You are on page 1of 39

Implementasi kebijakan

Dra. Ayun Sriatmi, M.Kes


Bagian Administrasi & Kebijakan
Kesehatan
KONSEP DASAR
IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN

Dra. Ayun Sriatmi, M.Kes


“The execution of policies is as important
if not more important than policy making.
Policies will remain dreams or blueprints file
jackets unless they are implemented”

( Chief. J. O.Udoji )
A useful way of understanding “policy” is
in terms of CONTEXT, CONTENT,
PROCESS and POWER
( Gill Watt )
1. CONTEXT
is the milieu within which interventions are
mediated
2. CONTENT
refers to the object of policy and policy
analysis and may be devided into technical &
institutional policy. ( Janovsky & Cassells )
3. PROCESS
policy is a process, as well as a product, it
draws attention to the course of action
overtime
4, POWER
draws attention to the interplay of interests in
negotiation and compromise
“ Policy can not be intelligently
conducted without an
understanding of mechanism.
Correlations are not enough.

( Deaton, 2002 )
THE POLICY MAKING - PROCESS
HISTORY OF THE ISSUES

POLICIES &
PROBLEM STAKEHODERS /
METHOD OF
DEFINITION POLITICS
ANALYSIS

POLICY – FORMULATION
“What can we d0 ?”

POLICY – IMPLEMENTATION
“How do we make it work ?”
Implementasi kebijakan

To implement :
To provide the means for carrying out
(menyediakan sarana utk
melaksanakan
sesuatu)
To give practical effect to
(menimbulkan dampak akibat thd
sesuatu)
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
“Menyediakan sarana utk melaksanakan
sesuatu dan dapat menimbulkan dampak /
akibat ttt”
“Getting the job done “and” doing it. A process
of getting additional resources so as to figure
out what is to be done” (Charles O Jones)
“Adalah apa yang terjadi setelah peraturan /
UU ditetapkan, yg memberikan otoritas
program, kebijakan, keuntungan (benefit)
atau suatu jenis keluaran yang nyata
(tangible – output). (Ripley & Franklin)
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

a. “those actions by public or private


individuals (or groups) that are directed
at the achievement of objectives set
forthin prior policy decisions”
( van Meter & van Horn )
b. “mencakup tindakan2 oleh berbagai
aktor yg dimaksudkan untuk membuat
program berjalan”
( Ripley & Franklin )
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

“Policy implementation encompasses those


actions by public and private individuals
(or groups) that are directed at the
achievement of objectives set forth in prior
policy decisions. This include both one
time efforts to transform decisions into
operational terms, as well as continuing
efforts to achieve the large and small
changes mandated by policy decisions”

(Donald S Van Meter & Carl E Van Horn)


Implementasi adalah suatu proses yg
melibatkan sejumlah sumberdaya
(manusia, dana, sarana & kemampuan
organisasional) yg dilakukan oleh
pemerintah maupun swasta (individu atau
kelompok) untuk mencapai tujuan yg telah
ditetapkan sebelumnya oleh policy-maker.
( Joko Widodo )
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Proses usaha mewujudkan suatu


kebijakan yg masih bersifat abstrak ke
dalam realita nyata, yang menimbulkan
: HASIL (outputs), DAMPAK (outcomes),
MANFAAT (benefits), EFEK (impacts)
yang dapat dinikmati oleh kelompok
sasaran (target groups)
Aktivitas implementasi
( Charles O Jones)
1. INTEPRETATION
The translation of language (often contained in
a statute) into acceptable and feasible plans
and directives.
2. ORGANIZATION
The establishment or re-arrangement of
resources, units and methods for putting a
policy into effect.
3. APPLICATION
The routine provision of service, payments or
other agree upon objectives or instruments.
Implementasi kebijakan
IMPLEMENTATION GAP
Suatu keadaan dimana dlm proses kebijakan selalu
terbuka kemungkinan terjadinya perbedaan antara
apa yg diharapkan (direncanakan) oleh policy maker
dgn apa yg senyatanya dicapai (hasil).
IMPLEMENTATION CAPACITY
Kemampuan suatu organisasi / aktor utk
melaksanakan policy-decision sedemikian rupa shg
ada jaminan bhw tujuan & sasaran yg telah ditetapkan
dlm dokumen formal kebijakan dpt dicapai.

Besar kecilnya IMPLEMENTATION GAP sangat tergantung


pd
IMPLEMENTATION CAPACITY aktor/organisasi
implementor.
IMPLEMENTATION “GAP”
IMPLEMENTATION IMPLEMENTATION-
CAPACITY GAP

Kemampuan suatu aktor Perbedaan /


/ organisasi utk Kesenjangan antara apa
melaksanakan “policy- yg diharapkan dgn apa yg
decision” dgn tepat senyatanya dicapai

1. Bad Execution
(Pelaksanaannya jelek) POLICY - FAILURE
2. Bad Policy Kebijakan Gagal
(Kebijakannya jelek)
3. Bad Luck 1. Non Implementation
(Sial / Tidak Beruntung) 2. Un-successful Implementation
Dari sudut pandang siapakah proses
implementasi kebijakan seharusnya dilihat ?

1. Pemrakarsa kebijakan / pembuat


kebijakan (the center)
2. Pejabat-pejabat pelaksana di lapangan
(the periphery)
3. Aktor-aktor perorangan yang menjadi
kelompok sasaran (target group)
ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

. Fokus analisis melihat pada :


a. Sejauhmana tujuan & sasaran resmi
berbagai program telah tercapai ?
b. Apakah alasan yg menyebabkan tujuan
/ sasaran ttt tercapai atau tidak ?
• Bila gagal, apakah perlu dilakukan
penyesuaian ? atau sangsi ttt ? atau
kebijakan perlu dirumuskan lagi ?
Syarat kebijakan dapat diimplementasikan
( Model Brian W Hogwood & Lewis A Gunn )

1. Keadaan eksternal tdk dalam kondisi timpang & tidak


akan menimbulkan gangguan/kendala yg serius.
2. Tersedia waktu (tepat) & sumberdaya cukup tersedia
(memadai), krn kurangnya sumberdaya dpt
mempengaruhi implementasi
3. Perpaduan sumber-sumber yg diperlukan benar2
tersedia
4. Kebijakan yg akan diimplementasikan didasari oleh
suatu hubungan kausalitas yg andal
5. Hubungan kausalitas bersifat langsung & hanya
sedikit mata rantai penghubungnya.
6. Hubungan saling ketergantungan harus kecil
Syarat kebijakan dapat diimplementasikan
( Model Brian W Hogwood & Lewis A Gunn )

7. Pemahaman yg mendalam dan kesepakatan terhadap


tujuan (jelas & spesifik)
8. Tugas2 diperinci dan ditempatkan dalam urutan yg
tepat
9. Komunikasi & koordinasi yg sempurna diantara
pelbagai unsur atau badan yg terlibat dlm program.
10. Pihak2 yg memiliki wewenang kekuasaan dapat
menuntut dan mendapatkan kepatuhan yg sempurna.
Pendekatan dalam “implementasi”

1. Pendekatan Struktural (Structural


Approach)
2. Pendekatan Prosedural & Manajerial
(Procedural & Managerial Approach)
3. Pendekatan Perilaku (Behavioral
Approach)
4. Pendekatan Politik (Political
Approach)
Prinsip “EMPAT TEPAT”
1. TEPAT KEBIJAKANNYA (how excellent is the policy?)
a. Kebijakan dpt memecahkan masalah yg hendak
dipecahkan
b. Kebijakan dirumuskan sesuai karakter masalah
c. Kebijakan dibuat oleh lembaga yg berwenang
2. TEPAT PELAKSANANYA
Pemerintah, kerjasama pemerintah-masyarakat (swasta)
dan swasta murni (privatization / contracting out)
3. TEPAT TARGET
a. Sesuai dgn yg direncanakan
b. Kesiapan target untuk diintervensi
c. Implementasi intervensi kebijakan bersifat “baru” atau
“memperbarui” kebijakan sebelumnya
4. TEPAT LINGKUNGAN
a. Lingkungan kebijakan (variabel endogen)
b. Lingkungan eksternal (variabel exogen)
Model & teori
Implementasi kebijakan
Model & Teori Implementasi Kebijakan
1. Model George C Edwards III
2. Model Donald S Van Meter & Carl E Van Horn
3. Model Daniel A Mazmanian & Paul A Sabatier
4. Model Merilee S Grindle
5. Model G Shabbir Cheema & Dennis A
Rondinelli
6. Model Brian W Hogwood & Lewis A Gunn
7. Model Goggin
8. Model Elmore, dkk
9. Model Nakamura & Smallwood
10.Model David L Weimer & Aidan R Vining
Dimensi transformasi
Dimensi kejelasan MODEL “GEORGE. E. EDWARD III”
Dimensi konsistensi

KOMUNIKASI

SUMBERDAYA
IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN
DISPOSISI
Kemauan, keinginan, sikap
& kecenderungan implementor
STRUKTUR
BIROKRASI Dimensi fragmentasi, kewenangan, struktur,
SOP & hub antar unit organisasi
MODEL “VAN METER & VAN HORN”

KOMUNIKASI ANTAR
Standar & ORGANISASI & KEGIATAN
Sasaran PELAKSANAAN

UKURAN & TUJUAN


KEBIJAKAN

KINERJA
KARAKTERISTIK
DISPOSISI IMPLEMENTASI
BADAN
PELAKSANA
PELAKSANA

Struktur birokrasi, norma Respon,


Kognisi,
SUMBERDAYA Intensitas

LINGKUNGAN
EKONOMI, SOSIAL &
POLITIK
Mudah / Tidaknya Masalah Dikendalikan

MODEL 1.Kesulitan teknis


“MAZMANIAN 2.Keragaman perilaku kelompok sasaran
3.Persentase kelompok sasaran dibanding
KARAKTERISTIK
MASALAH
& jumlah populasi
4.Ruang lingkup perubahan perilaku yg
SABATIER” diinginkan

KARAKTERISTIK KEBIJAKAN
Kemampuan Kebijakan utk
KARAKTERISTIK LINGKUNGAN
Menstrukturkan Proses Implementasi
Variabel Diluar Kebijakan yg
Mempengaruhi Ptroses Implementasi
1.Kejelasan & konsistensi tujuan
2.Digunakannya teori kausal yg
1.Kondisi sosio-ekonomi & teknologi
memadai
2.Dukungan publik
3.Ketepatan alokasi sumberdaya
3.Sikap & sumber2 yg dimiliki kelompok
4.Keterpaduan hierarki dalam &
pemilih
diantara lembaga pelaksana
4.Dukungan dari pejabat atasan
5.Aturan2 keputusan dari Badan
5.Komitmen & ketrampilan kepemimpinan
Pelaksana
pejabat2 pelaksana
6.Rekruitmen pejabat pelaksana
7.Akses formal pihak luar

Tahap-Tahap Dalam Proses Implementasi

Output Kepatuhan Dampak nyata Dampak output Perbaikan


Kebijakan kelompok sasaran output kebijakan mendasar
dari Badan- thd output kebijakan kebijakan sebagaimana dalam UU
Badan dipersepsi
Pelaksana
MODEL “GRINDLE”
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN dipengaruhi
oleh ;

A.ISI KEBIJAKAN
TUJUAN 1. Kepentingan kelompok
KEBIJAKAN sasaran
2. Tipe manfaat HASIL KEBIJAKAN
3. Derajat perubahan yg a.Dampak pd
diinginkan masyarakat,
4. Letak pengambilan individu &
Tujuan Yang keputusan kelompok
Dicapai ? 5. Pelaksanaan program b.Perubahan &
6. Sumberdaya yg dilibatkan penerimaan
masyarakat
B.LINGKUNGAN IMPLEMENTASI
1. Kekuasaan, kepentingan &
PROGRAM AKSI & strategi
PROYEK INDIVIDU YG aktor yg terlibat
DIDESAIN & DIDANAI 2. Karakteristik lembaga &
penguasa
3. Kepatuhan & daya tanggap

Program yg
Mengukur
Dilaksanakan
Keberhasilan
Sesuai Rencana
HUBUNGAN ANTAR MODEL
ORGANISASI
1.Kejelasan & konsistensi “CHEEMA &
sasaran program
2.Pembagian fungsi antar RONDINELLI”
instansi yg pantas
3.Standardisasi prosedur
perencanaan, anggaran,
implementasi & evaluasi
4.Ketepatan, konsistensi & KARAKTERISTIK & KAPABILITAS
kualitas komunikasi antar PELAKSANA
instansi 1.Ketrampilan teknis,
KONDISI LINGKUNGAN 5.Efektivitas jejaring utk manajerial & politis petugas
1.Tipe sistem politik mendukung program 2.Kemampuan utk KINERJA & DAMPAK
2.Struktur pembuatan mengkoordinasi, mengontrol & 1.Tingkat
kebijakan mengintegrasikan keputusan sejauhmana
3.Karakteristik struktur 3.Dukungan & sumberdaya program dpt
politik lokal politik mencapai sasaran
4.Kendala sumberdaya 4.Sifat komunikasi inetrnal 2.Adanya
5.Sosio-kultural 5.Hub yg baik antara instansi perubahan
6.Derajat keterlibatan dg kelompok sasaran kemampuan
para penerima program SUMBERDAYA ORGANISASI 6.Hub yg baik antara instansi administratif pd
7.Tersedia infrastruktur 1.Kontrol thd sumber dana dg pihak di luar pem & NGO organisasi lokal
fisik yg cukup 2.Keseimbangan antara 7.Kualitas pemimpin instansi 3.Berbagai keluaran
pembagian anggaran & ybs & hasil yg lain
kegiatan program 8.Komitmen petugas thd
3.Ketepatan alokasi program
anggaran 9.Kedudukan instansi dlm
4.Pendapatan yg cukup utk hierarki sistem administrasi
pengeluaran
5.Dukungan pemimpin
politik pusat
6.Dukungan pemimpin
politik lokal
7.Komitmen birokrasi
MODEL “HOGWOOD & GUNN”

1. Kondisi eksternal yg dihadapi tidak akan menimbulkan


gangguan / kendala yg serius
2. Ketersediaan waktu & sumber-sumber yg memadai
3. Perpaduan sumber2 yg diperlukan benar2 tersedia
4. Kebijakan didasari oleh hubungan kausalitas yg andal
- pemahaman
- peluang
- sifat permasalahan PERFECT
5. Hubungan kausalitas bersifat langsung & hanya sedikit IMPLEMENTATI
mata rantai penghubungnya ON
6. Hubungan saling ketergantungan harus kecil
7. Pemahaman yg mendalam & kesepakatan thd tujuan
8. Tugas2 diperinci & ditempatkan dlm urutan yg tepat
9. Komunikasi & Koordinasi
10.Pihak2 yg memiliki wewenang kekuasaan dpt
menuntut & mendapatkan kepatuhan yg sempurna
(otoritas)
Model “goggin”
Independent Intervening Dependent
Variables Variables Variables

Feed-
Federal level
back
induscements
and constrains
State State
Capacity Implementati
on
State
Decisional
Outcome

State and
Local level
Induscements (Feed-back)
and
Constrains
model “elmore, et-all”
• Dikembangkan oleh Richard Elmore, Michael Lipsky dan
Benny Hjern & David O’Porter
• Dimulai dari identifikasi jaringan aktor yg terlibat dalam
proses (tujuan, strategi, aktivitas & kontak2 yg dimiliki)
• Didasarkan pd upaya mendorong masyarakat utk
“mengerjakan sendiri” implementasi kebijakannya atau
tetap melibatkan pejabat pemerintah, namun pada tataran
yg rendah
• Mengutamakan “prakarsa masyarakat”, baik secara
langsung maupun tidak langsung (melalui LSM-LSM)
Model “nakamura & smallwood”

POLICY
POLICY MAKERS
IMPLEMENTERS
ENVIRONMENT II
ENVIRONMENT I POTENTIAL
(POLICY–
(POLICY – FORMATION) BREAKDOWN
IMPLEMENTATION)

1. “CLASSICAL” TECHNOCRACY

a. Policy makers formulate


specific goals a. Implementers support
b. Policy makers delegate policy maker’s goal and a. Technical failures
technical authority to devise technical means of means
implementers to achieve to achieve these goals
goals

2. INSTRUCTED DELEGATION
Model “nakamura & smallwood”
( LANJUTAN )

2. INSTRUCTED DELEGATION

a. Policy makers formulate


a. Implementers support a. Technical failure
specific goals.
policy maker’s goals and of means
b. Policy makers delegate
negotiate administrative b. Negotiation
administrative authority
means among failures
to implementers to
themselves to achieve (complexity,
devise the means to
goals stalemate)
achieve goals

3. BARGAINING
a. Technical failure
a. Policy makers formulate of means
goals a. Implementers bargain b. Bargaining
b. Policy makers bargain with policy makers over failures
with implementers over goals and / or means to (stalemate, non
both goals and / or achieve goals implementation)
means to achieve goals c. Cooptation or
“cheating”
Model “nakamura & smallwood”
( LANJUTAN )

4. DISCRETIONARY EXPERIMENTATION
a. Policy makers support
abstract (undefined)
a. Technical failure
goals a. Implementers refine
of means
b. Policy makers delegate goals and means for
b. Ambiguity
broad discretionary policy makers
c. Cooptation
authority to
d. Un-accountability
implementers to refine
goals and means

5. BUREAUCRATIC ENTREPRENEURSHIP

a. Implementers formulate a. Technical failure


a. Policy makers support policy goals and means of means
goals and means to carry out goals and b. Cooptation
formulated by persuade policy makers c. Un-accountability
implementers to accept their goals d. Policy pre-
emption
Model “weimer & vining”
1. LOGIKA KEBIJAKAN
Isi dari suatu kebijakan / program
hrs
mencakup berbagai aspek yg
memungkinkan kebijakan dpt
diimplementasikan pd tataran
praktis

2. LINGKUNGAN TEMPAT KEBIJAKAN KEBERHASILA


Lingkungan sosial, politik, ekonomi, N
hankam, fisik & geografis IMPLEMENTASI

3. KEMAMPUAN IMPLEMENTOR
KEBIJAKAN
Tingkat kompetensi & ketrampilan
implementor serta kualitas &
komitmen pelaksana
Pemetaan Model
Top-
Down

MH
HG
GR
ED
Mekanisme MS Mekanisme
NS
Pasar Paksa
Ggn
(Economic (Command
and Control)
incentives)

RE

Bottom-
Up
• Tidak ada satu model terbaik, karena
setiap kebijakan publik memerlukan
model implementasi yang berlainan
terimakasi
h

You might also like