You are on page 1of 10

DESAIN FREE WATER SURFACE CONSTRUCTED WETLAND

DENGAN PENGARUH KERAPATAN TANAMAN PADA


PENGOLAHAN LIMBAH GREY WATER PASAR INDRALAYA
Adella Cahyani1), Puteri Kusuma Wardhani 2)

1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas
Sriwijaya E-mail: 03011181924019@student.unsri.ac.id
2)
Dosen Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas
Sriwijaya E-mail: puterikusumawardhani@unsri.ac.id

Abstract

One of the problems faced at Indralaya is insufficient wastewater treatment. Constructed wetland is an effective and
economical solution to address this problem. In artificial wetlands, liquid waste is treated naturally by utilizing
plants, media and microorganisms. Constructed wetlands can be managed with controlled treatments, such as plant
density adjustment. Plant density in constructed wetlands has a close relationship with the removal of waste water
content. This research is a laboratory experiment that aims to analyze pollutant levels in the gray water waste of
Indralaya market before and after passing through the constructed wetland, with the influence of plant density it. In
this test, a test tub made of concrete structure with dimensions of 50 cm x 25 cm x 40 cm. Field scale constructed
wetlands are designed using Sketch Up 2019. The initial conditions of the Indralaya Market gray water waste in
laboratory testing were BOD 214 mg/L, COD 321.8 mg/L, TSS 374 mg/L and Ammonia 419.5 mg/L. The highest
removal efficiency for TSS and Ammonia pollutant levels was at variations in dense plant density. Meanwhile, the
highest removal of the pollutant content of BOD and COD parameters occurred at medium plant density. The
density of plants in the constructed wetland has an effect on the process of removing pollutant levels contained in
the gray water waste from Indralaya Market. The reduction in pollutant levels is also influenced by the types of
plants used and the micro-organisms that function naturally in the constructed wetland.

Key Words: Plant density, Waste Water, Constructed Wetland

1. PENDAHULUAN
Kota Indralaya, yang terletak di Kabupaten amonia, Biochemical Oxygen Demand (BOD),
Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, adalah Chemical Oxygen Demand (COD), serta minyak
salah satu kota yang sedang mengalami dan lemak. (Satiti, 2011).
perkembangan. Indralaya terus mengalami Berdasarkan pemasalahan yang terjadi pada
peningkatan diberbagai sektor, meningkatnya pasar tradisional Indralaya tersebut, diperlukan
sektor perdangangan merupakan salah satu adanya instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
bentuk dari perkembangan Kota Indralaya. sebagai upaya pencegahan pembuangan air
Namun perkembangan tersebut tidak diiringi limbah secara langsung ke badan sungai. Salah
dengan solusi yang tepat untuk mengatasi satu alternatif yang dapat digunakan yaitu
permasalahan lingkungan. Penanganan limbah pengolahan air limbah menggunakan sistem
cair di Kota Indralaya merupakan salah satu constructed wetland.
permasalahan lingkungan yang masih terjadi di Constructed wetland adalah sistem
masyarakat. Kawasan domestik seperti pengolahan air limbah yang menggunakan proses
perumahan, restoran, perkantoran, dan juga pasar alami dengan melibatkan vegetasi, media, dan
merupakan tempat limbah cair tersebut berasal. mikroorganisme. Sistem ini cocok untuk
Pasar tradisional Indralaya berperan penting diterapkan di Indonesia karena sesuai dengan
dalam permasalahan limbah cair ini. Limbah cair kondisi lingkungan tropis. Constructed wetland
dari los basah, seperti los ayam, los ikan, dan los memiliki keunggulan dalam mekanisme kerja
daging, seringkali langsung dibuang ke saluran yang sederhana, pemeliharaan yang mudah, dan
kota atau badan air tanpa dilakukan pengolahan biaya operasional yang terjangkau.
terlebih dahulu, sehingga menyebabkan bau tak Tujuan constructed wetland adalah
sedap dan merusak estetika lingkungan. Limbah memperbaiki kualitas air, kuantitas air,
cair dari pasar tradisional, terutama pasar ikan, konservasi air, restorasi ekologi, serta
memiliki karakteristik seperti pH rendah, serta menciptakan estetika dan keramahan. Terdapat
mengandung Total Suspended Solid (TSS), dua tipe constructed wetland, yaitu Subsurface

1
Flow (SSF) dan Free Water Surface (FWS). sedang, dan renggang. Penentuan kerapatan
Penurunan parameter polutan di limbah tanaman tersebut berdasarkan rumus dan
dipengaruhi oleh muatan hidrolika, waktu mempertimbangkan luas lahan yang
retensi, laju aliran, kerapatan tanaman, dan digunakan.
kedalaman air. 5. Pengukuran kadar parameter-parameter
Penerapan sistem constructed wetland cocok limbah cair pasar tradisional Indralaya ini
diterapkan Indonesia karena sesuai dengan adalah BOD (Biological Oxygen Demand),
kondisi lingkungan yang beriklim tropis. Di COD (Chemical Oxygen Demand), TSS
lingkungan tropis, perubahan suhu tidak terjadi (Total Suspended Solid), dan Amonia
secara signifikan, sehingga kinerja constructed 6. Tanaman yang digunakan dalam pengujian
wetland dapat tetap optimal setiap tahunnya sistem constructed wetland ini adalah Eceng
(Supradata, 2005). gondok (Eichhornia crassipes) dan Apu-apu
Tanaman memiliki peran penting dalam (Pistia stratiotes).
pengolahan limbah cair menggunakan sistem 7. HRT atau waktu tinggal yang dibutuhkan
constructed wetland yaitu sebagai pompa dalam penelitian ini yaitu 24 jam.
biologis yang mengubah energi sinar matahari 8. Perencanaan desain skala lapangan meliputi
menjadi energi kimia. Penelitian sebelumnya perhitungan volume, dimensi, serta
telah membuktikan bahwa variasi kerapatan perencanaan operasional dan pemeliharaan
tanaman berpengaruh pada penurunan kadar bak ekualisasi dan bak constructed wetland.
polutan dalam limbah. Oleh karena itu,
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk 2. TINJAUAN PUSTAKA
mengetahui pengaruh kerapatan tanaman dalam Limbah Cair
constructed wetland terhadap pengolahan Limbah cair merupakan campuran dari air
limbah greywater pasar. Hal ini akan membantu bersih dan bahan-bahan pencemar baik berupa zat
merencanakan desain skala lapangan organik maupun non organik yang terbawa oleh
constructed wetland sebagai alternatif untuk air. Limbah cair dapat mengandung zat berbahaya
pengolahan limbah pasar. yang dapat memberikan dampak yang buruk bagi
Adapun penelitian ini bertujuan untuk lingkungan sekitar jika dibuang langsung ke
Menganalisis karakteristik awal limbah grey perairan umum tanpa dilakukan pengolahan
water pasar indralaya sebelum dilakukan terlebih dahulu.
pengolahan menggunakan sistem constructed
wetland, Menganalisis pengaruh kerapatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
tanaman terhadap kinerja pengolahan air limbah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yaitu
menggunakan sistem constructed wetland, suatu sistem perangkat peralatan teknik dan
Menganalisa efisiensi penurunan kadar BOD, perlengkapannya dalam mengolah atau
COD, TSS, dan Amonia, Serta Perencanaan memproses limbah, sehingga limbah tersebut bisa
desain dari constructed wetland skala lapangan dan layak untuk dibuang ke lingkungan
pada pengolahan limbah cair grey water pasar (Rahmawati, 2014).
tradisional Indralaya. Perencanaan sistem pengolahan limbah cair
Adapun ruang lingkup penelitian pada laporan pada suatu pasar sangat dibutuhkan, hal ini
ini adalah sebagai berikut: bertujuan unuk meningkatkan kualitas air yang
1. Penelitian pengolahan limbah ini akan dibuang sehingga tidak terjadi pencemaran
menggunakan sistem constructed wetland lingkungan (Winardi, 2015). Pada Kepmenkes
dengan skala laboratorium berukuran 50 cm No.17 tahun 2020 mengenai Pedoman
x 25 cm x 40 cm. Penyelenggaraan Pasar Sehat menyinggung
2. Perencanaan dari Constructed Wetland ini tentang baku mutu air limbah. Disana disebutkan
menggunakan sistem jenis Free Water bahwa baku mutu air limbah pasar tradisional
Surface (FWS). sama dengan baku mutu air limbah domestik dan
3. Sampel penelitian limbah grey water air limbah usaha yang tertera dalam Kepmenlh
diambil dari Pasar Indralaya pada tanggal 29 No.68 tahun 2016. Baku mutu air limbah tersebut
januari 2023 pada pukul 09.00 WIB yang dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut
mengacu pada standar SNI 6989.59:2008
dengan menggunakan metode grab sample.
4. Penelitian ini menggunakan 3 sampel uji
yaitu dengan kerapatan tanaman yang
berbeda, yaitu kerapatan tanaman padat,

2
lokal yang beragam dan juga dapat berfungsi
sebagai taman kecil yang menarik.
Selain memiliki kelebihan, constructed wetland
atau lahan basah buatan juga mempunyai beberapa
kelemahan diantaranya yaitu dalam penerapan
constructed wetland dengan sistem free water
system, terdapat potensi untuk timbulnya bau yang
tidak sedap serta menjadi tempat berkembang
biaknya nyamuk (Khambali, 2011). Oleh karena
itu, perencanaan yang tepat dan akurat diperlukan
Gambar 1. Tabel Baku Mutu Air Limbah Domestik dalam menerapkan lahan basah ini.

Lahan Basah Buatan (Constructed Wetland) Kriteria Desain


Constructed wetland yaitu teknologi Berikut adalah beberapa kriteria desain unit
pemurnian yang menggunakan manfaat dari yang akan digunakan dalam Perencanaan Instalasi
tanaman air, media substrate seperti pasir dan Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada limbah
kerikil, serta mikroorganisme yang terdapat di greywater Pasar Indralaya:
dalam lahan basah buatan yang dibuat seperti
kolam. (Kurnadie, 2011). Constructed wetland  Kriteria Desain Skala Laboratorium
merupakan salah satu alternatif yang dapat Pengujian skala laboratorium ini menggunakan
digunakan dalam sistem pengolahan air limbah, sistem constructed wetland yang dirancang dengan
karena biaya operasi yang tidak terlalu tinggi ukuran 50 cm x 25 cm x 40 cm, kedalaman air
serta pemeliharaannya yang cukup mudah dan maksimum pada constructed wetland 40 cm,
murah. Selain itu, constructed wetland tidak perlu menggunakan agregat berukuran 3 cm, dan HLR
diawasi secara terus menerus, menyediakan kurang dari 0,1. Perencanaan ukuran tersebut
habitat bagi organisme yang ada di dalamnya, dihitung berdasarkan tabel yang ada dibawah ini:
dan memberikan nilai estetika yang cukup tinggi.
Tipe media Ukuran efektif
Constructed wetland terdiri dari dua jenis
diantaranya yaitu Subsurface Flow (SSF) dan Course sand 2 mm
Free Water Surface (FWS). Subsurface Flow Medium gravel 32 mm
(SSF) yaitu rawa buatan dengan aliran di bawah Max water depth 10-60 (cm)
permukaan tanah sedangkan Free Water Surface
Min aspect ratio 2:1
(FWS) merupakan rawa buatan dengan aliran di
atas permukaan tanah. HLR (m/day) ≤ 0.1
Gambar 2. Kriteria Desain
(Sumber : Polprasert dan Kittipongvises, 2011)
Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan
Constructed wetland  Kriteria Desain Skala Lapangan
Dalam menggunakan lahan basah buatan atau Instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
construced wetland, terdapat beberapa kelebihan direncanakan terdiri dari dua bak, diantaranya
dan kekurangan yang perlu dipertimbangkan. yaitu bak ekualisasi dan bak constructed wetland.
Berikut adalah contoh kelebihan dan kekurangan Waktu tinggal limbah pada bak ekualisasi selama
dalam menggunakan lahan basah buatan. 4-8 jam, untuk perencanaan ini digunakan waktu
1. Teknologi hemat biaya yang tepat guna. tinggal selama 5 jam. Sementara itu, pada bak
2. Perawatan yang sederhana dan tahan lama. constructed wetland waktu tinggal limbah selama
3. Tidak membutuhkan keahlian khusus, 5-10 hari (Polprasert dan Kittipongvises, 2011),
peralatan mesin yang rumit, atau penggunaan pada penelitian ini digunakan waktu tinggal
bahan kimia yang kompleks. selama 5 hari.
4. Tidak membutuhkan biaya operasional yang
besar. Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)
5. Dapat disesuaikan dengan berbagai ukuran Eceng gondok (Eichhornia crassipes) adalah
dan skala (rumah tangga, klinik, sekolah, tumbuhan air yang tumbuh di danau, sungai, dan
rumah sakit, hotel, dll). rawa dengan pertumbuhan yang cepat. Meskipun
6. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya dianggap sebagai gulma yang dapat merusak
alam yang tersedia. perairan jika berlebihan, eceng gondok memiliki
7. Dapat dipenuhi keanekaragaman tumbuhan banyak manfaat. Tanaman ini melakukan

3
fotosintesis, menyediakan dan menyerap oksigen, dengan pembahasan terkait pengaruh kerapatan
serta mampu menyerap sinar matahari dan zat tanaman terhadap pengolahan grey water dengan
terlarut dalam air. Struktur akar, batang, dan menggunakan sistem free water surface
daunnya dilengkapi dengan kantung udara, constructed wetland.
memungkinkan tanaman ini mengapung di 2. Pengumpulan Data
permukaan air dan menyediakan habitat bagi Pada tahapan ini pengumpulan data dilakukan
organisme akuatik. dengan cara survei lapangan kemudian
mengasumsikan rata-rata data pemakaian air
Apu-Apu (Pistia stratiotes L.) bersih Pasar Tradisional Indralaya. Selanjutnya
Tumbuhan apu-apu merupakan tumbuhan data tersebut diolah untuk mendapatkan debit air
yang dapat berkembang biak tidak hanya secara limbah dengan menggunakan rumus yang telah
generatif tetapi juga dengan cara vegetatif juga. ditentukan.
Tumbuhan apu-apu mengandung glikosid, 3. Tahapan Persiapan
alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, minyak, dan Pada tahapan persiapan ini terdapat 2 kegiatan
lemak. Tumbuhan apu-apu termasuk ke dalam yang akan dilakukan yaitu persiapan pada alat dan
kingdom plantae, subkingdom tracheobionta, persiapan pada sampel. Pada tahapan persiapan
superdivisi spermatophyta, divisi alat dimulai dari menyiapkan alat dan bahan untuk
magnoliophyta, kelas liliopsida, subkelas pembuatan construted wetland. Setelah
arecidae, ordo arales, famili araceae, genus terbentuknya alat construted wetland maka
pistia, dan spesies Pistia Stratiotes L. Gulma langkah selanjutnya yaitu pengambilan sampel
pada apu-apu mampu berperan sebagai sumber untuk penelitian (sampel yang digunakan
dari pupuk organik. Apu-apu dapat digunakan merupakan sampel limbah grey water dari Pasar
sebagai penyerap unsur nitrogen di alam, seperti Indralaya) dengan cara menampung air limbah ke
terlihat pada kandungan nitrogen apu-apu. suatu wadah. Selanjutnya air limbah tersebut
dibawa ke laboratorium untuk proses pengujian
3. METODOLOGI PENELITIAN kadar kandungan polutan yang terkandung pada
air limbah tersebut.
4. Pengujian Construted Wetland
Pada tahapan ini limbah grey water yang
didapat dimasukkan kedalam bak penampung.
Setelah limbah tersebut berada di bak penampung
maka limbah tersebut akan di alirkan ke alat
construted wetland dengan arah horizontal.
Pengujian sampel dilakukan dalam 3 tangki
dengan kerapatan tanaman yang berbeda yaitu,
tanaman dengan kerapatan tinggi, sedang, dan
rendah. Dengan tiga perlakuan pada pengujian ini
akan dilihat constructed wetland dengan kerapatan
tanaman seperti apa yang efektif dan efisien dalam
menurunkan kadar polutan dalam limbah
5. Sampling dan Pengujian
Penelitian ini berlangsung selama 24,
kemudian sampel dibawa ke laboratorium untuk
dilakukan uji kadar kandungan yang terdapat di
sampel tersebut. Laboratorium yang akan
digunakan adalah Laboratorium Badan
Gambar 3 : FlowChart Penelitian Lingkungan Hidup yang berlokasi di Jalan Lunjuk
Jaya No.2, Lorok Pakjo, Kec. Ilir Barat 1, Kota
Berikut ini adalah tahapan-tahapan yang Palembang, Sumatera Selatan.
dilakukan dalam penelitian menggunakan sistem 6. Analisis Data
constructed wetland: Data dari hasil pemeriksaan konsentrasi
1. Studi Literatur kualitas air limbah hasil dari pengolahan limbah
Pada penelitian ini studi literatur yang digunakan grey water dari pasar tradisional indralaya sebelum
berupa buku-buku, jurnal, makalah akademik, dan sesudah melewati construted wetland
standar peraturan dan tulisan ilmiah yang relevan berdasarkan variable penelitian yang telah

4
ditetapkan meliputi Biochemical Oxygen Demand Perhitungan Limbah Grey Water
(BOD),Chemical Oxygen Demand (COD) Total Dari 80% pemakaian air bersih yang akan
Suspended Solid (TSS), dan Amnia (NH3)), menjadi air limbah maka 75% dari total air limbah
kemudian disajikan dalam bentuk tabel yang tersebut merupakan limbah grey water
selanjutnya akan dianalisis secara deskriptif dari (Supriyanto, 2014). Oleh karena itu dalam
data yang diperoleh berdasarkan kriteria objektif perencanaan diterapkan 75% limbah grey water
untuk mengetahui apakah kerapatan tanaman dari total air limbah domestik.
mempengaruhi construted wetland dalam
mengolah air limbah Pasar Indralaya.
7. Kesimpulan Dimana :
Maka setelah dilakukan penelitian Qd : Debit Air Limbah (Liter/hari)
menggunakan sistem free water surface Q greywater:Debit Air LimbahGreywater(Liter/hari)
constructed wetland dalam pengolahan limbah
grey water yang berasal dari Pasar Indralaya, Perhitungan Waktu Tinggal
dapat dilihat seberapa banyak penurunan polutan Dalam menentukan waktu tinggal optimal
didalam limbah tersebut sehingga dapat menggunakan perbandingan antara volume
disimpulkan seberapa efektif constructed wetland constructed wetland dan debit aliran yang di
dalam mengolah limbah grey water yang berada aplikasikan dengan menggunakan teori dari Crites
di pasar tradisional. dan Tchobanoglus (1988) sebagai berikut:

Analisa Data
Adapun perhitungan-perhitungan yang Dimana :
dilakukan selama pengujian air limbah pasar HRT : Waktu tinggal (hari)
tradisional indralaya ini adalah: V : Volume Constructed Wetland
Q : Debit (m3 /hari)
Perhitungan Efisiensi Penurunan
Perhitungan nilai efisiensi penurunan Perhitungan Desain IPAL Rencana
bergantung dari nilai paramater air limbah Penentuan besarnya volume bergantung dari
sebelum dan sesudah perlakukan yang nilai debit air limbah greywater dan waktu tinggal
diaplikasikan dengan rumus sebagai berikut ( optimal yang akan diaplikasikan menggunakan
Puspitasari, 2021): rumus sebagai berikut (Fajar dkk, 2021):

Dimana : Dimana :
Cin : Nilai parameter air limbah sebelum Qgreywater : Debit Air Limbah Grey Water (
perlakuan Liter/Hari)
Cout : Nilai parameter air limbah sesudah td : Waktu Tinggal
perlakuan
Perhitungan Penentuan Diameter Pipa
Perhitungan Debit Air Limbah Total Perhari Perhitungan diameter pipa bergantung pada
Pada perencanaan debit air limbah total nilai debit digunakan yang diaplikasikan
diterapkan 80% merupakan angka persentase perhitungannya menggunakan rumus sebagai
untuk menentukan air limbah hal ini disesuaikan berikut (Dahruji dkk, 2016):
dengan literatur bahwa debit air limbah dapat
diperkirakan mencapai 80% kebutuhan air bersih
(Safrodin dkk, 2017 dalam Fajar dkk, 2021).
Dimana :
D pipa : Diameter Pipa (mm)
Dimana : Q greywater : Debit Air Limbah Grey Water (
Qd : Debit Air Limbah (Liter/hari) Liter/hari)
ΣQave : Kebutuhan Air Bersih (Liter/hari)

5
4. HASIL DAN PEMBAHASAN diuji di Laboratorium Lingkungan Hidup dan
Kesehatan Kota Palembang sebagai berikut
Kondisi Awal Kualitas Air Limbah
Penelitian ini menggunakan limbah cair, Tabel 1 Hasil Uji BOD
khususnya limbah greywater, dari Pasar Parameter Satuan Renggang Sedang Padat
Indralaya sebagai objek penelitian. Sebanyak BOD
1500 ml limbah cair tersebut diuji di mg/L 52,33 28,2 28,21
Laboratorium Lingkungan untuk mengetahui Efisiesnsi
76% 87% 87%
karakteristik awalnya, termasuk konsentrasi Penyisihan
COD, TSS, amonia, BOD, dan pH. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa limbah cair
tersebut memiliki konsentrasi polutan yang BOD
melebihi batas maksimum yang ditetapkan dalam 250
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan 214
200
Kehutanan No. 68 tahun 2016.

BOD (mg/L)
Untuk memenuhi syarat baku mutu sebelum 150
dialirkan ke perairan umum, limbah cair tersebut 100
perlu diolah terlebih dahulu. Salah satu sistem 52.33 28.2
pengolahan yang cocok untuk digunakan adalah 50 28.21
lahan basah buatan aliran atas permukaan (free
0
water surface constructed wetland). Sistem ini Sampel Renggang Sedang Padat
cocok diterapkan di negara beriklim tropis seperti Awal
Indonesia karena tidak ada perubahan suhu yang
signifikan, yang mendukung optimalnya kerja
Gambar 4. Grafik penurunan BOD terhadap kerapatan
sistem constructed wetland. Selain itu, sistem ini tanaman
memiliki mekanisme sederhana dan biaya
operasional yang terjangkau, dengan Pengujian hasil constructed wetland dengan
mengandalkan kinerja tumbuhan dan variasi kerapatan tanaman menunjukkan bahwa
mikroorganisme alami. tanaman memiliki peran penting dalam
Kondisi awal limbah grey water Pasar menurunkan kadar polutan BOD pada limbah.
Indralaya sebelum dilakukan pengujian Hasil pengujian menunjukkan bahwa penurunan
menggunakan sistem constructed wetland adalah kadar BOD tertinggi terjadi pada constructed
sebagai berikut : wetland dengan kerapatan tanaman sedang,
mencapai efisiensi penurunan sebesar 87%. Hasil
Sampel Baku Mutu Air ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
Parameter Satuan
awal Limbah menyatakan bahwa peningkatan kerapatan
BOD (mg/L) 214 30 tanaman tidak selalu mengakibatkan peningkatan
(mg/L) 321,8 100
efisiensi penurunan kadar BOD. Efisiensi
COD
penyisihan BOD mencapai titik optimal pada
TSS (mg/L) 374 30 kerapatan tanaman sekitar 30 tanaman/m2 dan
Amonia (mg/L) 419,5 10 menurun ketika kerapatan tanaman meningkat
pH (mg/L) 5,77 6-9 menjadi 60 tanaman/m2. Kemungkinan karena
kerapatan tanaman yang terlalu padat dapat
Pengaruh Variasi Kerapatan Tanaman menghambat aliran air dan mempengaruhi
Terhadap Penyisihan BOD ketersediaan oksigen bagi mikroorganisme yang
Limbah greywater dari Pasar Indralaya bekerja dalam pengolahan limbah.
memiliki kadar BOD sebesar 214 mg/L, yang
melebihi batas maksimum baku mutu air limbah Pengaruh Variasi Kerapatan Tanaman
yaitu sebesar 30 mg/L yang ditetapkan dalam Terhadap Penyisihan COD
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Berdasarkan pengujian yang dilakukan di
Kehutanan No. 68 tahun 2016. Oleh karena itu, Laboratorium Lingkungan Hidup dan Kesehatan
limbah tersebut perlu diolah sebelum dialirkan ke Palembang dengan pedoman SNI 6989 2-2019
perairan umum. Setelah dilakukan pengolahan kadar COD yang terkandung dalam limbah grey
menggunakan constructed wetland dengan water Pasar Indralaya yaitu 321,8 mg/L. Kadar
menerpakan variasi kerapatan tanaman yang COD pada limbah tersebut tidak memenuhi
berbeda, didapatkan analisa kadar BOD yang peraturan yang telah disyaratkan dalam Permen-
LHK-No-68 Tahun 2016 dimana untuk dialirkan

6
ke badan sungai kadar COD dalam limbah tidak limbah tersebut tidak memenuhi peraturan baku
boleh lebih dari 100 mg/L. Oleh karena itu mutu air limbah yang telah disyaratkan sehingga
limbah grey water Pasar Indralaya harus diperlukan pengolahan terlebih dahulu.
dilakukan pengolahan terlebih dahulu agar dapat Berdasarkan pengujian yang dilakukan
dialirkan ke badan sungai. Berikut merupakan didapatkan hasil analisa kadar TSS sebagai
hasil analisa kadar COD berdasarkan pengujian berikut.
yang telah dilakukan di Laboratorium
Lingkungan Hidup dan Kesehatan Palembang Tabel 3 Hasil Uji TSS
setelah dilakukan pengolahan menggunakan Satuan Renggang Sedang Padat
Parameter
constructed wetland dengan variasi kerapatan
TSS
tanaman. mg/L 89 56,5 36
Efisiesnsi
Tabel 2 Hasil Uji COD 76% 85% 90%
Penyisihan
Parameter Satuan Renggang Sedang Padat
COD
mg/L 128,6 70,52 74,52 TSS
400
Efisiesnsi 374
60% 78% 77% 350
Penyisihan
300

TSS (mg/L)
250
COD 200
350 150
321.8 100 89 56.5
300 36
50
COD (mg/L)

250
0
200 Sampel Renggang Sedang Padat
150 128.6 Awal
100 70.52 74.52
50 Gambar 5. Grafik penurunan COD terhadap kerapatan
0 tanaman
Sampel Renggang Sedang Padat
Awal Penurunan kadar polutan TSS dapat dilihat dari
kondisi air limbah setelah dilakukan pengolahan.
Kondisi awal air limbah sebelum diolah sangat
Gambar 5. Grafik penurunan COD terhadap kerapatan
tanaman keruh dan cenderung berwarna hitam, sedangkan
setelah dilakukan pengolahan air limbah dengan
Dapat dilihat bahwa constucted wetland dengan kerapatan tanaman padat mengahsilkan air yang
kerapatan tanaman renggang mengalami jernih dan cenderung tak berwarna, sementara
penurunan parameter COD yang paling rendah, constructed wetland dengan kerapatan tanaman
sedangkan constructed wetland dengan kerapatan sedang menghasilkan sampel air limbah yang
tanaman sedang memiliki efisiensi penurunan sedikit lebih keruh dan berwarna kuning, dan
yang tertinggi yaitu sebesar 78%, sementara constructed wetland dengan kerapatan tanaman
constructed wetland dengan kerapatan tanaman renggang menghasilkan sampel air limbah yang
padat memiliki efisiensi penurunan yang sedikit lebih keruh daripada kerapatan tanaman sedang
lebih rendah daripada kerapatan tanaman sedang. dan sedikit berwarna coklat.
Hal tersebut dapat terjadi karena tanaman yang
terlalu padat pada constructed wetland dapat Pengaruh Variasi Kerapatan Tanaman
menyebabkan penghambatan aliran air sehingga Terhadap Penyisihan Amonia
mempengaruhi ketersediaann oksigen bagi Setelah dilakukan pengujian di Laboratorium
mikroorganisme. Lingkungan Hidup dan Kesehatan Kota
Palembang kadar amonia pada limbah pasar
Pengaruh Variasi Kerapatan Tanaman indralaya yaitu sebesar 419,5 mg/L. Kadar
Terhadap Penyisihan TSS amonia pada limbah tersebut belum memenuhi
Kadar TSS (Total Suspended Solid) limbah Pasar syarat baku mutu sesuai dengan permen-LHK-
Indralaya setelah dilakukan pengujian dengan No-68 Tahun 2016, dimana untuk dapat dialirkan
pedoman SNI 6989-3-2019 di Laboratorium ke perairan umum kadar amonia dalam limbah
Lingkungan Hidup dan Kesehatan Kota tidak boleh lebih dari 10 mg/L. Berikut hasil
Palembang yaitu 374 mg/L. Kadar TSS pada pengolahan limbah grey water menggunakan

7
sistem constructed wetland dengan pengaruh Perencanaan Bak Ekualisasi
kerapatan tanaman Waktu tinggal dalam bak (HRT) = 4-8 Jam
Ditetapkan waktu tinggal limbah di dalam bak
Tabel 2 Hasil Uji Amonia ekualisasi selama 5 jam
𝐻𝑅𝑇
Parameter Satuan Renggang Sedang Padat Volume Bak Ekualisasi = xQ
24 𝐽𝑎𝑚
Amonia 5
mg/L 19,4 12,445 4,313
= hari x 5,2 m3/hari
24
Efisiesnsi = 1,083 m3
95% 97% 99%
Penyisihan Dimensi Bak Ekualisasi :
Volume = 1,083 m3
Amonia Kedalaman air = 1,5 m = 150 cm
450 Panjang bak = 1,5 m = 150 cm
400 419.5
Lebar bak = 0,75 m = 75 cm
Amonia (mg/L)

350 Check
300
Volume efektif = 1,125 m3
250 V
200 Waktu Tinggal (HRT) = Q
150 1,125 m3
100 =
12.445 0,2167 m3 /jam
50 19.4 4.313
0
= 5,19 jam
Sampel Renggang Sedang Padat Dimensi Pipa :
Awal Jumlah Pompa = 1 Buah Debit
Q aliran = 0,00006 m3 /detik
Gambar 5. Grafik penurunan Amonia terhadap kerapatan
4𝑥𝑄
tanaman D Pipa = √2 𝑥 µ
Dapat dilihat dari grafik diatas bahwa semakin 4 𝑥 0,00006
=√
padat tanaman pada constructed wetland maka 2 𝑥 3,14
semakin tinggi efisiensi penyisihan kadar amonia = 0,0062 m = 6,2 mm (gunakan 22
pada limbah. Hal ini sejalan dengan penelitian mm diameter pipa pasaran)
yang dilakukan (Zhang et al, 2018) semakin
padat tanaman pada constructed wetland maka Perencanaan Bak Constructed Wetland
semakin tinggi efisiensi penyisihan amonia yang Diketahui:
dicapai, pada kerapatan tanaman tanaman 50 Waktu tinggal dalam bak constructed wetland =
tanaman/m2 efisiensi penyisihan amonia sebesar 5-10 hari
65,7% dan menjadi 86,2% pada saat kerapatan Ditetapkan waktu tinggal limbah di dalam bak
tanaman 150 tanaman/m2. constructed wetland selama 5 hari
𝐻𝑅𝑇
Volume Bak = xQ
Perencanaan Unit Pengolahan Air Limbah 24 𝐽𝑎𝑚
120
Perencanaan unit pengolahan air limbah = hari x 5,2 m3/hari
24
dengan jenis free water surface ini terdiri dari = 26 m3
bak ekualisasi dan bak lahan basah buatan
(constructed wetland). Bak ekualisasi merupakan Dimensi Bak Constructed Wetland :
bak penampung yang berfungsi untuk Volume = 26 m3 = 26.000.000 cm3
menampung debit air limbah, di dalam bak H = 150 cm = 1,5 m
ekualisasi terdapat pompa yang berfungsi Luas = 180.000 cm2 = 18 m2
mengalirkan air limbah ke bak lahan basah Panjang = 600 cm = 6 m
buatan. Lebar = 300 cm = 3 m
80
Qd = 100 × ∑ 𝑄 𝑎𝑣𝑒 Waktu Tinggal = 5 hari = 120 jam
80
= 100 × 8,6 m3 /hari Kebutuhan Tanaman:
= 6,9 m3/hari Diketahui:
Luas permukaan CW (As) = 18 m2
Q grey water = Q Limbah total x 75% Kebutuhan tanaman = As x kerapatan tanaman
= 6,9 m3/hari x 75% = 18 m2x 30 tanaman/m2
= 5,175 m3/hari = 540 tanaman
= 216,67 liter/jam

8
Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan dimensi ke perairan umum kadar TSS dalam limbah
ukuran bak ekualisasi sebesar 1,5 m x 0,75 m x 1,5 tidak boleh melebihi 30mg/L
m cm dan bak constructed wetland dengan ukuran 3. Efisiensi penyisihan kadar polutan yang
6 m x 3 m x 1,5 m. Desain constructed wetland terkandung dalam limbah greywater pada
yang telah direncanakan akan digambar constructed wetland yaitu
menggunakan aplikasi SketchUp 2020, untuk a. Pada constructed wetland dengan kerapatan
detail gambar constructed wetland yang tanaman renggang efisiensi penyisihan kadar
direncanakan dapat dilihat pada gambar di bawah BOD sebesar 76%, COD sebesar 60%, TSS
ini: sebesar 76% dan Amonia sebesar 95%.
b. Pada constructed wetland dengan kerapatan
tanaman sedang esisiensi penyisihan kadar
BOD sebesar 87%, COD sebesar 78%, TSS
sebesar 85%, dan Amonia sebesar 97%.
c. Pada constructed wetland dengan kerapatan
tanaman padat efisiensi penyisihan kadar
BOD sebesar 87%, COD sebesar 77%, TSS
sebesar 90%, dan Amonia sebesar 99%.
4. Berdasarkan perhitungan perencanaan
instalasi pengolahan air limbah Pasar
Gambar 6. Desain Free Water Surface Constructed Wetland Indralaya dengan menggunakan sistem free
Tampak Depan water surface constructed wetland didapatkan
ukuran pada bak ekualisasi yaitu 70 cm x 40
5. Kesimpulan cm x 80 cm, sedangkan dimensi bak
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan
constructed wetland sebesar 200 cm x 50 cm x
pengujian yang telah dilakukan dan pembahasan
80 cm.
yang telah diuraikan, yaitu sebagai berikut:
1. Kondisi awal limbah greywater pasar
REFRENSI
indralaya belum memenuhi syarat baku mutu
Asnawi, S. M., Amir, A. A., Mokhtar, M., Hooi,
air limbah sesuai dengan aturan yang
K. W. A., 2016. Constructed Wetland for
disyaratkan dalam Peraturan Menteri
Wastewater Treatment: A Case Study at
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68
Frangipani Resort, Langkawi Pembinaan
Tahun 2016. Karakteristik awal limbah
Wetland untuk Rawatan Air Sisa: Satu Kajian
greywater pasar indralaya sebelum dilakukan
Kes di Frangipani Resort, Langkawi.
proses pengolahan mengandung kadar BOD
International.
sebanyak 214 mg/L, COD sebanyak 321,8
Dahruji, D., Wilianarti, P. F., & Hendarto, T. T.
mg/L, TSS sebanyak 374 mg/L, dan Amonia
(2016). Studi pengolahan limbah usaha
sebanyak 419,5 mg/L.
mandiri rumah tangga dan dampak bagi
2. Pada penelitian ini, kerapatan tanaman dalam
kesehatan di wilayah Kenjeran,
constructed weland cukup berpengaruh
Surabaya. Aksiologiya: Jurnal Pengabdian
terhadap proses penyisihan kadar polutan
Kepada Masyarakat, 1(1), 36-44.
yang terkandung dalam limbah greywater
Eddy. (2008). Karakteristik Limbah Cair. Jurnal
Pasar Indralaya.
Ilmiah teknik Lingkungan, 2,20.
a. Pada constructed wetland dengan kerapatan
Fajar, W., Pangesti, P. (2021). Perencanaan
tanaman renggang, belum ada parameter
Instalasi Pengolahan Air Limbah (Ipal)
polutan yang memenuhi standar baku mutu air
Domestik Dengan Metode Constructed
limbah yang disyaratkan.
Wetland Di Perumahan Bumi Ciruas Permai 1
b. Pada constructed wetland dengan kerapatan
Kabupaten Serang. Jurnal Lingkungan dan
tanaman sedang, hanya parameter BOD dan
Sumberdaya Alam (JURNALIS), 4(2), 130-
COD yang memenuhi standar baku mutu air
141.
limbah yang disyaratkan.
Hamonangan, M, C., dan Yumoarto, A. (2022).
c. Penyisihan kadar polutan teringgi terjadi pada
Kajian Penyisihan Amonia dalam Pengolahan
constructed wetland dengan kerapatan
Air Minum Konvensional. Jurnal Teknik ITS
tanaman padat, dimana hanya penyisihan
Vol. 11, No.2. (2022) ISSN: 2337-3539
kadar polutan TSS yang belum memenuhi
(2301-9271).
standar baku mutu air limbah, setelah
Han, W., Sheng, X., Shao, J., Jiang, J., He, Q., &
dilakukan pengujian kadar TSS dalam limbah
Lin, Y. (2020). Effects of Plant Diversity and
sebesar 36mg/L, dimana untuk dapat dialirkan
Plant Density on Ecosystem Functions in

9
Floating Constructed Wetlands. menurunkan pencemaran pada limbah cair
Husnabilah, A. T. H. I. F. (2016). Perencanaan industri tahu. Majalah Ilmiah
Constructed Wetland Untuk Pengolahan Momentum, 8(2).
Greywater Menggunakan Tumbuhan Canna Safrodin, A., Mangkoedihardjo, S., & Yuniarto,
Indica (Studi Kasus: Kelurahan Keputih A. (2017). Desain IPAL Subsurface Flow
Surabaya). Institut Teknologi Sepuluh Constructed Wetland Di Rusunawa Grudo
Nopember, Surabaya. Surabaya. IPTEK Journal of Proceedings
Jompa, E. S. 2012 "Studi Fisika, Kimia, dan Series, 3(5).
Biologi Kualitas Air Media Pemeliharaan Satiti, E. (2011). Identifikasi Dan Karakterisasi
Krablet Kepiting Bakau (Scylla Olivacea) Limbah Cair Serta Evaluasi Instalasi
Melalui Percobaan dengan Penambahan Pengolahan Air Limbah (IPAL) Pasar
Serasah Daun Mangrrove (Rhizophora Tradisional.
Mucronata)". In Prosiding Seminar Nasional Savitri R.D. (2007). Pengaruh Arang Aktif
Limnologi VI Tahun 2012 (pp. 720-738) dan Sagittaria montevidensis Terhadap
Kurniadie, D. (2011). Teknologi Pengolahan Penurunan Polutan Limbah Deterjen Dengan
Limbah Cair Secara Biologis. Widya Menggunakan Lahan Basah Buatan. Skripsi
Padjajaran, Bandung. S1. Fakultas MIPA, Program Studi Biologi
Metcalf dan Eddy, 2003. "Wastewater ITB. Bandung.
Wngineering : Treatment, Disposal and Supradata. (2005). “Pengolahan Limbah
Reuse" .McGraw-Hill, Inc: USA Domestik Menggunakan Tanaman Hias
Nugroho, A., Wahyuningsih, N, A., & Ginandjar, (Cyperus Alternifolius Dalam Sistem Lahan
P. (2019). Pengaruh Lama Kontak Dan Basah Buatan Aliran Bawah Permukaan
Kerapatan Tanaman Eceng Gondok Dalam (SSF-Wetlands).” Program Pasca sarjana
Mereduksi Kadmium Pada Air Larutan Universitas Diponegoro: 64–67.
Pupuk Buatan” Jurnal Kesehatan Utama, F. Y., & Wibowo, H. (2018). Analisis
Masyarakat Preventive Maintenance Terhadap
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Submersible Pump 100 Dlc5 7, 5 T Dalam
Kehutanan. (2016). Peraturan Menteri Instalasi Pengolahan Air Limbah. Indonesian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Journal of Engineering and Technology
Indonesia Nomor: (INAJET), 1(1), 35-43.
P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Tentang Wijayanti. (2004). Uji Tumbuhan Cyperus
Baku Mutu Air Limbah Domestik. Peraturan Papyrus dan Heliconia rostrate dalam
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan mereduksi COD dan TSS pada limbah
Republik Indonesia, 1-13. Laboratorium Teknik Lingkungan ITS
Perkasa, G, (2019). Penentuan Kerapatan Surabaya. Institut Teknologi Surabaya.
Tanaman Alang-Alang Air (Typha Lathifolia Winardi, A, I, A. (2015). Perencanaan Sistem
L) pada Lahan Basah Buatan dalam Pengolahn Limbah Cair Kawasan Pasar
Mereduksi Logam Kromium pada Limbah Anggrek Kota Pontianak. Jurnal Teknologi
Penyemakan Kulit. Skripsi. Malang : Lahan Basah.
Universitas Brawijaya Zhao, Y., Collum, S., Phelan, M., Goodbody, T.,
Puspitasari, N., Fachrul, M. F., & Ratnaningsih, Doherty, L., & Hu, Y. (2013). Preliminary
R. (2021). Lahan Basah Buatan dengan investigation of constructed wetland
Tanaman Paku Air (Azolla incorporating microbial fuel cell: batch and
Microphylla). JURNAL BHUWANA, 1-14. continuous flow trials. Chemical Engineering
Putra, M. R. N., & Alia, F. (2022). Analisa Journal, 229, 364-370.
Pengaruh Kerapatan Tanaman Terhadap
Kinerja Constructed Wetland Pada
Pengolahan Limbah Greywater
Perumahan (Doctoral dissertation, Sriwijya
University).
Rahmawati, P. (2014). Pengelolaan Metode IPAL
(Instalasi Pengolahan Air Limbah) dalam
Mengatasi Pencemaran Air Tanah dan Air
Sungai. Naskah Publikasi. Surakarta :
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ratnani, R. D. (2012). Kemampuan kombinasi
eceng gondok dan lumpur aktif untuk

10

You might also like