You are on page 1of 27

Problematika Alokasi Air di

Indonesia
Mohamad Mova AlAfghani, PhD
Universitas Ibn Khaldun Bogor
Fakultas Hukum

mova@alafghani.info

Webinar Pembina Hukum


Lingkungan Indonesia
3 April 2024
14:00 via Zoom
Bagian 1: Penggunaan Air dan Pengguna Air

05/04/2024 2
Air di Bumi

04/05/2024 3
Rezim
Hukum
untuk Siklus
Air

04/05/2024 4
AlAfghani, FAO Water Scarcity Program Regional Workshop, Bangkok, February 2024

04/05/2024 5
Beje
Handil

Tenur Air Tradisional


6
ERMP Kanal
(Source: Lubis, et.al; Satia et.al; Subahani; Octora, et.al) Tipologi Tenur Air Tradisional
Lexicon Explanation
Handil According to Lubis, it is used to denote three things, depending on its context: “a) a Menuba
manmade navigable canal connecting a river to farmland; b) fields around the canal
under collective management; c) the system of collective management of the fields
and canals”. Handil (in the context of a) is under collective ownership; are more
than 2 meters width and depth and is usually named after the site or the river.
Handil in terms of (b) can be sold, purchased, inherited.

Tatas manmade channels (approximately 1 × 1 m), dug to give access to forest resources
(Lubis, et.al). Anyone can build a new tatas, extending on existing ones. Usually
named according to the name of the person who built the main tatas. Family can
extract resources on fields on the sides of tatas (up to 500 m). Owners of tatas can
levy forest product transported through their tatas (10% for logs)

Anjir A channel built to connect two streams


Kanal A channel built by the government as part of ERP. Considered freee access.
beje Manmade small pond in the swamp area. Considered a “private” property
tabat Overflow dam, usually made of clay or wood
Batang Danum Large river. Free access
lutu Small lake
Baruh Small pond in Peatland which is filled with water all year long, usually formed due
to large trees which are uprooted
7
Saka Third order tributaries, usually a short and narrow creek Lanting House
8

2 Other
X

H. Recreation
/landscape 1 Instream use
X

2. Wetlands
G. Livelihoods 1. Inland fishing
X

F. Navigation
X

1. Stream flow & Retention


X
X

E. Environment 2. Diversion
X

X
Evaluasi Water Tenure di Kahayan

2. Hydropower
D. Power generation 1. Thermal
C. Industry Commerce/industry
X

6. Aquaculture
X

X
5. Livestock watering X
X

4. River bank garden/flood recession


X
3. Small-scale non-public irrigation

X
2. Public irrigation scheme
B. Agriculture 1. Estate irrigation X

X
3. Unimproved sources

X
2. Rural water supply (infrastructure)

X
A. Water supply 1. Urban water supply

X
Source: AlAfghani, “Scoping Study on Water
Tenure in Indonesia”, FAO, 2022

Exempt/declared commercial rights


Traditional formal water rights

De minimis/small scale rights

Reserves minimum flow


Water supply contracts

Investment contracts
Regulatory permits

Customary tenure
05/04/2024
Modern permit

Agency control

Commonhold

Religious law

Assumed
Informal
Penggunaan Air di Citarum

Irigasi Upstream. Leuwi Kuya Irrigation Area = 2357 ha; Cirasea = 2471 ha

PJT II 90% penggunaan air= irigasi = gratis

Annual
Report,
2020

9
Bagian 2: Krisis Air di Indonesia

10
Stress Air Pada Musim
Kemarau

Khalil et.al, World Bank, 2021

05/04/2024 11
Contoh Konflik Air
Lihat peta di https://bit.ly/3y56EvC

Click Me
05/04/2024 12
Bagian 4: Norma Konstitusional Alokasi Air

05/04/2024 13
Konteksnya
alokasi “Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dalam pengusahaan air harus ada
pembatasan yang sangat ketat sebagai upaya untuk menjaga kelestarian dan
keberlanjutan ketersediaan air bagi kehidupan bangsa

[3.19] … pertama … setiap pengusahaan atas air tidak boleh mengganggu,


mengesampingkan, apalagi meniadakan hak rakyat atas air …;
[3.20] … kedua … negara harus memenuhi hak rakyat atas air. …
[3.21] … ketiga, harus mengingat kelestarian lingkungan hidup…
[3.22] … keempat …maka pengawasan dan pengendalian oleh negara atas air sifatnya
6 Prinsip Dasar mutlak;
MK [3.23] … kelima… adalah sebagai kelanjutan hak menguasai oleh negara dan karena air
merupakan sesuatu yang sangat menguasai hajat hidup orang banyak maka prioritas
utama yang diberikan pengusahaan atas air adalah Badan Usaha Milik Negara atau
Badan Usaha Milik Daerah;
[3.24] … apabila setelah semua pembatasan tersebut di atas sudah terpenuhi dan
ternyata masih ada ketersediaan air, Pemerintah masih dimungkinkan untuk
memberikan izin kepada usaha swasta untuk melakukan pengusahaan atas air dengan
syarat-syarat tertentu dan ketat;

05/04/2024 14
Operasionalisasi 6 Prinsip Dasar MK (1)
No. Content Comments
1. [3.19] … pertama … setiap pengusahaan atas air tidak boleh duty to protect and respect
mengganggu, mengesampingkan, apalagi meniadakan hak rakyat
atas air …;
2. [3.20] … kedua … negara harus memenuhi hak rakyat atas air. … duty to fulfill
3. [3.21] … ketiga, harus mengingat kelestarian lingkungan hidup… Konservasi
4. [3.22] … keempat …maka pengawasan dan pengendalian oleh
negara atas air sifatnya mutlak;
5. [3.23] … kelima… adalah sebagai kelanjutan hak menguasai oleh Manifestasi dikuasai oleh negara
negara dan karena air merupakan sesuatu yang sangat menguasai
hajat hidup orang banyak maka prioritas utama yang diberikan
pengusahaan atas air adalah Badan Usaha Milik Negara atau Badan Pihak “swasta” mendapat “jatah”
Usaha Milik Daerah; paling akhir
6. In the event all the restrictions above have been fulfilled and there is an
availability of water, the Government may grant permits to private
enterprises to commercialize water based on strict requirements.

05/04/2024 15
Operasionalisas
i 6 Prinsip Principle 1 &2

Dasar MK (2)
Principle 1 & 2

Bagaimana dengan Principle 1 &2


Prinsip 3?
Sayangnya, rezim
“environmental flow” Principle 4 Principle 5
tidak disebut eksplisit (State
Principle 6
dalam UU SDA. Hanya Control)
disebutkan bahwa SME, Cooperatives SME, Cooperatives

kelestarian lingkungan
harus
“dipertimbangkan” (vide
Ps 8(6) UU SDA) Source: AlAfghani MM, Susetyo B, AICEE Conference, 2022
04/05/2024 16
Bagian 5: Permasalahan

05/04/2024 17
Masalah 1: Cakupan Cakupan Tidak Jelas.
Tidak Cukup Luas untuk Mengatasi Sektor Air

Hendry, 2014 1. 6 prinsip dasar hanya membahas alokasi,


tetapi tidak menyinggung aspek lain dari
sektor air, seperti pengendalian pencemaran
2. 6 prinsip dasar bahkan tidak membahas
privatisasi dan komersialisasi layanan air (dan
kemungkinan konflik yang timbul darinya)
3. 6 prinsip dasar tampaknya terbatas pada
komersialisasi (=penggunaan air komersial?)
tetapi tidak pada tata kelola air secara
keseluruhan

6 Prinsip Dasar Air

04/05/2024 18
Apakah diizinkan atau dilarang oleh konstitusi?
Masalah 2: Tidak Menghiraukan Efisiensi

Sumber: Laporan PJT, 2020

Definisi Efisiensi
Teoritis:
“…maximum economic output from
the use a scarce input”
Praktis:
“water should be allocated from
lower to higher productive uses”

05/04/2024 19
Gambar: Ecosistema Urbano
Source: Flores Editorial
Kompas, 2022
Masalah 3: Tidak dapat diterapkan
pada beberapa jenis konflik air
Pihak Penerapan
Antar Petani Kecil Tidak berlaku. Karena 6 prinsip dasar berlaku untuk kategori
(Petani vs Petani) penggunaan dan pengguna yang berbeda, maka kurang relevan untuk
konflik dalam kategori penggunaan dan pengguna yang sama.
Misalnya, jika dua badan usaha milik negara bersaing untuk
mendapatkan air, prinsip tersebut kurang berguna.
Petani Kecil vs Berlaku. Petani kecil harus diprioritaskan daripada industri. Namun,
Industri prioritas alokasi mungkin tidak terlalu penting jika penggunaan air
industri terlalu kecil untuk dapat dialokasikan secara berarti kepada
petani kecil. Ada juga kasus di mana konflik muncul karena
infrastruktur irigasi yang tidak efisien dan pengelolaannya.
Sawah vs Tambak Berlaku JIKA tambak tidak didefinisikan sebagai "pertanian rakyat".
Perhatikan bahwa penjelasan Pasal 8(b) UU 17/2019 mengkategorikan
"perikanan" sebagai pertanian rakyat. Jika demikian, maka prinsip
tersebut tidak berlaku (lihat no 1 di atas).
Petani Kecil vs Air Berlaku tetapi tidak memberikan solusi yang jelas. Dapat dikatakan
Minum bahwa air minum - melalui perusahaan daerah air minum (PDAM) -
lebih dilindungi oleh konstitusi daripada hak petani kecil. Tetapi ini
lebih rumit dari kedengarannya, beberapa PDAM juga memasok air ke
hotel, mal, dan industri, dan mereka bersifat komersial, dalam arti
mereka memungut biaya dan menghasilkan keuntungan operasional.
Selama kelangkaan, dimungkinkan misalnya, untuk mengalokasikan
sejumlah air tertentu ke PDAM dan memastikan bahwa prioritas
diberikan kepada rumah tangga dan konsumen yang menggunakan air DPR, 2019 Antara, 2013
untuk kebutuhan sehari-hari mereka. Seperti dibahas di atas, realokasi
air dari kebutuhan pedesaan ke perkotaan perlu disertai dengan
mekanisme insentif dan kompensasi.
Operasi PLTA dikurangi dari 24
Jam ke 8 Jam per hari. Namun
demikian, apabila hal ini terjadi
di Jawa Barat, dampak
ekonominya akan sangat besar.
05/04/2024 20
Detik, 2019
Masalah 4: Tidak Dapat Diterapkan pada Konflik Kualitas Air
Tambak vs Tidak Berlaku. Bahasa dalam 6 prinsip dasar (pada
Petani Sawah prinsip 6) adalah "apabila masih ada ketersediaan
(Petani Kecil) air". Dalam konflik tentang kualitas, air tersedia dalam
hal kuantitas tetapi kualitasnya rendah. Namun, dapat
berlaku JIKA 6 prinsip dasar ditafsirkan secara luas
sehingga mencakup kualitas dan tambak tidak
dikategorikan sebagai pertanian rakyat. Oleh karena
itu, prinsip tersebut akan memprioritaskan petani
padi.
Tambak vs PLTA Tidak Berlaku. Baik tambak (dalam hal ini Keramba
Jaring Apung) maupun PLTA tidak secara khusus
dibahas dalam 6 prinsip dasar. Prinsip 1 dan 2
melindungi "akses" terhadap air, ini mungkin berarti Liputan 6
air untuk kebutuhan dasar sehari-hari, yang
merupakan elemen inti dari hak asasi manusia atas
air. Selain itu, meskipun volume air yang mencukupi
tersedia, masalahnya adalah air kotor dan/atau
korosif. Namun, dapat berlaku JIKA 6 prinsip dasar
ditafsirkan untuk mencakup kualitas air. Dalam hal ini,
PLTA yang dioperasikan oleh perusahaan milik negara
harus diprioritaskan daripada tambak.

Tambak vs Tidak berlaku. Baik Keramba Jaring Apung maupun


Pariwisata pariwisata bukan perhatian dari 6 prinsip dasar.

Pikiran Rakyat, 2022

05/04/2024 21
Masalah 5: Tidak bisa diaplikasikan kepada konflik air yang bersifat spasial
(Source: Lubis, et.al; Satia et.al; Subahani; Octora, et.al)
Konversi Tidak berlaku. Tidak satupun dari
Ruang Hijau
atau Biru mereka yang dianggap sebagai
menjadi penggunaan atau pengguna air
Kawasan
Perumahan berdasarkan 6 prinsip dasar.
atau Bisnis

Pertambangan Tidak Berlaku. Negara memiliki


vs Air Minum
kewajiban untuk melindungi dan
memenuhi hak rakyat atas air,
namun prinsip 1 terbatas pada
konteks komersialisasi:
"komersialisasi air tidak boleh
menghalangi...". Membuang air
kotor ke sungai tidak termasuk dalam
kategori ini. Dewatering
(pengeringan terowongan atau
lubang tambang untuk
memungkinkan aktivitas
penambangan) adalah masalah
alokasi. Jika dewatering
mempengaruhi air minum, air
minum harus diprioritaskan daripada Hak Atas Air Adat di
dewatering. Kahayan dapat
tumpang tindih
dengan Food Estate,
Perkebunan Kelapa
Sawit atau
penggunaan lainnya.
Sumber: AlAfghani,
FAO, 2022
05/04/2024 22
1. 6 Prinsip dasar hanya dapat digunakan untuk
memandu beberapa konflik alokasi, tetapi
tidak untuk konflik air yang lebih luas; seperti
konflik yang timbul dari privatisasi dan konsesi
layanan air;
2. Prinsip-prinsip tersebut (lewat penafsiran
literal) hanya mencakup komersialisasi, bukan
Kesimpulan tata kelola air secara keseluruhan;
3. Prinsip-prinsip tersebut (meskipun
memasukkan kesetaraan dan keberlanjutan
lingkungan) sebagai nilai, mengabaikan
efisiensi
4. Prinsip tersebut (oleh penafsiran literal) dapat
melarang realokasi air ke penggunaan dengan
nilai ekonomi yang lebih tinggi (berbahaya!)
05/04/2024 23
Rekomendasi 1: Penafsiran Teleologis untuk
Memungkinkan "Efisiensi" sebagai Pedoman Nilai
Penafsiran Literal Prinsip 6: Perusahaan swasta hanya dapat diberikan izin untuk mengambil air jika, dan hanya
jika, prioritas alokasi lainnya, yaitu (i) hak asasi manusia atas air - air untuk kebutuhan dasar sehari-hari dan
mata pencaharian termasuk petani kecil, (ii) air untuk konservasi lingkungan dan (iii) air untuk badan usaha
milik negara - telah terpenuhi dan sumber daya yang cukup ada untuk memenuhi permintaan komersial. Ini
berarti bahwa, menurut penafsiran literal, jika tidak ada air yang tersisa, sektor swasta tidak boleh dialokasikan
sama sekali.

Interpretasi Teleologis: Prinsip 6 harus dibaca bersamaan dengan Prinsip 1, yang menegaskan kembali Pasal 33
UUD bahwa sumber daya alam (termasuk air) harus dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dalam hal ini, air harus dialokasikan sedemikian rupa sehingga mengoptimalkan kesejahteraan - yang dapat
mencakup lapangan kerja di sektor "swasta". Pada saat yang sama, argumen teleologis menyatakan bahwa
alokasi air yang kurang dari optimal secara ekonomi (tetapi tetap "setara") akan melanggar konstitusi. Jadi, jika
industri memiliki produktivitas air ekonomi yang lebih tinggi, yang berarti mereka dapat menghasilkan lebih
banyak rupiah per tetes air dibandingkan dengan pertanian atau peternakan, maka (beberapa) air mungkin
perlu dialokasikan kembali ke industry dengan mempertimbangkan keadilan, ketahanan pangan dan banyak
sektor lainnya.

05/04/2024 24
Rekomendasi 2: Perluas lingkup prinsip (interpretasi
ekstensif), dari komersialisasi ke tata kelola

1. Penggunaan air non-


komersial (seperti untuk
petani kecil) juga
berdampak pada
lingkungan → Penurunan
Muka Air Tanah
2. 6 Prinsip Dasar harus
ditafsirkan secara ekstensif
untuk mencakup tata
kelola air

05/04/2024 25
Rekomendasi 3: Menyiapkan Kerangka
Realokasi dalam Legislasi
Berdasarkan rekomendasi 1 (penafsiran teleologis yang memungkinkan
efisiensi sebagai pedoman nilai), pemerintah harus menyiapkan
kerangka realokasi berdasarkan prinsip keadilan dan keberlanjutan
lingkungan. Kompensasi dapat berupa:

• Sistem irigasi/pemeliharaan irigasi yang lebih efisien


• Pembangunan penyimpanan air untuk petani
• Kompensasi dalam bentuk uang maupun jasa atau barang

05/04/2024 26
Bahan-bahan terkait presentasi
Mayoritas isi dari presentasi ini diambil dari presentasi penulis dalam ICCIS ke-5 di Bali,
2022
1. AlAfghani MM, ‘Strengths and Limitations of The Indonesian Constitutional Court’s
“6 Basic Principles” in Resolving Water Conflicts’ (2023) 9 Constitutional Review 179;
2. Al’Afghani MM, ‘Alienating the Private Sector: Implications of the Invalidation of the
Water Law by the Indonesian Constitutional Court’ (2019)
26 Journal of Water Law 12;
3. AlAfghani MM and Susetyo B, ‘Water Tenure Security for Palm Oil, Hydropower, and
Geothermal’ (2023) 1199
IOP Conference Series: Earth and Environmental Science 012016;
4. Hendry SM, ‘An Analytical Framework for Reform of National Water Law’ (
PhD thesis, University of Dundee 2008)

05/04/2024 27

You might also like