You are on page 1of 11

Jurnal Anestesiologi Indonesia

LAPORAN KASUS

Tatalaksana Badai Tiroid dan Aritmia di ICU: Serial Kasus


Management of Thyroid Storm and Arrhythmia in the ICU: Case Series
Jessica Nathalia*, Jane Josephine Chandra*, Debby Vania*, Albert Frido Hutagalung**
*
Rumah Sakit Panti Wilasa dr. Cipto, Semarang, Indonesia
**
Departemen Anestesi, Rumah Sakit Panti Wilasa dr. Cipto, Semarang, Indonesia

Korespondensi: jessicanathalia75@gmail.com

ABSTRACT
Background: Thyroid storm or hyperthyroid crisis is a complication of acute
hyperthyroidism that is life threatening with manifestation of thyrotoxicosis. The most
severe manifestation of thyroid storm is atrial and/or ventricle arrhythmia, heart failure
and/or cardiac arrest.
Cases: All three cases showed different clinical manifestations and arrhythmia in the
form of atrial fibrillation (AF) and supraventricular tachycardia (SVT) related to
hyperthyroidism. All three cases had life-threatening thyroid storm disease that needed
treatment in intensive care. In intensive care unit (ICU), all of them received standard
therapy such as antithyroid and anti-arrhythmic drugs, beta blockers and digitalis
glycosides.
Discussion: Increased thyroid hormones have a role to cause AF and SVT. After being
treated according to the Japan Guideline Thyroid Storm (2016), there were improvements
in cases 2 and 3. However, case 1 still had persistent SVT with uncontrolled thyroid
storm.
Conclusion: The clinical features of thyroid storm may vary, ranging from
thermoregulation system dysfunction, gastrointestinal and hepatic disorders, central
nervous system disorders, and heart rhythm disturbances. In these three cases, the
clinical features of acute hyperthyroidism and thyroid storm were different. However,
there are the same emergencies that can be life threatening so that intensive care is
needed for these three patients.

Keywords: AF; case series; intensive care; SVT; thyroid storm

Volume 15, Nomor 2, Tahun 2023 159


Jurnal Anestesiologi Indonesia

ABSTRAK
Latar belakang: Badai tiroid atau krisis hipertiroid merupakan komplikasi
hipertiroidisme akut yang mengancam jiwa dan sebagai presentasi dari tirotoksikosis
yang berlebihan. Gejala badai tiroid yang paling parah yang mungkin terjadi berupa
aritmia atrium dan/atau ventrikel, gagal jantung, dan/atau henti jantung.
Kasus: Pada ketiga kasus, terdapat gambaran klinis serta gangguan irama jantung yang
berbeda berupa atrial fibrilasi (AF) dan supraventrikuler takikardi (SVT) yang
berhubungan dengan hipertiroidisme. Terdapat kegawatdaruratan badai tiroid yang dapat
mengancam nyawa sehingga diperlukan perawatan yang intensif pada ketiga pasien
tersebut. Selama perawatan di intensive care unit (ICU), ketiga pasien mendapatkan
terapi standar berupa antitiroid dan obat antiaritmia golongan beta bloker dan golongan
glikosida digitalis.
Diskusi: Peningkatan hormon tiroid memiliki peran untuk menyebabkan AF dan SVT.
Setelah dilakukan tatalaksana sesuai dengan Japan Guideline Thyroid Storm (2016),
terdapat perbaikan pada kasus 2 dan 3. Namun, pada kasus 1 tetap didapatkan SVT
persisten dengan badai tiroid yang tidak terkontrol.
Kesimpulan: Gambaran klinis badai tiroid bervariasi, mulai dari disfungsi sistem
termoregulasi, gangguan gastrointestinal dan hati, gangguan sistem saraf pusat, dan
gangguan irama jantung. Pada ketiga kasus ini, gambaran klinis dari hipertiroidisme akut
dan badai tiroid berbeda-beda. Namun, terdapat kegawatdaruratan yang sama yang dapat
mengancam nyawa sehingga diperlukan perawatan yang intensif pada ketiga pasien
tersebut.

Kata Kunci: AF; badai tiroid; perawatan intensif; serial kasus; SVT

PENDAHULUAN dan/atau henti jantung. Kegagalan


Hipertiroidisme didefinisikan sebagai multiorgan, gagal jantung kongestif, dan
hiperfungsi kelenjar tiroid yang ditandai gagal napas adalah penyebab utama
dengan peningkatan metabolisme basal kematian akibat badai tiroid.2–5
sebesar 15-20%, kadang disertai dengan
pembesaran kelenjar tiroid. Sekitar 90% Aritmia jantung yang berhubungan
kasus hipertiroidisme disebabkan oleh dengan tirotoksikosis biasanya
penyakit grave, baik nodul toksik soliter supraventrikular. Aritmia ventrikel
maupun multipel serta adenoma toksik.1 cenderung terjadi pada pasien dengan
penyakit jantung intrinsik dan bukan
Badai tiroid atau krisis hipertiroid, yang penyebab utama kematian dari badai
juga dikenal sebagai krisis tirotoksik, tiroid. Pasien dengan badai tiroid harus
adalah komplikasi yang mengancam dirawat di unit perawatan intensif dengan
jiwa dari hipertiroidisme akut dengan pemantauan jantung yang ketat dan
angka kematian antara 20-30%. dukungan ventilator jika diperlukan.6,7
Gambaran klinis badai tiroid bervariasi
mulai dari disfungsi sistem KASUS
termoregulasi, gangguan Kasus 1, seorang perempuan berusia 52
gastrointestinal, hepar, sistem saraf pusat tahun datang ke instalasi gawat darurat
(SSP), dan pada sebagian kasus dapat (IGD) dengan keluhan nyeri dada dan ulu
terjadi aritmia jantung, gagal jantung, hati, berdebar-debar, keringat dingin,

Volume 15, Nomor 2, Tahun 2023 160


Jurnal Anestesiologi Indonesia

dan sesak. Pasien memiliki riwayat mg PO. Delapan jam kemudian, pasien
hipertiroid dan rutin berobat. gelisah dan terjadi penurunan kondisi
Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) dengan tanda vital: tekanan darah 52/37
menunjukkan supraventrikuler takikardi mmHg; laju napas 25 kali per menit;
(SVT) dan elevasi segmen ST pada V4- SpO2 76%; akral dingin dan sianosis.
V5. Pemeriksaan rontgen toraks Oleh karena itu pasien diintubasi
anteroposterior (AP) menunjukkan kemudian diberikan obat-obatan
kardiomegali dan kongesti paru. Pasien circulatory support norepinefrin 0,1
dirawat di ICU, diberikan terapi heparin mg/menit syringe pump (SP); dobutamin
dan dual antiplatelet untuk tatalaksana 5 mg/menit SP; pasien juga diberikan
STEMI, propanolol 1x40 mg PO, nitrogliserin 2x2,5 mg per oral (PO) dan
bisoprolol 1x5 mg PO, dan PTU 1x100 furosemide 5 mg/jam SP.

Tabel 1. Karakteristik Pasien IGD


Kasus 1 Kasus 2 Kasus 3
Keluhan Utama (IGD) Ny R (52) datang dengan Ny SH (66) datang Tn.H (41) datang
keluhan nyeri dada dan ulu dengan keluhan sesak dengan keluhan lemas
hati, berdebar-debar, napas, batuk pada tangan dan kaki
keringat dingin, dan sesak berdahak sejak 6 hari kiri sejak 1 jam yang
yang semakin memberat sebelum masuk lalu sebelum masuk
sejak pagi sebelum datang rumah sakit. rumah sakit. Disertai
ke rumah sakit. demam sejak pagi
sebelum masuk rumah
sakit dan diare 6 kali
per hari
Riwayat Penyakit Hipertiroid – rutin berobat Jantung – rutin Hipertiroid – tidak
Dahulu berobat berobat sejak 2018
Pemeriksaan Fisik Compos mentis, tekanan Compos mentis, Compos mentis,
(IGD) darah: 155/98 mmHg, suhu tekanan darah: tekanan darah: 122/80
36ºC, nadi 175kali per 191/124 mmHg, suhu mmHg, suhu 38.4ºC,
menit, laju napas 24- 36.3ºC, nadi 98-126 nadi 97 kali per menit,
26x/menit, SpO2: 99%, kali per menit laju napas 30 kali per
NEWS*: 7 ireguler, laju napas menit, SpO2 97%,
Toraks: ronki +/+ 30 kali per menit, NEWS*: 7. Toraks:
SpO2: 94%, NEWS*: bunyi jantung
7, Toraks: wheezing ireguler. Neurologi:
+/+, ronki +/+ ekstremitas motorik
atas: 5555/1111
Ekstremitas motorik
bawah : 5555/1111
Pemeriksaan Leukosit 13,500/µL; AST: AGD: pH: 7.366; Hb: 12,0 g/dL; CK-
Laboratorium (IGD) 187,6 U/L; ALT: 77,5 PCO2: 43,3 mmHg; MB: 44 IU/L;
U/L. BGA: pH: 7,1; pO2: 88,4 mmHg; albumin: 3,35 g/dL;
PCO2: 29,6 mmHg; pO2: BE: -1,2 mmol/L; CRP 31,3 mg/L;
396,5 mmHg; BE: -19,4 TCO2: 25,8 mmol/L; kalium 2,80 mmol/L;
mmol/L; TCO2: 10,0 HCO3: 24,4 mmol/L; klorida 106,0
mmol/L; HCO3: 9,0 ST HCO3: 23,2 mmol/L; APTT 156,7
mmol/L; ST HCO3: 10,2 mmol/L; SO2: detik (46x lebih dari
mmol/L; SO2: 99%; 96,7%; laktate: 1,36 kontrol).
laktate: 6,92 mmol/L; mmol/L; P/F ratio:
Troponin T: 1907 ng/L. 276,25; Troponin T:
< 40 ng/L.
*
NEWS: National Early Warning Score

Volume 15, Nomor 2, Tahun 2023 161


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Gambar 1. EKG Ny. R menunjukkan SVT dan ST elevasi di V4-V5

Hasil pemeriksaan hormon tiroid 98-126 kali per menit ireguler, laju napas
didapatkan FT4 >100 pmol/L, TSH4 < 30 kali per menit, dan SpO2: 94%.
0,005 uIU/ml, maka pemberian PTU Pemeriksaan EKG di IGD menunjukkan
ditingkatkan menjadi 6x200 mg PO, atrial fibrilation rapid ventricular
propanolol menjadi 3x40 mg PO, response (AF RVR), right bundle branch
digoksin 2x0,5 mg, dan dexamethasone block (RBBB) komplit, iskemia miokard
injeksi menjadi 2x5 mg pada hari ke-2 (Gambar 2). Pemeriksaan rontgen toraks
perawatan ICU. Namun, kondisi pasien posteroanterior (PA) menunjukkan
terus mengalami perburukan, gejala edema paru, kardiomegali, dan hipertensi
badai tiroid bermanifestasi sebagai pulmonal. Tiga jam kemudian pasien
hilangnya kesadaran dan peningkatan bertambah sesak, laju napas meningkat
suhu 37,9–39,2ºC. Tekanan darah 90- 40 kali per menit, nadi 128 kali per
160/60-105 mmHg, nadi 160-180 menit, dan SpO2 turun menjadi 88%,
x/menit. Kardioversi dilakukan sebanyak maka dilakukan intubasi. Ventilator
2x (50J dan 100J), dosis propanolol dipasang dalam mode continuous
ditingkatkan menjadi 3x80 mg PO. mandatory ventilation (CMV).
Hingga hari perawatan ke-4, kondisi
pasien tidak berespons terhadap agen Hasil pemeriksaan hormon tiroid
vasoaktif dan kemudian meninggal. didapatkan TSH-s: 0,054 uIU/mL, maka
diberikan PTU tab 3x100 mg PO mulai
Kasus 2, seorang perempuan berusia 66 hari ke-2 di ICU. Penggunaan obat
tahun datang ke IGD dengan keluhan golongan beta bloker; bisoprolol tab
sesak napas dan batuk sejak 6 hari 1x2,5mg PO dan obat golongan glikosida
sebelum masuk rumah sakit. Tekanan digitalis yaitu digoksin tab 1x0,25mg PO
darah pasien 191/124 mmHg, laju nadi diberikan untuk mengontrol aritmia.

Gambar 2. EKG Ny. SH menunjukkan AF RVR, RBBB komplit, dan iskemia miokard
Volume 15, Nomor 2, Tahun 2023 162
Jurnal Anestesiologi Indonesia

Gambar 3. Foto toraks PA dengan edema pulmonal, kardiomegali, dan gambaran


hipertensi pulmonal

Pada hari ke-4 di ICU, dilakukan Pasien kemudian dipindahkan ke bangsal


pemeriksaan evaluasi rontgen dada AP non-intensif setelah lima hari perawatan
yang menunjukkan edema paru di ICU.
(pengurangan infiltrat), kardiomegali,
dan hipertensi pulmonal. Mode Kasus 3, seorang laki-laki berusia 41
ventilator diubah menjadi synchronized tahun datang dengan keluhan lemas pada
intermittent mandatory ventilation tangan dan kaki kiri sejak 1 jam sebelum
(SIMV) pada hari ke-3 perawatan dan masuk rumah sakit. Berdasarkan CT scan
menjadi spontan pada hari ke-5 sehingga kepala, brain window tanpa kontras tidak
dilakukan ekstubasi pada hari ditemukan lesi patologis intraparenkim
berikutnya. Kondisi klinis berangsur otak. Rontgen toraks menunjukkan
membaik, tanda vital stabil, tekanan kardiomegali dan kongesti paru, EKG
darah 117/76mmHg, laju napas 20 kali menunjukkan ST depresi pada V1, V6,
per menit, dan SpO2 97%. Gambaran II, III, aVF; AF RVR dan left ventricular
EKG menunjukkan normo sinus ritme hypertrophy (LVH) (Gambar 4).
dengan laju nadi 70 kali per menit.

Gambar 4. Gambaran EKG Tn. H menunjukkan ST depresi pada V1, V6, II, III, aVF,
AF RVR dan LVH
Volume 15, Nomor 2, Tahun 2023 163
Jurnal Anestesiologi Indonesia

Setelah 13 jam perawatan di bangsal, hari ke-5 sehingga keesokan harinya


pasien gelisah. Nadi meningkat menjadi dilakukan ekstubasi. Pada rontgen toraks
171 kali per menit, laju napas 32 kali per hari ke-6, gambaran edema paru
menit dan SpO2 menurun menjadi 89% berkurang. Gambaran EKG
dengan nasal kanul 3lpm. Pasien menunjukkan normo sinus ritme dengan
kemudian diintubasi dan dipasang laju nadi 91 kali per menit. Pasien pindah
ventilator pada mode CMV. Pada hari ke bangsal non-intensif setelah hari ke-7
ke-2 perawatan terlihat ptosis pada kedua perawatan.
mata, denyut jantung masih ireguler.
Hasil pemeriksaan hormon tiroid T4: Balans cairan kumulatif kasus 2 dan 3
310,82 nmol/L; TSH-s < 0,005 uIU/mL, didapatkan negatif setiap harinya dengan
maka diberikan PTU 3x200 mg, kisaran antara -546,1 cc hingga -2823 cc.
kemudian ditingkatkan menjadi 6x200
mg, yang kemudian diturunkan menjadi PEMBAHASAN
4x200 mg pada hari ke-4. Penyesuaian Badai tiroid merupakan keadaan
dosis PTU diberikan karena adanya mengancam nyawa yang disebabkan
respons dinamis dari tubuh pasien yang oleh manifestasi klinis dari tirotoksikosis
ditandai oleh peningkatan nadi dan yang berlebihan. Gejala klinis yang
tekanan darah. Berdasarkan American sering adalah sinus takikardi atau AF
Thyroid Association (2016), dosis yang pada 10-25% pasien. SVT merupakan
digunakan masih dalam rentang dosis manifestasi atipikal namun
yang direkomendasikan untuk membahayakan nyawa.9 Diagnosis badai
tatalaksana badai tiroid.8 Bisoprolol tiroid dapat ditegakkan dengan sistem
1x5mg PO dan digoksin 1x0,5mg PO skoring yang dikenal sebagai burch-
diberikan untuk mengontrol aritmia. wartofsky point scale (BWPS) yang
Selama perawatan, didapatkan respons terdiri dari kumpulan faktor pencetus dan
pengobatan yang baik pada pasien ini keparahan gejala dekompensasi multipel
Mode ventilator diubah menjadi SIMV organ (Gambar 5).5
pada hari ke-4 dan menjadi spontan pada

Gambar 5. Burch & Wartofsky Point Scale5

Volume 15, Nomor 2, Tahun 2023 164


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Jika skor yang diperoleh kurang dari 25 digolongkan ke dalam badai tiroid,
maka tidak dapat dimasukkan ke dalam dimana pada kasus 1 skor yang
badai tiroid, skor 25 hingga 45 mungkin didapatkan 105, dan pada kasus 3
badai tiroid, dan skor lebih dari 45 didapatkan skor sebesar 65 (Tabel 2).
sebagai badai tiroid. Kasus 1 dan kasus 3

Tabel 2. Skoring keparahan pada ketiga kasus


Predicted
NEWS APACHE II TSH-s (uIU/mL)
Mortality Rate
Kasus I 7 15 21% <0.005
Kasus II 7 9 9,9% 0.054
Kasus III 7 8 8,7% <0.005

Pada ketiga kasus ini, pasien dirawat di serupa dengan AF, dimana terjadi
ICU dikarenakan pada saat datang ke peningkatan frekuensi dari denyut
IGD, ketiga pasien digolongkan ke jantung prematur dan merubah tonus
dalam ATS 2-3 dengan NEWS: 7. otonom.12,13
Semua pasien dengan badai tiroid harus
dirawat di ICU untuk mendapatkan Atrial fibrilasi dihubungkan dengan
penatalaksanaan medis yang agresif.10 peningkatan morbiditas dan mortalitas
Untuk menentukan progresivitas atau kardiovaskular.14–17 Prevalensi
keparahan penyakit yang dialami oleh terjadinya AF dilaporkan antara 1-60%
pasien maka pada penelitian ini diantara pasien dengan hipertiroid,
menggunakan sistem skoring yang tergantung dari jenis kelamin, usia dan
disebut sebagai skor APACHE II. riwayat penyakit jantung. 8,3% pasien
Skoring ini dinilai berdasarkan data mengalami AF kurang lebih 30 hari sejak
pasien datang ke IGD pertama kali. didiagnosa hipertiroid dan proporsi lebih
Dapat dilihat skor APACHE II pasien tinggi terjadi pada pria. Risiko AF juga
kasus pertama paling tinggi diantara meningkat pada populasi dengan rentang
ketiga kasus dengan predicted mortality usia 20 hingga 89 tahun.18
rate sebesar 21%.
Berdasarkan pedoman European Society
Diagnosis badai tiroid yang tepat waktu of Cardiology (ESC) (2020) mengenai
merupakan tantangan dan sering kali tatalaksana AF, amiodaron dapat
terlewatkan karena gejala yang tidak digunakan sebagai upaya terakhir ketika
spesifik.11 Terdapat perbedaan keluhan denyut jantung tidak dapat dikontrol
dan manifestasi klinis pada ketiga kasus dengan terapi kombinasi.19 Pada
tersebut ketika pertama kali datang ke penelitian ini tidak menggunakan
IGD. Namun, ketiga pasien sama-sama amiodaron dikarenakan metabolisme
mengalami gangguan irama jantung. amiodaron mempengaruhi hormon tiroid
Peningkatan hormon tiroid memiliki pada kelenjar tiroid, jaringan perifer, dan
peran untuk menyebabkan terjadinya AF mungkin pada pituitari. Hal ini
dalam beberapa mekanisme seperti menyebabkan peningkatan T4 dan TSH,
meningkatkan tonus simpatik, detak namun menurunkan kadar T3 sehingga
atrial ektopik, perubahan kanal ion atau dapat menyebabkan terjadinya
penurunan periode refraktoratrial. hipotiroidisme dan tirotoksikosis.20
Mekanisme terjadinya SVT diasumsikan

Volume 15, Nomor 2, Tahun 2023 165


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Hipertiroidisme pada pasien geriatri yang dapat diberikan secara oral atau
biasanya menunjukkan gejala yang intravena. Dosis maksimum PTU yang
samar pada awal peningkatan hormon dianjurkan adalah 1600 mg per hari.10
tiroid, sehingga sering kali pasien berada
dalam keadaan hipertiroid namun tidak Obat golongan beta bloker
memeriksakan diri sehingga diagnosis direkomendasikan pada semua pasien
baru ditegakkan ketika pasien dengan tirotoksikosis untuk
memeriksakan diri ke rumah sakit. mengendalikan gejala yang berkaitan
Hormon tiroid meningkatkan dengan simpatomimetik hipertiroidisme
metabolisme tubuh total dan konsumsi seperti takikardia dan tremor. Propanolol
oksigen yang secara tidak langsung merupakan beta bloker lini pertama pada
meningkatkan beban kerja jantung.18,21 badai tiroid dengan dosis 10-40 mg 3-4
kali sehari.10
Pasien dengan riwayat penyakit jantung,
kerja jantung meningkat disebabkan oleh Setelah dilakukan tatalaksana sesuai
sirkulasi hiperdinamik yang disebabkan dengan Japan Guideline Thyroid Storm
oleh hipertiroid bisa menyebabkan (2016), terdapat perbaikan pada kasus 2
gangguan fungsi jantung. Sebaliknya, dan 3. Namun, pada kasus 1 didapatkan
takiaritmia yang disebabkan oleh SVT persisten dengan badai tiroid yang
kombinasi dari hipertiroid dan AF dapat tidak terkontrol. Penggunaan obat
juga menyebabkan gagal jantung yang kendali jantung pada ketiga kasus yaitu
disebabkan oleh takikardi.18 golongan beta bloker (propanolol atau
bisoprolol) dan golongan glikosida
SVT terjadi pada 10,5% dari seluruh digitalis yaitu digoksin.8
kejadian disfungsi tiroid. Dimana bentuk
disfungsi tiroid yang paling sering terjadi Pada kasus 1, pasien telah diberikan beta
adalah hipertiroidisme subklinis. Pasien bloker yaitu propanolol 1x40 mg
dengan riwayat disfungsi tiroid kemudian dinaikkan menjadi 3x40 mg
menunjukkan kecenderungan lebih dan dinaikkan hingga 3x80 mg, serta
tinggi untuk terjadinya SVT.22 bisoprolol 1x5 mg. Pada hari ketiga
perawatan, ditambah dengan digoksin
Penatalaksanaan badai tiroid mencakup 2x0,5 mg dan belum menunjukkan
upaya untuk mencapai keadaan eutiroid adanya perbaikan. Pasien diberikan
dan membatasi terjadinya end-organ tindakan kardioversi sebanyak dua kali
damage. Propylthiouracil (PTU) dan EKG pasien menjadi sinus takikardi.
merupakan anti-tiroid lini pertama yang Tiga jam setelah kardioversi EKG pasien
lebih disukai dibandingkan methimazole kembali menjadi SVT. Setelah berbagai
karena telah terbukti memiliki efek yang upaya yang dilakukan, EKG pasien
lebih signifikan dalam menurunkan menunjukkan SVT persisten. Beberapa
serum T4 dan T3 dalam waktu 24 jam jam sebelum pasien meninggal pasien
dibandingkan dengan methimazole. mengalami penurunan hemodinamik
Dosis PTU yang direkomendasikan yang tidak membaik dengan pemberian
adalah 500–1000 mg dosis awal, vasoaktif.
kemudian 250 mg setiap empat jam,

Volume 15, Nomor 2, Tahun 2023 166


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Gambar 6. Algoritma gagal jantung pada badai tiroid23

Pada ketiga kasus ini, tidak diketahui DAFTAR PUSTAKA


fungsi jantung sebelum masuk rumah 1. Rajuddin R, Budiman, Shalahuddin,
sakit seperti data echocardiografi. Taufika DA. Hyperthyroid in
Pemeriksaan fungsi tiroid tidak pregnancy: A case report.
dilakukan sejak awal dan hanya Systematic Reviews in Pharmacy.
dilakukan satu kali sehingga tidak dapat 2020;11(5):18–20.
dilakukan evaluasi terhadap 2. Pokhrel B, Aiman W, Bhusal K.
keberhasilan pengobatan. Thyroid Storm [Internet].
StatPearls. 2023. Available from:
KESIMPULAN http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubm
Badai tiroid atau krisis hipertiroid ed/27521067
merupakan komplikasi hipertiroidisme 3. Hall P, Lundell G, Holm LE.
akut yang mengancam jiwa. Gambaran Mortality in patients treated for
klinis badai tiroid bervariasi, mulai dari hyperthyroidism with iodine-131.
disfungsi sistem termoregulasi, Acta Endocrinol (Copenh)
gangguan gastrointestinal dan hati, [Internet]. 1993 Mar;128(3):230–4.
gangguan sistem saraf pusat, dan Available from:
gangguan irama jantung. Pada ketiga https://academic.oup.com/ejendo/ar
kasus ini, gambaran klinis dari ticle/128/3/230/6769581
hipertiroidisme akut dan badai tiroid 4. Akamizu T, Satoh T, Isozaki O,
berbeda-beda. Namun, terdapat Suzuki A, Wakino S, Iburi T, et al.
kegawatdaruratan yang sama yang dapat Diagnostic Criteria, Clinical
mengancam nyawa sehingga diperlukan Features, and Incidence of Thyroid
perawatan yang intensif pada ketiga Storm Based on Nationwide
pasien tersebut. Surveys. Thyroid [Internet]. 2012

Volume 15, Nomor 2, Tahun 2023 167


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Jul;22(7):661–79. Available from: arrhythmogenic activity of


https://www.liebertpub.com/doi/10. pulmonary vein cardiomyocytes. J
1089/thy.2011.0334 Am Coll Cardiol. 2002
5. Burch HB, Wartofsky L. Life- Jan;39(2):366–72.
threatening thyrotoxicosis. Thyroid 13. Reddy V, Taha W, Kundumadam S,
storm. Endocrinol Metab Clin North Khan M. Atrial fibrillation and
Am [Internet]. 1993 Jun;22(2):263– hyperthyroidism: A literature
77. Available from: review. Indian Heart J. 2017
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubm Jul;69(4):545–50.
ed/8325286 14. Benjamin EJ, Wolf PA, D’Agostino
6. Anjo D, Maia J, Carvalho AC, RB, Silbershatz H, Kannel WB,
Castro H, Aragão I, Vieira AP, et al. Levy D. Impact of Atrial Fibrillation
Thyroid storm and arrhythmic on the Risk of Death. Circulation.
storm: a potentially fatal 1998 Sep 8;98(10):946–52.
combination. Am J Emerg Med. 15. Frost L, Engholm G, Johnsen S,
2013 Sep;31(9):1418.e3-1418.e5. Møller H, Henneberg EW, Husted S.
7. Biondi B, Kahaly GJ. Incident Thromboembolism in the
Cardiovascular involvement in Aorta and the Renal, Mesenteric,
patients with different causes of Pelvic, and Extremity Arteries After
hyperthyroidism. Nat Rev Discharge From the Hospital With a
Endocrinol. 2010 Aug 29;6(8):431– Diagnosis of Atrial Fibrillation.
43. Arch Intern Med. 2001 Jan
8. Ross DS, Burch HB, Cooper DS, 22;161(2):272.
Greenlee MC, Laurberg P, Maia AL, 16. Frost L, Engholm G, Johnsen S,
et al. 2016 American Thyroid Møller H, Husted S. Incident stroke
Association Guidelines for after discharge from the hospital
Diagnosis and Management of with a diagnosis of atrial fibrillation.
Hyperthyroidism and Other Causes Am J Med. 2000 Jan;108(1):36–40.
of Thyrotoxicosis. Thyroid. 2016 17. Frost L. Decrease in mortality in
Oct;26(10):1343–421. patients with a hospital diagnosis of
9. Ertek S, Cicero AF. State of the art atrial fibrillation in Denmark during
paper Hyperthyroidism and the period 1980–1993. Eur Heart J.
cardiovascular complications: a 1999 Nov;20(21):1592–9.
narrative review on the basis of 18. Frost L, Vestergaard P, Mosekilde
pathophysiology. Archives of L. Hyperthyroidism and Risk of
Medical Science. 2013;5:944–52. Atrial Fibrillation or Flutter. Arch
10. De Almeida R, McCalmon S, Intern Med. 2004 Aug
Cabandugama PK. Clinical Review 9;164(15):1675.
and Update on the Management of 19. Hindricks G, Potpara T, Dagres N,
Thyroid Storm. Mo Med. Bax JJ, Boriani G, Dan GA, et al.
2022;119(4):366–71. 2020 ESC Guidelines for the
11. Snyder S, Joseph M. The Perfect diagnosis and management of atrial
Storm: A Case of Ischemic Stroke in fibrillation developed in
the Setting of Thyroid Storm. collaboration with the European
Cureus. 2020;12(5). Association for Cardio-Thoracic
12. Chen YC, Chen SA, Chen YJ, Surgery (EACTS). Eur Heart J.
Chang MS, Chan P, Lin CI. Effects 2021;42(5):373–498.
of thyroid hormone on the

Volume 15, Nomor 2, Tahun 2023 168


Jurnal Anestesiologi Indonesia

20. Rampengan SH. AMIODARON dysfunction in patients with


SEBAGAI OBAT ANTI ARITMIA suspected or documented
DAN PENGARUHNYA supraventricular tachyarrhythmia.
TERHADAP FUNGSI TIROID. International Journal of Arrhythmia.
JURNAL BIOMEDIK (JBM). 2013 2019 Dec 10;20(1):6.
Feb 6;3(2). 23. Satoh T, Isozaki O, Suzuki A,
21. Wantania FE. Wakino S, Iburi T, Tsuboi K, et al.
PENATALAKSANAAN 2016 Guidelines for the
PENYAKIT JANTUNG TIROID. management of thyroid storm from
JURNAL BIOMEDIK (JBM). 2014 The Japan Thyroid Association and
Apr 2;6(1). Japan Endocrine Society (First
22. Gwag H Bin, Jun JE, Park Y, Lee edition). Endocr J.
SS, Park SJ, Kim JS, et al. Thyroid 2016;63(12):1025–64.

Volume 15, Nomor 2, Tahun 2023 169

You might also like