Professional Documents
Culture Documents
PAJAK BERGANDA-P3B
(DOUBLE TAX TREATIES)
PERPAJAKAN INTERNASIONAL
PERTEMUAN 3
SEMESTER IV - DIII PAJAK PKN STAN
PENGERTIAN P3B
• Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) atau Double Tax Agreement (DTA) atau
Double Tax Convention atau Tax Treaty adalah:
• “Perjanjian antara 2 (dua) atau lebih negara atau yurisdiksi dalam rangka penghindaran
pemajakan berganda” (Holmes, 2007)
• “International Agreement between two or more countries referred to as Contracting
States” (Burns, nd)
Bilateral Multilateral
TUJUAN P3B
Menghindari pemajakan berganda
Mengalokasikan hak pemajakan antara negara pihak pada persetujuan
Mencegah pengelakan pajak (fiscal evasion) (secara khusus melalui Pasal Associated
Entreprises, Exchange of Information, and Assistance in the Collection of Taxes)
UPDATE ON THE PURPOSE OF DTA
• Final Report of OECD/G20 BEPS Action 6:
members of the BEPS Inclusive Framework commit to include in their tax treaties provisions dealing with treaty shopping to
ensure a minimum level of protection against treaty abuse
minimum standard on treaty shopping requires jurisdictions to include two components in their tax agreements: an express
statement on non-taxation (generally in the preamble) and one of three methods of addressing treaty shopping.
To foster the implementation of the minimum standard and other BEPS treaty-related measures in the global treaty network, a
Multilateral Instrument (the MLI) that can modify existing bilateral tax agreements was concluded.
“Intending to eliminate double taxation with respect to the taxes covered by this agreement
without creating opportunities for non-taxation or reduced taxation through tax evasion or
avoidance (including through treaty-shopping arrangements aimed at obtaining reliefs
provided in this agreement for the indirect benefit of residents of third jurisdictions),”
SEJARAH P3B
OECD published 1st
1 DTA (Prussia-Austria)
st
Draft of model DTA OECD Model DTA 1977
1899
1963
Development of DTA
Mexico and London
Model by Fiscal Revision of OECD and
Draft of DTA Model
Committee of League of UN Model DTA
1946-1955
Nations 1929
MODEL P3B
Contoh P3B yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penyusunan P3B oleh negara atau
yurisdiksi.
Basis dalam proses negosiasi P3B dan implementasinya
League of United
OECD
Nations Nations
Model OECD
OECD awalnya beranggotakan 16 negara yang sebagian besar adalah negara barat dan
negara industri terkemuka, di tahun 1960. Saat ini negara anggota OECD berjumlah 36
negara (https://www.oecd.org/about/document/list-oecd-member-countries.htm
)
Model P3B OECD cenderung merefleksikan kepentingan negara-negara anggotanya yang
sebagian besar merupakan negara maju.
Hak pemajakan sebagian besar diberikan kepada negara residen
OECD Model dilengkapi dengan Commentary yang merupakan interpretasi dari setiap
pasal dalam model.
Model UN
Dikembangkan oleh United Nations (UN) melalui pembentukan Ad Hoc Groups of
Experts on Tax Treaties between Developed and Developing Countries di tahun 1968. Ad
Hoc Groups terdiri dari tax officials dan tax experts dari 20 negara maju dan negara
berkembang.
UN Model Pertama yang dirilis pada tahun 1980 sebagian besar mengikuti OECD Model
1977 namun dengan memberikan hak pemajakan yang lebih besar kepada negara
sumber, khususnya atas penghasilan berupa laba usaha (business profits) dan
penghasilan pasif dari investasi.
UN Model juga dilengkapi dengan Commentary yang merupakan interpretasi dari setiap
pasal dalam model.
Kedudukan Model P3B OECD dan UN
Menyediakan rujukan bagi negara-negara yang bermaksud membentuk P3B baik bilateral
maupun multilateral >>> mengurangi kompleksitas dalam penyusunan P3B
Penyusunan model meliputi serangkaian pembahasan dengan berbagai negara dan
pihak. Negara anggota OECD cenderung akan mengikuti OECD model, begitu pula dengan
UN member countries yang akan mengacu pada UN Model
Namun, model P3B tidak lantas mengikat. Tidak ada keharusan bagi setiap negara untuk
mengikuti model tertentu, pun demikian dengan masing-masing negara anggota OECD
dan UN.
P3B terbentuk berdasarkan negosiasi dan kesepakatan antara negara-negara yang
berunding.
STRUKTUR PASAL-PASAL P3B
Prevention of
Pasal-pasal terkait Tax Pasal-pasal lainnya
Miscellaneou
pencegahan penghindaran Avoidance
dan pengelakan pajak s matters
and Fiscal
Evasion
Pasal Uraian Jenis
OECD
1 Persons covered Application article MODEL
2 Taxes Covered Application article 2017
3 General Definitions Application article
4 Resident Application article
5 Permanent Establishment Application article
6 Income from Immovable Property Dist. Rule/substansi
7 Business Profits Dist. Rule/substansi
8 International Shipping and Air Transport Dist. Rule/substansi
9 Associated enterprises Prevention of tax avoidance
10 Dividends Dist. Rule/substansi
11 Interest Dist. Rule/substansi
12 Royalties Dist. Rule/substansi
13 Capital Gains Dist. Rule/substansi
14 Independent Personal Services (deleted) Dist. Rule/substansi
15 Income from Employment Dist. Rule/substansi
Pasal Uraian Jenis
16 Directors’ fees Dist. Rule/substansi
OECD
17 Entertainers and Sportpersons Dist. Rule/substansi MODEL
18 Pensions Dist. Rule/substansi 2017
19 Government Services Dist. Rule/substansi
20 Students Dist. Rule/substansi
21 Other Income Dist. Rule/substansi
22 Capital Dist. Rule/substansi
23 Methods for Elimination of Double Taxation Elimination of Double Taxation
24 Non Discrimination Miscellaneous matters
25 Mutual Agreement Procedure Miscellaneous matters
26 Exchange of Information Prevention of tax avoidance
27 Assistance in the collection of taxes Prevention of tax avoidance
28 Members of Diplomatic Missions and Consular Posts Miscellaneous matters
29 Entitlement to Benefits Prevention of tax avoidance
30 Territorial Extension Miscellaneous matters
31 Entry into Force Application article
32 Termination Application article
Pasal Uraian Jenis
UN
1 Persons covered Application article MODEL
2 Taxes Covered Application article 2017
3 General Definitions Application article
4 Resident Application article
5 Permanent Establishment Application article
6 Income from Immovable Property Dist. Rule/substansi
7 Business Profits Dist. Rule/substansi
8 International Shipping and Air Transport Dist. Rule/substansi
9 Associated enterprises Prevention of tax avoidance
10 Dividends Dist. Rule/substansi
11 Interest Dist. Rule/substansi
12 Royalties Dist. Rule/substansi
12A Fees for Technical Services Dist. Rule/substansi
13 Capital Gains Dist. Rule/substansi
14 Independent Personal Services Dist. Rule/substansi
Pasal Uraian Jenis
16 Directors’ fees and Remuneration of Top Level Managerial Dist. Rule/substansi
Officials
UN
17 Artistes & Sportspersons Dist. Rule/substansi MODEL
18 Pensions and Social Security Payments Dist. Rule/substansi 2017
19 Government Services Dist. Rule/substansi
20 Students Dist. Rule/substansi
21 Other Income Dist. Rule/substansi
22 Capital Dist. Rule/substansi
23 Methods for Elimination of Double Taxation Elimination of Double Taxation
24 Non Discrimination Miscellaneous matters
25 Mutual Agreement Procedure Miscellaneous matters
26 Exchange of Information Prevention of tax avoidance
27 Assistance in the collection of taxes Prevention of tax avoidance
28 Members of Diplomatic Missions and Consular Posts Miscellaneous matters
29 Entitlement to Benefits Prevention of tax avoidance
30 Entry into Force Application article
31 Termination Application article
OECD and UN Model align with BEPS
Action 6 Report
OECD dan UN Model 2017
Sebagian besar perubahan dilakukan berdasarkan hasil rekomendasi OECD/G20 BEPS Project. BEPS
Project adalah serangkaian rencana aksi yang telah disepakati oleh OECD/G20 melalui Inclusive
Framework (dimana Indonesia salah satu anggota IF) untuk mengatasi permasalahan penggerusan
basis pajak dan pengalihan laba.
Pembaharuan dalam OECD dan UN Model 2017, antara lain mengatur:
o Ketentuan tie breaker rule untuk subjek pajak selain orang pribadi
o Ketentuan saving clause
o Cakupan/definisi Bentuk Usaha Tetap (Permanent Establishment), untuk mengatasi penghindaran
status BUT
o Ketentuan penyesuaian lanjutan terhadap pajak atas penghasilan perusahaan-perusahaan yang
memiliki hubungan istimewa
o Ketentuan Mutual Agreement Procedure yang lebih efektif
Perbedaan paling mendasar pada kedua model P3B tersebut adalah dimana terdapat ketentuan pemajakan atas
Fees for Technical Services berdasarkan UN Model 2017 yang mengalokasikan hak pemajakan kepada negara
sumber (gross taxation)
DISTRIBUTIVE RULES
• URGENSI PENGATURAN:
Membatasi kewenangan pemajakan suatu negara. P3B tidak menimbulkan hak pemajakan baru yang secara
ketentuan domestik negara yang bersangkutan tidak diatur. P3B tidak juga memperluas cakupan pemajakan
yang sudah diatur berdasarkan ketentuan domestik suatu negara.
Mengalokasikan hak pemajakan antara negara pihak pada P3B, dalam rangka mencegah pemajakan
berganda yuridis. Jika kedua negara memiliki hak pemajakan, maka ketentuan distributif akan menentukan
pihak mana yang memperoleh hak pemajakan utama.
Pengalokasian hak pemajakan dilakukan berdasarkan jenis penghasilannya. Jenis penghasilan berdasarkan
P3B bisa saja berbeda dengan jenis penghasilan berdasarkan ketentuan hukum domestik.
Ketentuan secara umum terbagi dalam penghasilan aktif (active income) dan penghasilan pasif (passive
income)
SCHEDULAR NATURE OF
DISTRIBUTIVE RULES
Ketentuan pemajakan berlaku untuk masing-masing jenis penghasilan
Metode pemajakan yang berbeda dapat terjadi atas jenis penghasilan yang berbeda.
Identifikasi contohnya!
Breach of equity principle under Four canons of taxation
ORDERING RULES (1)
Pasal-pasal dalam P3B (distributive rules) mengatur klasifikasi penghasilan dan bagaimana
pemajakannya dilakukan
Dalam hal suatu penghasilan dapat memenuhi klasifikasi lebih dari 1 jenis penghasilan
(terdapat lebih dari 1 pasal yang mengatur), maka ketentuan P3B akan memberikan
pengaturan, pasal mana yang lebih didahulukan keberlakuannya. Contoh: Art. 7(4) OECD
Model 2017
Namun, pengaturan tersebut tidak selalu berlaku, yakni dalam hal terdapat “Throwback
Rules”. Contoh: Art. 10(4); 11(4); 12(4) OECD/UN Model 2017
ORDERING RULES (2)
Art. 11(4) OECD Model 2017
DISTRIBUTIVE RULES – Common Clauses
Alokasi hak pemajakan kepada negara sumber (shared taxing rights)
Implikasi:
…may be Negara sumber: memperoleh hak pemajakan utama (primary taxing right or first bite
taxed… of cherry)
Negara Residen: dapat mengenakan pajak dengan memberikan relief
Interpretasi P3B
Kedudukan P3B terhadap
Ketentuan Hukum Domestik
PEMBENTUKAN P3B
Pemberlakuan Pemberlakuan
Komunikasi Awal
P3B (entry into Ketentuan P3B
(Initial Contact)
force) (entry into effect)
Pengesahan Penghentian
Negosiasi
(Ratification) (termination)
Pemarafan Penandatanganan
(Initialling) (Signing)
TAX TREATIES AS PART OF
INTERNATIONAL LAW
For the
International Purpose Governed by
Tax Treaties
Agreement International the VCLT*
Law
Ambulatory Interpretation:
Static Interpretation:
The term in question takes on the
The term has its meaning under
meaning that it has under the
domestic law at the time that the
country’s domestic law as amended
DTA was entered into
from time to time
Aliran Monoisme
Pemberlakuan Hukum
Internasional dalam
Hukum Nasional
Aliran Dualisme
P3B DALAM KERANGKA HUKUM
DOMESTIK
• Aliran Monoisme: Aliran Dualisme:
Hukum Internasional Dan Hukum Nasional Hukum Internasional Terpisah Dari Hukum
Menjadi Hukum Domestik Dan Hukum Nasional Nasional,
Tunduk Kepada Hukum Internasional (”Doctrine Agar Dapat Diberlakukan Treaty Harus Dijadikan
Of Incorporation”), Hukum Domestik Terlebih Dulu Melalui Proses
Treaty Yang Telah Disepakati Dapat Segera Legislasi (”Doctrine Of Transformation”),
Diberlakukan (”Self Executing”), Beberapa Negara Yang Menerapkan: Australia,
Treaty Secara Otomatis Menjadi Bagian Hukum Canada, Denmark, India, Israel, New Zealand,
Domestik, Norwegia, Swedia, UK
Tidak Perlu Diundang-undangkan
Negara-negara Yang Menerapkan, Seperti:
Perancis, Jepang, Luxemburg, Belanda, Portugal,
Spanyol, Switzerland.
Effective
Initialling
Date*
Entry into
Signature
Force*
Ratification
Pertanyaan Diskusi
Terkait dengan klausul yang mengatur tarif pajak atas Bunga dalam P3B Indonesia-Prancis
tersebut, bagaimana implikasi dari diturunkannya tarif PPh Pasal 26 atas Bunga menjadi
sebesar 10% sesuai ketentuan UU No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan PP No 9 Tahun
2021 tentang Perlakuan Perpajakan untuk Mendukung Kemudahan Berusaha?
Pertanyaan Diskusi
PT Bank Putra Indonesia (BPI) beroperasi di Tunisia dan menerima
bunga yang dibayarkan para debitur yang berdomisili di Brunei. PT BPI
berpendapat bahwa Article 11 (2) P3B Indonesia-Tunisia lah yang
berlaku atas pemajakan bunga tersebut dan seharusnya penghasilan
tersebut dipotong pajak sebesar 15% di Brunei.
Sementara itu, Otoritas Pajak Tunisia meyakinkan bahwa dalam hal ini
Aricle 7 P3B yang seharusnya diterapkan atas penghasilan bunga yang
bersumber dari Tunisia sehingga tarif corporate tax income sebesar
35% berlaku dalam pemajakan bunga dimaksud.
Pendapat mana yang tepat dalam situasi di tersebut?
Sumber: Bahan Paparan Dit. PI, DJP. 6 Okt 2020
Multilateral Convention to Implement Tax Treaty Related to Measures to
Prevent Base Erosion and Profit Shifting (MLI)