You are on page 1of 20

Epistaksis

JUWITA DAN HAMAMI


Definisi
Epistaksis atau mimisan adalah
pendarahan yang berasal dari hidung
klasifikasi
1. Epistaksis anterior
berasal dari fleksus kiessel bach yang terdiri
dari ujung-ujung a. Etmoidalis, a.
Sfenopalatina, a. Palatina mayor, a. Labialis
superior
2. Epistaksis posterior
berasal dari a. Sfenopalatina atau a.
Etmoidalis posterior. Biasanya jarang dapat
berhenti sendiri
Epidemiologi
1. Prevalensi sulit dinilai karena mayoritas
berhenti sendiri dan tidak dilaporkan
2. Sekitar 90% dari total kejadian epistaksis
ialah tipe anterior 10% merupakan
epistaksis posterior
3. Pada epistaksis anterior sering terjadi pada
anak (2-10 tahun) dan usis lanjut. Pada
posterior biasanya terjadi pada usia >50
tahun
4. Laki-laki 58% dan perempuan 42%
Etiologi
1. Trauma
2. Kelainan pembuluh darah (lokal)
3. Infeksi lokal
4. Tumor
5. Penyakit kardiovaskular
6. Kelainan darah
7. Infeksi sistemik
8. Perubahan udara atau tekanan atmosfer
Diagnosis
1. Anamnesis
o Derajat keparahan, frekuensi, dan durasi
epistaksis
o Sisi yang mengalami pendarahan
o Riwayat trauma, epistaksis sebelumnya, mudah
lebam, hipertensi, leukimia
o Pada anak-anak, eksplorasi kemungkinan benda
asing dalam hidung
o Penggunaan obat-obatan, terutama
antitrombosit atau antikoagulan harus
ditanyakan
2. Pemeriksaan fisis
o Pemeriksaan cavum nasi secara menyeluruh
dengan spekulum nasal. Pemeriksaan dapat
dilakukan dengan bantuan tampon anterior
yang diberi vasokonstriktor (seperti adrenalin
1/5000-1/10.000 dan pantokain atau
lidokain 2%) untuk membantu menentukan
titik perdarahan dan mengurangi rasa nyeri.
Biarkan tampon selama 10-15 menit
o Jika sumber perdarahan anterior tidak dapat
ditemukan, atau perdarahan timbul dari kedua
lubang hidung, atau darah mengalir terus-
menerus di faring posterior, pertimbangkan
kemungkinan epistaksis posterior
3. Pemeriksaan penunjang
o Pemeriksaan penunjang hanya dikerjakan
pada kasus dengan kecurigaan koagulopati
atau adanya perdarahan masif
o Laboratorium: darah lengkap dan profil
hemostasis (waktu perdarahan, PT, aPTT dan
INR)
o Pencitraan radiologi: MRI atau CT-Scan untuk
pasien dengan kecurigaan keganasan atau
benda asing yang sulit dilihat pada
pemeriksaan fisis
Farmako dan non farmako
1. Farmako
• Antibiotik diberikan 10-14 hari
• Amoksisilin 2x500 mg
• Amoksisilin klavulanat 3x625 mg.
• Dekongestan sprey
oxymetazoline 0,05% 2-3 tetes/ spray 2x sehari

2. Non farmako
• Cuci hidung NaCl 0,9%
• Bila tidak ada perbaikan rujuk ke THT
Tata laksana
1. Epistaksis anterior
• Posisikan pasien duduk tegak condong ke depan,
posisi kepala terangkat, tetapi tidak hiperekstensi
untuk mencegah aspirasi. Lakukan penekanan
langsung dengan jari pada kedua cuping hidung
ke arah septum (lokasi flaksus keisselbach) selama
10-15 menit. Biasanya perdarahan akan segera
berhenti, terutama pada anak-anak. Edukasi
pasien untuk tetap bernapas melalui mulut
• Bila perdarahan masih berlangsung, pasang
tampon adrenalin. Tampon adrenalin dibuat
dengan kassa steril yang diteteskan dengan
epinefrin 0,5% 1:10.000 ditambah pantokain
atau lidokain 2%. Masukkan tampon kedalam
cavum sebanyak 1-2 buah, biarkan selama 10-
15 menit, evaluasi kembali apakah perdarahan
masih berlangsung. Umunya berhenti setelah 10-
15 menit pemasangan tampon.
• Apabila epistaksis masih berlangsung dan tampak
sumber perdarahan pertimbangkan prosedur
kauterisasi dengan AgNO3 25-30% atau
elektrokauter
• Jika dengan kauterisasi perdarahan tidak
berhenti, atau pemberian tampon adrenalin,
pasang tampon anterior sebanyak 2-4 buah
dengan pelumas vaselin atau salep antibiotik
selama 2x24 jam sembari melakukan
pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab
epistaksis. Setelah 2 hari, tampon dikeluarkan
untuk mencegah infeksi hidung. Bila perdarahan
belum berhenti, pasang tampon baru.
2. Epistaksis posterior
Pada epistaksis ini, dilakukan pemasangan
tampon bellocq (tampon posterior). Tampon
ini juga diindikasi apabila tampon anterior
tidak dapat menghentikan perdarahan.
Tampon bellocq berbentuk kubus/bulat
dengan diameter 3cm dan terbuat dari
kassa. Pada tampon terikat 3 utas benang:
dua utas di satu sisi dan satu buah utas di
sisi berlawanan. Kontraindikasi tampon
posterior adalah adanya trauma fasial.
patofisiologi
Tn. E
50thn

Membuan
g ingus
Trauma
pada
Kiesselbach’
s Plexus
Pembuluh
darah
rupture

Epistaksis
Prognosis
secara keseluruhan baik tapi berbeda-
beda pada tiap kasus dan individu. Dengan
terapi yang sesuai kemungkinan prognosis
baik lebih besar. Saat perawatan yang baik
disediakan dan penyebab di control,
kebanyakan pasien tidak mengalamai
rekurens, lainnya mungkin dapat terjadi
rekurensi berupa perdarahan minor yang
berhenti dengan sendirinya atau dapat
diobati tanpa bantuan medis.
komplikasi

• syok
• Anemia
• Iskemia otak
Daftar pustaka
• Medscape
• THT UI ed.6
• Kapita selekta ed.4 jilid 2
• PT and aPTT test.[Online] Diakses 8 September 2015
[dari :
http://www.medicine.mcgill.ca/physio/vlab/bloodlab/pt
_ptt.htm]
• PTT. [Online] Diakses 8 Septermber 2015 [Dari :
https://labtestsonline.org/understanding/analytes/aptt
/tab/test/]

You might also like