You are on page 1of 16

PELAKSANAAN PEMBINAAN KEMANDIRIAN NARAPIDANA

DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A BENGKALIS


KABUPATEN BENGKALIS

Oleh
Septa Juliana
Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisipol UIR
Abstract

The background of this research is still common phenomena such as the absence of any
significant change of attitude and behavior of the former inmates after returning the society
and there are many former inmates who have been free re-do a variety of crimes, so not yet
seen the impact of coaching implemented by Corrections for serving his sentence. The
population in this study are all the people who live in the area Bengkalis, whereas the
sampled are parties involved in the coaching program prisoners held by the Penitentiary
Class II A Bengkalis, the Head of the Penitentiary Class II A Bengkalis sand, Head of
Section, Head of Section, Head of Officer prisons, prisoners and inmates Team coach. In this
study the authors used a combination of qualitative methods and quantitative means to
conduct an analysis of the implementation of the coaching prisoners held by the Penitentiary
Class II A Sand Bengkalis are then elaborated based on information obtained through
questionnaires distributed to the respondents and in-depth interviews and the data are
already in the form of documents. Based on a study of 44 respondents by means of
questionnaires and conduct in-depth interviews can be concluded that the implementation of
coaching prisoners held by the Penitentiary Class II A Bengkalis is still not good, as seen
from the indicators of personality development and fostering independence. The obstacles
faced by the Penitentiary Class II A Sand Bengkalis in implementing guidance to inmates is
insufficient operating budget available, the lack of technical personnel in the field of
coaching inmates, yet complete supporting facilities and infrastructure development as well
as the lack of cooperation inmates in coaching programs and inmates are not seriously
follow the coaching program implemented.

Key words : coaching, inmates.

PENDAHULUAN Indonesia. Undang-Undang Nomor 32


A. Latar Belakang Masalah Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah,
Semenjak diberlakukannya Undang- telah memberikan keleluasaan bagi daerah
Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang untuk mengekpresikan dirinya menuju arah
Pemerintahan Daerah, maka perkembangan melalui pemberdayaan
penyelenggaraan pemerintahan daerah masyarakat daerah itu sendiri. Hal tersebut
dilakukan dengan memberikan kewenangan tentunya mengembalikan masyarakat
yang seluas-luasnya kepada daerah untuk daerah kepada penemuan dirinya masing-
mengurus dan mengatur urusan daerah masing dengan ciri dan kemampuannya
masing-masing dengan mempertimbangkan masing-masing.
aspirasi masyarakat daerah bersangkutan Dengan demikian pelaksanaan fungsi
serta dengan pemberian hak dan kewajiban pemerintah diharapkan lebih efektif dan
menyelenggarakan otonomi daerah dalam efisien, adapun fungsi pokok pemerintah itu
kesatuan sistem penyelenggaraan adalah pelayanan (service), pemberdayaan
pemerintahan Negara Kesatuan Republik (empowerment), dan pembangunan

25
(development). Pelayanan akan juga bertujuan untuk melindungi
membuahkan keadilan dalam masyarakat, masyarakat terhadap kemungkinan
pemberdayaan akan mendorong diulanginya tindak pidana oleh Warga
kemandirian masyarakat, dan pembangunan Binaan Pemasyarakatan. Fungsi LAPAS
akan menciptakan kemakmuran dalam sebagai lembaga pendidikan dan sekaligus
masyarakat. sebagai lembaga pembangunan yang
Dalam penyelenggaraan mampu meningkatkan nilai tambah bagi
pemerintahan ada beberapa azas narapidana, dengan mempertajam program
penyelenggaraan pemerintahan salah pembinaan narapidana (warga binaan
satunya adalah azas perbantuan yaitu Asas pemasyarakatan). Dengan kata lain
perbantuan mengandung pengertian bahwa lembaga pemasyarakatan sebagai wadah
adanya pemberian tugas dari pemerintah pembinaan narapidana harus mampu
pusat kepada pemerintah daerah, atau dari berfungsi sebagai lembaga pendidikan dan
pemerintah daerah tingkat atasnya kepada pembangunan.
tingkat bawahnya. Pemberian tugas itu Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
harus dipertanggungjawabkan kepada yang Bengkalis telah melaksanakan beberapa
menugaskannya. bentuk pembinaan antara lain :
Adanya asas pembantuan ini 1. Pembinaan kepribadian yang
didasarkan pada pertimbangan bahwa, bertujuan untuk meningkatkan
pelimpahan wewenang dari pemerintah keimanan dan ketaqwaan Warga
pusat kepada pemerintah daerah Binaan Pemasyarakatan (WBP)
berdasarkan kemampuan perangkat seperti pendidikan keagamaan
pemerintah pusat di daerah-daerah. Salah berupa ceramah agama dan
satu bentuk azas perbantuan adalah pengajian alqur’an, pendidikan
dibentuknya lembaga pemasyarakatan kewarganegaraan dan budi pekerti.
sebagai ujung tombak pelaksanaan tugas 2. Pembinaan kemandirian berupa
pemerintah dibidang pemberdayaan pelatihan keterampilan, pelatihan
masyarakat yaitu melalui pendidikan, kerja mandiri, pelatihan bercocok
rehabilitasi dan reintegrasi. tanam, pembuatan mebel, pot
Lembaga Pemasyarakatan adalah bunga, souvenir dan lain
tempat untuk melakukan pembinaan sebagainya.
terhadap narapidana dan anak didik Lembaga pemasyarakatan sebagai
pemasyarakatan di Indonesia. Menurut salah satu wadah pembinaan narapidana
Pasal 1 butir (3) UU No. 12 Tahun 1995 juga berfungsi sebagai lembaga pendidikan
Tentang Pemasyarakatan, yang dimaksud yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi
dengan lembaga Pemasyarakatan yang narapidana dengan memberikan program
selanjutnya disebut Lembaga pembinaan kerohanian dan kemandirian,
Pemasyarakatan adalah tempat untuk berupa pelatihan berbagai keterampilan dan
melaksanakan pembinaan narapidana atau bimbingan kerohanian sebagai bekal bagi
anak didik pemasyarakatan. Selanjutnya narapidana untuk kembali ke masyarakat.
pada Pasal 3 disebutkan bahwa sistem Namun kenyataannya warga binaan
pemasyarakatan berfungsi menyiapkan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II yang
Warga Binaan Pemasyrakatan agar dapat sudah habis masa tahanannya dan kembali
berintegrasi secara sehat dengan kemasyarakat berdasarkan hasil
masyarakat, sehingga dapat berperan pengamatan penulis belum memperlihatkan
kembali sebagai anggota masyarakat yang perubahan yang signifikan baik dari sikap
bebas dan bertanggung jawab. maupun tingkahlaku dalam kehidupan
Sistem pemasyarakatan bertujuan bermasyarakat.
untuk mengembalikan Warga Binaan Berdasarkan uraian diatas, maka
Pemasyarakatan sebagai warga yang baik tujuan dilakukan penelitian adalah untuk

26
mengetahui pelaksanaan pembinaan jasa publik dan layanan civil, dalam
kemandirian narapidana di Lembaga hubungan pemerintahan.
Pemasyarakatan Kelas II A Bengkalis serta Objek forma ilmu pemerintahan
untuk mengetahui kendala atau hambatan bersifat khusus dan khas, yaitu
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A hubunganhubungan pemerintahan dengan
Bengkalis dalam melakukan pembinaan sub-subnya (baik hubungan antara Pusat
kemandirian narapidana. dengan Daerah, hubungan antara yang
diperintah dengan yang memerintah,
B. Tujuan Penelitian
hubungan antar lembaga serta hubungan
1. Untuk mengetahui pelaksanaan
antar departemen),ermasuk didalamnya
pembinaan kemandirian narapidana
pembahasan output pemerintahan seperti
di Lembaga Pemasyarakatan Kelas
fungsifungsi, sistem-sistem, aktivitas dan
II A Bengkalis.
kegiatan, gejala dan perbuatan serta
2. Untuk mengetahui kendala atau
peristiwa-peristiwa pemerintahan dari elit
hambatan peranan lembaga
pemerintahan yang berkuasa. Menurut
pemasyarakatan dalam pembinaan
Ndraha (2003:24), Pemerintahan berasal
kemandirian narapidana di
dari kata pemerintah yang kecil kata
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II
perintah yang bermakna ada dua pihak
A Bengkalis
yang terkandung dan kedua pihak itu saling
C. Kegunaan Penelitian
memiliki hubungan, pihak yang
1. Bahan masukan bagi lembaga
memerintah yang mempunyai wewenang
pemasyarakatan Pasir Pengarayan
dan kekuasaan dan pihak yang diperintah
dalam usaha pembinaan kemandirian
yang memiliki ketaatan. Pada suatu saat
narapidana.
seseorang atau sekelompok orang berperan
2. Sebagai penambah wawasan dan
memerintah dan oleh sebab itu ia disebut
pengetahuan penulis khususnya
pemerintah, pada saat lainnya ia kehilangan
mengenai peranan pembinaan
peran tersebut atau tidak mampu berperan
kemandirian narapidana.
lagi sehingga ia berubah menjadi yang
3. Sumber informasi bagi penelitian
diperintah.
lebih lanjut dalam permasalahan
Adapun pengertian ilmu
yang sama.
pemerintahan menurut Syafiie (2002:18)
STUDI KEPUSTAKAAN adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
A. Konsep Pemerintahan melaksanakan pengurusan (eksekutif),
Munculnya disiplin ilmu pengaturan (legislatif), kepemimpinan dan
pemerintahan di Eropa yang bersumber dari kordinasi pemerintah (baik pusat dengan
ilmu politik, dimulai dari adanya anggapan daerah maupun antara rakyat dengan
bahwa meningkatnya perhatian berbagai pemerintahannya)dalam berbagai peristiwa
pihak akan isi, bentuk, efek dan faktor dan gejala pemerintahan secara baik dan
pemerintahan bertitik berat pada benar. Sedangkan menurut Ndraha
pengambilan kebijaksanaan pemerintahan (2007:67) Pemerintah adalah organ yang
yang berusaha untuk menganalisa masalah berwenang memproses pelayanan publik
kebijaksanaan pemerintah tersebut sebagai dan kewajiban memproses pelayanan sipil
bagian dari berbagai proses dalam ilmu bagi setiap orang yang melakukan
politik. Sedangkan Ndraha (2000:7) hubungan pemerintahan, sehingga setiap
mendefenisikan ilmu pemerintahan sebagai anggota masyarakat yang bersangkutan
ilmu yang mempelajari bagaimana menerimanya pada saat diperlukan sesuai
pemerintah (unit kerja publik) bekerja dengan tuntutan yang diperintah.
memenuhi dan melindungi tuntutan Selanjutnya Menurut Labolo (2007:24),
(harapan, kebutuhan) yang diperintah akan pemerintahan sesungguhnya merupakan
upaya mengelola kehidupan bersama secara

27
baik dan benar guna mencapai tujuan yang kebutuhan manusia dan kepentingan
disepakati atau di inginkan bersama. masyarakat. Pemerintah dalam hubungan
Pemerintahan dapat ditinjau dan sejumlah ini berfungsi memproduksi alat-alat
aspek penting seperti kegiatan (dinamika), pemenuhan kebutuhan manusia dan
struktur fungsional, maupun tugas dan masyarakat yang bersifat obyektif,
kewenangan. mengajak semua orang melalui pelayanan
Ilmu pemerintahan dapat impartial menuju kesebangsaan yang nyata,
didefenisikan sebagai ilmu yang baik kewenangan maupun kewajiban
mempelajari bagaimana memenuhi dan pemerintahan digunakan untuk mencapai
melindungi kebutuhan tiap orang akan jasa keberhasilan pemerintah seoptimal
publik dan layanan sipil dalam hubungan mungkin. Pemerintah juga didalam
pemerintahan, sehingga dapat diterima menjalankan roda pemerintahan dalam
pada saat dibutuhkan oleh yang rangka memberikan pelayanan kepada
bersangkutan (Ndraha, 2003 : 7). Menurut masyarakat dan melaksanakan
Van Poelje, ilmu pemerintahan pembangunan daerah memerlukan
mengajarkan bagaimana dinas umum kebijakanyang dijadikan acuan dalam
disusun dan dipimpin dengan sebaik- melaksanakan tugasnya.
baiknya (Syafiie, 2005 : 21). Sedangkan Sistem pemerintahan pada dasarnya
menurut Mac Iver, pemerintahan itu adalah adalah tatanan organisasi pemerintahan
suatu organnisasi dari orang-orang yang yang saling berkaitan antara satu dengan
mempunyai kekuasaan, jadi ilmu lainnya secara teratur dan terencana untuk
pemerintahan adalah sebagai ilmu tentang mencapai tujuan pemerintah. Sistem
bagaimana manusia-manusia dapat pemerintahan ini lebih lanjut mengatur
diperintah (Syafiie, 2005 : 22). Ilmu bagaimana pemerintah menjalankan fungsi-
pemerintahan adalah ilmu yang fungsi yang dimilki untuk mewujudkan
mempelajari bagaimana melaksanakan kesejahteraan masyarakat. Sehubungan
pengurusan (eksekutif), kepemimpinan dan dengan fungsi-fungsi yang diemban oleh
koordinasi pemerintahan secara baik dan pemerintah, Soewargono dan Djohan
benar (Syafiie, 2005 : 23). Menurut Ningrat (dalam Labolo, 2007:27) menyatakan
(1992:11) pemerintahan adalah sekelompok bahwa salah satu fungsi utama dari
individu yang memiliki wewenang tertentu pemerintah adalah membuat kebijakan
untuk melaksanakan kekuasaan pemerintah publik, mengingat semua warga Negara
adalah perbuatan atau urusan atau akan senantiasa bersentuhan dengan
memerintah. Sedangkan Musanef (1982:6) kebijakan publik yang dikeluarkan oleh
mengatakan Ilmu pemerintahan merupakan pemerintah karena yang diatur oleh
suatu ilmu untuk dapat menguasai dan kebijakan publik tentunya yang
memimpin serta menyelidiki unsur-unsur menyangkut kepentingan umum. Rasyid
dinas berhubungan dengan keserasian (2002:14-16) mengatakan bahwa Tugas-
kedalam dan hubungan antara dinas itu tugas pokok pemerintahan, tujuan utama
dengan lingkungan sekitarnya dibentuk pemerintahan adalah untuk
(masyarakat). Sedangkan pemerintahan menjaga suatu sistem ketertiban didalam
adalah segala daya upaya suatu negara masyarakat bisa menjalankan kehidupan
untuk mencapai tujuannya. Menurut secara wajar, pemerintah modern pada
Ndraha (2003:36), bahwa yang dimaksud hakekatnya adalah pelayanan masyarakat,
dengan pemerintah adalah semua badan menciptakan kondisi memungkinkan setiap
atau organisasi yang berfungsi memenuhi masyarakat mengembangkan kemampuan
dan melindungi kebutuhan dan kepentingan dan kreatifitasnya demi kemajuan bersama
manusia dan masyarakat. Sedangkan yang
dimaksud dengan pemerintahan adalah
proses pemenuan dan perlindungan

28
B. Konsep Kebijakan Publik memiliki dampak yang sama besar dengan
Secara umum istilah kebijakan sesuatu yang dilakukan pemerintah.
(policy) adalah untuk menunjukkan Secara positif, kebijakan mencakup
perilaku seorang aktor (pejabat, kelompok, bentuk tindakan pemerintah yang jelas
lembaga pemerintah) dalam suatu bidang untuk mempengaruhi suatu masalah
kegiatan tertentu. (Budi Winarno, 2002:14). tertentu. Secara negatif, kebijakan
Selain itu Anderson dalam Solihin Abdul mencakup suatu keputusan oleh pejabat-
Wahab merumuskan kebijaksanaan sebagai pejabat pemerintah, tetapi tidak untuk
tindakan yang secara sengaja dilakukan mengambil tindakan dan tidak untuk
oleh seorang aktor atau sejumlah aktor melakukan sesuatu mengenai suatu
berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan yang memerlukan keterlibatan
persoalan tertentu yang dihadapi. (Solihin pemerintah. Dengan kata lain, pemerintah
Abdul Wahab, 2002:3). Friedrick dalam M. dapat mengambil kebijakan untuk tidak
Irfan Islamy, mendefinisikan kebijakan melakukan campur tangan dalam bidang-
sebagai serangkaian tindakan yang bidang umum maupun khusus karena
diusulkan seorang, kelompok atau mempunyai konsekuensi-konsekuensi besar
pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu terhadap masyarakat. Dengan demikian
dengan menunjukan hambatan-hambatan kebijakan publik mempunyai sifat paksaan
dan kesempatan-kesempatan terhadap yang secara potensial sah dilakukan dan
pelaksanaan usulan kebijakan tersebut sifat memaksa tidak dimiliki oleh kebijakan
dalam rangka pencapaian tujuan tertentu. yang diambil oleh organisasi-organisasi
(Irfan Islamy, 2000:17). Pengertian swasta sehingga menuntut ketaatan yang
kebijakan yang lain dikemukakan oleh luas dari masyarakat.
Anderson dalam Islamy (2000:18) yang Edward dan Sharkansky dalam
menyatakan bahwa kebijakan adalah Islamy (2000:18) mendefinisikan kebijakan
serangkaian tindakan yang mempunyai publik sebagai apa yang dinyatakan dan
tujuan tertentu yang diikuti dan dilakukan atau tidak dilakukan oleh
dilaksanakan oleh seorang pelaku atau pemerintah. Dimana kebijakan publik itu
sekelompok pelaku guna memecahkan berupa sasaran atau tujuan program-
suatu masalah tertentu). program pemerintah. Kebijakan publik
Sehubungan dengan kebijakan yang tersebut dapat berupa ketetapan peraturan
diterapkan ke masyarakat atau kebijakan perundangan atau pidato pejabat teras
publik oleh pemerintah, Solihin Abdul pemerintah ataupun berupa program-
Wahab (2002:5) mendenifisikan kebijakan program dan tindakan-tindakan yang
publik adalah sebagai suatu tindakan dilakukan pemerintah. Kebijakan berkaitan
bersanksi yang mengarah pada suatu tujuan erat dengan program, namun berbeda dalam
tertentu yang diarahkan pada suatu masalah fungsinya. Dalam hal ini Abdul Wahab
atau kelompok tertentu yang saling menyatakan bahwa perbedaan antara
berkaitan yang mempengaruhi sebagian kebijakan (policy) dengan program
besar warga masyarakat.Kebijakan publik menunjukan bahwa implementasi/proses
didefinisikan Islamy (2000:18) sebagai pelaksanaan kebijaksanaan adalah
apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk merupakan fungsi dari implementasi
dilakukan atau tidak dilakukan, dimana program dan tergantung pada hasil
sesuatu yang dilakukan oleh pemerintah akhirnya. Dengan demikian kebijakan-
harus memiliki tujuan (obyektifitas) dan kebijakan publik yang pada umumnya
kebijakan publik harus meliputi semua masih berupa pernyataan umum yang
tindakan pemerintah dan sesuatu yang tidak berisikan tujuan sasaran dan berbagai
dilaksanakan pemerintah juga termasuk macam sarana diterjemahkan dalam
kebijakan publik, hal tersebut karena akan program-program yang lebih operasional
(program aksi) yang kesemuanya

29
dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan- Sedangkan menurut Wood kebijaksanaan
tujuan ataupun sasaran-sasaran yang telah Negara adalah serentetan intruksi atau
dinyatakan dalam kebijaksanaan tertentu. perintah dari pembuat kebijaksanaan yang
Menurut Irfan (1991 : 17) ditujukan kepada para pelaksana
kebijakan adalah serangkaian tindakan kebijaksanaan yang menjelaskan tujuan-
yang diusulkan oleh seseorang, kelompok tujuan serta cara-cara untuk mencapai
atau pemerintah dalam suatu lingkungan tujuan tersebut (dalam Wahab, 2001 : 31).
tertentu dengan menunjukkan adanya Kebijakan publik menurut Nugroho (2001 :
hambatan dan kesempatan terhadap usulan 36-37) adalah keputusan otoritas negara
kebijaksanaan tersebut guna mencapai yang bertujuan mengatur kehidupan
suatu tujuan. Suharto (2005 : 7) bersama. Tujuan dari kebijakan publik
mengatakan kebijakan adalah suatu dapat dibedakan dari sisi sumber daya yaitu
ketetapan yang memuat prinsip-prinsip antara kebijakan publik yang bertujuan
untuk mengarahkan cara-cara bertindak mendistribusikan sumber daya negara dan
yang dibuat secara terencana dan konsisten yang bertujuan menyerap sumber daya
dalam mencapai tujuan tertentu. Setiap negara. Analisis kebijakan adalah
kebijakan yang akan dibuat harus pula pemahaman mendalam akan suatu
memiliki tolak ukur agar setiap Kebijakan kebijakan atau pula pengkajian untuk
publik itu bisa berjalan secara efektif. merumuskan suatu kebijakan.
Menurut Sutopo (2005 : 10) kebijakan
publik adalah suatu kebijakan yang dibuat C. Konsep Lembaga Pemasyarakatan
oleh pemerintah atau Negara yang Istilah penjara menurut Poernomo
ditujukan untuk kepentingan masyarakat. dalam Nasution (2004:6) dinyatakan bahwa
Kebijakan publik bertujuan untuk penjara sebagai tempat (lembaga)
memcahkan masalah-masalah yang ada memidana seorang terpidana yang sudah
didalam masyarakat. Kemudian Kaplan dikenal di Indonesia sejak tahun 1873.
mendefenisikan Kebijakan publik sebagai Dinyatakan pula bahwa penjara dianggap
suatu program yang diproyeksikan dengan kejam dan ganas karena sistem pemidanaan
tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu yang dilaksanakan mencakup pula pidana
dan praktek-praktek tertentu. kerja paksa dan pidana fisik. Para terpidana
Selanjutnya Friedrik mengatakan dan narapidana tersebut sekaligus juga
Kebijakan publik adalah serangkaian mengalami pengasingan dari lingkungan
tindakan yang diusulkan seseorang, masyarakat, sehingga mengalami isolasi
kelompok atau pemerintah dalam suatu sosial secara total. Dalam hal pendekatan
lingkungan tertentu dengan ancaman dan yang digunakan, pelaksanaan pidana
peluang yang ada. Dan kebijakan penjara menggunakan pendekatan pains of
pemerintah merupakan suatu usaha untuk imprisonment sebagai method of
memproses nilai pemerintah yang punishment, sehingga terpidana dijadikan
bersumber pada kearifan pemerintah dan obyek dari pembalasan masyarakat agar
mengikat secara formal, etik dan moral, jera dan tidak melanggar hukum lagi.
diarahkan guna menempati pertanggung (Bambang, 2005:72). Sistem kepenjaraan
jawaban aktor pemerintah dalam bukan hanya penyiksaan fisik saja, namun
lingkungan pemerintahan (dalam Islamy, juga terdapat lima kehilangan, yang dikenal
1992 : 7). Menurut Parker (dalam Wahab, dengan lima macam kesakitan yang tidak
2001 : 140) kebijaksanaan Negara adalah manusiawi yang mengakibatkan hal yang
suatu tujuan tertentu atau serangkaian lebih buruk disbanding seseorang sebelum
tertentu atau dilaksanakan oleh pemerintah masuk penjara. Kelima kesakitan tersebut
pada suatu waktu tertentu dalam kaitannya adalah kehilangan kemerdekaan sebagai
dengan suatu subjek atau suatu respon manusia bebas (loss of liberty), kehilangan
terhadap suatu keadaan yang kritis. otonomi untuk menentukan ruang gerak

30
(loss of outonomy), kehilangan memiliki bersifat parasit dalam lingkungan
rasa aman (loss of security), dan kehilangan masyarakat luas. Masyarakat pada
hubungan bergaul dengan lawan jenis (loss umumnya belum mengetahui secara jelas
of heterosexual and relationship), serta apa yang terjadi di dalam lembaga
kehilangan pekerjaan dan pilihan pelayanan pemasyaraktan,masyarakat hanya
(loss of goods and sevices). Menurut Pasal mengetahui bahwa lembaga
1 butir (3) UU No. 12 Tahun 1995, yang pemasyarakatan sebagai sebuah bangunan
dimaksud dengan Lembaga yang berupa dengan siksaam dan sebagai
Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut penampungan orang-orang jahat seperti :
Lembaga Pemasyarakatan adalah tempat penodong,pencuri,pembunuh dan
untuk melaksanakan pembinaan narapidana sebagainya yang menggangu ketenangan
atau anak didik pemasyarakatan. masyarakat saja dan ditangkap olehpihak
Lembaga Pemasyarakatansebagai yang berwenang agar ketenangan
ujung tombak pelaksanaan asas masyarakat dapat terjamin karenanya.
pengayoman merupakan tempat untuk Pemasyarakatan didefinisikan
mencapai tujuan tersebut di atas melalui sebagai kegiatan untuk melakukan
pendidikan, rehabilitasi, dan reintegrasi pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan
serta resosialisasi. Sejalan dengan peran (WBP) berdasarkan sistem kelembagaan
Lembaga Pemasyarakatan tersebut, maka dan cara pembinaan yang merupakan
tepatlah apabila petugas pemasyarakatan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam
yang melaksanakan tugas pembinaan dan tata peradilan pidana. Adapun
pengamanan Narapidana dalam UU ini pemasyarakatan sebagai suatu sistem
ditetapkan sebagai pejabat fungsional dinyatakan oleh Muladi (1994:2) yaitu
penegak hukum. Pemasyarakatan adalah bahwa istilah pemasyarakatan dapat dilihat
kegiatan untuk melakukan pembinaan sebagai sistem, dalam arti metode atau
terhadap narapidana berdasarkan sistem, sistem yaitu kerjasama antara bagian-
kelembagaan, dan cara pembinaan yang bagian sistem (sub sistem) dalam rangka
merupakan bagian akhir dalam tata pencapaian tujuan tertentu. Dalam hal
peradilan pidana. Lembaga pemasyarakatan pelaksanaan pidana penjara dengan system
yang berkembang sekarang ini menganut pemasyarakatan, Purnomo (2002:63)
sistem pemasyarakatan yaitu suatu tatanan menyatakan bahwa pelaksanaan pidana
arah dan batas serta cara pembinaan penjara dengan sistem pemasyarakatan
terhadap narapidana berdasarkan Pancasila adalah proses konversi yang merupakan
yang dilaksanakan secara terpadu antara salah satu bagian dalam kegiatan tata usaha
Pembina, yang dibina dan masyarakat negara dan terdiri atas komponen bahan
untuk meningkatkan kualitas narapidana masukan, hasil keluaran, instrumen proses,
agar menyadari kesalahan, memperbaiki lingkungan proses dan umpan balik yang
diri, dan tidak mengulangi tindak pidana mengadakan interrelasi serta interaksi satu
sehingga dapat diterima kembali oleh sama lain.
lingkungan masyarakat, dan dapat aktif Jadi Sistem pemasyarakatan adalah
berperan dalam pembangunan, dan dapat proses konversi yang merupakan salah satu
hidup secara wajar sebagai warga yang baik bagian dalam kegiatan tata usaha negara
dan bertanggung jawab. dan terdiri atas komponen. Tujuan
Pada dasarnya masyarakat didirikannya lembaga pemasyarakatan
berpendapat bahwa lembaga adalah untuk mempersiapkan para
pemasyaraktan adalah sebagai tempat narapidana untuk dapat hidup kembali
penampungan orang-orang jahat yang mana secara wajar di tengah-tengah masyarakat
mereka telah dicap sebagai sampah tanpa menimbulkan kesenjangan antara
masyarakat yang hanya bisa mengganggu masyarakat dengan si narapidana, begitu
ketenangan masyarakat dan hanya bisa pula sebaliknya. Mengapa, karena status

31
narapidana ataupun mantan narapidana mendirikan, membangun atau
seringkali disikapi secara ekstrim atau mengembangkan yang dilakukan oleh
berlebihan oleh masyarakat, termasuk cara orang yang memberi (pembina) dengan
mereka memperlakukannya. Kondisi ini cara dan hasil tertentu (proses membina).
lambat laun akan mempengaruhi cara Menurut Peraturan Pemerintah nomor 20
pandang atau konsep diri narapidana Tahun 2001 tentang Pembinaan dan
sendiri terhadap dirinya (Sanusi, 2004:31). Pengawasan atas Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah, Pembinaan meliputi
D. Konsep Pembinaan pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan,
Pembinaan adalah suatu tindakan, arahan dan supervisi. Dari pengertian di
proses, hasil atau kemajuan, peningkatan, atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pertumbuhan, evolusi atas berbagai pembinaan adalah upaya yang dilakukan
kemungkinan, berkembang, atau pemerintah berupa pemberian penyuluhan,
peningkatan atas sesuatu. Ada dua unsur pedoman, pengarahan, bimbingan,
dari pengertian ini yaitu pembinaan itu pelatihan untuk mencapai tujuan tertentu.
sendiri bisa berarti tindakan, proses atau Menurut Simanjuntak dan Pasaribu
pernyataan dari suatu tujuan, dan kedua, (1990:84), pengertian pembinaan dan
pembinaan itu bisa menunjukkan kepada pengembangan adalah Pembinaan dan
“perbaikan” atas sesuatu (Miftah Thoha, pengembangan pada dasamya adalah upaya
2003: 7). Menurut Gardon. S. Watkins pendidikan baik formal maupaun non
mengemukakan bahwa pembinaan pegawai formal yang dilaksanakan secara sadar,
adalah mencurahkan perhatian pada pribadi berencana, terarah, teratur dan bertanggung
dalam hubungannya dengan pekerjaan dan jawab dalam rangka memperkenalkan,
organisasi, ia menaruh perhatian terutama menumbuhkan, membimbing, dan
hubungan perorangan (Moenir, 2002:153). mengembangkan suatu dasar-dasar
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 20 kepribadian yang utuh dan selaras,
Tahun 2001 tentang Pembinaan dan pengetahuan dan keterampilan sesuai
Pengawasan atas Penyelenggaraan dengan bakat. Kecenderungan serta
Pemerintahan Daerah, Pembinaan meliputi kemampuannya sebagai bekal untuk
pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, selanjutnya atas prakarsa sendiri menambah
arahan dan supervisi. dan meningkatkan dirinya, sesamanya,
Pengertian Pembinaan secara umum maupun lingkungannya kearah tercapainya
diartikan sebagai usaha untuk memberi martabat, mutu dan kemampuan manusiawi
pengarahan dan bimbingan guna mencapai yang optimal dan pribadi yang mandiri.
suatu tujuan tertentu. Jadi dengan demikian Pengertian kata pembinaan adalah
pembinaan yang diberikan ini dapat berasal dari kata bina, menurut
menjangkau seluruh orang yang dibina dan Poerwadarminta (2004:141), kata bina
dari itu pembinaan ini tidak terlepas dari mempunyai arti bangun dan kata membina
siapa yang membina serta apa yang dibina. artinya membangun atau mendirikan.
Hidayat dalam Harsono (1995:26), Sedangkan kata pembina adalah orang atau
menyatakan bahwa : pembinaan adalah pelaku yang membina atau membangun.
suatu usaha yang dilakukan secara sadar, Dari pengertian di atas dapat
berencana, teratur dan terarah untuk diambil kesimpulan bahwa pembinaan
meningkatkan pengetahuan, sikap dan adalah upaya yang dilakukan pemerintah
keterampilan subjek didik dengan tindakan- berupa pemberian penyuluhan, pedoman,
tindakan pengarahan, pengembangan, pengarahan, bimbingan, pelatihan untuk
stimulasi dan pengawasan untuk mencapai mencapai tujuan tertentu. Sementara itu
tujuan yang diharapkan. terlaksananya suatu pembinaan maka
Badudu dan Zain (1943:371) Ndraha (2003;167) mengatakan melalui :
menyatakan bahwa, Membina berarti a. Pendidikan

32
b. Latihan (penataan, upreading, sektor pertanian dan bahan alam
kursus dan sebagainya) menjadi bahan setengah jadi dan
c. Lokakarya (workshop) menjadi bahan jadi.
d. Bimbingan lapangan (penyuluhan, 3) Keterampilan yang dikembangkan
laboratorium dan sebagainya) sesuai dengan bakat para
e. Penerangan narapidana masing-masing.
f. Pertemuan, diskusi dan 4) Keterampilan untuk mendukung
musyawarah usaha-usaha industri atau kegiatan
g. Pers, radio dan TV pertanian (perkebunan) dengan
h. Literatur/buku panduan/modul dan menggunakan teknologi madya
sebagainya atau teknologi tinggi, misalnya
i. Instruksi-instruksi industri kulit, pabrik tekstil dan
j. Teladan sebagainya.
Pada awalnya pembinaan
narapidana di Indonesia menggunakan Menurut Saroso dalam Harsono
sistem kepenjaraan. Model pembinaan (2995:3) Dalam Pola Pembinaan
seperti ini sebenarnya sudah dijalankan Narapidana/Tahanan bahwa pelaksanaan
jauh sebelum Indonesia merdeka. Dasar pembinaan narapidana dibagi menjadi 2
hukum atau Undang-undang yang macam yaitu :
digunakan dalam sistem kepenjaraan adalah a. Pembinaan kepribadian dan
Reglemen penjara, aturan ini telah pembinaan ketrampilan.
digunakan sejak tahun 1917 (Harsono, Pembinaan kepribadian dengan
1995: 8). Menurut Adi Sudjatno (2004:14) tujuan untuk menumbuhkan
ruang lingkup pembinaan berdasarkan kepercayaan dan kemampuan diri
Keputusan Menteri Kehakiman Republik sendiri dalam berusaha
Indonesia Nomor: M.02-PK.04.10 Tahun mengatasi segala permasalahan
1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana yang dihadapi baik sewaktu
dapat dibagi ke dalam 2 (dua) bidang berada di dalam Lapas maupun
yakni: setelah bebas dan berada di
a. Pembinaan Kepribadian yang tengah-tengah masyarakat.
meliputi, antara lain: b. Pembinaan kemandirian
1). Pembinaan kesadaran diterapkan dengan tujuan agar
beragama. supaya terpidana mempunyai
2). Pembinaan berbangsa dan keahlian atau kecakapan teknis
bernegara. yang berguna bagi dirinya dan
3). Pembinaan kemampuan dapat menjadi bekal setelah
intelektual (kecerdasan). keluar dari lembaga.
4). Pembinaan kesadaran hukum.
5). Pembinaan mengintegrasikan
diri dengan masyarakat. METODE PENELITIAN
b. Pembinaan kemandirian diberikan A. Tipe Penelitian
melalui program-program, yaitu: Tipe penelitian ini dapat
1) Keterampilan untuk mendukung dikategorikan dalam tipe Eksplanatory
usaha mandiri, misalnya kerajinan Research. Rancangan penelitian ini
tangan, industri rumah tangga, menggunakan penelitian kualitatif, yaitu
reparasi mesin dan alat-alat untuk mendapat informasi tentang peranan
elektronika dan sebagainya. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
2) Ketrampilan untuk mendukung Bengkalis dalam pembinaan narapidana.
usaha industri kecil, misalnya Dan penelitian ini dilakukan dengan cara
pengelolaan bahan mentah dari survey dengan melakukan penelitian secara

33
langsung ke lokasi penelitian dengan teliti yaitu belum adanya perubahan sikap
wawancara secara mendalam. dan perilaku yang signifikan terhadap
Penelitian ini menggunakan analisis warga binaan yang sudah dinyatakan bebas.
deskriptif kualitatif. Setelah data
dikumpulkan secara lengkap dan C. Populasi dan Sampel
menyeluruh, maka data tersebut di Populasi merupakan keseluruhan
kelompokkan dan disesuaikan dengan jenis individu-individu yang menjadi objek
data yang diperoleh, selanjutnya akan penelitian pada suatu lokasi atau ruang
dibahas dan dianalisa dalam dua bentuk. lingkup tertentu. Yang menjadi populasi
Data yang bersifat kualitatif akan diuraikan dalam penelitian ini adalah semua
dalam bentuk kalimat, sedangkan data yang masyarakat yang berdomisili di wilayah
bersifat kuantitatif akan ditabulasikan Kabupaten Bengkalis.
dalam bentuk tabel, kemudian barulah Sedangkan sampel adalah Sampel
membandingkan dengan teori dan pendapat adalah suatu bagian dari populasi yang
para ahli untuk kemudian dapat diambil
akan diteliti dan yang dianggap dapat
kesimpulan dengan induktif. menggambarkan populasinya. Adapun yang
B. Lokasi Penelitian menjadi sampel pada penelitian ini adalah
Penelitian ini penulis lakukan Kepala Lembaga Pemasyarakatan, Kepala
dalam wilayah Lembaga Pemasyarakatan Sub Bagian, Kepala Seksi, Kepala Sub
Kelas II A Bengkalis ini karena masih Seksi, Kepala Urusan, Pegawai/staf dan
dijumpai fenomena-fenomena yang Warga Binaan. Untuk lebih jelasnya dapat
berkaitan erat dengan masalah yang penulis dilihat tabel berikut :

Tabel.III.1.
Jumlah Populasi yang dijadikan Sampel
No Jenis Populasi Populasi Sampel
1 Kepala Lembaga Pemasyarakatan 1 1
2 Kepala Sub Bagian 1 1
3 Kepala Seksi 3 3
4 Kepala Sub Seksi 6 6
5 Kepala Urusan 2 2
6 Pegawai/staf 25 5
7 Tim pembinaan narapidana 12 6
8 Warga Binaan/narapidana 462 20
Jumlah 512 44
Sumber : Data Olahan Tahun 2012

D. Jenis dan Sumber Data 2. Data Sekunder


1. Data Primer Adalah data pendukung yang telah ada
Adalah data yang diperoleh secara atau tersedia seperti catatan-catatan
langsung dari responden berdasarkan dan dokumen-dokumen lainnya yang
kerangka penelitian ini, berupa data mendukung penelitian, berupa data
tentang identitas responden, data monografi, demografi dan data
tentang pembinaan kepribadian dan sekunder lain yang dianggap perlu.
data tentang pembinaan kemandirian
narapidana, data hasil kuisioner dan
wawancara.

34
E. Teknik Pengumpulan Data pelaksana teknis pemasyarakatan dalam
jajaran Kantor Wilayah Kementerian
Teknik pengumpulan data yang
Hukum dan Hak Azazi Manusia Riau yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah
mempunyai tugas melaksanakan
sebagai berikut :
pemasyarakatan bagi tahanan yang sedang
1. Observasi
menjalani proses peradilan. Salah satu
Yaitu teknik pengumpulan data dengan
fungsi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II
cara melakukan pengamatan langsung
A Bengkalis adalah melaksanakan
kelapangan mengenai gejala yang ada
pembinaan terhadap narapidana supaya
yaitu tentang peranan Lembaga
setelah habis masa hukumannya para
Pemasyarakatan Kelas IIA Bengkalis
narapidana tersebut bisa bersikap dan
dalam membina warga binaan
bertingkah laku sesuai dengan norma-
pemasyarakatan. Seperti jumlah
norma yang berlaku dan juga tidak
narapidana yang mengikuti pembinaan
mengulangi tindakan-tingkan yang
kepribadian dan data narapidana yang
melanggar ketentuan yang berlaku sehingga
mengikuti pembinaan kemandirian.
mereka dapat diterima kembali oleh
2. Kuisioner
masyarakat. Untuk mengetahui pembinaan
Yaitu teknik untuk memperoleh data
terhadap narapidana yang dilaksanakan
dengan cara membuat daftar pertanyaan
oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
yang di sebarkan kepada responden guna
Bengkalis di uraikan berdasarkan beberapa
untuk memperoleh data yang diperlukan
indikator berikut :
dalam penelitian. Adapun cara penulis
menyebar kuisioner adalah dengan A. Pembinaan Kepribadian
memberikan kepada Sipir atau petugas Maksud dari pembinaan kepribadian
Lembaga Pemasyarakatan selanjutnya narapidana dalam adalah suatu program
beliau yang membagikan kepada yang dilaksanakan oleh Lembaga
narapidana yang dijadikan sampel Pemasyarakatan Kelas II A Bengkalis
setelah empat hari hasil pengisian dalam rangka untuk menumbuhkan
kuisioner tersebut penulis jemput. kepercayaan dan kemampuan diri para
3. Wawancara narapidana supaya bisa kembali diterima
Yaitu teknik untuk memperoleh data oleh masyarakat setelah habis masa
dengan cara melakukan tanya jawab hukumannya serta bisa bersikap dan
langsung dengan responden guna berperilaku sesuai dengan norma-norma
memperoleh data yang diperlukan dalam yang berlaku dalam masyarakat.
penelitian. Adapun wawancara ini Pembinaan kepribadian ini terdiri dari
penulis lakukan dengan Kepala ceramah agama, pengajian Al Qur’an,
Lembaga Pemasyarakatan, Kepala Sub belajar pendidikan umum dan pengamalan
Bagian, Kepala Seksi, beberapa orang Pancasila.
Kepala Sub Seksi, beberapa orang Jika dilihat dari ceramah agama yang
petugas Lembaga Pemasyarakatan, tim dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan
Pembina narapidana serta beberapa Kelas II A Bengkalis dalam rangka
orang narapidana. pembinaan kepribadian narapidana, maka
dapat diketahui bahwa berdasarkan hasil
penelitian dilapangan dapat disimpulkan
HASIL PENELITIAN DAN
bahwa kegiatan ceramah agama yang
PEMBAHASAN
dilaksanakan oleh Lembaga
1. Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Pemasyarakatan Kelas II A Bengkalis
di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II dalam rangka pembinaan kepribadian
A Bengkalis narapidana masih kurang baik karena
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A ceramah agama yang dilaksanakan tersebut
Bengkalis merupakan salah satu unit belum rutin dilaksanakan.

35
Jika dilihat dari pengajian Al Bengkalis dalam rangka pembinaan
Qur’an yang dilakukan oleh Lembaga kepribadian narapidana tidak baik. Karena
Pemasyarakatan Kelas II A Bengkalis kegiatan ini hanya dilakukan bagi
dalam rangka pembinaan kepribadian narapidana yang baru masuk saja,
narapidana, maka dapat diketahui bahwa seharusnya pemberian pemahaman tentang
berdasarkan hasil penelitian lapangan dapat pengamalan nilai-nilai Pancasila ini
disimpulkan bahwa kegiatan pengajian Al diberikan kepada semua narapidana yang
Qur’an yang dilaksanakan oleh Lembaga ada karena hal ini sangat erat kaitannya
Pemasyarakatan Kelas II A Bengkalis dengan pola kehidupan berbangsa dan
dalam rangka pembinaan kepribadian bernegara.
narapidana masih kurang baik karena untuk Dengan demikian jika dilihat secara
belajar membaca Al Qur’an dan membahas keseluruhan pembinaan kepribadian
isi kandungannya dengan rentang waktu narapidana yang dilakukan oleh Lembaga
setelah sholat maghrib sampai masuk isya Pemasyarakatan Kelas II A Bengkalis
sangat singkat sekali ditambah dengan masih kurang baik karena belum ada
jumlah narapidana yang mengikuti kegiatan satupun program pembinaan kepribadian
tersebut. Khusus untuk belajar membaca Al narapidana yang dilakukan secara rutin dan
Qur’an tentu membutuhkan waktu yang berkesinambungan.
cukup lama karena diajarkan satu persatu.
Jika dilihat dari kegiatan belajar B. Pembinaan Kemandirian
pendidikan umum yang dilakukan oleh Pembinaan kemandirian diterapkan
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A dengan tujuan agar supaya terpidana
Bengkalis dalam rangka pembinaan mempunyai keahlian atau kecakapan teknis
kepribadian narapidana dari hasil penelitian yang berguna bagi dirinya dan dapat
lapangan dapat disimpulkan bahwa menjadi bekal setelah keluar dari Lembaga
kegiatan belajar pendidikan umum yang Pemasyarakatan Kelas II A Bengkalis.
diadakan oleh Lembaga Pemasyarakatan Pembinaan kemandirian diarahkan pada
Kelas II A Bengkalis dalam rangka pembinaan bakat dan keterampilan agar
pembinaan kepribadian narapidana masih Warga Binaan Pemasyarakatan dapat
kurang baik karena kegiatan belajar ini kembali berperan sebagai anggota
hanya dilakukan satu kali satu minggu dan masyarakat yang bebas dan bertanggung
itu pun belum semua narapidana yang jawab. Pembinaan kemandirian ini meliputi
belum bisa tulis baca yang ikut belajar, pelatihan bercocok tanam, pembuatan
hanya narapidana yang mau saja. mebel, souvenir dan pot bunga, pelatihan
Seharusnya pihak Lembaga perbengkelan dan pelatihan salon.
Pemasyarakatan Kelas II A Bengkalis Jika dilihat dari pelatihan bercocok
mewajibkan semua narapidana yang belum tanam yang dilakukan oleh Lembaga
bisa tulis baca untuk mengikuti kegiatan ini Pemasyarakatan Kelas II A Bengkalis
karena hal ini sangat penting dalam dalam rangka pembinaan kemandirian
kehidupan sehari-hari. narapidana, berdasarkan hasil penelitian
Jika dilihat dari pemberian lapangan dapat disimpulkan bahwa
pemahaman tentang pengamalan nilai-nilai kegiatan pelatihan bercocok tanam yang
Pancasila yang dilakukan oleh Lembaga dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan
Pemasyarakatan Kelas II A Bengkalis Kelas II A Bengkalis sudah baik, karena
dalam rangka pembinaan kepribadian semua narapidana sudah mengikuti
narapidana berdasarkan penelitian lapangan program tersebut dan juga hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa kegiatan sudah sesuai dengan kondisi geografis
pemberian pemahaman tentang Bengkalis yang sangat cocok untuk
Pengamalan Pancasila yang diadakan oleh pertanian dan bahkan Lembaga
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pemasyarakatan Kelas II A Bengkalis

36
sudah mempunyai kebun praktek sendiri pelatihan terutama sekali narapidana yang
dan sekarang tidak hanya bercocok tanam berusia tergolong muda, karena narapidana
jenis sayur-sayuran saja tetapi sudah ada wanita yang ada di Lembaga
pelatihan bercocok tanam buah naga. Pemasyarakatan Kelas II A Bengkalis
Jika dilihat dari pelatihan membuat mayoritas sudah berumur jadi kurang
mebel, souvenir dan pot bunga tanam yang meniatnya untuk mengikuti pelatihan salon.
dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Jika dilihat secara keseluruhan
Kelas II A Bengkalis dalam rangka pembinaan kemandirian narapidana yang
pembinaan kemandirian narapidana, maka dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan
berdasarkan penelitian yang penulis Kelas II A Bengkalis masih kurang baik,
lakukan dapat disimpulkan bahwa pelatihan karena program-program pembinaan
pembuatan mebel, souvenir dan pot bunga kemandirian yang dilakukan hanya habis
yang diadakan oleh Lembaga begitu saja tidak ada tindak lanjutnya
Pemasyarakatan Kelas II A Bengkalis terutama sekali ketika narapidana
dalam rangka pembinaan kemandirian bersangkutan sudah bebas seharusnya pihak
narapidana masih kurang baik. Karena hal Lembaga Pemasyarakat berkoordinasi
tersebut belum berkelanjutan, disamping itu dengan Dinas terkait supaya diberikan
untuk pesertanya adalah para narapidana modal usaha agar keterampilan yang
yang memiliki minat dan bakat tentang diperoleh narapidana selama masa
pembuatan mebel, souvenir dan pot bunga hukumannya tidak sia-sia.
artinya pesertanya hanya sedikit karena Dengan demikian berdasarkan
tidak semua narapidana yang berminat dan penelitian yang penulis lakukan dapat
berbakat untuk itu. disimpulkan bahwa Pelaksanaan
Jika dilihat dari pelatihan pembinaan yang dilakukan oleh Lembaga
perbengkelan yang dilakukan oleh Pemasyarakatan Kelas II A Bengkalis
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A terhadap narapidana baik pembinaan
Bengkalis dalam rangka pembinaan kepribadian maupun pembinaan
kemandirian narapidana, maka berdasarkan kemandirian narapidana masih kurang baik.
penelitian yang penulis lakukan dapat Hal ini yang menyebabkan masih adanya
disimpulkan bahwa bahwa pelatihan mantan narapidana yang kembali
perbengkelan ini masih kurang baik karena kemasyarakat luas belum mengalami
untuk perbengkelan lebih banyak praktek perubahan sikap dan perilaku secara
dari pada teori untuk itu sangat diperlukan signifikan dan bahkan masih ada yang
adanya workshop sebagai wadah praktek mengulangi perbuatan-perbuatan yang
peserta sementara di Lembaga melanggar hukum yang berlaku.
Pemasyarakatan Kelas II A Bengkalis
belum memiliki workshop tersebut. 2. Hambatan dalam Melaksanakan
Jika dilihat dari pelatihan salon Pembinaan Narapidana di Lembaga
yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Bengkalis
Pemasyarakatan Kelas II A Bengkalis
dalam rangka pembinaan kemandirian 1. Faktor Biaya Operasional
narapidana, maka berdasarkan penelitian Biaya operasional merupakan faktor
yang penulis lakukan dapat disimpulkan terpenting untuk terselenggaranya program
bahwa pelatihan salon yang diadakan oleh pembinaan narapidana yang dilaksanakan
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
Bengkalis dalam rangka pembinaan Bengkalis. Tanpa adanya dukungan
kemandirian narapidana masih kurang baik. anggaran yang mencukupi maka program
Karena pelatihan salon ini belum semua pembinaan narapidana akan sulit tercapai
narapidana wanita mengikutinya, hanya secara maksimal. Memang untuk biaya
sebagian kecil narapidana saja yang ikut operasional sudah dianggarkan oleh

37
pemerintah akan tetapi belum cukup dapat dilihat hasil kuisioner yang penulis
memadai untuk melaksanakan pembinaan sebarkan serta hasil wawancara singkat
narapidana secara maksimal. penulis beberapa orang responden. Hal
inilah yang menyebabkan masih
2. Faktor Tenaga Teknis
ditemukannya mantan narapidana atau
Petugas atau pegawai merupakan
narapidana yang sudah habis masa
motor penggerak terlaksananya sistem
hukumannya dan ketika kembali
pemasyarakatan khususnya
kemasyarakat belum mengalami
penyelenggaraan pembinaan narapidana
perubahan sikap dan tingkahlaku yang
untuk itu sangat diperlukan adanya tenaga
berarti dan bahkan masih ada yang
teknis yang kompeten. Untuk
mengulangi perbuatan-perbuatan yang
menyelenggarakan pembinaan kepada
melanggar hukum.
narapidana Lembaga Pemasyarakatan
2. Bentuk pembinaan yang dilaksanakan
Kelas II A Bengkalis masih kekurangan
oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas II
tenaga teknis dibidang pemasyarakatan dan
A Bengkalis ada dua macam yaitu
pembinaan untuk pelatihan kerja.
pembinaan kepribadian yang bertujuan
3. Faktor Sarana dan Prasarana untuk pembinaan mental dan watak agar
Disamping anggara dan tenaga bertanggung jawab kepada diri sendiri,
teknis, untuk terlaksananya pembinaan keluarga dan masyarakat sehingga ketika
dengan baik juga harus didukung oleh keluar dari Lembaga Pemasyarakatan
tersedianya sarana dan prasarana yang Kelas II A Bengkali dapat diterima
berkaitan dengan pembinaan tersebut. Di kembali oleh masyarakat sebagai mana
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A layaknya warga masyarakat yang
Bengkalis sarana dan prasarana pembinaan normal. Dan juga pembinaan
belum cukup memadai seperti belum kemandirian yang bertujuan supaya
adanya workshop untuk praktek dan terpidana mempunyai keahlian atau
sebagainya. kecakapan teknis yang berguna bagi
4. Faktor Narapidana dirinya dan dapat menjadi bekal setelah
Untuk terlaksananya pembinaan keluar dari Lembaga Pemasyarakatan
dengan maksimal tidak hanya dari faktor Kelas II A Benkalis
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A 3. Kendala yang dihadapi oleh Lembaga
Bengkalis saja akan tetapi juga dilihat dari Pemasyarakatan Kelas II A Bengkalis
unsur narapidananya sendiri. Yang menjadi dalam melaksanakan pembinaan
kendala dalam penyelenggaraan pembinaan narapidana adalah kurangnya anggaran
di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A operasional, kurangnya tenaga teknis
Bengkalis yaitu kurangnya kerjasama dari dibidang pembinaan narapidana,
narapidana untuk mau mengikuti dan kurangnya fasilitas pendukung
memperlancar program pembinaan yang Pelaksanaan pembinaan serta kurangnya
dilaksanakan terutama bagi narapidana kerjasama para narapidana untuk ikut
yang baru memasuki Lembaga dalam program pembinaan serta
Pemasyarakatan Kelas II A Bengkalis serta narapidana yang program pembinaan
narapidana tidak serius mengikuti tidak serius mengikutinya.
pembinaan terutama yang sifatnya belajar
dan bekerja. B. Saran
PENUTUP 1. Demi maksimalnya pembinaan yang
A. Kesimpulan selenggarakan oleh Lembaga
1. Pembinaan narapidana yang dilakukan Pemasyarakatan disarankan supaya
oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas II pemerintah menyediakan anggaran yang
A bengkalis masih kurang baik hal ini memadai khususnya untuk Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II A Bengkalis,

38
karena tanpa adanya anggaran yang Labolo Muhadam, 2007. Memahami Ilmu
memadai apapun jenis kegiatan yang Pemerintahan. Kelapa Gading
diselenggarakan akan sulit dicapai secara Permai, Jakarta.
maksimal. Moenir, 2002. Pendekatan Manusiawi dan
2. Untuk Lembaga Pemasyarakatan Kelas Organisasi Terhadap Pembinaan
II A Bengkalis, disarankan supaya lebih Kepegawaian. Gunung Agung,
meningkatkan kualitas sumber daya Jakarta.
aparatur yang ada khususnya tenaga
teknis dibidang pembinaan narapidana Muladi, 1994. Lembaga Pidana Bersyarat.
baik itu melalui pendidikan maupun Alumni, Bandung.
pelatihan. Musanef, 2001. Sistem Pemerintahan di
3. Supaya terlaksananya pembinaan secara Indonesia. Gunung Agung, Jakarta.
maksimal disarankan kepada Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II A Bengkalis Nasution, Jabbaruddin, 2004. Reformasi
sebagai lembaga vertikal supaya terus Administrasi Publik : Teori dan
meminta penambahan sarana dan Praktek. Grasindo, Jakarta.
prasarana pembinaan narapidana. Ndraha Taliziduhu, 2000. Kybernologi.
4. Untuk narapidana disarankan supaya Rineka Cipta, Jakarta.
lebih meningkatkan kerjasamanya dalam
melaksanakan program pembinaan, -----------------------, 2003. Kybernology
karena hasil dari pembinaan tersebut (Ilmu Pemerintahan Baru) Jilid 1 dan
yang akan menikmatinya bukan pihak 2. Rineka Cipta, Jakarta.
Lembaga Pemasyarakatan akan tetapi ----------------------, 2007. Kybernologi
untuk kita juga. Sebuah Profesi. Sirao Credentia
Centre, Tangerang Banten.
DAFTAR PUSTAKA Ningrat Surya Bayu, 1992. Mengenal Ilmu
Adi Sujatno, 2004. Sistem Pemasyarakatan Pemerintahan. Rineka Cipta, Jakarta.
Indonesia Membangun Manusia Nugroho, Riant D, 2001, Reinventing
Mandiri. Direktorat Jenderal Indonesia Menata Ulang Manajemen
Pemasyarakatan Departemen Pemerintahan Untuk Membangun
Hukum dan HAM RI, Jakarta. Indonesia Baru Dengan Keunggulan
Atmasasmita, Romli, 2001. Kapita Selekta Global, PT. Elek Media Komputindo,
Hukum Pidana dan Kriminologi. Jakarta.
Mandar Maju, Bandung. --------------------------, 2007. Analisis
Budi Winarno, 2002. Sistem Politik Kebijakan. Elex Media Komputindo,
Indonesia Era Reformasi. Jakarta.
Medpress, Jakarta. Poerwadarmita, 2004. Kamus Umum
Chazawi, Adami, 2002. Pelajaran Hukum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka,
Pidana I. Raja Grafindo, Jakarta. Jakarta.
Harsono HS, 1995. Sistem Baru Pembinaan Purnomo, Alex, 2002. Birokrasi Dalam
Narapidana. Djambatan, Jakarta. Otonomi Daerah. Pustaka Sinar Jaya,
Jakarta.
Islamy, M. Irfan, 2000. Prinsip-prinsip
Perumusan Kebijaksanaan Negara. Purnomo, Bambang, 2005. Pelaksanaan
Bumi Aksara, Jakarta. Pidana Penjara Dengan Sistem
Pemasyarakatan. Liberty, Yogyaarta.
Irawan Soehartono, 2000, Metode
Penelitian Sosial, Remaja Rasyid Riyaas, 2002. Makna Pemerintahan
Rosdakarya, Bandung. Tinjauan dari Segi Etika dan

39
Kepemimpinan. PT.Mutiara Sumber Thoha Miftah, 2003. Birokrasi dan Politik
Widia, Jakarta. di Indonesia. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Rosalaini, Analisis Perencanaan dan
Kebijakan Pulik, Rineka Cipta, Wahab, Solichin, Abdul, 2002. Analisis
Jakarta. Kebijaksanaan dari Formulasi ke
Implementasi Kebijakan
Santoso, Budi, 1995. Politik Penguasa.
kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara,
Kanisius, Yogyakarta.
Jakarta.
Sanusi Has, 2004. Sistem Pemasyarakatan
Winardi, 2007. Teori Organisasi dan
di Indonesia. Bumi Aksara, Jakarta.
Pengorganisasian. PT.Raja Grafindo
Solichin, Abdul Wahab, 2002. Analisis Persada, Jakarta.
Kebijaksanaan dari Formulasi ke
Zain, Badudu, 2001. Kamus Besar Bahasa
Implementasi Kebijakan
Indonesia. Pustaka Sinar Harapan,
kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara,
Jakarta.
Jakarta.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Soekanto, Soerjono, 2001. Pokok-Pokok
Tentang Pemerintahan Daerah.
Sosiologi Hukum. Raja Grafindo,
Jakarta. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
Tentang Pemasyarakatan.
Simanjuntak,S dan Pasaribu HB, 1990.
Politik dan Praktek Pemasyarakatan. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun
Departemen Hukum dan HAM RI, 1999 Tentang Pembinaan dan
Jakarta. Pembimbingan Warga Binaan
Pemasyarakatan.
Suharto, Edi, 2005. Analisis Kebijakan
Publik. Alfabeta, Bandung. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
1999 Tentang Syarat dan Tata Cara
Sujianto, 2008, Implementasi Kebijakan
Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Publik, Konsep, Teori dan Praktek,
Pemasyarakatan.
Pekanbaru, Alaf Riau Bekerjasama
Dengan Program Studi Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun
IlmuAdministrasi (PSIA) 2001 Tentang Pembinaan dan
Pascasarjana Universitas Riau. Pengawasan Atas Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah.
Sutopo, HB, 1992. Metode Penelitian Keputusan Menteri Kehakiman Republik
Kualitatif. UNS Press, Surakarta. Indonesia Nomor : M.01.Pr.07.03
Syafiie, Kencana, Inu, 2002. Sistem Tahun 1985 Tentang Organisasi Dan
Pemerintahan Indonesia. Rineka Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan.
Cipta, Jakarta. Buku Bengkalis Dalam Angka Tahun 2010
---------------------------, 2005. Pengantar
Ilmu Pemerintahan, Refika aditama,
Bandung.

40

You might also like