Injeksi – P.eksternal di Casing
Shoe)
= (3470,96 – 1999,5)
= 1471,46 psi
P. Internal = P.Injeksi – (Gradien Gas × TVD)
= 1517,53 – (0,1 x 4300)
= 3040,96 psi
P. Burst di Surface = (P. Internal – P.Eksternal)
= (1329,53 - 0)
= 3040,96 psi
P.Burst = BP + P. Burst di Surface
= 1000 + 3040,96
= 4040,96 psi
Burst Safety Factor = Casing Burst / P. Burst
= 4980 / 4040,96
= 1,23 (Aman)
b) Perhitungan Collapse
P. Collapse Mud = (MW × 0,052 × TVD)
= (11 x 0,052 x 4300)
= 2459,6 psi
P Lead Semen = 0,052 × ρ.Lead ×TVD
= 0,052 x 12,5 x 4300
= 2795 psi
P. Tail Semen = 0,052 × ρ.Tail × TVD
4
= 0,052 x 15,8 x 4300
= 3532,88 psi
P.Collapse Semen = (P. Lead Semen + P. Tail Semen)
= ( 2795 + 352,88)
= 6327,88 psi
P. Collapse = P. Eksternal – P.Internal
= 3868,28 psi
Collapse Safety Factor = Casing Collapse / P. Collapse
= 4320 / 3868,28
= 1,11 (Aman)
c) Perhitungan Tension
Berat Casing di Udara = Kedalaman Casing × Berat Casing
= 4300 x 40
= 111800 lbs
Bouyancy Factor = (65,5−𝑀𝑊) / 65,5
= (65,5 – 11) / 65,5
= 0,83
Load = BP × ( 𝜋 / 4 ) × (𝑂𝐷2 – 𝐼𝐷2 )
= 1000 x (3,14/4) x (72 – 6,2762)
= 7545,28 lbs
Total Tension Penyemenan = (Berat Casing di Udara × Bouyancy
Factor) + Load
= (111800 x 0,83) + 7545,28
= 100569,70 psi
Tension Safety Factor = Tension Resistance / Total Tension
= 415000 / 100569,70
= 4,12 (Aman)
3. Casing Production @6525,59 ft
a) Perhitungan Burst
P. Injection = (P.Rekahan + Burst DF) × 0,052 ×
TV
5
= (14,42 ppg + 1,1) x 0,052 x 6525,59 ft
= 5267,45 psi
P. Eksternal di Casing Shoe = Gradien Salt Water × TVD
= 0,465 x 6525,59 ft
= 3034,39 psi
P. Burst di Casing Shoe = (P.Injeksi – P.eksternal di Casing
Shoe)
= (5267,45 – 3034,39)
= 2233,05
P. Internal = P.Injeksi – (Gradien Gas × TVD)
= 15267,45 – (0,1 x 6525,59)
= 4614,89 psi
P. Burst di Surface = (P. Internal – P.Eksternal)
= (4614,89 - 0)
= 4614,89 psi
P.Burst = BP + P. Burst di Surface
= 1000 + 4614,89
= 5614,89 psi
Burst Safety Factor = Casing Burst / P. Burst
= 7780 / 5614,89
= 1,38 (Aman)
b) Perhitungan Collapse
P. Collapse Mud = (MW × 0,052 × TVD)
= (11 x 0,052 x 6525,59)
= 3732,63 psi
P Lead Semen = 0,052 × ρ.Lead ×TVD
= 0,052 x 12,5 x 6525,59
= 4241,63 psi
P. Tail Semen = 0,052 × ρ.Tail × TVD
= 0,052 x 15,8 x 6525,59
= 5361,42 psi
5
P.Collapse Semen = (P. Lead Semen + P. Tail Semen)
= (4241,63 +5361,42)
= 9603,05 psi
P. Collapse = P. Eksternal – P.Internal
= 5870,42 psi
Collapse Safety Factor = Casing Collapse / P. Collapse
= 6350 / 5870,42
= 1,08 (Aman)
c) Perhitungan Tension
Berat Casing di Udara = Kedalaman Casing × Berat Casing
= 6525,59 x 40
= 75696,85 lbs
Bouyancy Factor = (65,5−𝑀𝑊) / 65,5
= (65,5 – 11) / 65,5
= 0,83
Load = BP × ( 𝜋 / 4 ) × (𝑂𝐷2 – 𝐼𝐷2 )
= 1000 x (3,14/4) x (4,52 – 42)
= 3336,25 lbs
Total Tension Penyemenan = (Berat Casing di Udara × Bouyancy
Factor) + Load
= (75696,59 x 0,83) + 3336,25
= 66320,65 psi
Tension Safety Factor = Tension Resistance / Total Tension
= 267000 / 66320,65
= 4,02 (Aman)
5
Well Completion
Data Petrofisik Lapangan “SOPO” dan Lapangan “JARWO”
1. Penentuan Vshale
PSP = 47 mV
SSP = 62 mV
𝑃𝑆𝑃
Vshale = 1 −
𝑆𝑆𝑃
47
=1−
62
= 0,24
2, Penentuan kekuatan formasi
= 0,125 × 𝑉𝑠ℎ𝑎𝑙𝑒 + 0,27
= 0,125 × 0,24 + 0,27
= 0,3
(1−2𝜎)
= 2(1−𝜎)
(1−2×0,3)
= 2(1−0,3)
= 0,285
(1+𝜎)
B = 3(1−𝜎)
(1+0,3)
= 3(1−0,3)
5
= 0,62
5
𝜌𝑏2
G/Cb = (1,34 × 1010)2 × 𝐴 × 𝐵
∆𝑡𝑐4
2,782
= (1,34 × 1010)2 × 0,285 × 0,62
1314
0,949
= 0,12
= 7,9
𝑙𝑜𝑔 𝐹
m = − 𝑙𝑜𝑔 ∅
𝑙𝑜𝑔 (7,9)
= − 𝑙𝑜𝑔 (0,31)
5
4. Penentuan Ukuran Gravel
Ukuran Gravel yang Tersedia
Metode Saucier
D = 5 sampai 6 x d50
d50 = 0,2453 mm
D = 5,5 × 𝑑50
= 5,5 × 0,2453
= 1,34915 mm = 0,0531 in
5
Masuk kedalam range 0,066 - 0,094 in, sehingga menggunakan ukuran
mesh 8/12 dengan diameter median 0,08 in.
5. Ukuran Screen Liner
(Metode Tausch dan Corley)
W = d50
= 0,2453 mm = 0,009657 in
Ukuran screen tersedia yang digunakan adalah 0,008 in.
Reservoir Engineering
Reservoir Characteristic
A. DATA FLUIDA
Menghitung X untuk perhitungan Rs
X = (0,0125 x API Oil) – (0,00091xBHT)
= (0,0125 x 26.600) – (0,00091x250 °F)
= 0,105
Menghitung Rs metode standing
Rs = 𝛾𝑔 (( 1,2048
𝑝
+ 1,4) 100,08704 )
18,2
1590 1,2048
5
Menghitung Pb
5
𝑅𝑠 0,83
Menghitung Pb = 18,2 (( ) × 10𝑎 − 1,4)
𝛾
211,344 0,83
= 18,2 (( ) × 10−0,105 − 1,4)
0,71
= 1589,877804 psi
Menghitung Bo dengan metode standing
= 1,183380087
Menghitung Kompresibilitas oil korelasi dengan Vasquez-Beggs
Co = 1,433+5 x Rsb +17,2 x (BHT-460)-1180 x Sg gas + 12,61 x
APItrue/105 x ps
= 2,15179E-05
Menghitung Water Cut, GOR, dan GLR
Wc = Qwater / Qwater + Qoil
= 641/ 641 + 157
= 80%
GOR = Rs + ( Qgas / Qoil )
= 211,344 + ( 0,9 MMSCFD x 106 / 157 )
GLR = GOR x (1- Wc )
= 5943,828158 x (1 – Wc)
= 1169,399775
Menghitung Qmax (@pwf – 0)
Qmax = PI x (Ps – 0)
= 1453,938311
5
Interpolasi :
24,6
X
25,6
26,6
26 27
48
1. ALKALINITAS
P = Vp/Vsampel
= 1,2ml / 10 cc
= 0,12
M = Vm / V sampel
= 17 ml / 10 cc
= 1,7
( 2P < M )
Ion HCO3 = 20 x ( M – ( 2 x P )
= 20 x ( 1,7 – ( 2 x 0,12 )
= 29,2 Me/L
Ion CO3 = 40 x p
= 40 x 0,12
= 4,3
Ion OH =0
2. ANION DAN KATION
A. Anion
Cl- ( Me/L ) = Mg/L x Valensi / BM
= 32800 x 1 / 35,5
= 923,944
SO42- (Me/L) = Mg/L x Valensi / BM
= 300 x 2 / 96
= 6,25
HCO3- (Me/L) = Mg/L x Valensi / BM
= 1781,2 x 1 / 61
= 29,2
CO32- (Me/L) = Mg/L x Valensi / BM
= 148,8 x 1 / 62
= 4,8
OH (Me/L) = Mg/L x Valensi / BM
4
=0x1/0
=0
Total Konsentrasi Anion = 964,194
B. Kation
Fe2+ (Me/L) = Mg/L x Valensi / BM
= 1000 x 2 / 56
= 35,7143
Mg2+ (Me/L) = Mg/L x Valensi / BM
= 0 x 2 / 24
=0
Ca2+ (Me/L) = Mg/L x Valensi / BM
= 100 x 40 / 40
=5
3. SODIUM
Kadar Sodium (Na+) = Σ Anion – Σ kation
= 923,4793763
3. ION STRENGTH
Cl- ( Me/L ) = Me/L x Korelasi
= 923,943662 x 0,00005
= 0,046197183
SO42- (Me/L) = Me/L x Korelasi
= 6,25 x 0,00001
= 0,0000625
HCO3- (Me/L) = Me/L x Korelasi
= 29,2 x 0,00005
= 0,00146
CO32- (Me/L) = Me/L x Korelasi
= 4,8 x 0,0015
= 0,0072
5
Fe2+ (Me/L) = Me/L x Korelasi
5
= 35,7142871 x 0,0015
= 0,053571429
Mg2+ (Me/L) = Me/L x Korelasi
= 0 x 0,001
=0
Ca2+ (Me/L) = Me/L x Korelasi
= 5 x 0,00005
= 0,00025
Σ Molar Ion Strength = 1,032
Ca = 100
Alk = 1930
Tenaga Ion Keseluruhan (K)
0 °C = 3,78
10 °C = 3,63
20 °C = 3,5
25 °C = 3,41
30 °C = 3,3
40 °C = 3,08
50 °C = 2,82
60 °C = 2,48
70 °C = 2,17
80 °C = 1,8
90 °C = 1,42
100 °C = 1
Perhitungan SI
SI = pH-K-pCa-Palkali
Perhitungan SI
SI = pH-K-pCa-pAlkali
0 °C = 0,34
5
10 °C = 0,49
20 °C = 0,62
25 °C = 0,71
30 °C = 0,82
40 °C 1,04
50 °C 1,3
60 °C 1,64
70 °C 1,95
80 °C 2,32
90 °C 2,7
100 °C 3,12
Production Engineering
1. Perhitungan Sifat Fisik Fluida
Kelarutan Gas dalam Minyak (Rs)
X = 0,0125 API – 0,00091 (T-460)
= 0,0125 (25,722) – 0,00091 (710-460)
= 0,094027778
P 1,2048
Rs = ɣg [( +1,4) 10x]
18,2
1590 1,2048
= 0,71 [(18,2 +1,4) 100,094
]
= 205,0079758 scf/stb
Bubble Point Pressure (Pb)
Pb = 18,2 Rs 0,83 100,00091T -1,4
[( ) 100,0125 ɣAPI ]
ɣg
= 18,2 205,008 0,83 100,00091 x (710-460)
[( ) 0,0125 x 25,722 -1,4]
0,71 10
= 1589.878457 psia
Faktor Volume Formasi Oil (Bo)
Menggunakan korelasi Standing
Bo = 0,9759 + 0,000120 [Rs (ɣg/ɣo)0,5 + 1,25 (T-460)]1,2
Harga Koefisien ditentukan dengan Tabel Lampiran B-1
5
Bo = 0,9759 + 0,000120 [205,008 (0,71/0,9)0,5 + 1,25 (-460)]1,2
= 1,494 bbl/stb
Tabel Lampiran 1-2
Harga Koefisien Perhitungan Faktor Volume Formasi Oil
Koefisien API ≤ 30 API > 30
C1 4,677 x 10-4 4,670 x 10-4
C2 1.751 x 10-5 1,100 x 10-5
C3 -1,811 x x 10-8 1,337 x 10-9
141,5
= 131,5+25,722
= 0,9
2. Perhitungan IPR TPR
Perhitungan A
A = 1 – 0,2 (Pwf/Pb) – 0,8 (Pwf/Pb)2
A = 1 – 0,2 (260/1589,878) – 0,8 (260/1589,878)2
A = 0,95
Productivity Index (PI)
Qo
PI =
Ps-Pb + (Pb/1,8) A
1015
= 1590-1589,878 (1589,878/1,8)0,95
= 1,21 bbl day/psi
Perhitungan Qb
Qb = PI (Ps-Pb)
= 1,21 (1590 – 1589,878)
= 0,15 bpd
Perhitungan Qx
𝑃𝐼 (𝑃𝑏)
Qx = 1,8
5
1,21 (1589,878)
= 1,8
= 1072,9 bpd
Laju alir minyak maksimum (Qmax)
Qmax = Qb + Qx
= 0,15 + 1072,9
= 1073,5 bpd
5
0 1073.046
0,9 𝑥 1000000
= 205,008 + 157
= 5937,492 SCF/STB
𝑄𝑔
GLR =
𝑄𝑜+𝑄𝑤
0,9 𝑥 1000000
= 157+641
= 1127,82 SCF/STB
Tabel Lampiran 1-4
Data TPR
Pressure Traverse
Ptub 240 psia
ID Tubing 2.441 ft
200
Q asumsi 400 bpd
800
TVD 6525.591 ft
Tubing Perforrmance
Pwf
Qasumsi
Fw=0.5 Fw=1
200 900 980
400 960 1080
800 1160 1240
5
200 948
400 1032
800 1208
5
G Injeksi gas = 0,007 psia/ft
Data Tambahan
C1 0.0004677
C2 0.00001751
C3 -1.811E-08
Bo 1.493793585 bbl/STB
fw 0.803258145
fo 0.196741855
SG mix 0.989964912
Gradien fluida 0.428654807 psi/ft
Densitas oil 56.16 lb/ft3
DFL 4303.228397
Psd 4549.291397
Gradien Injeksi
0.007
Gas psi/ft
Gu 0.091062395
5
Grafik Lampiran 1.2
Penentuan Qoptimum
Grafik
Lampiran 1.3
Gas Lift Design
5
Surface Engineering
Perhitungan Pressure Loss
Sumur SOPO - 5
Data :
L = 112690 m
= 369717,84777 ft
Ql = 0,100924766 Bbl/d
SGl = 0,9
SGg = 0,71
Qgross = 1018 STB
µ = 1,4 cp
Pwh = 240 psi
Tabel Lampiran 1-5
Data Pressure Loss Tiap Facilities
Jarak Pressure
Facilities Pressure (psi)
m ft Loss
Sumur-Manifold
47061 154399,606 237,88698474 2,11301526
(flowline)
Manifold-Separator 65629 215318,241 236,60251672 1,28446801
Oil Separation
Separator-FWKO 100 328,08399 232,11256695 0,00448995
FWKO-HT 100 328,08399 227,62261717 0,00448995
HT-Storage tank 100 328,08399 223,13266739 0,00448995
Gas Separation
Separator-Gas
100 328,08399 232,11256695 0,00448995
Scrubber
Gas Scrubber-DHU 100 328,08399 230,15540165 0,00448995
DHU-Gas
100 328,08399 230,15540165 0,00448995
sweetening
Water Separation
Separator-Oil
100 328,08399 232,11256695 0,00448995
Skimmer
Oil Skimmer-Wash
100 328,08399 227,62261717 0,00448995
tank
Wash tank-Water
100 328,08399 225,66545187 0,00448995
tank
6
Perhitungan Heat Loss
Sumur SOPO - 5
Data :
Q = 155,26887 bbl/day
L = 112690 m
Twellhead = 30 °C
Tlingkungan = 15,56 °C
Tpourpoint = 41 °C
Z = 2,55066
Perhitungan :
Twellhead−Tlingkungan
Tmanifold−Tlingkungan = 𝐞𝐙
30 − 15,5556
Tmanifold−15,5556 = 12,81559
Tmanifold = 16,68 °C
∆Ttotal = Twellhead – Tmanifold
= 30 °C – 16,68 °C
= 13,32 °C
Heat Loss = (∆Ttotal/L)
= (9,22 /369717,8477)
= 0,000036 °C/ft
Tabel Lampiran 1-6
Data Heat Loss tiap Facilities
Jarak Heat
Temperature Penambahan
Facilities Loss
m ft Loss (oC) Heater
(oC)
Sumur - Manifold 47061 154399,606 29,99444 0,006 20 20,006
Manifold - CPP 65629 215318,241 7,75583 -7,750 30 22,250
Oil Separation
Separator - FWKO 100 328,084 0,01182 -7,762 30 22,238
FWKO - Heater Treater 100 328,084 0,01182 -7,774 30 22,226
HT - Storage Tank 100 328,084 0,01182 -7,786 30 22,214
Gas Separation
Separator - Gas Scrubber 100 328,084 0,01182 -7,798 30 22,202
Gas Scrubber - DHU 100 328,084 0,01182 -7,809 30 22,191
6
DHU - Gas Sweetening 100 328,084 0,01182 -7,821 30 22,179
Water Separation
Separator - Oil Skimmer 100 328,084 0,01182 -7,833 30 22,167
Oil Skimmer - Wash tank 100 328,084 0,01182 -7,845 30 22,155
Wash tank - Water tank 100 328,084 0,01182 -7,857 30 22,143