You are on page 1of 70

Dr Ketut Wiargitha SpB

Wound Management
L/O/G/O
LUKA : TERPUTUSNYA KONTINUITAS JARINGAN
Luka/vulnus

Vulnus Apertum
Vulnus Excoriatum
Vulnus
Sclopectorum
Vulnus
Amputationum
Vulnus Penetrans
Luka Sembuh

Tertutup Epitel !!!

Tanpa Parut atau dengan Parut


Penyebab Luka

Trauma
Pembedahan
Neuropatik
Gangguan Vaskuler
Penekanan
LUKA

TERPUTUSNYA KONTINUITAS JARINGAN


KLASIFIKASI LUKA:

Luka Akut: luka baru, mendadak dan penyembuhannya


sesuai waktu yang diperkirakan: Luka sayat, luka bakar,
luka tususk, crush injury
Luka Kronis: luka gagal sembuh pada waktu yang
diperkirakan, tidak berespon baik terhadap terapi dan
punya tendensi untuk timbul kembali : ulkus dekubitus,
ulkus diabet, ulkus varicosum dan juga luka bakar.
Akut Kronik
Luka Baru Melebihi waktu yang
Timbul Mendadak diperkirakan sembuh
Dapat diperkirakan Penyembuhan lambat atau
sembuhnya berhenti
Khas: luka sembuh primer Khas: luka sembuh sekunder
Contoh: Luka operasi dan luka Contoh: Ulkus dekubitus,
trauma ulkus diabetikum
PENYEMBUHAN LUKA

UPAYA MEMPERBAIKI KERUSAKAN YANG TERJADI


FASE I INFLAMASI:
VK, VD, AKUMULASI PMN, FIBRIN, MAKROFAG

FASE II PROLIFERASI. FIBROPLASI:


GRANULASI, KOLAGENASI, EPITELIALISASI

FASE III REMODELLING:


PEMATANGAN PARUT
KESEMBUHAN LUKA

Yang Menghambat Penyembuhan Luka :


• Usia
• Obesitas
• Status Nutrisi  defisiensi KH, Zn, Vit C, A, B
• Dehydration
• Blood Suply di daerah luka
• Respon Sistem Immun yang tidak adekuat
• Penyakit kronis  penyakit endokrin, D.M.,
Malignancies
• Radioterapi
Goals of Wound Care

• Facilitate hemostasis
• Decrease tissue loss
• Promote wound healing
• Minimize scar formation
Mechanism of Injury

• Wounds are caused by three different


types of forces
– Shear
– Compressive
– Tensile
Shear Forces

• Result from sharp objects


– Low energy
– Minimal cell damage
– Result in straight edges, little contamination
– Heals with a good result
Compressive Forces

• Result from blunt objects impacting the


skin at a right angle
– Results in stellate or complex laceration
– Ragged or shredded edges
– More prone to infection
Tensile Forces

• Result from blunt objects impacting the


skin at an oblique angle
– Results in triangular wound
– Sometimes produces a flap
– More prone to infection
Evaluation of Wounds

• ABC’s first  Always!


• Ensure hemostasis
– Saline gauze dressing
– Compression
• Remove obstructions
– Rings, clothing, other jewelry
• History
History

• Symptoms • Tetanus status


• Type of Force • Allergies
• Contamination • Medications
• Event • Comorbidities
• Potential for
foreign body • Previous scar
formation
• Function
• Non-accidental
trauma
Wound Examination

• Location • Vascular function


• Size • Tendon function
• Shape • Underlying
• Margins structures
• Depth • Wound
• Alignment with skin contamination
lines • Foreign bodies
• Neuro function
Debridemen Luka

• Luka Mulai dengan “Bersihkan”,


“dicuci”,dan ”debridemen”  dengan
menggunakan NaCL 0,9 % (saja),
sebanyak mungkin, dan membersihkan
adanya “Corpus Alienium” dan jaringan
nekrosis. Dilakukan secara sistematis
dari permukaan.
• Selama “debridement” , luka harus tetap
dibasahi (“Moisturizing”) jaringan
“Telanjang”.
Debridemen Luka

• Hemostasis harus “sempurna”  dokter harus


bisa bekerja baik dan bersih.
• “Corpus alenum” dan “jaringan nekrotik”
dibuang secara sistematis  tanda-tanda
jaringan yang masih viable?
• Jika diputuskan untuk “suturing”  memilih
“bahan jahit” yang digunakan  teknik jahit ?
 “Cellular response/immune response”
bahan atau benang jahit.
• Luka di approximasi dengan baik,”tidak ada
tension”,”kerapatan jahitan”(Mengganggu
Vaskularisasi)
Debridemen Luka

• Pilihan untuk “delayed primary suture”?


• Hindari “dead space”  Jika ada
approximasi atau “drain”
• Kekuatan luka pada kulit terletak pada 
dermis dan fascia  kedua struktur
jaringan ini harus dijahit. Sebaliknya
lemak tidak mempunyai “”kekuatan” dan
mempunyai “Vaskularisasi” yang buruk
 perlu dijahit ?
Wound Closure

• Primary closure
– Suture, staple, adhesive, or tape
– Performed on recently sustained lacerations: <12
hours generally and <24 hours on face
• Secondary closure
– Secondary intent
– Allowed to granulate
• Tertiary closure
– Delayed primary (observed for 4-5 days)
Suture Material

• Absorbable
– Chromic gut
– Vicryl
– PDS II
• Non-Absorbable
– Silk
– Prolene
– Dermalon
• Monofilament vs. braided
Staples, Adhesives & Tape

• Staples
– Quick, poor aesthetic result
• Adhesives
– Dermabond- painless, petroleum dissolves
• Tape
– Steri-strips
Wound Closure

• Undermine the wound edges


– Release tension
Suture Techniques

• Deep layer
approximation
– Absorbable sutures
– Buried knot
– Serves two purposes
• Closes potential
spaces
• Minimizes tension on
the wound margins
Skin Closure

• Key – wound edge eversion


• “Approximate, don’t strangulate”
• Anticipate wound edema
• Choose appropriate size of suture for
location of laceration
Suture Techniques

• Simple Interrupted
– Used on majority of wounds
– Each stitch is independent
Suture Techniques

• Simple Continuous
– Useful in pediatrics
• Rapid
• Easy removal
– Provides effective hemostasis
– Distributed tension evenly along length
– Can also be locked with each stitch
Suture Techniques

• Horizontal Mattress
– Useful for single-layer closure of lacerations
under tension
Horizontal Mattress
Suture Techniques

• Vertical Mattress
– Useful for everting skin edges
– “Far-far-near-near”
Vertical Mattress
Suture Techniques

• Purse-string
– Useful for stellate lacerations
Suture Techniques

• Instrument tie
Apa yang harus
digunakan jika
luka kering atau
jaringan nekrotik?

Tujuan Perawatan

Debridemen
Memberikan kelembaban
Bagaimana menangani
luka yang berexudate?

Tujuan Perawatan

Menangani exudate
Melindungi kulit sekitar luka
Bagaimana menangani
luka yang bersih dan
tanpa cairan?

Tujuan Perawatan

 Lindungi luka
 Meningkatkan proses granulasi dan
epitalisasi
Apa yang dapat saya
gunakan untuk luka
yang berbau?

Tujuan Perawatan

 Menangani bau dgn pembalut yang


menyerap bau.
 Jika luka terinfeksi, obati infeksi.
Pembalutan luka

Fungsinya :
• Proteksi, dari invasi bakteri (24 jam)
• Menekan, mencegah perdarahan.
• Absorbsi ( darah, transudat, exudat)
• Rasa aman , tidak takut melihat luka/ benang
jahit
• Membatasi gerak
• Memonitor perdarahan , exudasi, pus
Teknik membalut pasca bedah

• Semua tepi tertutup oleh plester perekat


• “Bandage” harus cukup tebal
• Alat perekat harus sesuai dengan axis
sendi terdekat , atau tegak lurus dengan
garis tarikan kulit
• Teknik pembalut dibuka minimal setelah
24 jam (Luka mengalami “Sealed Off”)
Teknik membalut pasca bedah

• Pada luka dengan resiko infeksi yang


besar diganti sesering mungkin.
• Pada luka dengan resiko infeksi sangat
kecil dapat diganti > 24 jam
• Pada pergantian balutan ,perhatikanluka
operasi (merah, bengkak, keluar cairan?)
• Perhatikan kain pembalut untuk (darah,
cairan kekuningan, pus dsb)
Perawatan luka

• Luka dapat dibersihkan dengan NaCl


0,9%, H202 1%, Alkohol 95%, betadine
dsb
• Luka dapat ditutup dengan : kering, tulle,
betadine, antibiotika ointment dsb
• Luka basah rawat dengan basah
(kompres), luka kering rawat dengan
ointment
Perawatan luka

• Luka operasi dapat dirawat terbuka :


• Pada operasi leher kepala :luka operasi
dirawat terbuka setelah 24 jam
• Pada luka operasi ditempat lain : setelah
48 jam
• Tergantung dokter sendiri
Luka pasca bedah

• Amati adanya perdarahan pada “kain


pembalut”
• Jika banyak dan aktif : perhatikan ada
tidaknya “drain”!
• Jika drain  perdarahan  lapor
• Lihat keadaan lapangan operasi !
:perdarahan, bengkak,oedematous
• Perhatikan daerah operasi dileher 
pembengkakan  obstruksi nafas
drain pasca bedah

• Drain terbuka : drain sarung tangan,


drain penrose  hanya boleh terpasang
24 jam
• Drain tertutup : Redon drain, boleh
terpasang sampai 14 hari, tergantung
sterilitas, dan macam drain yang
terpasang
Drain pasca bedah

Fungsinya:
• Drainage “Dead Space”
• Drainage pus,exudat
infeksi/pembedahan dengan pus / infeksi
• Monitor adanya perdarahan yang aktif
• Monitor terhadap kemungkinan
kebocoran anastomosis usus, dll
• Drainage agar terjadi “symphysis” kulit
dan lapangan operasi
Asal cairan drain

• Oozing lapangan operasi  jernih dan


serous
• Jika > 12 jam darah segar  perdarahan
aktif
• Jumlah sangat tergantung lapangan
operasi dan jenis pembedahan : rata-
rata tidak lebih dari 100 cc
• Perhatikan produk yang tidak
semestinya!
perawatan drain pasca bedah

• Lubang keluar drain harus terus tertutup


• Drain harus dirawat setiap hari, crusta
dan benang drain harus terus
dibersihkan setiap hari
• Drain harus diputar-putar agar tidak
terjadi perlekatan
Produksi dari drain

• Perhatikan kualitas cairan yang keluar!


Darah, pus, empedu, urine  catat
• Perhatikan kwantitas yang keluar, dan
korelasikan dengan tempat posisi drain
• Perhatikan jika produk yang keluar
tidaklah seharusnya.
Wound Diagnostic 1

Wound Preparation

Bacterial Control Non vital tissue management Exudat management

antibiotic Debridement Absorptive Product 2

Wound well prepared

Wound closing

Primer Secunder Graft Flap


3
Wound healing
Luka nekrotik Luka infeksi Luka sloughy

Luka fungating Luka granulasi Luka epitelialisasi

Luka sayat Luka bakar Luka bakar


Pulsasi +

angiitis

Gangren-nekrosis

Penyakit Buerger
Mal-perforant

Kaki diabetik
C6 ESAD4-5PR
“LIPODERMATOSKLERODISTROFIA”
NEKROTOMI
Fistula ?
Mal perforant :
Wagner-III
(osteomyelitis !)
Luka CVI + diabetes dirawat sendiri
2 minggu dgn antiseptik
Perawatan awal : nekrotomi
Luka setelah 2 x perawatan
@ 5 hari ( 10 hari )
Angiopati diabetik : “kaki diabetik” (diabetic foot) perawatan
sekuential (dimulai dengan NEKROTOMI/MUTILASI) dan
pemakaian wundres selama 5X @ 3 hari (2 minggu)

You might also like