You are on page 1of 22

1|Jurnal Idea Hukum

Vol. 9 No. 2 Oktober 2023


Magister Ilmu Hukum Universitas Jenderal Soedirman

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM PEMBINAAN


NARAPIDANA PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
KLAS II.A PEREMPUAN SEMARANG, JAWA TENGAH
Oleh: Talitha Fadhila, Angkasa, Dwi Hapsari Retnaningrum1

Abstract
The implementation of coaching for correctional inmates or prisoners is based on systems,
institutions and coaching methods which are expected to be in accordance with the goals of prisons,
namely producing inmates who have good personalities and have independence. The aim of this
research is to analyze the effectiveness of the implementation of the female prisoner development
program and the obstacles to implementing the program at the Class II.A Women's Penitentiary in
Semarang, Central Java. This research uses a sociological juridical type of legal research. In this
research, the research specifications are qualitative descriptive. Data types and sources consist of
primary data and secondary data. The data collection methods are interviews, observation, literature
study and documentary study. Data processing methods consist of data reduction, data display, and
data categorization. The data presentation method is carried out in the form of narrative text and
qualitative matrices. Data analysis uses qualitative analysis methods. The results of the research and
discussion indicate that the Class II.A Women's Penitentiary in Semarang, Central Java, implements
its program based on the Decree of the Minister of Justice of the Republic of Indonesia Number:
M.02-PK.04.10 of 1990 concerning the Pattern for the Development of Prisoners and Detainees,
which is not yet effective. The obstacle can be seen from the legal structure factor, namely there are
only 7 officers. Ideally, one officer will train around 7-8 inmates, but in reality 1 officer will train around
35-42 people out of a total of 295 inmates.
Keywords : Effectiveness, Development, Female Prisoners.

Abstrak
Pelaksanaan pembinaan kepada warga binaan pemasyarakatan atau narapidana bersumber pada
sistem, kelembagaan dan cara pembinaan yang diharapkan dapat menghasilkan hasil yang
ditargetkan sesuai dengan tujuan Lapas yang terwujud dari kinerja atas proses pembinaan yang
dilakukan oleh pegawai agar dapat menghasilkan narapidana berkepribadian baik dan memiliki
kemandirian. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis efektivitas pelaksanaan program pembinaan
narapidana perempuan dan hambatan-hambatan pelaksanaan program pembinaan narapidana
perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Perempuan Semarang, Jawa Tengah. Penelitian
ini menggunakan tipe penelitian hukum secara yuridis sosiologis, Dalam penelitian ini spesifikasi
penelitian secara deskrtiptif kualitatif. Jenis dan sumber data terdiri dari data primer dan data
sekunder. Adapun metode pengumpulan data secara wawancara, observasi, studi kepustakaan dan
studi dokumenter. Metode pengolahan data terdiri dari reduksi data, display data, dan kategorisasi
data. Metode penyajian data dilakukan secara bentuk teks naratif dan matriks kualitatif. Analisis data
menggunakan metode analisis kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan program pembinaan narapidana perempuan di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II.A Perempuan Semarang, Jawa Tengah didasarkan pada Keputusan
Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: M.02-PK.04.10 Tahun 1990 Tentang Pola
Pembinaan Narapidana dan Tahanan belum efektif. Hambatan-hambatan efektivitas pelaksanaan
program pembinaan narapidana perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Perempuan
Semarang, Jawa Tengah, dapat dilihat dari faktor struktur hukum (legal structure) yakni petugas yang
masih belum memadai hanya berjumlah 7 petugas. Idealnya untuk satu petugas membina sekitar
7-8 orang warga binaan, tetapi dalam kenyataannya bahwa 1 petugas membina sekitar 35-42 orang
dari jumlah 295 warga binaan.
Kata kunci : Efektivitas, Pembinaan, Narapidana Perempuan.

1Universitas Jenderal Soedirman


Efektivitas Pelaksanaan Program Pembinaan…… …|2

A. Pendahuluan lembaga negara khususnya


Negara yang menunjung Lapas.2
tinggi nilai kemanusiaan, hal ini Lapas merupakan sub
terwujud dalam proses sistem yang terintegrasi
pembinaan yang dilakukan merupakan konteks sistem
didalam Lembaga peradilan pidana. Lapas
Pemasyarakatan (Lapas). sebagaimana lembaga pada
Undang-Undang Dasar Negara umumnya, memiliki etika yang
Republik Indonesia Tahun 1945 menunjukkan perlunya bertingkah
disebut sebagai konstitusi laku sesuai dengan peraturan-
merupakan landasan hukum peraturan dan harapan yang
tertinggi bangsa Indonesia yang memerlukan kedisiplinan dalam
menjadi dasar pembentukan melaksanakan tugasnya sesuai
peraturan atau undang-undang misi yang diembannya selalu
yang mengatur suatu kepentingan mempunyai aturan intern dalam
publik yang pada hakikatnya rangka meningkatkan kinerja,
merupakan suatu regulasi profesionalisme, budaya
sebagai bagian dalam mengatur organisasi serta untuk menjamin
setiap hajat hidup masyarakat terpeliharanya tata tertib dan
artinya konstitusi memberikan pelaksanaan tugas sesuai tujuan,
jaminan perlindungan hukum bagi peranan, fungsi, wewenang, dan
setiap masyarakat tidak hanya tanggung jawab dalam bertugas.3
memberikan perlindungan Peranan Lapas dibutuhkan
amanah konstitusi yang tindakan tegas dan menjadi
dituangkan dalam berbagai teladan sehingga dapat
regulasi yang dapat memberikan terwujudnya Negara Indonesia
bentuk pembinaan kepada setiap sebagai negara hukum, untuk itu
keberadaan Negara Indonesia

2 Roni Sulistyanto Luhukay, 2021, Jurnal Ilmiah Living Law, Vol.13 No.2
“Pemenuhan Jaminan Kesehatan Oleh hlm.112.
Perusahaan Dalam Perpektif Peraturan 3 Ibid., hlm 4.

Pemerintah Nomor 86 Tahun 2013”,


3|Jurnal Idea Hukum
Vol. 9 No. 2 Oktober 2023
Magister Ilmu Hukum Universitas Jenderal Soedirman

sebagai negara hukum harus atas proses pembinaan yang


dibuktikan dengan eksisnya dilakukan oleh pegawai agar
lembaga-lembaga kekuasaan dapat menghasilkan narapidana
negara.4 Sistem Pemasyarakatan berkepribadian baik dan memiliki
bagi publik lebih identik dengan kemandirian berdasarkan
penjara atau pembinaan oleh keahlian yang diperoleh selama
Lapas. Lapas berperan dalam berada di Lapas. Artinya,
membina, membimbing, pelaksanaan program pembinaan
memelihara, serta menjaga narapidana di Lapas juga dapat
psikologis dan mental narapidana dipengaruhi oleh kualitas kerja,
yang menjalani proses peradilan ketepatan waktu, insiatif,
selama menjadi warga binaan. kemampuan, dan komunikasi
Tujuannya setelah keluar dari para petugas Lapas.5
Lapas, narapidana bisa menjadi Pembinaan narapidana tidak
lebih baik, tidak mengulangi berdiri sendiri dalam ruang yang
kesalahan, diterima kembali ke kosong. Guna menilai pembinaan
masyarakat, dan dapat menjadi narapidana tidaklah dapat
manusia mandiri dan produktif. dilakukan sepenuhnya dengan
Pelaksanaan pembinaan hukum yang ada di masyarakat,
kepada warga binaan namun pembinaan tersebut juga
pemasyarakatan atau narapidana harus terpola dan sistematis
bersumber pada sistem, sehingga dapat ditanamkan
kelembagaan, dan cara dalam diri warga binaan
pembinaan diharapkan dapat pemasyarakatan agar dapat
menghasilkan hasil yang merubah dirinya menjadi lebih
ditargetkan sesuai dengan tujuan
Lapas yang terwujud dari kinerja

4Roni Sulistyanto Luhukay, 2019, 5Marsudi Utoyo, 2015, “Konsep


“Independensi Kekuasaan Kehakiman Pembinaan Warga Binaan
Pasca Amandemen Uud 1945 Dan Pemasyarakatan (Analysis Of Prisoners
Relevansinya Bagi Penegakan Hukum Guidance To Reduce Level)”, Jurnal
Berkeadilan”, Jurnal Jurisprudentie Uin Pranata Hukum, Vol.10 No.1 hlm.37-38.
Alauddin, Vol.6 No.1 hlm.136.
Efektivitas Pelaksanaan Program Pembinaan…… …|4

baik termasuk ketika kembali Pelaksana Teknis (UPT) di bidang


diterima di masyarakat.6 pemasyarakatan pada wilayah
Lapas di Indonesia masih kerja Kantor Kementerian Hukum
menjadi perhatian publik yang dan Hak Asasi Manusia, Jawa
masih kerap terjadi berbagai Tengah yang menyelenggarakan
permasalahan yang tidak kunjung program pembinaan narapidana
selesai mulai dari meningkatnya yang meliputi pembinaan
tindak krimininalitas dan masalah kepribadian dan kemandirian.
lainnya, meski disisi lain banyak Permasalahan mendasar yang
pula Lapas yang memiliki kinerja tampak riil dengan adanya
yang baik dalam pembinaan kelebihan hunian (over
narapidana. Dalam pembinaan population) narapidana di Lapas-
warga binaan atau narapidana lapas hampir seluruh Indonesia.8
dikembangkan keadaan jasmani, Pada saat ini Lembaga
rohani serta kemasyarakatannya Pemasyarakatan Klas II.A
dan dibutuhkan juga tenaga kerja Perempuan Semarang
yang bersangkut paut untuk menampung 295 warga binaan,
membantu keberhasilan dalam yang seharusnya menampung
pembinaan.7 Salah satu lembaga 150 warga binaan.9
pemasyarakatan khusus Seiring perjalanan waktu
perempuan yang berada di Kota tampak jelas bahwa tujuan
Semarang yakni Lembaga pembinaan narapidana
Pemasyarakatan Klas II.A mengalami hambatan dan
Perempuan Semarang berimplikasi pada kurang
merupakan salah satu Unit optimalnya bahkan dapat menuju

6Mutfi Ramadhani, Abdul Mahsyar dan 8Angkasa, 2010, “Over Capacity


Jaelan Usman, 2016, “Pelaksanaan Narapidana Di Lembaga
Program Pembinaan Narapidana Wanita Pemasyarakatan, Faktor Penyebab,
di Lembaga Permasyarakatan Wanita Implikasi Negatif, Serta Solusi Dalam
Klas IIA Sungguminasa”, Kolaborasi: Upaya Optimalisasi Pembinaan
Jurnal Administrasi Publik, Vol.2 No.1 Narapidana”, Jurnal Dinamika Hukum,
hlm.340. Vol.10 No.3 hlm.214.
7Ibid., hlm.342. 9Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A

Perempuan Semarang, Tahun 2023.


5|Jurnal Idea Hukum
Vol. 9 No. 2 Oktober 2023
Magister Ilmu Hukum Universitas Jenderal Soedirman

pada kegagalan fungsi sebagai Berdasarkan observasi awal


lembaga pembinaan.10 Undang- yang dilakukan peneliti bahwa
Undang Nomor 22 Tahun 2022 pelaksanaan pembinaan
tentang Pemasyarakatan narapidana perempuan di
dijelaskan bahwa pembinaan Lembaga Pemasyarakatan Klas
narapidana perempuan II.A Perempuan Semarang
ditempatkan khusus di Lapas berpedoman Keputusan Menteri
perempuan, namun pembinaan Kehakiman Republik Indonesia
tersebut sudah berbeda dengan Nomor: M.02.PK.04.10 Tahun
Lapas pada umumnya, hal ini 1990 tentang pola pembinaan
mengingat fisik dan psikologis narapidana (tahanan) dibagi
perempuan berbeda dengan laki- menjadi dalam dua bidang yaitu
laki, hanya saja ada sedikit pembinaan kepribadian dan
kekhususan, dimana Lapas pembinaan kemandirian.
perempuan lebih banyak Peran pembina Lapas juga
diberikan keterampilan, misalnya sangat menentukan keberhasilan
menjahit, menyulam, dan kegiatan pembinaan
memasak yang identik dengan keterampilan, namun dalam
pekerjaan wanita sehari-hari. pelaksanaan pembinaan
Selain itu, Lapas perempuan keterampilan yang dilakukan
memberikan cuti haid bagi terkadang masih belum optimal,
narapidanya yang mengalami hal ini karena adanya
menstruasi. Dalam hal melakukan keterbatasan sumber daya
pekerjaan, narapidana wanita manusia serta kurangnya fasilitas
diberikan pekerjaan yang relatif menjadi kendala dalam
lebih ringan jika dibandingkan pelaksanaan kegiatan
dengan narapidana laki-laki.11 pemberdayaan wanita melalui
pembinaan keterampilan, serta

10Priyanto Dwidja, 2006, Sistem Pemasyarakatan Kelas IIB Dompu”,


Pelaksanaan Pidana Penjara di Jurnal Pendidikan IPS, Vol.7 No.1
Indonesia, Rineka, Bandung, hlm.87. hlm.56.
11Suherman, 2017, “Pembinaan
Narapidana Wanita Di Lembaga
Efektivitas Pelaksanaan Program Pembinaan…… …|6

masih ada warga binaan yang C. Metode Penelitian


melakukan kembali tindakan Metode pendekatan yang
kejahatan setelah keluar dari digunakan dalam penelitian ini
penjara (residivis). Berdasarkan adalah yuridis sosiologis dan
uraian tersebut di atas, maka bersifat deskriptif di Lembaga
penyusun tertarik mengkaji yang Pemasyarakatan Klas II.A
menitikberatkan pada persoalan Perempuan Semarang, Jawa
“Efektivitas Pelaksanaan Tengah. Jenis data yang
Program Pembinaan Narapidana digunakan adalah data primer dan
Perempuan di Lembaga data sekunder dengan metode
Pemasyarakatan Klas II.A pengumpulan data berupa
Perempuan Semarang, Jawa wawancara, observasi, studi
Tengah”. kepustakaan dan studi
documenter. Data dalam
B. Rumusan Masalah penelitian ini disajikan dalam
1. Bagaimana efektivitas bentuk teks naratif. Tujuan
pelaksanaan program penyajian data ini dilakukan agar
pembinaan narapidana memudahkan bagi pembaca
perempuan di Lembaga secara kronologis memahami isi
Pemasyarakatan Klas II.A data yang dapat diungkapkan
Perempuan Semarang, Jawa melalui penafsiran-penafsiran
Tengah? yang digunakan.
2. Hambatan-hambatan apa
saja pelaksanaan program D. Pembahasan
pembinaan narapidana 1. Efektivitas Pelaksanaan
perempuan di Lembaga Program Pembinaan
Pemasyarakatan Klas II.A Narapidana Perempuan di
Perempuan Semarang, Jawa Lembaga Pemasyarakatan
Tengah? Klas II.A Perempuan
Semarang, Jawa Tengah
7|Jurnal Idea Hukum
Vol. 9 No. 2 Oktober 2023
Magister Ilmu Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Ditegaskan hukum hukum dalam teori dengan realita


berpengaruh sekaligus menjadi hukum dalam praktik, sehingga
salah satu aspek terpenting dalam ditemukan kesenjangan diantara
masing-masing subsistem keduanya.55 Merujuk pada
kemasyarakatan. Bukan hanya pendapat Donald Black, maka
keberlakuan hukum yang hukum dikatakan efektif apabila
ditentukan oleh pengaruh dari tidak ada disparitas antara idealita
subsistem kemasyarakatan, tetapi dengan realita. Maksudnya
subsistem kemasyarakatan pelaksanaan peraturan hukum
tersebut juga akan optimal di sesuai dengan apa yang
masyarakat apabila mendasarkan direncanakan dan tidak ada
dan memperhatikan hukum ketimpangan.56 Sebaliknya hukum
sebagai pemandu perilaku dan dikatakan tidak efektif apabila
aktivitas subsistem terdapat jenjang antara law in
kemasyarakatan, maka dari itu, action dengan law in
salah faset dalam hukum ialah book/theory.57 Black memandang
efektivitas hukum di masyarakat hukum bukan sebagai kepastian,
dan dalam hal ini juga berkelindan sehingga indikator efektifnya
dengan bekerjanya subsistem hukum yakni berlakunya hukum
kemasyarakatan lainnya. 54 berkaitan dengan masalah
Donald Black berpendapat struktur sosial dan perilaku
bahwa efektivitas hukum masyarakat. Hal tersebutlah yang
merupakan masalah pokok pada pada akhirnya memberikan hasil
sosiologi hukum. Efektivitas yang berbeda antara tujuan
hukum diperoleh dengan
membandingkan antara realita

54Zaenal Arifin dan Muhammad Iqbal, Undangan”, Jurnal Rechtsvinding, Vol.1


2020, “Perlindungan Hukum Terhadap No.1 hlm.23.
Merek yang Terdaftar”, Jurnal Ius 56Saifulloh, 2010, Refleksi Sosiologi
Constituendum, Vol. 5. No. 1 hlm.47. Hukum, Refika Aditama, Bandung,
55Noor Mohammad Aziz, 2012, “Urgensi hlm.58.
Penelitian dan Pengkajian hukum dalam 57Soleman B. Taneko, 2001, Pokok-

Pembentukan Peraturan Perundang- Pokok Studi Hukum dalam Masyarakat,


Raja Grafindo Persada, Jakarta hlm.48.
Efektivitas Pelaksanaan Program Pembinaan…… …|8

hukum dalam peraturan dengan II.A Perempuan Semarang, Jawa


pelaksanaannya di masyarakat.58 Tengah dilakukan oleh petugas
Aspek terpenting dalam Lapas yang sesuai dengan tugas
memastikan keberlakuan hukum dan kewajibannya masing-
di masyarakat adalah dengan masing. Didalam Lapas,
mengetahui dan mengidentifikasi narapidana diberikan pembinaan
efektivitas hukum yang berlaku di yang bertujuan untuk membentuk
masyarakat. Efektivitas hukum di karakter narapidana agar menjadi
masyarakat dapat menjadi manusia seutuhnya dan memiliki
indikator untuk menilai apakah kepribadian yang lebih baik lagi.
terjadi kesenjangan antara law in Pembinaan dilakukan untuk
book dengan law in society or mendidik narapidana agar
action. Jika tingkat efektivitas memiliki tanggung jawab agar
hukum di masyarakat baik dan setelah kembali ke masyarakat
tinggi, maka hukum dapat dapat dipercaya dan memiliki
dikatakan telah berlaku secara bekal untuk menjadi manusia
menyeluruh dan simultan, yang mandiri. Dapat diterima
sehingga tidak terjadi kembali oleh masyarakat, dapat
kesenjangan antara law in book hidup berdampingan dengan
dengan law in society. Akan tetapi, wajar seperti masyarakat pada
jika efektivitas hukum di umumnya dan diharapkan tidak
masyarakat cenderung rendah, mengulangi atau melakukan
maka terjadi kesenjangan antara kesalahan lagi setelah keluar dari
law in book dengan law in society Lapas. Tujuan lain dari
serta berdampak pada tidak pembinaan menurut Pasal 51
terpenuhinya suatu tujuan dari huruf (b) Undang-Undang Nomor
aturan hukum. 1 Tahun 2023 tentang Kitab
Pembinaan didalam Undang-Undang Hukum Pidana
Lembaga Pemasyarakatan Klas menyebutkan bahwa pemidanaan

58M.Arif Setiawan, 1995, ”Studi Hukum Hukum dan relevansinya dengan Studi
dalam Perspektif Sosial: Analisis Hukum di Indonesia”, Jurnal Hukum,
Mengenai Gerakan Sosiologi dalam Vol.2 No.4 hlm.57.
9|Jurnal Idea Hukum
Vol. 9 No. 2 Oktober 2023
Magister Ilmu Hukum Universitas Jenderal Soedirman

bertujuan memasyarakatkan berpedoman Keputusan Menteri


terpidana dengan mengadakan Kehakiman Republik Indonesia
pembinaan dan pembimbingan Nomor: M.02.PK.04.10 Tahun
agar menjadi orang yang baik dan 1990 tentang Pola Pembinaan
berguna. Narapidana (Tahanan) dibagi
Pelaksanaan pembinaan menjadi dalam dua bidang yaitu
narapidana perempuan di pembinaan kepribadian dan
Lembaga Pemasyarakatan Klas pembinaan kemandirian.
II.A Perempuan Semarang Selanjutnya terkait dengan
berpedoman Keputusan Menteri pelaksanaan pembinaan
Kehakiman Republik Indonesia kepribadian yang terdiri
Nomor: M.02.PK.04.10 Tahun pembinaan keagamaan,
1990 tentang pola pembinaan pembinaan moral yang dilakukan
narapidana (tahanan) dibagi di Lembaga Pemasyarakatan Klas
menjadi dalam dua bidang yaitu II.A Perempuan Semarang, Jawa
pembinaan kepribadian dan Tengah bagi warga binaan sudah
pembinaan kemandirian. berjalan dengan baik. Namun,
Sehubungan dengan untuk pembinaan kemandirian
efektivitas pelaksanaan program khususnya keterampilan khusus
pembinaan narapidana belum berjalan efektif hal ini
perempuan di Lembaga dikarenakan dalam keterampilan
Pemasyarakatan Klas II.A merajut, jahit menjahit, dan tata
Perempuan Semarang, Jawa boga belum bisa mempromosikan
Tengah, dikaitkan dengan dan menyalurkan hasil
pendapat Donald Black dan keterampilan tersebut hal ini
penuturan Mei Kartini sebagai disebabkan kurang adanya
Kasie Binadik bahwa pelaksanaan perhatian dari pemerintah daerah
pembinaan narapidana
perempuan di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II.A
Perempuan Semarang
E f e k t i v i t a s P e l a k s a n a a n P r o g r a m P e m b i n a a n … … … | 10

dan pihak ketiga serta ketertiban yang adil, maka aspek


mempromosikan secara online.59 keberlakuan hukum (law in action)
menjadi penting karena dalam
2. Hambatan-Hambatan aspek inilah hukum membaur dan
Pelaksanaan Program menyatu dengan masyarakat
Pembinaan Narapidana sebagai lahan pergulatan hukum
Perempuan di Lembaga untuk mewujudkan keadilan di
Pemasyarakatan Klas II.A masyarakat. Urgensi bekerjanya
Perempuan Semarang, hukum di masyarakat sejatinya
Jawa Tengah didasarkan pada gagasan bahwa
Hukum sebagai salah satu sebagai suatu bidang yang
subsistem kemasyarakatan bersifat normatif, hukum tidak
tentunya diharapkan dapat hanya memusatkan perhatiannya
berlaku dan bekerja di masyarakat pada asas, teori, konsep, serta
sebagaimana tujuan dari hukum putusan pengadilan yang
itu sendiri.60 Bekerjanya hukum berorientasi pada (law in idea/ law
dalam masyarakat sejatinya in book). Hukum juga harus dilihat
merupakan hal yang sama dalam perspektif paradigma
pentingnya dengan pembuatan komprehensif, termasuk dalam
hukum, penemuan hukum, hingga penerapan hukum di masyarakat
penegakan hukum.61 Bekerjanya (law in action). Perspektif
hukum di masyarakat diharapkan Lawrence M. Friedman
supaya hukum bekerja sesuai menyatakan bahwa sistem hukum
dengan fungsinya yaitu untuk diharuskan untuk memenuhi tiga
menghadirkan ketertiban yang unsur agar law in book dengan law
adil. Upaya menghadirkan in action berlangsung secara

59Hasil wawancara dengan Mei Kartini Equilibrium Di Indonesia”, Jurnal Ius


sebagai Kasie Binadik Lembaga Constituendum, Vol.4 No.2 hlm.149.
Pemasyarakatan Klas II.A Perempuan 61Rohmatul, 2020, “Construction Of
Semarang, Jawa Tengah, pada tanggal Islamic Law And Customary Law In
10 Maret 2023. Javanese Tondano Society”, UNTAG
60Arif Hidayat dan Zaenal Arifin, 2019, Law Revie, Vol. 5 No. 1, hlm.41.
“Politik Hukum Legislasi Sebagai Socio-
11 | J u r n a l I d e a H u k u m
Vol. 9 No. 2 Oktober 2023
Magister Ilmu Hukum Universitas Jenderal Soedirman

koheren. Menurut Lawrence M. kesadaran dan pemahaman


Friedman bahwa masalah pokok kolektif masyarakat atas suatu
dalam bekerjanya sistem hukum hukum sehingga hukum
sebenarnya terletak pada dilaksanakan dalam kehidupan
komponen yang mempengaruhi. sehari-hari sebagai bagian dari
Komponen tersebut mempunyai rutinitas kegiatan di masyarakat.63
arti bahwa dampak positif atau Oleh karena itu, berdasarkan
negatifnya terletak pada isi atau perspektif dari Lawrence M.
komponen yang mungkin Friedman, sistem hukum yang
mempengaruhi. Adapun sistem baik adalah sistem hukum yang
hukum itu terdiri dari tiga mampu mewujudkan substansi,
komponen, yaitu Subtansi Hukum struktur, dan budaya hukum yang
(legal subtance), Struktur Hukum optimal. Sistem hukum
(legal structure), dan Budaya sebagaimana yang dijelaskan
Hukum (legal culture).62 oleh Lawrence M. Friedman
Substansi hukum meliputi sejatinya berkaitan dengan
kaidah hukum yang bersifat keberlakukan hukum di
normatif-preskriptif seperti masyarakat. Tidak optimalnya
peraturan perundang-undangan salah satu unsur dalam sistem
hingga putusan pengadilan yang hukum dapat mempengaruhi
berkekuatan hukum tetap. keberlakuan hukum di
Struktur hukum meliputi aparatur masyarakat. Maka, keberlakuan
penegak hukum yang terdiri dari hukum di masyarakat tidak hanya
institusi-institusi penegak hukum berkaitan dengan aspek hukum
sesuai dengan tugas dan secara internal yang dalam istilah
kewenangannya. Budaya hukum Lawrence M. Friedman disebut
merupakan aspek yang bersifat sebagai substansi hukum (legal
internal masyarakat, yaitu meliputi substance). Keberlakuan hukum

62Lawrence M. Friedman, 2009, Sistem Sendi Sebagai Upaya Memperkuat


Hukum: Perspektif Ilmu Sosial., Nusa Constitutional Culture Dalam Negara
Media, Bandung, hlm.11. Hukum Pancasila”, Jurnal Hukum Lex
63Dicky Eko Prasetio, 2021, Generalis, Vol. 2 No. 3, hlm.251.
“Inventarisasi Putusan Peradilan Adat
E f e k t i v i t a s P e l a k s a n a a n P r o g r a m P e m b i n a a n … … … | 12

di masyarakat juga memerlukan hukum yang memadai. Saat ini


struktur hukum dan budaya pelaksanaan pidana penjara
hukum sehingga dalam dengan menggunakan sistem
keberlakuannya hukum pemasyarakatan berpedoman
memerlukan bantuan dari Undang-Undang
berbagai aspek dalam Pemasyarakatan. Secara umum
mewujudkan tujuannya.64 dapat dikatakan bahwa Undang-
Permasalahan yang Undang Pemasyarakatan ini lebih
mendasar dihadapi dalam baik dibanding dengan peraturan
pelaksanaan pembinaan yang ada dalam Reglemen
narapidana di Lapas sebagai Penjara tahun 1917, baik dilihat
pelaksanaan misi dari dasar filosofinya maupun
pemasyarakatan pada dasarnya materi yang diuraikan dalam
juga merupakan pelaksanaan pasal-pasalnya. Hal ini dapat
pidana. Bertitik dari pandangan dilihat konsideran menimbang
diatas, selanjutnya komponen- bahwa sistem kepenjaraan
komponen tersebut berpengaruh dipandang tidak sesuai lagi
dalam pelaksanaan program dengan sistem pemasyarakatan
pembinaan narapidana yang dijiwai oleh nilai-nilai
perempuan di Lembaga Pancasila dan UUD 1945 berarti
Pemasyarakatan Klas II.A bahwa sistem pemasyarakatan
Perempuan Semarang, Jawa dibangun berdasarkan ideologi
Tengah sebagai berikut : dan dilandasi konstitusi bangsa
1) Subtansi Hukum (legal Indonesia, yang mana tidak akan
subtance) ditemui dalam Reglemen Penjara
Sistem pemasyarakatan Tahun 1917. Ketentuan Pasal 2
sudah berjalan sejak tahun 1964, Undang-Undang
namun belum sepenuhnya Pemasyarakatan, menegaskan
didukung dengan perangkat

64Dominikus Rato, 2021, “Realisme Pembaruan Hukum, Vol. 1 No. 2


Hukum: Peradilan Adat Dalam Perspektif hlm.289.
Keadilan Sosial”, Jurnal Kajian
13 | J u r n a l I d e a H u k u m
Vol. 9 No. 2 Oktober 2023
Magister Ilmu Hukum Universitas Jenderal Soedirman

bahwa sistem Pemasyarakatan Idealnya sistem hukum


diselenggarakan untuk tujuan: pidana dibangun melalui tahap-
a. memberikan jaminan tahap hukum pidana materiil yang
pelindungan terhadap hak kemudian diikuti dengan
Tahanan dan Anak; pembentukan hukum pidana
b. meningkatkan kualitas formil dan selanjutnya disusun
kepribadian dan kemandirian hukum pelaksanaan pidana.
Warga Binaan agar Dalam sistem hukum pidana,
menyadari kesalahan, Lapas hanyalah merupakan satu
memperbaiki diri, dan tidak subsistem yang tidak dapat
mengulangi tindak pidana, dipisahkan dari subsistem lainnya
sehingga dapat diterima secara keseluruhan, hal ini
kembali oleh lingkungan mengindikasikan antara masing-
masyarakat, dapat hidup masing sub sistem harus saling
secara wajar sebagai warga berhubungan, saling bergantung
yang baik, taat hukum, (independent) sebagai satu
bertanggung jawab, dan kesatuan sehingga suatu sistem
dapat aktif berperan dalam tidak dapat dikenali jika
pembangunan; dan dipisahkan atau dipahami secara
c. memberikan perlindungan terpisah dari seluruh kesatuan.
kepada masyarakat dari Dalam konteks sistem peradilan
pengulangan tindak pidana. pidana terpadu, pemasyarakatan
Pasal tersebut dapat sebagai institusi yang merupakan
dijelaskan bahwa sistem subsistem lainnya seperti
pemasyarakatan merupakan Kepolisian, Kejaksaan,
rangkaian dari penegakan hukum Pengadilan yang memiliki peran
yang bertujuan agar warga binaan yang sama dalam bekerjanya
dapat diterima kembali oleh sistem sesuai dengan fungsi dan
lingkungannya dan hidup secara tugasnya sebagaimana diatur
wajar sebagai warga yang baik oleh peraturan perundang-
dan bertanggungjawab. undangan. Konteks tersebut
E f e k t i v i t a s P e l a k s a n a a n P r o g r a m P e m b i n a a n … … … | 14

menegaskan bahwa sistem pertimbangan tersebut, Fuller


peradilan pidana terpadu menjelaskan lebih lanjut
merupakan hasil interaksi antara mengenai the eight principles of
peraturan perundang-undangan legality sebagai pedoman sebuah
praktik administrasi serta sikap produk hukum yang
tindak penegak hukum dan implementatif.66
masyarakat.65 Menganalisa konsep dari
Menurut Fuller bahwa tindak principles of legality, Fuller ingin
lanjut dari sebuah aturan hukum memberikan gambaran mengenai
yang telah memiliki muatan nilai- aspek-aspek yang mungkin harus
nilai moral, maka kemudian diperkuat ketika menghadapi
menekankan pada pentingnya kendala pada proses
proses pengadministrasian dari implementasi sebuah kebijakan.
aturan hukum tersebut. Regulasi Kedelapan prinsip tersebut
yang baik tentu bukan hanya meliputi: (1) Hukum harus bersifat
terbatas pada sebuah regulasi umum atau general; (2) Aspek
yang memiliki tujuan mulia, publikasi yang baik; (3) mengatur
namun juga harus dapat kondisi yang akan terjadi; (4)
diimplementasikan di masyarakat. memiliki muatan materi yang
Untuk itu, diperlukan adanya jelas; (5) tidak boleh mengandung
kepekaan dari para pembuat muatan yang bersifat kontradiktif;
regulasi terhadap karakteristik (6) not ask the impossible; (7)
dari sebuah aturan hukum yang memiliki konsistensi muatan
baik. Hal ini dimaksudkan agar materi; (8) memiliki kesesuaian
regulasi tersebut secara sah
dapat berlaku di masyarakat dan
dengan sukarela dipatuhi oleh
masyarakat. Atas dasar adanya

65Departemen Hukum dan Hak Asasi 66Ali Marwan HSB, 2016, “Mengkritisi
Manusia Direktorat Jenderal Pemberlakuan Teori Fiksi Hukum
Pemasyarakatan, 2009, Cetak Biru (Criticising Enactment Of Law Fiction
Pembaharuan Pelaksanaan Sistem Theory)”, Jurnal Penelitian Hukum De
Pemasyarakatan, Jakarta, hlm.33. Jure, Vol. 16 No. 3 hlm.255.
15 | J u r n a l I d e a H u k u m
Vol. 9 No. 2 Oktober 2023
Magister Ilmu Hukum Universitas Jenderal Soedirman

antara materi yang diundangkan diskriminasi, kemanusiaan,


dan penegakannya.67 gotong royong, kemandirian,
Sehubungan substansi dari proporsionalitas, kehilangan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun kemerdekaan sebagai satu-
2022 tentang Pemasyarakatan satunya penderitaan, serta
dikaitkan dengan konsep dari profesionalitas.
principles of legality, menurut d. Pengaturan tentang fungsi
penulis bahwa sejumlah substansi pemasyarakatan yang
atau materi muatan yang diatur mencakup tentang pelayanan,
dalam Undang-Undang pembinaan, pembimbingan
Pemasyarakatan, yakni : kemasyarakatan, perawatan,
a. Penguatan posisi pengamanan, dan
pemasyarakatan dalam pengamatan.
sistem peradilan pidana e. Penegasan pengaturan terkait
terpadu. hak dan kewajiban bagi
b. Perluasan cakupan dari tahanan, anak, dan warga
tujuan sistem binaan.
pemasyarakatan. Tak f. Pengaturan mengenai
sekedar meningkatkan penyelenggaraan dan
kualitas narapidana dan anak pemberian program
binaan, tapi juga memberikan pelayanan, pembinaan,
jaminan perlindungan pembimbingan
terhadap hak tahanan dan kemasyarakatan, serta
anak. pelaksanaan perawatan,
c. Pembaharuan asas dalam pengamanan, dan
pelaksanaan sistem pengamatan. Mulai
pemasyarakatan yang penguatan pemasyarakatan
didasarkan pada asas dalam sistem peradilan
pengayoman, non pidana terpadu, hingga

67VeridoDwiki Herdhianto, dkk, 2022, Prinsip Legalitas”, Jurnal Inovasi


“Omnibus Law Dalam Kerangka Prinsip- Penelitian, Vol. 2 No. 10, hlm.3475.
E f e k t i v i t a s P e l a k s a n a a n P r o g r a m P e m b i n a a n … … … | 16

pengaturan kerjasama dan k. Pengaturan mengenai


peran serta masyarakat kerjasama dan peran serta
dalam penyelenggaraan masyarakat dalam
sistem pemasyarakatan. penyelenggaraan sistem
g. Pengaturan tentang pemasyarakatan.
dukungan kegiatan intelijen 2) Struktur Hukum (legal
dalam penyelenggaraan structure)
fungsi pengamanan dan Faktor selanjutnya adalah
pengamatan. faktor aparatur penegak hukum.
h. Pengaturan mengenai kode Dalam pelaksanaan pidana
etik dan kode perilaku penjara, aparatur penegak hukum
petugas pemasyarakatan. adalah petugas Lapas.
Serta jaminan perlindungan Sebagaimana disebutkan dalam
hak petugas pemasyarakatan Pasal 1 angka 21 Undang-
untuk mendapatkan Undang Nomor 2 Tahun 2022
perlindungan keamanan dan tentang Pemasyarakatan
bantuan hukum dalam disebutkan bahwa Petugas
melaksankana tugas dan Pemasyarakatan adalah pejabat
fungsinya. fungsional penegak hukum yang
i. Pengaturan mengenai diberi wewenang berdasarkan
kewajiban menyediakan Undang-Undang untuk
sarana dan prasarana dalam melaksanakan tugas
penyelenggaraan sistem Pemasyarakatan dalam sistem
pemasyarakatan, termasuk peradilan pidana.
sistem teknologi informasi Selanjutnya Petugas
pemasyarakatan. Lembaga Pemasyarakatan
j. Pengaturan tentang bekerja berdasarkan Surat
pengawasan terhadap Keputusan Menteri Kehakiman RI
penyelenggaraan fungsi tanggal 26 Februari 1985 No. 01.
pemasyarakatan. PR. 07. 03 Tahun 1985 dimana
petugas dibagi atas seksi-seksi
17 | J u r n a l I d e a H u k u m
Vol. 9 No. 2 Oktober 2023
Magister Ilmu Hukum Universitas Jenderal Soedirman

yaitu seksi bimbingan anak didik, yang juga diharapkan turut aktif
seksi kegiatan kerja, seksi dan positif dalam membina
administrasi, keamanan, dan tata narapidana.68
tertib, serta Kesatuan Petugas Lapas sebagai
Pengamanan Lembaga aparat penegak hukum yang
Pemasyarakatan (KPLP). Seksi- mempunyai tugas untuk
seksi tersebut bertanggung jawab membina, mengamankan, dan
dengan tugasnya dibawah membimbing warga binaan yang
pimpinan kepala Lapas. Petugas ada di Lapas. Untuk mencapai
atau yang disebut juga dengan hasil yang optimal dalam
aparat dalam pembinaan pembinaan narapidana,
narapidana yang telah melanggar diperlukan kualitas dan kuantitas
hukum dan membinanya yang memadai. Mengingat
berdasarkan sistem pembinaan narapidana pada
pemasyarakatan bukanlah suatu dasarnya merupakan
pekerjaan yang mudah pelaksanaan dari sistem
berdasarkan sistem pemasyarakatan, maka wawasan
pemasyarakatan bukanlah suatu tentang sistem pemasyarakatan
pekerjaan yang mudah melainkan dan keterampilan merupakan
tugas yang sangat berat selain faktor dari kualitas petugas Lapas
membutuhkan sarana yang sedangkan kuantitas pertugas
sangat memadai. Petugas dari petugas Lapas sangat relatif
didalam membina narapidana tergantung dari beban tugas dan
harus mempunyai kemampuan berapa banyak narapidana yang
dalam bertugas, karena tugas harus ditangani. Sehubungan
pembinaan narapidana bukanlah dengan hal diatas, baik secara
semata-mata menyangkut diri kualitas maupun kuantitas
narapidana saja, melainkan terkait menurut Mei Kartini sebagai Kasie
dengan unsur-unsur masyarakat Binadik menegaskan bahwa

68PennyNaluria Utami, 2017, “Keadilan the Correctionl Institutions)”, Jurnal


Bagi Narapidana Di Lembaga Penelitian Hukum DE JURE, Vol.17 No.3
Pemasyarakatan (Justice for Convicts at hlm.142.
E f e k t i v i t a s P e l a k s a n a a n P r o g r a m P e m b i n a a n … … … | 18

petugas Lapas yang ada population di mana jumlah warga


sekarang ini masih kurang binaan sebanyak 295 orang,
memadai untuk mengemban sedangkan untuk jumlah idealnya
tugas mulia dan berat dalam warga binaan sebanyak 150
membina para narapidana. Untuk orang, maka akan berpengaruh
itu, petugas Lapas dituntut agar pada efektivitas pelaksanaan
memiliki sikap profesionalisme, program pembinaan narapidana
moral yang tinggi, dan dedikasi perempuan. Selanjutnya terkait
yang penuh terhadap tugasnya petugas yang memberikan binaan
dikarenakan kapasitas sangat kepada warga binaan hanya
penting dalam menentukan berjumlah 7 orang, sehingga
keberhasilan pembinaan dapat menghambat pelaksanaan
narapidana. Dan seyogyanya pembinaan pada warga binaan.
petugas Lapas harus dibekali Idealnya 1 petugas membina
pengetahuan yang berhubungan sekitar 7-8 orang warga binaan,
dengan instrumen-instrumen tetapi dalam kenyataannya bahwa
hukum yang memiliki keterkaitan petugas pembina harus membina
dengan kebutuhan pola sekitar 35-42 orang.70
pembinaan dan sifat jelas tindak 3) Budaya Hukum (legal
pidana yang dilakukan warga culture)
binaan pemasyarakatan.69 Budaya hukum (legal
Mei Kartini sebagai Kasie culture) merupakan unsur dari
Binadik menambahkan bahwa sikap dan nilai sosial yang
sehubungan dengan jumlah merupakan kebiasaan-kebiasaan,
narapidana khusus perempuan di pendapat-pendapat, cara
Lembaga Pemasyarakatan Klas melakukan pekerjaan dan cara
II.A Perempuan Semarang, Jawa berpikir (culture, customes,
Tengah saat ini mengalami over opinions, ways of doing and

69Hasil wawancara dengan Mei Kartini 70Hasil wawancara dengan Mei Kartini
sebagai Kasie Binadik Lembaga sebagai Kasie Binadik Lembaga
Pemasyarakatan Klas II.A Perempuan Pemasyarakatan Klas II.A Perempuan
Semarang, Jawa Tengah, pada tanggal Semarang, Jawa Tengah, pada tanggal
10 Maret 2023. 10 Maret 2023.
19 | J u r n a l I d e a H u k u m
Vol. 9 No. 2 Oktober 2023
Magister Ilmu Hukum Universitas Jenderal Soedirman

thinking).71 Sehubungan tersebut, bahwa faktor


pembinaan narapidana di Lapas, kebudayaan menjadi unsur yang
maka budaya itu yang turut menunjang dalam
mempengaruhi hukum berkaitan pembinaan narapidana di
dengan perlakuan terhadap Lembaga Pemasyarakatan Kelas
narapidana di Lapas, maka dapat II.A Perempuan Semarang, Jawa
digambarkan kondisi yang terjadi Tengah dimana tampaknya
seorang narapidana dalam kebudayaan untuk menghargai
menerima pembinaan yang sesama narapidana yang berbeda
diberikan oleh pihak Lapas. agama dan antar golongan.
Berdasarkan konsep kebudayaan
sehari-hari, orang begitu sering E. Penutup
membicarakan tentang 1. Kesimpulan
kebudayaan. Kebudayaan 1) Efektivitas pelaksanaan
mempunyai fungsi yang sangat program pembinaan
besar bagi manusia dan narapidana perempuan di
masyarakat, yaitu mengatur agar Lembaga
manusia dapat mengerti Pemasyarakatan Klas II.A
bagaimana seharusnya bertindak, Perempuan Semarang,
berbuat, dan menentukan Jawa Tengah dapat
sikapnya kalau mereka dikatakan belu efektif,
berhubungan dengan orang lain. karena masih ada
Dengan demikian, kebudayaan hambatan terkait dengan
adalah suatu garis pokok tentang sarana dan prasarana,
perikelakuan yang menetapkan kurangnya tenaga ahli
peraturan mengenai apa yang dala pembinaan.
harus dilakukan dan apa yang Selanjutnya hambatan
dilarang. Berpijak pada hal berupa hasil pemasaran

71Ismanyah, 2007, “Reevaluasi dan Penyalahgunaan BLBI oleh Kejaksaan


Reorientasi Sistem Penyelidikan, Agung)”, Disertasi, Program Doktor-Ilmu
Penyidikan dan Penuntutan Kejahatan di Hukum Universitas Diponegoro,
Bidang Perbankan (Studi Kasus Semarang, hlm.6-7.
E f e k t i v i t a s P e l a k s a n a a n P r o g r a m P e m b i n a a n … … … | 20

masih belum tersalurkan 35-42 orang dari jumlah


secara maksimal 295 warga binaan.
walaupun daro pihak
Lapas sudah mempunyai 2. Saran
akun instagram 1) Perlunya penambahan
pramestimaheswari, tidak sarana dan prasarana
adanya sertifikat yang mendukung serta
keterampilan bagi penambahan tenaga ahli.
narapidana perempuan Berkaitan dengan
dan kurangnya kerjasama pemasaran hasil
dengan pihak ketiga. keterampilan narapidana
2) Hambatan-hambatan perempuan, pihak Lapas
efektivitas pelaksanaan berusaha menjalin
program pembinaan kerjasama dengan pihak
narapidana perempuan di ketiga ataupun
Lembaga masyarakat dijadikan
Pemasyarakatan Klas II.A sebagai pemasaran hasil
Perempuan Semarang, keterampilan warga
Jawa Tengah, dapat binaan agar membantu
dilihat dari faktor struktur dalam kelancaran proses
hukum (legal structure) pemasaran.
yakni petugas yang masih 2) Perlunya penambahan
belum memadai hanya jumlah petugas pembina
berjumlah 7 petugas. sebanyak 35 orang dilihat
Idealnya untuk 1 petugas dari jumlah warga binaan
membina sekitar 7-8 sebanyak 295 orang di
orang warga binaan, Lembaga
tetapi dalam Pemasyarakatan Klas II A
kenyataannya bahwa 1 Perempuan Semarang
petugas membina sekitar agar dapat mewujudkan
tujuan pembinaan yang
21 | J u r n a l I d e a H u k u m
Vol. 9 No. 2 Oktober 2023
Magister Ilmu Hukum Universitas Jenderal Soedirman

maksimal dan sesuai Departemen Hukum dan


Hak Asasi Manusia
yang diharapkan.
Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan, Jakarta.
Dwidja, Priyanto. 2006. Sistem
DAFTAR PUSTAKA
Pelaksanaan Pidana
Angkasa. 2010. “Over Capacity Penjara di Indonesia.
Narapidana Di Lembaga Rineka, Bandung.
Pemasyarakatan, Faktor Friedman, Lawrence M. 2009.
Penyebab, Implikasi Sistem Hukum: Perspektif
Negatif, Serta Solusi Ilmu Sosial. Nusa Media,
Dalam Upaya Optimalisasi Bandung.
Pembinaan Narapidana”. Herdhianto, Verido Dwiki. Dkk.
Jurnal Dinamika Hukum, 2022. “Omnibus Law
Vol.10 No.3 hlm.212-219. Dalam Kerangka Prinsip-
Arifin, Zaenal. dan Muhammad Prinsip Legalitas”. Jurnal
Iqbal. 2020. “Perlindungan Inovasi Penelitian, Vol.2
Hukum Terhadap Merek No.10 hlm.3473-3484.
yang Terdaftar”. Jurnal Ius Hidayat, Arif dan Zaenal Arifin.
Constituendum, Vol.5 No.1 2019. “Politik Hukum
hlm.47-65. Legislasi Sebagai Socio-
Aziz, Noor Mohammad. 2012. Equilibrium Di Indonesia”.
“Urgensi Penelitian dan Jurnal Ius Constituendum,
Pengkajian hukum dalam Vol.4 No.2 hlm.147-159.
Pembentukan Peraturan Ismanyah. 2007. “Reevaluasi dan
Perundang-Undangan”. Reorientasi Sistem
Jurnal Rechtsvinding, Vol.1 Penyelidikan, Penyidikan
No.1 hlm.17-32. dan Penuntutan Kejahatan
B, Ali Marwan HS. 2016. di Bidang Perbankan (Studi
“Mengkritisi Pemberlakuan Kasus Penyalahgunaan
Teori Fiksi Hukum BLBI oleh Kejaksaan
(Criticising Enactment Of Agung)”. Disertasi,
Law Fiction Theory)”. Program Doktor-Ilmu
Jurnal Penelitian Hukum Hukum Universitas
De Jure, Vol.16 No.3 Diponegoro, Semarang.
hlm.251-264. Luhukay, Roni Sulistyanto. 2021.
Bungin, Burhan. 2015. Penelitian “Pemenuhan Jaminan
Kualitatif Komunikasi, Kesehatan Oleh
Ekonomi, Kebijakan Publik Perusahaan Dalam
dan Ilmu Sosial. Kencana, Perpektif Peraturan
Jakarta. Pemerintah Nomor 86
Departemen Hukum dan Hak Tahun 2013”. Jurnal Ilmiah
Asasi Manusia Direktorat Living Law, Vol.13 No.2
Jenderal Pemasyarakatan. hlm.111-121.
2009. Cetak Biru _____. 2019. “Independensi
Pembaharuan Pelaksanaan Kekuasaan Kehakiman
Sistem Pemasyarakatan. Pasca Amandemen Uud
E f e k t i v i t a s P e l a k s a n a a n P r o g r a m P e m b i n a a n … … … | 22

1945 Dan Relevansinya dengan Studi Hukum di


Bagi Penegakan Hukum Indonesia”. Jurnal Hukum,
Berkeadilan”. Jurnal Vol.2 No.4 hlm.54-58.
Jurisprudentie Uin Soekanto, Soerjono dan Sri
Alauddin, Vol.6 No.1 Mamudji. 2007. Penelitian
hlm.135-154. Hukum Normatif Suatu
Prasetio, Dicky Eko. 2021. Tinjauan Singkat. Cet.
“Inventarisasi Putusan Kelima. PT. Rajawali,
Peradilan Adat Sendi Jakarta.
Sebagai Upaya Sudijono, Anas. 2008. Evaluasi
Memperkuat Constitutional Pendidikan. PT. Raja
Culture Dalam Negara Grafindo Persada, Jakarta.
Hukum Pancasila”. Jurnal Suherman. 2017. “Pembinaan
Hukum Lex Generalis, Narapidana Wanita Di
Vol.2 No.3 hlm.249-273. Lembaga Pemasyarakatan
Ramadhani, Mutfi. Abdul Kelas IIB Dompu”. Jurnal
Mahsyar, & Jaelan Usman. Pendidikan IPS, Vol.7
2016. “Pelaksanaan No.1 hlm.55-65.
Program Pembinaan Sunggono, Bambang. 2003.
Narapidana Wanita di Metode Penelitian Hukum.
Lembaga Cet. 6. Raja Grafindo
Permasyarakatan Wanita Persada, Jakarta.
Klas IIA Sungguminasa”. Taneko, Soleman B. 2001. Pokok-
Kolaborasi: Jurnal Pokok Studi Hukum dalam
Administrasi Publik, Vol.2 Masyarakat. Raja Grafindo
No.1 hlm.337-350. Persada, Jakarta.
Rato, Dominikus. 2021. “Realisme Utami, Penny Naluria. 2017.
Hukum: Peradilan Adat “Keadilan Bagi Narapidana
Dalam Perspektif Keadilan Di Lembaga
Sosial”. Jurnal Kajian Pemasyarakatan (Justice
Pembaruan Hukum, Vol.1 for Convicts at the
No.2 hlm.285-308. Correctionl Institutions)”.
Saifulloh. 2010. Refleksi Sosiologi Jurnal Penelitian Hukum
Hukum. Refika Aditama, DE JURE, Vol.17 No.3
Bandung. hlm.381-394.
Rohmatul. 2020. “Construction Of Utoyo, Marsudi. 2015. “Konsep
Islamic Law And Pembinaan Warga Binaan
Customary Law In Pemasyarakatan (Analysis
Javanese Tondano Of Prisoners Guidance To
Society”. UNTAG Law Reduce Level)”. Jurnal
Revie, Vol.5 No.1 hlm.38- Pranata Hukum, Vol.10
47. No.1 hlm.37-48.
Setiawan, M. Arif. 1995. “Studi
Hukum dalam Perspektif
Sosial: Analisis Mengenai
Gerakan Sosiologi dalam
Hukum dan relevansinya

You might also like