You are on page 1of 12

Pelaksanaan Pengangkatan Anak Menurut

Hukum Adat Melayu di Kabupaten


Rokan Hulu
Oleh : Dini Anisa Putri
Pembimbing I : Dr. Hayatul Ismi,SH.,MH
Pembimbing II : Dasrol, SH., MH
Alamat: Jalan Diponegoro RT/RW 002/003 Batang Samo Hilir, Suka Maju,
Pasir Pengaraian, Rokan Hulu-Riau
Email: dinianisaputri64@gmail.com

Abstract
Humans created by the god in the two types of men and women who has a sense of interest and need
each other so intertwined a marriage to make a family. In a family that has been established then the child be
something very expected for every couple. But not all of the couples are lucky in the blessed offspring. So the
way to get the child by adopted a children (adoption). But adoption is not done for reasons blessed with
offspring yet, but also cause the children’s parent can’t afford the children lives with the situation of children
adopted by family / others. Adoption in every region in Indonesia has its own way and has the uniqueness. In
society of Rokan Hulu adopted the children has way and . typical conditions. Customary adoption is mostly
done by the society who are still strong with the customs. But after the adoption by using customary, they don’t
request a court warrant as stipulated in the Indonesian government regulation No. 54 of 2007 about children
adoption.
This research is the sociological study of law, in this case the researchers immediately conduct
investigation in complete and clear about the examined issues. The research is conduct by interview the
traditional leaders and conduct questionnaires to married couples. In conducting this research, researchers
want to know how the implementation of children adoption by Malay customary law in Rokan Hulu and what
the legal consequences of the implementation of that children adoption.
The results of this research is first in adoption of the children by Malay Customary Law of Rokan Hulu
adoptive parents recourse to midwives who delivered the children lifted, with the agreement between the
parents so the children is adopting with requiments of costum progenitor. Second, cause the law in adoption
the children are considered part of the family adoption, adopted children entitled to an inheritance if the
children has to appeal court decision in accordance with Article 9 paragraph 2 of the Indonesian Government
Regulation No. 54 of 2007 about Adoption. Advice from the resecearhers is doing adoptions should be the court
ruling so that the child has legal status and legal certainty so that the rights and obligations of children has a
clear status.

Keywords: Adoption, Malay Customary Law, Rokan hulu


BAB I poligami, dan pengangkatan anak merupakan
PENDAHULUAN beberapa peristiwa hukum yang terjadi karena
alasan didalam perkawinan itu tidak memperoleh
A. Latar Belakang Masalah keturunan (walaupun bukan satu-satunya alasan).1
Anak adalah manusia yang belum mencapai
Kasus Pada umumnya dilakukan perkawinan akil baliq (dewasa), laki-laki disebut dewasa
untuk menghindarkan manusia dari pratik perzinaan ditandai dengan mimpi basah, sedangkan
dan seks bebas. Setiap pasangan yang melakukan perempuan ditandai dengan manstruasi, jika tanda-
perkawinan pasti berharap akan mendapat anak tanda tersebut sudah nampak beberapa pun usianya
sebagai keturunan dari keluarga mereka. Begitu
pentingnya hal keturunan (anak) ini, sehingga 1 1
http://digilib.unila.ac.id, diakses pada tanggal 2
menimbulkan berbagai peristiwa hukum karena Januari 2017, Hari Kamis,Pukul 10.30 wib.
misalnya ketiadaan keturunan (anak). Perceraian,
JOM Fakultas Hukum Volume IV Nomor 2, Oktober 2017 Page | 1
maka ia tidak bisa lagi dikategorikan anak- anak penyerahan sejumlah uang kepada keluarga anak
yang bebas dari pembebanan kewajiban. Sedangkan semula.
menurut pasal 330 ayat (1) KUHPerdata “ seorang b. Mengangkat Anak dari kalangan keluarga
belum dapat dikatakan dewasa jika orang tersebut Di dalam keluarga Jawa atau keluarga Sunda
umurnya belum genap 21 tahun, kecuali orang kedudukan anak angkat adalah berbeda dari
tersebut telah menikah sebelum umur 21 tahun”2 kedudukan Anak Angkat di daerah-daerah yang
Pada kenyataannya tidak semua pasangan sistem keluarganya berdasarkan keturunan dari
dikaruniakan keturunan, bagi pasangan yang tidak pihak laki-laki (Patrilineal). Di bali perbuatan ini
dikarunia keturunan dapat melakukan pengangkatan disebut Nyenta Nayang , anak laki-laki lazimnya
anak (Adopsi). Beberapa keluarga yang telah diambil dari salah satu clan yang ada dilingkungan
memilki anak juga melakukan adopsi tersebut. kerabat pihak suami yang disebut Purusa, tetapi
Alasan mereka melakukan adopsi adalah rasa dewasa ini dapat pula mengambil dari luar clan.
kasihan terhadap anak yang orang tuanya tidak Bahkan dibeberapa desa dapat pula diambil anak
mampu memeliharanya, tidak mempunyai anak (anak laki-laki) dari lingkungan keluarga isteri yang
sebagai keturunan, untuk mendapatkan teman bagi disebut Pradana. Dan apabila ternyata tidak ada
anaknya yang sudah ada , dan masih banyak alasan anak laki-laki, maka anak perempuan dijadikan
yang lainnya. Sehingga dilakukanlah adopsi agar Santana (diangkat sebagai laki-laki pelanjut
anak tersebut mendapatkan kehidupan yang lebih keturunan).
baik, mendapatkan fasilitas dan pendidikan yang c. Mengangkat Anak dari kalangan Keponakan
baik. Dan adopsi menjadikan anak angkat tersebut Di samping pengangkatan anak dari
memilki hubungan kekeluarga dengan orang tua kalangan keluarga juga dikenal adanya
angkatnya. pengangkatan anak dari kalangan keponakan-
Istilah “Pengangkatan Anak” berkembang di keponakan. Di daerah Minangkabau terdapat adopsi
Indonesia sebagai terjemahan dari bahasa Inggris semacam yaitu mengangkat anak dari seorang isteri
“adoption”, mengangkat seorang anak3, yang berarti bukan dari suku minang dalam suku ibu anak
“mengangkat anak orang lain untuk dijadikan tersebut masuk kedalam sukunya sendiri, disamping
sebagai anak sendiri dan mempunyai hak yang sama itu didaerah Minangkabau terdapat pula
dengan anak kandung4. Pada saat Islam mengangkat anak dengan tujuan untuk mencegah
disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, punahnya suatu kerabat yaitu dengan jalan
pengangkatan anak telah menjadi tradisi di kalangan mengadopsi anak perempuan.
mayoritas masyarakat Arab yang dikenal dengan Pengangkatan anak menurut Hukum adat
istilah tabanni yang berarti “mengambil anak Melayu Rokan Hulu ini dengan proses yang cukup
angkat” panjang dan unik dimana apabila seseorang ingin
Dilihat dari sudut anak yang diambil sebagai melakukan adopsi harus melalui seorang bidan yang
anak angkat dikenal macam-macam pengangkatan membantu proses persalinan anak tersebut dan baru
anak, yaitu :5 disampaikan kepada orang tua kandung anak itu
a. Mengangkat Anak bukan warga keluarga dengan persetujuan orang tua anak tersebut barulah
Hal ini merupakan pengangkatan anak bisa dilakukan adopsi dengan menggunakan adat
secara langsung. Anak itu diambil dari lingkungan Melayu Rokan Hulu dengan persyaratan yang sudah
asalnya dan kemudian dimasukan kedalam ditentukan oleh mamak adat serta benda-benda
lingkungan keluarga yang mengangkatnya, ia magis yang lainnya. Berbeda dengan proses
menjadi anak angkat. Lazimnya tindakan ini disertai pengangkatan anak menurut hukum positif di
dengan penyerahan barang-barang magis atau Indonesia pengangkatan anak harus memenuhi
persyaratan formal yang sudah diatur didalam
22
http://pintarhukum.com diakses pada tanggal 2 Februari Peraturan Menteri Sosial RI Nomor:
2017, Hari Kamis, Pukul 10.00 Wib 110/HUK/2009 tentang Persyaratan Pengangkatan
3
Jonathan Crowther (Ed). Oxford Advanced Leaner’s
Anak.
Dictionary, (Oxford University: 1996), hal. 16.
4
Simorangkir, JCT. Kamus Hukum, (Jakarta: Aksara Ada sepasang suami dan istri yang tidak
Baru, 1987), hal. 4. dikarunia keturunan sang istri bernama almh Royah,
5
Tolib Setiady,Hukum Adat Indonesia dalam Kajian mereka telah melakukan pengobatan secara
Kepusstakaan, Alfabeta,Bandung,2013,hlm.216
JOM Fakultas Hukum Volume IV Nomor 2, Oktober 2017 Page | 2
tradisional untuk memperoleh keturunan. Namun, keluarga melakukan permohonan penetapan kepada
Tuhan tidak memberikan mereka rezki tersebut pengadilan.
maka mereka mengangkat anak dari keluarga, Berdasarkan dengan apa yang peneliti
selang beberapa waktu anak tersebut tidak ingin uraikan dalam latar belakang masalah ini,
bersama mereka dan kembali kepada orang tuanya. selanjutnya peneliti tertarik membuat suatu
Dan akhirnya mereka mengangkat anak yang berada penelitian mengenai PHK, yang berjudul
diluar Kabupaten Rokan Hulu tepatnya di daerah “Pelaksanaan Pengangkatan Anak Menurut
Rokan Hilir. Mereka mengangkat anak dengan Hukum Adat Melayu di Kabupaten Rokan
menggunakan adat Rokan Hulu , namun sempat Hulu”.
mendapat tentangan dari keluarga anak tersebut dan
pada akhirnya keluarga anak tersebut bersedia untuk B. Rumusan Masalah
melakukan acara pengangkatan anak menurut adat 1. Bagaimana pelaksanaan pengangkatan anak
Rokan Hulu.Dalam pelaksanaan pengangkatan anak menurut hukum adat melayu dikabupaten
menurut hukum adat Melayu di Rokan Hulu ini Rokan Hulu ?
banyak sekali tata cara agar anak tersebut sah 2. Apakah akibat hukum dari pelaksanaan
diangkat menurut hukum adatnya. Dalam proses pengangkatan anak menurut hukumadat
pengangkatan anak tersebut banyak yang harus Melayu di kabupaten Rokan Hulu tersebut?
dilakukan dan dipersiapkan oleh para pihak yang
mengadopsi tersebut. Dan pada saat anak tersebut C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
sudah diangkat anak tersebut memperoleh harta 1. Tujuan Penelitian
warisan dari orang tua angkatnya. Selain almh a. Untuk mengetahui bagaimanakah
Royah ada juga Intan yang mengadopsi anak namun pelaksanaan pengangkatan anak menurut
masih dalam satu keluarga, ibu Saklumah dan Perak hukum adat dikabupaten Rokan Hulu
juga melakukan adopsi dengan menggunakan adat b. Untuk megetahui apa akibat hukum dari
melayu Rokan Hulu namun anak yang diangkat pelaksanaan pengangkatan anak menurut
adalah anak yang berasal dari Rohil dan merupakan hukum adat dikabupaten Rokan Hulu
anak orang Cina.6 2. Kegunaan Penelitian
Dalam masyarakat Rokan Hulu adopsi a. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai
memiliki sebutan lain yaitu “ mengambiak” dalam gelar Sarjana Hukum (SH) Strata Satu (S1)
istilah masyarakat melayu dikabupaten Rokan Hulu. diperguruan tinggiFakultas Hukum
Dalam melakukan adopsi pada masyarakat Rokan Universitas Riau.
Hulu ini banyak sekali yang harus dipersiapkan b. Sebagai penunjang dalam perkembangan ilmu
untuk melakukan proses adopsi sampai anak pengetahuan hukum khususnya bidang hukum
tersebut dimasukkan kedalam suku orang tua perkawinan dan pengangkatan anak
angkatnya. Setiap proses yangdilakukan sangat c. Untuk memberikan sumbangan ilmu
sakral bagi masyarakat Rokan Hulu sehingga untuk pengetahuan bagi masyarakat, terutama pada
melakukkan adopsi ini tidak bisa dilakukan dengan mahasiswa perguruan tinggi fakultas hukum
begitu saja, setiap prosesnya memiliki arti maupun instansi yang terkait di dalam
tersendiri bagi masyarakatnya. Namun setelah penelitian ini.
dilakukan adopsi pihak keluarga tidak mendaftarkan
pengangkatan anak ke pengadilan, dimana menurut D. Kerangka Teori
pasal 9 angka (2) peraturan Pemerintah Republik 1. Konsep Anak Angkat dan Pengangkatan Anak
Indonesia Nomor 54 Tahun 2007 tentang Berdasarkan pasal 1 angka 1 PP No 54 tahun
Pelaksanaan Pengangkatan Anak dinyatakan bahwa 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak (
“ Pengangkatan anak berdasarkan adat kebiasaan selanjutnya disebut PP Pengangkatan Anak ),
setempat dapat dimohonkan penetapan pengadilan bahwa yang dimaksud anak angkat adalah “ Anak
“. Jika melakukan pengangkatan anak dilakukan yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan
berdasarkan adat setempat seharusnya pihak orang tua, wali yang sah atau orang lain yang
bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan
6
Wawancara dengan Bapak Taslim, Mamak Adat di membesarkan anak tersebut kedalam lingkungan
Lembaga Adat Melayu di Rokan Hulu,Sabtu 25 Juni 2016.
JOM Fakultas Hukum Volume IV Nomor 2, Oktober 2017 Page | 3
keluarga orang tua angkatnya berdasarkan sipelanggar maka adat-istiadat itu sudah merupakan
keputusan atau penetapan pengadilan”. Pengertian hukum adat.8
tersebut selaras dengan apa yang dinyatakan oleh Menurut Kusuma Pudjosewojo adat adalah
Juli Astuti bahwa anak angkat adalah anak yang tingkah laku yang oleh dan dalam masyarkat
bukan keturunan dari suami isteri namun diambil, sudah, sedang akan diadatkan. Hukum adat ialah
dipelihara dan diperlakukan seperti halnya anak keseluruhan aturan tingkah laku yang adat dan
keturunannya sendiri, sehingga antara anak yang sekaligus hukum pula. Dengan kata lain hukum
diangkat dan orang yang mengangkat anak timbul adat adalah keseluruhan aturan hukum yang
suatu hubungan kekeluargaan yang sama seperti tidak tertulis.9
yang ada antara orang tua dan anak kandung E. Kerangka Konseptual
sendiri.7 Untuk membatasi agar permasalahan yang
diteliti tidak terlalu luas cakupannya, maka peneliti
Walaupun dalam hukum adat proses memberikan defenisi atau batasan-batasan terhadap
pengangkatan anak sudah menjadi hal yang biasa istilah yang digunakan yaitu:
dan lazim dilakukan oleh masyarakat Indonesia, 1. Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau
namun terkadang tidak disadari oleh masyarakat pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah
bahwa sesungguhnya proses pengangkatan anak disusun secara matanng dan terperinci,
mengandung akibat hukum yang besar, sehingga implementasinya biasanya dilakukan setelah
negara berkepentingan untuk mengatur dan perencanaan dianggap siap. Secara sederhana
mengawasi proses pengangkatan anak agar tidak pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Majone
melenceng dari tujuan yang sebenarnya, terlebih dan wildavsky mengemukakan pelaksanaan
jika pengangkatan anak itu dilakukan oleh orang sebagai evaluasi.10
yang berbeda kewarganegaraan. Berdasarkan pasal 2. Pengangkatan Anak aalah sebagai berikut :
12 PP Pengangkatan Anak disebutkan bahwa “ Pengangkatan anak adalah suatu perbuatan
seorang anak yang akan diangkat harus memenuhi hukum yang mengalihkan, seorang anak dari
beberapa persyaratan antara lain : lingkungan kekuasaan orang tua, wali yang sah
1. Belum berusia 18 tahun. atau orang lain yang bertanggung jawab atas
2. Merupakan anak terlantar atau perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak
diterlantarkan. tersebut ke dalam lingkungan keluarga orang tua
3. Berada dalam asuhan keluarga atau angkat “11
dalam lemabaga pengasuhan anak. 3. Hukum adat adalah hukum yang tidak tertulis di
4. Memerlukan perlindungan khusus. dalam peraturan legislatif meliputi peraturan
yang hidup meskipun tidak ditetapkan oleh yang
2. Hukum Adat berwajib tetapi ditaati dan didukung oleh rakyat
berdasarkan atas keyakinan bahwasanya
Menurut Ter Haar hukum adat adalah peraturan-peraturan tersebut mempunyai
keseluruhan peraturan yang menjelma dalam kekuatan hukum.12
keputusann-keputusan dari kepala-kepalaadat dan F. Metode Penelitian
berlaku secara spontan dalam masyarakat. Ter Haar 1. Jenis Penelitian
terkenal dengan teori “Keputusan” artinya bahwa Penelitian ini digolongkan kedalam penelitian
untuk melihat apakah sesuatu adat-istiadat itu sudah hukum sosiologis.
merupakan hukum adat, maka perlu melihat dari 2. Lokasi Penelitian
sikap penguasa masyarakat hukum terhadap
sipelanggar peratseuran adat-istiadat. Apabila 8
Mnahyanzulfikar.blogspot.co.id, diakses,tanggal 20
penguasa menjatuhkan putusan hukuman terhadap Juni 201
9
Ibid.
10
Digilib.Unila.ac.id,diakses pada tanggal 20 Juni
7
2016, Pukul 16.00 WIB.
Juli Astuti, Kedudukan Anak Luar Kawin dalam 11
Pasal 1 butir 2 Peraturan Pemerintah Nomor 54
Pewarisan Adat di Kecamatan Colomadu Kabupaten Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak.
12
Karanganyar,Tesis Program Pasca-Sarjana Universitas Kangiwan19.wordpress.com, diakses, tanggal 20
Diponegoro, Semarang,2004,hlm.20 Juni 2016.
JOM Fakultas Hukum Volume IV Nomor 2, Oktober 2017 Page | 4
Penelitian ini dilakukan di Lembaga Adat tentang Perlindungan Anak, Staatblad 1917
Melayu Riau di Kabupaten Rokan Hulu no 129 , dan Undang –Undang Nomor 1
3. Populasi dan Sampel Tahun 1974 tentang Perkawinan.
a. Populasi 2) Bahan Hukum Sekunder
Populasi dalam penelitian ini adalah Lembaga Bahan hukum sekunder adalah semua
Adat Melayu di Kabupaten Rokan Hulu. publikasi tentang hukum yang bukan
b. Sampel merupakan dokumen-dokumen resmi yang
Untuk mempermudah peneliti dalam meliputi buku-buku teks, kamus hukum.13
melakukan penelitian, maka peneliti menentukan 3) Bahan Hukum Tersier
sampel dan metode yang digunakan yakni Bahan hukum tersieryang digunakan dalam
metode sensus.Untuk lebih jelasnya, mengenai penelitian ini adalah internet.
populasi dan sampel dapat dilihat pada di bawah 5. Teknik Pengumpulan Data
ini: a. Merupakan teknik pengumpulan data dengan
cara tanya jawab secara lisan yang dilakukan
Tabel 1.1 secara intensif dan mendalam terhadap
Populasi dan Sampel informan. Dalam penelitian ini penulis
N Jenis Populasi Juml Juml Preses melakukan wawancara kepada Mamak Adat
o ah ah ntase di Lemabaga Adat Melayu di Kabupaten
popo sam Rokan Hulu
lasi pel b. Kajian kepustakaan, berupa informasi yang
1 Mamak adat 4 1 25% diperoleh dari buku-buku, peraturan
melayu di perundang-undangan, peraturan yayasan dan
Kabupaten pendapat-pendapat para ahli yang ada
Rokan Hulu kaitannya dengan pokok permasalahan
2 Orang tua yang 1 8 80% penelitian tersebut.
melakukan 0 c. Kuisioner atau angket adalah pernyataan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh
adopsi menurut
informasi dari responden dalam arti laporan
hukum adat
tentang pribadi atau hal-hal yang diketahui.
melayu di
Kabupaten 6. Analisis Data
Rokan Huku Dalam penelitian ini analisis yang dilakukan
Jumlah 9 adalah anlisis Kualitatif yaitu data yang
14 berdasarkan uraian kalimat atau tidak dianlisis
Sumber: Jumlah Sampel di Lapangan dengan menggunakan statistik atau matematika
ataupun sejenisnya, yaitu apa yang dinyatakan
4. Sumber Data responden secara tertulis atau lisan dan perilaku
a. Data primer, yaitu bagaimana pelaksanaan nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai
pengangkatan anak menurut Lembaga Adat sesuatu yang utuh.14 Selanjutnya, penulis
Melayu di Kabupaten Rpksn Hulu Melayu . menarik suatu kesimpulan secara deduktif ,
b. Data sekunder, diperoleh melalui penelitian yaitu menarik kesimpulan dari hal-hal bersifat
perpustakaan atau berasal dari: umum kepada hal-hal yang bersifat khusus.
1) Bahan Hukum Primer Dimana dalam mendapatkan sesuatu
Merupakan bahan penelitian yang kesimpulan dimulaidengan melihat faktor-
bersumber dari penelitian kepustakaan faktor nyata dan diakhiri dengan penarikan
yang diperoleh antara lain Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, Kitab Undang- 13
Peter Mahmud, Penelitian Hukum,Edisi Pertama
undang Hukum Acara Perdata, Peraturan Cetakan keenam, Kencana Prenada Media
Pemerintah Nomor. 54 Tahun 2007, Group,Jakarta,hlm.141.
14
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 Soerjno Soekanto, Pengantar Penelitian
Hukum,Universitas Indonesia Press,Jakarta,1990,hlm.32.
JOM Fakultas Hukum Volume IV Nomor 2, Oktober 2017 Page | 5
suatu kesimpulan yang juga merupakan fakta mereka di anggap belum dewasa secara hukum.
dimana kedua fakta tersebut dijembatani oleh Apabila izin dari orang tuanya tidak didapat
teori-teori.15 maka calon pengantin tersebut dapat meminta
izin dari pengadilan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4. Tujuan Perkawinan
A. Tinjauan Umum Tentang Perkawinan Menurut hukum Islam tujuan perkawinan
1. Pengertian Perkawinan adalah untuk menegakkan agama, untuk
Pernikahan merupakan perjanjian yang suci dan memperoleh keturunan, untuk mencegah maksiat
kuat untuk hidup bersama secara sah antara dan untuk membina rumah tangga yang damai dan
seorang laki-laki dan seorang perempuan dalam teratur17.
bentuk keluarga yang kekal. Di samping itu,
dalam suatu keluarga diharuskan saling santun 5. Asas_Asas Perkawinan
menyantuni, kasih mengasihi supaya tentram Selanjutnya sehubungan dengan asas-asas
dan bahagia, sakinah, mawadah, dan perkawinan menurut Undang-Undang
warohmah, karena itu harus dilaksanakan Perkawinan, maka asas-asas perkawinan
dengan memenuhi syarat-syarat dan rukun- menurut hukum adat yaitu :
rukunnya. a. Perkawinan bertujuan membentuk keluarga
rumah tangga dan hubungan Kekerabatan
2. Syarat-Syarat Formil dan Materil yang rukun dan damai, bahagia dan kekal.
Perkawinan b. Perkawinan tidak hanya harus sah dilaksanakan
menurut hukum agama atau kepercayaan tetapi
Syarat-syarat perkawinan diatur mulai Pasal 6 harus juga mendapat pengakuan dari anggota
sampai Pasal 12. Pasal 6 sampai dengan pasal kerabat.
11 memuat mengenai syarat perkawinan yang c. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan
bersifat materil, sedangkan pasal 12 mengatur anggota keluarga dan anggota kerabat.
mengenai syarat perkawinan yang bersifat Masyarakat adat dapat menolak kedudukan
formil dalam Undang-undang No. 1 tahun 1974 suami atau isteri yang tidak diakui masyarakat
tentang perkawinan. adat.
d. Perkawinan dapat dilaksanakan oleh seorang
3. Syarat Sahnya Perkawinan pria dengan beberapa wanita sebagai isteri yang
kedudukannya masing-masing ditentukan
Undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang menurut hukum adat setempat.
perkawinan syarat sahnya perkawinan menurut e. Perkawinan dapat dilakukan oleh pria dan
Undang-Undang ini adalah sebagai berikut:16 wanita yang belum cukup umur atau masih
1. Perkawinan didasarkan pada persetujuan kedua anak-anak. Begitu pula walaupun sudah cukup
belah pihak sehingga perkawinan tidak boleh di umur perkawinan harus berdasarkan izin orang
dasarkan atas dasar paksaan. tua/keluarga dan kerabat.
2. Calom mempelai laki-laki harus sudah berumur f. Perceraian ada yang dibolehkan dilakukan dan
19 (Sembilan belas) tahun dan calon mempelai ada yang tidak diperbolehkan. Perceraian antara
wanita harus berumur 16 (enam belas)tahun. suami isteri dapat berakibat pecahnya
3. Apabila calon suami atau calon istri belum kekerabatan antara kedua belah pihak.
berumur seperti ketentuan diatas, maka calon g. Keseimbangan kedudukan antara suami dan
pengantin tersebut harus mendapat izin terlebih isteri-isteri berdasarkan ketentuan hukum adat
dahulu dari orang tua atau walinya karena yang berlaku, ada isteri yang berkedudukan

15
Aslim rasyad, Metode Ilmiah, Persiapan Bagi
Peneliti, UNRI Press,Pekanbaru,2005,hlm.2.
16
Amnawaty dan Wati Rahmi Ria, Hukum dan
17
Hukum Islam, Universitas Lampung, 2008, hlm. 83. Ibid.Hal. 23.
JOM Fakultas Hukum Volume IV Nomor 2, Oktober 2017 Page | 6
sebagai ibu rumah tangga dan ada isteri yang menantu, anak tiri. Sistem ini dapat dijumpai
bukan ibu rumah tangga.18 hampir di seluruh masyarakat Indonesia.21
6. Sistem Perkawinan
Menurut hukum adat, sistem perkawinan ada 7. Akibat Perkawinan
3 macam yaitu : Perkawinan menimbulkan hak dan kewajiban.
a. Sistem Endogami Ikatan hak dan kewajiban antara para pribadi
Dalam sistem ini orang hanya diperbolehkan kodrati, menimbulkan hubungan hukum di
kawin dengan seorang dari suku keluarganya antara mereka. Dengan demikian perkawinan
sendiri. Sistem perkawinan ini kini jarang terjadi di yang telah dilangsungkan antara kedua belah
Indonesia. Menurut Van Vollenhoven hanya ada pihak itu membawa akibat-akibat tertentu, baik
satu daerah saja yang secara praktis mengenal terhadap pihak kerabat maupun terhadap para
sistem endogami ini, yaitu daerah Toraja. Tetapi pihak yang merupakan pribadi kodrati.22
sekarang, di daerah ini pun sistem ini akan lenyap
dengan sendirinya kalau hubungan daerah itu 5. Dasar Hukum Perjanjian Kerja
dengan daerah lainnya akan menjadi lebih mudah, Pasal 1601 A KUHPerdata memberikan
erat dan meluas. Sebab sistem tersebut di daerah ini pengertian sebagai berikut: “Perjanjian kerja adalah
hanya terdapat secara praktis saja lagi pula suatu perjanjian dimana pihak ke satu buruh atau
endogami sebetulnya tidak sesuai dengan sifat pekerja mengikatkan dirinya untuk dibawah
susunan kekeluargaan yang ada di daerah itu, yaitu perintah pihak yang lain, si majikan untuk
parental.19 suatuwaktu tertentu melakukan pekerjaan dengan
b. Sistem exogami menerima upah”.23
Dalam sistem ini, orang diharuskan menikah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
dengan suku lain. Menikah dengan suku sendiri tentang Ketenagakerjaan, Pasal 1 angka 14
merupakan larangan. Namun demikian, seiring memberikan pengertian yakni “Perjanjian kerja
berjalannya waktu, dan berputarnya zaman lambat adalah suatu perjanjian antara pekerja/buruh dan
laun mengalami proses perlunakan sedemikian rupa, pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-
sehingga larangan perkawinan itu diperlakukan syarat kerja hak dan kewajiban kedua belah
hanya pada lingkungan kekeluargaan yang sangat pihak”.24
kecil saja. Sistem ini dapat dijumpai di daerah
Gayo, Alas, Tapanuli, Minangkabau, Sumatera B. Tinjauan Umum Tentang Anak Angkat
Selatan, Buru dan Seram.20 1. Pengertian Anak Angkat
c. Sistem eleutherogami Dari segi termminologi, adopsi diartikan dalam
Sistem eleutherogami berbeda dengan kedua Kamus Umum Bahasa Indonesia dijumpai arti anak
sistem diatas, yang memiliki larangan-larangan dan angkat yaitu “ anak orang lain yang diambil dan
keharusan-keharusan. Eleutherogami tidak disamakan dengan anaknya sendiri”25.
mengenal larangan larangan maupun keharusan-
keharusan tersebut. Larangan-larangan yang 2. Syarat Pengankatan Anak
terdapat dalam sistem ini adalah larangan yang Berdasarkan Pasal 12 Peraturan Pemerintah
berhubungan dengan ikatan kekeluargaan yang Republik Indonesia No. 54 tahun 2007 tentang
menyangkut nasab(keturunan), seperti kawin syarat-syarat pengangkatan anak meliputi :
dengan ibu, nenek, anak kandung, cucu, juga a. Syarat yang diangkat meliputi :
dengan saudara kandung, saudara bapak atau ibu. 1) Belum berusia 18 (delapan belas) tahun
Atau larangan kawin dengan musyaharah (per-
iparan), seperti kawin dengan ibu tiri, mertua,
21
Ibid.
22
18
Soejono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, Jakarta :
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat, Raja Grafindo Persada, 2012, hal. 239.
(Bandung : Citra Aditya Bakti, 1990), hal. 71. 23
Pasal 1601 a KUHPerdata
19 24
Soerjono Soekanto, Intisari Hukum Keluarga, Pasal 1 angka 14 UU Ketenagakerjaan
25
Bandung, Citra Aditya Bakti, 1992, hal. 131 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa
20
Ibid, hal. 132. Indonesia(KBBI), Jakarta, Balai Pustaka, 1976, hlm.31.
JOM Fakultas Hukum Volume IV Nomor 2, Oktober 2017 Page | 7
2) Merupakan anak terlantar atau anak Berdasarkan Pasal 7 Peraturan Pemerintah
diterlantarkan. Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan
3) Berada dalam asuhan keluarga atau dalam Pengangkatan anak bahwa pengangkatan anak
lembaga pengasuhan anak, dan terdiri atas:
4) Memerlukan perlindungan khusus 1) Pengangkatan anak antar Warga
b. Usia anak angkat sebagaimana dimaksud pada Negara Indonesia,dan
ayat 1 huruf a meliputi : 2) Pengangkatan anak antara Warga
1) Anak belum berusia 6 (enam) tahun, Negara Indonesia dengan warga Negara Asing.
merupakan prioritas utama 6. Pengangkatan Anak Berdasarkan Peraturan
2) Anak berusia 6 (enam) sampai dengan Perundang-Undanga
belum berusia 12 (dua belas) tahun, Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA)
sepanjang ada alasan mendesak, No.2 Tahun 1979 jo. No 6 Tahun 1983 tentang
3) Anak berusia 12 (dua belas) tahun sampai pengangkatan anak menerangkan bahwa pasangan
dengan belum berusia 18 (delapan belas) suami istri yang tidak mempunyai anak atau yang
tahun, sepanjang anak memerlukan memutuskan untuk tidak mempunyai anak dapat
perlindungan khusus. mengajukan permohonan pengesahan atau
pengangkatan anak. Demikian juga bagi mereka
3. Tujuan Pengangkatan Anak yang memutuskan untuk tidak menikah atau tidak
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 terikat dalam perkawinan.
tentang perlindungan anak, secara tegas menyatakan
bahwa tujuan pengangkatan anak,motivasi BAB III
pengangkatan anak hanya dapat dilakukan untuk GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
kepentingan yang terbaik bagi anak dan dilakukan
berdasarkan adat kebiasaan setempat dan ketentuan A. Sejarah Rokan Hulu
peraturan perundang-undangan yang berlaku.26 Rokan Hulu terdiri dari 5 kerajaan, yaitu :
4. Akibat Hukum Pengangkatan Anak Kerajaan Tambusai Kecamatannya Dalu-dalu,
Ter Haar menyebutkan bahwa anak angkat Kerajaan Rambah Kecamatannya Pasir Pengarayan,
berhak atas warisan sebagai anak, bukannya sebagai Kerajaan Kepenuhan Kecamatannya Kotate ngah,
orang asing. Sepanjang perbuatan ambil anak Kerajaan Rokan IV Koto, Kecamatannya Rokan IV
(adopsi) telah menghapuskan perangainya sebagai Koto, dan Kerajaan Kunto darussalam
“orang asing’ dan menjadikannya perangai “anak” Kecamatannya Kotolamo. Pada masa kolonial
maka anak angkat berhak atas warisan sebagai wilayah Rokan Hulu dibagi menjadi dua yaitu:
seorang anak. Itulah titik pangkalnya hukum adat. Wilayah Rokan Kanan terdiri dari 3 kerajaan;
Namun boleh jadi, bahwa terhadap kerabatnya Kerajaan Tambusai, Kerajaan Rambah, dan
kedua orangtua yang mengambil anak itu anak Kerajaan Kepenuhan. Wilayah Rokan Kiri menjadi
angkat tadi tetap asing dan tidak mendapat apa-apa 2 kerajaan yaitu : Kerajaan Rokan IV Koto,
dari barang asal daripada bapa atau ibu angkatnya Kerajaan Kuntodarussalam, dan ditambah kampung
atas barang-barang mana kerabat-kerabat sendiri dari Kerajaan Siak yaitu Kewalian Tandun dan
tetap mempunyai haknya yang tertentu, tapi ia Kabun.
mendapat barang-barang (semua) yang diperoleh
dalam perkawinan. Ambil anak sebagai perbuatan B. Keadaan Geografis Rokan Hulu
tunai selalu menimbulkan hak sepenuhnya atas Lingkungan yang menunjuk kepada
warisan.27 lingkungan natural (physical Environment) secara
5. Jenis-Jenis Pengangkatan Anak geografis Kabupaten Rokan Hulu terletak pada
posisi 00 25` 20` Lintang Utara dan 1000 02` 56 –
100 56` 59 Bujur Timur dengan luas wilayah sekitar
26
Undang-Undang. No.23 Tahun 2002 tentang 7.449.85 Km2. Kabupaten ini memiliki batasan
Perlindungan Anak, Pasal 39 Ayat 1 wilayah sebagai berikut :
27
B. Ter Haar, Asas-asas Dan Susunan Hukum Adat, a. Sebelah Utara dengan Provinsi Sumatera Utara
Terjmahan oleh K. ng. Soebakti Poesponot, Pradnya Paramita,
dan Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau
Jakarta, 1985, hlm.247.
JOM Fakultas Hukum Volume IV Nomor 2, Oktober 2017 Page | 8
b. Sebelah Selatan dengan Provinsi Sumatera akibat hukum dari perbuatan itu dan tidak
Barat dan Kabupaten Provinsi Riau menimbulkan masalah untuk kedepannya.
c. Sebelah Barat Provinsi Sebelah Timur dengan Pada dasarnya setiap orang berhak melakukan
Kabupaten Kampar pengangkatan anak tersebut sesuai dengan tujuan
Keadaan topografinya sangat bervariasi, dari dari pengangkatan itu sendiri yang sesuai pula
dataran rendah sampai berbukit dan sedikit dengan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku.
pegunungan. Bagian Barat kemiringan lebih 40% Lain halnya dengan pengangkatan anak yang
dengan luas sekitar 99.135 Ha seluas 53.578 Ha dilakukan oleh mereka yang tidak pernah
dengan kemiringan 15-40% sedangkan kemiringan melakukan perkawinan. Orang yang tidak kawin
antara 2-15% seluas 13.266 Ha selebihnya 360.943 tidak dapat mengangkat anak. Akan tetapi dalam
Ha dengan kemiringan 0-2%. kenyataannya hukum adat desa tertentu pernah
kejadian dehe tua (anak perempuan yang sudah
lanjut usiannya tetapi belum atau tidak mau kawin)
BAB IV mengangkat anak dan hal ini tidak ada tanggapan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN apa-apa dari masyarakat. Dan dikatakan orang yang
A. Pelaksanaan Pengangkatan Anak Menurut tidak pernah kawin hanya meminta saudara
Hukum Adat Melayu di Kabupaten Rokan sentana.29
Hulu
Di Rokan Hulu Melayu memiliki tujuh suku B. Akibat Hukum Pengangkatan
yaitu suku Melayu, Ampu, Muniliang, Pungkuik, Anak Menurut Adat Melayu di Kabupaten
Kandang Kopuh, Bonuo, Kuti. Setiap suku Rokan Hulu.
dipimpin seorang pemegang kekuasaan tertinggi Akibat hukum pengangkatan anak menurut
disebut pucuk suk, seorang pucuk suku dipebantu hukum adat bersifat variatif, artinya disuatu daerah
oleh seorang “tungkek” atau “sukong” . ucuk suku mungkin berlainan dengan hukum adat di daerah
membawahi beberapa induk suku, dalam satu suku lainnya. Misalnya, dalam hukum adat
dapat didirikan lebih dari dari satu induk apabila Minangkabau, walaupun pengangkatan anak
telah memenuhi syarat untuk berdirinya satu induk merupakan perbuatan yang diperbolehkan, tetapi
baru, dalam setiap induk terdpat pemimpin yang perbuatan itu tidak menimbulkan hubungan
bergelar mamak adat disebut juga datuk yang kewarisan anatara orang tua angkat dengan anak
mempunyai gelar adat masing-masing. angkat.30
Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan Dalam hukum adat, Ter Haar menyebutkan
hasil bahwa para narasumber memilki suku yang bahwa anak angkat berhak atas warisan sebagai
berbeda-beda, dimana ibu Saklumah bersuku anak, bukannya sebagai orang asing31. Sepanjang
munuliang dengan datuk yang membantu perbuatan pengangkatan anak telah menghapuskan
mengadopsinya bergelar Dt Paromai Duoanso, ibu perangainya sebagai “orang asing’ dan
Intan memiliki suku Kandang Kopuh dengan datuk menjadikannya perangai “anak” maka anak angkat
yang mengadopsinya adalah Dt Mato Indo, ibu Wati berhak atas warisan sebagai seorang anak.itulah
bersuku Bonuo dengan datuknya yaitu Dt Junuo titik pangkalnya hukum adat.
Ompu, sedangkan ibu Perak bersuku Ampu dengan Akibat hukum Pengangkatan anak yaitu
datuk yang membantunya yaitu Dt Sutan Omeh timbul hubungan keperdataan meliputi nafkah,
yang bernama Rohin. Meskipun memiliki berbagai pemelihraan anak dan waris antara anak yang
macam suku namun dalam pelaksanaan angkat dengan orangtua angkat. Dalam
pengangkatan anaknya dengan cara yang sama
dalam suku Melayu tersebut. 28 29
Orang tua yang melakukan adopsi B. Bastian Tafal, 1983, Pengangkatan Anak
Menurut Hukum Adat Serta Akibat-akibat Hukumnya di
kebanyakan tidak mengetahui apa yang sebaiknya kemudian hari, CV Rajawali, Jakarta, hlm.92
mereka lakukan jika sudah melakukan adopsi 30
Abdul Rachmad Budiono, Pembaharuan Hukum Kewarisan
tersebut sehingga mereka juga mengetahui apa Islam di Indonesia,Citra Aditya Bakti,Bandung,1999,hlm.189
31
Sunarmi, Pengangkatan Anak Pada Masyarakat
28
Wawancara dengan Bapak Taslim, Mamak Adat Batak Toba (Suatu Analisis Berdasarkan Hukum Adat).
Melayu di Rokan Hulu, 24 Maret 2017. Universitas Sumatera Utara. Hlm.6
JOM Fakultas Hukum Volume IV Nomor 2, Oktober 2017 Page | 9
pengangkatan anak menggunakan hukum adat ini berkumpul untuk menyabut anak tersebutdan agar
memiliki akibat hukum yang beragama disetiap masyarakat tahu bahwa keluarga tersebut telah
daerah menurut adatnya. Namun dapat di ketahui melakukan pengangkatan anak.
bahwa menurut peraturan yang ada yaitu Peraturan Para keluarga melakukan musyawarah untuk
Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor melakukan acara adat seperti memasukan suku,
110/HUK/2009 tentang Persyaratan Pengangkatan memberi nama, aqiqah dan lainnya, sehingga anak
Anak Pasal 17 ayat (3) menyatakan bahwa tersebut secara adat sah masuk kedalam keluarga
pengangkatan anak sebgaimana dimaksud pada ayat orang tuanya.
(1) dapat dimohonkan penetapan pengadilan untuk Pada dasarnya setiap pengangkatan anak
memperoleh status hukum anak dan kepastian memiliki akibat hukum tersendiri. Dengan adopsi
hukum sesuai dengan ketentuan peraturan ini anak tersebut memiliki hak dan kewajiban ,
perundang-undangan. dimana anak tersebut mendapatkan harta warisan
Pengangkatan anak yang dilakukan dengan dari orang tuanya.
adat setempat dapat dilakukan penetapan
pengadilan agar anak yang diangkat tersebut B. Saran
memiliki status hukum serta kepastian hukum yang Pengangkatan anak yang dilakukan
diakui baik secara adat maupun oleh negara. berdasarkan hukum adat yang berlaku di Indonesia
Sehingga dengan adanya status hukum yang jelas sebanarnya sah saja, namun sebaiknya
pada anak tersebut , maka jelas pula apa yang pengangkatan anak secara adat ini dilakukan
menjadi hak serta kewajiban dari anak yang permohonan penetapan pengadilan, agar anak
diadopsi tersebut. tersebut memperoleh status hukum dan kepastian
BAB V hukum sesuai dengan peraturan perundang-
PENUTUP undangan. Hal ini sangat diperlukan terkait
mengenai hak waris.
A. Kesimpulan Adopsi yang dilakukan secara adat tanpa
Pengangkatan anak merupakan suatu adanya penetapan pengadilan berdampak tidak baik
perbuatan memasukkan anak orang lain kedalam bagi anak maupun keluarga. Dimana para ahli waris
keluarga sendiri, sehingga anak tersebut memiliki akan merasa dirugikan. Hal ini sangat rawan sekali
hubungan antara anak angkat dengan orang tua memicu permasalahan mengenai harta, dimana anak
angkatnya. Baik itu berupa hak dan kewajiban yang angkat tersebut tidak memilki status hukum yang
dimiliki oleh masing-masing pihak. Dalam jelas.
melakukan pengangkatan anak menurut hukum adat
di Indonesia memilki berbagai variasi. Setiap
daerah memilki ciri khas tersendiri dalam DAFTAR PUSTAKA
melakukan adopsi.
Pengangkatan anak yang dilakukan di A. Buku
Kabupaten Rokan Hulu memilki keunikannya
tersendiri, dimana dalam melakukan adopsi ini Abdurrahaman,2003, Kompilasi Hukum Islam Di
kedua belah pihak dari orang tua melakukan Indonesia,Akademika Pressindo,Jakarta.
perundingan melalui bidan yang membantu proses
persalinan anak. Anak yang akan diangkat harus Amir Mertosetono,1987,Tanya Jawab
berumur minimal 40 hari. Dan jika kedua orang tua Pengangkatan Anak dan Masalahnya,
bersepakat akan melakukan adopsi, maka orang tua Dahara, Semarang.
angkat datang kerumah orang tua kandung
membawa beberapa syarat yang harus disiapkan Amir Syarifuddin,2009,Hukum Perkawinan Islam
oleh orang tua angkat tersebut. di Indonesia,Kencana,Jakarta.
Dalam melakukan pengangkatan anak secara
adat Rokan Hulu ini harus didampingi oleh Datuk Amnawaty dan Wati Rahmi Ria,2008,Hukum dan
Adat. Setelah anak tersebut dibawa kerumah orang Hukum Islam, Universitas
tua angkatnya, para keluarga dan masyarakat Lampung,Lampung.

JOM Fakultas Hukum Volume IV Nomor 2, Oktober 2017 Page | 10


Anisitus Amanat,2003, Membagi Warisan Soerjno Soekanto,1990, Pengantar Penelitian
Berdasarkan Pasal-Pasal Hukum Perdata Hukum,Universitas Indonesia Press,Jakarta.
BW, Rajawali Pers, Jakarta.
Sugiyono,2008,Metode Penelitian Kuantitatif dan
Aslim rasyad, 2005,Metode Ilmiah, Persiapan Bagi Kualitatif,Alfabeta,Bandung.
Peneliti, UNRI Press,Pekanbaru.
Peter Mahmud, Penelitian Hukum,Edisi Pertama
B. Bastian Tafal, 1989, Cetakan keenam,Kencana Prenada Media
PengangkatanAnakMenurutHukumAdat Group,Jakarta.
Serta AkibatnyadikemudianHari, Jakarta.
B. Jurnal/Kamus/Makalah
B. Ter Haar,1985,Asas-asas Dan Susunan Hukum Jurnal Mahkamah Vol.3No.1,Pekanbaru.
Ada, Pradnya Paramita, Jakarta.
Yandriza,2012” Pelaksanaan Perlindungan Hukum
Bambang Sunggono,2005,Metode Penelitian bagi Anak danPerempuan Korban Tindakan
Hukum,Raja Grafindo Persada,Jakarta. Kekerasan di Kota Padang”, Jurnal Hukum
Pidana dan Kriminologi, Padang.
Bambang Waluyo,2002,Penelitian Hukum dalam
Praktek,Sinar Grafika,Jakarta. Yohanes Ivan,2014” Eksistensi hukum Pidana Adat
dalam Menangani Delik Adat Pada
Ellyne Dwi Poespasari, Hak Waris Anak dalam Masyarakat Hukum Adat Dayak Pangkodan di
Sistem Hukum Adat Masyarakat Osing Desa Lape Kecamatan Sanggau Kapuas
Banyuwangi, Jurnal Perspektif Hukum, Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan
Vol.6 No.2 November 2006. Barat” Jurnal Hukum Pradilan dan
Penyelesaian Sengketa Hukum,Yogyakarta.
Hilman Hadi Kesuma2003, Hukum Perkawianan
Adat, Citra Aditya Bakti,Bandung. Simorangkir,JCT,1987,Kamus Hukum, Aksara
Baru,Jakarta.
Irma Setyawati Soemitro,1990, Aspek Hukum
Perlindungan Anak,BumiAksara, Jakarta.
C. Peraturan Perundang-undangan
Juli Astuti,2004,Kedudukan Anak Luar Kawin Republik Indonesia, Undang-Undang No. 23 Tahun
dalam Pewarisan Adat di 2002, tentangPerlindunganAnak.
KecamatanColomadu Kabupaten
Karanganyar,Tesis Program Pasca Sarjana Pasal 1 butir 2 Peraturan Pemerintah Nomor 54
Universitas Diponegoro, Semarang. Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan
Anak
M. Idris Ramulyo,1986, Tinjauan Beberapa Pasal D. Website
Undang-Undang Nomor Tahun1974,Jakarta. http://Digilib.Unila.ac.id,diakses, tanggal 20 Juni
2016,Hari Senin, Pukul 14.00 Wib.
Mukti Fajar dan Yukianto Achmad,2010, Dualisme
Penelitian Hukum Normatif dan http://Kangiwan19.wordpress.com, diakses, tanggal
Empiris,Pustaka Pelajar,Yogyakarta. 20 Juni 2016,Hari Senin,Pukul 10.00 Wib.

Mundaris Zain, 1985,Adopsi (Suatu Tinjauan Dari http://Mnahyanzulfikar.blogspot.co.id,


Tiga Sistem Hukum), Sinar Grafika, Jakarta. diakses,tanggal 20 Juni 2016,Hari Senin,Pukul
11.00 Wib.
Soerjono Soekanto,1992,Intisari Hukum Keluarga,
CitraAdityaBakti, Bandung.

JOM Fakultas Hukum Volume IV Nomor 2, Oktober 2017 Page | 11


http://Artipernikahan.blogspot.co.id,diakses pada
tanggal 20 Agustus 2016,Hari Sabtu, Pukul
19.00 Wib.

http://walisongo.ac.iddiaksespada tanggal 29
Desember 2016, Hari Kamis, Pukul 18.30 Wib.

http://walisongo.ac.iddiakses pada tanggal 29


Desember 2016, Hari Kamis, Pukul 18.30 Wib.

http://herwandisahputra.blogspot.co.id, diakses
pada tanggal 2 Januari 2017, Hari Senin, Pukul
10.14 Wib.

http://lentaraguru.blogspot.co.id, diakses pada


tanggal 2 Januari, hari Senin, Pukul 10.25 Wib.

JOM Fakultas Hukum Volume IV Nomor 2, Oktober 2017 Page | 12

You might also like