You are on page 1of 10

ETIKA PERILAKU KONSUMSI DI ERA DIGITALISASI

Nur Hikmah
Program Studi Ekonomi Syariah Pascasarjana IAIN Bone
hikmahnurafairah10@gmail.com

Otong Karyono
Program Studi Ekonomi Syariah Pascasarjana IAIN Bone
otong.karyono@iain-bone.ac.id

Abstract :
Ethics and morals are a unity that cannot be separated from human behavior in carrying out life, especially in
terms of consumption. People's consumption ethics in the digital era are more inclined to carry out consumption
activities digitally and it is difficult to differentiate between needs and wants due to the many promotions,
advertisements and product information that are easily accessible. As a result of the shopping system in the
current era of digitalization, people who do not have good self-control and are unable to differentiate between
needs and wants will fall into consumer behavior. This research is a literature review conducted to review
information from various documentary sources such as books, archives, magazines, articles, magazines, and
documents related to the problem under study. Therefore, this information can be used as a reference to
strengthen the discussion of ethical consumer behavior in the digital era. The data collection technique in this
research is to utilize secondary data sourced from magazines, books, materials, and the internet. The data
obtained is analyzed in detail and summarized into subsections to be able to answer the questions investigated.
The analysis used in this research uses the social change theory paradigm which requires adjustments to people's
consumption patterns in the digital era.

Keywords: Ethics, Consumption Behavior, Consumptiveness, Digitalization

Abstrak :

Etika dan moral merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipishkan dari perilaku manusia dalam menjalankan
kehidupan terutama dalam hal konsumsi. Etika konsumsi masyarakat di era digital lebih condong melakukan
aktivitas konsumsi secara digital dan sulit membedakan antara kebutuhan dan keinginan akibat banyaknya
promosi, iklan dan informasi produk yang mudah di akses. Akibat dari sistem perbelanjaan di era digitalisasi
saat ini, masyarakat yang tidak memiliki kontrol diri yang baik dan tidak mampu membedakan antara
kebutuhan dan keinginan maka akan terjerumus kedalam perilaku konsumtif. Penelitian ini merupakan tinjauan
pustaka yang dilakukan untuk mengkaji informasi dari berbagai sumber dokumenter seperti buku, arsip,
majalah, artikel, majalah, dan dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Oleh karena itu, informasi
ini dapat dijadikan referensi untuk memperkuat pembahasan tentang perilaku konsumen yang beretika di era
digital. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan memanfaatkan data sekunder yang
bersumber dari majalah, buku, bahan, dan internet. Data yang diperoleh dianalisis secara rinci dan dirangkum
menjadi subbagian untuk dapat menjawab pertanyaan yang diselidiki. Analisis yang digunakan dalam penelitian
ini ialah menggunakan paradigma teori perubahan sosial yang menuntut terjadinya penyesuaian pola
konsumsi masyarakat di era digital.

Kata Kunci: Etika, Perilaku Konsumsi, Konsumtif, Digitalisasi

PENDAHULUAN

Seiring perkembangan zaman, media digital tumbuh dengan cepat dan pesat.

Teknologi terus berkembang dan cara orang menggunakannya telah mengubah tidak hanya
bagaimana cara mengakses informasi, tetapi bagaimana cara berinteraksi dan berkomunikasi
dengan satu sama lain dalam skala global. Manusia semakin bergantung pada kebutuhan

terhadap internet, hal itu disebabkan berbagai kemudahan yang dapat diakses dari jejaring

sosial. Banyak kegiatan Manusia sekarang dihabiskan di dunia maya mulai dari mencari

informasi yang tren saat ini, mencari hiburan, berbelanja bahkan untuk melakukan aktivitas

jual beli. Orang-orang menggunakan teknologi digital untuk berkomunikasi dengan cara-cara

yang belum terbayangkan beberapa tahun yang lalu. Era perkembangan teknologi dan ilmu

pengetahuan, termasuk pesatnya perkembangan ilmu-ilmu sosial dan humaniora, media dan

teknologi informasi dan komunikasi, khususnya media digital. Apalagi masyarakat semakin

berorientasi pada hal-hal praktis, seperti pembelian produk melalui perangkat digital.

Indonesia saat ini merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi berbasis internet

tercepat di Asia Tenggara. Laporan terbaru dari Google menyajikan berbagai data yang

merupakan indikator penting perubahan masyarakat terkait Internet. Saat ini, Internet telah

menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari bagi banyak masyarakat Indonesia.

Berdasarkan temuan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah

pengguna internet di Indonesia mencapai 215,63 juta pada tahun 2022-2023. Jumlah tersebut

meningkat 2,67% dibandingkan triwulan sebelumnya yang jumlah penggunanya sebanyak

210,03 juta orang. Jumlah pengguna internet menyumbang 78,19% dari total penduduk

Indonesia sebanyak 275,77 juta jiwa. Popularitas Internet di Indonesia semakin meningkat
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2018, tingkat penetrasi internet di negara ini mencapai

64,8%, dan pada tahun 2019 hingga 2020, angka tersebut meningkat menjadi 73,7%.Dan

pada tahun 2021 hingga 2022, tingkat penetrasi internet akan kembali meningkat.Tingkat

penetrasi saat ini mencapai 77,02%, dan diperkirakan mencapai 80% pada tahun 2022-2023.

Hal ini berarti masyarakat Indonesia semakin melek internet. Badan Pusat Statistik juga

merilis data statistik sejauh mana penduduk Indonesia berusia 5 tahun ke atas mengakses

internet dalam tiga bulan terakhir, atau yang biasa disebut dengan penetrasi internet

Indonesia. Peningkatan pertumbuhan ini tentunya membawa perubahan perilaku konsumen

di era digital. Perilaku konsumen berubah sekarang dan di masa lalu. Era digital akan

mengubah tren masyarakat dari waktu ke waktu dan tentunya akan mempengaruhi perilaku
dan permintaan konsumen. Perubahan perilaku konsumen mungkin sulit untuk dipahami atau
bahkan dikenali, namun pemasar perlu menyadari bahwa sangat penting untuk mengubah dan

menyesuaikan layanan dalam menanggapi permintaan pelanggan. Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) mengungkapkan pada tahun 2021, 88,1% pengguna internet Indonesia menggunakan

layanan e-commerce untuk membeli berbagai produk. Data tersebut menunjukkan bahwa

layanan digital menjadi salah satu aspek penting dalam transaksi jual beli bagi masyarakat

Indonesia. Internet telah secara dramatis memperluas akses konsumen terhadap informasi

yang mereka perlukan untuk melakukan pembelian atau penukaran pertama mereka. Terkait

dengan perubahan perilaku konsumen akibat hadirnya teknologi digital, bagaimana dan

mengapa teknologi mengubah perilaku konsumen serta bagaimana pemasar dapat membantu

memahami perilaku konsumen agar dapat beradaptasi dengan era digital, yang menjadi

pertanyaan adalah pendekatan mana yang harus dilakukan?

Benarkah konsumen digital Indonesia lebih rela mengeluarkan uang saat

menggunakan gadget? Hubungan antara teknologi dan perubahan perilaku telah dibahas sejak

tahun 1962 oleh filsuf dan pakar komunikasi asal Kanada, Marshall McLuhan, yang

dijelaskan dalam bukunya, The Gutenberg Galaxy: How untuk Membuat Manusia

Percetakan. Menurutnya, inovasi teknologi tidak hanya mempengaruhi cara masyarakat

berkomunikasi, tetapi juga membentuk budaya dan kehidupan, termasuk harapan dan

kebutuhan dalam proses jual beli. Etika dalam konsumsi penting untuk aktivitas konsumsi
yang melibatkan konsumsi dan pengurangan jumlah konsumsi yang bertujuan untuk

kepuasan akhir individu. Tentu saja budaya konsumen tanpa etika konsumen yang baik

berdampak pada banyak aspek, mulai dari masyarakat hingga lingkungan. Etika konsumen

melibatkan pertimbangan nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip yang terkait dengan cara

produk dikonsumsi, termasuk pertimbangan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Masyarakat saat ini semakin sadar akan pentingnya etika dalam mengkonsumsi suatu produk.

Dampak konsumsi yang tidak etis bisa sangat merugikan individu, masyarakat, dan

lingkungan. Dalam konteks sosial, konsumsi yang tidak bertanggung jawab dapat

menyebabkan kesenjangan sosial, eksploitasi tenaga kerja, dan pelanggaran hak asasi

manusia dalam rantai pasokan produk.(Mudrikah & Ayuningtyas, 2021).


Artikel ini secara khusus membahas etika perilaku konsumsi oleh konsumen,
khususnya etika dalam menagambil keputusan pembelian dengan menggunakan pendekatan

teori perubahan sosial pada etika perilaku konsumsi di era digital saat ini. Tujuan artikel ini

adalah untuk mendapatkan wawasan baru mengenai etika perilaku konsumen dalam

mengambil keputusan pembelian berdasarkan fenomena era digital saat ini.

METODE

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.

Metodologi kualitatif adalah proses menghasilkan data deskriptif dalam bentuk kata-kata

tertulis dan lisan serta perilaku yang diamati.(Pradoko,2017). Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan dan menganalisa perubahan perilaku masyarakat terkait etika perilaku

konsumsi di era digital saat ini. Agar dapat menghasilkan data yang sesuai dengan topik

penelitian, penulis menggunakan teknik pengumpulan data penelitian kepustakaan yaitu

dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber dokumen seperti buku, arsip, majalah,

artikel, terbitan berkala, dan lain-lain atau yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

dari dokumen. Agar informasi tersebut dapat dijadikan referensi untuk memperkuat

perdebatan mengenai etika perilaku konsumen di era digital. Analisis yang digunakan dalam

penelitian ini ialah menggunakan paradigma teori perubahan sosial yang menuntut

terjadinya penyesuaian etika perilaku konsumsi masyarakat di era digital. (Prinada, 2021)

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Etika dan Moral

Etika berasal dari kata Yunani ethos (tunggal) yang artinya: tempat tinggal, padang

rumput, kandang, kebiasaan, adat istiadat, watak, sikap, cara berpikir. Bentuk jamaknya

adalah ta dan eta yang artinya inci. Dalam hal ini kata etika mempunyai arti yang sama

dengan moralitas. Moralitas berasal dari kata latin: mos (tunggal) atau mores (jamak) yang

berarti adat istiadat, kebiasaan, tingkah laku, budi pekerti, budi pekerti, akhlak, atau cara

hidup. (Abuddin, 2012)

Etika adalah cabang filsafat yang membahas gagasan tentang benar dan salah. Ini

adalah hasil dari upaya sistematis untuk menggunakan indikator untuk menafsirkan

pengalaman moral pribadi dan untuk menetapkan aturan untuk memandu perilaku manusia
dan nilai-nilai penting yang menjadi pedoman hidup. Etika sebagai nilai dan norma moral
dalam masyarakat. Etika sebagai ilmu juga dapat diartikan sebagai penalaran moral yang

mempertimbangkan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

Secara umum etika adalah norma, pedoman, aturan, dan petunjuk mengenai tata cara

dalam melakukan tindakan sehari-hari. Tanpa etika, manusia tidak dapat mengetahui batasan

antara perbuatan baik dan buruk. Oleh karena itu, etika diperlukan dalam kehidupan

masyarakat agar tidak ada suatu perbuatan yang dianggap buruk oleh masyarakat. Etika atau

moralitas adalah aturan yang mengatur perilaku, sikap, dan tindakan orang yang hidup dalam

suatu masyarakat. Etika ini juga bisa menjadi seperangkat prinsip moral yang membedakan

mana yang benar dan mana yang salah. Dalam masyarakat kita tidak hidup sendiri, sehingga

agar kehidupan bermasyarakat aman, nyaman dan harmonis maka harus ada aturan-aturan

yang harus dipatuhi oleh setiap orang. Tanpa aturan-aturan ini, kehidupan bisa seperti neraka

atau hutan belantara. Yang kuat akan menang dan yang lemah akan tertindas. Oleh karena itu,

mereka perlu meningkatkan aspek etika dan menegakkan kode etik profesi dalam kurikulum

dan praktik profesionalnya. (Alfan, 2011)

2. Perilaku Konsumsi di Era Digitalisasi

Masyarakat berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi.

Kekuatan informasi di masyarakat maju merupakan tanda perubahan zaman. Realitas dan

perubahan dalam aktivitas jual beli. Fenomena modernisasi terjadi di segala bidang
kehidupan, termasuk sektor perekonomian, dan pasar digital bermunculan seiring dengan

munculnya pasar tradisional dan modern. Perkembangan ekonomi ini berdampak pada pelaku

ekonomi. Dengan semakin canggihnya teknologi dan arus informasi digital, kegiatan e-

commerce merupakan penerapan bisnis elektronik atau bisnis elektronik yang berkaitan

dengan kegiatan komersial. (Nugroho, 2019).

E-commerce berkembang pesat di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh penetrasi ponsel

pintar dan internet yang terus meningkat, jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan

daya beli yang meningkat karena pertumbuhan makroekonomi yang kuat, serta jumlah

penduduk Indonesia yang berusia muda dan melek teknologi yang dengan cepat beradaptasi

dengan teknologi baru (Nur Indah Ariyani, 2014).


Ada beberapa Perubahan Perilaku konsumsi Masyarakat di Era digitalisasi sebagai
berikut:

a. Media Sosial

Media sosial saat ini menjadi aplikasi yang paling banyak diakses oleh masyarakat

Indonesia seperti media sosial Facebook, Instagram, Twitter, dan TikTok. Media sosial telah

menjadi salah satu media belanja yang populer. Namun kegiatan jual beli dengan cara ini

mempunyai kelemahan mendasar sehingga dinilai kurang efektif dalam mendorong

pemasaran. Media sosial mempunyai kelemahan. Kelemahan yang pertama adalah rendahnya

kepercayaan masyarakat terhadap produk yang diperdagangkan. Kelemahan yang kedua

adalah masih adanya pedagang yang melakukan penipuan.

b. Website Pribadi

Website Pribadi merupakan salah satu tempat belanja modern yang banyak

dikunjungi oleh masyarakat Indonesia, sehingga banyak para pebisnis yang akhirnya

membuat website pribadi khusus untuk memasarkan brandnya, Anda akan menggunakan

website atau blog. Hal ini memungkinkan orang dengan mudah mengakses berbagai

informasi dan berbagai produk serta merek produk yang mereka butuhkan di situs web

tertentu. Sisi positif dari berjualan melalui website pribadi adalah dapat dianggap sebagai

aspek branding yang sangat positif, karena dapat meningkatkan reputasi, prestise, dan

penjualan pemilik website.


c. Online Shop

Adapun dua jenis Toko online di Indonesia:

1). Toko online yang hanya menyediakan platform berupa lini produk yang ditawarkan oleh

pengiklan. Contohnya seperti Lazada, Mataharimall.com, Zalora, dll.

2). Marketplace merupakan situs perdagangan online yang menyediakan layanan penjualan

secara menyeluruh. Artinya, seluruh aktivitas periklanan, termasuk transaksi jual beli,

diproses melalui sistem yang telah terbukti. Situs jual beli berupa marketplace Indonesia

(Lazada, Bukalapak, Blibli, Tokopedia, Shopee, Elevania).

Perilaku pembelian online modern terdiri dari tiga fase: (Sinaga, 2019)

a) Visit (pencarian)
Seorang calon pembeli mengunjungi website e-commerce. Kunjungan ini dilakukan
setelah mengetahui kebutuhan barang yang ingin dibelinya. Namun, sebagian orang hanya

ingin menghabiskan waktunya melihat-lihat produk, layanan, dan promosi yang ditawarkan

e-commerce.

b) Purchising

Pembelian Setelah menemukan produk atau jasa yang cocok untuknya selama

kunjungan atau pencarian, seseorang melakukan pembelian. Ada beberapa alasan di balik

melakukan pembelian di situs e-commerce. Pertama, masyarakat melakukan pembelian

karena memang membutuhkan produk atau jasa tersebut. Lalu ada masyarakat yang tertarik

dengan promosi penyedia layanan e-commerce dan melakukan pembelian.

c) Multichannel shopping

Fitur yang disediakan oleh suatu website e-commerce berupa penawaran saluran

atau metode belanja yang berbeda kepada konsumen. Tujuannya adalah untuk

memaksimalkan nilai belanja konsumen. Konsumen yang ingin membeli dapat membeli

produk dengan cara yang mereka sukai. Misalnya pada e-commerce SaleStock, konsumen

SaleStock dapat berbelanja tidak hanya melalui website, tetapi juga melalui aplikasi

smartphone, WhatsApp, Line, Facebook Chat, dan Instagram.

3. Perubahan Etika Konsumsi Masyarakat di Era Digitalisasi

Etika penting dalam kehidupan manusia. Etika tidak dapat dipisahkan dari moralitas,
dan keduanya berkaitan erat. Meski berkaitan, keduanya mempunyai arti yang berbeda. Etika

adalah ilmu yang mempelajari benar dan salahnya perbuatan manusia, sedangkan moralitas

menitikberatkan pada nilai benar dan salahnya perbuatan manusia. Oleh karena itu, perilaku

manusia mencerminkan faktor etika dan moral. Perilaku konsumen manusia mencakup unsur

etika dan moral. Pada kenyataannya, ketika keinginan terpenuhi, masyarakat diberikan

pilihan antara kebebasan berkehendak dan kebebasan bertindak. Oleh karena itu, kebutuhan

setiap orang berbeda-beda. Ada orang yang mampu memenuhi kebutuhannya secara penuh,

ada pula yang mampu memenuhi kebutuhannya secara berlebihan. Hal ini membuat perilaku

manusia menjadi konsumtif.

Analisis data yang dilakukan penulis dari data yang terkumpul menunjukkan bahwa
etika konsumsi masyarakat di era digital yaitu masyarakat lebih condong melakukan
aktivitas konsumsi secara digital dan sulit membedakan antara kebutuhan dan keinginan

akibat banyaknya promosi, iklan dan informasi produk yang mudah di akses. Akibat dari

sistem perbelanjaan di era digitalisasi saat ini, masyarakat yang tidak memiliki kontrol diri

yang baik dan tidak mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan maka akan

terjerumus kedalam perilaku konsumtif.

Akibat dari suatu tindakan konsumtif sendiri adalah kita hidup di zaman digitalisasi

yang semuanya serba modern dan canggih yang membentuk budaya konsumtif.

Ketika selalu muncul tren terbaru maka mereka akan mencoba meniru dan

melakukan apapun untuk mengikutinya. Konsumtif tidak mau atau masa bodoh dengan

dampak jangka panjang karena menurut mereka memuaskan diri sendiri itu lebih penting

tanpa berpikir panjang (Fitriani dkk., 2022). Biasanya pelaku konsumtif dilakukan oleh

kaum milenial karena pengaruh budaya digital yang meracuni mereka untuk berbuat

konsumtif. Konsumtif memiliki dampak yang kurang baik apabila melihat benda atau

barang model terkini akan menimbulkan suatu keinginan untuk membeli dengan

berbagai cara agar bisa mendapatkan barang tersebut tanpa melihat dari segi harga dan

barang tersebut berguna atau dibutuhkan atau tidak (Fitria & Prastiwi, 2020).

Kebutuhan adalah sesuatu yang sangat diinginkan oleh manusia, sedangkan keinginan

lebih dekat dengan emosi manusia yang menginginkan sesuatu meskipun bukan suatu
keharusan. Seperti yang Anda lihat, keinginan setiap orang berbeda-beda. Hal ini tergantung

pada pilihan dan latar belakang masing-masing orang. Cita-cita seseorang juga bisa berubah

seiring berjalannya waktu. Selain itu, penting untuk diketahui bahwa keinginan manusia

tidak terbatas. Di sisi lain, pilihan untuk memuaskan keinginan tersebut terbatas. Dengan

demikian, ketika kebutuhan seseorang tidak terpenuhi, ia cenderung mencari pilihan lain

untuk memenuhi kebutuhan tersebut. (Prabandari, 2020).

Gaya hidup Hedonis sedang menjadi tren di kalangan anak muda dalam masa dewasa

awal di Indonesia. Hal ini terlihat dari survei yang dilakukan oleh JakPat terhadap

1.420 responden di Indonesia yang melakukan belanja online selama semester I 2022. Di

mana terdapat 50% responden berasal dari kelompok usia Milenial, 36% dari kelompok Gen
z, dan 15% dari kelompok Gen X. Kebutuhan primer sudah tidak diutamakan lagi,
justru kebutuhan terkait gaya hidup sangat tinggi dibandingkan kebutuhan primer.

Salah satu contohnya adalah kebutuhan akan smartphone yang selalu dicari

keberadaan perkembangan teknologinya.(Aveidel,2023)

Data ini menunjukkan bahwa generasi Milenial lebih bersedia mengeluarkan uang

dibandingkan generasi lainnya karena adanya digitalisasi. Di era digital, masyarakat

menghabiskan waktunya untuk memperhatikan kehidupan sehari-hari orang lain di dunia

maya. Faktor ini seringkali menimbulkan keinginan untuk menjadi seperti orang yang

menarik perhatian. Kehadiran influencer dan influencer juga dapat meningkatkan kemauan

belanja generasi milenial. Menurut Ika Yunia dan Abdul Kadir, konsumen mungkin tertarik

melakukan transaksi pembelian karena beberapa alasan: sosial, budaya, pribadi, dan

psikologis. Namun faktor tersebut tidak lepas dari pengaruh pemasaran dan periklanan yang

agresif dan persuasif. (Ika &Abdu,2014)

SIMPULAN

Etika merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipishkan dari perilaku manusia

dalam menjalankan kehidupan. Perubahan etika dalam konsumsi masyarakat di era

digitalisasi bukan merupakan sebuah hasil melainkan sebuah proses. Proses yang dipilih

individu, kelompok atau masyarakat sehingga menjadi sebuah kebiasan. Demikian pula

dalam hal etika dalam konsumsi. etika konsumsi masyarakat di era digital yaitu masyarakat
lebih condong melakukan aktivitas konsumsi secara digital dan sulit membedakan antara

kebutuhan dan keinginan akibat banyaknya promosi, iklan dan informasi produk yang

mudah di akses. Akibat dari sistem perbelanjaan di era digitalisasi saat ini, masyarakat yang

tidak memiliki kontrol diri yang baik dan tidak mampu membedakan antara kebutuhan dan

keinginan maka akan terjerumus kedalam perilaku konsumtif.

DAFTAR PUSTAKA

Andrean W F(2023). Orang indonesia Makin Melek Internet, Baik.id.


https://indonesiabaik.id/infografis/orang-indonesia-makin-melek-
internet#:~:text=Berdasarkan%20hasil%20survei%20Asosiasi%20Penyelenggara,seb
anyak%20210%2C03%20juta%20pengguna.
OJK (2022). penguatan Infrastuktur Digital. https://www.ojk.go.id/ojk-
institute/id/news/read/855/penguatan-infrastruktur-digital-dukung-e-commerce-lebih-
sustain

Mudrikah, S & Ayuningtyas, R. D (2021) Ethics Of Islamic Comsumption Behaviour on


Discount Promotion and Flash sale (Overview Of Theoritical Economics of Umar bin
al-Kahttab). Jurnal Ekonomi Dan Islam 16(2), 114-120.

Pradojo,S (2017). Paradigma Metode Penelitian Kualitatif . UNY Press

Prinada, Y, (2021). Apa saja ciri-ciri perubahan sosial dan contohnya dalam Masyarakat?
Tirto.id Https://www.google.com/amp.tirto.id/contoh-perubahab-sosial-di-kehidupan-
sehari-hari-masyarakat.
Abuddin Nata, (2012) Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: Raja Grafindo

Muhammad Alfan, (2011) Filsafat Etika Islam, Bandung: CV Pustaka Setia

Nugroho, W.A. (2019) Studi Tentang Media Sosial Terhadap Pengembangan UKM Melalui
Keunggulan Bersain Dan Implementasi Model A.I.D.A. pada UMKM pangan di Kota
Semarang” Diponogoro Journal Of Management vol.8,no.4, pp152-165

Nur Indah Ariyani, Okta Hadi N. (2014). Digitalisasi Pasar Tradisional perspektif perubahan
Sosial. Jurnal analisa Sosiologi April 2014, 3(1): 1-12
Sinaga, Jefry Andi. (2020). Studi Tentang Persepsi Konsumen Terhadap Pembelian Online

Saat Pandemi Covid-19. Google Scholar


Fitriani (2014) https://jurnalkampus.ulm.ac.id/2022/05/09/budaya-konsumtif-di-kalangan-
generasi-muda

Fitria, TN & Prastiwi, I.E (2020). Budaya Hedonisme dan Konsumtif dalam berbelanja
Online Ditinjau dari Perspektif Ekonomi Syariah. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam.

Prabandari, A.I (2020)7. Perbedaan kebutuhan dan keinginan, penting dalam mengambil
keputusan . Merdeka.com
Aveidel A.Y. dkk.(2023) Etika dan Budaya Konsumtif Akibat Pembaharuan Teknologi
Smartphone. Jurnal Pendidikan, seni, sains, dan Sosial.

Ika Yunia & Abdul Kadir Riyadi,(2014) Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqasid
Syariah Jakarta,Kencana

You might also like