1888 3709 1 SM

You might also like

You are on page 1of 19

ANALISIS KETERKAITAN INKLUSI KEUANGAN TERHADAP

PERILAKU KEUANGAN PERSONAL MASYARAKAT


DI WILAYAH KOTA DAN KABUPATEN PROVINSI JAWA TIMUR

Moh. Agung Setiawan


Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 165 Malang
mohagungs@gmail.com
Abstract: The aims of this research are to determine the condition of financial inclusion
in the cities and regencies in East Java province, moreover to examine and analyze the
influence of index of financial inclusion on personal financial behavior. Index of
financial inclusion is measured through indicators of banking penetration, accessibility
of banking, and the usage of bank account. Personal financial behavior is measured by
using several indicators, namely budget creating, funding (financial resources), budget
allocations, expenditures, and evaluation of money usage. This type of research is
explanatory with a quantitative approach. Population data in this research are 38
cities/regencies in East Java province. The sample used are 31 cities/regencies consist
of 9 cities and 22 regencies were taken using stratified random sampling technique. The
analytical method used is the analysis of the index of financial inclusion and simple
linear regression analysis. The result of this research showed that the index of financial
inclusion of each city and district in East Java province is different. The majority of
cities have a high index of financial inclusion while the regencies have a low index of
financial inclusion. The result also prove that the index of financial inclusion has
significant positive impact on personal financial behavior.
Keywords: Access of Financial Services, Index of Financial Inclusion, Financial
Inclusion, Personal Financial Behavior

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi inklusi keuangan pada kota
dan kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Timur serta untuk menguji dan menganalisis
pengaruh indeks inklusi keuangan terhadap perilaku keuangan personal. Indeks inklusi
keuangan diukur melalui indikator penetrasi perbankan, aksesibilitas perbankan, dan
pengunaan rekening. Perilaku keuangan personal diukur menggunakan beberapa
indikator, yaitu membuat anggaran, pendanaan (sumber daya finansial), alokasi
anggaran, pengeluaran, dan evaluasi penggunaan uang. Jenis penelitian yang digunakan
adalah eksplanatori dengan pendekatan kuantitatif. Populasi yang ada adalah 38
kota/kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Timur. Sampel yang digunakan adalah 31
kota/kabupaten yang terdiri atas 9 kota dan 22 kabupaten diambil menggunakan teknik
stratified random sampling. Metode analisis yang digunakan adalah analisis indeks
inklusi keuangan dan analisis regresi linier sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa indeks inklusi keuangan masing-masing kota dan kabupaten di Provinsi Jawa
Timur berbeda-beda. Seluruh wilayah kota mayoritas memiliki indeks inklusi keuangan
yang tinggi, sedangkan wilayah kabupaten memiliki indeks inklusi keuangan yang
rendah. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa indeks inklusi keuangan
berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku keuangan personal.
Kata Kunci: Akses Jasa Keuangan, Indeks Inklusi Keuangan, Inklusi Keuangan,
Perilaku Keuangan Personal

1
PENDAHULUAN Malaysia, dan Thailand. Di Malaysia,
Indonesia merupakan negara dengan tingkat literasi keuangan masyarakatnya
pertumbuhan ekonomi tinggi, bahkan mencapai 66%, Singapura mencapai 98%,
pernah mendapat apresiasi yang besar sedangkan Thailand mencapai angka
dari dunia internasional menduduki 73%, sementara Indonesia masih pada
peringkat 3 sebagai negara yang tahan angka 28%. Salah satu faktor penyebab
krisis moneter 2008 dengan tingkat rendahnya literasi keuangan tersebut
pertumbuhan ekonomi sebesar 6,1%. adalah kondisi geografis Indonesia yang
Ironisnya pertumbuhan ekonomi tinggi pada umumya sekitar 60% berada pada
tersebut tidak berdampak baik ke seluruh daerah pedesaan (Dewi, 2014). Data hasil
lapisan masyarakat Indonesia, khususnya survei Bank Dunia yang dikutip Agus
masyarakat kecil. Menurut Biro Analisa (2014) menunjukkan bahwa daerah yang
Anggaran dan Pelaksanaan APBN terletak di daerah pedesaan cenderung
(2014:1) pertumbuhan ekonomi yang lebih sulit mengakses jasa keuangan di
berkualitas adalah pertumbuhan yang lembaga keuangan formal seperti bank,
menciptakan pengentasan kemiskinan, berbeda dengan wilayah perkotaan yang
memperluas kesempatan kerja, dan cenderung lebih cepat dalam mengakses.
pemerataan pendapatan. Namun Berdasarkan kondisi tersebut dapat
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang disimpulkan bahwa mengakses layanan
tinggi ini justru diikuti dengan jasa keuangan pada daerah terpencil
meningkatnya kondisi pengangguran dan memang tidak mudah, sehingga banyak
kemiskinan (Macroeconomic Dashboard, dari masyarakatnya masuk dalam kategori
2014). Indeks koefisien gini Indonesia unbanked people. Masyarakat dalam
juga justru memburuk dari tahun ke kategori tersebut adalah masyarakat yang
tahun, bahkan hingga akhir 2013 memiliki financial literacy yang rendah,
mencapai 4,1% (Bank Dunia, 2014). sehingga perilaku keuangan personalnya
Kondisi ini menunjukkan bahwa juga tidak baik. Dampak dari hal tersebut
kesejahteraan masyarakat Indonesia mengakibatkan masyarakat tidak
khususnya dalam hal ekonomi masih mengenal produk perbankan.
rendah. Salah satu penyebabya adalah Untuk mengatasi keterbatasan akses
tingkat literasi keuangan masyarakat layanan jasa keuangan tersebut, maka
Indonesia yang sangat rendah. Padahal muncul suatu program perluasan akses
menurut Ketua Dewan Komisioner OJK layanan keuangan yang disebut dengan
Muliaman Hadad dalam Wibowo (2014) inklusi keuangan. Program ini berupaya
literasi keuangan yang baik berarti untuk memperluas akses layanan jasa
menciptakan masyarakat yang memiliki keuangan terhadap masyarakat secara
kemampuan keuangan, sehingga dapat luas dan menyeluruh dengan tujuan
melengkapi individu dengan keterampilan pembangunan ekonomi dan pengentasan
praktis yang memungkinkan mereka kemiskinan. Di dalam pembangunan
untuk mengelola dana, meminimalkan ekonomi Indonesia, perbankan memiliki
risiko, dan meningkatkan kesejahteraan. peran yang besar untuk menjadi motor
Menurut Anggota Dewan penggerak kegiatan inklusi keuangan,
Komisioner Bidang Edukasi dan mengingat perbankan Indonesia memiliki
Perlindungan Konsumen OJK share kegiatan keuangan sampai dengan
Kusumaningtuti Soetiono dalam Dewi 80% (Bank Indonesia, 2014:6). Didukung
(2014) tingkat literasi keuangan pernyataan Chakravarty dan Pal (2010:1)
masyarakat Indonesia masih rendah yang justru mendefinisikan inklusi
dibandingkan dengan Singapura, keuangan adalah selayaknya inklusi

2
perbankan. Maka dari itu, diwujudkannya inklusi keuangan akan mampu
program inklusi keuangan sebagai upaya mempengaruhi perilaku keuangan
perluasan akses jasa keuangan ini personal masyarakat. Perilaku keuangan
seharusnya mampu memperluas personal ini didefinisikan oleh Nababan
kesempatan masyarakat dalam menyentuh dan Isfenti (2013:5) adalah sikap dan tata
produk-produk perbankan, sehingga dapat cara seseorang memperlakukan,
berdampak pada perilaku keuangan mengelola, dan menggunakan sumber
personal masyarakat yang lebih baik. daya keuangan yang ada padanya.
Sarma (2012:14-17) di dalam Ardiani (2011:120) menjelaskan lebih
penelitiannya telah mengembangkan alat detail lagi tentang mengelola keuangan,
ukur untuk mengetahui tingkat inklusi yaitu proses yang dimulai dari
keuangan suatu wilayah dengan merencanakan, melaksanakan dengan
merumuskan indeks inklusi keuangan. disiplin, dan melakukan evaluasi atau
Perumusan indeks ini memang didasarkan revisi jika diperlukan. Maka dari itu, di
pada indikator perbankan, antara lain: dalam mengelola keuangan personal
indikator penetrasi perbankan, indikator diperlukan peran industri perbankan
aksesibilitas jasa keuangan (perbankan), sebagai salah satu roda penggerak dalam
dan indikator usage (penggunaan) aktivitas perekonomian sehari-hari
rekening di masyarakat. Indikator termasuk untuk aktivitas keuangan pada
penetrasi perbankan menjelaskan tentang lingkup rumah tangga, seperti untuk
sejauh mana masyarakat telah memiliki memperoleh alternatif sumber daya
nomor rekening di perbankan. Hal ini keuangan karena kekurangan finansial
dapat menunjukkan financial awareness atau untuk tujuan aktivitas produktif
(kesadaran keuangan) pada masyarakat seperti keperluan modal usaha. Selain itu
untuk memanfaatkan produk perbankan. juga untuk dimanfaatkan oleh masyarakat
Indikator aksesibilitas perbankan melalui produk tabungan dengan tujuan
menjelaskan tentang sejauh mana industri mendapatkan tingkat pengembalian
perbankan mampu menjangkau tertentu. Aktivitas seperti ini secara tidak
masyarakat yang ada di sekitar wilayah langsung telah memberi pelajaran bagi
tersebut. Apabila indsutri perbankan masyarakat untuk memiliki perilaku
mampu diakses dengan mudah oleh keuangan personal yang baik dan dapat
masyarakat secara luas, maka masyarakat mengelola keuangan secara cerdas
akan mudah untuk mengenal dan sehingga dapat meningkatkan
memanfaatkan produk perbankan, kesejahteraan.
sehingga jelas hal ini dapat berdampak Pernyataan terkait pengaruh inklusi
pada perilaku keuangan personal keuangan terhadap perilaku keuangan
masyarakat tersebut. Untuk indikator personal didukung oleh pernyataan Allen
usage (penggunaan) rekening ini et al. (2012:34) yang menjelaskan bahwa
menjelaskan tentang sejauh mana inklusi keuangan dapat membawa banyak
masyarakat mampu menggunakan manfaat kesejahteraan untuk individu.
produk-produk perbankan dalam aktivitas Pemerintah yang memiliki kebijakan
perekonomian. Hal ini dapat menjelaskan untuk mengembangkan inklusi keuangan
perilaku masyarakat dalam mengelola dapat meningkatkan persepsi orang yang
finansial di dalam kehidupan sehari-hari merasa bahwa jasa keuangan (perbankan)
melalui produk-produk perbankan ada dalam jangkauan mereka.
tersebut. Rakhmindyarto dan Syaifullah (2014:1)
Pemaparan indeks inklusi keuangan juga mengatakan bahwa sistem keuangan
di atas dapat menjelaskan bahwa tingkat yang inklusif akan mampu

3
memberdayakan individu untuk mampu keuangan seperti perbankan sehingga
mengakses layanan keuangan seperti mereka mampu memanfaatkan produk -
tabungan, kredit, asuransi, dana pensiun, produk perbankan untuk mengelola
dan fasilitas pembayaran, sehingga sangat kondisi keuangannya dengan tujuan
membantu masyarakat khususnya mencapai hidup yang lebih sejahtera.
kelompok berpendapatan rendah untuk Maka dari itu, dengan kata lain dapat
meningkatkan pendapatannya, disimpulkan bahwa indeks inklusi
mengakumulasikan kekayaannya, dan keuangan memiliki pengaruh terhadap
mengelola risiko, serta upaya untuk perilaku keuangan personal.
keluar dari kemiskinan. Ditambahkan Jawa Timur merupakan salah satu
oleh Agrawal (2008:1) yang mengatakan provinsi di Indonesia dengan luas wilayah
bahwa inklusi keuangan ini adalah suatu dan jumlah penduduk yang besar.
proses untuk menjamin masyarakat dalam Bahkan, Jawa Timur adalah provinsi
mengakses layanan jasa keuangan secara dengan jumlah penduduk terbesar kedua
menyeluruh seperti tabungan, pinjaman, terbesar di Indonesia. Jawa Timur
asuransi, pembayaran, dan lain-lain. memiliki luas wilayah mencapai
2
Pada penelitian Bintan (2013:18) 47.799,75 km dengan jumlah penduduk
juga mengatakan bahwa semakin inklusif sebesar 37.269.885 jiwa yang terbagi
sistem keuangan suatu wilayah, maka dalam 9 kota dan 29 kabupaten
wilayah tersebut telah berhasil (Kemendagri, 2013). Dilihat dari
mengurangi atau menghapus hambatan- topografinya, Provinsi Jawa Timur
hambatan dalam mengakses jasa dibedakan menjadi tiga dataran, yaitu:
keuangan, seperti pengetahuan keuangan tinggi, sedang, dan rendah. Dataran tinggi
yang kurang, kondisi geografis, dengan ketinggian di atas 100 meter di
kurangnya informasi dan pengetahuan atas permukaan laut, dataran sedang
terkait perbankan, kendala administrasi, dengan ketinggian antara 45 - 100 meter
dan persepsi yang tidak baik terhadap di atas permukaan laut, dan dataran
lembaga keuangan. Pernyataan tersebut rendah dengan ketinggian rata-rata 45
dilengkapi dengan pernyataan Prof. meter di atas permukaan laut
Ahmad Erani Yustika dalam Musahadah (jatim.bps.go.id). Beberapa wilayah kota
(2014) yang menyampaikan bahwa dan kabupatennya berada pada area
permasalahan terkait keuangan khususnya pegunungan dan lautan. Hal ini
pada cara mengelola keuangan setidaknya membuktikan bahwa kondisi geografis
disebabkan oleh beberapa hal, seperti kota dan kabupaten di Provinsi Jawa
persepsi terhadap lembaga keuangan dan Timur berbeda-beda satu sama lain. Maka
sulitnya akses jasa keuangan. Kapoor et dari itu, kondisi geografis yang berbeda-
al. (2007:14-15) juga menyatakan bahwa beda pada kota dan kabupaten di wilayah
keberadaan financial institution (lembaga Provinsi Jawa Timur ini jelas akan
keuangan) seperti perbankan yang mempengaruhi kondisi ketersediaan
menyediakan layanan keuangan akan layanan jasa keuangan pada setiap
meningkatkan aktivitas keuangan, wilayah. Selain itu juga persepsi serta
sehingga dapat mempengaruhi perilaku perilaku masyarakatnya dalam mengelola
seseorang dalam mengelola keuangan. keuangan yang berbeda-beda pula. Data
Pernyataan-pernyataan di atas telah yang dirilis oleh Bank Indonesia Wilayah
menunjukkan bahwa wilayah yang IV Jawa Timur dalam Sri (2014)
memiliki sistem keuangan yang inklusif diasumsikan bahwa kepemilikan rekening
telah berhasil menjangkau masyarakatnya perbankan pada warga Jawa Timur ini
untuk dapat mengakses ke layanan jasa masih rendah, presentase jumlah rekening

4
DPK (Dana Pihak Ketiga) dengan jumlah untuk menjelaskan kedudukan variabel-
penduduk di Jawa Timur masih mencapai variabel yang diteliti serta hubungan
45%. Hal ini menunjukkan kesadaran antara satu variabel dengan yang lain.
keuangan masyarakatnya masih rendah. Pendekatan penelitian yang digunakan
Ditambah lagi dengan kondisi inklusi adalah pendekatan kuantitatif. Menurut
keuangan di Jawa Timur yang masih Toto dan Nanang (2012:56) penelitian
terbatas. kuantitatif adalah penelitian yang
Berdasarkan pemaparan di atas, dilakukan untuk mengetahui salah satu
masyarakat dengan kondisi geografis aspek dari sasaran penelitian secara
yang cenderung mudah mengakses meluas walaupun pengumpulan datanya
layanan jasa keuangan sebenarnya menggunakan teknik pengambilan
memiliki kesempatan yang lebih besar sampel. Di dalam penelitian ini,
untuk memanfaatkan produk - produk populasinya adalah seluruh kota dan
perbankan. Maka dari itu, seharusnya kabupaten yang ada di wilayah Provinsi
mereka memiliki perilaku keuangan Jawa Timur sejumlah 38 kota/kabupaten.
personal yang baik, tetapi ketersediaan Berdasarkan rumus slovin dengan batas
akses layanan jasa keuangan tersebut toleransi kesalahan 8% didapatkan
tidak dapat menjamin bahwa masyarakat sampel sejumlah 31 kota/kabupaten yang
akan memiliki kesadaran keuangan untuk diambil dengan teknik disproportionate
memiliki rekening pada bank, bahkan stratified random sampling yang terdiri
jumlah kepemilikian rekening tersebut atas 9 kota dan 22 kabupaten. Begitu pula
juga masih belum dapat mengindikasikan pada responden masyarakat dewasa di
bahwa seseorang tersebut telah memiliki Provinisi Jawa Timur sejumlah
perilaku keuangan personal yang baik. 27.819.329 diambil sampel dengan teknik
Maka dari itu, diperlukan penelitian lebih proportionate stratified random sampling
lanjut untuk melihat pengaruh inklusi sejumlah total 165 responden yang
keuangan suatu wilayah terhadap perilaku mewakili dari 31 kota/kabupaten. Berikut
keuangan personal masyarakatnya. adalah rincian jumlah sebaran sampel
Sejauh ini, masih belum dijumpai responden masyrakat pada masing-
penelitian yang bertujuan untuk masing kota dan kabupaten:
mengukur dan mengetahui pengaruh Tabel 1. Sebaran Sampel Responden
tingkat inklusi keuangan suatu wilayah Kota dan Kabupaten
terhadap perilaku keuangan personal
masyarakat yang ada di sekitarnya. Maka No. Kota / Kabupaten Sampel
dari itu, untuk mendapatkan hasil bukti 1. Kota Batu 2
empiris tersebut, tujuan dari penelitian ini 2. Kota Surabaya 13
adalah untuk mengetahui kondisi inklusi 3. Kota Mojokerto 1
keuangan setiap kota/kabupaten di 4. Kota Malang 5
Provinsi Jawa Timur dan menguji serta 5. Kota Pasuruan 2
menganalisis pengaruh indeks inklusi 6. Kota Probolinggo 2
keuangan terhadap perilaku keuangan 7. Kota Blitar 2
personal. 8. Kota Kediri 2
9. Kota Madiun 2
METODE PENELITIAN 10. Kab. Gresik 6
Jenis penelitian ini adalah 11. Kab. Sidoarjo 9
eksplanatori. Menurut Sugiyono 12. Kab. Mojokerto 5
(2011:37) penelitian eksplanatori 13. Kab. Jombang 6
merupakan penelitian dengan maksud 14. Kab. Sumenep 5

5
No. Kota / Kabupaten Sampel perubahan variabel terikatnya.
Perhitungan indeks inklusi keuangan ini
15. Kab. Bangkalan 4
dilakukan berdasarkan beberapa indikator
16. Kab. Banyuwangi 7
perbankan, yaitu: penetrasi perbankan,
17. Kab. Jember 11
aksesibilitas jasa keuangan (perbankan),
18. Kab. Malang 11
dan usage (penggunaan) rekening
19. Kab. Pasuruan 7
perbankan. Untuk menghitung indeks
20. Kab. Lumajang 5
inklusi keuangan, diperlukan terlebih
21. Kab. Kediri 7
dahulu menghitung indeks dari masing-
22. Kab. Nganjuk 5
masing indikator tersebut: a) Untuk
23. Kab. Tulungagung 5
menghitung indeks penetrasi perbankan,
24. Kab. Blitar 6
terlebih dahulu menghitung jumlah
25. Kab. Madiun 4
rekening deposit yang dimiliki
26. Kab. Ngawi 4
masyarakat pada setiap 1.000 populasi
27. Kab. Magetan 4
dewasa di masing-masing kota/kabupaten
28. Kab. Ponorogo 5
yang menjadi sampel penelitian. b) Untuk
29. Kab. Bojonegoro 6
menghitung indeks aksesibilitas jasa
30. Kab. Tuban 6
keuangan (perbankan), terlebih dahulu
31. Kab. Lamongan 6
menghitung jumlah kantor bank yang ada
Sumber: Data sekunder diolah, 2014
pada setiap 100.000 populasi penduduk
Sumber data yang digunakan dalam desa di masing-masing kota/kabupaten
penelitian ini adalah data primer dan data yang menjadi sampel penelitian. c) Untuk
sekunder. Data primer diperoleh dari menghitung indeks usage (penggunaan)
jawaban responden masyarakat di setiap rekening, terlebih dahulu menghitung
kota/kabupaten yang dikumpulkan jumlah total dana simpanan (DPK), dana
dengan teknik kuesioner, data ini untuk pinjaman, dan nilai PDRB (Produk
kebutuhan data yang diolah pada variabel Domestik Regional Bruto) pada masing-
terikat. Untuk data sekunder diperoleh masing kota/kabupaten yang menjadi
dari beberapa instansi publik seperti sampel penelitian. Kemudian total dana
Kantor Perwakilan Bank Indonesia deposit ditambahkan dengan total dana
Malang dan Badan Pusat Statistik kredit, setelah itu dibagi dengan nilai
Malang, jurnal yang dikumpulkan dengan PDRB yang ada. Apabila nilai indeks dari
teknik dokumentasi, data ini untuk masing-masing indikator pada setiap kota
kebutuhan data yang diolah pada variabel dan kabupaten pada sampel penelitian
bebas. telah diketahui. Maka berikutnya nilai
Variabel yang digunakan dalam indeks dari masing-masing indikator
penelitian ini ada 2, yaitu indeks inklusi tersebut dapat digunakan untuk
keuangan dan perilaku keuangan menghitung nilai indeks inklusi keuangan
personal. pada setiap kota/kabupaten.
1. Indeks inklusi keuangan merupakan 2. Perilaku keuangan personal adalah
instrumen yang digunakan untuk sebuah proses seorang individu dalam
mengukur tingkat inklusi keuangan mengelola sumber-sumber keuangan yang
melalui indeks multidimensional dimilikinya mulai dari proses
berdasarkan data makroekonomi, perencanaan, implementasi, hingga
terutama pada sektor perbankan. Indeks evaluasi untuk digunakan sebagai
inklusi keuangan ini nantinya digunakan pemenuhan kebutuhan hidup jangka
sebagai variabel bebas yang pendek maupun jangka panjang. Perilaku
mempengaruhi atau yang menjadi sebab keuangan personal ini nantinya dijadikan

6
sebagai variabel terikat yang akan 2010 dan analisis regresi linear sederhana
dipengaruhi atau yang menjadi akibat dengan menggunakan aplikasi Statistical
karena adanya variabel bebas. Product and Service Solution (SPSS)
Berdasarkan beberapa penelitian versi 21.00. Sebelum menghitung indeks
sebelumnya, perilaku keuangan personal inklusi keuangan ini, terlebih dahulu
seseorang diukur melalui beberapa diawali dengan mengukur indeks dari
indikator antara lain: mengontrol masing-masing indikator yang ada
pengeluaran harian, pembayaran tagihan, dengan menggunakan persamaan berikut
perencanaan keuangan masa depan, (Sarma, 2012:10):
penyediaan uang untuk pribadi dan
keluarga, dan tabungan (Ida dan Cinthia,
2010:141). Mengukur perilaku keuangan : bobot untuk indikator i, 0 ≤ ≤1
juga dapat menggunakan beberapa : nilai terkini dari peubah i
indikator lain, yaitu: membayar tagihan, nilai min (batas bawah) dari peubah i
membuat anggaran, mencatat : nilai maks (batas atas) dari peubah i
pengeluaran, dana pengeluaran tak
terduga, menabung secara periodik, dan Persamaan di atas tersebut akan
berpikir terlebih dahulu sebelum menghasilkan nilai 0 < < 1. Semakin
memutuskan pembelian (Nababan dan tinggi nilai , semakin tinggi pula
Isfenti, 2013:11). Perusahaan Layanan perolehan wilayah di indikator . jika
Konsultan Perencanaan Keuangan terdapat n indikator dari inklusi keuangan
Finansialku membagi perilaku keuangan yang dihitung, maka perolehan suatu
personal menjadi lima komponen, yaitu wilayah dari indikator tersebut
membuat anggaran, mencatat pengeluaran direpresentasikan dengan titik X =
harian, audit bulanan, membuat dan (d1,d2,d3,…,dn) pada ruang n-indikator. Di
melakukan perencanaan keuangan, dan dalam ruang n-indikator, titik O =
mengecek perkembangan kondisi (0,0,0,…,0) menunjukkan titik kondisi
finansial. Secara keseluruhan dapat inklusi yang buruk, sedangkan titik W =
diambil kesimpulan bahwa untuk (w1,w2,w3,…,wn) menunjukkan kondisi
mengukur perilaku keuangan personal itu yang ideal dalam setiap indikator. Letak
dapat didasarkan melalui beberapa titik X, O, dan W merupakan faktor
indikator mulai dari proses perencanaan, penting dalam mengukur tingkat inklusi
implementasi, hingga evaluasi di akhir keuangan suatu wilayah. Semakin besar
periode tertentu. Maka dari itu, untuk jarak antara titik O dengan titik X,
mengukur perilaku keuangan personal semakin tinggi pula tingkat inklusi
dalam penelitian ini menggunakan keuangan. Semakin kecil jarak antara titik
beberapa indikator sebagai berikut: 1) X dengan titik W, semakin tinggi tingkat
Membuat anggaran, 2) Pendanaan inklusi keuangan. Kedua jarak tersebut
(sumber daya finansial), 3) Alokasi dinormalisasi dengan jarak antara W dan
anggaran, 4) Pengeluaran (penggunan O agar nilainya antara 0 dan 1. Oleh
uang), dan 5) Evaluasi penggunaan uang. karena itu, nilai IFI akan berada antara 0
Alat ukur yang digunakan dalam variabel dan 1. Semakin tinggi nilai indeks, maka
ini adalah skala likert. sistem keuangan semakin inklusif.
Metode analisis data yang Jika jarak antara titik O dengan titik
digunakan dalam penelitian ini adalah X dilambangkan dengan X1 dan jarak
analisis indeks inklusi keuangan atau antara titik X dengan titik W
Index of Financial Inclusion (IFI) dengan dilambangkan dengan X2 (Sarma,
menggunakan aplikasi Microsoft Excell 2012:11), yaitu:

7
√ √
X1 = X2 = 1 -
√ √

Maka nilai IFI adalah rata-rata Apabila digambarkan dalam betuk


keduanya (Sarma, 2012:11), ruang tiga dimensi, maka IFI (Indeks
Inklusi keuangan) adalah seperti sebagai
IFI = X1 + X2) berikut:

Sumber: Sarma, 2012


Gambar 1 Penjelasan Tiga Indikator dalam IFI
Hasil perhitungan nilai indeks sehingga batas bawah yang digunakan
inklusi keuangan (IFI) pada setiap untuk setiap indikator adalah 0,
kota/kabupaten akan berada di antara 0 sedangkan untuk menentukan batas atas
dan 1. Penelitian Bintan (2013:11) setiap peubah, ditentukan oleh hasil dari
mengasumsikan seluruh indikator sebaran masing-masing peubah.
memiliki bobot yang sama besar, masing- Apabila data terkait indeks inklusi
masing indikator memiliki bobot sebesar keuangan dan perilaku keuangan personal
1. Memiliki bobot yang sama ini artinya tersebut sudah terkumpul, maka
adalah setiap indikator memiliki peranan berikutnya adalah dilakukan analisis
yang sama dalam menentukan tingkat regresi linier sederhana. Namun
inklusi keuangan. Di dalam perhitungan sebelumnya data responden dari variabel
IFI, dibutuhkan nilai tetap dari Mi (batas perilaku keuangan personal harus melalui
atas) dan mi (batas bawah) untuk setiap uji instrumen validitas dan uji instrumen
indikator dan agar dapat membandingkan reliabilitas. Setelah itu, data yang ada
IFI antar wilayah kota/kabupaten, maka kemudian juga harus melalui uji asumsi
batas atas maupun batas bawah harus normalitas dan uji asumsi
dijadikan nilai tetap. Penelitian ini heteroskedastisitas. Terakhir adalah
menggunakan batas bawah yang dilakukan analisis regresi linier dan uji
digunakan oleh Sarma (2012:17) hipotesis melalui uji t (parsial).

8
HASIL ANALISIS Angka penetrasi perbankan terbesar
ada pada Kota Mojokerto yaitu pada
Indikator Penetrasi Perbankan
angka 3.620 per 1.000 populasi dewasa.
Sistem keuangan dapat dikatakan
Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang
inklusif apabila memiliki pengguna
di Kota Mojokerto rata-rata memiliki 3-4
sebanyak mungkin, dengan kata lain
rekening. Sedangkan yang terendah ada
sistem keuangan harus dapat menjangkau
pada Kabupaten Mojokerto yaitu pada
secara luas para penggunanya. Instrumen
angka 330. Hal ini menunjukkan bahwa
untuk mengukur tingkat indikator
pada setiap 1.000 populasi yang ada di
penetrasi pebankan adalah jumlah
wilayah tersebut hanya ada sejumlah 330
kepemilikan rekening deposit per 1.000
yang memiliki rekening.
populasi dewasa yang ada pada masing-
masing kota/kabupaten. Indikator Aksesibilitas Jasa Keuangan
(Perbankan)
Tabel 2. Jumlah Rekening Deposit
Salah satu indikator lain untuk
Per 1.000 Populasi Dewasa
mengukur sistem keuangan yang inklusif
No. Kota / Kabupaten Jumlah adalah dengan mengetahui tingkat
1 Kota Batu 357 kemampuan industry perbankan untuk
2 Kota Surabaya 2490 menjangkau jumlah penduduk yang ada
3 Kota Mojokerto 3620 di sekitarnya. Indikator ini diukur melalui
4 Kota Malang 1916 jumlah kantor bank yang terdiri atas
5 Kota Pasuruan 1225 kantor pusat, kantor cabang, dan kantor
6 Kota Probolinggo 965 cabang pembantu per 100.000 populasi
7 Kota Blitar 2210 dewasa yang ada pada masing-masing
8 Kota Kediri 1714 kota/kabupaten.
9 Kota Madiun 2814
Tabel 3. Jumlah Kantor Bank
10 Kab Gresik 794
Per 100.000 Populasi Dewasa
11 Kab Sidoarjo 831
12 Kab Mojokerto 330 No. Kota / Kabupaten Jumlah
13 Kab Jombang 651 1 Kota Batu 9
14 Kab Sumenep 365 2 Kota Surabaya 45
15 Kab Bangkalan 718 3 Kota Mojokerto 28
16 Kab Banyuwangi 684 4 Kota Malang 18
17 Kab Jember 618 5 Kota Pasuruan 11
18 Kab Malang 634 6 Kota Probolinggo 13
19 Kab Pasuruan 413 7 Kota Blitar 15
20 Kab Lumajang 549 8 Kota Kediri 17
21 Kab Kediri 742 9 Kota Madiun 24
22 Kab Nganjuk 622 10 Kab Gresik 6
23 Kab Tulungagung 740 11 Kab Sidoarjo 2
24 Kab Blitar 554 12 Kab Mojokerto 2
25 Kab Madiun 772 13 Kab Jombang 3
26 Kab Ngawi 674 14 Kab Sumenep 1
27 Kab Magetan 767 15 Kab Bangkalan 1
28 Kab Ponorogo 792 16 Kab Banyuwangi 5
29 Kab Bojonegoro 575 17 Kab Jember 4
30 Kab Tuban 484 18 Kab Malang 4
31 Kab Lamongan 705 19 Kab Pasuruan 2
Sumber: Bank Indonesia Malang diolah, 2014 20 Kab Lumajang 2

9
No. Kota / Kabupaten Jumlah khususnya pada Kabupaten Sumenep dan
21 Kab Kediri 2 Kabupaten Bangkalan dengan angka 1.
22 Kab Nganjuk 6 Hal ini menunjukkan bahwa di kedua
23 Kab Tulungagung 6 wilayah tersebut sangat minim tersedia
24 Kab Blitar 2 kantor bank.
25 Kab Madiun 3
Indikator Usage (Penggunaan)
26 Kab Ngawi 4
Rekening
27 Kab Magetan 4
Indikator usage (penggunaan
28 Kab Ponorogo 3
rekening) ini diartikan sebagai bentuk
29 Kab Bojonegoro 5
fungsi dari kepemilikan rekening yang
30 Kab Tuban 2
digunakan untuk betransaksi dalam
31 Kab Lamongan 3
sistem keuangan. Hal ini didasari oleh
Sumber: Data sekunder diolah, 2014
faktor jumlah kepemilikan rekening
Tingkat aksesibilitas bank tertinggi masih belum dapat merepresentasikan
ada pada Kota Surabaya dengan angka bahwa akan digunakan secara maksimal
45. Hal ini menunjukkan bahwa ada dalam produk-produk perbankan karena
sekitar 45 kantor bank (kantor pusat, hanya sekedar memiliki. Alat ukur yang
kantor cabang, kantor cabang pembantu) digunakan untuk melihat tingkat indikator
pada setiap 100.000 populasi dewasa di ini adalah melalui jumlah dana simpanan
Kota Surabaya. Sedangkan wilayah (dana pihak ketiga atau DPK) dan dana
dengan tingkat aksesibilitas bank pinjaman terhadap PDRB pada masing-
terendah ada pada wilayah Madura, masing kota/kabupaten.
Tabel 4. Jumlah DPK dan Pinjaman terhadap PDRB
Jumlah DPK terhadap Jumlah Pinjaman
No. Kota / Kabupaten
PDRB (%) terhadap PDRB (%)
1 Kota Batu 15 14
2 Kota Surabaya 63 43
3 Kota Mojokerto 98 56
4 Kota Malang 41 28
5 Kota Pasuruan 52 58
6 Kota Probolinggo 24 31
7 Kota Blitar 63 37
8 Kota Kediri 10 12
9 Kota Madiun 52 40
10 Kab Gresik 19 67
11 Kab Sidoarjo 16 37
12 Kab Mojokerto 7 27
13 Kab Jombang 19 23
14 Kab Sumenep 9 12
15 Kab Bangkalan 24 20
16 Kab Banyuwangi 14 20
17 Kab Jember 20 23
18 Kab Malang 20 24
19 Kab Pasuruan 13 41
20 Kab Lumajang 13 14
21 Kab Kediri 27 46
22 Kab Nganjuk 17 19

10
Jumlah DPK terhadap Jumlah Pinjaman
No. Kota / Kabupaten
PDRB (%) terhadap PDRB (%)
23 Kab Tulungagung 19 17
24 Kab Blitar 18 19
25 Kab Madiun 19 23
26 Kab Ngawi 19 26
27 Kab Magetan 17 24
28 Kab Ponorogo 32 28
29 Kab Bojonegoro 9 14
30 Kab Tuban 11 16
31 Kab Lamongan 19 22
Sumber: Bank Indonesia Malang diolah, 2014 dan BPS Kota/Kabupaten diolah, 2014
Data tersebut menunjukkan ada Hasil Analisis Indeks Inklusi Keuangan
beberapa wilayah dengan jumlah DPK Nilai dari indikator-indikator yang
yang lebih besar dibandingkan jumlah ada tersebut dapat digunakan untuk
dana pinjamannya. Hal ini menunjukkan menghitung nilai indeks dari masing-
bahwa masih banyak kota/kabupaten masing indikator tersebut. Selanjutnya
yang belum memanfaatkan dana nilai indeks masing-masing indikator
simpanan (DPK) yang ada untuk tersebut dapat digunakan untuk mengukur
disalurkan dalam bentuk pinjaman atau nilai indeks inklusi keuangan. Berikut
kredit secara prdokutif, sehingga mampu adalah rangkuman data dari keseluruhan
menunjang banyak sektor perekonomian indikator yang digunakan dalam
di wilayah tersebut. perhitungan indeks inklusi keuangan ini:
Tabel 5. Data Untuk Perhitungan Indeks Inklusi Keuangan
Indikator Penetrasi Aksesibilitas Usage
Perbankan Perbankan (Penggunaan)
Item Jumlah rekening Jumlah kantor Proporsi jumlah
di bank per 1.000 bank per 100.000 DPK & pinjaman
populasi dewasa populasi dewasa terhadap PDRB
Bobot (Wi) 1 1 1
Batas Min (mi) 0* 0* 0*
Batas Maks (Mi) 3.620 45 154%
Sumber: Data sekunder diolah, 2014 *dalam penelitian Sarma (2012)
Penentuan nilai maksimum (batas mungkin saja hasil analisis indeks
atas) dan nilai minimum (batas bawah) inklusi keuangan yang muncul akan
yang digunakan adalah berdasarkan data berbeda. Hal ini disebabkan oleh
sebaran sampel yang diobservasi yaitu pengaruh nilai batas atas dan batas
sejumlah 31 kota/kabupaten di Provinsi bawah yang digunakan untuk
Jawa Timur, maka dari itu nilai indeks menghitung nilai indeks tersebut
inklusi keuangan ini hanya kemungkinan juga akan berbeda.
menunjukkan nilai perbandingan inklusi Berikut adalah nilai indeks dari setiap
keuangan antar 31 kota/kabupaten saja. indikator dan nilai indeks inklusi
Namun, apabila jumlah observasi atau keuangan pada masing-masing
unit analisis ditambahkan ke beberapa kota/kabupaten yang menjadi sampel
wilayah di luar Provinsi Jawa Timur, dalam penelitian ini:

11
Tabel 6. Indeks Inklusi Keuangan Kota dan Kabupaten
di Wilayah Provinsi Jawa Timur
Indeks Indeks Indeks Indeks
Kota /
No. Penetrasi Akses Usage Inklusi
Kabupaten
Bank Bank Rekening Keuangan
1 Kota Batu 0,0988 0,2006 0,1886 0,1651
2 Kota Surabaya 0,6878 0,9835 0,6867 0,7714
3 Kota Mojokerto 0,9999 0,6087 0,9970 0,8309
4 Kota Malang 0,5294 0,3935 0,4508 0,4581
5 Kota Pasuruan 0,3385 0,2456 0,7197 0,4396
6 Kota Probolinggo 0,2665 0,2785 0,3541 0,3004
7 Kota Blitar 0,6105 0,3261 0,6485 0,5273
8 Kota Kediri 0,4735 0,3803 0,1456 0,3398
9 Kota Madiun 0,7774 0,5197 0,5949 0,6275
10 Kab. Gresik 0,2192 0,1199 0,5564 0,3131
11 Kab. Sidoarjo 0,2297 0,0489 0,3419 0,2186
12 Kab. Mojokerto 0,0911 0,0431 0,2162 0,1258
13 Kab. Jombang 0,1799 0,0696 0,2692 0,1800
14 Kab. Sumenep 0,1007 0,0273 0,1353 0,0927
15 Kab. Bangkalan 0,1982 0,0316 0,2863 0,1836
16 Kab. Banyuwangi 0,1890 0,1036 0,2250 0,1755
17 Kab. Jember 0,1708 0,0815 0,2766 0,1830
18 Kab. Malang 0,1753 0,0866 0,2853 0,1890
19 Kab. Pasuruan 0,1142 0,0472 0,3495 0,1871
20 Kab. Lumajang 0,1517 0,0502 0,1767 0,1310
21 Kab. Kediri 0,2050 0,0434 0,4731 0,2594
22 Kab. Nganjuk 0,1719 0,1267 0,2337 0,1795
23 Kab. Tulungagung 0,2044 0,1240 0,2356 0,1902
24 Kab. Blitar 0,1532 0,0339 0,2344 0,1497
25 Kab. Madiun 0,2133 0,0604 0,2706 0,1893
26 Kab. Ngawi 0,1863 0,0768 0,2940 0,1933
27 Kab. Magetan 0,2118 0,0819 0,2630 0,1913
28 Kab. Ponorogo 0,2189 0,0661 0,3906 0,2376
29 Kab. Bojonegoro 0,1590 0,1022 0,1542 0,1394
30 Kab. Tuban 0,1336 0,0543 0,1729 0,1244
31 Kab. Lamongan 0,1947 0,0691 0,2611 0,1817
Sumber: Data sekunder diolah, 2014

Hasil Analisis Regresi Linier tersebut menggunakan persamaan model


Sederhana regresi standardized coefficients karena
Data yang ada telah melalui dan data yang digunakan adalah data ordinal
lolos uji validitas, uji reliabilitas, uji yang diukur melalui skala likert. Berikut
normalitas dan uji heteroskedastisitas. adalah persamaan regresi linier yang
Kemudian dilakukan uji hipotesis melalui dihasilkan:
analisis regresi linier sederhana. Analisis Ŷ = 0,579 X + e

12
Ŷ = Variabel perilaku keuangan kabupaten. Nilai indeks masing-masing
personal yang nilainya akan indikator Kota Batu memang
diprediksi oleh variabel indeks menunjukkan angka rendah. Kondisi
inklusi keuangan geografis dan demografis Kota Batu
b = Koefisien regresi variabel indeks memang kurang mampu menunjang
inklusi keuangan sebesar 0,579 industri perbankan untuk masuk dan
memiliki tanda positif yang menjangkau masyarakat Kota Batu secara
menunjukkan bahwa variabel ini keseluruhan dengan baik. Berbeda dengan
memiliki hubungan dan kota-kota yang lain karena wilayahnya
berpengaruh positif terhadap cenderung mudah diakses.
variabel perilaku kuangan personal Angka indeks inklusi keuangan
tertinggi ada pada Kota Mojokerto.
Nilai Sig. t variabel indeks inklusi
Berdasarkan nilai indeks dari masing-
keuangan yang dihasilkan adalah 0,001
masing indikator memang menunjukkan
sehingga H0 ditolak H1 diterima yang
bahwa Kota Mojokerto sangat unggul
menunjukkan bahwa indeks inklusi
pada indikator penetrasi perbankan. Pada
keuangan berpengaruh terhadap perilaku
indikator akses bank pun demikian,
keuangan personal. Nilai koefisien
walaupun sebenarnya total kantor bank
determinasi R-Square (R2) yang
(KP, KC, KCP) yang ada di Kota
dihasilkan sebesar 0,335 menunjukkan
Mojokerto tidak telalu banyak, namun
bahwa kontribusi variabel indeks inklusi
dikarenakan jumlah penduduk masyarakat
keuangan mempengaruhi variabel
dan luas wilayahnya yang paling kecil di
perilaku keuangan personal sebesar
Provinsi Jawa Timur, maka industri
33,5%. Sisanya yang sebesar 66,5%
perbankan benar-benar dapat menjangkau
tersebut dapat dijelaskan oleh faktor lain.
masyarakat Kota Mojokerto secara
Kemudian nilai koefisien korelasi (R)
menyeluruh. Kondisi demografis ini
menunjukkan angka 0,579. Hal ini
sangat jauh berbeda dengan yang ada di
mengartikan bahwa keeratan hubungan
Kota Surabaya, walaupun tingkat
antara variabel indeks inklusi keuangan
aksesibilitas perbankan di Kota Surabaya
dan variabel perilaku keuangan personal
adalah yang terbesar, namun jumlah
memiliki hubungan yang cukup kuat.
penduduk Kota Surabaya merupakan
PEMBAHASAN yang paling besar angkanya, sehingga
jumlah kantor bank yang ada di Kota
Indeks Inklusi Keuangan Kota dan Surabaya tidak memiliki kemampuan
Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang sama dengan Kota Mojokerto untuk
Berdasarkan data hasil analisis menjangkau masyarakatnya secara
indeks inklusi keuangan menunjukkan keseluruhan. Secara keseluruhan, data
bahwa perkembangan sektor perbankan di hasil indeks inklusi keuangan
setiap kota/kabupaten berbeda-beda. menunjukkan bahwa sebagian besar kota
Pembangunan sektor perbankan di serta beberapa kabupaten telah mampu
wilayah kota cenderung lebih baik meminimalisir hambatan-hambatan pada
dibandingkan dengan wilayah kabupaten. masyarakatnya dalam mengakses jasa
Data tersebut menunjukkan bahwa keuangan, khususnya pada lembaga
seluruh kota kecuali Kota Batu keuangan formal seperti pada industri
menempati posisi teratas dalam indeks perbankan. Nilai indeks ini menunjukkan
inklusi keuangan, nilainya lebih dari 0,3. bahwa wilayah yang mampu menimalisir
Pada Kota Batu hanya 0,1651, bahkan hambatan-hambatan akses jasa keuangan
angka tersebut ada di bawah beberapa tersebut mampu mengeluarkan

13
masyarakatnya dari kemiskinan. Wilayah terjadi pada masyarakatnya dalam
dengan indeks inklusi keuangan yang mengakses jasa keuangan formal, seperti
tinggi menunjukkan tingkat pada industri perbankan. Wilayah-
kemisikinannya rendah. Berdasarkan BPS wilayah dengan nilai indeks inklusi
Jawa Timur (2014) menunjukkan data keuangan yang rendah juga menunjukkan
bahwa Kota Mojokerto, Kota Surabaya, tingkat kemisikinannya cukup besar.
Kota Madiun memiliki tingkat presentase Berdasarkan BPS Provinsi Jawa Timur
kemiskinan yang rendah dibandingkan (2014) menunjukkan data bahwa
dengan wilayah lainnya. Kota Mojokerto Kabupaten Sumenep dan Kabupaten
6,63%; Kota Surabaya 5,97%; dan Kota Tuban memiliki tingkat presentase
Madiun 5%. Begitu pula terjadi pada kemisikinan yang besar dibandingakn
beberapa wilayah lainnya. dengan wilayah lainnya. Kabupaten
Angka indeks inklusi keuangan Sumenep 21,13% dan Kabupaten Tuban
yang terendah berada pada Kabupaten 17,16%. Begitu pula terjadi pada
Sumenep, angka indeks inklusi beberapa wilayah lainnya.
keuangannya hanya pada posisi 0,0927. Pengaruh Indeks Inklusi Keuangan
Berdasarkan nilai indeks dari masing- terhadap Perilaku Keuangan Personal
masing indikator, Kabupaten Sumenep Hasil penelitian ini menunjukkan
memang mayoritas menduduki posisi benar bahwa indeks inklusi keuangan
akhir. Pada indikator penetrasi perbankan berpengaruh terhadap perilaku keuangan
berada pada posisi tiga terbawah setelah personal secara linier positif. Hal ini
Kabupaten Mojokerto dan Kota Batu. menunjukkan bahwa apabila terjadi
Pada indeks aksesibilitas perbankan kenaikan indeks inklusi keuangan maka
Kabupaten Sumenep bahkan menempati akan terjadi pula peningkatan perilaku
posisi terbawah dengan hanya memiliki 1 keuangan personal pada masyarakat.
kantor bank dalam setiap 100.000 Inklusi keuangan ini sangat berkaitan
populasi dewasanya. Hal ini dengan akses jasa keuangan. Maka dari
menunjukkan bahwa kemampuan itu, penelitian ini telah menjawab bahwa
perbankan dalam menjangkau masyarakat wilayah dengan indeks inklusi keuangan
Kabupaten Sumenep secara keseluruhan yang tinggi (tidak ada hambatan dalam
tersebut lemah, sehingga kurang mampu mengakses jasa keuangan, masyarakat
secara luas memperkenalkan produk- dapat dengan mudah mengakses layanan
produk perbankan, salah satunya jasa keuangan seperti perbankan)
dibuktikan dengan jumlah kepemilikan menunjukkan perilaku keuangan personal
rekening yang rendah. Begitu pula pada masyarakatnya juga baik. Pada penelitian
indikator usage (penggunaan), posisi ini, perilaku keuangan personal yang baik
Kabupaten Sumenep dalam bertransaksi digambarkan dari beberapa indikator,
melalui produk perbankan untuk antara lain: membuat anggaran,
berkontribusi terhadap nilai PDRB-nya pendanaan (sumber daya finansial),
juga menempati posisi yang paling alokasi anggaran, pengeluaran
rendah. Hal ini juga dapat disebabkan (penggunan uang), dan evaluasi
karena faktor kepemilikan rekening yang penggunan uang. Maka dari itu, dapat
minim tersebut. Maka dari itu, kondisi digambarkan bahwa masyarakat yang
tersebut menunjukkan bahwa wilayah- berada pada wilayah dengan indeks
wilayah seperti Kabupaten Sumenep dan inklusi keuangan yang tinggi dapat
beberapa kabupaten dengan nilai indeks dikatakan telah memiliki perilaku
yang rendah tersebut belum mampu keuangan personal yang baik dan mampu
meminimalisir hambatan-hambatan yang dalam mengelola keuangan personal,

14
khususnya pada indikator-indikator adalah mengalokasikan sumber daya
tersebut. Begitu pula sebaliknya, finansial tersebut untuk beberapa
masyarakat yang berada pada wilayah keperluan. Indikator alokasi anggaran ini
dengan indeks inklusi keuangan yang dijelaskan oleh beberapa item seperti
rendah dapat dikatakan masih belum alokasi tabungan, alokasi pengeluaran tak
memiliki perilaku keuangan personal teduga, dan alokasi untuk kebutuhan
yang baik atau belum mampu mengelola masa depan. Orang dengan perilaku
keuangan personal secara bijak. keuangan yang baik akan mampu
Pada indikator membuat anggaran, mengalokasikan sumber daya finansial
dijelaskan melalui beberapa item yaitu yang didapat ke beberapa pos kebutuhan
anggaran harian, anggaran bulanan, dan secara tepat. Selain untuk kebutuhan
perencanaan keputusan keuangan. primer sehari-hari, maka sebaiknya
Seseorang dengan perilaku keuangan seseorang masih mampu menyisihkan
personal yang baik berarti telah mampu pendapatannya untuk tabungan,
secara baik membuat penganggaran pengeluaran tak terduga, dan kebutuhan
(budgeting) dalam aktivitas sehari- masa depan (masa tua, pendidikan anak,
harinya. Penganggaran tersebut baik dan sebagainya). Alokasi tabungan dapat
dilakukan secara harian maupun bulanan. digunakan untuk keperluan jangka
Selain itu, dia juga mampu dengan baik pendek dengan memanfaatkan produk
untuk berpikir secara masak dalam tabungan melalui tingkat pengembalian
membuat perencanaan-perencanaan bunga bank yang diberikan. Alokasi
keuangan yang akan diputuskan pengeluaran tak terduga dapat disimpan
(direalisasikan) dalam beberapa jangka dalam bentuk kas untuk benar-benar
waktu ke depan. mengantisipasi keperluan yang datangnya
Indikator selanjutnya yaitu indikator sangat mendesak, sedangkan alokasi
pendanaan (sumber daya finansial). kebutuhan masa depan dapat
Indikator ini dijelaskan oleh item menggunakan bentuk-bentuk investasi
alternatif pendanaan melalui bank. jangka panjang.
Indikator ini menjelaskan sejauh mana Pada indikator pengeluaran
masyarakat mampu memanfaatkaan akses (penggunaan dana), indikator ini
terrhadap industri perbankan dalam menggunakan beberapa item seperti
pemenuhan kebutuhan sumber daya pengeluaran untuk kebutuhan pokok,
finansial, baik pada saat memerlukan pengeluaran untuk biaya tagihan (biaya
kebutuhan yang mendesak maupun untuk utilitas), pengeluaran dengan lebih
pemenuhan kebutuhan modal usaha. memprioritaskan kebutuhan dibandingkan
Seseorang dengan perilaku keuangan keinginan, dan pengeluaran yang
yang tidak baik akan cenderung didasarkan pada anggaran. Seseorang
menggunakan cara-cara yang singkat yang memiliki perilaku keuangan
apabila berada pada posisi keuangan yang personal yang baik seharusnya memang
terdesak. Bahkan tidak jarang mereka lebih mengutamakan pengeluaran untuk
menggunakan jasa para rentenir yang kebutuhan primer dalam berkehidupan
sebenarnya hal tersebut benar-benar sehari-hari. Tidak lebih mementingkan
justru akan membuat kondisi keinginan dalam menggunakan dana juga
keuangannya sengsara pada masa yang merupakan hal yang penting, hal ini
akan datang. sering terjadi pada masyarakat yang
Indikator alokasi anggaran. Setelah cenderung konsumtif. Seorang konsumen
diketahui jumlah sumber daya finansial yang cerdas harus memahami perbedaan
yang didapat, maka langkah berikutnya kebutuhan dan keinginan. Selain itu,

15
masyarakat dengan perilaku keuangan Berdasarkan hasil penelitian yang
personal yang baik pasti mampu diperoleh, terdapat beberapa hal yang
membayar tagihan utilitas (telepon, dapat direkomendasikan bagi beberapa
listrik, air) dengan tepat waktu. Item pihak, antara lain: 1) Bagi pemerintah
selanjutnya yang penting adalah daerah kota/kabupaten di Provinsi Jawa
menyesuaikan pengeluaran untuk Timur, sebaiknya lebih memperhatikan
pemenuhan kebutuhan sesuai dengan pentingnya kondisi akses jasa keuangan
anggaran yang telah dibuat pada awal secara inklusif. Pemerintah daerah
periode. Apabila dilakukan dengan bijak, sebaiknya lebih erat bekerja sama dengan
maka seseorang akan mampu menjalani pihak perbankan dan Otoritas Jasa
hidup tanpa diikuti oleh permasalahan Keuangan (OJK) dengan membuat
finansial. kebijakan untuk memperluas akses
Indikator yang terakhir adalah layanan jasa keuangan perbankan hingga
evaluasi penggunaan uang. Indikator ini ke pelosok daerah serta sosialisasi cara
memiliki beberapa item yaitu evaluasi mengelola keuangan personal yang baik
harian, evaluasi bulanan, dan evaluasi dalam berkehidupan sehari-hari. 2) Bagi
perbandingan dan hasil riil pengunaan industri perbankan, sebaiknya lebih
uang. Seseorang yang memiliki perilaku agresif dalam ikut membantu memperluas
keuangan personal yang baik akan selalu aksesnya hingga ke pelosok-pelosok
mengevaluasi hasil keputusan keuangan daerah yang jauh dari pusat kota, seperti
yang telah dibuat selama satu periode melalui pemanfaatan branchless banking
tertentu. Evaluasi ini dilakukan untuk (cabang bank tanpa kantor fisik)
membandingkan hasil total pengeluaran khususnya pada area yang mayoritas
dengan anggaran yang telah dibuat penduduknya adalah unbanked people. 3)
sebelumnya. Apabila tidak sesuai, maka Bagi masyarakat secara umum, sebaiknya
dapat disesuaikan dengan perencanaan mampu berpikir lebih dewasa dalam
dan pembuatan anggaran ke depannya mengelola keuangan personal. Salah
yang lebih baik. satunya adalah tidak membiasakan hidup
secara konsumtif, kemudian juga dengan
KESIMPULAN DAN SARAN memanfaatkan secara optimal akses
Penelitian ini menyimpulkan bahwa perbankan yang sudah ada melalui
kondisi inklusi keuangan pada pemanfaatan produk perbankan seperti
kota/kabupaten di Provinsi Jawa Timur tabungan, deposito, dan kredit. 4) Bagi
berbeda-beda, beberapa penyebabnya peneliti selanjutnya, sebaiknya mampu
adalah faktor geografis dan demografis. meneruskan keterbatasan yang ada dalam
Wilayah dengan indeks inklusi keuangan melaksanakan penelitian ini. Jangkauan
tinggi ada pada sebagian besar wilayah populasi sebaiknya lebih luas dan data-
kota, sedangkan wilayah kabupaten data yang dikumpulkan untuk
sebagian besar memiliki indeks inklusi menghitung indeks inklusi keuangan
keuangan yang. Penelitin ini juga sebaiknya dilengkapi, sehingga
membuktikan secara empiris bahwa diharapkan peneliti selanjutnya mampu
indeks inklusi keuangan berpengaruh mengembangkan rumus perhitungan
signifikan secara linier positif terhadap indeks inklusi keuangan yang baru
perilaku keuangan personal. Hal ini dengan mempertimbangkan banyak aspek
menunjukkan apabila ada kenaikan tambahan, antara lain kantor fisik (pusat,
indeks inklusi keuangan, maka akan cabang, cabang pembantu, kas, ATM)
terjadi peningkatan pula pada perilaku dan layanan virtual (mobile banking dan
keuangan personal dan sebaliknya. internet banking). Selain itu peneliti

16
selanjutnya sebaiknya juga dapat Fakultas Ekonomi dan Manajemen
menjabarkan indikator-indikator Institut Pertanian Bogor
tambahan untuk mengukur tingkat Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan
perilaku keuangan personal supaya APBN DPR RI. 2014. Capaian
mampu mengkonstruksi variabel tersebut Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas di
secara lebih detail. Indonesia. Jakarta
DAFTAR PUSTAKA BPS Kabupaten Bangkalan. 2014.
Publikasi Produk Domestik Regional
Agrawal, Amol. 2008. Economic
Bruto Kabupaten Bangkalan Tahun
Research: The Need for Financial
2013. Kabupaten Bangkalan
Inclusion with an Indian Perspective.
IDBI Gilts Paper, Mumbai, India BPS Kabupaten Banyuwangi. 2014.
PDRB Kabupaten Banyuwangi 2013.
Agus Sugiarto. 2014. Strategi Nasional
Kabupaten Banyuwangi
Literasi Keuangan. Diambil dari
materi seminar OJK. (Online). BPS Kabupaten Bojonegoro. 2014. PDRB
http://ikatanbankir.com/uploads/semin Kabupaten Bojonegoro Menurut
ar/LKD-Final8May2014.pptx, diakses Lapangan Usaha Tahun 2009-2013.
pada tanggal 5 Desember 2014 Kabupaten Bojonegoro
Allen, Franklin., Kunt, Asli Demirguc., BPS Kabupaten Blitar. 2014. PDRB
Klapper, Leora., Martinez Peria, Maria Kabupaten Blitar Menurut Lapangan
Soledad. 2012. The Foundations of Usaha 2010-2013. Kabupaten Blitar
Financial Inclusion, Understanding BPS Kabupaten Jember. 2014. PDRB
Ownership and Use of Formal Kabupaten Jember Menurut Lapangan
Account. The World Bank Usaha Tahun 2013. Kabupaten Jember
Ardiani Ika S. 2011. Personality Traits
BPS Kabupaten Jombang. 2014. PDRB
sebagai Penentu Perencanaan Kabupaten Jombang 2014. Kabupaten
Keuangan Keluarga (Suatu Kajian Jombang
Pustaka). Jurnal Pengembangan
Humaniora. Vol. 11, No. 2, Agustus BPS Kabupaten Gresik. 2014. PDRB
2011, Hal. 118-126 Gresik Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2009-2013. Kabupaten Gresik
Bank Dunia. 2014. Penurunan
Kemiskinan di Indonesia Melambat, BPS Kabupaten Kediri. 2014. Produk
Ketimpangan Meningkat: World Bank. Domestik Regional Bruto (PDRB)
(Online). http://www.worldbank.org/ Kabupaten Kediri Menurut Lapangan
in/ news/ press- release/2014/09/23/ Usaha 2009-2013. Kabupaten Kediri
poverty- reduction- slows- inequality BPS Kabupaten Lamongan. 2014. PDRB
increases-world-bank-reports, diakses Lamongan Menurut Lapangan Usaha
pada tanggal 5 Desember 2014 2009-2013. Kabupaten Lamongan
Bank Indonesia. 2014. Booklet Keuangan BPS Kabupaten Lumajang. 2014. PDRB
Inklusif Bank Indonesia. Malang Kabupaten Lumajang Menurut
_____________.2014. Statistik Ekonomi Lapangan Usaha Tahun 2009-2013.
Keuangan Daerah. Malang Kabupaten Lumajang
Bintan Badriatul Ummah. 2013. Analisis BPS Kabupaten Madiun. 2014. PDRB
Keterkaitan Inklusi Keuangan dengan Kabupaten Madiun 2010-2013.
Pembangunan di ASIA. Skripsi Kabupaten Madiun

17
BPS Kabupaten Magetan. 2014. PDRB BPS Kota Madiun. 2014. PDRB Kota
Kabupaten Magetan 2009-2013. Madiun Menurut Lapangan Usaha
Kabupaten Magetan Tahun 2009-2013. Kota Madiun
BPS Kabupaten Malang. 2014. PDRB BPS Kota Malang. 2014. PDRB Kota
Kab. Malang 2014 (2008-2013). Malang Tahun 2013. Kota Malang
Kabupaten Malang BPS Kota Mojokerto. 2014. PDRB Kota
BPS Kabupaten Mojokerto. 2014. PDRB Mojokerto Menurut Lapangan Usaha
Kabupaten Mojokerto 2010-2013. Tahun 2013. Kota Mojokerto
Kabupaten Mojokerto BPS Kota Pasuruan. 2014. PDRB Kota
BPS Kabupaten Nganjuk. 2014. PDRB Pasuruan Menurut Lapangan Usaha
Nganjuk Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2013. Kota Pasuruan
2013. Kabupaten Nganjuk
BPS Kota Probolinggo. 2014. PDRB
BPS Kabupaten Ngawi. 2014. Produk Kota Pasuruan Menurut Lapangan
Domestik Regional Bruto Kabupaten Usaha Tahun 2009-2013. Kota
Ngawi 2009-2013. Kabupaten Ngawi Probolinggo
BPS Kabupaten Pasuruan. 2014. PDRB BPS Kota Surabaya. 2014. PDRB Kota
Kabupaten Pasuruan Menurut Surabaya Menurut Lapangan Usaha
Lapangan Usaha 2009-2013. Tahun 2009-2013. Kota Surabaya
Kabupaten Pasuruan BPS Provinsi Jawa Timur. 2014.
BPS Kabupaten Ponorogo. 2014. PDRB Geografi dan Iklim, Topografi,
Ponorogo Menurut Lapangan Usaha Gunung dan Sungai. (Online).
2009-2013. Kabupaten Ponorogo http://jatim.bps.go.id/index.php?hal=su
bject&id=1, diakses pada tanggal 20
BPS Kabupaten Sidoarjo. 2014. Publikasi
Desember 2014
Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Kabupaten Sidoarjo Tahun ___________________________. 2014.
2009-2013. Kabupaten Sidoarjo Jumlah dan Persentase Penduduk
Miskin, P1, P2 dan Garis Kemiskinan
BPS Kabupaten Sumenep. 2014. PDRB
Menurut Kabupaten/Kota, Tahun
Sumenep Menurut Lapangan Usaha
2013. Surabaya
2013. Kabupaten Sumenep
Chakravarty, Satya R. dan Rupayan Pal.
BPS Kabupaten Tuban. 2014. Produk
2010. Measuring Financial Inclusion:
Domestik Regional Bruto Kabupaten
An Axiomatic Approach. Laporan
Tuban 2010-2013. Kabupaten Tuban
Hasil Penelitian. Indira Gandhi
BPS Kabupaten Tulungagung. 2014. Institute of Development Research
PDRB Kabupaten Tulungagung 1999- (IGIDR). Mumbai India
2013. Kabupaten Tulungagung
Dewi Rachmat Kusuma. 2014. Melek
BPS Kota Batu. 2014. Publikasi Produk Keuangan Masyarakat Indonesia
Domestik Regional Bruto (PDRB) Masih di Bawah Singapura dan
Menurut Penggunaan Kota Batu Malaysia. (Online).
Tahun 2011-2013. Kota Batu http://finance.detik.com/read/2014/07/
BPS Kota Blitar. 2014. PDRB Kota Bitar 02/112202/2625308/5/melek-
2009-2013. Kota Blitar keuangan-masyarakat-indonesia-
masih-di-bawah-singapura-dan-
BPS Kota Kediri. 2014. PDRB Kota
Kediri Tahun 2013. Kota Kediri

18
malaysia, diakses pada tanggal 19 Nababan, Darman dan Isfenti Sadalia.
Januari 2015 2013. Analisis Personal Financial
Literacy dan Financial Behavior
Finansialku. 2014. 5 Perilaku Mengelola
Mahasiswa Strata I Fakultas Ekonomi
Keuangan yang Sehat. (Online).
Universitas Sumatera Utara. Skripsi
http://www.finansialku.com/5-
Fakultas Ekonomi Universitas
perilaku-mengelola-keuangan-yang-
Sumatera Utara
sehat/ diakses pada tanggal 11 Januari
2015 Rakhmindyarto dan Syaifullah. 2014.
Keuangan Inklusif dan Pengentasan
Ida dan Cinthia Yohana Dwinta. 2010.
Kemiskinan. Badan Kebijakan Fiskal
Pengaruh Locus of Control, Financial
Kementerian Keuangan RI, Jakarta
Knowledge, Income terhadap Financial
Management Behavior. Jurnal Bisnis Sarma, Mandira. 2012. Index of Financial
dan Akuntansi. Vol. 12, No. 3, Inclusion – A measure of financial
Desember 2010, Hal. 131-144 sector inclusiveness. Berlin Working
Papers on Money, Finance, Trade and
Kapoor, Jack R., Dlabay, Les R., Hughes,
Development
Robert J., Hoyt, William B. 2007.
Business and Personal Finance. Sri Wahyunik. 2014. Perlunya Pintar
California: McGraw-Hill Mengatur Keuangan Sejak Dini.
(Online).
Kementerian Kesehatan. 2014. Estimasi
http://surabaya.tribunnews.com/2014/0
Penduduk Menurut Umur Tunggal dan
5/05/perlunya-pintar-mengatur-
Jenis Kelamin Menurut
keuangan-sejak-dini, diakses pada
Kabupaten/Kota Tahun 2014. Jakarta
tanggal 29 Januari 2015
Kementerian Koordinator Kesejahteraan
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Rakyat. 2014. Sesmenko Kesra: Indeks
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Kesejahteraan Rakyat Indonesia
Bandung: Alfabeta
Meningkat. (Online). http://www.
kemenkopmk.go.id/artikel/sesmenko- Toto Syatori Nasehudin dan Nanang
kesra-indeks-kesejahte raan -rakyat- Gozali. 2012. Metode Penelitian
indonesia-meningkat, diakses pada Kuantitatif. Bandung: Pustaka Setia
tanggal 3 Desember 2014 Wibowo. 2014. Mendekat ke Publik.
Macroeconomic Dashboard. 2014. (Online). http://ekonomi. metrotvnews.
Perkembangan Ekonomi Terkini 2014. com/read/2014/12/21/334656/mendeka
(Online). http://macroeconomicdash- t-ke-publik, diakses pada tanggal 15
board.com/index.php/id/ekonomi- Januari 2015.
makro/166-perkembangan-ekonomi-
terkini, diakses pada tanggal 3
Desember 2014
Musahadah. 2014. Konsumerisme di
Kalangan Pelajar Tinggi. (Online).
http://surabaya.tribunnews.com/2014/0
6/23/konsumerisme-di-kalangan-
pelajar-tinggi, diakses pada tanggal 14
Januari 2015

19

You might also like