Professional Documents
Culture Documents
Filsafat Ilmu
Dosen : Prof. Dr. Robert Sibarani, MS
Oleh:
MANIPPO SIMAMORA
228106002
PROGAM DOKTOR
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
Pertemuan 5:
Ø Landasan folosofis penelitian
Ø Desain Kualitatif dan Kuantitatif
Ø Teori Kebenaran dan Penelitian
Ø Interpretasi filsafat Charles Sanders Pierce
Ø Hieararki Pembahasan Ontologis, Epistemologis, Aksiologis
Ø Cara pandang etnografis
LANDASAN FILOSOFIS PENELITIAN
Fenomena Nomena
A Priori A Posteriori
Form Content
Positivistic Naturalistic/Phenomenological
Inquiry Inquiry
Quantitative Design Qualitative Design
theory
DEDUCTION
(top-down)
patterns hypotesis
INDUCTION
(bottom-up) Data
Observation-
Interview QUANTITATIVE
PHILOSOPHICAL PARADIGM ASSUMPTIONS
ASSUMPTION QUESTION QUANTITATIVE QUALITATIVE
Ontological What is the nature of Reality is objective and sing Reality is subjective and multi
reality? ular, apart from the researc ple as seen by participants in a
her. study.
Epistemological What is the relationsh Researcher is independent fr Researcher interacts with that
ip of the researcher t om that being researched. being researched.
o that researched?
Axiological What is the role of val Value-free and unbiased. Value-laden and biased
ues?
Sangsi
Sadar
(doubt)
Hasil abduksi
Interpretant Sadar
(Firstness)
Hasil deduksi
(Secondness)
Hasil induksi
(Thirdness)
KEDALAMAN PEMBAHASAN
FILSAFAT CHOMSKY BLOOM
2. Ambil satu contoh kasus yang berhubungan dengan bidang Anda, kemudian jelskanlah
kebiasaan (habit), keyakinan (belief), kesangsian (doubt), dan interpretant dalam abduksi,
deduksi, dan induksi yang dapat terjadi pada kasus itu.
kebiasaan (habit), Petani Kakao terus menerus menanam tanpa melakukan perawatan terhadap
tanah yang berada di sekitar pertanaman kakao.
keyakinan (belief), Tanaman kakao merupakan tanaman tahunan yang tidak memerlukan perawatan
yang begitu rumit dalam budidayanya.
kesangsian (doubt), Tanaman kakao memerlukan perawatan dalam mengendalikan hama pengerek
batang kakao (PBK) seperti pemangkasan batang kakao secara rutin, pemupukan untuk
meningkatkan kesuburan tanah, Panen sering dan sanitasi yang baik.
Terdapat banyak cara penarikan kesimpulan, namun untuk sesuai dengan maksud tulisan ini
yang memusatkan kepada berpikir ilmiah maka terdapat tiga jenis penarikan kesimpulan yakni
berdasarkan Hasil abduksi (Firstness), Hasil deduksi (Secondness), Hasil induksi (Thirdness).
a. Hasil abduksi (Firstness)
Abduktif (abduksi) melakukan penalaran dari sebuah fakta ke aksi atau kondisi yang
mengakibatkan fakta tersebut terjadi. Metode ini digunakan untuk menjelaskan kejadian yang kita
amati. Sebagai contoh banyaknya penjual bibit yang mengclaime bahwa produk yang dijualnya
resisten terhadap serangan PBK, akan tetapi pada saat di lapangan hal tersebut tidak terbukti.
b. Hasil deduksi (Secondness)
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan bersifat umum ditarik kesimpulan
bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir
silogismus. Silogismus, disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang
mendukung silogismus ini disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan
premis minor. Pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif adalah hasil kesimpulan
berdasarkan kedua premis tersebut. Contoh: Tanamana Kakao memiliki produktivitas yang tinggi
[premis mayor] ---- Landasan 1, Penggerek Batang Kakao (PBK) adalah hama utaman Tanaman
Kakao[premis minor] ---- Landasan 2, Jadi Penggerek Batang Kakao (PBK) harus di kendalikan dalam
budidaya kakao [Kesimpulan] ----Pengetahuan.
c. Hasil induksi (Thirdness)
Merupakan cara berpikir menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus
yang bersifat individual (seperti kesimpulan peneliti humoris). Misalnya, kita punya fakta bahwa
Penggerek Batang Kakao (PBK) merupakan hama utama kakao sehingga perlu dilakukannya
pengendalian dalam budidayanya.
3. Jelaskanlah cara pandang etnografis itu pada kasus di bidang Anda sendiri
Petani kakao banyak yang beralih ke kelapa sawit. Mereka mengganggap kakao sudah tidak
lagi menguntungkan bahkan sering kali petani dibuat merugi karena rendahnya harga kakao di
akibatkan serangan Pengerek Batang Kakao dan tingginya biaya produksi yang dikeluarkan. Petani
kakao masih menjunjung tinggi nilai ketuhanan. Mereka cukup menghargai alamnya dengan selalu
bersyukur dan menganggap bahwa rejeki yang didapatnya merupakan pemberian dari Yang Maha
Kuasa. Tanah bagi petani adalah aset yang berharga. Tanah adalah kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan dengan kakao. Tanah bukan hanya sebagai tempat berpijak tanaman, melain- kan tanah
sebagai media tanam yang sangat berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman.
Ekologi tanaman sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan juga harus
diperhitungkan di dalam akuntansi. Akuntansi (terutama aset biologis) yang selama ini hanya
memperhatikan aspek ekonomi semata harus sudah memperhatikan aspek lainnya juga (dalam hal
ini ekologis). Aset biologis menurut petani adalah pemberian dari Yang Maha Kuasa. Pemberian ini
harus dijaga dan petani akan bertanggung-jawab tidak hanya kepada Tuhan, melainkan juga
bertanggungjawab kepada aspek sosial dan alamnya. Berdasarkan hal tersebut (aspek ketuhanan,
sosial dan alam) maka aset biologis tidak hanya berupa tanaman dan hewan melainkan tanaman dan
tanah; hewan; beserta ekologi yang mempengaruhinya. Menurut petani kakao tanaman dan tanah;
hewan; beserta ekologi yang mempengaruhinya yang merupakan pemberian dari Yang Maha Kuasa
untuk dijaga dan dirawat sebagai bentuk tanggung jawab baik secara spiritual, sosial dan alam
(tanggung jawab kepada Tuhan, masyarakat dan pelestarian alam).