You are on page 1of 45

Fracture

Kel 17 Hilda Salma


Definition
Fracture is a break in the continuity of a bone. (McCance)
Fracture is a break in the structural continuity of bone. (Apley)
Fracture is loss of bone integrity resulting from mechanical injury and/or
diminished bone strength. (Robbins)
Epidemiology
● The highest incidence of fractures occurs in young males (between ages 15 and 24 years) and
in adults 65 years of age and older.
● In a study of more than 158.000 people, fractures were most prevalent among black males
younger than age 65, whereas fractures in whites were highest in those age 65 and older.
● Fractures of healthy bones, particularly the tibia, clavicle and lower humerus, tend to occur
in young persons and are often usually caused by accidents in the workplace.
● The incidence of fractures of the upper femur, upper humerus, vertebrae and pelvis is highest
in older adults and is often associated with osteoporosis.
Etiology
Fractures are caused by :
1. Injury
2. Repetitive stress → Stress fracture
3. Abnormal weakening of the bone → Pathological fracture
Fractures due to Injury

Direct force (direct injury), bone breaks at


the point of impact, soft tissue are also
damaged. A direct blow usually splits the
bone transversely. Damage to the
overlying skin is common. If crushing
occurs or in high-energy injuries, the
fracture pattern will be comminuted with
extensive soft-tissue damage.

(a) Spiral pattern (twisting


(b) Short oblique pattern (compression)
(c) Triangular ‘butterfly’ fragment (bending, the fragment shows the direction of the force)
(d) Transverse pattern (tension)
Fractures due to Injury

With indirect force (indirect injury), the


bone breaks at a distance from where the
force is applied, soft-tissue damage at the
fracture site is not inevitable.

(a) Spiral pattern (twisting)


(b) Short oblique pattern (compression)
(c) Triangular ‘butterfly’ fragment (bending, the fragment shows the direction of the force)
(d) Transverse pattern (tension)
Fatigue of Stress Fractures
Occur in normal bone which subjected to repeated heavy
loading, typically in athletes, dancers or military personnel
who have grueling exercise programmes or when the
intensity of exercise is significantly increased from
baseline.

A similar problem exists in individuals who are on


medication that alters the normal balance of bone resorption
and replacement (steroids or methotrexate).
Pathological Fractures
Fractures may occur even with normal stresses if the bone has
been weakened by a change in its structure (osteoporosis,
osteogenesis imperfecta or Paget’s disease) or through a lytic
lesion (bone cyst, metastasis).
Fractures Classification
Complete Fracture → the bone is split into two or more fragments.

Incomplete Fractures → the bone is incompletely divided and the periosteum remains in continuity.
Fractures Classification
Tibia Fibula Fracture (patient)
Closed Fracture
Classification

You can give a brief description of the


topic you want to talk about. For
example, if you want to talk about
Mercury, you can say that it’s the
smallest planet in the Solar System
Bone Healing

Healing by Direct Union (primary bone healing)


If the fracture site is absolutely stable, there is no
stimulus for callus. Gaps between the fracture
surfaces are invaded by new capillaries and
osteoprogenitor cells growing and differentiate
into osteoblasts and new bone formation occurs
directly between the fragments (gap healing).
Bone Healing

Healing by Callus (Secondary bone healing


1. Hematoma formation

Immediately after fracture, rupture of


blood vessels results in hematoma, which
fills the fracture gap and surrounds the
area of bone injury.
Bone Healing

Healing by Callus (Secondary bone healing


2. Inflammation

Starts rapidly when the fracture


hematoma forms and cytokines are
released, and last until fibrous tissue,
cartilage, or bone formations begins (1-
7d post-fractures). Osteoclasts are
formed to remove the necrotic ends of
bony fragments.
Bone Healing

Healing by Callus (Secondary bone healing


3. Soft callus formation

After 2-3w, the first soft callus is formed.


Growth factor expression activate
osteoprogenitor cells in periosteum,
medullary cavity and surrounding soft
tissues and stimulate osteoclastic +
osteoblastic activity and progenitor cell
differentiation into chondrocyte → make
fibrocartilage and hyaline cartilage.
Bone Healing

Healing by Callus (Secondary bone healing)


4. Hard callus formation

After 2w. When the fracture ends are


linked together, the hard callus starts and
lasts until the fragments are firmly united
(3-4mo). Activated osteoprogenitor cells
deposit woven bone. And newly formed
cartilage undergoes endochondral
ossification.
Bone Healing

Healing by Callus (Secondary bone healing


5. Remodelling

Remodelling reduces the size of the callus


until the shape and outline of the fractured
bone are reestablished as lamellar bone.
This process can lasts from a few months-
several years.
Manifestasi Klinis
Ø Secara umum, Sign &symptom fraktur:

- Impaired function

- Unnatural alignment (deformity)

- Swelling

- Muscle spasm

- Tenderness

- Pain

- Impaired sensation.
Diagnosis
Anamnesis
- Mengetahui history pasien.
- Apakah fraktur diakibatkan oleh injury?
- Ataukah karena sering mendapat beban berat yang berulang?
- Tanyakan tentang gejala injury terkait: nyeri dan bengkak di tempat lain,
numbness or loss of movement, skin pallor or cyanosis, darah dalam
urin,abdominal pain, kesulitan bernafas, kehilangan kesadaran sementara.
- Setelah keadaan darurat ditangani, tanya mengenai injury sebelumnya atau
kelainan muskuloskeletal lainnya. .
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Menggunakan konsep Look-Feel-Move:

•Look

Melihat apakah ada pembengkakan, memar, deformitas, atau kulit robek atau tidak.

•Feel

Dilakukan palpasi pada bagian yang terkena injury untuk melihat apakan ada tenderness,
merasakan denyut pada ujung distal fraktur dan menguji sensasi.

•Move

Mengidentifikasi apakah pasien dapat menggerakan sendi bagian distal dari fraktur → apakah
terdapat crepitus atau pergerakan abnormal.
Diagnosis
X-Rays dan CT-
scan
Pemeriksaan x-ray ini wajib dilakukan. Dengan “Rules of Two”
•Two view : diambil dari arah yang berbeda, misalnya anteroposterior dan lateral.
•Two joint : sendi bagian atas dan bawah dari fraktur harus ada dalam hasil x-ray.
•Two limb : diambil dari 2 sisi ekstremitas yang berbeda, yang 1 yang terkena injury dan yang 1
lagi yang normal.
•Two injury : diambil dari 2 daerah berbeda, yang 1 yang daerah injury (primer) dan yang 1 lagi
daerah yang mungkin terjadi injury (sekunder).
•Two occasions : diambil dalam waktu yang berbeda.

Dapat juga dilakukan :


CT-scan → dilakukan untuk fraktur yang kompleks atau sulit tervisualisasi.
Dfferential Diagnosis
•Osteomyelitis
•Compression fracture
•Connective tissue disease
•Malignancy
Treatment
Perawatan fraktur terdiri dari manipulation untuk meningkatkan posisi fragmen,
diikuti oleh splintage untuk menyatukannnya; sedangkan gerak dan fungsi sendi
harus dipertahankan.
Metode:
1. Reduce.
2. Hold.
3. Exercise
A.Reduction
- Reduksi harus bertujuan untuk aposisi yang memadai dan
keselarasan normal dari fragmen tulang.
- Beberapa keadaan dimana reduksi tidak diperlukan:
1. Ketika ada sedikit/ tidak ada perpindahan
2. Ketika perpindahan tidak menjadi permasalahan pd awalnya
3. Ketika reduksi tidak mungkin berhasil.

A.CLOSED REDUCTION
Di bawah anestesi yang tepat dan relaksasi otot, raktur
dikurangi dengan three-fold manoeuvre:
(1)bagian distal ekstremitas ditarik pada garis tulang;
(2) saat fragmen terlepas, mereka direposisi
(3) Alignment disesuaikan
B. OPEN REDUCTION
INDIKASI:
(1) ketika reduksi tertutup gagal, baik karena kesulitan dalam mengontrol fragmen
atau karena jaringan lunak berada di antaranya;
(2) ketika ada fragmen artikular besar yang perlu posisi akurat
(3) untuk fraktur traksi (avulsi) di mana fragmen terpisah
B. Retaining (holding) Reduction
Beberapa pembatasan gerakan adalah diperlukan untuk mempromosikan
penyembuhan jaringan lunak dan untuk memungkinkan gerakan bebas dari
bagian yang tidak terpengaruh.
Beberapa metode holding reduction yang tersedia:
A. Continuous traction.
B. Cast splintage
C. Functional bracing.
D. Internal fixation.
D. External fixation
Continous Traction
- Traksi diterapkan pada ekstremitas distal dari fraktur.
- Traksi digunakan untuk mencapai atau mempertahankan reduksi.
Ketika fragmen tulang dipindahkan (tidak dalam posisi
anatomisnya), beban digunakan untuk menerapkan traksi (tarik)
yang kuat dan mantap dan kontratraksi ke sumbu panjang tulang.
- Traksi meregangkan dan melelahkan otot yang menarik fragmen
tulang keluar dari tempatnya, memungkinkan fragmen distal sejajar
dengan fragmen proksimal.
- Traksi dapat diterapkan pada kulit (traksi kulit), langsung ke tulang
yang terlibat, atau distal ke tulang yang terlibat (traksi skeletal)
Functional Bracing
Menggunakan plester atau salah satu bahan termoplastik yang lebih ringan, adalah salah satu cara untuk mencegah
kekakuan sendi sambil tetap memungkinkan fracture splintage and loading.

Internal Fixation
Fragmen tulang dapat difiksasi dengan screws/sekrup, pelat logam yang dipegang dengan sekrup, batang atau paku
intramedulla yang panjang (dengan atau tanpa sekrup Indikasi yang paling penting adalah:

- patah tulang yang tidak dapat direduksi kecuali dengan operasi


- fraktur yang secara inheren tidak stabil dan cenderung bergeser kembali setelah reduksi
- fraktur patologis di mana penyakit tulang dapat menghambat penyembuhan
- fraktur multipel di mana fiksasi dini (baik dengan fiksasi internal atau eksternal) mengurangi risiko komplikasi
umum dan kegagalan organ multisistem lanjut
- fraktur pada pasien yang mengalami kesulitan keperawatan
External Fixation
Fraktur dapat ditahan dengan memasang sekrup yang melewati tulang di
atas dan di bawah fraktur dan dipasang pada kerangka eksternal.
Indikasi:

- Fraktur yang berhubungan dengan kerusakan jaringan lunak yang


parah,fraktur yang terkontaminasi, di mana fiksasi internal berisiko
- Fraktur di sekitar sendi yang berpotensi cocok untuk fiksasi internal
tetapi jaringan lunak terlalu bengkak untuk memungkinkan operasi
yang aman
- Pasien dengan cedera multipel yang parah
- Fraktur yang tidak menyatu, yang dapat dieksisi dan dikompresi
- Fraktur yang terinfeksi, yang mungkin tidak cocok untuk fiksasi
internal.
C. Exercise
- Mengembalikan fungsi, tidak hanya untuk bagian yang terluka tetapi
juga pasien secara keseluruhan.
- Tujuannya:
•untuk mengurangi edema
•mempertahankan gerakan sendi
•memulihkan kekuatan otot
•membimbing pasien kembali ke aktivitas normal
Komplikasi
A. Komplikasi Umum

Blood loss, shock, fat embolism, cardiorespiratory failure

B. Komplikasi Lokal

- Early

Early complications dapat muncul sebagai bagian dari


primary injury atau mungkin muncul hanya setelah
beberapa hari atau minggu.
Komplikasi
- Late

Reduksi yang tidak tepat atau imobilisasi tulang fraktur


dapat menyebabkan nonunion, delay union, atau
malunion.

1. Delayed union → penyatuan yang tidak terjadi


sampai kira-kira 8 sampai 9 bulan setelah patah
tulang.
2. Non-Union → kegagalan ujung tulang untuk
Bersatu
3. Malunion → Ketika fragmen bergabung dalam
posisi yang tidak memuaskan/tidak sesuai
Prognosis
•Prognosis baik apabila dilakukan treatment dengan benar. Bone healing
pada fraktur tergantung lokasi, tingkat keparahan, usia dan status nutrisi.

•Fraktur tertutup mungkin masih memerlukan pembedahan untuk


perawatan yang tepat, tetapi paling sering pembedahan ini tidak mendesak
dan dapat dilakukan dalam beberapa hari atau minggu setelah cedera.
References
● Robbins Basic Pathology 10th Edition
● Apley & Solomon’s System of Orthopaedics and Traume 10th Edition
● McCance Pathophysiology of the Biologic Basis for Disease in Adults and Children 7th Edition
● https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5213932/
● https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK45504/figure/ch2.f3/
BIP
Shahnaz Salma
PATMEK
BHP

•Menyelamatkan diri
•Merendahkan diri kepada Allah dengan berdoa untuk keselamatan dan kebaikan
sesuai dengan bencana yang terjadi
•Bila memungkinkan lakukanlah shalat sunnah mutlak dua rakaat secara sendirian
berdasarkan hadits tersebut sesuai ijtihad para ulama
§Melaksanakan Triage
§Melaksanakan tugas dokter sesuai dengan pembagian yang telah
dilakukan
ASPEK MEDIKOLEGAL
1. Undang-Undang Penanggulangan Bencana → UU RI No 24 Tahun 2007 → tindakan saat bencana)
- Pasal 2 : Penanggulangan bencana berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
RepublikIndonesia Tahun 1945.
- Pasal 3 :
(1) Penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 berasaskan:
A.kemanusiaan;
b. Keadilan;
c. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
d. keseimbangan,keselarasan, dan keserasian;
e. ketertiban dan kepastian hukum;
f. kebersamaan;
g. kelestarianlingkungan hidup; dan
h. ilmu pengetahuan dan teknologi.
(2) Prinsip-prinsip dalam penanggulanganbencana - Pasal 4
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, yaitu:
Penanggulangan bencana bertujuan untuk:
a. cepat dan tepat;
a. memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman
b. prioritas; bencana;
c. koordinasi dan keterpaduan; b. menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada;
d. berdaya guna dan berhasil guna; c. menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, terkoordinasi,dan menyeluruh;
e. transparansi dan akuntabilitas;
d. menghargai budaya lokal;e. membangun partisipasi dan
f. kemitraan; kemitraan publik serta swasta;
g. pemberdayaan; f. mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan
h. nondiskriminatif; kedermawanan; dang. menciptakan perdamaian dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
i. nonproletisi.
2. Undang- Undang Kesehatan → UU No 36 Tahun 2009

- Pasal 32
(1) Dalam keadaan darurat, Fasilitas pelayanan kesehatan wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi
penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu.
(2) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.
- Pasal 53
(3) Pelayanan kesehatan harus mendahulukan pertolongan penyelamatan nyawa pasien dibandingkan kepentingan
lainnya
- Pasal 82 (Pelayanan pada kondisi darurat dan bencana)
(1) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya, fasilitas,
dan pelaksanaan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan pada bencana.
(2) Pelayanan kesehatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan kesehatan pada tanggap
darurat dan pascabencana.
(3) Pelayanan kesehatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) mencakup pelayanan kegawatdaruratan
yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan lebih lanjut.
(4) Pemerintah menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (1)
(5) Pembiayaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (4) bersumber dari anggaran pendapatan
dan belanja negara (APBN), anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), atau bantuan
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
- Pasal 83 (Pelayanan pada kondisi darurat dan bencana)
(1) Setiap orang yang memberikan pelayanan kesehatan pada bencana harus ditujukan untuk
penyelamatan nyawa, pencegahan kecacatan lebih lanjut, dan kepentingan terbaik bagi pasien.
(2) Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi setiap orang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
IIMC
Surat At Taghabun ayat 11
§" Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang
kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada
Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. "
§Surah Al Hadid ayat 22
“Setiap bencana yang menimpa di bumidan yang menimpa dirimu
sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh)
sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu
mudah bagi Allah.”
THANK
YOU
Do you have any questions?
If theres any wrong learning material in this ppt
please contact us.

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including


icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

You might also like