You are on page 1of 37

BAHAN KULIAH

KEBIJAKAN KRIMINAL

OLEH :
Dr. Hj. NASHRIANA,SH.M.Hum.

PROGRAM PASCASARJANA
ILMU HUKUM
PENGERTIAN
• Dalam arti sempit : keseluruhan asas dan metode yg
mjd dsr dr reaksi thd plnggrn hkm yg berupa pidana
• Dalam arti luas : keseluruhan fungsi dr aparatur
penegak hkm, termasuk di dlmnya cara kerja dr
pngdln dan polisi;
• Dalam arti paling luas (diambil dr Jorgen Jepsen) :
keseluruhan kebijakan, yg dilakukan melalui per-uu-
an dan badan-badan resmi, yg bertujuan unt
menegakkan norma-norma dlm masy (Soedarto)
Soedarto:
suatu usaha yg rasional dr masy dlm menanggulangi kejht

The rational organization of the control of crime


By society
(Marc Ancel)

G.P. Hoefnagels
• Criminal policy is the science of responses
• Criminal policy is the science of crime prevention
• Criminal policy is a policy designating human behavior as crime
• Criminal policy is a rational total of the responses to crime
Ruang Lingkup Kebijakan
Kriminal
Social welfare policy

Social policy goal

Social defence policy

penal
Criminal policy
Non Penal
CRIMINAL POLICY LAW ENFORCEMENT SOCIAL POLICY
POLICY

Influencing view of society Criminal Law Appli- Prevention without


On crime and punishment cation (practical punishment
(mass media) criminology)

- adm.of crim.justice in - soc.policy


narrow sense : - community planning mental
- crim. legislation health
- crim jurisprudence - nat. mental health
- crim process in wide child welfare
Sense - administrative & civil law
- sentencing
- forensic psychiatry and
Psychology
- forensic social work
- crime, sentence execution
And policy statistic
Hubungan Kebijakan Kriminal
dengan Kebijakan Sosial

Social welfare policy

Social policy goal

Social defence policy

penal
Criminal policy
Non Penal
Seperti yg diungkapkan dlm laporan khusus latihan ke – 34
UNAFEI Tokyo 1973

Most of group members agreed some discussion that “protection of the society”
Could be accepted as the final goal of criminal policy, although not the ultimate
Aim of society, which might perhaps be described by the term like “happiness
of citizen”, “a wholesome and cultural living”, “social welfare” or “eguality”
Tujuan kebijakan kriminal

Tujuan akhir
Perlindungan masyarakat

Tujuan utama
Mencapai kesejahteraan masyarakat
Kebijakan integral dalam penanggulangan
kejahatan

• Ada keterpaduan (integralitas) antara politik


kriminal dengan politik sosial

• Ada keterpaduan (integralitas) antara upaya


penanggulangan kejahatan dengan penal
dan non-penal
Penegasan penangglg kjht
diintegrasikan dg keb sosial dan
perencanaan pemb nas
• Soedarto : apbl HP hendak dilibatkan dlm usaha
mengatasi segi2 negatif dr perkemb masy, hendaknya
hrs dilihat dlm hub keseluruhan pol kriminal atau
soc.defence planning, dan inipun hrs mrp bag
integral dr rencana pemb nas
• Kongress PBB ke-4 th 1970 : any dichotomy between
a country’s policies for social defence and its
planning for national development was unreal by
definitions
Ada penegasan,
• Pemb itu sendiri pd hakekatnya memang tdk bersifat
kriminogen, khususnya apbl hasil2 itu didistribusikan
sec pantas dan adil kpd semua rakyat serta
menunjang seluruh kondisi sosial
• Pemb dpt bersifat kriminogen apabila :
. Tdk direncanakan sec nas
. Perencanaannya timpang atau tdk seimbang
. Mengabaikan nilai2 kultural dan moral
. Tdk mencakup strategi perlindungan masy yg
integral
Social defence policy

Pelopor : F.Grammatica & Marc Ancel

Tujuan : The Prevention of Crime and the treatment


of offenders
Ada 2 konsepsi

Konsepsi radikal :
- the fight againts punishment (F. Gramatica)
(menolak konsepsi TP, Penjahat, Pidana)

Konsepsi moderat (Marc Ancel)


. Tetap mempertahankan sistim HP. Tapi tdk digunakan
dg tekhnis yuridis yg lepas dr kenyataan sosial
. Kjht adl a human and social problem yg tdk dpt
Dipaksakan dimasukkan dlm perundangan
. Kebijakan pidana bertolak pd konsepsi pertanggung-
Jawaban yg bersifat pribadi
Kebijakan Hukum Pidana
(Penal Policy)

istilah

Kebijakan  Policy (Ingg) or politiek (Bld)

Kebijakan/politik HP  penal policy;


criminal law policy; or
strafrechtspolitiek
Pengertian
Marc Ancel :
Suatu ilmu sekaligus seni yg pd akhirnya memp tuj praktis unt
Memungkinkan prtr H.Positif dirumuskan sec lbh baik dan unt
Memberi pedoman tdk hanya kpd pembuat UU, ttp jg kpd pengdl
Yg menerapkan UU dan jg kpd pelaksana put pgdl

A.Mulder :
1. Seberapa jauh ketentuan2 pid yg berlaku perlu dirubah atau
Diperbaharui
2. Apa yg dpt diperbuat unt mencegah TP
3. Cara bgm penyidikan, penuntutan, peradilan, dan pelaksanaan
Pid hrs dilaksanakan

Bertolak dr teori sistim HP (Marc Ancel), terdiri :


a. peraturan-2 HP dan sanksinya
b. Suatu prosedur HP
c. Suatu mekanisme pelaksanaan (pid)
Soerjono Soekanto :
Tindakan memilih nilai-2 dan menerapkan nilai-2 tsb dlm
Kenyataannya.
Upaya unt sec rasional mengorganisasikan reaksi-2 sosial thd
Delinkuensi dan kjht

Soedarto :

Politik Hukum

a. usaha unt mewujudkan prtr yg baik sesuai dg keadaan


dan situasi pd suatu saat
b. Kebijakan dr neg melalui badan-2 yg berwenang unt menetap-
Kan prtr-2 yg dikehendaki yg diperkirakan bisa digunakan unt
Mengekspresikan apa yg terkandung dlm masy dan unt mencapai
Apa yg dicita-citakan

PHP berarti mengadakan pemilihan unt mencapai hasil per-uu-an


Pid yg paling baik d.a. memenuhi syarat keadilan dan dayaguna
Ruang lingkup PHP

mengejawantah

Penegakan HP yg rasional, melalui tahapan :

1. Tahap Formulasi
2. Tahap Aplikasi
3. Tahap Eksekusi

Tahap konkretisasi dlm PHP


Tahap Formulasi : tahap penegakan HP oleh badan pembuat UU.
Disebut jg sbg tahap Kebijakan Legislatif

Tahap Aplikasi : tahap penegakan HP oleh aparat penegak hukum


Mulai dr Kepolisian sampai Pengadilan.
Disebut jg sbg tahap Kebijakan Yudikatif

Tahap Eksekusi : tahap penegakan (pelaksanaan) HP sec


Konkrit oleh aparat pelaksana pidana.
Disebut jg sbg tahap Kebijakan Eksekutif/Adminstrasi
Tahap konkretisasi dlm PHP

Tahap formulasi

kriminalisasi

tindak pidana sanksi


KAPAN DIKATAKAN SEBAGAI
PERBUATAN/tindak PIDANA

kriminalisasi

Sosiologis
landasan Filosofis
politik
adaptif
Landasan Adaptf
• UU No. 10/2014 ttg PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE
SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI
INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN TERORISME NUKLIR)
• Landasannya :
• bahwa tujuan Pemerintah Negara Indonesia sebagaimana tertuang dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial;

• Bahwa Pemerintah Indonesia sebagai bagian dari masyarakat
internasional berkomitmen untuk mendukung upaya
penanggulangan tindakan terorisme, khususnya terorisme
nuklir;
• bahwa tindak pidana terorisme nuklir merupakan kejahatan
internasional yang menimbulkan bahaya terhadap keamanan
dan perdamaian dunia serta kemanusiaan dan peradaban
sehingga pencegahan dan pemberantasannya memerlukan
kerja sama antarnegara

Landasan Adaptf

• UU No. 10 TAHUN 2012 ttg PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE


CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE SALE OF CHILDREN,
CHILD PROSTITUTION AND CHILD PORNOGRAPHY (PROTOKOL OPSIONAL
KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI
ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK)
• LANDASAN :
• bahwa anak mempunyai hak untuk dilindungi dari eksploitasi ekonomi
dan bekerja pada pekerjaan yang membahayakan atau mengganggu
pendidikan anak, merusak kesehatan fisik, mental, spiritual, moral, dan
perkembangan sosial anak;
• bahwa kegiatan penjualan anak, prostitusi anak, dan pornografi anak
merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan yang harus diberantas;
• bahwa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional harus turut
serta secara aktif dalam rangka mencegah, memberantas, dan
menghukum pelaku tindak pidana penjualan anak, prostitusi anak, dan
pornografi anak yang diwujudkan dalam Optional Protocol to the
Convention on the Rights of the Child on the Sale of Children, Child
Prostitution and Child Pornography (Protokol Opsional Konvensi Hak-hak
Anak mengenai Penjualan Anak, Prostitusi Anak, dan Pornografi Anak);
Kriminalisasi,
memperhatikan:
• Penggunaan hp harus
memperhatikan tujuan nasional
• Perbuatan yg dicegah dan
ditanggulangi dg hp harus tdk
dikehendaki ( merugikan)
• Memperhitungkan biaya dan hasil
• Menghindari overbelasting
Yang dihindari

• Krisis kelebihan kriminalisasi (the crisis


of overcriminalization) : banyaknya atau
melimpahnya jumlah kejahatan
• Krisis kelampauan batas dari pidana (the
crisis of overreach of the criminal law) :
pengendalian kejahatan dengan tidak
menggunakan sanksi pidana yang efektif
Dekriminalisasi/Depenalisasi

Berdasarkan alasan :

praktis moral filosofis


Dekriminalisasi & depenalisasi Over criminaliza
Tion

The misuse of
Criminal sancttion

Eropah

moralstatutes

Illness statutes

Nuisance statutes
Karena itu, ada limiting prinsipless sbg
ukuran penggunaan HP (Nigel
Walker )

• Prohibitions should not be included in the criminal law for the sole purpose of
insuring that breaches of them are viseted with retributive punishment;
• The criminal law should not be used to penalize behavior which does no harm
• The criminal law should not be used to achieve a purpose which can be achieved
as effectively at less cost in suffering.
• The criminal law should not be used if the harm done by the penalty is greater
than the harm done by the offence.
• The criminal law should not be used for the purpose of compelling people to act in
their own best interests
• The criminal law should not include prohibitions which do not have strong public
support
• A prohibition should not be included in the criminal law if it is unenforceable
H.L.Packer dlm “the limits of criminal sanction” :

1. The criminal sanction is indispensable; we could not, now or


in the foreseeable future, get along without it
2. The criminal sanction is the best available device we have for
dealing with gross and immediate harms and threats of
harm
3. The criminal sanction is at once prime guarantor and prime
threatening of human freedom. Used providently and
humanely, it is guarantor; used indiscriminately and
coercively, it is threatening
limiting prinsipless

Harus
Dilakukan

Pendekatan-Pendekatan
Dalam Penal Policy
Pendekatan-Pendekatan Dalam
Penal Policy
• Policy-oriented aproach sekaligus
value-oriented approach
• Pendekatan ekonomis
• Pendekatan Humanistik
• Pendekatan Fungsional
Pendekatan Kebijakan
• Sebagai bag dr keb Sosial : mrp bag dr upaya
unt mengatasi masalah2 sosial dlm rangka
mencapai tuj nasional
• Seb bag keb Kriminal : mrp bag dr upaya
perlindungan masy
• Seb bag dr keb Penegakan Hk : mrp upaya
memperbaharui substansi hk dlm upaya lbh
mengefektifkan penegakan hk
Pendekatan nilai
• Hrs jg dipertimbangkan krn kalau hanya pend
keb, konsekuensinya : bersifat pragmatis dan
kuantitatif serta tdk memberi kemungkinan
masuknya faktor-faktor subjektif (Sebaliknya,
berakibat hanya emosional saja)
• Bermaksud membantu dlm mlkn re-orientasi
dan re-evaluasi nilai-nilai sosial politik, sosio
filosofik dan sosio kultural
Pendekatan Ekonomis
• Tdk hanya dimaksudkan unt mempertimbangkan
antara biaya dan hasil, ttp jg mempertimbangkan
efektivitasnya
• Dikatakan sebagai alat pencegah yang ekonomis,
menurut Ted Honderich apabila : pid itu sungguh2
mencegah; tdk menyebabkan timbulnya keadaan yg
lbh berbahaya/merugikan drpd yg akan terjadi apbl
pid itu tdk dikenakan; tdk ada sanksi lain yg dpt
mencegah lbh efektif dg bahaya/kerugian yg lbh kecil
Pendekatan Humanistik
• Krn kejahatan adl mrp masalah kemanusiaan
• Tdk hanya diartikan bahwa pid yg dijatuhkan
hrs sesuai dg nilai2 kemanusiaan yg beradab;
ttp jg hrs membangkitkan kesadaran akan
nilai2 kemanusiaan dan nilai2 pergaulan hdp
bermasyarakat
Pendekatan Fungsional

• Harus bersifat prospektif, menyangkut


keberlakuannya dlm masy
• Sangat terkait erat dg rasionalitas penegakan
hk melalui tahap formulatif. Aplikatif, dan
eksekutif

You might also like