You are on page 1of 8

Upaya Mengatasi Hambatan Terhadap Dana Talangan Pada Nasabah Koperasi

KGPN Kecamatan Medan Tembung

Nugraha Pratama Ramadhan 1, Ahmad Amanda 2, Author 3


1 UINSU, Indonesia

2 UINSU, Indonesia

3 Author Affiliation, Country

Corresponding Author: nugrahapratamaramadhan@gmail.com

ABSTRACT
ARTICLE INFO Cooperatives are the implementation of article 33 of the Constitution as
Article history: regulated in Law Number 25 of 1992 concerning Cooperatives. Cooperatives
Received in Indonesia are very influential in the survival of local residents. Moreover,
in cooperatives there are several cooperative members and non-cooperative
Revised members who are not punctual in returning their debts at the time
previously determined. Bad loans in savings and loan cooperatives have
Accepted become a very worrying thing for the health of the cooperative itself. There
are more and more bad loans in cooperatives from time to time and it is
difficult to collect them.Talang funds are widely used in today's transaction
processes. Like implementing the pay later concept which uses bailout funds
first. So that payments are primarily made in accordance with the terms and
policies of both parties. In other cases, bridging funds can be applied to
various areas of transactions, not only in buying and selling transactions.
This research aims to determine the factors that causing credit problems at
the KGPN Cooperative, Medan Tembung District, this research using
qualitative research with observation methods interviews, and
documentation. The problems in this research are: 1. What are the causes of
Bad Loans in Cooperatives? 2. What are the Efforts to Settle the Loan Bailouts
of Cooperative Members Who Bail Out Customers of the KGPN Cooperative,
Medan Tembung District? Efforts to resolve loan bailouts from cooperative
members that are bailed out by customers of the KGPN Cooperative, Medan
Tembung District, are by communicating well with customers. If you don't
get results, you will contact someone closest to the customer.

Cooperatives, Bailout Funds, Bad Credit, Cooperative Settlement.


Kata Kunci
Keywords

1
PENDAHULUAN
Koperasi merupakan pelaksanaan Pasal 33 UUD sebagaimana diatur
dalam UU Perkoperasian No. 25 Tahun 1992. Koperasi di Indonesia mempunyai
pengaruh yang besar terhadap kelangsungan hidup masyarakat setempat.
Selain itu, koperasi mempunyai beberapa anggota koperasi dan anggota non
koperasi yang tidak tepat waktu dalam mengembalikan utang pada waktu yang
telah disepakati. Kredit macet pada koperasi simpan pinjam telah menjadi
kekhawatiran utama bagi kesehatan koperasi itu sendiri. Koperasi mempunyai
kredit macet yang semakin banyak dari waktu ke waktu dan sulit untuk
menagihnya. Pinjaman macet koperasi sendiri tidak sepenuhnya melindungi
koperasi dari gagal bayar pinjaman dari pelanggan atau anggota koperasi yang
berhutang. (Handoyo et al., 2014)

Terkait dengan hal ini, tidak bisa dilepaskan dengan adanya dana talang.
Kata dana Talangan banyak sekali digunakan dalam kehidupan sehari hari.
Dalam konteksnya, dana talangan mempunyai arti yang sangat luas karena
mengacu pada suatu hal yang penting, namun menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), dana talangan adalah dana yang pertama kali digunakan
untuk melakukan pembayaran atau peristiwa tertentu. Dana talang banyak
sekali di gunakan dalam proses transaksi masa kini. Seperti halnya penerapan
konsep paylater yang mana menggunakan dana talangan terlebih dahulu.
Sehingga untuk pembayaran utamanya dilakukan sesuai dengan ketentuan dan
kebijakan dua belah pihak. Dalam khasus lain, dana talang dapat diterapkan ke
berbagai bidang transaksi, tidak hanya dalam transaksi jual beli.

Hal ini terjadi Medan Tembung, Ketika peneliti melakukan penelitian


secara langsung di Medan Tembung. Terjadinya salah satu kasus dimana
nasabah melakukan dana talang terhadap salah satu Koperasi Guru dan
Pegawai Negeri (KGPN). Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara terhadap
salah satu pegawai koperasi pada tanggal 25 Maret 2024 pukul 08.00 WIB.
Permasalahan yang sering muncul terjadi adalah dimana nasabah tidak mau
membayar dana talang yang sudah dikeluarkan oleh koperasi tersebut. Yang
mana koperasi melakukan inisiatif dengan cara memotong gaji bulanan
nasabah tersebut. Namun ternyata nasabah tidak mau untuk membayar ganti
kerugian dana yang telah dikeluarkan koperasi sehingga dana KGPN mengalami
kemacetan. (Hasil wawancara 25 Maret 2024 pukul 08.00 WIB.)

2
Terkait hal itu, Pegawai tersebut dalam wawancaranya mengungkapkan
bahwa dalam kesulitin ini ada beberapa masyarakat yang sampai membawa
polisi untuk mengancam koperasi tersebutdikarenakan koperasi melakukan
pemotongan gaji nasabah untuk membayar dana telangan tersebut. Dsalam hal
ini pegawai tersebut mengungkapkan bahwa dari perbuatan tersebut dapat
mengakibatkan dana koperasi bisa macet.

Koperasi mempunyai prioritas dibandingkan litigasi dalam penyelesaian


sengketa kredit macet karena dapat berdampak pada perkembangan koperasi
itu sendiri, serta lebih manusiawi jika menggunakan metode dan pendekatan
penyelesaian sengketa yang dapat menyelesaikan permasalahan utang dan
tagihan. tanpa harus untuk diadili di pengadilan. Karena kredit macet juga
membawa akibat hukum bagi koperasi dalam perjanjian pinjam meminjam,
yaitu peminjam wajib mengganti kerugian kepada koperasi, maka peminjam
juga wajib membayar kembali pinjamannya bila masih memungkinkan.
berdasarkan teguran dari pihak koperasi, dan resiko berpindah kepada
peminjam, karena pinjaman tidak dilunasi dalam jangka waktu tertentu.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk


menyajikannya dalam bentuk rangkuman dengan judul “Upaya Mengatasi
Hambatan Terhadap Dana Talangan Pada Nasabah Koperasi KGPN Kecamatan
Medan Tembung”. Akibat hukum dari kelalaian adalah pihak yang lalai harus
membayar ganti rugi. Jika terjadi wanprestasi, dapat diselesaikan melalui
musyawarah dan mufakat. Masalah pertama dapat dirumuskan sebagai berikut,
yaitu:

1. Bagaimana penyebab Terjadinya Pinjaman Macet di Koperasi ?


2. Bagaimana Upaya Penyelesaian Terhadap Dana Talangan Pinjaman
Anggota Koperasi yang Talangan Pada Nasabah Koperasi KGPN
Kecamatan Medan Tembung?

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam menjawab permasalahan, dalam penelitian ini digunakan metode


survei wawancara, yaitu pengumpulan informasi dengan cara langsung menjawab
pertanyaan dan jawaban bersama-sama dengan informan yang dianggap perlu dan
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Jurnal ini menggunakan penelitian
lapangan (field research) dan menggunakan data kualitatif.

3
Penelitian kualitatif merupakan hal yang umum dan digunakan terutama
dalam dunia ilmu sosial dan humaniora dalam bentuk penelitian mikro. Hal ini
terutama mengacu pada pola dan tingkah laku (behavior) orang-orang dan apa yang
melatarbelakangi perilaku tersebut yang biasanya sulit diukur dengan angka. Sebab
apa yang tampak sebagai gejala tidak selalu sama dengan apa yang sebenarnya ada
dalam pikiran dan keinginan sebenarnya. Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bersumber dari cara berpikir induktif berdasarkan pengamatan objektif dan
partisipatif terhadap suatu fenomena sosial. (Harahap, Nursapia., 2020).

Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami, menyelidiki dan menerobos


fenomena yang sangat mendalam, kemudian menafsirkan dan memperoleh gejala-
gejala tersebut sesuai dengan konteksnya. Sehingga dapat diambil kesimpulan yang
obyektif dan wajar sesuai dengan gejala konteks yang bersifat subyektif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Penyebab Terjadinya Pinjaman Macet di Koperasi Akibat Dana Talang


Koperasi mulai dikenal pada awal abad ke-19 sebagai reaksi terhadap
liberalisme ekonomi yang berlaku pada saat itu, ketika kehidupan
masyarakat didominasi oleh kelompok-kelompok yang bermodal besar
menguasai kehidupan masyarakat. Koperasi berasal dari kata Co dan
Operation yang berarti kerja sama atau gotong royong untuk mencapai
tujuan bersama. Landasan hukum koperasi Indonesia adalah Pasal 33
Undang-undang RI Tahun 1945 dan Undang-Undang Perkoperasian No. 25
Tahun 1992. Dapat ditarik benang merah dari sejarah koperasi Indonesia
yang menjelaskan bahwa koperasi Indonesia lahir dan tumbuh dari proses
simpan pinjam, yang berarti simpan pinjam merupakan batu loncatan bagi
perkembangan koperasi di Indonesia.

Permasalahan kredit merupakan permasalahan yang paling sering


terjadi dimana-mana, penyelesaian resiko kredit pada koperasi sama saja
dengan penyelesaian kredit macet pada koperasi pada umumnya. Untuk
permasalahan ini yang biasanya berupa kredit macet yang telah dicoba dan
gagal dalam penagihan atau persahabatan, pihak koperasi akan
menyelesaikan permasalahan tersebut sebaik mungkin.

Dalam permasalahann kredit macet yang terjadi di Kecamatan Medan


Tembung hal yang sangat umum terjadi yaitu ketika nasabah enggan
mengenbalikan uang dana talang pada koperasi. Salah satu pegawai koperasi
megungkapkan nasabah rata-rata enggan ketika aturan dikoperasi tersebut
dengan cara memutong gaji pns. Hal itu menjadi penghalang dan penyebab
timbulnya dana macet dikoperasi tersebut. Pegawai koperasi tersebut
4
mengungkapkan salah satu cara yang hanya bisa dilakukan yaitu dengan
cara musyawarah dengan pihak nasabah agar dana talang tersebut bisa
dikembalikan dengan baik sebaiknya.

Pada Koperasi KGPN Kecamatan Medan Tembung sistem peminjaman


yang membedakan dengan lembaga yang lain adalah koperasi ini hanya
mencari nasabah pns atau, kecuali nasabah yang mempunyai usaha yang
nasabah yang memiliki gaji sebagai syarat awal menjadi anggota dalam
koperasi ini. Ditambah dalam koperasi ini hanya memfokuskan pada usaha
simpan pinjam saja. Dan lebih dari itu terkait sistem keuangan dari nasabah,
dana koperasi disimpan dibank sehingga ketika nasabah ingin meminjam
uang dapat mendapatkan data yang transfaransi dan tidak ada pengambilan
dana oleh pegawai koperasi tersebut.

Oleh karena itu, koperasi ini menggunakan ATM dan buku tabungan
sebagai jaminan utamanya. Setiap gajian, koperasi menjelaskan penarikan di
awal kontrak, yaitu. melalui ATM. Dan sisa gaji diberikan atas permintaan
nasabah baik melalui transfer maupun tunai di koperasi. (Sari, N. L. A. S. H.,
AA Sri Indrawati, and Suatra Putrawan., 2019).

Faktor internal dan eksternal berkontribusi terhadap penurunan nilai


risiko kredit, antara lain sebagai berikut:
a. Kemampuan koperasi dalam mengidentifikasi kemungkinan
gagal bayar kredit masih lemah, termasuk mengidentifikasi
arah perkembangan arus kas debitur lama, sehingga koperasi
dapat memperbaiki sistem pemberian kredit.
b. Debitur tidak mempunyai itikad baik. Apabila koperasi
menelpon debitur dan memberi peringatan baik secara lisan
(melalui telepon) maupun secara tertulis (surat)/peringatan
pernyataan/pemberitahuan penagihan, yang di dalamnya
disebutkan bahwa keadaan debitur dalam memenuhi
kewajibannya bermasalah, yaitu. kolektibilitas penurunan
kelayakan kredit. Pada tahap ini, tidak adanya itikad baik
debitur ditandai dengan tidak maunya debitur memenuhi
tuntutannya.
c. Sifat debiturnya tidak terbuka. Hal ini tidak lepas dari sifat
hubungan bertolak belakang yang ditunjukkan debitur selama
perundingan. Sebaliknya debitur selalu berusaha mendapatkan
keringanan yang maksimal dalam perundingan, sedangkan
koperasi berusaha mencari jalan keluar perundingan yang
terbaik agar tidak merugikan koperasi atau debitur itu sendiri.

5
Ketika peneliti mewawancarai pegawai Koperasi KGPN Kecamatan
Medan Tembung, terungkap bahwa inti permasalahan dari koperasi ini
adalah adanya data talang kepada nasabah menjadi penyebab utama
terjadinya bad finance yang mana sikap nasabah yang menganggap tidak
masalah untuk tidak membayar. Serta ketidakinginan nasabah untuk
melakukan pemotongan gaji setiap bulannya.

2. Upaya Penyelesaian Terhadap Dana Talangan Pinjaman Anggota


Koperasi yang Talangan Pada Nasabah Koperasi KGPN Kecamatan
Medan Tembung
Setiap lembaga keuangan pasti memiliki produk tertentu untuk
meminjamkan uang kepada calon nasabah. Produk koperasi KGPN
Kecamatan Medan Tembung adalah Simpan Pinjam yang artinya setiap calon
nasabah yang ingin meminjam uang kepada koperasi, maka koperasi harus
mempunyai alasan tertentu untuk menawarkan uang kepada calon nasabah
tersebut, namun pihak koperasi tidak dapat melakukannya secara langsung
dalam membeli barang yang dibutuhkan nasabah. Jadi koperasi mewakili
nasabah dan melakukan perjanjian dengan menandatangani kontrak tertulis
agar nasabah membeli barang yang dibutuhkannya. (Maulidatul K &
Aslikhah, 2019)

Pemberian kredit mensyaratkan harus adanya perjanjian atau


kesepakatan antara koperasi sebagai pemberi pinjaman dan peminjam
sebagai debitur yang disebut dengan perjanjian kredit. Saat memberikan
kredit masyarakat, koperasi harus percaya bahwa uang yang dipinjamkan
kepada masyarakat akan dikembalikan tepat waktu sesuai dengan ketentuan
yang disepakati dalam kontrak kredit.

Sebelum penandatanganan kontrak kredit, koperasi berada pada


posisi yang lebih kuat dibandingkan calon peminjam, karena calon peminjam
membutuhkan bantuan kredit dari koperasi. Dengan semakin kuatnya
kedudukan koperasi, maka koperasi mengadakan perjanjian kredit dalam
bentuk yang telah ditetapkan, yang memuat perjanjian dan peraturan-
peraturan dalam bentuk yang serupa dengan perjanjian tertulis koperasi,
yang ditentukan secara sepihak. Namun dengan terpenuhinya akad kredit,
maka koperasi menjadi pihak yang lemah, karena tidak menutup
kemungkinan timbul permasalahan pada saat pengembalian/pelunasan
kredit tersebut.

6
Saat peneliti mewawancarai salah satu karyawan khususnya Ketua
Koperasi yaitu bapak Samsil Bahri menjelaskan bahwa cara pertama untuk
menghadapi dan menyelesaikan nasabah bermasalah kredit adalah
komunikasi yang baik antara koperasi dan nasabah, ketika nasabah kurang
etidak merespon atau tidak ada kabar setelah dikontak, pihak koperasi akan
menghubungi orang terdekat dari nasabah. Saat menghubungi nasabah tidak
ada jawaban, sehingga koperasi mendatangi kediaman rumah nasabah yang
sesuai alamat yang dituju diawal atau datang ke rumah kerabat terdekat
untuk menanyakan keadaan nasabah.

Pilihan lainnya adalah koperasi mendatangi alamat rumah yang


tertera pada formulir dan menanyakan tetangga terdekat nasabah, setelah
itu nasabah atau keluarga klien akan ditemui dan dijelaskan
permasalahannya serta cara penyelesaiannya. Misalnya, seorang pelanggan
berganti pekerjaan, dalam hal ini koperasi meminta kartu ATM terbaru dari
pelanggan untuk mengambil pembayaran pelanggan.

KESIMPULAN

Penandatanganan akad kredit Koperasi Simpan Pinjam KGPN Kecamatan


Medan Tembung dilakukan secara tertulis dan tetap mengikuti syarat sahnya
perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Koperasi simpanan
dan koperasi kredit mengenal prinsip kehati-hatian dalam kegiatan perkreditan
koperasi, yang tidak hanya didasarkan pada kepercayaan saja, tetapi juga menilai
sifat kegiatan usaha, kemampuan permodalan, pendapatan dan prospek masa
depan anggota. Jaminan diperlukan apabila pinjaman yang dipinjam debitur cukup
besar. Koperasi memberikan banyak keuntungan secara langsung kepada warga
yang tidak menginginkan terlalu banyak modal untuk modal usahanya, sehingga
masyarakat kecil bebas dari perantara. Jika angsuran tertunda karena
kebangkrutan, maka dapat diproses baik melalui pengadilan maupun tanpa litigasi.
Karena koperasi adalah keluarga, peneliti berusaha menangani faktor penyebab
macetnya dana dengan cara kekeluargaan atau metode yang tidak dapat disangkal.

7
DAFTAR PUSTAKA

Erni Afrida, “Upaya Penyelesaian Terhadap Pinjaman Macet Pada Anggota Koperasi”

2019.

https://minori.co.id/dana-talangan-pengertian-dan-penjelasan-lengkap/ Diakses

pada 27 Maret 2024, pukul 16.49.

Hasil wawancara 25 Maret 2024 pukul 08.00 WIB.

Harahap, Nursapia. "Penelitian kualitatif." (2020).

Sari, N. L. A. S. H., AA Sri Indrawati, and Suatra Putrawan. "Penyelesaian Kredit

Macet Pada Koperasi Simpan Pinjam Karya Artha Sedana dan Ksp.

Wirartha Utama di kota Denpasar Selatan." Journal Ilmu Hukum 7.8

(2019): 1-17.

Handoyo, E., Hartati, M. S., Rini, S., Sos, S., & Korupsi, M. A. P. (2014). Seminar

Nasional Proseding.

Maulidatul K, & Aslikhah. (2019). Analisis Faktor Faktor Yang Menyebabkan Kredit

Bermasalah Pada Koperasi Serba Usaha (Ksu) Syariah Permata Barakah Purwosari.

Jurnal Mu’allim, 1(2), 279–298. https://doi.org/10.35891/muallim.v1i2.1628

You might also like