You are on page 1of 4

Tugas Ibadah

Resume Film “ Sang Pencerah”

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA
UTARA
2022
Film “Sang Pencerah” yang rilis pada tahun 2010 yang disutradarai oleh
Hanung Bramantyo, mengisahkan tentang perjuangan K.H Ahmad Dahlan, pelopor
pembaruan Islam di Indonesia dan pendiri organisasi atau perkumpulan
Muhammadiyah. Dengan durasi tayang selama kurang lebih 120 menit, film ini
menggunakan setting tempat di Yogyakarta, di tahun 1888, tempat asal K.H Ahmad
Dahlan dilahirkan. Dalam silsilah beliau termasuk keturunan ke-12 dari Maulana
Malik Ibrahim, seorang wali besar dan terkemuka dari Wali Songo.

Kisah ini berawal pada tahun 1868 bertempat di Kauman, Yogyakarta. Lahir
dengan nama Muhammad Darwis, sedari kecil beliau sudah menunjukkan sisi
kepeduliannya dan kegelisahannya terhadap pelaksanaan agama Islam di Kauman
yang di matanya agak sedikit melenceng dari apa yang diajarkan. Anak dari Khatib
Masjid Besar Kesultanan Yogyakarta, lahir pada 1 Agustus 1868, semakin
menunjukan sifat yang kritis terhadap agamanya sendiri saat menginjak remaja. Hal
ini, membuat beliau “iseng” mengambil sesaji dan membagikannya kepada orang
miskin.

Darwis meninggalkan Kauman dan pergi haji ke Mekah sembari menuntut


ilmu dan memperdalam agama Islam. Sekembalinya Darwis dari Mekah, Darwis
mengganti namanya menjadi Ahmad Dahlan. Meninggalkan Kauman selama 5 tahun,
tampaknya tidak ada perubahan ajaran agama Islam yang masih berbau mistis dan
para pemuka agama yang masih berpikiran sempit, menolak perkembangan Islam itu
sendiri, dan melabeli segala hal yang berasal dari luar baik ajaran maupun benda
adalah produk atau ajaran kafir.

Sepulangnya dari Mekah beliau juga mempersunting Siti Walidah atau Nyai
Ahmad dahlan pada tahun 1889. Beliau dengan pemikirannya yang luas dan
bijaksana ingin sekali meluruskan ajaran agama Islam di Kauman. Beliau
dipercayakan menggantikan ayahnya menjadi Khatib Masjid Besar Kauman.

Suatu ketika K.H Ahmad Dahlan ingin memberikan kebenaran mengenai arah
kiblat yang sering digunakan masyarakat selama ini dalam beribadah. Beliau lalu
mengkajinya, menggunakan peta dunia dan perhitungan lainnya, beliau
mendiskusikan kepada kyai-kyai lainnya bahwa arah kiblat semua masjid dan langgar
harus diubah. Karena selama ini, arah kiblat yang dikenakan mengarah ke Afrika,
bukan Ke mekah ataupun Ka’bah. Beliau mengatakan “ Tidak harus meruntuhkan
atau mengubah arah masjid, cukup menggeser arah kiblat saja.”

Melalui Langgar beliau mengawali pergerakan dengan mengubah arah kiblat


yang salah di Masjid Kauman yang mengakibatkan kemarahan Kyai Penghulu
Kamaludiningrat (Slamet Rahardjo) sehingga membuat langgar K.H Ahmad Dahlan
diruntuhkan karena dianggap membawa ajaran sesat.

Meski sempat putus asa, Ahmad dahlan bangkit kembali dengan dukungan
kakaknya yang mengatakan bahwa keluarganya masih membutuhkan pemikiran-
pemikiran pembaruan yang dibawa oleh Ahmad Dahlan. Kakaknya juga berjanji
untuk membangunkan kembali langgar yang menjadi tempat ibadah dan sarana
belajar serta mengaji.

Pada tahun 1903, K.H Ahmad dahlan masuk dalam organisasi Budi Utomo
setelah melihat aktivitas dan tujuan dari organisasi tersebut yang menurut nya baik.
Beliau juga akhirnya mengajar di sekolah Belanda, Kweekschool Jetis, mengajarkan
pelajaran agama Islam pada anak-anak disana. Namun hal ini menjadikannya sibuk,
dan membuat stigma masyarakat mengatakan beliau sekarang adalah “kyai kafir”.

Meskipun begitu, beliau tetap bersemangat dan mendirikan madrasah


ibtidaiyah diniyah,untuk mengajarkan anak anak yang belum bersekolah, atau yang
kurang mampu untuk mendapatkan pendidikan. Terkadang murid-murid dari sekolah
Belanda yang iya ajarkan juga turut hadir disana.

Didampingi istri tercintanya, Siti Walidah dan 5 murid setianya yakni Sudja,
Fahrudin, Hisyam, Syarkawi, dan Abdulgani membentuk organisasi Muhammadiyah
sebagai bentuk aktivitas sosial yang selama ini telah mereka laksanakan, guna
mendidik umat Islam agar berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman.
Pada hampir di akhir cerita yang menarik adalah kegigihannya dalam
mendirikan organisasi Muhammadiyah, yang membesarkan niat beliau untuk terus
mendidik dan berdakwah. Setelah merundingkan hal tersebut dengan Budi Utomo,
dan mendapat izin dari presiden, maka didirikanlah Muhammadiyah yang berarti
pengikut Muhammad, Rasulullah SaW. Beliau mengatakan “hiduplah, dengan
menghidupi Muhammadiyah bukan hidup dalam Muhammadiyah.” Organisasi ini
diresmikan pada tanggal 18 November 1912.

Setelah satu abad berdiri, Muhammadiyah telah memiliki 2.289 taman kanak-
kanak, 1.176 sekolah dasar, 1.188 sekolah menengah pertama, 515 sekolah menengah
keatas, 40 Universitas dan sekolah/perguruan tinggi lainnya yang terus berkembang
hingga sekarang di seluruh Indonesia. K.H Ahmad dahlan wafat pada 23 Februari
1923 di Yogyakarta.

Nilai-nilai yang terdapat dalam kisah ini yang bisa kita ambil adalah

· Nilai Kesetaraan (Egalitarianisme): pada dasarnya setiap manusia


memiliki hak yang sama dimata allah SWT.

· Nilai Islam Rahmatan lil-Alamin: Nilai Islam rahmatan lil-alamin


adalah gambaran “wajah” Islam yang damai, sejuk, dan teduh.

· Nilai Kesenian sebagai Metode Dakwah

· Nilai Tauhid (Monoteisme): bahwa allah SWT adalah satu satunya


yang disembah.

· Nilai Pluralisme : pengajaran agama islam sesuai konteks kedamaian


dalam masyarakat.

· Nilai Pendidikan: bahwa dalam memajukan umat penting dibarengi


dengan pendidikan yang layak.

You might also like