You are on page 1of 18

Template Penulisan Artikel Al-Munawwarah : Jurnal Pendidikan Islam

Konsep Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui Media Audio
Visual dalam Perspektif Pendidikan Agama Islam
1
M Yunus Abu Bakar
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Jl.
Ahmad Yani No 177, Jemur Wonosari, Kec. Wonocolo, Surabaya, Jawa Timur,
elyunusy@gmail.com
2
Yumna Nazih Irawan
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Jl. Ahmad Yani No 177, Jemur Wonosari, Kec. Wonocolo, Surabaya, Jawa Timur,
Indonesia
yumnairawan08@gmail.com

3
Afiyatul Mauliduyah
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Jl. Ahmad Yani No 177, Jemur Wonosari, Kec. Wonocolo, Surabaya, Jawa Timur,
Indonesia
afiyatulmaulidiyah29@gmail.com

4
Ana Nur Ditasari
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Jl. Ahmad Yani No 177, Jemur Wonosari, Kec. Wonocolo, Surabaya, Jawa Timur,
Indonesia
ditasariae1122@gmail.com

ABSTRACT
The application of Contextual Teaching and Learning (CTL) through
Audio Visual Media in the Perspective of Islamic Religious
Education is an effective approach to facilitating students in
understanding and applying Islamic values contextually. The CTL
approach combines structured teaching with the context of students'
daily lives, motivating students to learn more actively and creatively.
Meanwhile, the use of audio-visual media, such as video, audio, and
images, helps students understand Islamic religious concepts more
visually and interactively. The application of CTL through audio-
visual media in the perspective of Islamic religious education can
provide positive results, such as increasing students' understanding
of Islamic concepts, increasing students' creativity and learning
motivation, and strengthening students' moral and ethical values.
Some keywords related to this topic are CTL, audio-visual media,
Islamic religious education, Islamic concepts, creativity, learning
motivation, and moral values. Therefore, this approach can be a
solution for teachers of Islamic religion to improve the quality of
their teaching and strengthen Islamic religious values in students'
lives.
Keywords: application of CTL, Audio-Visual, Islamic Education

ABSTRAK
Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui Media
Audio Visual dalam Perspektif Pendidikan Agama Islam merupakan
pendekatan yang efektif dalam memfasilitasi siswa dalam
memahami dan mengaplikasikan nilai-nilai Islam secara
kontekstual. Pendekatan CTL menggabungkan pengajaran yang
terstruktur dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa, sehingga
dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan lebih aktif dan kreatif.
Sementara itu, penggunaan media audio visual, seperti video, audio,
dan gambar, membantu siswa memahami konsep-konsep agama
Islam secara lebih visual dan interaktif. Penerapan CTL melalui
media audio visual dalam perspektif pendidikan agama Islam dapat
memberikan hasil yang positif, seperti peningkatan pemahaman
siswa tentang konsep-konsep Islam, meningkatkan kreativitas dan
motivasi belajar siswa, serta memperkuat nilai-nilai moral dan etika
siswa. Beberapa kata kunci yang berkaitan dengan topik ini adalah
CTL, media audio visual, pendidikan agama Islam, konsep-konsep
Islam, kreativitas, motivasi belajar, dan nilai-nilai moral. Oleh
karena itu, pendekatan ini dapat menjadi solusi bagi guru-guru
agama Islam untuk meningkatkan kualitas pengajaran mereka dan
memperkuat nilai-nilai agama Islam dalam kehidupan siswa.
Kata Kunci: penerapan CTL, Audio-Visual, Penddidikan Islam

Pendahuluan
Dalam era digital dan modern seperti sekarang ini, teknologi dan media audio visual
memegang peranan yang penting dalam berbagai bidang kehidupan termasuk dalam bidang
pendidikan.1 Pemanfaatan media audio visual dalam proses pembelajaran dapat membantu
meningkatkan efektivitas pembelajaran dan memberikan pengalaman belajar yang lebih
menarik bagi siswa. Salah satu pendekatan pembelajaran yang efektif dalam pemanfaatan
media audio visual adalah Contextual Teaching and Learning (CTL).2

1
Munaya Ulil Ilmi and Muh Alif Kurniawan, “Efektivitas Media Audio Visual Dalam Pembelajaran
PAI Daring Di MTs Negeri 9 Yogyakarta,” IQRO: Journal of Islamic Education Desember-2021 4,
no. 2(2021): 2622–3201,
http://ejournal.iainpalopo.ac.id/index.php/iqro/article/view/1997%0Ahttp://ejournal.iainpalopo.ac.id/i
ndex.php/iqro.
2
Epon Ningrum, “Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning),” in Makalah Yang
Diseminarkan Pada Kegiatan Pelatihan Dan Workshop Model-Model Pembelajaran Dalam Persiapan
RSBI. Karawang, 2009.
CTL merupakan model pembelajaran yang memperhatikan konteks kehidupan
siswa dalam proses pembelajaran. Dalam CTL, siswa diharapkan dapat memahami materi
pelajaran dengan cara mempertanyakan dan mempertimbangkan pengalaman hidup sehari-
hari mereka. Dalam perspektif pendidikan Islam, CTL dapat diterapkan untuk membantu
siswa memahami konsep-konsep Islam dengan lebih mudah dan mempertajam pemahaman
mereka terhadap nilai-nilai Islam yang harus dijadikan dasar dalam berperilaku.3
Dalam penerapan CTL, media audio visual dapat menjadi sarana yang sangat
efektif untuk membantu siswa memahami konsep-konsep Islam dengan lebih mudah dan
menyenangkan. Media audio visual memiliki keunggulan dalam memperjelas dan
mempertegas konsep yang diajarkan, serta memperkaya pengalaman belajar siswa. Dalam
perspektif pendidikan Islam, penggunaan media audio visual dapat membantu siswa untuk
lebih memahami konsep-konsep Islam dengan lebih mudah dan menyenangkan.4
Penerapan CTL melalui media audio visual, terdapat beberapa keunggulan dan
manfaat yang dapat diterapkan. Pertama, media audio visual dapat membantu siswa untuk
lebih memahami konsep-konsep Islam dengan lebih mudah. Hal ini karena media audio
visual dapat menyajikan materi pelajaran secara lebih visual dan menarik sehingga siswa
lebih mudah mengingat dan memahami konsep-konsep yang diajarkan.5
Kedua, media audio visual dapat membantu siswa untuk lebih aktif dalam proses
pembelajaran. Dalam penerapan CTL, siswa diharapkan aktif dalam proses pembelajaran
dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dengan penggunaan media audio
visual yang menarik, siswa dapat lebih termotivasi untuk terlibat dalam proses
pembelajaran dan dapat mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk memahami
konsep-konsep Islam.6
Ketiga, media audio visual dapat membantu meningkatkan partisipasi siswa dalam
proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, partisipasi siswa sangat penting untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan penggunaan media audio visual yang
menarik, siswa dapat lebih tertarik dan termotivasi untuk terlibat dalam proses
pembelajaran sehingga partisipasi siswa dapat meningkat.7
Keempat, media audio visual juga dapat membantu siswa mengembangkan
keterampilan berpikir kritis dan analitis. Dalam pembelajaran Islam, keterampilan berpikir
kritis dan analitis sangat penting untuk memahami dan menerapkan konsep-konsep Islam.
Dengan penggunaan media audio visual, siswa dapat mengasah kemampuan mereka untuk
berpikir kritis dan analitis dengan lebih baik, karena media tersebut dapat memicu
pertanyaan dan pemikiran yang lebih dalam terhadap materi pelajaran.8
Kelima, media audio visual juga dapat membantu siswa untuk lebih menghargai
dan memahami keanekaragaman budaya Islam. Islam memiliki budaya yang beragam dan

3
Khoirul Budi Utomo, “Strategi Dan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam MI,”
MODELING:Jurnal Program Studi PGMI 5, no. 2 (2018): 145–56,
http://jurnal.stitnualhikmah.ac.id/index.php/modeling/article/view/331.
4
Utomo.
5
Novika Dian Pancasari Gabriela, “Pengaruh Media Pembelajaran Berbasi Audio Visual Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Sekolah Dasar,” Mahaguru: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2, no.
1 (2021): 104–13, https://doi.org/10.33487/mgr.v2i1.1750.
6
Gabriela.
7
Gabriela.
8
Rosantiana NM, “Penerapan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII
Pada Pembelajaran PKn Di SMP Muhammadiyah 4 Semarang.,” Penerapan Media Audio Visual Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII Pada Pembelajaran PKn Di SMP Muhammadiyah 4
Semarang. 1, no. 2 (2016): 1–58.
kaya, yang harus dipahami dan dihargai oleh siswa dalam proses pembelajaran.9 Dalam hal
ini, media audio visual dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih
baik terhadap budaya Islam dengan cara yang menarik dan menyenangkan.10
Namun, penerapan CTL melalui media audio visual juga memiliki tantangan yang
perlu dihadapi. Tantangan pertama adalah kurangnya sumber daya yang memadai dalam
mengembangkan media audio visual yang berkualitas dan relevan dengan konteks
pendidikan Islam. Hal ini menjadi kendala bagi pihak pendidik untuk dapat memanfaatkan
media audio visual secara optimal dalam proses pembelajaran.
Tantangan kedua adalah adanya kekhawatiran bahwa penggunaan media audio
visual dapat memengaruhi pemahaman siswa terhadap nilai-nilai Islam. Hal ini terjadi
ketika media audio visual tidak disaring secara benar dan tidak sesuai dengan konteks
pendidikan Islam, sehingga dapat memengaruhi persepsi siswa terhadap nilai-nilai Islam
yang sebenarnya.
Tantangan ketiga adalah kurangnya pemahaman dari pihak pendidik terhadap
penerapan CTL melalui media audio visual dalam perspektif pendidikan Islam. Hal ini
dapat menghambat kemampuan mereka untuk mengembangkan dan memanfaatkan media
audio visual secara efektif dalam proses pembelajaran.
Dalam perspektif pendidikan Islam, penerapan CTL melalui media audio visual memiliki
potensi yang besar untuk membantu siswa memahami konsep-konsep Islam dengan lebih
mudah dan mempertajam pemahaman mereka terhadap nilai-nilai Islam yang harus
dijadikan dasar dalam berperilaku. Namun, tantangan dalam penerapan CTL melalui media
audio visual juga harus diatasi dengan baik agar dapat memperoleh hasil yang optimal
dalam proses pembelajaran.
Secara keseluruhan, penggunaan media audio visual dalam penerapan CTL dalam
perspektif pendidikan Islam dapat menjadi sarana yang efektif untuk membantu siswa
memahami dan menerapkan konsep-konsep Islam dengan lebih baik.11 Dalam menghadapi
tantangan dan kendala, pihak pendidik harus terus mengembangkan diri dan berinovasi
dalam penggunaan media audio visual yang relevan dan sesuai dengan konteks pendidikan
Islam. Dengan demikian, penerapan CTL melalui media audio visual dapat memberikan
manfaat yang besar bagi kemajuan pendidikan Islam di Indonesia.12
“Hipotesis: Berdasarkan tinjauan literatur yang dilakukan dengan metode
penelitian library konseptual, penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui
media audio visual dalam pendidikan agama Islam akan memberikan manfaat yang
signifikan dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep agama,
memotivasi siswa untuk belajar secara aktif, dan menghubungkan pembelajaran dengan
kehidupan sehari-hari siswa."
Dalam hipotesis ini, diasumsikan bahwa berdasarkan tinjauan literatur konseptual
yang dilakukan, penerapan CTL melalui media audio visual dalam pendidikan agama Islam

9
Ulil Ilmi and Alif Kurniawan, “Efektivitas Media Audio Visual Dalam Pembelajaran PAI Daring Di
MTs Negeri 9 Yogyakarta.”
10
Rosantiana NM, “Penerapan Media Audio Vis. Untuk Meningkat. Has. Belajar Siswa Kelas VII Pada
Pembelajaran PKn Di SMP Muhammadiyah 4 Semarang.”
11
Utomo, “Strategi Dan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam MI.”
12
Daruli Afiat and Islam Riau, “Penerapan Metode Ceramah Dengan Media Audio Visual Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan Agama Islam Implementation Lecture Method With Audio
Visual Media to Improve Interest in Learning Islamic Religion Education,” JKIP : Jurnal Kajian Ilmu
Pendidikan 1, no. 1 (n.d.): 42–50.
memiliki potensi untuk memberikan manfaat dalam hal meningkatkan pemahaman siswa
terhadap konsep-konsep agama, memotivasi siswa untuk belajar secara aktif, dan
menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research).
Penelitian ini merujuk pada berbagai informasi, buku, jurnal dan media sosial. Informasi
dikaji lebih mendalam dengan menemukan berbagai teori, analisis dan sistesis dari kajian
Pustaka. Hasil dari penelitian ini adalah analisis dan sintesis tentang alternatif media audio-
visual sebagai media yang dinilai relevan dan efektif untuk digunakan dalam konsep
penerapan contextual teaching and learning (CTL) melalui media audio-visual dalam
prespektif pendidikan agama Islam di era digital dan modern. Hasil tersebut dapat
dijadikan sandaran dan bahan kajian bagi penelitian berikutnya, khususnya dalam
pendidikan agama Islam.13
Dengan memanfaatkan pendekatan ini, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman yang lebih kaya dan mendalam tentang konsep penerapan CTL melalui media
audio visual dalam pendidikan agama Islam. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam pengembangan pendekatan pembelajaran agama Islam yang
lebih efektif, menarik, dan kontekstual dalam era digital ini.

Hasil & Pembahasan


I. Bab konsep-konsep pembelajaran dalam ajaran Islam
Konsep-konsep pembelajaran dalam pendidikan agama Islam yang disebutkan di
atas didasarkan pada sumber-sumber utama agama Islam seperti Al-Quran dan hadis-hadis
Nabi Muhammad SAW. 14 Selain itu, referensi lain yang digunakan untuk mendalami
konsep-konsep tersebut adalah literatur pendidikan agama Islam dan karya-karya ulama
terkemuka dalam bidang ini. Beberapa referensi yang dapat digunakan sebagai sumber
belajar dalam pendidikan agama Islam antara lain:
1. Al-Quran
Al-Quran adalah sumber utama ajaran Islam yang mengandung petunjuk-
petunjuk bagi umat manusia untuk menjalani kehidupan yang baik dan
bermartabat. 15 Al-Quran memuat konsep-konsep dasar dalam agama Islam
seperti Tawhid, Ibadah, dan Akhlaq.16
2. Hadits Nabi Muhammad SAW
Hadis Nabi Muhammad SAW merupakan sumber penting dalam ajaran Islam
yang berisi kumpulan ucapan, tindakan, dan persetujuan dari Nabi Muhammad
SAW. Hadis Nabi Muhammad SAW mengandung konsep-konsep penting dalam
agama Islam seperti Ihsan dan Adab.17
3. Literatur Klasik
Pendidikan Islam secara historis dimulai pada zaman Rasulullah SAW. dalam
bentuk membimbing dan mendidik para sahabatnya dengan ajaran Islam yang

13
Hadiat, H., & Syamsurijal, S. (2021). Mengarusutamakan Moderasi Beragama di Kalangan
Remaja: Kajian Konseptual.
14
Ahmad Chafidut Tamam and M Yunus Abu Bakar, “Konstruksi Kurikulum Islam Dalam Perspektif
Filsafat Pendidikan Islam,” Nucl. Phys., 1959.
15
Tamam and Abu Bakar.
16
Sekolah Tinggi, Agama Islam, and Cianjur Email, “Al- Qur’an Sebagai Sumber Pendidikan Islam”
20, no. 2 (2022): 93–104.
17
Tamjidnoor Tamjidnoor, “Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadis,” Edukatif : Jurnal Ilmu
Pendidikan 4, no. 6 (2022): 7397–7402, https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i6.4093.
merupakan penjelasan dari ayat-ayat al-Qur‘an yang beliau terima dari Allah
melalui Jibril. Pasca wafatnya, pendidikan dilanjutkan oleh para Khulafa Al-
Rasyidun dengan pengembangan yang cukup signifikan, dengan ditambahnya
materi pendidikan Islam sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
masyarakat muslim saat itu. Pada masa kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah,
pendidikan Islam berkembang pesat baik materi, metode, dan tempat-tempat
pendidikan sebagai imbas semakin berkembangnya komunitas muslim menjadi
komunitas kosmopolit yang ditandai dengan maju pesatnya berbagai cabang
ilmu pengetahuan. Seperti kitab kuning yang terdiri dari berbagai karya ulama
terkemuka dalam bidang pendidikan agama Islam seperti Imam Al-Ghazali,
Imam Al-Bukhari, dan Imam Muslim.18
4. Literatur Modern
Selain literatur klasik, terdapat juga literatur modern dalam bidang pendidikan
agama Islam yang dapat dijadikan sumber belajar. Media pembelajaran
merupakan alat bantu berupa fisik maupun non fisik yang dapat digunakan guru
sebagai perantara mengajar yang memudahkan siswa untuk memahami materi
pelajaran secara efektif dan efisien. Adapun dalam pembelajaran Agama Islam
banyak dari materi pembelajarannya membutuhkan media sebagai perantara,
agar memudahkan siswa memahami dan menghindari kesalahan dalam
pemahaman ataupun dalam praktek-praktek pelaksanaan Ibadah.19
Dengan menggunakan sumber-sumber tersebut, konsep-konsep dasar dalam
pendidikan agama Islam dapat dipahami secara lebih mendalam dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan kualitas hidup dan
memperbaiki diri sebagai seorang muslim.Konsep pembelajaran dalam ajaran
Islam meliputi beberapa aspek, di antaranya adalah:
1. Konsep Tadabbur (Meditasi atau Kontemplasi). 20
Konsep tadabbur mengajarkan bahwa pembelajaran sebaiknya dilakukan dengan
meditasi atau kontemplasi. Artinya, siswa tidak hanya menghafal atau
mempelajari materi secara mekanis, tetapi juga memahami arti dan makna dari
materi yang dipelajari.
2. Konsep Tawatur (Pelaksanaan Berulang-ulang).21
Konsep tawatur mengajarkan bahwa pembelajaran sebaiknya dilakukan secara
berulang-ulang agar siswa dapat menguasai materi dengan baik. Artinya, guru
sebaiknya memberikan penjelasan atau latihan berulang-ulang terhadap materi
yang dipelajari agar siswa dapat mengingat dan memahaminya dengan baik.
3. Konsep Tazkiyah al-Nafs (Pembinaan Karakter).22
Konsep tazkiyah al-nafs mengajarkan bahwa tujuan utama dari pendidikan Islam
adalah pembinaan karakter dan moral siswa. Artinya, selain mempelajari materi
akademik, siswa juga harus dilatih untuk memiliki sikap dan perilaku yang baik.

18
Muhammedi, “Pendidikan Islam Klasik : Telaah Sosio-Historis Kurikulum Pendidikan Islam
Periode 650-1250 M,” Jurnal As-Salam 1, no. 2 (2016): 1–13,
https://jurnalassalam.org/index.php/JAS/article/view/55.
19
Afifah Najwa Azzahra et al., “TINJAUAN LITERATUR TENTANG MEDIA” 4 (2023): 1151–58.
20
Zamroni Ishaq and Ihsan Maulana Hamid, “Konsep Dan Metode Tadabbur Dalam Al-Qur’an,”
Ummul Qura: Jurnal Institut Pesantren Sunan Drajat (INSUD) Lamongan 16, no. 2 (2021): 132–41,
https://doi.org/10.55352/uq.v16i2.535.
21
Concept of Tawatur | Mustalah Al-Hadith Book - Science of Hadith (aljumuah.com)
22
Siti Mutholingah, “Metode Penyucian Jiwa (Tazkiyah Al-Nafs) Dan Implikasinya Bagi Pendidikan
Agama Islam,” Ta’Limuna 10, no. 01 (2021): 67–81, file:///C:/Users/Ahmad Maulana/Downloads/662-
1998-1-PB.pdf.
4. Konsep Ta'dib (Pembentukan Akhlak).23
Konsep ta'dib mengajarkan bahwa pendidikan Islam harus fokus pada
pembentukan akhlak yang baik pada siswa. Artinya, siswa harus dilatih untuk
memiliki akhlak yang baik, seperti jujur, sopan, dan berbudi pekerti luhur.
5. Konsep Ta'lim (Pendidikan Berbasis Pembelajaran).24
Konsep ta'lim mengajarkan bahwa pendidikan Islam sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan metode pembelajaran yang efektif dan efisien. Artinya, guru
sebaiknya menggunakan berbagai metode pembelajaran, seperti diskusi,
simulasi, dan praktikum, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran siswa.
6. Konsep Tarbiyah (Pembinaan dan Pengasuhan).25
Konsep tarbiyah mengajarkan bahwa pendidikan Islam sebaiknya dilakukan
dengan cara membangun hubungan yang positif antara guru dan siswa, dan
dengan memberikan pengasuhan dan pembinaan yang baik kepada siswa.
Artinya, pendidikan Islam tidak hanya terfokus pada materi pelajaran, tetapi juga
pada pengasuhan dan pembinaan karakter siswa.
Pada masa lalu, konsep pembelajaran dalam ajaran Islam lebih banyak didasarkan
pada pendekatan tradisional dan berpusat pada guru. Metode pengajaran yang digunakan
lebih sering berupa hafalan dan pembacaan tanpa pemahaman yang mendalam tentang
makna dari ajaran Islam tersebut. Hal ini mengakibatkan siswa hanya menjadi pasif dalam
pembelajaran dan tidak memperoleh pemahaman yang baik tentang ajaran Islam. Namun,
seiring berkembangnya zaman dan semakin luasnya akses informasi, muncul konsep
pembelajaran yang lebih modern dan berfokus pada pengembangan kemampuan siswa
dalam memahami dan mengaplikasikan konsep-konsep pembelajaran dalam kehidupan
sehari-hari. Salah satu konsep pembelajaran modern yang diterapkan dalam pendidikan
agama Islam adalah pembelajaran berbasis CTL (Contextual Teaching and Learning).26
Dalam konteks pendidikan agama Islam, pembelajaran berbasis CTL akan
menanamkan nilai-nilai dan konsep agama Islam dalam kehidupan siswa sehari-hari,
sehingga siswa dapat memahami dan menerapkan ajaran Islam dengan lebih baik. Metode
pengajaran dalam pembelajaran berbasis CTL lebih terbuka dan aktif, dengan melibatkan
siswa dalam proses pembelajaran, sehingga memungkinkan siswa untuk membangun
kreativitas dan inovasi dalam memahami dan mengaplikasikan konsep-konsep
pembelajaran dalam kehidupan mereka.27 Dengan demikian, siswa dapat mengembangkan
keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-
hari dengan berlandaskan ajaran Islam.
Pergantian materi dari konsep pembelajaran dalam ajaran Islam menjadi konsep
pembelajaran berbasis CTL merupakan sebuah perkembangan yang positif dalam dunia
pendidikan. Pembelajaran berbasis CTL memungkinkan siswa untuk mengembangkan
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam memahami dan mengaplikasikan
konsep-konsep ajaran Islam dalam kehidupan mereka. Hal ini dapat membantu siswa untuk
memahami ajaran Islam dengan lebih baik, serta mengembangkan sikap dan nilai-nilai
positif yang sesuai dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, penerapan konsep pembelajaran
23
Komaruddin Sassi, “TA’DIB AS A CONCEPT OF ISLAMIC EDUCATION PURIFICATION:
STUDY ON THE THOUGHTS OF SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS,” Journal of Malay
Islamic Studies, 2018.
24
Mila Wati, Era Fazira, and Abdul Fachruf, “HAKIKAT PENDIDIKAN ISLAM (TARBIYAH,
TA’LIM DAN TA’DIB),” Algebra : Jurnal Pendidikan, Sosial Dan Sains, 2022.
25
Wati, Fazira, and Fachruf.
26
A Kajian Teori, Model Contextual Teaching, and Learning Ctl, “BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.
Kajian Teori 1. Model,” 2009, 14–52.
27
Siti Maryam, Ilzamudin Ilzamudin, and Muhajir Muhajir, “Pengembangan Anak Cerdas Istimewa
Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam: Melibatkan Metode Contextual Teaching and
Learning,” Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah 7 (December 30, 2022): 459–77,
https://doi.org/10.25299/al-thariqah.2022.vol7(2).11430.
berbasis CTL dalam pendidikan agama Islam diharapkan dapat menghasilkan generasi
yang lebih berkualitas dan berlandaskan ajaran Islam.28

II. Bab Konsep Contextual Teaching and Learning (CTL)


Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti “hubungan,
konteks, suasana, dam keadaan (konteks)”. Adapun Contextual Teaching and Learning
(CTL) menurut Tim Penulis Depdiknas yakni Pembelajaran dengan konsep mengaitkan
antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata sehingga dapat mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan atau
pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen
utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modeling), refleksi (reflection), dan penelitian sebenarnya (authentic assesment).29 Peran
guru dalam metode kontekstual yakni membentuk strategi pembelajaran dan mengelola
kelas sehingga siswa dapat mecapai tujuannya.
Konsep Contextual Teaching and Learning (CTL) bertujuan untuk membekali
siswa dengan pengetauan yang secara fleksibel dapat diterapkan dalam suatu permasalahan
atau konteks dalam kehidupan. Pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup memiliki
tiga dimensi, yaitu: dimensi kecakapan proses, dimensi kecapakan keilmuan, dan dimensi
kecakapan pengaplikasian.30
Dimensi kecakapan proses, berorientasi pada penguasaan dan pemilikan kecakapan
proses atau keterampilan (methodological objectives). Dimensi kecakapan keilmuan,
berorientasi pada penguasaan dann pemilikan konsep dasar keilmuan (content objectives),
yang mana pembelajaran dilaksanakan dengan mengaplikasikan pembelajaran inkuiri.
Dengan pembelajaran inkuiri, siswa akan dapat menguasai kecakapan preoses dan
penguasaan keilmuan, sehingga kegiatan pembelajaran secara simultan akan diperoleh
siswa. Dimensi yang ketiga yakni kecakapan pengaplikasian, yang berrientasi pada
penguasaan dalam menerapkan konsep dasar keilmuan dalam kehidupan sehari hari (life
skills objectives). Kecakapan tersebut merupakan kemampuan aplikatif. Dengan tiga
dimensi kecapakan tersebut, siswa dapat beinteraksi, beradaptasi, berpartisispasi, dan
bertahan dalam lingkungan kehidupan yang sebenarnya.31
Adapun karakteristik pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL):32
1. Menghubungkan (relating), pembelajaran yang mengaitkan konteks pengalaman
hidup yang nyata (real life) sebelum siswa memperoleh pengetahuan.
2. Mencoba (experiencing), apabila siswa tidak memiliki pengalaman langsung
dengan konsep tersebut sehingga perlu adanya percobaan.
3. Mengaplikasikan (applying), pembelajaran dengan menerapkan konsep saat
siswa terlibat masalah dan proyek praktis.
4. Bekerja sama (cooperating), belajar dengan gotong royong, berbagi,
menanggapi, dan berkomunikasi dengan siswa lain yang mana hal ini merupakan
strategi instruksional yang paling penting dalam metode pengajaran konstekstual
5. Proses transfer pengetahuan (transferring), strategi pengajaran yang didefinisikan
sebagai penggunaan dalam sebuah kongteks baru atau situasi baru yang belum
terselesaikan dalam forum kelas.

28
Maryam, Ilzamudin, and Muhajir.
29
M Idrus Hasibuan, “Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning),” Logaritma:
Jurnal Ilmu-Ilmu Pendidikan Dan Sains 2, no. 01 (2014).
30
Ningrum, “Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).”
31
Ningrum.
32
Wahyu Susiloningsih, “Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa PGSD Pada Matakuliah Konsep IPS Dasar,” PEDAGOGIA:
Jurnal Pendidikan 5, no. 1 (2016): 57–66.
6. Penilaian auntentik (authentic assessment), pembelajaran yang mengukur,
memonitor, dan menilai semua aspek hasil belajar. Baik yang tampak sebagai
hasil akhir dari suatu proses pembelajaran maupun berupa perubahan dan
perkembanagan aktivitas dan perolehan belajar selama proses pembelajaran di
dalam maupun di luar kelas.
Selain karakteristik pembelajaran CTL, terdapat 7 komponen pembelajaran
kontekstual yaitu33:
1. Konstruktivisme (constructivism)
Konstruktivisme adalah mengembangkan pemikiran siswa untuk belajar lebih
banyak dengan cara bekerja sendiri, menemukan diri sendiri dengan membangun
pengetahuan, dan keterampilan baru sendiri. Teori inilah yang menjadi landasan
pemikiran tentang pendekatan kontekstual (ctl). Pengetahuan yang sebenarnya
bagi siswa adalah sesuatu yang dikonstruksikan sendiri oleh siswa. Maka dari
itu, pengetahuan bukan hanya sekedar kumpulan fakta, konsep, atau aturan
untuk dihafal siswa tetapi sebalinya, siswa harus merekronstruksi pengetahuan
dan kemudian memahaminya dengan pemahaman dan pengalaman yang nyata.
2. Menemukan (inquiry)
Menemukan adalah proses pembelajaran berdasarkan proses pencarian atau
penemuan melalui proses berfikir secara sistematis, yang mana proses
pemindahan dari pengamatan menjadi pemahaman sengga siswa dapat belajar
menggunakan keterampilan dalam berfikir kritis. Dalam situasi tersebut, siswa
belajar menggunakan prosedur mengenali masalah, menjawab pertanyaan,
menggunakan prosedur penelitian, dan mempersiapkan kerangka berfikir,
hipotesis, dan penjelasan yang relevan dengan pengalaman pada kehidupan
nyata.
3. Bertanya (questioning)
Bertanya merupakan pengembangan rasa ingin tahu siswa dengan proses tanay
jawab sebagai representatif dari dialog interaktif dalam proses pembelajaran.
Dengan penerapan aspek ini, pembelajaran akan menjadi lebih hidup,
memperluas, memperdalam wawasan siswa untuk tidak begitu saja menerima
gagasan atau ide secara mentah tetapi mendorong siswa untuk berfikir secara
detail dan kritis.
4. Mayarakat Belajar (learning community)
Masyarakat belajar merupakan konsep memperoleh hasil pembelajaran dari
sistem kerjasama dengan orang lain. Dalam pembelajaran siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen sehingga siswa yang memiliki
kemampuan lebih dalam pembelajaran.
5. Pemodelan (modeling)
Guna memudahkan pemahaman siswa, diperlukan model atau contoh dalam
proses pembelajaran. Model dalam hal ini dapat berupa cara mengoperasikan,
cara melempar atau menedang bola, cara melafalkan bahasa asing, atau
pemberian contoh dalam berbagai materi pembelajaran
6. Refleksi (reflection)
Refleksi adalah upaya untuk melihat, mengatur, menganalisis, mengklarifikasi,
dan mengevaluasi hal-hal yang telah dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara guru memberi pertanyaan kepada siswa tentang apa yang telah diperoleh
setelah melakukan pembelajaran, diskusi, rangkuman materi, kesan, atau pesan
siswa mengenai pembelajaran dihari tersebut.
7. Penilaian otentik (authentic assessment)

33
Hasibuan, “Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning).”
Penilaian otentik adalah proses pengumpulan data guna memberikan gambaran
tentang perkembangan belajar siswa. Dat tersebut, dapat berupa tes tertulis,
proyek, tugas siswa, performance yang terangkum dalam portofolio siswa.
Melalaui penilaian ini guru dapat mengetahui perkembangan kemampuan
belajar siswa selama proses pembelajaran.

III. Bab Penggunaan Media Audio visual dalam Pendidikan Islam


Media pembelajaran terdiri dari berbagai macam bentuk, salah satunya yakni media
audio visual. Media atau alat audiovisual adalah media “auditory” yang dapat dindengar
dan media “visual” yakni media yang dapat dilihat sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa media audio visual yakni media yang mengandung unsur gambar dan suara sehingga
melibatkan pendengaran dan penglihatan serta dapat digunakan dalam kegiatan
pembelajaran. 34 Media pembelajaran audio visual terbagi menjadi dua, yaitu 1) media
audio visual murni, seperti film, televises, dan video. 2) media audio visual tidak murni,
seperti slide, opaque ohp, serta peratalan visual lainnya, bila diberi unsur suara dari
rekaman kaset yang dimanfaatkan secara bersamaan dalam proses pembelajaran.35 Media
pembelajaran yang baik yakni media yang mampu mengaktifkan siswa dalam memberikan
tanggapan terhadap materi pembelajaran, memberi umpan balik, dan mendorong siswa
dalam melakukan praktik-praktik yang benar. 36 Berdasarkan fakta di lapangan ketika
proses pembelajaran, guru hanya menyampaikan materi melalui ceramah dan manual,
sehingga siswa kurang semangat dalam menerima materi yang diberikan. Maka dari itu,
melalui media audio visual diharapkan siswa mampu memahami pembelajaran yang
diberikan guru dengan semangat dan antusias sehingga siswa dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari hari.
Penggunaan media audio visual dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
sangat membantu guru dan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam praktiknya,
guru dapat menerapkan media ini untuk mata pelajaran agama di madrasah atau sekolah.
Adapun penggunaan media audio visual bisa diterapkan dalam mata pelajaran pendidikan
Islam seperti sejarah kebudayaan Islam, fikih, akidah akhlak, al-quran hadist, bahasa arab.
Sejarah kebudayaan Islam merupakan peristiwa masa lampau yang berupa karya, karsa,
dan kreasi umat Islam berdasarkan sumber nilai-nilai Islam. Mata pelajaran SKI di
madrasah sudah pasti membahas tentang sejarah masa lalu dalam perkembangan Islam dan
banyak siswa yang merasa kesulitan karena pembahasan berputar pada kejadian masa lalu
yang tentunya belum pernah dilihat dan dirasakan siswa. Maka dengan menggunakan
media audio visual diharapkan penyajian materi ini lebih mudah menjelaskan dan
menggambarkan materi pada siswa.37
Pada mata pelajaran fiqih guru juga dapat menerapkan pembelajaran dengan media
audio visual. Dilansir dari kanal youtube Yufid TV, dalam video yang berjudul “Cara
Rukuk yang Benar: Sikap sebelum Rukuk (Bacaan Takbir Intiqal dan Tuma’ninah)”. Video
yang berdurasi 6:34 tersebut menjelaskan tentang keutamaan tuma’ninah dalam rukuk dan
sujud serta takbir intiqal baik sebelum maupun sesudah ruku’. Video tersebut juga
memperlihatkan model yang salah dalam praktik sholatnya sehingga penonton dapat
mengetahui mana yang harus ditiru dan mana yang harus ditinggalkan.38 Begitupun dalam
pelajaran Al-quran dan Hadist serta akidah akhlak, guru dapat menggunakan berbagai situs

34
Tiara Aulia Andari et al., “Penerapan Media Audio Visual Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam,” MIDA: Jurnal Pendidikan Dasar Islam 6, no. 1 (2023): 100–107.
35
Umar Manshur and Maghfur Ramdlani, “Media Audio Visual Dalam Pembelajaran PAI,” Jurnal Al-
Murabbi 5, no. 1 (2019): 1–8.
36
Dewi Maryam et al., “Inovasi Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Melalui Media
Audiovisual,” Terampil: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar 7, no. 1 (2020): 43–50.
37
Andari et al., “Penerapan Media Audio Visual Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.”
38
Maryam et al., “Inovasi Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Melalui Media Audiovisual.”
online sebagai media pembelajaran audio visual, seperti youtube dengan berbagai alat
perantara elektronik seperti Laptop, Proyektok, LED, Handphone, Televisi. Siswa dapat
diperlihatkan dan didengarkan salah satu contoh hadist atau ayat al quran melalaui animasi
beserta asbab an-nuzul dan asbab al-wurud dari ayat Al-quran dan potongan hadist tersebut.
Begitupun dalam pembelajaran Bahasa Arab, guru dapat menampilkan animasi atau video
yang berisi mufrodat beserta arti, ataupun materi materi yang lain.
Para pendidik atau guru berperan sebagai pembimbing ketika pemutaran video
pembelajaran. Guru tidak hanya mendiamkan murid yang sedang konsentrasi
memperhatikan video pembelajaran dengan begitu saja, namun guru juga ikut memberi
komentar dan mengulas video tersebut kembali untuk mengetahui bagaimana pemahaman
siswa dari video tersebut. Selain sebagai pembimbing guru juga berperan sebagai penjelas,
seperti pada pembelajaran akidah akhlak dan SKI, meski siswa telah melihat video
pembelajaran guru tetap harus menjelaskan atau merangkum kejadian dan materi yang
telah di perhatikan siswa dari video tersebut. Begitupun dengan pelajaran Bahasa Arab,
guru dapat mengulangi mufrodat berkali-kali atau bisa menyanyikannya supaya siswa
mudah mengingat. Sebagaiman penelitian sebelumnya, yakni penelitian Amanullah
tentang pengembangan media pembelajaran Flipbook Digital yang menjadi solusi cerdas
dalam suasana belajar di dalam kelas agar suasana selama pembelajaran lebih menarik,
komunikatif, dan menunjang pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Sama
halnya dengan penelitian ini bahwa dengan berkembangnya teknologi, pengaksesan media
audio visual jauh lebih mudah dan cepat sehingga mewujudkan efektivitas belajar pada
setiap siswa .

IV. Bab Penerapan Metode Contextual Teaching and Learning dengan Media
Audiovisual dalam Perspektif Pendidikan Islam
Sejak diterapkannya kurikulum KBK (tahun 2004), guru agama telah dituntut untuk
menggunakan strategi pembelajaran konstektual dengan memperhatikan beberapa ha,
seperti: memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat memahami perbedaan
indivual tiap siswa, lebih mengaktifkan siswa dan guru, mendorong berkembangnya
kemampuan baru, dan lain- lain. Melalui metode CTL siswa menjadi lebih responsive
dalam menggunakan pengetahuan dan keterampilan di kehidupan nyata sehingga memilki
motivasi yang tinggi dalam belajar sehingga pemahaman siswa terrhadap materi pun baik.
Adapun penerapan metode ctl dengan media audiovisual dalam pendidikan islam sebagai
berikut39:
1. Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Langkah pertama yang harus dilakukan guru yakni mengobservasi suatu
fenomena, contoh:
Menyuruh siswa untuk menonton VCD, atau memutarkan video tentang
kejadian manusia, rahasia Ilahi, kehidupan di ahirat, dan sebagainya sesuai
pembelajaran islami. Serta memperlihatkan film seperti sinchan, spongebob, dan
sebaigainya. Supaya murid dapat membedakan mana perilaku yang patut
dicontoh dan mana yang tidak.
Menyuruh siswa berpuasa di hari senin kamis atau membayar zakat, sholat
berjamaah, bersedekah.
Langkah kedua yakni memnyuruh siswa untuk mencatat poin poin
permasalahan. Setelah menonton video atau film siswa diharuskan mencatat
twntang pengalaman yang pernah mereka alamai, dengan diskusi bersama teman
kelompok

39
Muhammad Iwan Abdi, “Contextual Teaching and Learning (CTL) Dalam Pembelajaran PAI,”
Dinamika Ilmu 11, no. 1 (2011).
Langkah ketiga guru mendorong siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan
masalah yang ada
Langkah keempat guru diharapkan mampu untuk memotivasi siswa agar mereka
berani bertanya, membuktikan asumsi dan mendengarkan pendapat yang
berbeda dengan mereka.
2. Memanfaatkan Lingkungan Siswa untuk Memperoleh Pengalaman Belajar
Guru memberikantugas kepada siswa untuk melakukan kegiatan yang
berhubungan dengan konteks lingkungan siswa seperti di sekolah, keluarga,
masyarakat dengan mengidentifikasi akhlak terpuji dan tercela disekitarnya,
sehingga diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman belajar langsung
tentang materi yang mereka dapat
3. Memberikan Aktivitas kelompok
Dalam proses pembelajaran, guru diharapkan membentuk kelompok-kelompok
belajar secara heterogen. Dengan pembelajaran kelompok diharapkan dapat
memperluas perspektif bagi siwa dan dapat membangun kecakapan
interpersonal untuk berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain.
4. Membuat Aktivitas Belajar Mandiri
Melalui aktivitas ini diharapkan mampu mencari, menganalisis dan
menggunakan informasi sendiri tanpa bantuan guru. Supaya dapat
melakukannya, siswa harus lebih memperhatikan bagaimana mereka
memperoleh informasi, meneraokan strategi pemecahan masalah, dan
menggunakan pengetahuan yang telah mereka dapatkan.
5. Menyusun Refleksi
Ketika pembelajaran berakhir ssiwa merenungkan kembali pengalaman atau
tugas yang telah mereka kerjakan supaya mendapat pelajaran atau hikmah dari
pengalaman tersebut, misalnya tentang sholat jama’ah, akhlak terpuji dan
tercela, meneladani sifat Nabi, dan sebagainya. Jadi, inti dari refleksi diakhir sesi
materi adalah bagaimana seorang guru dapat memberikan sentuhan-sentuhan
afeksi yang dapat menggugah kesadaran siswa.

V. Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Model Kontekstual


Teaching and Learning (Ctl) Melalui Media Audio Visual dalam Perspektif
Pendidikan Islam
Aplikasi metode Contextual Teaching Learning (CTL) dikembangkan untuk
meningkatkan kinerja kelas, yaitu kelas yang hidup dan menghasilkan output yang bermutu
tinggi. Pada saat ini, proses pembelajaran masih didominasi pada pendidik sebagai sumber
utama pengetahuan dan ceramah sebagai pilihan utama metode pembelajarannya.
Diperlukan suatu usaha pembelajaran dari guru dengan metode yang lebih memberdayakan
murid, hal ini akan berakibat pada suasana kelas, artinya suasana kelas akan sungguh hidup,
menyenangkan, tidak tertekan, dan menyemangati peserta didik untuk senang belajar.
Salah satu alternatif yang telah dikembangkan oleh para pakar pendidikan adalah dengan
melaksanakan aplikasi metode CTL yang menyajikan suatu konsep mengaitkan materi
pelajaran yang dipelajari dengan konteks dimana materi tersebut digunakan.
Jadi, metode ini mendorong siswa menkonstruksikan sendiri pengetahuan dalam
benak mereka sendiri, dengan melalui sejumlah proses-proses pembelajaran yang benar
dan terarah, sehingga akan meningkatkan kualitas dirinya. Karena belajar bukan hanya
sekedar penguasaan bahan, tetapi terjadinya perubahan tingkah laku anak sehingga
terbentuk suatu kepribadian yang baik.
Pendidik mempunyai peranan secara optimal sebagaimana halnya dengan murid.
Perbedaan hanya terletak pada dominasi dan aktifitas di kelas berdasarkan peranan masing-
masing atau perlakuan terhadap materi pembelajaran. Pendidik harus mampu menciptakan
dan mendesain lingkungan belajar dengan memadukan berbagai pengalaman di sekitar
lingkungannya baik sosial, budaya, lingkungan fisik dan psikologis dalam rangka
mencapai tujuan pembelajarannya.
Beberapa penelitian yang dilakukan terkait penerapan model Contextual Teaching
and Learning (CTL) dalam pembelajaran juga menguatkan hasil proses konstruksi
pengetahuan dan keterampilan mandiri tersebut. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
Ana Kunaifah yang menjelaskan tentang keefektifan model Contextual Teaching and
Learning dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dalam mata
pelajaran matematika. dari artikel penelitian tersebut diterapkannya model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning dalam pembelajaran Bahasa Arab bagi siswa kelas X
MA Darunnaiem Pesse Soppeng merupakan hal positif yang juga berdampak positif bagi
para siswa. Namun penggunaan model ini tentu memiliki faktor -faktor pendukung dan
juga penghambat proses penerapannya, diantaranya:
Faktor Pendukung
Berdasarkan hasil wawancara dengan adanya dua faktor utama pendukung
penerapan model ini, yaitu:
1) Besarnya minat guru dalam menghadirkan pembelajaran yang interaktif,
menarik, dan inovatif. Pembelajaran Bahasa Arab yang selama ini terjadi di MA
Darunnaiem Pesse Soppeng berlangsung secara tidak menarik dan
membosankan. Hadirnya penerapan model pembelaj aran tertentu seperti model
CTL ini adalah salah satu bentuk usaha guru yang selalu ingin menghadirkan
pembelajaran yang interaktif, menarik, dan menyenangkan bagi siswa.
2) Antusiasme tinggi para siswa. Adanya model pembelajaran baru yang diterapkan
saat belajar tentu melahirkan motivasi dan semangat lebih bagi para siswa.
Terlebih lagi dengan dilibatkannnya mereka dalam proses konstruksi ilmu
pengetahuan membuat mereka secara sadar menggali informasi untuk diri
mereka sendiri, sehingga pro ses belajar yang mereka alami akan jauh lebih
bermakna.
Upaya tersebut dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa
mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu:
1. Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar
kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara
lebih mandiri.
2. Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar.
3. Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media
pembelajaran.
4. Memudahkan guru mengadakan penilaian.40

40
Jurnal Ilmiah, Prodi Pendidikan, and Agama Islam, “AT - TA ’ DIB,” Jurnal Ilmiah Prodi Pendidikan
Agama Islam 6, no. 1 (2014): 1–111.
Faktor Penghambat
Adapun terkait faktor penghambatnya yaitu:
 Kurangnya alokasi waktu jam pelajaran Bahasa Arab Telah menjadi rahasia umum
bahwa alokasi jam belajar Bahasa Arab di tingkat MA itu tidak banyak, sehingga
pembelajaran Bahasa Arab tidak akan maksimal dengan jumlah jam pelajaran yang
sedikit.
 Tidak meratanya kemampuan Bahasa Arab siswa
Hal ini menjadi salah satu penghambat penerapan model CTL ini, terlebih lagi pada
saat pembagian kelompok dan proses mencari dan mengidentifikasi kosakata
Bahasa Arab benda-benda yang ada di ruangan tertentu y ang menjadi tugas tiap
kelompok. Hal ini sendiri juga diakui oleh bebeapa orang siswa seperti Feri Afandi
dan Uswatun Hasanah yang kesulitan dalam menyebutkan nama benda-benda yang
ada dalam Bahasa Arab, dikarenakan merupakan alumni SMP yang belum pernah
b elajar Bahasa Arab sebelumnya hingga hanya memiiliki sedikit pengetahuan
tentang itu.
 Kurangnya sumber belajar yang dimiliki siswa.
Model pembelajaran CTL ini merupakan model yang menuntut siswa untuk belajar
secara mandiri. Saat mereka melakukan observasi yang menjadi salah satu langkah
penerapan model ini, mereka dituntut untuk dapat menyebutkan nama benda -benda
yang ada dalam Bahasa Arab. Kurangnya sumber belajar yang dimiliki oleh siswa
seperti kamus, baik yg berbentuk buku maupun aplikasi, menjadi salah satu faktor
penghambat proses penerapan model ini.
Dalam rangka mengatasi permasalahan yang ada saat penerapan model Contextual
Teaching and Learning ini, setidaknya ada beberapa solusi yang dapat mengatasi
permasalahan -permasalahan tersebut, yaitu:
 Para guru dituntut untuk senantiasa belajar dan memperkuat kompetensi dirinya
dalam menyampaikan materi.
 Guru diharapkan mampu mengatur dan mengefisienkan durasi waktu belajar yang
ada.
 Guru diharapkan memiliki kemampuan manajemen kelas yang baik, hingga
kegaduhan yang timbul dari proses belajar mampu diatasi dan dikendalikan.
 Pembagian kelompok yang merata, yaitu dengan mengisi tiap kelompok siswa
secara heterogen, terdiri dari siswa yang memiliki latar belakang Bahasa Arab yang
baik dan siswa yang kurang memiliki dasar Bahasa Arab. Diharapkan siswa yang
memiliki dasar Bahasa Arab dapat membantu teman-temannya yang kurang
memiliki pengetahuan Bahasa Arab, sehingga ia dapat menjadi tutor sebaya bagi
teman-temannya.41

VI. Tantangan dalam penerapan CTL melalui media audio visual dalam
perspektif pendidikan Islam
A. Adapun kendala dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL
yaitu:
(1) guru kurang optimal dalam memberikan bimbingan pada siswa dalam
kegiatan diskusi,

41
Ahmad Munawwir, “Problematika Penerapan Model Kontekstual Teaching and Learning ( Ctl ) Pada
Pembelajaran Bahasa Arab Siswa Kelas X Ma Darunnaiem Pesse , Soppeng” 10, no. 4 (2022): 473–80.
(2) waktu pembelajaran yang digunakan guru tidak efektif,
(3) siswa sulit membuat kesimpulan materi pembelajaran pada saat kegiatan
diskusi
(4) siswa kurang percaya diri dalam mempresentasikan hasil diskusinya di
kehidupan sehari-hari siswa.

B. Solusi yang dilakukan oleh peneliti (guru) yaitu:


(1) Guru akan memberikan bimbingan secara menyeluruh kepada siswa dalam
kegiatan diskusi
(2) Guru berperan sebagai fasilitator saja sehingga keaktifan dan pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran selama proses pembelajaran akan tampak,
(3) Model pembelajaran CTL sebaiknya digunakan pada materi pembelajaran lain
dalam matematika, serta dapat digunakan pada pelajaran lainnya selain
matematika,
(4) Siswa mampu mengaplikasikan pengalaman belajarnya khususnya tentang
operasi pecahan dalam kehidupan seharihari,
(5) Siswa harus lebih aktif, kreatif, jujur, disiplin dan meningkatkan keberanian
menyampaikan ide atau pendapat dalam proses pembelajaran untuk menambah
pengetahuan, dan meningkatkan pemahaman materi pembelajaran,
(6) Lembaga sebaiknya meningkatkan kualitas tenaga pendidiknya dengan
mengadakan pelatihan bagi guru agar dapat menerapkan model pembelajaran
CTLdengan tepat,
(7) Lengkapi sarana dan prasarana dalam mendukung penerapan model
pembelajaran CTL,
(8) Dalam menerapkan model pembelajaran CTL, sesuaikan dengan komponen
pembelajaran CTL,
(9) Peneliti hendaknya lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan pembelajaran
yang berkualitas dan dapat memberikan sumbangan ilmu yang lebih inovatif
dalam pendidikan.depan kelas.

C. Solusi yang dilakukan oleh peneliti (guru) yaitu:


(1) Guru akan memberikan bimbingan secara menyeluruh kepada siswa dalam
kegiatan diskusi,
(2) Guru lebih berusaha mengendalikan siswa dengan lebih banyak memberikan
umpan balik, agar waktu pembelajaran tidak terbuang sia-sia,
(3) Guru akan menerangkan pada setiap kelompok membuat kesimpulan materi
pembelajaran berdasarkan peragaan,
(4) Guru memberi contoh pada siswa cara mempresentasikan hasil diskusi di depan
kelas.

D. Saran yang dapat diberikan oleh peneliti antara lain:


(1) Penyediaan berbagai sumber dan media pembelajaran yang variatif dan mudah
ditemui dalam kehidupan sehari-hari siswa,
(2) guru berperan sebagai fasilitator saja sehingga keaktifan dan pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran selama proses pembelajaran akan tampak,
(3) model pembelajaran CTL sebaiknya digunakan pada materi pembelajaran lain
dalam matematika, serta dapat digunakan pada pelajaran lainnya selain
matematika,
(4) Siswa mampu mengaplikasikan pengalaman belajarnya khususnya tentang
operasi pecahan dalam kehidupan seharihari,
(5) Siswa harus lebih aktif, kreatif, jujur, disiplin dan meningkatkan keberanian
menyampaikan ide atau pendapat dalam proses pembelajaran untuk menambah
pengetahuan, dan meningkatkan pemahaman materi pembelajaran,
(6) Lembaga sebaiknya meningkatkan kualitas tenaga pendidiknya dengan
mengadakan pelatihan bagi guru agar dapat menerapkan model pembelajaran
CTLdengan tepat,
(7) Lengkapi sarana dan prasarana dalam mendukung penerapan model
pembelajaran CTL,
(8) Dalam menerapkan model pembelajaran CTL, sesuaikan dengan komponen
pembelajaran CTL,
(9) Peneliti hendaknya lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan pembelajaran
yang berkualitas dan dapat memberikan sumbangan ilmu yang lebih inovatif
dalam pendidikan.

E. Kendala yang dialami pada saat menerapkan model pembelajaran CTL dapat
diatasi dengan beberapa solusi antara lain:
(1) guru akan memberikan bimbingan secara menyeluruh kepada siswa dalam
kegiatan diskusi,
(2) guru lebih berusaha mengendalikan siswa dengan lebih banyak memberikan
umpan balik, agar waktu pembelajaran tidak terbuang sia-sia,
(3) guru akan menerangkan pada setiap kelompok membuat kesimpulan materi
pembelajaran berdasarkan peragaan,
(4) guru memberi contoh pada siswa cara mempresentasikan hasil diskusi di depan
kelas

Simpulan
Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui Media Audio Visual
dalam Perspektif Pendidikan Agama Islam adalah sebuah metode pembelajaran yang
memadukan konteks nyata dengan pembelajaran agar siswa dapat memahami dan
menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari. CTL mengacu pada
penggunaan pendekatan kontekstual dan pembelajaran yang relevan dengan kehidupan
nyata siswa. Salah satu cara untuk menerapkan CTL adalah melalui penggunaan media
audio visual, seperti video, audio, dan gambar.
Dalam perspektif pendidikan agama Islam, penggunaan CTL melalui media audio
visual dapat membantu siswa memahami konsep-konsep agama dengan cara yang lebih
mudah dan menarik. Selain itu, penggunaan media audio visual juga dapat membantu siswa
memperoleh pengalaman pembelajaran yang berbeda dengan cara yang lebih menarik dan
menyenangkan.
Dalam penerapan CTL melalui media audio visual, penting bagi guru untuk
memilih media yang sesuai dengan tema yang diajarkan. Media harus memuat konten yang
sesuai dengan pendidikan agama Islam dan juga harus dapat menarik perhatian siswa.
Selain itu, guru juga harus dapat mengintegrasikan pembelajaran dengan kehidupan sehari-
hari siswa, sehingga siswa dapat melihat hubungan antara pembelajaran dengan kehidupan
mereka.
Dalam kesimpulan, penerapan CTL melalui media audio visual dapat membantu
meningkatkan pemahaman siswa dalam pendidikan agama Islam. Penggunaan media yang
tepat dan pengintegrasian pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa adalah kunci
keberhasilan dalam penerapan CTL. Oleh karena itu, guru harus mengembangkan
kreativitas dalam penggunaan media audio visual dan memperhatikan konten yang
disampaikan agar dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih aktif dan lebih produktif
dalam pembelajaran agama Islam.

Daftar Rujukan
Abdi, Muhammad Iwan. “Contextual Teaching and Learning (CTL) Dalam
Pembelajaran PAI.” Dinamika Ilmu 11, no. 1 (2011).
Afiat, Daruli, and Islam Riau. “Penerapan Metode Ceramah Dengan Media Audio
Visual Untuk Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan Agama Islam
Implementation Lecture Method With Audio Visual Media to Improve Interest in
Learning Islamic Religion Education.” JKIP : Jurnal Kajian Ilmu Pendidikan 1,
no. 1 (n.d.): 42–50.
Andari, Tiara Aulia, Maisaroh Ritonga, Annisa Rahmi, Lisa Azliani Hasibuan, and
Mahya Sarah Pane. “Penerapan Media Audio Visual Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.” MIDA: Jurnal Pendidikan Dasar Islam 6, no. 1
(2023): 100–107.
Azzahra, Afifah Najwa, Ahyu Manja, Putri Handayani Syam, Universitas
Muhammadiyah, Sumatera Utara, Agama Islam, and Pendidikan Agama.
“TINJAUAN LITERATUR TENTANG MEDIA” 4 (2023): 1151–58.
Gabriela, Novika Dian Pancasari. “Pengaruh Media Pembelajaran Berbasi Audio
Visual Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Sekolah Dasar.” Mahaguru: Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2, no. 1 (2021): 104–13.
https://doi.org/10.33487/mgr.v2i1.1750.
Hasibuan, M Idrus. “Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning).”
Logaritma: Jurnal Ilmu-Ilmu Pendidikan Dan Sains 2, no. 01 (2014).
Ilmiah, Jurnal, Prodi Pendidikan, and Agama Islam. “AT - TA ’ DIB.” Jurnal Ilmiah
Prodi Pendidikan Agama Islam 6, no. 1 (2014): 1–111.
Ishaq, Zamroni, and Ihsan Maulana Hamid. “Konsep Dan Metode Tadabbur Dalam
Al-Qur’an.” Ummul Qura: Jurnal Institut Pesantren Sunan Drajat (INSUD)
Lamongan 16, no. 2 (2021): 132–41. https://doi.org/10.55352/uq.v16i2.535.
Manshur, Umar, and Maghfur Ramdlani. “Media Audio Visual Dalam Pembelajaran
PAI.” Jurnal Al-Murabbi 5, no. 1 (2019): 1–8.
Maryam, Dewi, Fia Febiola, Sari Dian Agami, and Ulya Fawaida. “Inovasi Media
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Melalui Media Audiovisual.” Terampil:
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar 7, no. 1 (2020): 43–50.
Maryam, Siti, Ilzamudin Ilzamudin, and Muhajir Muhajir. “Pengembangan Anak
Cerdas Istimewa Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam: Melibatkan
Metode Contextual Teaching and Learning.” Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-
Thariqah 7 (December 30, 2022): 459–77. https://doi.org/10.25299/al-
thariqah.2022.vol7(2).11430.
Muhammedi. “Pendidikan Islam Klasik : Telaah Sosio-Historis Kurikulum
Pendidikan Islam Periode 650-1250 M.” Jurnal As-Salam 1, no. 2 (2016): 1–13.
https://jurnal-assalam.org/index.php/JAS/article/view/55.
Munawwir, Ahmad. “Problematika Penerapan Model Kontekstual Teaching and
Learning ( Ctl ) Pada Pembelajaran Bahasa Arab Siswa Kelas X Ma Darunnaiem
Pesse , Soppeng” 10, no. 4 (2022): 473–80.
Mutholingah, Siti. “Metode Penyucian Jiwa (Tazkiyah Al-Nafs) Dan Implikasinya
Bagi Pendidikan Agama Islam.” Ta’Limuna 10, no. 01 (2021): 67–81.
file:///C:/Users/Ahmad Maulana/Downloads/662-1998-1-PB.pdf.
Ningrum, Epon. “Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).” In
Makalah Yang Diseminarkan Pada Kegiatan Pelatihan Dan Workshop Model-
Model Pembelajaran Dalam Persiapan RSBI. Karawang, 2009.
Rosantiana NM. “Penerapan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII Pada Pembelajaran PKn Di SMP Muhammadiyah 4 Semarang.”
Penerapan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas
VII Pada Pembelajaran PKn Di SMP Muhammadiyah 4 Semarang. 1, no. 2
(2016): 1–58.
Sassi, Komaruddin. “TA’DIB AS A CONCEPT OF ISLAMIC EDUCATION
PURIFICATION: STUDY ON THE THOUGHTS OF SYED MUHAMMAD
NAQUIB AL-ATTAS.” Journal of Malay Islamic Studies, 2018.
Susiloningsih, Wahyu. “Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and
Learning) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa PGSD Pada
Matakuliah Konsep IPS Dasar.” PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan 5, no. 1
(2016): 57–66.
Tamam, Ahmad Chafidut, and M Yunus Abu Bakar. “Konstruksi Kurikulum Islam
Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam.” Nucl. Phys., 1959.
Tamjidnoor, Tamjidnoor. “Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadis.” Edukatif :
Jurnal Ilmu Pendidikan 4, no. 6 (2022): 7397–7402.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i6.4093.
Teori, A Kajian, Model Contextual Teaching, and Learning Ctl. “BAB II TINJAUAN
PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model,” 2009, 14–52.
Tinggi, Sekolah, Agama Islam, and Cianjur Email. “Al- Qur’an Sebagai Sumber
Pendidikan Islam” 20, no. 2 (2022): 93–104.
Ulil Ilmi, Munaya, and Muh Alif Kurniawan. “Efektivitas Media Audio Visual Dalam
Pembelajaran PAI Daring Di MTs Negeri 9 Yogyakarta.” IQRO: Journal of
Islamic Education Desember-2021 4, no. 2 (2021): 2622–3201.
http://ejournal.iainpalopo.ac.id/index.php/iqro/article/view/1997%0Ahttp://ejou
rnal.iainpalopo.ac.id/index.php/iqro.
Utomo, Khoirul Budi. “Strategi Dan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
MI.” MODELING:Jurnal Program Studi PGMI 5, no. 2 (2018): 145–56.
http://jurnal.stitnualhikmah.ac.id/index.php/modeling/article/view/331.
Wati, Mila, Era Fazira, and Abdul Fachruf. “HAKIKAT PENDIDIKAN ISLAM
(TARBIYAH, TA’LIM DAN TA’DIB).” Algebra : Jurnal Pendidikan, Sosial
Dan Sains, 2022.

You might also like