Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Humans created by the god in the two types of men and women who has a sense of interest and need
each other so intertwined a marriage to make a family. In a family that has been established then the child be
something very expected for every couple. But not all of the couples are lucky in the blessed offspring. So the
way to get the child by adopted a children (adoption). But adoption is not done for reasons blessed with
offspring yet, but also cause the children’s parent can’t afford the children lives with the situation of children
adopted by family / others. Adoption in every region in Indonesia has its own way and has the uniqueness. In
society of Rokan Hulu adopted the children has way and . typical conditions. Customary adoption is mostly
done by the society who are still strong with the customs. But after the adoption by using customary, they don’t
request a court warrant as stipulated in the Indonesian government regulation No. 54 of 2007 about children
adoption.
This research is the sociological study of law, in this case the researchers immediately conduct
investigation in complete and clear about the examined issues. The research is conduct by interview the
traditional leaders and conduct questionnaires to married couples. In conducting this research, researchers
want to know how the implementation of children adoption by Malay customary law in Rokan Hulu and what
the legal consequences of the implementation of that children adoption.
The results of this research is first in adoption of the children by Malay Customary Law of Rokan Hulu
adoptive parents recourse to midwives who delivered the children lifted, with the agreement between the
parents so the children is adopting with requiments of costum progenitor. Second, cause the law in adoption
the children are considered part of the family adoption, adopted children entitled to an inheritance if the
children has to appeal court decision in accordance with Article 9 paragraph 2 of the Indonesian Government
Regulation No. 54 of 2007 about Adoption. Advice from the resecearhers is doing adoptions should be the court
ruling so that the child has legal status and legal certainty so that the rights and obligations of children has a
clear status.
15
Aslim rasyad, Metode Ilmiah, Persiapan Bagi
Peneliti, UNRI Press,Pekanbaru,2005,hlm.2.
16
Amnawaty dan Wati Rahmi Ria, Hukum dan
17
Hukum Islam, Universitas Lampung, 2008, hlm. 83. Ibid.Hal. 23.
JOM Fakultas Hukum Volume IV Nomor 2, Oktober 2017 Page | 6
sebagai ibu rumah tangga dan ada isteri yang menantu, anak tiri. Sistem ini dapat dijumpai
bukan ibu rumah tangga.18 hampir di seluruh masyarakat Indonesia.21
6. Sistem Perkawinan
Menurut hukum adat, sistem perkawinan ada 7. Akibat Perkawinan
3 macam yaitu : Perkawinan menimbulkan hak dan kewajiban.
a. Sistem Endogami Ikatan hak dan kewajiban antara para pribadi
Dalam sistem ini orang hanya diperbolehkan kodrati, menimbulkan hubungan hukum di
kawin dengan seorang dari suku keluarganya antara mereka. Dengan demikian perkawinan
sendiri. Sistem perkawinan ini kini jarang terjadi di yang telah dilangsungkan antara kedua belah
Indonesia. Menurut Van Vollenhoven hanya ada pihak itu membawa akibat-akibat tertentu, baik
satu daerah saja yang secara praktis mengenal terhadap pihak kerabat maupun terhadap para
sistem endogami ini, yaitu daerah Toraja. Tetapi pihak yang merupakan pribadi kodrati.22
sekarang, di daerah ini pun sistem ini akan lenyap
dengan sendirinya kalau hubungan daerah itu 5. Dasar Hukum Perjanjian Kerja
dengan daerah lainnya akan menjadi lebih mudah, Pasal 1601 A KUHPerdata memberikan
erat dan meluas. Sebab sistem tersebut di daerah ini pengertian sebagai berikut: “Perjanjian kerja adalah
hanya terdapat secara praktis saja lagi pula suatu perjanjian dimana pihak ke satu buruh atau
endogami sebetulnya tidak sesuai dengan sifat pekerja mengikatkan dirinya untuk dibawah
susunan kekeluargaan yang ada di daerah itu, yaitu perintah pihak yang lain, si majikan untuk
parental.19 suatuwaktu tertentu melakukan pekerjaan dengan
b. Sistem exogami menerima upah”.23
Dalam sistem ini, orang diharuskan menikah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
dengan suku lain. Menikah dengan suku sendiri tentang Ketenagakerjaan, Pasal 1 angka 14
merupakan larangan. Namun demikian, seiring memberikan pengertian yakni “Perjanjian kerja
berjalannya waktu, dan berputarnya zaman lambat adalah suatu perjanjian antara pekerja/buruh dan
laun mengalami proses perlunakan sedemikian rupa, pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-
sehingga larangan perkawinan itu diperlakukan syarat kerja hak dan kewajiban kedua belah
hanya pada lingkungan kekeluargaan yang sangat pihak”.24
kecil saja. Sistem ini dapat dijumpai di daerah
Gayo, Alas, Tapanuli, Minangkabau, Sumatera B. Tinjauan Umum Tentang Anak Angkat
Selatan, Buru dan Seram.20 1. Pengertian Anak Angkat
c. Sistem eleutherogami Dari segi termminologi, adopsi diartikan dalam
Sistem eleutherogami berbeda dengan kedua Kamus Umum Bahasa Indonesia dijumpai arti anak
sistem diatas, yang memiliki larangan-larangan dan angkat yaitu “ anak orang lain yang diambil dan
keharusan-keharusan. Eleutherogami tidak disamakan dengan anaknya sendiri”25.
mengenal larangan larangan maupun keharusan-
keharusan tersebut. Larangan-larangan yang 2. Syarat Pengankatan Anak
terdapat dalam sistem ini adalah larangan yang Berdasarkan Pasal 12 Peraturan Pemerintah
berhubungan dengan ikatan kekeluargaan yang Republik Indonesia No. 54 tahun 2007 tentang
menyangkut nasab(keturunan), seperti kawin syarat-syarat pengangkatan anak meliputi :
dengan ibu, nenek, anak kandung, cucu, juga a. Syarat yang diangkat meliputi :
dengan saudara kandung, saudara bapak atau ibu. 1) Belum berusia 18 (delapan belas) tahun
Atau larangan kawin dengan musyaharah (per-
iparan), seperti kawin dengan ibu tiri, mertua,
21
Ibid.
22
18
Soejono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, Jakarta :
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat, Raja Grafindo Persada, 2012, hal. 239.
(Bandung : Citra Aditya Bakti, 1990), hal. 71. 23
Pasal 1601 a KUHPerdata
19 24
Soerjono Soekanto, Intisari Hukum Keluarga, Pasal 1 angka 14 UU Ketenagakerjaan
25
Bandung, Citra Aditya Bakti, 1992, hal. 131 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa
20
Ibid, hal. 132. Indonesia(KBBI), Jakarta, Balai Pustaka, 1976, hlm.31.
JOM Fakultas Hukum Volume IV Nomor 2, Oktober 2017 Page | 7
2) Merupakan anak terlantar atau anak Berdasarkan Pasal 7 Peraturan Pemerintah
diterlantarkan. Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan
3) Berada dalam asuhan keluarga atau dalam Pengangkatan anak bahwa pengangkatan anak
lembaga pengasuhan anak, dan terdiri atas:
4) Memerlukan perlindungan khusus 1) Pengangkatan anak antar Warga
b. Usia anak angkat sebagaimana dimaksud pada Negara Indonesia,dan
ayat 1 huruf a meliputi : 2) Pengangkatan anak antara Warga
1) Anak belum berusia 6 (enam) tahun, Negara Indonesia dengan warga Negara Asing.
merupakan prioritas utama 6. Pengangkatan Anak Berdasarkan Peraturan
2) Anak berusia 6 (enam) sampai dengan Perundang-Undanga
belum berusia 12 (dua belas) tahun, Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA)
sepanjang ada alasan mendesak, No.2 Tahun 1979 jo. No 6 Tahun 1983 tentang
3) Anak berusia 12 (dua belas) tahun sampai pengangkatan anak menerangkan bahwa pasangan
dengan belum berusia 18 (delapan belas) suami istri yang tidak mempunyai anak atau yang
tahun, sepanjang anak memerlukan memutuskan untuk tidak mempunyai anak dapat
perlindungan khusus. mengajukan permohonan pengesahan atau
pengangkatan anak. Demikian juga bagi mereka
3. Tujuan Pengangkatan Anak yang memutuskan untuk tidak menikah atau tidak
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 terikat dalam perkawinan.
tentang perlindungan anak, secara tegas menyatakan
bahwa tujuan pengangkatan anak,motivasi BAB III
pengangkatan anak hanya dapat dilakukan untuk GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
kepentingan yang terbaik bagi anak dan dilakukan
berdasarkan adat kebiasaan setempat dan ketentuan A. Sejarah Rokan Hulu
peraturan perundang-undangan yang berlaku.26 Rokan Hulu terdiri dari 5 kerajaan, yaitu :
4. Akibat Hukum Pengangkatan Anak Kerajaan Tambusai Kecamatannya Dalu-dalu,
Ter Haar menyebutkan bahwa anak angkat Kerajaan Rambah Kecamatannya Pasir Pengarayan,
berhak atas warisan sebagai anak, bukannya sebagai Kerajaan Kepenuhan Kecamatannya Kotate ngah,
orang asing. Sepanjang perbuatan ambil anak Kerajaan Rokan IV Koto, Kecamatannya Rokan IV
(adopsi) telah menghapuskan perangainya sebagai Koto, dan Kerajaan Kunto darussalam
“orang asing’ dan menjadikannya perangai “anak” Kecamatannya Kotolamo. Pada masa kolonial
maka anak angkat berhak atas warisan sebagai wilayah Rokan Hulu dibagi menjadi dua yaitu:
seorang anak. Itulah titik pangkalnya hukum adat. Wilayah Rokan Kanan terdiri dari 3 kerajaan;
Namun boleh jadi, bahwa terhadap kerabatnya Kerajaan Tambusai, Kerajaan Rambah, dan
kedua orangtua yang mengambil anak itu anak Kerajaan Kepenuhan. Wilayah Rokan Kiri menjadi
angkat tadi tetap asing dan tidak mendapat apa-apa 2 kerajaan yaitu : Kerajaan Rokan IV Koto,
dari barang asal daripada bapa atau ibu angkatnya Kerajaan Kuntodarussalam, dan ditambah kampung
atas barang-barang mana kerabat-kerabat sendiri dari Kerajaan Siak yaitu Kewalian Tandun dan
tetap mempunyai haknya yang tertentu, tapi ia Kabun.
mendapat barang-barang (semua) yang diperoleh
dalam perkawinan. Ambil anak sebagai perbuatan B. Keadaan Geografis Rokan Hulu
tunai selalu menimbulkan hak sepenuhnya atas Lingkungan yang menunjuk kepada
warisan.27 lingkungan natural (physical Environment) secara
5. Jenis-Jenis Pengangkatan Anak geografis Kabupaten Rokan Hulu terletak pada
posisi 00 25` 20` Lintang Utara dan 1000 02` 56 –
100 56` 59 Bujur Timur dengan luas wilayah sekitar
26
Undang-Undang. No.23 Tahun 2002 tentang 7.449.85 Km2. Kabupaten ini memiliki batasan
Perlindungan Anak, Pasal 39 Ayat 1 wilayah sebagai berikut :
27
B. Ter Haar, Asas-asas Dan Susunan Hukum Adat, a. Sebelah Utara dengan Provinsi Sumatera Utara
Terjmahan oleh K. ng. Soebakti Poesponot, Pradnya Paramita,
dan Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau
Jakarta, 1985, hlm.247.
JOM Fakultas Hukum Volume IV Nomor 2, Oktober 2017 Page | 8
b. Sebelah Selatan dengan Provinsi Sumatera akibat hukum dari perbuatan itu dan tidak
Barat dan Kabupaten Provinsi Riau menimbulkan masalah untuk kedepannya.
c. Sebelah Barat Provinsi Sebelah Timur dengan Pada dasarnya setiap orang berhak melakukan
Kabupaten Kampar pengangkatan anak tersebut sesuai dengan tujuan
Keadaan topografinya sangat bervariasi, dari dari pengangkatan itu sendiri yang sesuai pula
dataran rendah sampai berbukit dan sedikit dengan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku.
pegunungan. Bagian Barat kemiringan lebih 40% Lain halnya dengan pengangkatan anak yang
dengan luas sekitar 99.135 Ha seluas 53.578 Ha dilakukan oleh mereka yang tidak pernah
dengan kemiringan 15-40% sedangkan kemiringan melakukan perkawinan. Orang yang tidak kawin
antara 2-15% seluas 13.266 Ha selebihnya 360.943 tidak dapat mengangkat anak. Akan tetapi dalam
Ha dengan kemiringan 0-2%. kenyataannya hukum adat desa tertentu pernah
kejadian dehe tua (anak perempuan yang sudah
lanjut usiannya tetapi belum atau tidak mau kawin)
BAB IV mengangkat anak dan hal ini tidak ada tanggapan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN apa-apa dari masyarakat. Dan dikatakan orang yang
A. Pelaksanaan Pengangkatan Anak Menurut tidak pernah kawin hanya meminta saudara
Hukum Adat Melayu di Kabupaten Rokan sentana.29
Hulu
Di Rokan Hulu Melayu memiliki tujuh suku B. Akibat Hukum Pengangkatan
yaitu suku Melayu, Ampu, Muniliang, Pungkuik, Anak Menurut Adat Melayu di Kabupaten
Kandang Kopuh, Bonuo, Kuti. Setiap suku Rokan Hulu.
dipimpin seorang pemegang kekuasaan tertinggi Akibat hukum pengangkatan anak menurut
disebut pucuk suk, seorang pucuk suku dipebantu hukum adat bersifat variatif, artinya disuatu daerah
oleh seorang “tungkek” atau “sukong” . ucuk suku mungkin berlainan dengan hukum adat di daerah
membawahi beberapa induk suku, dalam satu suku lainnya. Misalnya, dalam hukum adat
dapat didirikan lebih dari dari satu induk apabila Minangkabau, walaupun pengangkatan anak
telah memenuhi syarat untuk berdirinya satu induk merupakan perbuatan yang diperbolehkan, tetapi
baru, dalam setiap induk terdpat pemimpin yang perbuatan itu tidak menimbulkan hubungan
bergelar mamak adat disebut juga datuk yang kewarisan anatara orang tua angkat dengan anak
mempunyai gelar adat masing-masing. angkat.30
Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan Dalam hukum adat, Ter Haar menyebutkan
hasil bahwa para narasumber memilki suku yang bahwa anak angkat berhak atas warisan sebagai
berbeda-beda, dimana ibu Saklumah bersuku anak, bukannya sebagai orang asing31. Sepanjang
munuliang dengan datuk yang membantu perbuatan pengangkatan anak telah menghapuskan
mengadopsinya bergelar Dt Paromai Duoanso, ibu perangainya sebagai “orang asing’ dan
Intan memiliki suku Kandang Kopuh dengan datuk menjadikannya perangai “anak” maka anak angkat
yang mengadopsinya adalah Dt Mato Indo, ibu Wati berhak atas warisan sebagai seorang anak.itulah
bersuku Bonuo dengan datuknya yaitu Dt Junuo titik pangkalnya hukum adat.
Ompu, sedangkan ibu Perak bersuku Ampu dengan Akibat hukum Pengangkatan anak yaitu
datuk yang membantunya yaitu Dt Sutan Omeh timbul hubungan keperdataan meliputi nafkah,
yang bernama Rohin. Meskipun memiliki berbagai pemelihraan anak dan waris antara anak yang
macam suku namun dalam pelaksanaan angkat dengan orangtua angkat. Dalam
pengangkatan anaknya dengan cara yang sama
dalam suku Melayu tersebut. 28 29
Orang tua yang melakukan adopsi B. Bastian Tafal, 1983, Pengangkatan Anak
Menurut Hukum Adat Serta Akibat-akibat Hukumnya di
kebanyakan tidak mengetahui apa yang sebaiknya kemudian hari, CV Rajawali, Jakarta, hlm.92
mereka lakukan jika sudah melakukan adopsi 30
Abdul Rachmad Budiono, Pembaharuan Hukum Kewarisan
tersebut sehingga mereka juga mengetahui apa Islam di Indonesia,Citra Aditya Bakti,Bandung,1999,hlm.189
31
Sunarmi, Pengangkatan Anak Pada Masyarakat
28
Wawancara dengan Bapak Taslim, Mamak Adat Batak Toba (Suatu Analisis Berdasarkan Hukum Adat).
Melayu di Rokan Hulu, 24 Maret 2017. Universitas Sumatera Utara. Hlm.6
JOM Fakultas Hukum Volume IV Nomor 2, Oktober 2017 Page | 9
pengangkatan anak menggunakan hukum adat ini berkumpul untuk menyabut anak tersebutdan agar
memiliki akibat hukum yang beragama disetiap masyarakat tahu bahwa keluarga tersebut telah
daerah menurut adatnya. Namun dapat di ketahui melakukan pengangkatan anak.
bahwa menurut peraturan yang ada yaitu Peraturan Para keluarga melakukan musyawarah untuk
Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor melakukan acara adat seperti memasukan suku,
110/HUK/2009 tentang Persyaratan Pengangkatan memberi nama, aqiqah dan lainnya, sehingga anak
Anak Pasal 17 ayat (3) menyatakan bahwa tersebut secara adat sah masuk kedalam keluarga
pengangkatan anak sebgaimana dimaksud pada ayat orang tuanya.
(1) dapat dimohonkan penetapan pengadilan untuk Pada dasarnya setiap pengangkatan anak
memperoleh status hukum anak dan kepastian memiliki akibat hukum tersendiri. Dengan adopsi
hukum sesuai dengan ketentuan peraturan ini anak tersebut memiliki hak dan kewajiban ,
perundang-undangan. dimana anak tersebut mendapatkan harta warisan
Pengangkatan anak yang dilakukan dengan dari orang tuanya.
adat setempat dapat dilakukan penetapan
pengadilan agar anak yang diangkat tersebut B. Saran
memiliki status hukum serta kepastian hukum yang Pengangkatan anak yang dilakukan
diakui baik secara adat maupun oleh negara. berdasarkan hukum adat yang berlaku di Indonesia
Sehingga dengan adanya status hukum yang jelas sebanarnya sah saja, namun sebaiknya
pada anak tersebut , maka jelas pula apa yang pengangkatan anak secara adat ini dilakukan
menjadi hak serta kewajiban dari anak yang permohonan penetapan pengadilan, agar anak
diadopsi tersebut. tersebut memperoleh status hukum dan kepastian
BAB V hukum sesuai dengan peraturan perundang-
PENUTUP undangan. Hal ini sangat diperlukan terkait
mengenai hak waris.
A. Kesimpulan Adopsi yang dilakukan secara adat tanpa
Pengangkatan anak merupakan suatu adanya penetapan pengadilan berdampak tidak baik
perbuatan memasukkan anak orang lain kedalam bagi anak maupun keluarga. Dimana para ahli waris
keluarga sendiri, sehingga anak tersebut memiliki akan merasa dirugikan. Hal ini sangat rawan sekali
hubungan antara anak angkat dengan orang tua memicu permasalahan mengenai harta, dimana anak
angkatnya. Baik itu berupa hak dan kewajiban yang angkat tersebut tidak memilki status hukum yang
dimiliki oleh masing-masing pihak. Dalam jelas.
melakukan pengangkatan anak menurut hukum adat
di Indonesia memilki berbagai variasi. Setiap
daerah memilki ciri khas tersendiri dalam DAFTAR PUSTAKA
melakukan adopsi.
Pengangkatan anak yang dilakukan di A. Buku
Kabupaten Rokan Hulu memilki keunikannya
tersendiri, dimana dalam melakukan adopsi ini Abdurrahaman,2003, Kompilasi Hukum Islam Di
kedua belah pihak dari orang tua melakukan Indonesia,Akademika Pressindo,Jakarta.
perundingan melalui bidan yang membantu proses
persalinan anak. Anak yang akan diangkat harus Amir Mertosetono,1987,Tanya Jawab
berumur minimal 40 hari. Dan jika kedua orang tua Pengangkatan Anak dan Masalahnya,
bersepakat akan melakukan adopsi, maka orang tua Dahara, Semarang.
angkat datang kerumah orang tua kandung
membawa beberapa syarat yang harus disiapkan Amir Syarifuddin,2009,Hukum Perkawinan Islam
oleh orang tua angkat tersebut. di Indonesia,Kencana,Jakarta.
Dalam melakukan pengangkatan anak secara
adat Rokan Hulu ini harus didampingi oleh Datuk Amnawaty dan Wati Rahmi Ria,2008,Hukum dan
Adat. Setelah anak tersebut dibawa kerumah orang Hukum Islam, Universitas
tua angkatnya, para keluarga dan masyarakat Lampung,Lampung.
http://walisongo.ac.iddiaksespada tanggal 29
Desember 2016, Hari Kamis, Pukul 18.30 Wib.
http://herwandisahputra.blogspot.co.id, diakses
pada tanggal 2 Januari 2017, Hari Senin, Pukul
10.14 Wib.