You are on page 1of 45

ASMA

OLEH: NABILAH AFIFAH 2011730069

RSUD SEKARWANGI
STASE ILMU PENYAKIT DALAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
ASMA

INFLAMASI KRONIS SALURAN NAPAS

HIPERESPONSIF JALAN NAPAS

GEJALA PERNAPASAN

Keterbatasan aliran udara yang reversibel


EPIDEMIOLOGI

 Asma dapat ditemukan pada laki-laki dan perempuan ,


terutama pada usia dini
 Perbandingan laki – laki dan perempuan
 usia dini  2:1
 usia remaja  1:1.

 Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 


jumlah penderita asma di dunia diperkirakan mencapai 300
juta orang dan diperkirakan angka ini akan terus meningkat
hingga 400 juta penderita pada tahun 2025

 Hasil penelitian International Study on Asthma and Allergies


in Childhood (ISAAC) pada tahun 2005  Indonesia prevalensi
penyakit asma meningkat dari 4,2% menjadi 5,4%.
FAKTOR RESIKO

 Atopi (Riwayat Keluarga)


 Hiperreaktivitas bronkus
 Jenis Kelamin
 Ras
 Obesitas
FAKTOR PENCETUS

Faktor Lingkungan
 Alergen dalam rumah
 Alergen luar rumah

Faktor Lain
 Alergen makanan
 Alergen obat – obat tertentu
 Bahan yang mengiritasi
 Ekspresi emosi berlebih
 Asap rokok bagi perokok aktif maupun perokok pasif
 Polusi udara dari dalam dan luar ruangan
PATOGENESIS

Asma : Inflamasi kronis


Saluran Napas
Pemicu
Hipereaktivitas

Banyak sel : Melepas Mediator :


Sel Mast Histamin
Eosinofil Prostaglandin
Netrofil Leukotrien
Limfosit Platelet Activating Factor (PAF)

Bronkokonstriksi, hipersekresi mukus,


edema saluran napas

Obstruksi difus saluran napas BATUK, MENGI,


SESAK
KLASIFIKASI ASMA

Asma diklasifikasikan atas asma saat tanpa serangan dan


asma saat serangan (akut) :
 Asma tanpa serangan :
 Intermitten;
 Persisten ringan;
 Persisten sedang; dan
 Persisten berat
 Asma saat serangan (Akut)
 Ringan
 Sedang
 Berat
 Henti napas
DIAGNOSIS

Pemeriksaan
fisik
Anamnesis

Pemeriksaan
penunjang

ASMA
DIAGNOSIS
Riwayat
terpapar
pencetus,
riwayat alergi,
Riwayat
Batuk , mengi
keluarga
, Sesak ,
asma

Anamnesis
•Pasien gelisah
inspeksi
•Sesak pada malam
hari
•Ada/tanpa sianosis

•Tidak ada
kelainan
palpasi •Pada berat :
pulsus
paradoksus
Pemeriksaan
fisik

Perkusi
•Tidak ada
kelainan

•Whezzing (+)
Auskultasi •Ekspirasi
memanjang
Pemeriksaan
Penunjang

Uji
Tes alergi
provokasi
bronkus
APE (ARUS PUNCAK EKSPIRASI)
DIAGNOSIS DEFERNSIAL

 Bronkotis kronik
 Emfisema
 Gagal jantung kiri
 Emboli paru
PENATALAKSANAAN

Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah


meningkatkan dan mempertahankan kualitas
hidup agar penderita asma dapat hidup normal
tanpa ada kendala dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.
TUJUAN PENATALAKSANAAN

 Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma


 Mencegah eksaserbasi akut
 Meningkatkan dan mempertahankan faal paru se -optimal
mungkin
 Mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise
 Menghindari efek samping obat
 Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara ( airflow
limitation) irreversibel
 Mencegah kematian karena asma.
PROGRAM PENATALAKSANAAN ASMA
MELIPUTI
7 KOMPONEN:
1) Edukasi
2) Menilai dan monitor berat asma secara berkala
3) Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
4) Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka
panjang
5) Menetapkan pengobatan pada serangan akut
6) Kontrol secara teratur
7) Pola hidup sehat
Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan
mencegah gejala obstruksi jalan napas, terdiri
atas pengontrol (controller) dan pelega
(reliever).
Pengontrol (controller)
1 . Kortikosteroid Inhalasi
KORTIKOSTEROID INHALASI
Cara pemberian  oral Diberikan  selang
atau parenteral sehari / sekali sehari
pagi hari

KORTIKOSTEROI Pada asma persisten


berat
D SISTEMIK

Efek samping sistemik: Gunakan prednison,


osteoporosis, HT, diabetes, prednisolon,
supresi aksis adrenal- metilprednisolon  efek
pituitari-hipotalamus, mineral kortikoid minimal
glaukoma, obesitas, dan
kelemahan otot
Sodium kromoglikat Me↓ hiperresponsif
dan Nedokromil sodium jalan napas

Pengontrol asma
KROMOLIN persisten ringan

Efek samping minimal:


batuk, rasa obat tidak
enak saat inhalasi
Teofilin, aminofilin Bronkodilator
tambahan

Diberikan dengan
agonis beta 2 kerja
METILSANTIN singkat
Formeterol/ salmoterol

Me↓ frekuansi
AGONIS BETA-2 serangan asma
KERJA LAMA

•Relaksasi otot polos,


•me↑ pembersihan mukosiliar,
•me↓ permeabilitas pembuluh
darah, dan
•memodulasi pelepasan mediator
dari sel mast dan basofil
Efek  bronkodilator Obat anti-asma yang
relatif baru

LEUKOTRIEN Tidak se-efektif agonis


beta-2 kerja lama
MODIFIERS

Monitor fungsi hati


dianjurkan apabila
diberikan terapi zileuton
Pelega (Reliever)

Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui


relaksasi otot polos, memperbaiki dan atau
menghambat bronkokonstriksi yang berkaitan
dengan gejala akut seperti mengi, rasa berat di
dada, dan batuk, tidak memperbaiki inflamasi
jalan napas atau menurunkan hiperresponsif
jalan napas.
Salbutamol, tarbutalin, Terapi pilihan pada
fenoterol serangan akut

AGONIS BETA -2 Pemberian secara


inhalasi
KERJA SINGKAT

 relaksasi otot polos saluran


napas,
 meningkatkan bersihan Onset lebih cepat +
mukosilier, efeksamping minimal
 menurunkan permeabiliti
pembuluh darah
 modulasi penglepasan mediator
dari sel mast
Cara pemberian  oral Diberikan  selang
atau parenteral sehari / sekali sehari
pagi hari

KORTIKOSTEROI Pada asma persisten


berat
D SISTEMIK

Efek samping sistemik: Gunakan prednison,


osteoporosis, HT, diabetes, prednisolon,
supresi aksis adrenal- metilprednisolon  efek
pituitari-hipotalamus, mineral kortikoid minimal
glaukoma, obesitas, dan
kelemahan otot
memblok efek penglepasan
ipratropium bromide asetilkolin dari saraf
dan tiotropium bromide kolinergik pada jalan napas.

ANTI Pemberian secara


inhalasi
KOLINERGIK

 Menimbulkan bronkodilatasi Disarankan kombinasi


dengan menurunkan tonus
dengan agonis beta -2
kerja singkat
kolinergik vagal intrinsik •terapi awal asma berat
 menghambat refleks atau
bronkokostriksi yang •yang kurang respon
disebabkan iritan. dengan agonis beta -2
kerja singkat saja
sebagai pilihan pada
asma eksaserbasi
ADRENALIN sedang-berat

 Pemberian secara subkutan


harus dilakukan hati-hati pada bila tidak tersedia agonis
penderita usia lanjut atau beta-2, atau tidak respon
dengan gangguan dengan agonis beta-2 kerja
kardiovaskular singkat.
PENGOBATAN ASMA SESUAI BERAT
ASMA
PENGOBATAN ASMA SESUAI BERAT
ASMA
PENGOBATAN ASMA SESUAI BERAT
ASMA
KLASIFIKASI BERAT SERANGAN ASMA
AKUT
Gejala dan Tanda Berat Serangan Akut Keadaan
Mengancam Jiwa

Ringan Sedang Berat


Sesak napas Berjalan Berbicara Istirahat
Posisi Dapat tidur Duduk Duduk
terlentang membungkuk
Cara berbicara Satu kalimat Beberapa kata Kata demi kata

Kesadaran Mungkin gelisah Gelisah Gelisah Mengantuk, gelisah,


kesadaran menurun

Frekuensi napas < 20/menit 20-30/menit >30 menit

Nadi < 100 100-120 >120 Bradikardia


Pulsus Paradoksus - 10mmHg +/- 10-20mmHg + >25mmHg -

Otot bantu napas - + + Kelelahan otot


dan retraksi Torakoabdominal
suprasternal paradoksal

Mengi Akhir ekspirasi Akhir ekspirasi Inspirasi dan Silent chest


paksa ekspirasi
APE >80% 60-80% <60%
PaO2 >80mmHg 80-60mmHg <60mmHg
PaCO2 <45mmHg <45mmHg >45mmHg
SaO2 >95% 91-95% <90%
ALGORITME PENATALAKSANAAN ASMA
DI RUMAH SAKIT
Penilian awal :
Riwayat dan pemeriksaan fisik yang
mendukung asma, bila mungkin faal
paru, AGDA, dan pemeriksaan lain

Serangan asma Serangan asma Serangan asma


ringan sedang/ berat mengancam jiwa

Kortiikosteroid sistemik
Pengobatan awal : :
1. Oksigenasi dengan kanul nasal 1. Serangan asma
2. Inhalasi agonis beta-2 kerja berat Prosedur
singkat (nebuliasi), setiap 20 menit 2. Tidak ada respon di rawat
dalam satu jam atau agonis beta-2 segeran dengan ICU
kerja injeksi SK (terbutalin 0,5 mg pengobatan
) / adrenalin 1/1000 0,3 ml SK bronkodilator
3. Dalam
kortikosteroid oral
Penilaian ulang setelah 1 jam :
Pemeriksaan fisik, saturasi O2 dan pemeriksaan
lain atas indikasi
Respon buruk dalam 1
Respon tidak sempurna : jam :
Respon baik : 1. Resiko tinggi distres 1. Resiko tinggi
1. Respon baik setelah 1 2. Pem. Fis : gejala distres
jam ringan sedang 2. Pem. Fis : berat,
2. Pem. Fis normal 3. APE> 50% tetapi < gelisah dan
3. APE> 70% 70% kesadaran
prediksi/nilai terbaik 4. Saturasi O2 tidak menurun
4. Saturasi O2 > 90% perbaikan 3. APE < 30%
4. PaCO2 > 45 mmHg
5. PaO2 < 60 mmHg
Dirawat di ICU :
Pulang : Dirawat di RS: 1. Inhalasi agonis
1. Pengobatan 1. Inhalasi agonis beta beta 2 ± anti
dilanjutkan dengan 2 ± anti kolinergik kolinergik
inhalasi agonis beta-2 2. Kortikosteroid 2. Kortikosteroid IV
2. Membutuhkan sistemik 3. Pertimbangan
kortikosterodi oral 3. Aminofilin drip agonis beta -2
3. Edukasi penderita : 4. Terapi oksigen, injeks SC/IM/IV
1. Memakai obat peritimbangkan 4. Aminofilin drip
yang benar kanul nasal atau 5. Terapi oksigen,
2. Ikut rencana masker venturi menggunakan
pengobatan 5. Pantau APE, sat O2, kanul nasal atau
selanjutnya nadi, kadar teofilin masker venturi
6. Mungkin perlu
intubasi dan
ventilasi mekanik

Perbaikan Tidak perbaikan

Pulang bila APE> 60 % prediksi/nilai Bila tidak perbaiakan dalam 6-12


terbaik. Tetap berikan terapi oral jam
atau inhalasi
PELANGI ASMA
Pelangi Asma, monitoring keadaan asma secara mandiri
Hijau
 Kondisi baik, asma terkontrol
 Tidak ada/gejala minimal
 APE: 80-100% nilai dugaan/terbaik
Pengobatan bergantung berat asma, prinsipnya pengobatan dilanjutkan. Bila tetap berada pada warna
hijau minimal 3 bulan, maka pertimbangkan turunkan terapi
Kuning
 Berarti hati-hati, asma tidak terkontrol, dapat terjadi serangan akut/eksaserbasi
 Dengan gejala asma (asma malam, aktivitas terhambat, batuk, mengi, dada terasa berat baik saat
aktivitas maupun istirahat) dan/ atau APE 60-80% prediksi/ nilai terbaik
Membutuhkan peningkatan dosis medikasi atau perubahan medikasi
Merah
 Berbahaya
 Gejala asma terus menerus dan membatasi aktivitas sehari-hari
 APE < 60% nilai dugaan/terbaik
Penderita membutuhkan pengobatan segera sebagai rencana pengobatan yang disepakati dokter-
penderita secara tertulis. Bila tetap tidak ada respons, segera hubungi dokter atau ke rumah sakit.
Indikator asma tidak terkontrol
 Asma malam, terbangun malam hari karena gejala -gejala
asma
 Kunjungan ke Instalasi Gawat Darurat, ke dokter karena
serangan akut
 Kebutuhan obat pelega meningkat (bukan akibat infeksi
pernapasan, atau exercise-induced asthma
 Kontrol Teratur
 Pola Hidup Sehat
Meningkatkan kebugaran fisik
Berhenti merokok
Self hygiene
PROGNOSIS

 Mortalitas akibat asma sedikit nilainya.


 Gambaran yang paling akhir menunjukkan kurang dari 5000
 Pada penderita yang mengalami serangan intermitten angka
kematiannya 2%, sedangkan angka kematian pada penderita
yang dengan serangan terus menerus angka kematiannya 9%.

You might also like