Professional Documents
Culture Documents
Incomplete Fractures → the bone is incompletely divided and the periosteum remains in continuity.
Fractures Classification
Tibia Fibula Fracture (patient)
Closed Fracture
Classification
- Impaired function
- Swelling
- Muscle spasm
- Tenderness
- Pain
- Impaired sensation.
Diagnosis
Anamnesis
- Mengetahui history pasien.
- Apakah fraktur diakibatkan oleh injury?
- Ataukah karena sering mendapat beban berat yang berulang?
- Tanyakan tentang gejala injury terkait: nyeri dan bengkak di tempat lain,
numbness or loss of movement, skin pallor or cyanosis, darah dalam
urin,abdominal pain, kesulitan bernafas, kehilangan kesadaran sementara.
- Setelah keadaan darurat ditangani, tanya mengenai injury sebelumnya atau
kelainan muskuloskeletal lainnya. .
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Menggunakan konsep Look-Feel-Move:
•Look
Melihat apakah ada pembengkakan, memar, deformitas, atau kulit robek atau tidak.
•Feel
Dilakukan palpasi pada bagian yang terkena injury untuk melihat apakan ada tenderness,
merasakan denyut pada ujung distal fraktur dan menguji sensasi.
•Move
Mengidentifikasi apakah pasien dapat menggerakan sendi bagian distal dari fraktur → apakah
terdapat crepitus atau pergerakan abnormal.
Diagnosis
X-Rays dan CT-
scan
Pemeriksaan x-ray ini wajib dilakukan. Dengan “Rules of Two”
•Two view : diambil dari arah yang berbeda, misalnya anteroposterior dan lateral.
•Two joint : sendi bagian atas dan bawah dari fraktur harus ada dalam hasil x-ray.
•Two limb : diambil dari 2 sisi ekstremitas yang berbeda, yang 1 yang terkena injury dan yang 1
lagi yang normal.
•Two injury : diambil dari 2 daerah berbeda, yang 1 yang daerah injury (primer) dan yang 1 lagi
daerah yang mungkin terjadi injury (sekunder).
•Two occasions : diambil dalam waktu yang berbeda.
A.CLOSED REDUCTION
Di bawah anestesi yang tepat dan relaksasi otot, raktur
dikurangi dengan three-fold manoeuvre:
(1)bagian distal ekstremitas ditarik pada garis tulang;
(2) saat fragmen terlepas, mereka direposisi
(3) Alignment disesuaikan
B. OPEN REDUCTION
INDIKASI:
(1) ketika reduksi tertutup gagal, baik karena kesulitan dalam mengontrol fragmen
atau karena jaringan lunak berada di antaranya;
(2) ketika ada fragmen artikular besar yang perlu posisi akurat
(3) untuk fraktur traksi (avulsi) di mana fragmen terpisah
B. Retaining (holding) Reduction
Beberapa pembatasan gerakan adalah diperlukan untuk mempromosikan
penyembuhan jaringan lunak dan untuk memungkinkan gerakan bebas dari
bagian yang tidak terpengaruh.
Beberapa metode holding reduction yang tersedia:
A. Continuous traction.
B. Cast splintage
C. Functional bracing.
D. Internal fixation.
D. External fixation
Continous Traction
- Traksi diterapkan pada ekstremitas distal dari fraktur.
- Traksi digunakan untuk mencapai atau mempertahankan reduksi.
Ketika fragmen tulang dipindahkan (tidak dalam posisi
anatomisnya), beban digunakan untuk menerapkan traksi (tarik)
yang kuat dan mantap dan kontratraksi ke sumbu panjang tulang.
- Traksi meregangkan dan melelahkan otot yang menarik fragmen
tulang keluar dari tempatnya, memungkinkan fragmen distal sejajar
dengan fragmen proksimal.
- Traksi dapat diterapkan pada kulit (traksi kulit), langsung ke tulang
yang terlibat, atau distal ke tulang yang terlibat (traksi skeletal)
Functional Bracing
Menggunakan plester atau salah satu bahan termoplastik yang lebih ringan, adalah salah satu cara untuk mencegah
kekakuan sendi sambil tetap memungkinkan fracture splintage and loading.
Internal Fixation
Fragmen tulang dapat difiksasi dengan screws/sekrup, pelat logam yang dipegang dengan sekrup, batang atau paku
intramedulla yang panjang (dengan atau tanpa sekrup Indikasi yang paling penting adalah:
B. Komplikasi Lokal
- Early
•Menyelamatkan diri
•Merendahkan diri kepada Allah dengan berdoa untuk keselamatan dan kebaikan
sesuai dengan bencana yang terjadi
•Bila memungkinkan lakukanlah shalat sunnah mutlak dua rakaat secara sendirian
berdasarkan hadits tersebut sesuai ijtihad para ulama
§Melaksanakan Triage
§Melaksanakan tugas dokter sesuai dengan pembagian yang telah
dilakukan
ASPEK MEDIKOLEGAL
1. Undang-Undang Penanggulangan Bencana → UU RI No 24 Tahun 2007 → tindakan saat bencana)
- Pasal 2 : Penanggulangan bencana berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
RepublikIndonesia Tahun 1945.
- Pasal 3 :
(1) Penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 berasaskan:
A.kemanusiaan;
b. Keadilan;
c. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
d. keseimbangan,keselarasan, dan keserasian;
e. ketertiban dan kepastian hukum;
f. kebersamaan;
g. kelestarianlingkungan hidup; dan
h. ilmu pengetahuan dan teknologi.
(2) Prinsip-prinsip dalam penanggulanganbencana - Pasal 4
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, yaitu:
Penanggulangan bencana bertujuan untuk:
a. cepat dan tepat;
a. memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman
b. prioritas; bencana;
c. koordinasi dan keterpaduan; b. menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada;
d. berdaya guna dan berhasil guna; c. menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, terkoordinasi,dan menyeluruh;
e. transparansi dan akuntabilitas;
d. menghargai budaya lokal;e. membangun partisipasi dan
f. kemitraan; kemitraan publik serta swasta;
g. pemberdayaan; f. mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan
h. nondiskriminatif; kedermawanan; dang. menciptakan perdamaian dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
i. nonproletisi.
2. Undang- Undang Kesehatan → UU No 36 Tahun 2009
- Pasal 32
(1) Dalam keadaan darurat, Fasilitas pelayanan kesehatan wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi
penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu.
(2) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.
- Pasal 53
(3) Pelayanan kesehatan harus mendahulukan pertolongan penyelamatan nyawa pasien dibandingkan kepentingan
lainnya
- Pasal 82 (Pelayanan pada kondisi darurat dan bencana)
(1) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya, fasilitas,
dan pelaksanaan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan pada bencana.
(2) Pelayanan kesehatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan kesehatan pada tanggap
darurat dan pascabencana.
(3) Pelayanan kesehatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) mencakup pelayanan kegawatdaruratan
yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan lebih lanjut.
(4) Pemerintah menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (1)
(5) Pembiayaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (4) bersumber dari anggaran pendapatan
dan belanja negara (APBN), anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), atau bantuan
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
- Pasal 83 (Pelayanan pada kondisi darurat dan bencana)
(1) Setiap orang yang memberikan pelayanan kesehatan pada bencana harus ditujukan untuk
penyelamatan nyawa, pencegahan kecacatan lebih lanjut, dan kepentingan terbaik bagi pasien.
(2) Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi setiap orang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
IIMC
Surat At Taghabun ayat 11
§" Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang
kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada
Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. "
§Surah Al Hadid ayat 22
“Setiap bencana yang menimpa di bumidan yang menimpa dirimu
sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh)
sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu
mudah bagi Allah.”
THANK
YOU
Do you have any questions?
If theres any wrong learning material in this ppt
please contact us.