You are on page 1of 22

PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XV/No.

2/Desember 2021 Nama: Syarifah Amalia

Implikasi Afwezigheid Serta Kedudukan Hukum Orang Tidak Hadir


Di Dalam Perkawinan

Syarifah Amalia Bin Tahir; Robby Aulia Putri Franata;


Mada Ali Haykal Sidiq
Universitas Airlangga Surabaya
syarifah.amalia.bin-2019@fh.unair.ac.id

Abstract
The state of absence (afwezigheid), that is, where a person is not at his or her
residence at any given time. A person declared for afwezigheid resulting in his
position by civil law was considered to have died jurisdictionally, resulting in the
potential removal of his rights and obligations. A legal issue arising from the
issue of afwezigheid is that there are serious implications for the fulfilment of a
person's rights and obligations in marriage. Whether his position is likened to a
broken up because of death or divorce, then what is his position when the
individual returns. Research methods used in discussing this writing legal issue,
using a normalized jurist study type by examining library or secondary data
consisting of primary legal materials, secondary law materials and tertiary law
materials related to the absence of present (afwezigheid) and their position in
marriage. Then, with his research approach using 3 (three) the approach of
legislation (approach approach), the conceptual approach (conceptual
approach), the historical approach). Next, for the method of collecting legal
materials using the document study method (literature study). This technique
provides the basis for theory by reviewing and studying books and regulations of
legislation, which relate to afwezigheid.
Keywords: Afwezigheid, absence person, Marital status.

Ringkasan
Keadaan tidak hadir (Afwezigheid), yaitu keadaan dimana seseorang tidak berada
di tempat tinggalnya dalam kurun waktu tertentu. Seseorang yang dinyatakan
Afwezigheid mengakibatkan kedudukannya menurut Hukum Perdata dianggap
meninggal secara yuridis, hal tersebut menyebabkan hak dan kewajibannya
berpotensi hapus. Isu hukum yang timbul dari permasalahan mengenai keadaan
afwezigheid yaitu timbulnya implikasi serius terhadap pemenuhan hak dan
kewajiban seseorang dalam perkawinan. Apakah kedudukannya dipersamakan
putus karena kematian atau perceraian, lalu bagaimana kedudukannya bilamana
orang tersebut kembali. Metode penelitian yang digunakan dalam membahas
mengenai isu hukum penulisan ini, menggunakan tipe penelitian yuridis normatif
dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri dari
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier yang
berkaitan dengan keadaan afwezigheid dan kedudukannya dalam perkawinan.
Kemudian, untuk pendekatan penelitiannya menggunakan 3 (tiga) macam
pendekatan yaitu pendekatan perundang-undangan (statute approach), Pendekatan

213
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XV/No.2/Desember 2021 Nama: Syarifah Amalia

konseptual (conceptual approach), Pendekatan historis (historical approach).


Selanjutnya, untuk metode pengumpulan bahan hukumnya menggunakan metode
studi dokumen (studi kepustakaan). Teknik ini berguna untuk mendapatkan
landasan teori dengan mengkaji dan mempelajari buku-buku dan peraturan
perundang-undangan, yang berhubungan dengan keadaan afwezigheid dan
kedudukannya dalam perkawinan.
Kata Kunci: Afwezigheid, Orang yang tidak hadir, Status perkawinan.

A. Pendahuluan. kewajibannya. Hak dan kewajiban


Orang atau manusia orang bisa beragam atau bermacam-
merupakan makhluk hidup yang macam, namun dalam kacamata
melakukan beragam aktivitas untuk hukum perdata, hak dan kewajiban
menjalani kehidupannya. tersebut bisa menjadi seputar hak
Sehubungan dengan menjalani untuk mendapat warisan, hak untuk
beragam aktivitas, orang tidak dapat mendapatkan hak asuh, hak untuk
disingkirkan dari hukum sebagai melakukan perjanjian atau kontrak,
penunjang untuk melakukan serta kewajiban untuk memenuhi
serangkaian aktivitas untuk prestasi dalam sebuah perjanjian, dan
menjalani kehidupannya tersebut. lain sebagainya.
Tanpa hukum yang mengatur, Hak dan kewajiban dalam
aktivitas yang akan dijalani oleh perolehan dan pemenuhannya tak
orang akan menjadi berantakan dan jarang mendapatkan masalah, karena
tidak terorganisir. Definisi orang menjadi salah satu sifat dasar
(person) menurut Subekti yaitu manusia untuk melakukan
pembawa hak.1 pelanggaran, seperti istilah
Kedudukan orang sebagai pelanggaran di dalam hukum perdata
natuurlijke person atau subyek yaitu wanprestasi dan perbuatan
hukum tentu saja memiliki peranan melawan hukum yang kerapkali
penting dalam memenuhi hak dan dilakukan. Namun selain

1
pelanggaran, tak jarang sebuah
Gilang Rizki Aji Putra, Manusia
Sebagai Subyek Hukum, Adalah Buletin masalah timbul dikarenakan suatu
Hukum dan Keadilan (4):(3), 2020, hlm. peristiwa tak terduga atau bencana
128-129. yang dikenal dengan istilah Force

214
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XV/No.2/Desember 2021 Nama: Syarifah Amalia

Majeure atau overmacht yang diatur menghindarkan seseorang untuk


di dalam KUH Perdata sebagai suatu dapat dilacak keberadaannya.
keadaan memaksa. Salah satu bentuk Sebagaimana yang dijelaskan dalam
Force Majeure atau overmacht KUH Perdata, afwezigheid dapat
adalah afwezigheid, yaitu keadaan dibagi menjadi dua hal yaitu
tidak hadir. tindakan sementara dan pernyataan
Pengertian tidak hadir menurut tentang dugaan seseorang telah
Sudarsono yaitu apabila suatu meninggal dunia.
keadaan seorang meninggalkan Berdasarkan Kitab Undang-
tempat tinggalnya serta tidak undang Hukum Perdata, pengaruh
diketahui lokasinya maka keadaan tidak ada di tempat atau Afwezigheid
tersebut dapat dinyatakan sebagai terhadap kedudukan hukum
keadaan tidak hadir.2 Afwezigheid seseorang dapat dibedakan dalam
sendiri merupakan istilah yang tiga masa, yakni:3
dikenal di dalam hukum perdata, a. Masa pengambilan tindakan
yaitu suatu keadaan dimana sementara karena adanya
seseorang tidak berada atau dugaan meninggal dunia;
meninggalkan tempat tinggalnya b. Masa adanya kemungkinan
serta keberadaannya tidak diketahui. si yang tidak hadir sudah
Afwezigheid diatur di dalam Bab meninggal;
XVIII KUH Perdata, dan hal tersebut c. Masa pewarisan definitif.
tentu saja menjadi masalah besar dan Afwezigheid dalam tindakan
akan berimplikasi pada hak dan sementara dimaksudkan bagi
kewajiban seseorang yang dianggap seseorang yang tidak hadir namun
tak hadir tersebut. Dunia yang ada hal mendesak yang perlu diurus
semakin canggih seperti saat ini, mengenai seluruh atau sebagian harta
dimana teknologi semakin maju dan
3
komunikasi semakin mudah Henny Tanuwidjaja, Akibat
Hukum Pewarisan Karena Afwezigheid
dilakukan tetap tidak dapat
Terhadap Ahli Waris Menurut Hukum
2
Sudarsono, Hukum Perkawinan Perdata Barat (B.W), Hukum Bisnis (3),
Nasional, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm.
2019, hlm. 30-32.
52.

215
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XV/No.2/Desember 2021 Nama: Syarifah Amalia

kekayaannya. Hal tersebut hanya bersama antara seorang laki-laki dan


dapat diajukan oleh orang yang seorang perempuan yang memenuhi
mempunyai kepentingan atau jaksa syarat-syarat yang termasuk dalam
kepada Pengadilan Negeri. Namun peraturan yang ditentukan oleh
berbeda dengan afwezigheid dalam undang-undang perkawinan.5
hal pernyataan tentang dugaan Sebagaimana dikemukakan oleh
seseorang telah meninggal dunia Wiryono Prodjodikoro, bahwa
yang dianggap sebagai kematian perkawinan diakui oleh Negara dan
seseorang secara hukum atau hukum. Salah satu bentuk pengakuan
kematian yuridis. Hal tersebut tentu tersebut yaitu dengan
saja menimbulkan beberapa diundangkannya Undang-undang
implikasi yang terjadi. Misalnya Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
pewarisan yang dianggap terjadi Perkawinan (selanjutnya disebut UU
sejak seseorang tersebut meninggal Perkawinan) serta perubahannya
dunia. Selain pewarisan, tentu saja yaitu Undang-undang Nomor 16
afwezigheid berpengaruh pula pada Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas
perkawinan. Salah satu syarat Undang-undang Nomor 1 Tahun
putusnya perkawinan adalah 1974 Tentang Perkawinan, Peraturan
kematian salah satu kawan Pemerintah Tentang Pelaksanaan
kawinnya. Undang-undang Nomor 1 Tahun
Subekti mengemukakan 1975 Tentang Perkawinan
pendapatnya mengenai perkawinan (selanjutnya disebut PP No. 1/1975
yaitu merupakan pertalian yang sah Tentang Pelaksanaan UU
antara seorang pria dengan seorang Perkawinan) dan Kompilasi Hukum
wanita untuk kurun waktu yang Islam (selanjutnya disebut KHI)
lama.4 Kemudian, Wiryono yang mengatur tentang perkawinan
Prodjodikoro menjabarkan bagi mereka yang beragama islam.
pengertian perkawinan lebih spesifik Perkawinan yang berlangsung
yaitu merupakan suatu hidup tidaklah bersifat kekal maupun abadi,

5
Wiryono Prodjodikoro, Hukum
4
Subekti, Pokok-pokok Hukum Perkawinan Indonesia, Sumur, Bandung,
Perdata, Intermasa, Jakarta, 1985, hlm. 23. 1984, hlm. 7.

216
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XV/No.2/Desember 2021 Nama: Syarifah Amalia

sebagaimana yang dijabarkan pada kewajiban suami atau isteri. Berakhir


Pasal 1 UU Perkawinan mengenai atau putusnya perkawinan juga
definisi perkawinan itu sendiri yaitu merupakan perbuatan hukum yang
ikatan lahir batin antara seorang pria melahirkan akibat hukum seperti
dengan seorang wanita sebagai pembagian harta gono gini, dan hak
suami isteri dengan tujuan asuh jika dalam perkawinan tersebut
membentuk keluarga yang bahagia telah menghasilkan keturunan.
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Akibat hukum dari berakhir atau
Yang Maha Esa. Di dalam beberapa putusnya perkawinan tersebut
ajaran agama, bahwa perkawinan memang kerapkali menimbulkan
berlangsung kekal dan abadi, namun masalah antar para pihaknya, belum
dalam praktiknya, ikatan perkawinan lagi mengenai beberapa regulasi dan
dapat berakhir antara kedua peraturan yang cenderung
pasangan suami isteri tersebut mendiskriminasi salah satu pihak.
berdasarkan putusan pengadilan. Salah satunya Afwezigheid yang
Perbuatan hukum merupakan seakan mengakibatkan kerugian bagi
perbuatan yang dengan sengaja salah satu pihak dikarenakan hal
untuk menimbulkan hak dan tersebut terjadi diluar kuasa atau
kewajiban.6 Pelaksanaan perbuatan kendali pihak yang tidak hadir. Jika
hukum itu sendiri, sebagai contohnya afwezigheid terjadi di dalam
sebuah perjanjian akan menimbulkan perkawinan, dan orang tidak hadir
hak dan kewajiban serta akibat tersebut kembali, maka hal tersebut
hukum bagi para pihaknya. tentu menimbulkan implikasi
Perkawinan mungkin tidak dapat dikarenakan orang yang tidak hadir
dipersamakan dengan perjanjian atau seakan dipaksa untuk menjalani
kontrak secara umum, namun tetap proses hukum yang tidak
merupakan salah satu tindakan diinginkannya. Katakanlah, jika
perbuatan hukum yang melahirkan kawan kawin dari orang yang tidak
akibat hukum antara lain hak dan hadir pada akhirnya telah

6
melaksakan perkawinan baru
R. Soeroso, Pengantar Ilmu
Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm. dikarenakan berdasarkan putusan
291.

217
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XV/No.2/Desember 2021 Nama: Syarifah Amalia

pengadilan orang yang tidak hadir mengalami kematian yuridis, bisa


telah dinyatakan afwezigheid, maka saja status
jika suatu saat dirinya kembali B. Metode Penelitian,
berarti statusnya sebagai orang yang Tipe penelitian menggunakan
tidak hadir hapus, namun mendapati penelitian yuridis normatif dengan
segala haknya telah hilang atau cara meneliti bahan-bahan pustaka
beralih, disitulah titik dimana segala atau data sekunder yang terdiri dari
hak dan kewajibannya sebagai bahan hukum primer, dan bahan
natuurlijke person perlu dituntut hukum sekunder yang berkaitan
kembali. dengan afwezigheid dan
Keadaan afwezigheid ini kedudukannya dalam perkawinan.
mengakibatkan implikasi yang Keterkaitannya dengan penelitian
cukup serius terhadap konsep yuridis normatif, pendekatan yang
status perkawinan. Keadaan digunakan dalam penelitian hukum
afwezigheid dalam beberapa menurut Peter Mahmud Marzuki
tahapan kondisinya dipersamakan adalah sebagai berikut:7
dengan kematian secara yuridis. a. Pendekatan perundang-
Sebagaimana diketahui, kematian undangan (statute approach);
adalah situasi dimana seseorang b. Pendekatan konseptual
tidak lagi bernyawa, namun (conceptual approach);
berbeda ketika ditetapkan sebagai c. Pendekatan historis
kematian yuridis, berarti (historical approach).
seseorang tersebut masih Bahan hukum primer yang
bernyawa atau hidup, namun digunakan terdiri dari peraturan
beberapa hak-haknya hapus perundang-undangan, catatan
seperti telah dijabarkan resmi, risalah dalam pembuatan
sebelumnya. Maka, ketika orang perundang-undangan dan putusan
tidak hadir tersebut kembali,
status perkawinan yang
7
Peter Mahmud Marzuki,
sebelumnya ditetapkan
Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta, 2021, hlm. 93.

218
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XV/No.2/Desember 2021 Nama: Syarifah Amalia

hakim8. Dalam penelitian ini bahan perkawinan. Prosedurnya diawali


hukum primer yang digunakan dengan melalukan penyusunan atau
adalah sebagai berikut: inventarisasi pada bahan hukum
a. Kitab Undang-Undang dan kemudian diklasifikasikan
Hukum Perdata. untuk memudahkannya dalam
b. Undang-Undang Republik mempelajarinya.10 Kemudian,
Indonesia Nomor 1 Tahun mengenai pembahasan masalahnya,
1974 Tentang Perkawinan. dilakukan dengan cara penalaran
c. Peraturan Pemerintah deduktif, yaitu penalaran yang
Tentang Pelaksanaan diawali dengan mengkaji
Undang-undang Nomor 1 pengetahuan-pengetahuan umum
Tahun 1975 Tentang dari bahan-bahan hukum, dan
Perkawinan. selanjutnya dikaitkan dalam isu
d. Kompilasi Hukum Islam. implikasi afwezigheid serta
Bahan hukum sekunder berupa kedudukan hukum orang yang tidak
buku teks karena buku teks berisi hadir di dalam perkawinan
mengenai prinsip-prinsip dasar sehingga akhirnya akan diperoleh
ilmu hukum dan pandangan- konklusi dari permasalahan
pandangan klasik para sarjana yang tersebut. 11
mempunyai kualifikasi tinggi.9 Metode analisis bahan
Pengumpulan bahan hukum dalam hukum menggunakan interpretasi
penelitian ini adalah studi dokumen gramatikal, interpretasi sistematis
(studi kepustakaan). Teknik ini dan interpretasi historis.
berguna untuk mendapatkan Interpretasi gramatikal adalah
landasan teori dengan mengkaji dan penafsiran dengan memberi
mempelajari bahan hukum primer pengertian pada peraturan
dan bahan hukum sekunder yang perundang-undangan berdasarkan
berhubungan dengan afwezigheid
dan kedudukannya dalam 10
Ibid., hlm. 134.
11
Philipus M. Hadjon dan Titiek
8
Ibid, hlm. 134. Sri Djatmiati, Argumentasi Hukum, Gadjah
9 Mada University Press, Yogyakarta, 2011, h.
Ibid.
22.

219
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XV/No.2/Desember 2021 Nama: Syarifah Amalia

artinya dalam penggunaan bahasa pada dua peraturan perundang-


sehari-hari.12 Interpretasi undangan tersebut serta nilai-nilai
gramatikal dilakukan terhadap relevansinya, sehingga aturan
afwezigheid dan pengertian afwezigheid di dalam KUH
perkawinan, akibat hukum apabila Perdata dapat dimungkinkan
perkawinan tersebut putus, serta untuk dipertimbangkan secara
alasan-alasan yang mendasarinya. spesifik dalam UU Perkawinan.
Kemudian, interpretasi sistematis C. Pembahasan
adalah penafsiran dengan cara Sebab Putusnya Perkawinan Serta
menghubungkan semua peraturan Akibat Hukumnya
perundang-undangan yang terkait Perkawinan yang lahir dari
dengan isu hukum yang dibahas kesepakatan antara kedua pihak tentu
berdasarkan hierarkhi peraturan saja dapat berakhir, sebagaimana
perundang-undangan, khususnya perjanjian. Perkawinan mungkin
pengertian perkawinan yang ada tidak dapat dipersamakan dengan
di dalam KUH Perdata dan UU perjanjian sebagaimana tercantum
Perkawinan, yang aturannya pada buku III KUH Perdata, karena
mengalami perkembangan, terdapat prinsip-prinsip yang
sehingga terdapat perbedaan yang berbeda. Perkawinan juga bukanlah
cukup signifikan diantara sesuatu yang dibentuk atau
keduanya.13 Terakhir, interpretasi diciptakan manusia, melainkan
historis yang dilakukan dengan sesuatu yang lahir dari agama
menelaah aturan-aturan mengenai sebagai konsep ketuhanan, sehingga
afwezigheid dan kaitannya dengan tidak dapat dipersamakan atau
perkawinan di dalam KUH disejajarkan dengan perjanjian yang
Perdata yang saat ini tidak berlaku notabene dibuat oleh manusia. Hanya
lagi sejak berlakunya UU saja memang terdapat unsur-unsur
Perkawinan, sehingga dapat yang membuat perkawinan bisa
terlihat perbedaan yang mendasari dikategorikan sebagai perjanjian,
yaitu perkawinan yang melibatkan
12
Ibid. para pihak yang sepakat.
13
Ibid.

220
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XV/No.2/Desember 2021 Nama: Syarifah Amalia

Peraturan mengenai dikarenakan segala bentuk perceraian


perkawinan di Indonesia mengalami juga membutuhkan keputusan
pluralisme hukum yang mana akan pengadilan. Sehingga lebih tepat
terbagi dua peraturan hukum yang disebutkan bahwa putusnya
mengatur. Bagi yang beragama Islam perkawinan dapat disebabkan oleh
akan tunduk pada KHI dan dua hal, yaitu kematian dan
pengadilan yang berwewenang keputusan pengadilan saja. Pertama-
mengadili adalah Pengadilan Agama, tama perlu membahas terlebih
dan bagi yang beragama selain Islam dahulu mengenai alasan putusnya
akan tunduk pada UU Perkawinan perkawinan yang disebabkan oleh
yang mana Pengadilan Negeri yang kematian yang dibagi dua macam
akan berwewenang untuk mengadili. sebagai berikut:14
Aturan mengenai putusnya 1. Kematian wajar, disebabkan
perkawinan juga berbeda tergantung karena meninggalnya salah
aturan mana yang akan dipakai. satu pihak (suami atau istri)
Karena pada dasarnya perkawinan karena kematian pada
sebagai perintah dari agama berbeda- umumnya.
beda ajarannya. Selanjutnya akan 2. Kematian yuridis adalah
dijabarkan lebih rinci mengenai kematian yang harus
sebab, alasan serta akibat hukum ditetapkan melalui
putusnya perkawinan. penetapan pengadilan,
Putusnya perkawinan diatur kematian yang disebabkan
dalam Pasal 38 UU Perkawinan, kondisi tertentu.
sebagaimana yang akan dijabarkan Kematian yuridis atau kematian
berikut ini: secara hukum ini yang dikategorikan
1. Kematian
2. Perceraian dan 14
Trisadini, et.al, 2012, Hukum

3. Asas keputusan Perdata, Airlangga University Press,


Surabaya, hlm. 22 dikutip dari Trisadini,
Pengadilan.
Ghansam Anand, 2019, Hukum Keluarga
Pada hakikatnya, perceraian dan
dan Harta Benda Perkawinan, Revka Prima
keputusan pengadilan adalah sama, Media, Surabaya:, hlm. 122.

221
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XV/No.2/Desember 2021 Nama: Syarifah Amalia

sebagai Afwezigheid yang dapat pengadilan, seseorang tersebut dapat


ditemukan dalam Bab XVIII KUH dinyatakan afwezigheid atau mati
Perdata. Meskipun tidak secara secara yuridis atau hukum.
eksplisit mendefinisikan mengenai Putusnya perkawinan karena
afwezeigheid, namun beberapa Pasal disebabkan Keputusan Pengadilan
dari KUH Perdata dapat dijadikan sebagai contoh adalah pembatalan
patokan sebagai definisi yang paling perkawinan. Pastinya cukup
mendekati, yaitu Pasal 463 dan Pasal menimbulkan pertanyaan, yaitu
467 KUH Perdata, yang dalam mengenai perbedaan antara
bunyinya dapat disimpulkan bahwa perceraian dan pembatalan
Afwezigheid adalah keadaan dimana perkawinan. Kedua hal tersebut
orang yang tidak hadir merupakan sama-sama membutuhkan putusan
orang yang meninggalkan tempat pengadilan. Pembatalan perkawinan
tinggalnya dalam kurun waktu yang pada hakikatnya tidak jauh berbeda
lama tanpa menunjuk orang atau dari perceraian yang sama-sama
kuasanya untuk mewakili segala membutuhkan Keputusan
kepentingannya. Pasal 467 KUH Pengadilan. Pembatalan perkawinan
Perdata juga menyebutkan bahwa maupun perceraian dianggap
sebelum seseorang dinyatakan tidak memiliki kesamaan dikarekanakan
hadir dengan dugaan meninggal terjadi setelah perkawinan telah
dunia atau dikategorikan kematian berlangsung, yang mana tentu saja
yuridis, perlu dilakukannya segala hak dan kewajiban
panggilan umum yang berlaku perkawinan telah terpenuhi.
selama jangka waktu tiga bulan atas Pembatalan perkawinan diatur dalam
izin Pengadilan Negeri di tempat Pasal 22 sampai dengan Pasal 28 UU
tinggal orang yang tak hadir. Ketika Perkawinan. Pasal 23 menjabarkan
upaya panggilan tersebut telah tentang momentum kapan
dilakukan, namun tak juga kunjung pembatalan perkawinan dapat
terdengar kabar tentang hidup diajukan yaitu ketika tidak
matinya orang yang tak hadir memenuhi syarat-syarat yang
tersebut, maka atas keputusan disebutkan pada Pasal 6 sampai

222
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XV/No.2/Desember 2021 Nama: Syarifah Amalia

dengan Pasal 11 UU Perkawinan. setelah pembatalan dianggap tidak


Salah satu unsur yang membedakan pernah ada atau terjadi, namun hal
pembatalan perkawinan dan tersebut tidak berlaku surut terhadap
perceraian juga terletak pada pihak- anak-anak yang dilahirkan dari
pihak yang dapat mengajukan perkawinan tersebut, suami atau
pembatalan tersebut. Jika pada isteri yang bertindak dengan itikad
perceraian yang dapat melakukannya baik serta orang-orang ketiga lainnya
hanya suami atau isteri sebagai para sepanjang mereka memperoleh hak-
pihak yang saling terikat, berbeda hak dengan itikad baik sebelum
dengan pembatalan perkawinan, para keputusan tentang pembatalan
pihak yang memiliki hak untuk berkekuatan hukum tetap,
membatalkan lebih beragam yang sebagaimana yang tercantum pada
disebutkan di dalam Pasal 23 UU Pasal 28 UU Perkawinan.
Perkawinan, sebagai berikut: Perceraian diatur di dalam
a. Para keluarga dalam garis Pasal 39 sampai dengan Pasal 41 UU
keturunan lurus ke atas dari Perkawinan, yang kurang lebih
suami atau isteri; menjabarkan bahwa perceraian harus
b. Suami atau isteri; dilakukan di depan pengadilan
c. Pejabat yang berwenang hanya dengan syarat harus melalui mediasi
perkawinan belum diputuskan, terlebih dahulu, dikarenakan pada
dan; prinspnya UU Perkawinan
d. Pejabat yang ditunjuk dan mempersulit terjadinya perceraian.
setiap orang yang mempunyai Kemudian perceraian juga harus
kepentingan hukum secara didasari dengan beberapa alasan
langsung terhadap perkawinan yang memang menunjukan
tersebut tetapi hanya setelah kehidupan antara suami dan isteri
perkawinan itu putus. tidak dapat lagi hidup bersama
Selain itu, perbedaan yang paling sebagaimana yang dijabarkan lebih
signifikan antara pembatalan dan lanjut dalam Pasal 19 Peraturan
perceraian terletak pada akibat Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975
hukumnya, yaitu status perkawinan Tentang Pelaksanaan Undang-

223
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XV/No.2/Desember 2021 Nama: Syarifah Amalia

Undang Nomor 1 Tahun 1974 a. Suami melanggar taklik


Tentang Perkawinan (selanjutnya talak atau;
disebut PP No. 9/1974 Tentang b. Peralihan agama yang
Pelaksanaan UU Perkawinan) jo. menyebabkan
Pasal 116 KHI sebagai berikut: ketidakrukunan dalam
a. Salah satu pihak berbuat rumah tangga.
zina atau menjadi pemabuk,
Sehubungan dengan alasan-alasan
pemadat, penjudi, dan lain
sebagainya yang sukar yang mendasari putusnya
disembuhkan;
perkawinan, entah karena kematian
b. Salah satu pihak
meninggalkan pihak lain atau karena putusan pengadilan tentu
selama 2 tahun (dua) tahun
saja dikarenakan hal tersebut tidak
berturut-turut tanpa izin
pihak lain dan tanpa alasan lagi memenuhi unsur yang
yang sah atau karena hal
disebutkan pada Pasal 1 UU
lain di luar kemampuannya;
c. Salah satu pihak mendapat Perkawinan. Pasal 1 yang
hukuman penjara lebih 5
menjabarkan definisi tentang
(lima) tahun atau lebih
setelah perkawinan Perkawinan tertulis bahwa
berlangsung;
perkawinan adalah hubungan lahir
d. Salah satu pihak melakukan
kekejaman atau batin untuk membentuk suatu
penganiayaan berat yang
keluarga yang bahagia, dan ketika
membahayakan pihak yang
lain; unsur “bahagia” tidak dapat lagi
e. Salah satu pihak mendapat
dipenuhi, maka perkawinan dapat
cacat badan atau penyakit
yang akibatnya tidak dapat dibatalkan.
menjalankan kewajiban
sebagai suami/isteri; Perceraian merupakan
f. Antara suami isteri terus
menerus terjadi perselisihan perbuatan hukum selain didasari
dan pertengkaran dan tidak alasan-alasan, tentu saja akan
ada harapan untuk hidup
rukun lagi. menimbulkan akibat hukum yang
Sedangkan dalam KHI yang berlaku dijabarkan pada Pasal 41 UU
khusus bagi yang beragama islam, Perkawinan sebagai berikut:
tepatnya pada Pasal 116 BW a. Baik ibu atau bapak tetap
menambah dua alasan perceraian berkewajiban memeihara
sebagai berikut:

224
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XV/No.2/Desember 2021 Nama: Syarifah Amalia

dan mendidik anak- dan ibunya, kecuali bila


ibunya telah meninggal
anaknya, semata-mata
dunia, maka
berdasarkan kepentingan kedudukannya digantikan
oleh:
anak, bilamana ada
1) Wanita-wanita
perselisihan mengenai dalam garis lurus
ke atas dari ibu;
penguasaan anak-anak,
2) Wanita-wanita
Pengadilan memberi dalam garis lurus
ke atas dari ayah;
keputusannya:
3) Saudara perempuan
b. Bapak yang bertanggung dari anak yang
bersangkutan;
jawab atas semua biaya
4) Wanita-wanita
pemeliharaan dan kerabat sedarah
menurut garis
Pendidikan yang diperlukan
samping dari ayah.
anak itu; bilamana bapak b. Anak yang
sudah mumayyiz berhak
dalam kenyataan tidak dapat
memilih untuk
memenuhi kewajiban mendapatkan hadhanan
dari ayah atau ibunya;
tersebut, Pengadilan dapat
c. Apabila
menentukan bahwa ibu ikut pemegang hadhanah
ternyata tidak dapat
memikul biaya tersebut;
menjamin keselamatan
c. Pengadilan dapat jasmani dan rohani anak,
meskipun biaya nafkah
mewajibkan kepada bekas
dan hadhanah telah
suami untuk memberikan dicukupi, maka atas
permintaan kerabat yang
biaya penghidupan dan/atau
bersangkutan Pengadilan
menentukan suatu Agama dapat
memindahkan hak
kewajiban bagi bekas
hadhanah kepada kerabat
suami. lain yang mempunyai
hadhanah pua;
Sedangkan dalam Pasal 156 KHI
d. Semua
menjabarkan akibat hukum atas biaya hadhanah dan
nafkah anak menjadi
perceraian yang sedikit berbeda dan
tanggung jawab ayah
kompleks, sebagai berikut: menurut kemampuannya,
sekurang-kurangnnya
a. Anak yang belum
sampai anak tersebut
mumayyiz berhak
mendapatkan hadhanah

225
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XV/No.2/Desember 2021 Nama: Syarifah Amalia

dewasa dapat mengurus bersama menjadi hak pasangan hidup


diri sendiri;
yang lebih lama, hutang harus
e. Bilamana
terjadi perselisihan ditangguhkan sampai adanya
mengenai hadhanah dan
kepastian mati atas dasar putusan
nafkah anak, Pemgadilan
Agama memberikan Pengadilan Agama, dan janda atau
putusannya berdasarkan
duda cerai masing-masing berhak
huruf (a), (b), dan (d);
f. Pengadila atas seperdua dari harta bersama
n dapat pula mengingat
sepanjang tidak ditemukan lain
kemampuan ayahnya
menetapkan jumlah biaya dalam perjanjian perkawinan.
untuk pemeliharaan dan
Berdasarkan uraian
Pendidikan anak-anak
yang tidak turut padanya. mengenai penyebab-penyebab serta
Akibat hukum adanya perceraian,
akibat hukum dari putusnya
selain berakibat pada status suami
perkawinan di atas maka dapat
dan isteri dan kedudukan anak,
disimpulkan bahwa perbedaan paling
berakibat pula terhadap harta
signifikan terletak pada akibat
bersama dalam perkawinan
hukumnya. Jika putusnya
sebagaimana diatur pada Pasal 37
perkawinan yang terjadi disebabkan
UU Perkawinan yang menyebutkan
oleh kematian, maka akibat
bahwa pembagiannya diatur menurut
hukumnya akan berpengaruh pada
hukum masing-masing. Hukum
harta saja yang kemudian akan
masing-masing yang dimaksud
diwariskan, karena mengenai
adalah hukum agama, hukum adat
kedudukan anak akan menjadi
atau hukum lainnya yang berlaku di
tanggung jawab orang tua yang
Indonesia, karena telah dijelaskan
hidup terlama sebagai orang tua
sebelumnya bahwa pengaturan
tunggalnya, kecuali jika terdapat
mengenai perkawinan, persisnya
alasan-alasan tertentu, Pengadilan
hukum keluarga memang mengalami
dapat memutuskan lain. Jika pada
plularisme hukum. Jika pada Pasal
pembatalan perkawinan maupun
96 dan 97 KHI apabila terjadi
perceraian dalam hubungan dengan
putusnya perkawinan karena
akibat hukumnya, tentu lebih
kematian maka separuh harta
kompleks karena selain berdampak

226
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XV/No.2/Desember 2021 Nama: Syarifah Amalia

terhadap harta gono gini dan juga kawan serta anak-anak dari hasil
akan berdampak pada hak asuh anak. perkawinan tersebut.
Status Perkawinan Ketika Afwezigheid dalam
Ditetapkan Afwezigheid pembuktiannya oleh pengadilan
Afwezigheid sendiri memang tidak sederhana, yang
sebagaimana kurang lebihnya telah berarti perlu dibuktikan apakah
dijabarkan pada latar belakang, memang orang yang tidak hadir
bahwa afwezigheid merupakan benar-benar tidak berada di tempat
keadaan dimana seseorang tidak tinggalnya dalam kurun waktu yang
hadir dalam kurun waktu tertentu ditentukan KUH Perdata. Selain itu
yang ditetapkan oleh Pengadilan. juga perlu membuktikan mengenai
Afwezigheid sendiri tidak dapat kabarnya, apakah orang yang tidak
dipungkiri lagi tentu saja akan hadir itu masih dalam keadaan hidup
berdampak besar pada perkawinan, atau tidak. Dimana kondisi dunia
yang mana lagi-lagi jika menelisik yang semakin maju dan canggih,
pada definisinya, perkawinan ialah untuk mengetahui kabar atau berita
ikatan lahir batin antara suami atau tentang seseorang tidak lagi sulit,
isteri, berarti ada kesepakatan antara namun seperti yang sudah dijabarkan
kedua belah pihak. Jika dalam pada latar belakang, manusia
sebuah perkawinan, salah satu pihak merupakan makhluk yang terbatas,
ditetapkan afwezigheid maka akan terkadang tidak dapat menghindari
menimbulkan ketidakpastian hukum. keadaan-keadaan tertentu. Terdapat
Sama halnya dengan perbuatan beberapa unsur yang dapat menjadi
hukum yang lain, perkawinan juga tolak ukur bahwa seseorang
menimbulkan hak dan kewajiban, dinyatakan afwezigheid sebagaimana
dan jelas sekali keadaan afwezigheid yang akan dijabarkan di bawah ini:15
ini menghambat pemenuhan hak dan 1. Seseorang, ini menunjuk
kepada salah satu anggota
kewajiban dalam perkawinan. Selain
itu, hal tersebut tentu berdampak
15
Abdulkadir Muhammad, Hukum
sangat besar pada status perkawinan
Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2017, hlm. 53-54.

227
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XV/No.2/Desember 2021 Nama: Syarifah Amalia

keluarga mungkin suami, tertentu. Kurun waktu tertentu


mungkin isteri, mungkin
haruslah dalam waktu yang relatif
anak.
2. Tidak ada di tempat lama, sebagaimana didukung oleh
kediaman, artinya tidak ada di
pendapat J. Satrio yang menyatakan
lingkungan keluarga dimana
mereka berdiam serta bahwa meskipun di dalam Pasal 463
mempunyai hak dan
KUH Perdata tidak menyebutkan
kewajibab hukum.
3. Bepergian atau meninggalkan secara tegas, namun tidak boleh
kediaman, artinya menuju
menyimpulkan bahwa orang yang
dan berada di tempat lain
karena suatu keperluan atau tida hadir telah meninggalkan
tanpa keperluan.
tempatnya untuk dalam jangka waktu
4. Dengan izin atau tanpa izin,
artinya dengan persetujuan yang relatif lama.16 Waktu yang
dan sepengetahuan anggota
relatif lama yang dimaksud oleh J.
keluarga atau tanpa
persetujuan dan tanpa Satrio adalah 10 (sepuluh) tahun atau
diketahui oleh anggota
lebih dikarenakan hal itu juga selaras
keluarga.
5. Tak diketahui dimana ia dengan apa yang tercantum pada
berada, artinya tempat lain
Pasal 493 KUH Perdata,
yang dituju dan dimana ia
berada tidak diketahui sama sebagaimana hal tersebut kembali
sekali, karena ybs tidak
didukung dengan pendapat J. Satrio
memberi kabar atau karena
sulit berkomunikasi. Tidak bahwa mengenai syarat 10 (sepuluh)
memberi kabar mungkin
tahun meninggalkan tempat selaras
karena ada halangan,
misalnya terjadi perang, dengan ketentuan pada Pasal 199
pemberontakan, kecelakaan,
KUH Perdata yang mengatur tentang
bencana alam, sakit gila, dan
lain-lain, atau memang dasar-dasar perceraian, antara lain
sengaja supaya tidak
menyebutkan keadaan tidak hadir si
berurusan lagi dengan
keluarganya (putus asa). suami atau isteri selama 10 (sepuluh)
tahun, kemudian diikuti dengan
Selain unsur-unsur di atas, terdapat perkawinan baru isteri atau suami.
satu unsur yang mendukung Syarat yang harus dipenuhi adalah
seseorang benar-benar dinyatakan
16
J. Satrio, Hukum Pribadi Bagian I
afwezigheid yaitu seseorang yang
Persoon Alamiah, Citra Aditya, Bandung,
tidak hadir dalam kurun waktu 2000, hlm. 274-275.

228
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XV/No.2/Desember 2021 Nama: Syarifah Amalia

dilakukannya pemanggilan umum (dua) tahun berturut-turut tanpa izin


sebanyak tiga kali berturut-turut.17 atau alasan yang jelas. Maka,
Kemudian, dalam Pasal 494 BW ketentuan mengenai 10 (sepuluh)
menyatakan bahwa setelah tahun lamanya untuk dapat
dilakukannya pemanggilan tersebut, melakukan perkawinan baru dapat
orang yang tidak hadir tetaplah tidak dikesampingkan, dengan hanya perlu
diketahui kabar bahwa dirinya masih mengindahkan ketentuan yang ada di
hidup, maka Pengadilan dapat dalam PP No. 9/1974 Tentang
memberikan izin kepada suami atau Pelaksanaan UU Perkawinan,
isteri yang ditinggal tersebut untuk mengingat pengaturan mengenai
menikah lagi. Sebagai akibatnya, perkawinan di dalam KUH Perdata
sebagaimana tercantum dalam Pasal tidak lagi berlaku semenjak
199 BW, bahwa status perkawinan diundangkannya UU Perkawinan
dengan orang yang tidak hadir pada tahun 1974. Namun, tentu saja
dengan kawan kawinnya menjadi semua keputusan mengenai hal
bubar dikarenakan perkawinan baru tersebut, tetap membutuhkan
tersebut.18 keputusan Pengadilan lewat
kewenangan Hakim dalam
Berdasarkan apa yang
mempersulit terjadinya perceraian.
dijabarkan di dalam KUH Perdata
Hal tersebut juga didukung dengan
mengenai jangka waktu tertentu
pendapat M. Isnaeni, bahwa dalam
sebagaimana dikemukakan oleh J.
hal-hal mewujudkan asas-asas dalam
Satrio yaitu dalam kurun waktu 10
perkawinan, hakim dapat
(sepuluh) tahun, terdapat perubahan
mengadopsi aturan dari KUH
pengaturan di dalam Pasal 19 huruf b
Perdata.19 Selain itu, ketentuan
PP No. 9/1974 Tentang Pelaksanaan
peralihan khususnya dalam Pasal 66
UU Perkawinan bahwa perceraian
UU Perkawinan, menyatakan bahwa
dapat dilakukan jika salah satu pihak
setelah berlakunya UU Perkawinan,
meninggalkan pihak lain selama 2
maka peraturan-peraturan lainnya

17 19
Ibid. Moch. Isaeni, Hukum
18 Perkawinan, Revka Petra Media, Surabaya,
Ibid.
2016, hlm. 194.

229
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XV/No.2/Desember 2021 Nama: Syarifah Amalia

yang mengatur tentang perkawinan telah dijabarkan dan dijelaskan


dianggap tidak berlaku lagi, namun sebelumnya, bahwa perkawinan
jika dianalogikan secara a contrario, tersebut dapat dinyatakan bubar, dan
jika terdapat aturan yang tidak diatur kawan kawin yang ditinggalkan
dalam UU Perkawinan, maka secara dapat menikah lagi atas izin
otomatis, menghidupkan kembali pengadilan. Akibat dari ketetapan
peraturan-peraturan tersebut selama tersebut tentu saja secara otomatis
mengatur tentang suatu hal yang mengalihkan seluruh hak dan
tidak diatur dalam UU Perkawinan. kewajiban meliputi harta perkawinan
Sehingga pasal-pasal yang mengatur serta hak asuh anak-anak yang
mengenai afwezigheid di dalam berasal dari perkawinan tersebut.
KUH Perdata, mungkin saja dapat Namun, mengenai akibat hukumnya
digunakan lagi lewat kewenangan jika orang tidak hadir tersebut
hakim. kembali ketika pengadilan telah
menetapkan bahwa perkawinannya
Keadaan afwezigheid dalam
telah bubar, hal tersebut perlu
perkawinan, setelah dibahas dari segi
dibahas lebih lanjut.
teori didukung juga pada pasal-pasal
dalam KUH Perdata, maka dapat Pasal 495 KUH Perdata
disimpulkan bahwa status memberikan jawaban tentang
perkawinan jika salah satu pihak baik pertanyaan tersebut, secara jelas
suami maupun isteri dinyatakan menyatakan bahwa jika orang yang
afwezigheid, maka perkawinan tak hadir tersebut kembali saat
tersebut dianggap bubar. setelah diberikannya izin oleh
pengadilan, namun belum
Akibat Hukum Jika Orang Yang
dilakukannya perkawinan tersebut,
Tidak Hadir Kembali
maka izin tersebut batal. Sehingga
Akibat ditetapkannya orang perkawinannya tidak menjadi bubar.
dalam Afwezigheid dalam sebuah Kemudian pada ayat berikutnya
status perkawinan tentu memerlukan menjabarkan tentang keadaan
penetapan pengadilan sebagaimana dimana orang yang tidak hadir

230
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XV/No.2/Desember 2021 Nama: Syarifah Amalia

kembali setelah perkawinan yang larangan bagi seseorang yang


baru telah dilaksanakan, yaitu bahwa menikah lagi selama masih terikat
orang tersebut juga mempunyai hak perkawinan. Maka, ketika
untuk melakukan perkawinan lain. perkawinan lain dilaksanakan, maka
Bunyi Pasal 495 BW tersebut juga secara otomatis tidak ada lagi ikatan
didukung oleh pendapat yang perkawinan yang lama atau dianggap
dikemukakan oleh J. Satrio, sebagai putus, kecuali dalam hal yang diatur
berikut: di dalam Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 4
“Secara tidak langsung UU Perkawinan.
memang bisa ada pengaruh Status putusnya perkawinan
terhadap kedudukan
setelah melewati penetapan
hukumnya, kalau karena
lewatnya suatu jangka waktu pengadilan seperti dijabarkan
tertentu dengan keputusan sebelumnya perlu dibahas lebih
hakim perkawinan menjadi
lanjut. Pengertian bubar sebagaimana
bubar dan garwanya dengan
izin pengadilan menikah lagi dikemukakan oleh J. Satrio memang
dengan orang lain” menimbulkan tanda tanya jika
dihubungkan dengan konsep
Hal tersebut secara jelas menyatakan
putusnya perkawinan sebagaimana
jika orang yang tidak hadir kembali
diatur dalam UU Perkawinan
pada saat telah dilangsungkannya
maupun KHI. Mengenai apakah
perkawinan oleh kawan kawin yang
pengertian bubar tersebut dapat
ditinggalkan, maka orang yang tidak
dikategorikan kematian ataukah
hadir juga memiliki hak untuk
perceraian. Jawaban yang tepat
melakukan perkawinan lain.
adalah bubar dalam hal ini perlu
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat
dikaitkan dengan hukum positif yang
disimpulkan bahwa status diantara
mengatur tentang perkawinan di
keduanya tidak terdapat lagi ikatan
Indonesia, mengingat ketentuan
perkawinan. Hal tersebut juga jika
mengenai perkawinan di dalam KUH
ditafsirkan secara a contrario
Perdata tidak lagi berlaku. Jika
meniadi selaras dengan Pasal 9 UU
kematian, maka seharusnya
Perkawinan yang menyatakan
memenuhi unsur bahwa salah satu

231
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XV/No.2/Desember 2021 Nama: Syarifah Amalia

kawan kawinnya telah meninggal berpendapat mengenai definisi dari


dunia, namun dengan kembalinya putusan berkekuatan hukum tetap
orang tidak hadir tersebut, merubah sebagai berikut:
statusnya yang sebelumnya “Putusan yang telah mempunyai
meninggal, kembali menjadi hidup. kekuatan hukum tetap adalah
Maka orang yang tidak hadir yang putusan yang menurut ketentuan
telah kembali tersebut berhak atas undang-undang tidak ada
hak dan kewajibannya sebagai kesempatan bagi untuk
subjek hukum seperti sediakala. menggunakan upaya hukum
Namun jika putusnya perkawinan biasa untuk melawan putusan
tersebut dipersamakan dengan tersebut, sedang putusan yang
perceraian, maka seharusnya belum mempunyai kekuatan
berdasarkan Pasal 41 UU hukum tetap adalah putusan
Perkawinan, orang yang tidak hadir yang menurut undang-undang
dan kemudian kembali tersebut wajib masih terbuka kesempatan untuk
atas hak asuh atau alimentasi menggunakan upaya hukum
terhadap anaknya, dan jika dirinya untuk melawan putusan tersebut
adalah bekas isteri, ia berhak atas misalnya verzet, banding, dan
biaya penghidupan oleh bekas suami kasasi”20
atas penetapan pengadilan, dan tentu Pendapat dari Abdulkadir
saja selain itu, orang yang tidak hadir Muhammad tersebut dapat
tersebut berhak kembali atas harta disederhanakan bahwa putusan
perkawinannya. yang berkekuatan hukum tetap
Berdasarkan permasalahan adalah putusan yang tidak terbuka
mengenai status orang yang tidak lagi kesempatan untuk dilawan
hadir dan kembali terhadap dengan digunakannya upaya
perkawinan lamanya yang telah hukum seperti verzet, banding
ditetapkan oleh pengadilan, dapat maupun kasasi. Putusan dengan
merujuk pada pengertian putusan kekuatan hukum tetap juga adalah
yang berkekuatan hukum tetap atau 20
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit,
inkracht. Abdulkadir Muhammad hlm. 70.

232
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XV/No.2/Desember 2021 Nama: Syarifah Amalia

putusan yang telah berada di afwezigheid setelah yang tidak hadir


tahap kasasi sebagai tahap tersebut kembali menimbulkan
terakhir atau final sehingga tidak ketidakpastian hukum, dikarenakan
ada kesempatan lagi untuk status putusnya perkawinan tersebut
melawan putusan tersebut. menjadi berubah dari putus akibat
Sebagaimana yang telah kematian bisa menjadi putus akibat
dijelaskan sebelumnya, bahwa perceraian. Putusnya perkawinan
putusnya perkawinan dikarenakan akibat kematian dan perceraian tentu
afwezigheid perlu melewati dua hal yang sangat berbeda.
putusan pengadilan yang berarti Kematian merupakan peristiwa
segala akibat hukum dikarenakan hukum, sedangkan perceraian
putusnya perkawinan tersebut merupakan perbuatan hukum, yang
didasarkan pada putusan tentu akibat hukum yang timbul dari
pengadilan. Jika berdasarkan keduanya akan berbeda. Jika
putusan pengadilan tersebut kematian, maka segala harta
menetapkan bahwa putusnya perkawinan dan alimentasi terhadap
perkawinan dikarenakan salah anak berkemungkinan besar akan
satu kawan kawinnya dalam jatuh pada kawan kawin yang hidup
afwezigheid, maka tentu saja terlama, namun jika putusnya
segala akibat hukum dari perkawinan dikarenakan perceraian,
putusnya sebuah putusnya maka akibat hukum terhadap harta
perkawinan akan terjadi. perkawinan maupun alimentasi
Kembalinya orang yang tidak terhadap anak menjadi kewajiban
hadir tidak dapat mempengaruhi bagi bekas isteri maupun bekas
apa yang telah diputuskan oleh suami dari perkawinan tersebut.
pengadilan selama putusan Akibat hukum dari putusnya
pengadilan tersebut telah perkawinan akibat afwezigheid yang
berkekuatan hukum tetap. kemudian kembali tergantung pada
D. Penutup. putusan pengadilan. Jika sejak awal
Implikasi atau dampak dari status putusan pengadilan telah menetapkan
perkawinan yang putus akibat bahwa salah satu kawan kawin tidak

233
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XV/No.2/Desember 2021 Nama: Syarifah Amalia

hadir atau afwezigheid yang berarti orang yang tidak hadir tidak dapat
dianggap meninggal, serta mempengaruhi putusan
memberikan izin kepada kawan pengadilan tersebut selama
kawinnya untuk menikah lagi, maka putusan tersebut telah
harta perkawinan dan alimentasi berkekuatan hukum tetap
terhadap anak berkemungkinan besar (inkracht).
mutlak akan jatuh pada
penguasaannya, dan kembalinya

DAFTAR PUSTAKA

Gilang Rizki Aji Putra, 2020, Manusia Sebagai Subyek Hukum, Adalah: Buletin
Hukum dan Keadilan (4):(3).
Hadjon, Philipus M. dan Titiek Sri Djatmiati, , 2011, Argumentasi Hukum, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
J. Satrio, 2000, Hukum Pribadi Bagian I Persoon Alamiah, Citra Aditya,
Bandung.
Mahmud., Peter Mahmud, 2021, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta.
Moch. Isaeni, 2016, Hukum Perkawinan, Revka Petra Media, Surabaya, 2016.
Muhammad, Abdulkadir, 2017, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung.
Prodjodikoro Wiryono, 1984, Hukum Perkawinan Indonesia, Sumur, Bandung.
R. Soeroso, 2011, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.
Sudarsono, 1991, Hukum Perkawinan Nasional, Rineka Cipta, Jakarta.
Subekti, 1985, Pokok-pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta.
Tanuwidjaja., Henny, Akibat Hukum Pewarisan Karena Afwezigheid Terhadap
Ahli Waris Menurut Hukum Perdata Barat (B.W), Hukum Bisnis (3),
2019.
Trisadini, Ghansam Anand, 2019, Hukum Keluarga dan Harta Benda
Perkawinan, Revka Prima Media, Surabaya.

234

You might also like