You are on page 1of 13

Gangguan Pnyesuaian

PEMBIMBING :
dr.Nazli Mahdinasari Nasution,M.Ked(KJ).,Sp.KJ

DISUSUN OLEH :
EGA ERYZKIA (21360039)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
DEFINISI

Sebagai gejala-gejala emosional atau perilaku yang


bermakna secara klinis dan terjadi sebagai respon terhadap
satu atau lebih stresor yang nyata. Gejala timbul dalam 3
bulan terjadi nya stressor dan menghilang dalam waktu 6
bulan setelah tak ada stressor.
EPIDMIOLOGI

Gangguan ini dapat dijumpai pada semua usia dan


lebih sering pada remaja. Prevalensi diperkirakan 2-
8% dari populasi umum. Suatu penelitian di
Amerika mendapatkan 5-20% pasien dewasa yang
berobat dipoli klinik jiwamenderita gangguan
penyesuaian, sedangkan 70% anak yang dirawat di
klinik jiwa menderita gangguan penyesuaian. Pada
orang dewasa, perempuan dengan gangguan
penyesuaian adalah dua kali dari pada laki-laki.
Berbeda dengan anak remaja, baik pada perempuan
maupun laki-laki, prevalensi gangguan tersebut
adalah sama.1,4
ETIOLOGI

a. Faktor Psikodinamik
Sebagaimana kita tahu psikodinamik adalah suatu pendektan konseptual
yang memandang proses-proses mental sebagai gerakan dan interaksi
kuantitas-kuantitas energy psisik yang berlangsung intraindividual
(antar bagian-bagian struktur psikik) dan interindividual (antar orang).
b. Genetik
c. Biologik
Manifestasi Klinis

DSM-IV-TR menyatakan bahwa gejala-gejala gangguan penyesuaian timbul dalam


3 bulan awitan stressor dan memenuhi sekurang-kurangnya kriteria berikut ini :
1.Penderitaan yang berlebih dibandingkan dengan yang diharapkan dari respon
terhadap stressor.
2.Hendaya yang bermakna dalam fungsi sosisal, pekerjaan atau akademik.
Ada 6 tipe gangguan penyesuaian dengan gejala-
gejala yang predominan :
a. Dengan afek depresif
b. Dengan ansietas
c. Dengan campuran ansietas dan afek depresi
d. Dengan gangguan tingkah laku
e. YTT (Yang Tak Tergolongkan)
Diagnosa dan Kriteria Diagnosis

Kriteria diagnostik menurut DSM-IV-TR 1


a. Perkembangan gejala-gejala emosional dan tingkah
laku sebagai respon terhadap stressor atau lebih:
stressor yang terjadi didalam waktu 3 bulan awitan
stressor.
b.Gejala-gejala atau tingkah laku bermakna secara klinis
ditandai oleh salah satu dari hal berikut :
1. Penderitaan yang jelas melebihi apa yang diharapkan
dari pemaparan stressor.
2. Hendaya yang bermakna dalam fungsi sosial atau
pekerjaan atau akademik.
c. Gangguan berhubungan dengan stress tidak
memenuhi kriteria untuk gangguan Aksis I spesifik
lain dan tidak semata-mata suatu eksaserbasi gangguan
Aksis I atau Aksis II yang telah ada sebelumnya.
d. Gejala-gejala tidak tercerminkan kondisi berkabung
e. Jika stressor ( dan konsekuensinya) telah berhenti,
gejala tidak menetap selama lebih dari 6 bulan
lagi.
PEDOMAN DIAGNOSTIK

1. Diagnosa tergantung pada evaluasi terhadap hubungan antara :


a. Bentuk, isi, dan beratnya gejala:
b. Riwayat sebelumnya dan corak kepribadian; dan
c. Kejadian, situasi yang “stressful”, atau krisis kehidupan.

2. Adanya faktor ketiga diatas (c) harus jelas dan bukti yang kuat bahwa gangguan tersebut tidak
akan terjadi seandainya tidak mengalami hal tersebut.
Manifestasi dari gangguan bervariasi, dan mencakup afek depresif, ansietas, campuran anxietas-
depresif, gangguan tingkah laku disertai adanya disabilitas dalam kegiatan rutin sehari-hari. Tidak
ada satupun dari gejala tersebut yang spesifik untuk mendukung diagnosa.

4. Onset biasanya terjadi dalam 1 bulan setelah terjadinya kejadian yang “stressful”, dan gejala-gejala
biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan, kecuali dalam hal reaksi depresif berkepanjangan.
PENATALAKSANAAN

A. Psikoterapi
Intervensi psikoterapi pada gangguan penyesuaian bertujuan untuk mengurangi
efek dari stressor, meningkatkan kemampuan mengatasi (coping) stressor yang
tidak bisa dikurangi, dan menstabilkan status mental dan system dukungan untuk
memaksimalkan adaptasi. Psikoterapi dapat berupa: terapi perilaku-kognitif, terapi
interpersonal, upaya psikodinamik atau konseling.
B. Farmakoterapi
1. Anti ansietas : pemberian antiansietas berguna untuk pasien dengan
kecemasan, tetapi hindarilah ketergantungan obat seperti benzodiazepine.
A. Golongan benzodiazepine misalnya diazepam, chlordiazepoxide, lorazepam,
clobazam, oxazolam, chlorazepate, alprazolam, prazepam.
B. Golongan non benzodiazepine misalnya sulpride, buspirone, hydroxine.
2.Anti depresi Dapat diberikan bila dijumpai adanya depresi.
a. Golongan tricyclic atau tetracyclic compound misalnya amitriptilin,
amoksapin, desipramin, imipramin, maprotillin, nortriptillin,
protriptillin, trimipramin.

b. Golongan SSRI (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor) misalnya


fluoksetin, fluvoksamin, nefazodon, paroksetin, sertralin, trazodon,
venlafaksin.

c. Golongan MAOI (Mono-Amine-Oxydase-Inhibitor) reversible


misalnya isokarboxazid, fenilzin, tranilsipromin.
d. Atypical antidepressants misalnya trazodone, mirtazapine
2.9. prognosis
PROGNOSIS

Dengan terapi yang efektif, prognosis pada umumnya adalah


baik. Kebanyakan pasien kembali ke fungsi semula dalam waktu 3
bulan. Ada gangguan penyesuaian yang berlangsung sementara dan
dapat sembuh sendiri atau setelah mendapat terapi. Remaja
membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih kembali dibandingakan
dengan orang dewasa. Terdapat penelitian atau follow up selama 5
tahun mendapatkan 71% pasien dewasa sembuh tanpa gejala residual,
21% berkembang menjadi gangguan depresi mayor, atau alkoholisme.
Pada remaja prognosis kurang baik, karena 43% menderita gangguan
skizofrenia dengan gangguan skizoafektif, depresi mayor, gangguan
penyalahgunaan zat serta gangguan kepribadian. Adapun resiko bunuh
diri cukup tinggi.
TERIMA
KASIH

You might also like