Professional Documents
Culture Documents
ASKEP
G A NG G U A N
HYPOFISIS
BY: N u r s i s w a t i
Physiolog
y
CUSHING SYNDROM
Adalah:
kumpulan gejala akibat
peningkatan kadar
glukokortikoid dalam
darah
Etiolog
y
The most frequent cause of
Cushing's syndrome is iatrogenic,
as Cushing's syndrome is the
unavoidable consequence of
long-term glucocorticoid
treatment using more than 7.5
mg prednisone per day.
The most frequent cause of
endogenous Cushing's
syndrome is Cushing's disease
(CD), which is an ACTH
dependent hypercortisolism
linked to a pituitary
corticotroph adenoma.
This adenoma is often very
small, its diagnosis may require
bilateral inferior petrosal sinus
sampling and the first line
treatment of CD is
transsphenoidal surgery by an
expert neurosurgeon. The
second line treatments include
drugs that can act either on
the pituitary adenoma or on
adrenal steroidogenesis,
pituitary radiotherapy or
bilateral adrenalectomy.
Assessment
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6244780/
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0755498214
000967?via%3Dihub
ASKEP PASIEN DM
• By : NURSIS
THEN
now
THEN
Diagnosis
Now
Penyebab Resistensi Insulin
www.mcpce.com/programs/ashp_web/index.html
Resistensi Insulin ?
KOMPLIKASI DIABETES
KOMPLIKASI DIABETES
• 1. AKUT : HIPOGLIKEMIA & KETOASIDOSIS
• 2. KRONIK : MAKROANGIOPATI DAN
MIKROANGIOPATI; RETINOPATI, NEFROPATI,
NEUROPATI, ULKUS, DISFUNGSI EREKSI,
GASTROPARESIS DM.
RETINOPATI DIABETIK
• Retinopati diabetik diakibatkan oleh rusaknya
pembuluh darah yang mengaliri retina.Bentuk
kerusakan bisa bocor dan keluar cairan / darah
yang membuat retina bengkak atau timbul
endapan lemak/eksudat.
NEFROPATI DIABETIK
• Sekitar 20-40 % pasien diabetes akan mengalami
nefropati diabetik. Didapatkannya albuminuria
persisten pada kisaran 30-299 mg/24 jam
(albuminuria mikro) merupakan tanda dini dari
nefropati diabetik. Pasien diabetes yang disertai
dengan albuminuria mikro dan berubah menjadi
albuminuria makro (≥300 mg/24 jam), pada akhirnya
sering berlanjut menjadi gagal ginjal kronis stadium
akhir.
DISFUNGSI EREKSI
• Pria dengan DM dua kali lebih besar mengalami
disfungsi ereksi dibandingkan pria tanpa
• Prevalensi disfungsi ereksi pada pasien diabetes tipe
2, lebih dari 10 tahun cukup tinggi dan merupakan
akibat adanya neuropati otonom, angiopati dan
problem seks.
NEUROPATI DIABETIK
• Neuropati diabetes merupakan adanya tanda dan
atau gejala disfungsi saraf perifer setelah penyebab
lain disingkirkan. Neuropati tidak dapat didiagnosa
tanpa pemeriksaan klinik dan tidak adanya gejala
tidak berarti tidak adanya neuropati.
– NEUROPATI
• Neuropati sensorik menyebabkan hilangnya sensasi nyeri dan tekanan,
sedangkan neuropati autonom menyebabkan peningkatan kekeringan dan
fisura pada kulit (akibat penurunan produksi keringat). Neuropati motorik
menyebabkan atrofi muskular, yang menyebabkan perubahan bentuk kaki.
– PENYAKIT VASKULAR PERIFER
• Rendahnya sirkulasi darah (termasuk nutrisi, oksigen dan antibiotika) pada
ekstremitas bawah menyebabkan proses penyembuhan luka menjadi
terganggu dan dapat berkembang menjadi gangren.
– IMUNOKOMPROMAIS
• Hiperglikemia menganggu kemampuan leukosit untuk merusak bakteri.
PENGKAJIAN
• keluhan klasik DM: sering berkemih terutama
dirasakan pada malam hari, sering merasa haus,
sering merasa lapar, penurunan berat badan yang
tidak jelas sebabnya.
• Keluhan lain adalah badan lemas, kesemutan, gatal,
penglihatan kabur, gangguan ereksi pada pria,
keputihan, gatal di daerah kewanitaan pada wanita,
infeksi atau luka yang lama sembuh.
Pengkajian con’t
• Riw. DM pd kelg, Riw pola makan dan olga, riw
merokok.
• Riw Melahirkn bayi > 4 Kg pd wanita
• Riw psikososial spiritual : stress, masalah kelg,
mslh psikis cemas, takut, depresi, kehilangan
harapan, dll
• Pengkajian kaki (PEDIS)
» Lht form pengkajian
• Pada pemeriksaan diagnostik, akan diperiksa kadar
gula darah. Kriteria DM (Perkeni, Persatuan
endokrinologi indonesia ) adalah sebagai berikut :
• Kadar gula darah sewaktu = 200 mg/dl
• Kadar gula darah puasa = 126 mg/dl atau
• Kadar gula darah puasa = 110 mg/dl atau
• Kadar gula darah 2 jam sesudah tes toleransi glukosa
oral ( TTGO ) = 200 mg/dl
Pem. Diagnostik lain:
• HbA1c
• Rontgen pedis
• EKG
• Test monofilament (Semmens Weinstein 10gr)
• Test Vibrasi garputala : 128 Hz
• ABI manual dg dopler vaskuler/Elektrik
• Dopler kaki/Duplex scan kaki
• Profil Lipid
• USG Carotis
DIAGNOSA KEP.
• a. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan
dengan gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak.
• b. Potensial komplikasi diabetic ketoasidosis atau
hyperglycemic hyperosmolar nonketosis berhubungan dengan
inadekuat insulin dan peningkatan gula darah, sekunder
peningkatan intake kalori, stress fisik dan emosional, atau
diabetes tak terdiagnosa.
• c. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan system
imun, sirkulasi yang tidak adekuat, dan pathogen lingkungan.
• e. Inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik, diet, exercise
dan kontrol gula darah.
Tujuan Penatalaksanan Keperawatan Pada Pasien Diabetes (1)
Jangka pendek
Menyakinkan individu dan keluarga mereka serta
menghilangkan ketakutan melalui pemahaman
yang baik tentang diabetes
• Membina hubungan saling percaya antara
pasien dan tim diabetes
• Secara bertahap mencapai gula darah yang
terkontrol baik
Tujuan Penatalaksanan Keperawatan Pada Pasien Diabetes (2)
Jangka Panjang
Diterimanya diabetes sebagai bagian dari
kehidupan mereka dan diakuinya manajemen
diabetes yang berhasil sebagai bagian dari
kehidupan mereka
• Mampu mempertahankan kadar glukosa
darah, tekanan darah, HbA1C, lipids dan IMT
pada rentang yang diharapkan
Jangka Panjang
• Memodifikasi faktor-faktor risiko untuk mencegah
atau menghambat terjadinya komplikasi jangka
panjang dari diabetes dan kebutuhan akan
perawatan di rumah sakit
• Menepati perjanjian untuk edukasi/kunjungan
medik secara teratur
• Mendapatkan dukungan dan edukasi lanjutan dari
tim diabetes untuk mencapai ”self management”
• Mempertahankan kesejahteraan psikologis dan
kualitas hidup
Penatalaksanaan DM Tipe 2
Tatanan pelayanan
sekunder dan tertier
melalui ralan dan ranap
Pasien Diabetes
Tatanan pelayanan
primer/komunitas
Dunning, 2003
Penatalaksanaan DM Tipe 2
Sumber : PERKENI
Klasifikasi IMT
• IMT (indeks massa tubuh) = BB (kg)
TB (m)2
www.betacell.org/content/articles/print.php?aid=1
Penatalaksanaan DM tipe 2
Edukasi
Latihan fisik/OR
Monitoring
• Prinsip latihan jasmani pada pasien diabetes pada umumnya sama dengan
latihan jasmani biasa, seperti frekuensi, intensitas, time (durasi) dan jenis
latihan. Waspadji (2007) menyarankan latihan jasmani 3-4 kali seminggu selama
kurang lebih 30 menit, sifatnya continuous, rhytmical, interval, progressive,
endurance training (CRIPE). Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85%
denyut nadi maksimal
(220-umur), disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyerta. Misalnya,
olah raga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit, olah raga sedang
adalah berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga berat misalnya jogging.
Karakteristik Treatment
1. Penyusutan insulin/Insulin waning Peningkatan dosis insulin intermediate atau long acting pada sore
Peningkatan glukosa darah dari waktu tidur malam sampai pagi hari (predinner atau pada waktu tidur), atau memberikan dosis
hari insulin sebelum makan sore ketika seseorang yang tidak siap
dalam aturan terapi