You are on page 1of 49

Stase Imunologi

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


Asma adalah penyakit heterogen, biasanya
ditandai dengan inflamasi kronis saluran
napas.

Asma memiliki dua fitur utama:

1. Riwayat gejala pernapasan seperti mengi, napas


pendek, dada sesak dan batuk, yang bervariasi
sepanjang waktu dan variasi dalam intensitas,
2. Expiratory airflow limitation yang bervariasi
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4883
587/)

Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (Updated 2017).
Available from www.ginaasthma.org.
1. Pola gejala yang merupakan ciri khas asma
2. Riwayat keluarga
3. Pemeriksaan fisik
4. Pengukuran fungsi paru
 Spirometri
 Peak expiratory flow / Arus Puncak Ekspirasi
Pengukuran respons saluran napas (bronchial provocation test)
4. Pengukuran status alergi untuk mengindentifikasi faktor
risiko (allergy test)

Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (Updated 2017)
3 Available from www.ginaasthma.org.
Inflamasi adalah fitur utama pada asma

Gejala

Obstruksi
saluran napas

Hiperesponsif
bronkial

Inflamasi
Saluran napas

Currie, GP., Therapeutic modulation of allergic airways disease


with leukotriene receptor antagonists., Q J Med 2005; 98
Paradigma of asthma
pathogenesis
Currie, GP., Therapeutic modulation of allergic airways disease
with leukotriene receptor antagonists., Q J Med 2005; 98
Jenis – jenis Astma

Allergic asthma Non-allergic asthma

IgE-mediated IgE non-mediated


asthma asthma
 Alergi :
1. Fase Akut
2. Fase Lanjutan
 Non Alergi
 Obesitas
 Fixed Flow limitation
 Asma dengan Kehamilan
 Exercise Induced Asma
 Occupational asma
Asthma response

Early phase

Late phase
Allergy 2002: 57: 607–613
Printed in UK. All rights
 Comorbidities commonly associated with
nonallergic asthma include nasal polyposis,
rhinosinusitis, and gastroesophageal reflux
disease. Aspirin exacerbated respiratory
disease (AERD) (eg, severe asthma, associated
with chronic rhinosinusitis with nasal polyps,
and sensitivity to aspirin and other
nonsteroidal anti-inflammatory agents) can
either be considered a specific type of
nonallergic asthma or a separate phenotype of
asthma, as discussed in an accompanying
article in this issue. However, atopy (positive
skin prick tests) has been reported to
bepresent in 52% of subjects with AERD and
ranged from 47% to 65% of subjects in the 4
classes of these subjects identified by latent
class analysis.
 Urinary leukotriene E4 (LTE4) is a well-
validated marker of the cysteinyl leukotriene
pathway, and LTE4 elevation has been
described in conditions such as asthma,
aspirin sensitivity, and chronic rhinosinusitis
(CRS). There have been a number of reports
investigating the role of spot urine LTE4 to
predict aspirin sensitivity
 Sources of LTE4 include many of the cells
types involved in inflammation of the upper
and lower respiratory tract such as
eosinophils, mast cells, basophils as well as
macrophages, platelets, and neutrophils

(Stephen P. Peters, MD, PhD, FAAAAI Winston-


Salem, NC, Asthma Phenotypes: Nonallergic
(Intrinsic) Asthma)
The immunopathology of extrinsic (atopic) and intrinsic
(non-atopic) asthma: more similarities than differences
Marc Humbert, Günter Menz, Sun Ying, Christopher J.
Corrigan, Douglas S. Robinson, Stephen R. Durham and A.
Barry Kay
www.current-opinion.com
Current Opinion in
Immunology 2003, 15:627–
633
Asma yang berhubungan dengan pekerjaan (WRA)
terdiri dari dua jenis utama, OA, didefinisikan
sebagai jenis asma "disebabkan" oleh tempat kerja
dan asma yang diperparah oleh pekerjaan (WEA),
yang mengacu pada asma yang dipicu oleh
berbagai faktor yang berhubungan dengan
pekerjaan (misalnya, aeroallergens , iritan, atau
olahraga) pada pekerja yang diketahui memiliki
asma yang sudah ada atau bersamaan,
Reactive Airways Dysfunction Syndrome”
(RADS)ditandai dengan timbulnya gejala asma
dalam 24 jam setelah paparan tunggal, paling
sering disengaja, tingkat tinggi untuk berbagai
macam zat iritasi pada subjek tanpa asma yang
sudah ada sebelumnya; dan “sub-iritasi yang
diinduksi OA.
Agen berat molekul tinggi Kebanyakan agen HMW
adalah campuran kompleks polipeptida yang
bertindak sebagai antigen lengkap dan
merangsang sintesis IgE (misalnya alergen hewan,
tepung, lateks, dll)

Beberapa bahan kimia LMW, seperti asam


anhidrida, garam platinum, persulfat, dan pewarna
reaktif dapat bertindak sebagai haptens dan
merangsang produksi IgE dengan menggabungkan
dengan protein endogen untuk membentuk
konjugat protein hapten.

X. Baur, T. Sigsgaard, T.B. Aasen, P.S. Burge, D. Heederik, P. Henneberger, P. Maestrelli, J.


Rooyackers, V. Schlünssen, O. Vandenplas, D. Wilken
European Respiratory Journal 2012 39: 529-545; DOI: 10.1183/09031936.00096111
ALERGI
a. Perubahan hormonal
 Volume tidal meningkat dari 450 cc menjadi 600 cc
sehingga terjadi peningkatan ventilasi per menit.
Peningkatan volume tidal ini diduga disebabkan oleh
efek progesteron terhadap resistensi saluran nafas dan
dengan meningkatkan sensitifitas pusat pernafasan
terhadap karbondioksida.
Kehamilan membesar

Peningkatan diafragma terutama setelah


TMT II

Turunnya kapasitas residu fungsional

Pola pernapasan berubah dari


pernapasan abdomen menjadi torakal
sehingga kebutuhan O2 maternal
meningkat
Pengaruh kehamilan terhadap Efek kehamilan
asma TIDAK SAMA. pada asma tidak
Timbul saat UK 24-36 minggu. dapat diprediksi.
BERKURANG, saat akhir
kehamilan.

Peningkatan Frekuensi dan


hormon ASMA beratnya
progesteron serangan asma

Peningkatan
hormon estrogen Jenis Kelamin Riwayat asma
Janin sebelum hamil
Serangan asma berat
dan asma yang tidak
Umumnya, asma terkontrol dapat
tidak mempengaruhi menyebabkan
janin. HIPOKSIA JANIN

Kelahiran
Prematur

KEHAMILAN
Usia kehamilan SC
muda

Hipertensi Abrupsio Korioamnio


pada
Plasenta nitis
Kehamilan
Bronchodilator

Paediatr Respir Rev. 2001 Mar;2(1):57-62.


Beta2-adrenoceptors: mechanisms of action of beta2-agonists.
Johnson M1.
Anticholinergic agents

Kerja dari antikolinergik adalah menghambat ikatan asetilkoline


kedalam permukaan sel epitel dan sel otot dengan cara
memberikan antikolinergic reseptor pada permukaan sel epitel
dan sel otot polos seningga terjadi bronkokonstriksi dan
penambahan sel epitel, antikolinergic menghambat di reseptor
M3, sehingga akan membuat sel otot polos menjadi berdilatasi
karena reseptornya sudah di blok oleh antikolinergic
Corticosteroids

 Inhibit the attraction of inflammatory cells to the site of allergic reaction

 Block leukotriene synthesis

 Inhibit cytokine production and adhesion protein activation

 Reverse 2 receptor down-regulation


Mechanisme of steroid action and resistance in inflamation,, adcock et al 2003, Steroid
resistance Leung et al.1995
STASE IMMUNOLOGI
Penyakit inflamasi disebabkan oleh reaksi alergi
pada pasien atopi yang sebelumnya sudah
tersensitisasi dengan alergen yang sama serta
dilepaskannya suatu mediator kimia ketika
terjadi paparan ulang dengan alergen spesifik
tersebut (Von Pirquet, 1986)
Kelainan pada hidung dengan gejala bersin,
rinore, gatal, tersumbat setelah mukosa
terpapar alergen yang diperantarai IgE (WHO-
ARIA 2001)
 Terdiri dari 2 tahap :
Tahap sensitisasi
Reaksi alergi, terdiri dari 2 fase :
Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC) sejak
kontak allergen sampai 1 jam
setelahnya
Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL) yang
berlangsung 2-4 jam dengan puncak
6-8 jam setelah pemaparan dan berlangsung 24-
48 jam
1. Pada individu yang memiliki predisposisi alergi, paparan
pertama allergen menimbulkan aktivasi sel sel allergen
spesifik T helper 2 (TH2) dan sintesis IgE, yang dikenal
sebagai sensitasi alergi.
2. Paparan allergen selanjutnya akan menimbulkan
penarikan sel sel inflamasi dan aktivasi serta pelepasan
mediator – mediator, yang dapat menimbulkan early
(acute) allergic responses (EARs) dan late allergic
responses (LARs).
3. Dalam beberapa menit kontak dengan allergen, sel mast
yang tersentisasi IgE mengalami degranulasi, melepaskan
mediator preformed dan mediator newly synthezied pada
individu sensitif. Mediator tersebut meliputi histamine,
leukotriene dan sitokin yang meningkatkan permeabilitas
vaskular, kontraksi otot polos dan produksi mukus.
4. Kemokin yang dilepas oleh sel mast dan sel lain
merekrut sel sel inflamasi yang menyebabkan
LAR, yang ditandai dengan influx eosinophil dan
sel Th2.
5. Pelepasan eosinophil menimbulkan pelepasan
mediator pro inflamasi, termasuk leukotriene-
leukotriene dan protein-protein basic, dan
mereka merupakan sumber dari IL-3,IL-5, Il-13
dan granulocyte/ makrofag koloni stimulating
factor (GM-CSF). Neutropepsides juga
berkontribusi pada patofisiologi symptom alergi.

You might also like