You are on page 1of 10

40

Varia Pendidikan, Vol. 20, No. 1, Juni 2008 PROFIL PERILAKU KOPING

DALAM MENGHADAPI MATA PELAJARAN AKUNTANSI PADA SISWA SMK BATIK I SURAKARTA
Budi Sutrisno dan Ummi Hany Eprilia Program Studi Pend. Ekonomi Akuntasi - FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta JL. A. Yani Pabelan Kartasura Tromol Pos I Surakarta 57102 Telp. 0271-717417

Abstract: This research aims to knowing the behavioral profile of copping of students in facing of subject of accountancy and the aspects of coping behavioral which often appear on students circle, and also to know discussion fundamental in accountancy generating difficulty for students. The qualitative approach was used in this research, with setting interview exhaustively to 9 people of class student 11 which often face difficulty in subject of accountancy, and to all teachers of class 11 accountancy program. Beside, the observation and documentation method, conducted for secondary data collecting which concerning school profile. The constant comparative method used as analysis, with do not disregard triangulation process. The result of this research indicates that copping behavioral of among students of SMK Batik I Surakarta, in aspects of : a) him Self Lifelines - in the form of puerility action instructing at effort to omit muzziness, saturation and is not be balmy, but later then be realized for have the return concentration; b) Planning - in the form of action look for information, situation analyze and identify problem by thinking and plan action alternative; c) Self control - in the form of trying to like with teacher which teaching, arranging and also manage mind and liver in order to able to hold out and balmy in class; d) searching social support - in the form of action is look for sympathy and congeniality by enquiring or affirm his difficulty. e) Denial - in the form of lazy and not enter class of effect the disability adapt to method teach teacher; f) Acceptance - in the form of action is introspection and the self-motivation; g) Religious - in the form of awareness and live-lines in running religious service sholat and pray. From various that copping behavioral, only form Denial what most often emerge among student with low motivation category, The other forming of copping behavioral conducted by students which remain to realize his important of competency for him self to enter world work. The discussion fundamental in subject of accountancy most often generate difficulty in students understanding is petty cash and bank reconciliation. beside the choice of strategy by felt teacher less touch dialogued aspect. Keywords: Coping Behavioral, accountancy, and profile

Pendahuluan Penyelennggaraan sekolah kejuruan seperti SMK, benar-benar harus konsekuen, dalam arti harus menghasilkan output yang siap menghadapi tantangan dunia kerja. Hal ini diisyaratkan oleh
40

Walter (1993: 1-20), Vocational education of education programs that prepare people for paid or unpaid employment. Untuk mencapai tujuan itu, Miller (1985) dalam Rogers (JITE, 1996. vol, 33-2) mengidentifikasi 3 (tiga) dasar filosofi dalam penyelenggaraan pendidikan vokasi, yakni:

Budi Sutrisno dan Ummi Hany E., Profil Perilaku Koping dalam ...

41

(1) essensialism : the educator or trainer is the focal point of learning process, mastery of subject matter is important; development of skills through drills, repetition, conditioning, and development of desirable habits; a desire to influence the behavior of the learner. (2) Existentialism: the learner is the focus of the learning process; truth is relative, and personal growth and development are key of the process. (3) the educator and learner are both important to the learning process; reality or real- world situations are stressed; context or experience are important; and the educator is progressive, and open to new ideas. Dalam konteksnya, para penyelenggara pendidikan SMK ini, baik berstatus negeri maupun swasta, secara umum telah konsekuen dengan mengupayakan ketercukupan seluruh komponen pendidikan persekolahan, mulai dari pemberlakuan kurikulum (KBK KTSP ) sampai dengan sarana-prasarana, termasuk pengadaan guru bidang studi yang relatif kompeten dan profesional, sebagaimana predikat status akreditasi yang telah dimiliki. Dengan demikian secara logis dapat diduga, bahwa dalam aspek Proses pendidikan akan tercipta suasana belajar dan mengajar yang kondusif dan penuh suasana dialogis, yang pada akhirnya dapat diciptakan lulusan yang penuh kompetensi, kreatif dan produktif, sehingga memiliki derajad kompetitif yang relatif tinggi, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Namun demikian, tantangan tersebut di atas dalam pelaksanaannya menjadi berbeda. Berdasarkan studi pendahuluan di beberapa SMK (ekonomi) baik negeri maupun swasta di Surakarta, ditemukan kecenderungan, bahwa siswa sekarang ini cenderung kurang menguasai keterampilan akademik dasar yang sangat diperlukan untuk menjalani program pendidikan profesional yang baik. Keterampilan akademik dasar yang dimaksud di sini adalah kemampuan yang memadai dalam menguasai meteri yang dapat menunjang mata pelajaran-mata pelajaran

lain pada jurusannya, khususnya pada jurusan Akuntasi seperti Akuntansi Keuangan, di samping juga sebagai mata kuliah pokok yang menjadi bekal bagi peserta didik dalam memasuki dunia kerja. Di antara penyebab kegagalan itu adalah adanya ketakutan maupun tekanan di kalangan sebagian besar siswa dalam menghadapi mata pelajaran konsep keuangan dan hitungan, seperti akuntansi yang tidak sekedar pelajaran hitungan, melainkan juga serangkaian konsep keuangan yang ditata berdasarkan perimbangan yang berkaitan dengan kaidah-kaidah keungan yang distandarisasi. Reaksi yang muncul di kalangan siswa dalam menghadapi kondisi tekanan/stres tersebut beraneka ragam, baik bentuk negatif berupa sikap acuh tak acuh ataupun lari dari permasalahan dan reaksi positif yang muncul berupa bentuk penyesuaian yang adaptif. Efek dari reaksi negatif, jelas di samping akan merugikan siswa yang bersangkutan karena akan makin terjerembab dalam kedangkalan ilmu pengetahuan dan keterampilan dasar, juga pada akhirnya akan mengakibatkan makin rendahnya kualitas pendidikan sebagian kader bangsa mapun rendahnya kualitas calon pekerja di Indonesia, sehingga pada akhirnya menambah keterpurukan harkat dan martabat bangsa di mata dunia. Bertolak dari kesenjangan antara harapan dan fakta mengenai aspek proses pendidikan, demi terciptanya kualitas kader bangsa melalui kesuksesan hasil penyelengaraan dunia pendidikan persekolahan tingkat SMK inilah, yang menarik peneliti untuk melakukan kajian tentang perilaku koping di kalangan siswa SMK, khususnya pada siswa SMK Batik I Surakarta. Dasar pemilihan terhadap mata pelajaran akuntansi untuk menjadi obyek dalam penelitian ini, terletak pada realitas bahwa mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran pokok namun sekaligus momok di kalangan siswa SMK. Oleh karena itu, dipandang sangat perlu dilakukan kajian mendalam tentang perilaku koping di kalangan siswa dan upaya solusi yang efektif guna

42

Varia Pendidikan, Vol. 20, No. 1, Juni 2008

mengantarkan siswa pada pemilikan kompetensi yang sangat diperlukan dalam dunia kerja, di samping belum ada penelitian dengan penekanan pada permasalahan perilaku koping dalam menghadapi mata pelajaran akuntansi ini. Penunjukan SMK Batik I Surakarta, dengan pertimbangan bahwa SMK swasta ini telah memiliki derajad favorit dan tingkat kelulusan yang tinggi di tengah-tengah kesulitan siswa dalam menghadapi pelajaran akuntansi, sehingga diharapkan menjadi rujukan bagi penyelenggaraan pendidikan SMK. Aspek proses pendidikan, terkait dengan proses belajar dan mengajar. Belajar menurut pandangan Skinner yang dikutip oleh Dimyati (1999:9) adalah suatu perilaku, pada saat orang belajar maka respon akan lebih baik, sebaliknya jika tidak belajar maka respon akan menurun. Menurut Crow and Crow (1984: 231) belajar adalah suatu proses yang aktif yang memerlukan dorongan dan bimbingan kearah tercapainya tujuan yang dikehendaki. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dari tidak mengetahui menjadi mengetahui melalui pengalaman dengan dorongan dan bimbingan sehingga tercapai tujuan yang dikehendaki. Dalam hubungannya dengan mata pelajaran akuntansi, Jusup (1999:5) menjelaskan pengertian akuntansi sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan penganalisisan data keuangan serta organisasi. Sementara itu, American Accounting Asso-ciation (Soemarso, 1998: 5) mendefinisikan akuntansi sebagai berikut: .. proses mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, pelaporan, peringkasan, penganalisisan data keuangan dan pengikhtisaran transaksi akibat suatu transaksi terhadap suatu

kesatuan ekonomi. Di samping itu, beberapa pengertian yang dapat dipetik dari definisi itu antara lain bahwa akuntansi menyajikan informasi ekonomi dari suatu kesatuan ekonomi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Untuk menghasilkan informasi ekonomi, perlu diciptakan suatu metode pencatatan, penggolongan, analisis dan pengendalian transaksi serta kegiatan-kegiatan keuangan, kemudian melaporkan hasilnya. Kegiatan akuntansi meliputi : 1) pengidentifikasian dan pengukuran data yang relevan untuk suatu pengambilan keputusan, 2) pemrosesan data yang bersangkutan kemudian pelaporan informasi yang dihasilkan, dan 3) pengkomunikasian informasi kepada pemakai laporan. Kegiatan-kegiatan ini perlu dirangkaikan dalam suatu sistem yang disebut sistem akuntansi. Siswa dalam kegiatan pembelajaran akuntansi dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Thorndike (Bower & Hilgard, 1981:26) mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum low of exercise menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan. Hukum ini dalam pelajaran akntansi berarti makin sering suatu konsep akuntansi diulangi, maka makin dikuasai konsep itu. Pengulangan dalam belajar akuntansi, bukan sembarang pengulangan yang menjadi membosankan, tetapi pengaturan waktu, distribusi frekwensi ulangan/latihan akan menentukan keberhasilan belajar siswa. Munadlir (1991: 105), berkenaan dengan prinsip keaktifan, mengemukakan bahwa individu merupakan manusia belajara yang aktif, selalu ingin tahu sosial. Berkaitan dengan keaktifan siswa dalam proses belajar, Carver, dkk. (1989, 267-283), membuat suatu daftar yang berisis macam-macam kegiatan siswa, yang antara lain dapat digolongkan sebagai: (1) Visual activities seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain; (2) Oral activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, mengeluarkan pendapat, diskusi; (3) Listening activities seperti mendengarkan

Budi Sutrisno dan Ummi Hany E., Profil Perilaku Koping dalam ...

43

penjelasan guru, ceramah, percakapan; (4) Writing activities seperti menulis misalnya; contoh soal, penyelesaian soal, rangkuman; (5) Drawing activities seperti menggambar, membuat grafik, peta dan diagram; (6) Motor activities seperti melakukan percobaan, membuat model, bermain; (7) Mental activities seperti mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan; dan (8) Emotional activities seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, berani, tegang, gugup. Lepas dari kegiatan belajar dan variasi aktivitasnya, belajar akuntansi memerlukan kekhususan yang menyangkut ketekunan dan kebiasaan dalam memecahkan variasi kasus akuntansi, dan hal ini sering memunculkan kesulitan. Secara umum, kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam pelajaran akuntansi menurut Yusup (1999:11-13) meliputi: a) pemahaman perkiraan dalam transaksi, b) menentukan jenis transaksi, c) membuat jurnal, baik jurnal umum maupun jurnal penyesuaian, d) pemasukan transaksi ke dalam laporan keuangan. Di samping butir di atas, pada tahapan yang lebih tinggi, kesulitan itu terletak pada pemahaman konsep dan keterkaitannya dengan perkembangan ekonomi suatu negara. Manusia tidak dapat menolak atau menghindar dari masalah, tuntutan atau tekanan yang menimpa dirinya. Oleh karena itu tingkah laku koping merupakan suatu proses yang dibutuhkan sepanjang waktu, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun di masyarakat. Proses ini dapat digunakan sebagai kunci dalam memahami reaksi seseorang terhadap stres atau hambatan-hambatan (Fasikhah, 1995: 2) Pendapat ini sejalan dengan Taylor (Smet, 1994: 136) bahwa koping adalah kecenderungan untuk berdamai dengan faktor-faktor penyebab stres. Pestanjee (1992: 89) mengungkapkan bahwa koping memiliki tiga efek yaitu psikologis, sosial, dan fisik. Ketiga efek tersebut ada yang mengarah positif ada pula yang mengarah negatif.

Strategi koping menunjukkan pada berbagai upaya baik mental maupun perilaku untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi dan meminimalkan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan (Mutadin, 2002: 2 ). Dengan kata lain strategi koping merupakan suatu proses dimana individu berusaha untuk menangani dan menguasai situasi stres yang merupakan akibat dari masalah yang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya. Perilaku koping juga diartikan sebagai tingkah laku dimana individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan tugas atau masalah (Chaplin, 1995: 105). Demikian pula Lazarus dan Folkman (Smet, 1994 : 140) menjelaskan koping sebagai suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi stressful. Dari bebagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku koping adalah usaha atau strategi yang dilakukan individu dalam menghadapi situasi yang menekan atau stressfull sehingga individu dapat mengatasi hambatanhambatan yang secara fisik dan psikologis menimbulkan stres atau tekanan batin. Individu berusaha untuk menangani dan menguasai situasi stres yang menekan dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku koping menurut Mutadin (2002: 3) adalah: 1) kesehatan fisik, 2) keyakinan atau pandangan positif, 3) ketrampilan memecahkan masalah, 4) ketrampilan sosial, 5) dukungan sosial, dan 6) materi. Menurut bentuknya, Lazarus dan Folkman (Smet, 1994: 145 ) membagi koping menjadi dua macam, yaitu Problem focused coping dan Emotion focused coping. Yang pertama berpusat

44

Varia Pendidikan, Vol. 20, No. 1, Juni 2008

pada masalah, individu akan mengatasi dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan keterampilan yang baru. Individu akan cenderung meng-gunakan strategi ini, bila dirinya yakin akan dapat mengubah situasi. Kedua berpusat pada emosi, digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stress. Pengaturan ini melalui perilaku individu, bagaimana meniadakan faktafakta yang tidak menyenangkan melalui strategi kognitif, yaitu bagaimana individu mampu mengubah kondisi yang stressfull , untuk cenderung mengatur emosinya. Strategi koping yang berfokus pada masalah, sulit untuk dilakukan, namun menurut Parry (1992: 55) perilaku koping dapat dilakukan dengan cara: a) mengubah gaya hidup ( life style canging ), b) mencari bantuan (seeking help). c) mencari informasi (searching information). Individu dapat disebut melakukan perilaku koping yang berpusat pada masalah atau Problem focussed coping apabila individu tersebut melakukan tindakan antara lain: menentukan masalah, menciptakan pemecahan alternatif, menimbang alternatif berkaitan dengan biaya bermanfaat, memilih salah satu dari alternatif pilihan, serta mengimplementasikan alternatif yang dipilih. Problem focussed coping juga dapat diarahkan ke dalam, yaitu orang dapat mengubah tingkat aspirasi, menemukan sumber pemuasan alternatif dan mempelajari keterampilan baru (Atkinson, 1997: 67). Moss (dalam Atkinson, 1997: 67) mengemukakan bahwa orang yang menggunakan koping ini biasanya berusaha mencegah emosi negatif yang menguasai dirinya, caranya dengan menggunakan mengubah perilaku dan mengubah kognitif. Strategi perilaku antara lain dengan melakukan latihan fisik untuk mengalihkan pikiran dan masalah, menyalurkan kemarahan, serta mencari dukungan emosional dari kawan. Berkenaan dengan variasi koping, hasil penelitian yang dituangkan dalam tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan profil perilaku koping di kalangan siswa SMK Batik 1 Surakarta,

dan mengidentifikasi tentang aspek mana yang sering muncul. Di samping itu juga untuk mengetahui pokok bahasan mana dalam mata pelajaran akuntansi tersebut yang oleh siswa diannggap paling sering mengundang munculnya perilaku koping. Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan seting observasi dan wawancara secara mendalam kepada 9 orang siswa kelas 1, dari beberapa siswa yang melakukan koping dalam menghadapi mata pelajaran akuntansi. Penunjukan 9 orang tersebut didasarkan pada pengamatan awal, dan informasi guru mata pelajaran. Wawancara kepada guru akuntansi kelas 1, difokuskan pada aspek materi dan pola pembelajaran yang diterapkan sampai dengan model asesmen dan evaluasinya, termasuk kendala yang sering muncul dalalm pelaksanaannya. Di samping itu obervasi dan dokumentasi, dilakukan untuk pengumpulan data sekunder yang menyangkut profil sekolah. Analisis data mengunakan model the constant comparative methode (Usman & Akbar, 2001 : 32), dengan mengidentifikasi suatu fokus kegiatan siswa di sekolah yang menyangkut perilaku koping dalam menghadapi mata pelajaran akuntansi, seperti bagaimana masalah itu terjadi, dalam kondisi dan lokasi yang bagaimana, tentang apa, dan kepada siapa, mengapa itu terjadi, serta bagaimana menghadapi kondisi masalah itu dengan tidak mengabaikan proses trianggulasi sumber. Pemilihan pendekatan kualitatif berdasarkan pada pertimbangan bahwa gejala dalam penelitian ini merupakan serangkaian proses penerapan strategi koping oleh siswa dalam menghadapi mata pelajaran akuntansi. Pada pendekatan ini, kehadiran peneliti dilaksanakan secara wajar sebagaimana adanya, dan data yang dikumpulkan bersifat kualitatif (Usman & Akbar, 2001 : 81); Muhajir (2002:75).

Budi Sutrisno dan Ummi Hany E., Profil Perilaku Koping dalam ...

45

Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian terhadap siswa kelas 1 Program Akuntansi; yang pada saat penelitian ini dilakukan, mereka telah menerima beberapa pokok bahasan yang mencakup: Pembelian, Piutang, Aktiva Tetap, Kas - Bank, Kas Kecil, Rekonsiliasi Bank, dan Nota kredit/debit. Aspek-aspek perilaku koping yang dilakukan, meliputi: pertama keaktifan diri. Siswa-siswa Akuntansi pada dasarnya telah sadar bahwa ketika memasuki jurusan Akuntansi maka akan banyak menemui mata pelajaran yang melibatkan hitungan dan analisis logis matematis. Rasa senang yang timbul dari kesadaran diri baik dikarenakan adanya dukungan sosial keluarga dan jaminan lapangan pekerjaan maupun masa depannya, benar-benar merupakan harapan pribadi dan menjadi dasar yang kuat untuk mengatasi masalah. Masalah yang dihadapi siswa antara lain adalah a) pilihan metode pembelajaran, dan b) proses komunikasi timbal balik antara guru dan siswa yang dirasakan tidak berjalan secra dialogis. Penyebab-penyebab masalah itu, dihadapi siswa dengan berbagai cara seperti diantaranya upaya mengelabui diri sendiri dan lingkungan terutama guru sehingga dapat diterima di dalam kelas. Adapun strategi yang digunakan siswa, berupa tingkah laku maupun verbal. Hasil temuan pada aspek ini mengungkap dua jenis strategi tingkah laku siswa SMK Batik I Surakarta, yaitu: a). tingkah laku pada diri sendiri, sebagai strategi untuk mengelabuhi penyebab stress dengan cara melakukan sesuatu pada diri sendiri dan menggunakan barang milik pribadi. Hal ini didasarkan oleh pengakuan siswa ketika mengalami kejenuhan, kejengkelan dan ketidak pahaman terhadap materi yang dibahas, maka yang dilakukannya adalah mengorek-orek meja dan buku atau membuat gambar-gambar kecil di buku, tempat pensil dan tangan. Seringkali siswa menghentak-hentakkan kaki sambil bergumam maupun menyanyi atau

menelungkupkan badan dan kepala di atas meja belajar sekolah; b). tingkah laku pada sekitar, sebagai strategi untuk mengelabui penyebab stress dengan cara melibatkan orang di sekitarnya dan menggunakan barang milik sekitarnya. Tingkah laku yang kedua ini biasanya timbul setelah siswa tidak merasa puas dengan strategi atau cara-cara yang pertama di atas. Hal lain yang membuat siswa mengambil sikap ini yaitu ketika melihat teman di sekitarnya, juga memiliki kesamaan kondisi. Temuan melalui pengakuan semua responden (siswa), justru aspek perilaku ini yang paling sering dilakukan.Temuan ini sejalan dengan apa yang diteliti oleh Herawani (1999) terhadap perilaku mahasiswa Ilmu Keperawatan UI, dalam bentuk penyangkalan (denial) dan pemindahan (displacement) sebagai mekanisme pertahan ego. Kedua, perencanaan. Di sini siswa berusaha memikirkan, apa yang akan dilakukan pada saat di kelas nanti, atau apa yang dapat menjadi alasan agar tidak ikut pelajaran. Pemikiran ini muncul karena mereka dihantui beban mengenai terulangnya suasana-suasana pembelajaran yang menurut mereka: menjenuhkan, membingungkan dan tidak berkualitas. Perilaku berupa pengalihan suasana hati yang telah nyaman dalam mengikuti pelajaran tertentu tersebut dalam bentuk merencanakan sesuatu merupakan strategi perilaku koping siswa yang berfokus pada emosi (Emotion Focused Coping) sebagaimana ditegaskan oleh Lazarus dan Folkman (Smet, 1994: 145) dengan bentuk meniadakan fakta-fakta untuk mengatur emosi. Beberapa perilaku positif, dijumpai pada beberapa siswa yang merencanakan untuk bertanya seoptimal mungkin pada guru yang bersangkutan dan apabila tidak dapat teratasi maka siswa merencanakan untuk bertanya pada guru yang lain, dapat dikategorikan pada strategi koping yang berorientasi pada masalah (Problem Focused Coping). Bentuk perilaku siswa baik problem focused coping maupun emotion focused coping, dapat dipengaruhi oleh faktor kete-

46

Varia Pendidikan, Vol. 20, No. 1, Juni 2008

rampilan memecahkan masalah seperti mencari informasi, menganalisis situasi dan identifikasi masalah dengan cara memikirkan dan merencanakan alternatif tindakan. Ketiga, kontrol diri. Aspek ini dilakukan beberapa siswa dalam bentuk membatasi keterlibatan diri sendiri dalam aktivitas kompetisi atau persaingan, dengan langkah-langkah yang tidak terburu-buru. Perasaan senang pada berhitung membuat beberapa siswa mampu mengendalikan diri dan berusaha senang dengan guru yang mengampu, mengatur serta mengelola pikiran dan hati agar mampu bertahan dan nyaman di kelas. Temuan penelitian terhadap responden, ternyata hanya sebagian dari mereka yang sadar untuk berperilaku seperti aspek kontrol diri dengan alasan pertanggungjawaban diri terhadap masa depan mereka. Keempat, cari dukungan sosial. Positif atau negatifnya strategi koping yang dilakukan oleh siswa dipengaruhi kuat oleh dukungan sosial karena dapat membuat suasana hati individu menjadi nyaman. Dukungan sosial dapat berbentuk nasehat dan informasi. Beberapa siswa mengeluhkesahkan kepada orang tua, kakak, saudara, teman dan bahkan guru yang dipercaya, tentang pokok bahasan yang sulit untuk dipahami (Kas Kecil dan Rekonsiliasi Bank), kurang setuju dengan metode pengajaran dari guru tertentu atau kekecewaan serta kejenuhan-kejenuhan saat belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Beberapa siswa lain, cenderung mencari simpati dan pengertian dengan cara bertanya atau menegaskan kesulitannya dalam memahami materi yang disampaikan sekaligus sebagai cara untuk lebih mengerti dan paham. Kelima, mengingkari. Pengingkaran terhadap suatu beban masalah siswa terutama dalam hal menghadapi pelajaran akuntansi, yang menurut persepsi siswa adalah pada kurang efektifnya pilihan metode maupun strategi pembelajaran yang diterapkan guru. Akibatnya dapat mempengaruhi proses penerimaan dan pemahaman siswa terhadap pokok bahasan yang

dijelaskan. Kondisi itu senada dengan pernyataan Mutadin (2002 : 1) bahwa setiap individu dalam menghadapi masalah akan selalu bereaksi negatif dan positif, reaksi yang muncul dalam bentuk negatif berupa sikap acuh tak acuh. Siswa menyadari bahwa beberapa pokok-bahasan dalam akuntansi memang sulit, sehingga bentuk pengingkaran yang dilakukan ketika siswa mengalami kesulitan adalah dengan cara tidak mau memperhatikan proses pembelajaran atau mencari alasan mengurusi kegiatan ekstrakurikuler dan cenderung malas belajar kecuali pada saat akan semesteran. Perilaku koping ini ternyata hanya dilakukan oleh sebagian kecil responden, mengingat cukup ketatnya penerapan disiplin sekolah. Pola yang sama ditemukan dalam penelitian Herawani (1999) terhadap mahasiswa Keperawatan UI, dimana orientasinya berupa tindakan untuk memenuhi tuntutan dari situasi stress secara realistis, dapat berupa konstruktif atau destruktif. Perilaku yang nampak menyangkut : a) Perilaku menyerang (agresif) biasanya untuk menghilangkan atau mengatasi rintangan untuk memuaskan kebutuhan, b) Perilaku menarik diri digunakan untuk menghilangkan sumber-sumber ancaman baik secara fisik atau psikologis, dan c) Perilaku kompromi digunakan untuk merubah cara melakukan, merubah tujuan atau memuaskan aspek kebutuhan pribadi seseorang Keenam, penerimaan. Situasi yang penuh dengan stres akan mendorong siswa untuk mengatasi masalah-masalah tersebut hingga dapat diterima dan dilaksanakan dengan sebaik mungkin. Penerimaan pada masalah yang sama dan terjadi secara berkala serta continue, bagi beberapa siswa dapat menjadi bahan atau pengalaman dalam menghadapi masalah yang sama di hari berikutnya. Ketika mengawali pembelajaran, siswa cenderung memaksa dirinya untuk dapat menerima situasi pembelajaran dan pilihan metode yang dipandang tidak tepat. Tetapi setelah berusaha, siswa justru menemukan cara

Budi Sutrisno dan Ummi Hany E., Profil Perilaku Koping dalam ...

47

penerimaan sebagai sesuatu yang dirasakan lebih baik daripada emosi yang merugikan diri sendiri. Sekalipun penerimaan tersebut masih membutuhkan keaktifan, kontrol diri dan ada hubungannya dengan keyakinan atau pandangan positif maupun negatif yang dapat dipengaruhi oleh dukungan sosial. Siswa mengakui bahwa nilai raport merupakan salah satu pendorong semangat siswa untuk berusaha seoptimal mungkin, sekalipun seringkali harus merasakan kejenuhan dan melakukan strategi koping untuk mengatasinya. Keyakinan siswa ini dapat dipahami dengan merujuk pendapat Mutadin (2002:1) bahwa setiap individu dalam menghadapi masalah akan selalu bereaksi negatif dan positif, reaksi yang muncul dalam bentuk positif adalah penyesuaian yang adaptif. Karena manusia tidak dapat menolak atau menghindar dari tuntutan atau tekanan yang menimpa dirinya, maka kemampuan untuk berdamai dengan penyebab stres (Coping Skill) perlu dilakukan dan dikembangkan Ketujuh, religiusitas. Beberapa siswa mengakui bahwa jika rajin menjalankan ibadah, lebih sering merenung maka cenderung memilih cara pemecahan masalah yang lebih diterima oleh agama maupun norma etika. Siswa mengakui pula bahwa melalui perenungan dan kesadaran religiusitas, mereka dapat menerima pelajaran, sekalipun tidak senang, dan melakukan hal-hal yang diduga mampu mengatasi kejenuhan dengan tidak merugikan orang lain. Pilihan koping positif ini senada dengan Partanjee (1992: 18), yang menegaskan bahwa kerajinan dalam menjalankan ibadah, akan menuntun pilihan pemecahan masalah yang lebih dapat diterima oleh agama maupun norma etika. Hal yang sebaliknya juga diakui oleh beberapa siswa lain yang nota bene kurang rajin dalam melakukan tindakan dan perenungan religiusitas, bahwa mereka kurang mampu merenungi dan menyandarkan beban dan harapannya pada Tuhan Yang Maha Esa; mereka cenderung memilih perilaku yang kurang dapat diterima di masyarakat pendidikan. Kelompok

terakhir ini, hampir mendominasi keseluruhan responden yang berperilaku koping. Berdasarkan pengamatan dan pengakuan responden tentang ragam perilaku koping di atas, aspek koping yang sering muncul di kalangan siswa adalah keaktifan dalam arti negatif, pengingkaran, namun juga kontrol diri serta religiusitas. Pokok bahasan yang dipandang paling sulit dan menimbulkan perilaku koping adalah Kas Kecil dan Rekonsiliasi Bank. Simpulan dan Saran Berdasarkan temuan penelitian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa: (1) Perilaku koping yang dilakukan siswa SMK BATIK I, khususnya kelas 1 pada Program Studi Akuntansi, dalam menghadapi mata pelajaran Akuntansi mencakup tindakan-tindakan yang berkisar pada aspek-aspek: a) keaktifan diri, berupa tingkah laku pada diri sendiri dan tingkah laku pada sekitar; b) perencanaan, berupa keterampilan memecahkan masalah seperti mencari informasi, menganalisis situasi dan identifikasi masalah dengan cara memikirkan dan merencanakan alternatif tindakan; c) kontrol diri, dalam bentuk berusaha senang dengan guru yang mengampu, mengatur serta mengelola pikiran dan hati agar mampu bertahan dan nyaman di kelas; d). cari dukungan sosial, berupa mencari nasehat, informasi, dukungan moral , mencari simpati dan pengertian dengan cara bertanya atau menegaskan kesulitannya; e) pengingkaran, berupa tindakan menghindar/menjauh dari proses pembelajaran; f) penerimaan, berupa keaktifan, kontrol diri dan keyakinan atau pandangan positif maupun negatif yang dipengaruhi oleh dukungan sosial. Nilai raport merupakan salah satu pendorong semangat siswa untuk memiliki keinginan berusaha; g) religiusitas, berupa upaya perenungan dan penyelesaian beban melalui sandaran pada tuntunan ajaran keagamaan. Aspek-aspek perilaku koping yang sering muncul di kalangan siswa, adalah keaktifan dalam arti negatif,

48

Varia Pendidikan, Vol. 20, No. 1, Juni 2008

pengingkaran, namun juga kontrol diri serta religiusitas. Pokok Bahasan dalam mata pelajaran Akuntansi, yang paling sulit bagi siswa dan menimbulkan perilaku koping adalah Kas Kecil dan Rekonsiliasi Bank Bertolak dari kesimpulan di atas, dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1) Bagi guru, dipandang perlu untuk melakukan kontrol terhadap penerapan metode pembelajaran dan sekaligus mendeteksi dan mengatasi permasalahan transfer keilmuan guru kepada siswa dan permasalahan

suasana proses belajar mengajar (KBM) di masingmasing kelas. 2) Bagi guru BP (Bimbingan dan Penyuluhan ), agar temuan ini merupakan masukan bagi pengembangan dalam pelaksanaan fungsinya, demi kelancaran proses KBM. 3) Bagi Kepala Sekolah, seyogyanya bersama seluruh guru menjadikan kualitas proses pembelajaran sebagai suatu hal yang senantiasa ditingkatkan optimalisasinya. 4) Bagi seluruh siswa, untuk dapat bersikap lebih arif dan memilih cara mengatasi masalah yang tidak merugikan diri sendiri maupun pihak lain.

DAFTAR PUSTAKA Atkinson,RL, Akinson, RC, Smith, E, dan Bem,D. 1997. Pengantar Psikologi. Diterjemahkan Widjaya kusuma. Batam; Interaksara Bower, G.H. & Hilgrad, ER. 1981. Theorysm of Learning (5th ed). Englewood Cliffs: Prentice Hall. Inc. Carver, CS. Weintroub, J.K, and Scheiner. M.F. 1989. Assesing Coping Strategies: Theoritically Based Approach. Journal of Personality and Sosial Psychology. Vol 56. No. 2, 267 283 Chaplin, C.P. 1995. Kamus Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada Crow Lester D, Crow. Alice. 1984. Psikologi Pendidikan. terjemahan Z. Kasijan Surabaya: PT Bina Ilmu. Dimyati, Mudjiono. 1999. Belajar Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Herawani, N. 1999. Mekanisme koping pada mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan UI. (hasil penelitian tidak dipublikasikan). Munadlir. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta Rajawali Press. Muhadjir, Noeng. 2002. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Cet 2. Yogyakarta: Rake Sarasin. Mutadin, Z. 2002. Strategi Koping. http: www. e-psikologi.com.12 oktober 2005 Parry, G. 1992. Coping with Crises. New York: The British Psychological Society and Routhledge Ltd Pestanjee, D.M. 1992. Stress and Coping. The Indian Eksperience. New Delhi: Sage Publication . Rogers, G. 1996. The Role of philosophy in Education for Work. Journal Of Industrial Teacher Education (JITE), 33 (2), 77-82. Smet, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Indonesia

Budi Sutrisno dan Ummi Hany E., Profil Perilaku Koping dalam ...

49

Soemarsono, SR. 1998. Pengantar Akuntansi Keuangan. Jakarta: YPFE-UI. Usman, H dan Akbar, P.S. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Edisi IV. Bandung: PT Bumi Aksara Walter, R.A. 1993. Development of Vocational Education. In C. Anderson & L.C. Ramp (eds), Vocational education in the 1990s:A Sourcebook for strategies, methods, and materials. An Arbor, MI: Prakken. Yusuf, Haryono. 1999. Dasar-dasar Akuntansi. Jilid I. Yogyakarta: STIE YKPN.

You might also like