Professional Documents
Culture Documents
Wanty Arruan/C175192004
2
ABSTRACT
A total of 1008 Indonesian children were included in the study. Anemia, iron
deficiency, vitamin A deficiency, vitamin D deficiency, and stunting were
identified in this study. Structured questionnaires were used to measure SES.
Differences between micronutrient parameters and anthropometric indicators
with the SES groups were tested using one-way ANOVA with posthoc test after
adjusted for age, area resident (rural and urban), and sex.
3
ABSTRACT
The highest prevalence of anemia, stunting, and severe stunting were found to
be most significant in the lowest SES group at 45.6%, 29.3%, and 54.5%,
respectively. Children from the lowest SES group had significantly lower
means of Hb, ferritin, retinol, and HAZ. Severely stunted children had a
significantly lower mean of Hb concentration compared to stunted and normal
height children.
Micronutrient deficiencies, except vitamin D, and stunting, were
associated with low SES among Indonesian children aged 6–59 months
4
01
INTRODUCTION
5
INTRODUCTION
Both micronutrient
Malnutrition is one deficiencies and
of the primary In Indonesia, stunting can
causes of mortality in especially influence physical
children less than micronutrient and cognitive
five years of age deficiencies and development in
mainly developing stunting. children and
countries increase the risk of
infection
6
INTRODUCTION
A previous study in Indonesia indicated a high prevalence of anemia and
vitamin D deficiency
Vitamin D
Children two to five deficiency lies Riskesdas
years of age was between Malaysia almost 31% in
16.6% (47.5%) and 2018
Thailand (36.7%).
7
INTRODUCTION
Many factors are known to be involved in the etiology of micronutrient
deficiency and stunting.
Sri Lanka and Bangladesh found that low SES, overcrowding, and
educated parents were associated with undernutrition among children
Therefore, the objective of this study was to analyze the association between
micronutrient deficiencies (anemia, iron, vitamin A, and vitamin D) and stunting with
socioeconomic status (SES) among Indonesian children aged 6–59 months.
. 8
02
METHOD &
MATERIALS
9
METHOD &
MATERIALS
• A total of 1008 children aged 6–59 months living in rural (57.64%) and
urban (42.36%) areas
• Blood samples for hemoglobin (Hb), serum ferritin, serum retinol, and
serum 25-hydroxy vitamin D (25OHD) were taken in sub-samples of
1008, 475, 489, and 103 subjects
10
METHOD &
MATERIALS
•Used the WHO Child Growth Standards 2006 to
Anthropometric define severe stunting (HAZ < −3) and stunting (HAZ
Data < −2).
11
03
RESULTS
12
RESULTS
13
RESULTS
14
RESULTS
15
04
DISCUSSION
16
DISCUSSION
17
DISCUSSION
18
DISCUSSION
Chronic dietary iron
The body will take from
insufficiency will deplete
these ferritin stores if the
iron stores (mostly in the
dietary iron needs are
liver) as reflected by
not reached.
lower circulating ferritin
Iron depletion,
hemoglobin synthesis is
Iron-deficiency anemia affected, lowering
hemoglobin
concentration
progressively
20
DISCUSSION
21
DISCUSSION
Anthropometric Indicators
There was
Ayoya et al. HAZ significant
score <-2 and differences in the
Stunted children had mother’s anemia risk of vitamin A
A higher HAZ was
a higher risk of predicted the deficiency between
correlated with a
anemia than children occurrence of different
higher SES
with normal height childhood anemia in anthropometric
6–59 months old indicatorsstunting
children in Haiti was associated with
vitamin A deficiency
22
STRENGTH AND LIMITATIONS
STRENGTH LIMITATIONS
This is the first study to discuss the This study did not measure zinc in this
relationship between micronutrient study and did not include analysis of data
deficiencies (anemia, iron, vitamin A, and on food intake and outdoor physical
vitamin D) and nutritional status defined by activity; thus, it is unable to explain the
anthropometric measurement with SES in role of both behaviors concerning
Indonesia, especially children under five micronutrient status.
years old
23
05
CONCLUSIONS
24
CONCLUSIONS
26
TELAAH KRITIS
Micronutrient Deficiencies and Stunting Were Associated with Socioeconomic
Status in Indonesian Children Aged 6–59 Months
Ernawati, F., Syauqy, A., Arifin, A. Y., Soekatri, M. Y. E. & Sandjaja, S. Nutrients, 2021
27
28
29
30
II. KHUSUS
Menilai VIA (Validity, Importance, Aplicability)
Validity
1. Apakah awal penelitian didefinisikan dengan jelas? (pertanyaan penelitian/tujuan penelitian)
Ya, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan defisiensi mikronutrien (anemia, zat besi,
vitamin A, dan vitamin D) dan stunting dengan status sosial ekonomi (SES) pada anak Indonesia usia 6–59
bulan.
2. Apakah desain penelitian dinyatakan dengan jelas?
Ya, studi Cross-Sectional di 48 dari 440 kota/kabupaten pada tahun 2011
3. Apakah pembanding dinyatakan dengan jelas?
Ya, anak usia 6-59 bulan yang tinggal di pedesaan dan perkotaan
4. Apakah faktor kausal dikemukakan?
Ya, status sosial ekonomi rendah (SES) dikaitkan dengan stunting dan defisiensi mikronutrien, termasuk
anemia, anemia defisiensi besi (IDA), dan defisiensi vitamin D
31
5. Uraian unsur PICO
Patient: 1008 anak usia 6-59 bulan yang tinggal di pedesaan dan perkotaan
Intervention: tidak ada
Comparison: Defisiensi mikronutirien dan stunting pada anak dengan status
sosioekonomi sangat rendah, rendah, menengah, menengah atas dan atas
Outcome: Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa status mikronutrien dan
indikator antropometri memiliki hubungan dengan status sosioekonomi pada anak
Indonesia usia 6–59 bulan. Anemia, defisiensi besi, dan stunting dikaitkan dengan
status sosioekonomi rendah. Namun, hal tersebut tidak ditemukan pada defisiensi
vitamin A. Sedangkan status vitamin D tidak menunjukkan hubungan dengan status
sosioekonomi
32
Importance
1. Apakah Outcome/hasil dipaparkan secara jelas (hasil uji statistic dengan hasil nilai P)
Ya, pada penelitian ini hasil dipaparkan dengan jelas serta menampilkan nilai p
2. Seberapa besar ketepatan estimasi outcome yang didapat dengan nilai OR; 95% CI?
Pada penelitian ini tidak dapat di hitung OR, RR, dan PR.
33
Applicability
2. Apakah bukti ini akan mempunyai pengaruh yang penting secara klinis terhadap
kesembuhan pasien kita tentang apa yang telah ditawarkan/diberikan kepada pasien
kita?
Ya, penelitian ini memberi petunjuk mengenai adanya hubungan status mikronutrien
dan indikator antropometri dengan status sosioekonomi rendah pada anak Indonesia
usia 6–59 bulan. Anemia, defisiensi besi, dan stunting dikaitkan dengan status
sosioekonomi rendah dan anak-anak dengan severely stunted berusia 6-59 bulan, secara
signifikan terkait dengan anemia sehingga perlu dilakukan program gizi yang lebih
komprehensif untuk meningkatkan status mikronutrien anak berdasarkan status
sosioekonomi (SES) 34
Thank You
1. Anemia Defisiensi Besi
Kelompok Umur Besi
Bayi/Anak Inhibitor
0-5 bulan 0.3 mg
•TipsPenyerapan
6-11 bulan 11 mg zat besi Asupan
untuk Meningkatkan dapat dihambat
Besi. oleh faktor-faktor
1-3 tahun 7 mg khelasi besi, termasuk karbonat, oksalat, fosfat, dan fitat
Sertakan zat besi heme dan non-heme pada waktu
4-9 tahun 10 mg (roti
makantidak beragi,
yang samasereal tidak dimurnikan, dan kedelai).
Laki-laki
10-12 tahun
8 mg
• Faktor
Sertakan
zat
Minum
makanan
dalam
besi kopi
kaya vitamin
serat nabati C dalam makanan
dapat menghambat penyerapan
atau teh di antara waktu makan daripada
nonheme.
• saat makan
13-18 tahun 11 mg
19-80+ tahun 9 mg Jika diminum bersama makanan, teh dan kopi dapat
Masak makanan asam dalam panci besi cor; yang
mengurangi penyerapan zat besi hingga 50% melalui
Perempuan dapat meningkatkan kandungan zat besi pada
pembentukan senyawa besi yg tidak larut dgn tanin (zat
10-12 tahun 8 mg makanan hingga 30 kali lipat.
13-18 tahun 15 mg
antinutrisi).
19-49 tahun
50-80+ tahun
18 mg
8 mg
• Zat besi dalam kuning telur kurang diserap karena adanya
phosvitin.
Hamil trimester 2 dan 3 + 9 mg
Menyusui +0
21
Definisi Anemia
Kondisi kadar hemoglobin dalam
darah lebih rendah daripada standar
(kurang dari normal)
Kadar hemoglobin normal berbeda
pada tiap jenis kelompok umur
Terjadi ketika produksi hemoglobin
menurun
THALASEMIA 1.Konsumsi Fe <
MALARIA 2.Penyerapan Fe <
DLL
3.Kebutuhan Fe
HEMOLITIK meningkat
4.Kebocoran/
Defisiensi Perdarahan
Zat besi
Defisiensi
ANEMIA Zat Gizi Defisiensi
Non Vit B 12
Zat besi
NON Asam Folat
HEMOLITIK
Kerusakan
Non sum-sum Tlg
Defisiensi
Zat besi
DLL
Klasifikasi Anemia
WHO
cut off point values untuk menentukan Anemia
- laki-laki dewasa : < 13 g/dl
- perempuan dewasa : < 12 g/dl
- wanita hamil : < 11 g/dl
- balita (6 bl- 5 thn) : < 11 g/dl
- anak (6 thn – 14 thn) : < 12 g/dl
Berlaku untuk orang yang tinggal ditempat dengan ketinggian
sejajar dengan permukaan laut,
Semakin tinggi tempat, kadar Oksigen makin rendah
standar kadar Hb lebih tinggi
Jenis Anemia
ANEMIA BESI
ANEMIA ASAM FOLAT
ANEMIA B12