You are on page 1of 37

I.

Skenario
Ibnu Sabil, 23 year old is daily worker for his life and his father life. His mother died

when he was born and his father could not work because suffering from liver disease (cirrhosis hepatis) which spent lot of money for treatment. Three years ago, he pushed his father to sell their house for praying liver disease and he gave one of his liver disease as a donor. One day he bought lot of bread for diner but during the way he gave that bread to a beggar which was hungry for 3 days. When he arrived at hus hut, he saw a foreigner gave 3 boxes of gold coin as a result of his fther business partnership in Arab country. Now they become rich. Ibnu Sabil runs a big food factory. His father built a mosque and also went for Haj and Umrah several times. Before pass away, his father saw in his dream that his good deed was balanced. His merit going Haj and Umrah also given to Ibnu Sabil. Reward for bread sadaqah was bigger then built a mosque. He asked you to explain this condition.

II.

Klarifikasi Istilah

Chirrhosis hepatis Daily worker Desease

: peradangan interstisial pada hati. : pekerja harian. : sensasi abnormal yang disebabkan oleh adanya perubahan fungsi dan sruktur dalam tubuh.

Foreigner Business parthnership Donor

: warga Negara asing. : hubungan kemitraan kerja. : organism yang member jaringan hidup untuk dapat digunakan pada tubuh orang lain.
1

Merit Sadaqah

: kebaikan/ balas jasa/ pahala. : memberikan sesuatu milik kita kepada orang lain.

III.

Identifikasi Masalah

1. Ayah ibnu sabil tidak bisa bekerja karena menderita chirrhosis hepatis dan menghabiskan banyak uang untuk pengobatan. 2. Ibnu Sabil mendorong ayahnya untuk menjual rumah. 3. Ibnu Sabil mendonorkan sebagian hatinya kepada ayahnya. 4. Ibnu Sabil memberikan roti untuk makan malamnya kepada pengemis yang kelaparan. 5. Ibnu Sabil dan ayahnya mendapatkan tiga peti emas sebagai hasil kerja sama di Negara Arab sehingga mereka menjadi kaya. 6. Hasil dari sedekah roti lebih besar daripada membangun masjid.

IV.

Analisis masalah

1. a. Apakah peran seorang ayah di dalam keluarga? b. Mengapa pengibatan Chirrhosis Hepatis membutuhkan banyak biaya?

2. a. Apa alas an Ibnu Sabil mendorong ayahnya untuk menjual rumah? b. Apakah tindakan Ibnu Sabil sudah tepat?

3. a. Bagaimana etik transplantasi? b. Apakah tindakan pendonoran tersebut termasuk empati Ibnu Sabil kepada ayahnya?

4. a. Apa yang mendorong Ibnu Sabil memberikan rotinya kepada pengemis?


2

b. Apakah tindakan yang dilakukan Ibnu Sabil sudah tepat? c. Apa dampak dari tindakan yang dilakukan oleh Ibnu Sabil? 5. a. Mengapa hasil dari sedekah roti lebih besar daripada membangun dari sudut pandang apa? b. Berdasarkan filsafat dari aspek agama Islam, apa yang membedakan nilai dari suatu perbuatan baik dengan perbuatan baik lainnya? Brain Storming masjid dan

1. a. Peranan ayah dalam keluarga :


Pemimpin dalam keluarga Memberi nafkah dalam keluarga Menentukan kondisi anak ketika besar nanti Memberi pemecahan masalah Member warna cara mengambil keputusan Pembangun keberanian Membangun kestabilan

b. Karena penggunaan terapi obat tentu akan berlangsung lama dan harus dilakukan secara berkala. Sehingga secara otomatis hal ini akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan bisa dikatakan cukup mahal.

2. a. Untuk membiayai pengobatan ayahnya.


b. Sudah tepat karena tindakannya menunjukkan rasa empati terhadap ayahnya dan juga hal ini merupakan hal yang bermanfaat.

3. a. Beberapa pasal dalam kodeki yang harus didasarkan pada etik transplantasi:
Pasal 2 Dokter harus selalu melakukan / profesinya sesuai dengan pengukuran tertinggi. Pasal 10 Setiap dokter harus selalu ingat dan tegas untuk melindungi hidup seseorang. Pasal 11
3

Setiap dokter harus jujur dan lurus ke depan dan menggunakannya/ pengetahuan dan keterampilan untuk kebutuhan pasien.

Selain itu, transplantasi harus dilaksanakan dengan dua syarat, yaitu keamanan dan voluntarisme.

b. iya, karena Ibnu Sabil ikut merasakan penderitaan ayahnya sehingga mau mendonorkan sebagian hatinya.

4. a. karena memiliki belas kasihan dan bersimpati, serta berempati kepada pengemis
dan sadar bahwa hal tersebut merupakan akhlak mulia.

b. iya, karena dalam kondisi tersebut si pengemis belum makan selama tiga hari dan tidak ada perbuatan yang sia-sia.

c. Allah SWT membalas kebaikan Ibnu Sabil dengan tiga peti emas sebagai hasil dari kerja sama ayahnya di Arab, padahal kejadian tersebut belum diketahui sebelumnya.

5. a. Karena dilihat dari situasi Ibnu Sabil, Ibnu Sabil memberikan sedekah secara diamdiam, tidak diketahui oleh banyak. Sedangkan, kalau membuat masjid semua orang akan tahu. Selain itu, dapat dilihat juga dari beberapa sudut pandang, yaitu Sudut pandang situasi dan kondisi. Sudut teori deontologi,, yang menjelaskan bahwa pelaksanaan kebaikan atas dasar kewajiban. Dari sudut saat mendapat balasan (dalam hal ini rezeki).

b. - Nilai juga kondisi, yang didasari pada niat dan tujuan. - Sesuai dengan kebutuhan saat itu.

V.

Hipotesis

Ibnu Sabil, ayahnya, dan orang asing mempunyai rasa empati dan melakukan akhlak mulia karena mengharapkan pahala.

VI.

Kerangka Konsep

Filsafat Agama Islam

Virtue Ethics

Akhalak Mulia

Empati

Etik Transplantasi

Perbuatan baik

Donor hati

Memberi makan pengemis

Membngun masjid

PAHALA

VII.

Learning Issue

Pokok bahasan

What I know

What I dont Know

What I Have How to Prove Virtue ethics berguna bagi kehidupan seseorang Internet Learn

Will

Virtue etik

Definisi

Prinsip-prinsip penerapan

Empati

Definisi

Bagaimana mencapai empati

Ibnu

Sabil

memiliki rasa Jurnal pada

Perbedaan empati empati dan simpati Manfaat empati

ayahnya dan Text book pengemis

Akhlak mulia

Definisi

Jenis-jenis akhlak Akhlak mulia mulia Keutamaan berperan bagi kehidupan dan

Cara membangun dunia akhlak mulia Indicator tujuan mulia dan akhlak akhirat

Etik transplantasi

Definisi

Pengaturan hokum transplantasi

Etik etik transplantasi dibutuhkan dalam proses pendonoran Ibnu Sabil

Filsafat agama Definisi Islam

Tujuan Syarat-syarat Sejarah terbentuknya filsafat Islam

menerapkan

agama filsafat agama Islam

Ciri khas Tokoh-tokoh filsafat Islam agama

dalam kehidupannya

Deontology

Definisi

Keuntungan

Sedekah

Definisi

Manfaat Hukum bersedekah

Sedekah akan mendapatkan bnyak manfaat

Pahala

Definisi

Cara mendapatkan Setiap orang pahala Faktor-faktor Panduan yang berbuat kebaikan akan memperoleh pahala

VIII.

Sintesis

8.1.

Virtue Ethics

Virtue ethics/ etik keutamaan berasal dari dua kata, yaitu: Virtue : karakter moral/kebaikan/ kemuliaan Ethics : kumpulan asas moral yang berkenaan dengan akhlak

Virtue etik adalah suatu bentuk nilai etika yang didasarkan pada kapasitas terbaik (akhlak mulia) yang dilakukan oleh pelakunya. Virtue ethics ini menegaskan moral karakter dan bukannya kewajiban atau peraturan atau sesuatu yang menegaskan tentang konsekuensi suatu tindakan. Juga merupakan suatu cara pandang untuk membedakan tindakan baik dan buruk dengan melihat dari karakteristik (perilaku) dasar orang yang melakukannya, (suatu tindakan yang baik/benar pada umumnya akan keluar dari orang yang memiliki karakter yang
7

baik pula). Peranan di sini diletakkan pada moral individu yang dalam skenario ini Ibnu Sabil bukan hanya pada kebenaran tindakan yang dilakukannya.

Prinsip-prinsip: 1. Compasison dalah gabungan sikap mulia terhadap kesejahteraan makhluk insane berupa sikap mengasihi , menyayangi, melindungi, simpati, empati, dan lain-lain. 2. Discerement adalah sikap arif dan bijaksana untuk melakukan penilaian dan pertimbangan dangan benar, handal, adil dan jujur tanpa dipengaruhi oleh berbagai kepentingan. 3. Trustworthiness adalah terpecaya untuk dapat bertindak dan berbuat sesuai dengan moralitas yang terbaik. 4. Integrity adalah yang dicerminkan sikap konsekuen dengan penuh tanggung jawab dan percaya diri dan rela berkorban untuk bertindak sesuai dengan moralitas yang dianutnya. 5. Conscientiousness adalah memiliki hati nurani dan kesadaran batin mulia untuk dapat melaksanakan moralitas yang tertinggi. Penerapan virtue ethics dapat berupa sikap: Baik hati Tidak berpihak Berpikir masuk akal Beradab Bersahabat Percaya diri Belas kasih Murah hati Pengendalian diri Teliti Jujur Disiplin diri Mau dan mampu bekerja sama Tekun Mengandalkan diri sendiri Berani Adil Pandai bergaul Ramah Setia Peduli Dapat diandalkan Moderasi Toleransi

Dalam skenario ini, terlihat bahwa Ibnu Sabil menerapkan Virtue ethics dalam kehidupannya, begitupun dengan prinsip-prinsi virtue ethics juga telah diaplikasikan oleh Ibnu Sabil. Hal ini terbukti saat Ibnu Sabil rela bekorban demi kesembuhan ayahnya dengan
8

mendonorkan sebagian hatinya. Hal serupa juga terlihat pada prilaku Ibnu Sabil yang rela memberikan rotinya untuk pengemis yang kelaparan di jalanan. Padahal roti tersebut akan digunakan oleh Ibnu Sabil untuk makan malam. Namun, karena adanya rasa empati, belas kasih, dan juga peduli terhadap sesama, Ibnu Sabil melakukan semua itu dengan ikhlas tanpa paksaan.

8.2.

Empati

Beberapa definisi mengenai empati: Everett M. Roger dan Dilip K. Bhowmik mendefinisikan empati sebagai kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain. Empati adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang sesuai dengan apa yang dirasakan oleh orang lain secara psikologis. Empati adalah suatu usaha kognitif dan afektif seseorang dalam memahami perasaan orang lain.

Dengan adanya empati dalam diri seseorang, akan didapat beberapa fungsi yang dapat membantu seseorang dalam bersosial, berinteraksi, berkomunikasi, dan bersikap di lingkungan masyarakat.

Langkah-langkah kunci yang disarankannya mencakup hal-hal seperti : 1. Mengakui adanya perasaan-perasaan kuat dalam situasi klinis bagu pasien seperti rasa takut, marah terpendam, kesedihan, kekecewaan, dan sebagainya. 2. Berhenti sejenak dan membayangkan apa yang sedang diraskan oleh pasien yang bersangkutan. 3. Mengekspresikan persepsi dokter tentang perasaan pasien tersebut. 4. Melegetimasi perasaan-perasaan tersebut. 5. Menghargai usaha-usaha pasien untuk bekerjasama dalam proses pengobatan. 6. Menawarkan suatu dukungan atau kerjasama.

Melatih bersikap empati: 1. Mulai dari diri sendiri 2. Dengarkan cerita dari oranglain 3. Memposisikan diri kita dalam posisi orang lain
9

Mungkin hal-hal berikut ini dapat membantu kita untuk menumbuhkan rasa Empati itu, yaitu: 1. Jelaskan selalu berpikir, tapi kita harus berpikir. 2. Jangan merasa derajat kita lebih tinggi dari oranglain, tetapi selalu ingat bahwa hidup itu seperti roda, kadang kita di atas, kadang kita di bawah. 3. Jangan kita memberikan perhatian atau bantuan hanya kepada orang yang menurut kita akan menguntungkan kita saja. 4. Cobalah jalan-jalan ke tempat di mana banyak orang susah yang berkumpul di sana. Dengan itu kita akan melihat ada sisi lain dari kehidupan manusia. 5. Selalu tebarkan senyum kepada oranglain tapi jangan kebanyakan. Perbedaan Empati dan Simpati

Pengertian empati dapat dikontraskan dengan pengertian simpati. Dalam simpati, kita menempatkan diri kita secara imajinatif pada posisi orang lain. Bila saya melihat Anda menangis karena kehilangan kekasih Anda, saya akan mencoba membayangkan perasaan saya bila saya juga kehilangan kekasih. Saya beranggapun Andapun mempunyai perasaan seperti perasaan saya. Dalam empati, kita tidak menempatkan diri kita pada posisi orang lain, kita ikut serta secara emosional dan intelektual dalam pengalaman orang lain. Berempati artinya membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain. Dengan empati, kita berusaha melihat sepoerti orang lain melihat, merasakan, seperti orang lain merasakannya.

Ibnu Sabil memiliki rasa empati kepada ayahnya karena ia mendonorkan hatinya kepada ayahnya, juga ketika ia rela memberikan rotinya kepada si pengemis. Kita lihat disini bahwa empati itu tidak hanya mementingkan rasa belas kasihnya saja, tetapi juga apa yang kita lakukan untuk membantu orang tersebut. Tidak hanya menyangkut perasaan saja tetapi juga menyangkut apa yang kita perbuat untuk mereka.

8.3.

Akhlak mulia

10

Pengertian akhlak mulia adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang setiap kali lahir manifestasi hal-hal mulia dengan mudah tanpa melalui pertimbangan atau proses penalaran yang berat dan lama.

Akhlak Dari Segi Bahasa


Akhlak dari segi bahasa didefinisikan sebagai moral, tabiat, perangai, budi, adab, sifat semulajadi, maruah, watak, amalan agama atau rupa batin seseorang. Akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu Khuluqun yang bererti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Definisi ilmu akhlak menurut Prof. Omar Al Toumy Al Syaibani pula, ilmu yang mengkaji tentang hakikat perbuatan berakhlak, sifat kebaikan, kejahatan, kebenaran, kewajipan, kebahagiaan, hukum dan tanggungjawab akhlak, motif kelakuan dan asas-asas teori gagasan akhlak. Prof. Dr. Ahmad Amin dalam bukunya Al- Akhlaq merumuskan pengertian akhlak sebagai : Akhlak ialah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh setengah manusia kepada yang lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat Manakala menurut Dr. Miqdad Yalchin akhlak ialah Prinsip-prinsip dan dasar atau kaedah yang ditentukan oleh wahyu untuk mengatur tingkah laku manusia dalam kehidupannya. Ia membentuk dan menentukan hubungan dengan orang lain agar misi kehidupan manusia terlaksana dengan sempurna . Akhlak adalah sains yang mengkaji soal kebaikan dan keburukan serta cara untuk mempraktikkan kebaikan dan menolak keburukan. Akhlak juga berkait rapat dengan kejiwaan. Oleh itu ada yang mentafsirkan akhlak sebagai ilmu yang menyarankan cara-cara membersihkan jiwa dengan tumpuan kepada apakah itu kebaikan dan keburukan; apakah kriteria yang dapat menilai sesuatu itu sebagai baik dan buruk; dan apakah motif dan nilai di sebalik sesuatu perlakuan tersebut.

Akhlak Dari Segi Agama Islam

Islam telah membahagikan akhlak kepada dua Yaitu akhlak yang mulia atau akhlak terpuji (Al-Akhlak Mahmudah) dan akhlak yang buruk atau akhlak tercela (Al-Akhlak Mazmumah). Menurut Imam Ghazali, akhlak yang mulia mempunyai empat perkara yaitu
11

bijaksana, memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan hawa nafsu) dan bersifat adil. Seperti kata pepatah seorang penyair Mesir, Syauqi Bei "hanya saja bangsa itu kekal selama berakhlak, bila akhlaknya telah lenyap, maka lenyap pulalah bangsa itu Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud: "Orang Mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya."(Hadith Riwayat Ahmad) Dalam agama Islam, Rasulullah dipertanggungjawabkan memikul tugas membawa akhlak yang mulia-memperbaiki dan mengajar Akhlak terpuji yang perlu diikuti oleh umat Islam adalah akhlak Nabi Muhammad s.a.w. Menurut hadis riwayat Bukhari Akhlak Rasulullah s.a.w. adalah Al-Quran. Menurut hadis riwayat Muslim Sesempurna iman seseorang mukmin adalah mereka yang paling bagus akhlaknya.

Akhlak Dari Segi Agama Hindu


Dalam agama Hindu, berdasarkan kepada kitab Veda yang mengandungi dasar-dasar ketuhanan dan prinsip-prinsip etika yang wajib dipegang teguh oleh pengikutnya. Prinsip tersebut ialah sifat patuh dan disiplin dalam melaksanakan upacara keagamaan. Tanda-tanda kebaikan dalam agama Hindu ialah kemerdekaan, kesihatan, kekayaan dan kebahagiaan. Tanda-tanda kejahatan pula ialah perhambaan, sakit, fakir dan kecelakaan. Prinsip etika Hindu ialah peraturan agama itu dipandang sebagai sumber segala kemuliaan akhlak manusia Etika dalam agama Hindu bergantung kepada prinsip Brahma yang menjadi dasar kepada norma yang teratur dan bermatlamat. Ia bermaksud keadilan, kebaikan, kesucian, benar, sederhana dan suci. Brahma ini menjadi kod etika yang merangkumi semua aspek kehidupan manusia. Brahma merupakan salah satu matlamat hidup yang mesti diikuti berdasarkan kelas dan status seseorang.

Akhlak Dari Segi Agama Buddha


Pengajaran Buddha diasaskan oleh Siddartha Gautama. Menurut ajaran Buddha, terdapat Empat Kebenaran Mulia atau etika yang diperjuangkan yaitu: 1. Hidup manusia penuh penderitaan. 2. Manusia menderita kerana nafsu. 3. Manusia perlu menghapuskan nafsunya untuk melepaskan diri daripada penderitaan dan mencapai nirwana. 4. Penderitaan dapat dihapuskan dengan mengamalkan Jalan Lapan Lapis Mulia.

12

Jalan Lapan Lapis Mulia menurut ajaran Buddha ialah pengetahuan yang baik, pemikiran yang baik, pertapaan yang baik, perkataan yang baik, keinginan yang baik, kelakuan yang baik, usaha yang baik dan kehidupan yang baik. Kerangka dasar ajaran Buddha ialah: 1. Ajaran tentang Sradha (keyakinan). Penganut Buddha harus memiliki keyakinan terhadap Tuhan, adanya para Buddha, kitab suci dan nirwana.

2. Ajaran tentang sila (etika). Sila atau budi pekerti manusia dititikberatkan supaya manusia boleh mencapai suatu kebijaksanaan yang sempurna. Kesempurnaan ini dapat diperoleh dengan

mengamalkan enam jalan sempurna yaitu pemberian dalam bentuk kebendaan dan moral; keseimbangan, keteguhan dan kebersihan perbuatan, perkataan dan pemikiran; pemikiran yang tenang dan seimbang; semangat yang berkobar-kobar dan penuh perjuangan untuk mencapai tujuan; dan niat untuk mempersatukan pemikiran.

3. Ajaran tentang rituil (bhakti). Rasa hormat dan sujud kepada sesuatu yang harus dihormati.

Akhlak Dari Segi Agama Kristen


Agama Kristian diasaskan oleh Jesus Christ- kitab Injil. Ajaran agama Kristian menitikberatkan unsur kasih sayang dan belas kasihan antara sesama manusia. Ajaran asasnya ialah mencintai Tuhan dengan sepenuh hati dan mencintai jiran seperti mencintai diri sendiri. Old Testament (Perjanjian Lama) ada menyebutkan undang-undang yang berupa The Ten Commandments yang diperkenankan Tuhan melalui para nabi bertujuan supaya manusia mengamalkan cara hidup yang baik, di antaranya jgn berzina, menghormati kedua ibubapa, jgn membunuh, mencuri, etc Old Testament juga menekankan keadilan, kejujuran dan berbuat baik. Dalam New Testament prinsip etika turut ditekankan. Tujuan hidup bukan hanya untuk mengumpul kebendaan, kedudukan dan pangkat kerana itu tidak kekal. Ajaran Confusionisme dibawa oleh Kung Fu Tse, seorang ahli falsafah China yang terkenal membawa nilai-nilai murni dalam ajarannya. Ajaran etika beliau termasuklah:
13

1. Orang yang bijaksana mampu untuk mencapai kesempurnaan berbanding dengan orang biasa. 2. Kebijaksanaan boleh dicapai melalui proses berfikir, menaakul, menganalisis, meneliti dan belajar mencari kebenaran. Hanya kebenaran dapat menghasilkan etika yang baik. 3. Mengasingkan diri dengan tujuan mengabdikan diri kepada Tuhan. Perbuatan mengasingkan diri untuk beribadat dianggap beretika 4. Sentiasa gemarkan majlis ilmu. Sentiasa menghadiri dan menganjurkan perbincangan yang berkaitan dengan ilmu secara terbuka. 5. Membimbing dan menyebarluaskan ilmu berkaitan dengan etika kepada ahli masyarakat. 6. Masyarakat digalakkan mengamalkan etika yang baik dan mengelakkan etika yang jahat supaya hidup selesa dan bahagia.

Pembentukan akhlak mulia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: agama, diri sendiri, keluarga, pendidikan, dan persekitaran.

Akhlak mulia memiliki 9 asas antara lain: 1) Asas iman kepada Allah, sebagai asal dan tujuan hidup, yang mutlak senantiasa hadir beserta manusia di manapun dan kapanpun, 2) Asas kesadaran pertangungjawaban mutlak di Hari Kemudian atas segala tingkah laku di dunia, 3) Asas kepercayaan kepada adanya makhluk gaib, khususnya para malaikat, yang selalu mengawasi tingkah laku sehari-hari manusia, 4) Asas kesediaan menerima ajaran kebenaran universal seperti termuat dalam kitab-kitab suci dan dibawakan oleh para nabi sepanjang sejarah umat manusia di masa lalu, 5) Asas kesadaran sosial, dengan memperhatikan nasib sesama manusia dalam masyarakat luas, 6) Asas memenuhi kewajiban beribadat kepada Allah, dengan kesadaran penuh sebagai hamba Allah yang harus tunduk dan pasrah (islam) kepada-Nya, 7) Asas kesadaran fungsi sosial dari harta kekayaan, bahwa semuanya itu adalah amanat Allah, 8) Asas kesetiaan kepada janji dan perjanjian sesama manusia (dalam hal ini, secara syrai'ah, termasuk hukum-hukum kenegaraan)
14

9) Asas ketabahan menghadapi kesulitan hidup, penuh harapan kepada Allah, tidak putus asa.

Akhlak berarti prilaku, sikap, perbuatan, adab dan sopan santun. Akhlak mulia berati seluruh prilaku umat manusia yang sesuai dengan tuntunan dan adab sopan santun. Secara garis besar, akhlak mulia itu dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu : 1. Akhlak kepada Tuhan Akhlak mulia kepada tuhan berati mengikuti seluruh perintah yang telah disampaikan tuhan kepada Rasul. 2 Akhlak kepada ciptaan Tuhan Akhlak terhadap ciptaan tuhan meliputi segala prilaku, sikap, perbuatan, adab dan sopan santun sesama ciptaan tuhan yang terdiri atas ciptaan tuhan yang gaib dan ciptaan tuhan yang nyata, benda hidup dan benda mati. Secara garis besar fungsi dan tujuan pengamalan akhlak mulia bagi umat manusia adalah : 1. Sebagai pengamalan agama Sebagai pengamalan agama pengamalan akhlak yang mulia itu insya Allah akan menjadi ibadah bagi umat yang mengamalkanya. 2. Sebagai Identias Sebagai Identias, Akhlak mulia ini kepada manusia yang berakal budi karena dengan tuntunan akhlak yang mulia akan bisa membedakan antara manusia dengan hewan 3. Pengatur Tatanan Sosial Akhlak Mulia Sebagai Pengatur Tatanan Sosial berarti dengan pengamalan akhlak mulia mengukuhkan bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah bisa dan lepas dari pengaruh lingkungannya. Dengan akhlak mulia ini tatanan sosial yang terbentuk semakin memberikan makna dan nilai yang tidak saling merugikan. 4. Rahmat Bagi Seluruh Alam

15

Berarti akhlak mulia yang diperuntukkan bagi manusia tidak hanya mengatur tatanan hubungan manusia dengan manusia lainnya tetapi juga hubungan antara manusia dengan makhluk makluk lain selian manusia dan alam sekitarnya 5. Perlindungan Diri dan Hak Azazi Manusia ( HAM ) Akhlak Mulia Sebagai Perlindunagn Diri dan Hak Azazi Manusia (HAM ) berarti dengan menjalin hubungan yang baik berdasarkan hukum dan syariat agama akan terbentuk hubungan yang saling menghargai dan saling menguntungkan.

Cara membangun akhlak mulia: Keimanan Mengingat kematian Punya rasa malu dan takut kepada Tuhan Yang Maha Esa Memperbanyak kebajikan dan menghindari perbuatan dosa Meneladani akhlak nabi

Indicator akhlak mulia: Tertanamnya keimanan di dalam hati Memiliki budaya malu Amanah Pemaaf dan sabar Menjadi teladan yang baik

Tujuan akhlak: Agar manusia dapat membedakan antara amal yang baik dan buruk. Agar manusia terbiasa melaksanakan amal saleh Agar manusia terbiasa meninggalkan perbuatan tercela Agar amal perbuatan yang dikerjakan sesuai dengan akal sehat

Hubungannya dengan skenario yakni akhlak mulia merupakan sifat dasar utama yang melandasi Ibnu Sabil dalam berbuat kebaikan. Ibnu Sabil telah memahami benar tentang segala sesuatu mengenai akhlak mulia. Sehingga iapun dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terbukti ketika ia memberikan roti yang akan digunakannya untuk makan malam kepada pengemis yang kelaparan.

16

Hal ini akan membuat kehidupan yang lebih baik bagi diri dan lingkungan, sehingga akan terbentuk hubungan yang harmonis dan saling pengertian dalam kehidupan sehari-hari.

8.4.

Filsafat Agama Islam

a. Pengertian Filsafat Islam

Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Arab yang juga diambil dari bahasa Yunani, philosopia, Philo = cinta, sopia = kebijaksanan. Jadi dilihat dari akar katanya, filsafat mengandung pengertian ingin tahu lebih mendalam atau cinta kebijaksanaan.

Pengertian filsafat dari segi istilah adalah berpikir secara sistematis, radikal dan universal untuk mengetahui tentang hakikat segala seesuatu yang ada, seperti hakikat alam, hakikat mansia, hakikat masyarakat, dan lain sebagainya. Dengan demikian, muncullah filsafat alam, filsafat manusia, filsafat masyarakat, dan lain sebagainya.

Adapun pengertian filsafat Islam adalah berpikir secara sistematis, radikal dan universal tentang segala sesuatu berdasarkan ajaran Islam. Filsafat Islam itu adalah filsafat yang berorientasi pada Al-Quran, mencari jawaban mengenai masalahmasalah asasi berdasarkan wahyu Allah.

b. Sejarah Tumbuhnya Filsafat Islam

Jalan filsafat Islam dibentangkan oleh 2 lingkungan yang hidup sejaman yang samasama meletakkan sendi-sendi kajian rasional Islam. Pertama adalah lingkungan kaum penerjemah yang memasok dunia Islam dengan buah pemikiran klasik, baik timur maupun barat. Kedua, lingukngan sekte-sekte teologi Islam. Bahasa Arab memang memanfaatkan ajaran filsafat timur dan barat sebagai penaklukan-penaklukan Islam. Mereka mempelajari teks-teks tertulis dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Pada tahun-tahun terakhir abad pertama hijriah, tampillah sebagian penerjemah dari bahasa asing. Gerakan ini berjalan 3 abad dan dilaksanakan oleh para penerjemah spesialis yang menguasai bahas Arab. Mereka
17

ada yang berspesialisais pada aspek-aspek tertentu dari peradaban, seperti kedokteran, filsafat-filsafat. Gerakan penerjemah Islam mengarah sedemikian rupa kepada hikmah dan filsafat, sehingga berhubungan dengan kebudayaan Hindu-Persia dan menerjemahkan dari literaturliteratur Brahmanisme, Samaniah, dsb. Ia memberikan perhatian khusus kepada filsafat Yunani, sehingga mengenal pendahulu Socrates dan tokoh-tokoh aliran Alexandria. Pemkiran Platinus, walaupun pendapat orang lain, mendapat porsi yang baik dikalangan umat muslim. Tidak diragukan lagi bahwa Platonisme lebih dekat kepada pemikiran Islam, karena mengandung unsur perpaduan antara filsafat dan agama2. Para penerjemah juga menulis langsung. Sebagian ada yang difokuskan pada kedokteran, kimia, falak/filsafat, yang tidak kalah pelak lagi merupakan langkah awal bagi tulisan ilmiah dan filsafat Islam. Para penerjemah itu mengadakan kontak dengan para pemikir yang ada disekitarnya. Kelompokkelompok aliran kalamiah, pada tahun terakhir abad pertama hijriah, mengangkat ke permukaaan problematika-problematika filsafat, seperti masalah determinisme. Dan pada abad kedua hijriah lahir problem akidah Islam.

c. Tokoh-Tokoh Filsafat Islam

1. Al-Kindi

Al-Kindi merupakan filosof kenamaan pertama. Beliau bukan hanya seorang filosof, tetapi juga ilmuwan pada jamannya. Mengenai filsafat, Al-Kindi berpendapat bahwa antara agama dan filsafat tidak ada pertentangan. Ilmu tauhid adalah cabang termulia dari filsafat. Filsafat membahas kebenaran/hakekat. Dan hakekat pertama itu adalah Tuhan. Al-Kindi mengulas teori keadilan Tuhan dan berpendapat bahwa semua perbuatan Allah itu tidak mengandung unsur zalim. Al-Kindi juga membicarakan soal jiwa dan akal. Jiwa manusia mempunyai 3 daya. Daya bernafsu yang terpusat di perut, daya berani yang berpusat di dada, dan daya berpikir yang berpusat di kepala. Daya berpikir inilah yang disebut akal. Dalam pemikiran filosofisnya, Al-Kindi banyak dipengaruhi oleh Aristoteles, Plato dan Neo-Platonisme. Sebagian besar karya beliau (berjumlah sekitar 270 buah) lenyap. Ibnu al nadim berdasarkan tulisan alqifti mengelompokkan tulisan-tulisan Al-Kindi menjadi 17 kelompok,yaitu: Filsafat,seperti kitab al kindi ilal mutasyim billah fil falsafah al ula,kitab al harts ala taallum al falsafah,kitab fi ibarat al jawami al fikriyah,dan lain sebagainya.
18

Logika,seperti ikhtisar kitab isaghuji li farfuris,risalah fiamal alah mukhrijat al jawami, risalah fil ashwat al khomsah,dan lain sebagainya. Ilmu hitung,seperti risalah fil kamiyat al mudhofah,risalah fi talif al adad,risalah fil madkhal ilal aritmatiqhi,dan lain sebagainya. Sferika,seperti risalah fil kuriyat,rialah fi amalia samiti ala kuroh,risalah fi tashihil kurah,dan lain sebagainya. Music,risalah al kubra fit talif,risalah fil madkhal ila shinaatil musiqi,dan lain sebagainya. Astronomi,seperti risalah mathrah al syuaa,risalah fil fashlayn,dan lain sebagainya. Geometri,sepeerti risalah fi ikhtilaf manazhir al mirat,risalah fiaghradh kitab uglidis,dan lain sebagainya. Sfera-sfera langit,seperti risalah fi zhahiriyah al falak,risalah fil alan al aqsha,dan lain sebagainya. Ilmu pengobatan,seperti risalah fil ghidza wad dawaal muhlik,risalh fi aqsam al humayyat,dan lain sebagainya. Astrologi,seperti risalah fi madkhal ahkam,risalah fil qada alal kusuf,dan lain sebagainya. Psikologi,seperti risalah fi mahiyat al nawm war ruya,kalm lil kindi fin nafs,mukhtasyar wajiz,dan lain sebagainya. Tulisan-tulisan polemix,seperti risalah fir radd alats tsanawiyah,risalah fi jawahir alajsm,dan lain sebagainya. Politik,seperti risalah fi tashil subul al fadhail,risalah fi alfazh sughath,dan lain sebagainya. Meteorology,seperti risalah fi illat ikhtilaf anwaus sanah,risalah fi maiyat az zaman wal hin wad dhar,dna lain sebagainya. Kebesaran(magnitude),seperti risalatuhul kubra fir rubil maskun,risalah fi akbar an ad ajram,dan lain sebagainya. Ramalan,seperti risalah fin nahl,risalah fi natil hijarah,dan lain sebagainya.

2. Al-Farabi

Al-Farabi memfokuskan diri pada kebahagiaan, yang menurutnya tujuan tertinggi yang didambakan manusia yang bisa diraih hanya dengan perbuatan terpuji melalui kehendak
19

dan pemahaman yang diniati. Dari aspek psikologis, Al-Farabi berkonsentrasi untuk menjalankan amal iradi. Untuk itu, beliau membedakan iradah dari ikhtiar. Beliau berpendapat bahwa iradah (kehendak) dilahirkan oleh rasa rindu dan keinginan yang dibangkitkan oleh rasa dan imajinasi. Sedangkan ikhtiar semata-mata dilahirkan oleh pemikiran dan analisa5. Al-Farabi menjelaskan bahwa manusia bisa berbuat baik jika ia berkehendak. Karena ia bebas untuk mewujudkan apa yang ia kehendaki dan perbuat. Namun kebebasan ini tunduk kepada hukum-hukum alam, masing-masing diberi fasilitas sesuai dengan kejadiannya, dan setiap yang ada ini terjadi atas qada dan qadarnya6. Karangan-karangan beliau yaitu: Agradhu ma bada at tabiah Al jamu baina rajai al hakimain Tahsil as saadah ujun ul masail,dan lain sebagainya.

3.

Ibnu Sina

Ibnu Sina terkenal dengan 2 bukunya, yaitu Al-Qanun Fi AL-Tibb dan Al-Syifa. AlQanun, suatu ensiklopedia tentang ilmu kedokteran. Al-Syifa merupakan ensiklopedia tentang filsafat Aristoteles dan ilmu pengetahuan. 5 Al-Farabi, Arau, Leiden 1890, halm 64 6 Al-Farabi, al-Samiah, al-Mardiyyah fi Bad AlRisalah al-Farabiyyah, Leiden 1890, halm 64 9 Ibnu Sina mengulang pernyataan Al-farabi, berbuatlah karena masing-masing diberi kebebasan sesuai dengan kodratnya.

4. Ibnu Rusyd

Ibnu Rusyd banyak memusatkan perhatiannya pada filsafat Aristoteles dan menulis ringkasan-ringkasan dan tafsiran yang mencakup sebagian besar karangan filosof Yunani tersebut. Dalam bidang filsafat, Tahafut Al-Tahafut, beliau tulis sebagai jawaban atas buku Al-Ghazali, Tahafut Al-Falasiyah. Buku-buku Ibnu Rusyd mengenai filsafat Aristoteles banyak diterjemahkan ke dalam bahasa latin dan berpengaruh bagi ahli piker Eropa. Kemudian di Eropa trdapat aliran Averroism. Menurut aliran ini, filsafat mengandung kebenaran, sedangkan agama dan wahyu membawa hal-hal yang tidak benar. Pendapat ini mungkin bersumber dari Ibnu Rusyd.

20

Kekeliruan ini timbul dari kesalahpahaman penulis barat tentang tafsiran Ibnu Rusyd terhadap filsafat Aristoteles.

8.5.

Etik Transplantasi

Transplantasi organ adalah transplantasi atau pemindahan seluruh atau sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain, atau dari suatu tempat ke tempat yang lain pada tubuh yang sama. Transplantasi ini ditujukan untuk menggantikan organ yang rusak atau tak befungsi pada penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari donor. Donor organ dapat merupakan orang yang masih hidup ataupun telah meninggal. d. PENGATURAN HUKUM TRANSPLANTASI

Di Indonesia pengaturan hukum transplantasi organ adalah dalam UU No 23/1992 tentang Kesehatan dan PP No. 18/1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis, serta Transplantasi Alat dan Jaringan Tubuh Manusia. PP ini merupakan pelaksanaan dari UU No 9/1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan, yang telah dicabut. Akan tetapi PP ini masih tetap berlaku karena berdasarkan pasal 87 UU No 23/1992 tentang Kesehatan, semua peraturan pelasksanaan dari UU No 9/1960 masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan UU No. 23/1992.

e.

SEJARAH TRANSPLANTASI ORGAN

Sejarah transplantasi modern diawali oleh keberhasilan transplantasi kornea pada tahun 1905. Sejak saat itu berbagai organ mulai ditransplantasikan untuk menggantikan organ yang rusak, meliputi transplantasi kornea, ginjal, paru, jantung, liver, muka, tangan, dan bahkan penis. Tabel 1 dibawah ini menggambarkan perkembangan transplantasi organ dari waktu ke waktu.

f. TUJUAN TRANSPLANTASI

21

Transplantasi organ merupakan suatu tindakan medis memindahkan sebagian tubuh atau organ yang sehat untuk menggantikan fungsi organ sejenis yang tidak dapat berfungsi lagi. Transplantasi dapat dilakukan pada diri orang yang sama (auto transplantasi), pada orang yang berbeda (homotransplantasi) ataupun antar spesies yang berbeda (xenotransplantasi). Transplantasi organ biasanya dilakukan pada stadium terminal suatu penyakit, dimana organ yang ada tidak dapat lagi menanggung beban karena fungsinya yang nyaris hilang karena suatu penyakit. Pasal 33 UU No 23/1992 menyatakan bahwa transplantasi merupakan salah satu pengobatan yang dapat dilakukan untuk penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Secara legal transplantasi hanya boleh dilakukan untuk tujuan kemanusiaan dan tidak boleh dilakukan untuk tujuan komersial (pasal 33 ayat 2 UU 23/ 1992). Penjelasan pasal tersebut menyatakan bahwa organ atau jaringan tubuh merupaka anugerah Tuhan YME sehingga dilarang untuk dijadikan obyek untuk mencari keuntungan atau komersial. g. TENAGA KESEHATAN YANG BERWENANG

Di Indonesia transplantasi hanya boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kewenangan, yang melakukannya atas dasar adanya persetujuan dari donor maupun ahli warisnya (pasal 34 ayat 1 UU No. 23/1992). Karena transplantasi organ merupakan tindakan medis, maka yang berwenang melakukannya adalah dokter. Dalam UU ini sama sekali tidak dijelaskan kualifikasi dokter apa saja yang berwenang. Dengan demikian, penentuan siapa saja yang berwenang agaknya diserahkan kepada profesi medis sendiri untuk menentukannya. Secara logika, transplantasi organ dalam pelaksanaannya akan melibatkan banyak dokter dari berbagai bidang kedokteran seperti bedah, anestesi, penyakit dalam, dll sesuai dengan jenis transplantasi organ yang akan dilakukan. Dokter yang melakukan transplantasi adalah dokter yang bekerja di RS yang ditunjuk oleh Menkes (pasal 11 ayat 1 PP 18/1981). Untuk menghindari adanya konflik kepentingan, maka dokter yang melakukan transplantasi tidak boleh dokter yang mengobati pasien (pasal 11 ayat 2 PP 18/1981)

h. SYARAT PELAKSANAAN TRANSPLANTASI

22

Pada transplantasi organ yang melibatkan donor organ hidup, pengambilan organ dari donor harus memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan. Pengambilan organ baru dapat dilakukan jika donor telah diberitahu tentang resiko operasi, dan atas dasar pemahaman yang benar tadi donor dan ahli watis atau keluarganya secara sukarela menyatakan persetujuannya (pasal 32 ayat 2 UU No. 23/1992)

Syarat dilaksanakannya transplantasi adalah: 1. Keamanan: tindakan operasi harus aman bagi donor maupun penerima organ. Secara umum keamanan tergantung dari keahlian tenaga kesehatan, kelengkapan sarana dan alat kesehatan. 2. Voluntarisme: transplantasi dari donor hidup maupun mati hanya bisa dilakukan jika telah ada persetujuan dari donot dan ahli waris atau keluarganya (pasal 34 ayat 2 UU No. meminta persetujuan dari donor dan ahli waris atau keluarganya, resiko tindakan transplantasi tersebut kepada donor (pasal 15

23/1992). Sebelum

dokter wajib memberitahu PP 18/1981).

i. TRANSPLANTASI DARI DONOR JENAZAH

Dari segi etika, transplantasi dari donor jenazah tidak mempunyai masalah dari segi etika dan moral. Paus Pius XII pada tahun 1956 menyatakan : Seorang mungkin berkehendak untuk mendonorkan tubuhnnya dan memperuntukkannya bagi tujuan-tujuan yang berguna, yang secara moral tidak tercela, bahkan luhur, diantaranya adalah keinginan untuk menolong orang yang sakit dan menderita. Seseorang dapat membuat keputusan akan hal ini dengan hormat terhadap tubuhnya sendiri dan dengan sepenuhnya sadar akan penghormatan yang pantas untuk tubuhnya. Keputusan ini hendaknya tidak dikutuk, melainkan sungguh dibenarkan. Pada dasarnya berbagai organ tubuh dari seorang yang meninggal dunia dapat digunakan untuk menolong menyelamatkan atau memperbaiki hidup orang lainnya yang masih hidup. Dengan demikian transplantasi adalah baik secara moral dan bahkan patut dipuji. Donor wajib memberikan persetujuannya dengan bebas dan penuh kesadaran sebelum wafatnya atau keluarga terdekat wajib melakukannya pada saat kematiannya. Transplantasi

23

organ tidak dapat diterima secara moral kalau pemberi atau yang bertanggungjawab untuk dia TIDAK memberikan persetujuan dengan penuh kesadaran. Dalam hal pengambilan organ dari jenazah dikenal ada 2 sistem yang diberlakukan secara nasional 1. Sistem izin (toestemming system): sistem ini menyatakan bahwa transplantasi baru dapat dilakukan jika ada persetujuan dari donor sebelum pengambilan organ. Indonesia menganut sistem ini. 2. Sistem tidak berkeberatan (geen bezwaar system): dalam sistem ini transplantasi organ dapat dilakukan sejauh tidak ada penolakan dari pihak donor. Tidak adanya penolakan dari donor, dalam sistem ini, ditafsirkan sebagai donor tidak keberatan dilakukan pengambilan organ Pasal 14 PP No 18/1981 menyatakan bahwa pengambilan organ dari korban yang meninggal dunia dilakukan atas dasar persetujuan dari keluarga terdekat. Dalam keluarga terdekat tidak ada, maka keluarga jenazah harus diberitahu. Jika setelah lewat 2 x 24 jam keluarga tidak dapat dilakukan pengambilan organ tanpa izin keluarga. Pengaturan ini dalam praktek, karena setelah lewat waktu tersebut, organ digunakan lagi, kecuali jika kesegaran jaringan

ditemukan, maka

tidak bermanfaat banyak

sudah membusuk dan tidak dapat

dipertahankan dengan tetap mempertahankan alat bantu penopang hidup. j. PENENTUAN SAAT KEMATIAN

sistem sirkulasi dan pernapasan dengan

Pada transplantasi organ dari jenazah, penentuan saat kematian merupakan isyu yang sangat penting. Keberhasilan transplantasi jenis ini sangat tergantung pada kesegaran organ, artinya operasi harus dilakukan sesegera mungkin setelah donor meninggal. Namun demikian, donor tidak boleh dinyatakan meninggal secara dini atau kematiannya dipercepat agar organ tubuhnya dapat segera dipergunakan.

Kriteria moral menuntut bahwa donor harus sudah meninggal dunia sebelum organorgan tubuhnya dipergunakan untuk transplantasi. Untuk menghindari terjadinya konflik kepentingan, saat kematian hendaknya ditetapkan oleh dokter yang mendampingi donor pada saat kematiannya, atau jika tidak ada, dokter yang menyatakan kematiannya. Dokter tersebut tidak diperkenankan ikut ambil bagian dalam prosedur pengambilan atau transplantasi organ.
24

Dalam kaitan dengan hal tersebut diatas, maka definisi mati menjadi penting. Pasal 1g PP 18/1981 menyatakan bahwa mati adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernapasan dan atau denyut jantung seseorang telah berhenti. Secara medis definisi tersebut sudah lama ditinggalkan karena kematian yang dianut saat ini adalah mati batang otak. Mati batang otak merupakan kematian yang paling mudah dideteksi, karena untuk mendeteksinya tidak diperlukan peralatan yang canggih. Adanya kematian batang otak ditandai oleh adanya gangguan pada refleks pupil terhadap cahaya, refleks mata boneka, refleks kornea, EEG, TCD (untuk mengecek adanya aliran darah ke otak).

Penentuan kematian harus dilakukan oleh dua orang dokter yang tidak ada sangkut pautnya dengan dokter yang akan melakukan transplantasi (pasal 12 PP No 18/1981)

k. TRANSPLANTASI DARI DONOR HIDUP

Transplantasi organ dari donor hidup mendatangkan lebih banyak permasalahan dari segi etika dan moral. Keberhasilan transplantasi ginjal yang pertama kali pada tahun 1954 telah menimbulkan perdebatan sengit di kalangan para teolog. Debat tersebut berfokus pada prinsip totalitas, yang menyatakan bahwa dalam keadaan tertentu seseorang diperkenankan mengorbankan salah satu bagian atau salah satu fungsi tubuhnya demi kepentingan seluruh tubuh. Sebagai contoh, seseorang diperkenankan mengangkat rahimnya yang terserang kanker demi memelihara kesehatan seluruh tubuhnya. Sebagian teolog berargumen, bahwa seseorang tidak dibenarkan mengangkat suatu organ tubuhnya yang sehat dan mendatangkan resiko masalah kesehatan di masa mendatang, dengan mendonorkan satu ginjalnya yang sehat untuk orang yang membutuhkan. Operasi ytang demikian menurut mereka mendatangkan pengudungan (amputasi) yang tidak perlu atas tubuh dan karenanya merupakan tindakan amoral. Di pihak ada lain ada teolog yang pro transplantasi. Mereka berpendapat bahwa orang sehat yang mendonorkan sebuah ginjalnya untuk orang lain yang membutuhkan, sebenarnya melakukan tindakan pengorbanan yang sejati demi menyelamatkan nyawa orang lain. Bagi mereka tindakan tersebut sesuai dengan ajaran yang menyatakan bahwa Inilah perintahKu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (Yoh 15: 12-13). Menurut meraka pengorbanan yang demikian, secara
25

moral dapat diterima apabila resiko celaka pada donor, yang mungkin terjadi akibat operasi maupun akibat kehilangan organ tubuh, proporsional dengan manfaatnya bagi si penerima. Dengan demikian, mereka berpendapat bahwa meskipun transplantasi organ tubuh dari donor hidup tidak melindungi keutuhan anatomis atau fisik (yakni adanya kehilangan suatu organ tubuh yang sehat), namun sungguh memenuhi totalitas fungsional (yakni terpeliharanya fungsi dan sistem tubuh sebagai suatu kesatuan). Dengan demikian, seorang yang mendonorkan satu ginjalnya yang sehat dan ia masih dapat memelihara kesehatannya dan fungsi tubuhnya dengan satu ginjal yang tersisa, maka tindakan donor yang demikian secara moral dapat diterima. Dengan alasan yang sama, maka seseorang tidak dapat mengorbankan satu matanya untuk diberikan kepada seorang buta, sebab tindakan tersebut mengganggu fungsi tubuhnya.

Gereja Katolik sendiri setuju dengan pemahaman belas kasihan dengan penafsiran prinsip totalitas yang lebih diperluas. Paus Pius XII menggaris bawahi bahwa donor mempersembahkan korban diri demi kebaikan orang lain. Paus Paulus II menyatakan bahwa setiap transplantasi organ tubuh bersumber dari keputusan yang bernilai luhur, yakni keputusan untuk memberi satu bagian dari tubuhnyha sendiri tanpa imbalan demi kesehatan dan kebaikan orang lain. Disinilah tepatnya terletak keluhuran tindakan ini, suatu tindakan yang merupakan tindakan kasih sejati. Bukan sekedar memberikan sesuatu yang adalah milik kita, melainkan memberikan sesuatu yang adalah diri kita sendiri. (Amanat kepada partisipan Transplantasi Kongres organ Transplantasi dari donor Organ, hidup 20 wajib Juni memenuhi 1991, 4 No 3).

persyaratan:

1. Resiko yang dihadapi oleh donor harus proporsional dengan manfaat yang didatangkan oleh tindakan tersebut atas diri penerima

2. Pengangkatan organ tubuh tidak boleh mengganggu secara serius kesehatan donor atau fungsi 3.Perkiraan tubuhnya. penerimaan organ tersebut oleh penerima

4. Donor wajib memutuskan dengan penuh kesadaram dan bebas, dengan mengetahui resiko yang mungkin terjadi

l. LARANGAN DAN SANKSI HUKUM

Pelanggaran terbanyak atas aturan internasional adalah jual beli organ dalam rangka transplantasi organ. Jual beli organ terjadi akibat tidak seimbangnya kebutuhan (need) dan
26

penawaran (demand) organ untuk keperluan transplantasi. Dalam kaitan dengan isyu ini, China dianggap sebagai negara pelanggar terbesar. Sejak beberapa dekade terakhir, transplantasi organ merupakan penyumbang devisa negara China yang amat besar. Besarnya suplay organ, yang kebanyakan diperoleh dari narapidana tereksekusi, menyebabkan banyak orang berbondong-bondong mencari organ di China. Pencarian organ yang bisa memakan waktu berbelas tahun di negara lain, dapat diperoleh di China hanya dalam waktu beberapa minggu. Banyaknya suplay, tingginya ketrampilan dokter dan harganya yang relatif terjangkau membuat China menjadi tujuan pertama pasien-pasien yang memerlukan donor organ. Ada kecurigaan, sejak tahun 2001 China telah melakukan pelanggaran Hak Azasi Manusia karena telah mengeksekusi secara sengaja para pengikut Falun Gong yang dipenjara, untuk diambil organ tubuhnya. Organ-organ ini lalu dijual kepada pasien yang membutuhkan dengan mengambil keuntungan besar (laporan David Kilgour dan David Matas, 2007). Dalam beberapa tahun terakhir transplantasi ginljal di China mencapay 41.500 kasus. Berkaitan dengan hal ini, maka pada Istambul Summit yang diadakan pada pertengahan tahun 2008, dan dihadiri oleh 150 orang perwakilan ilmiah dan dokter dari 78 negara, pegawai pemerintah, ilmuwan sosial dan pakar etika, semua menyatakan ikrar untuk menentang organ trafficking (penjualan organ manusia), komersialisasi transplantasi (pengobatan organ sebagai komoditas) dan transplant tourisme (turisme dalam rangka penyediaan organ untuk pasien Dalam hukum di dari Indonesia, pada negara prinsipnya ada beberapa lain) larangan:

1. Larangan komersialisasi organ atau jaringan tubuh: Pasal 16 PP 18/1981 menyatrakan bahwa donor dilarang menerima imbalan material dalam bentuk apapun. Pasal 80 menyatakan bahwa barangsiapa dengan sengaja melakukan

ayat 3 UU No 23/1992

perbuatan dengan tujuan komersial dalam pelaksanaan transplantasi organ tubuh atau jaringan tubuh atau tranfusi darah dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan pidana denda paling banyak 300 juta rupiah.

2. Larangan pengiriman dan penerimaan organ jaringan dari dan keluar negeri (pasal 19 PP No. 18/1981)

Transplantasi adalah cara terakhir untuk membantu pasien yang memiliki kegagalan fungsi dari salah satu nya / organ nya. dari sisi etika medis, tindakan ini harus dilakukan jika ada indikasi, didasarkan pada beberapa pasal dalam KODEKI yaitu:

27

Pasal 2 Dokter harus selalu melakukan / profesinya sesuai dengan pengukuran tertinggi. Pasal 10 setiap dokter harus selalu ingat dan tugas, untuk melindungi hidup seseorang Pasal 11 setiap dokter harus jujur dan lurus ke depan dan menggunakan nya / pengetahuan dan keterampilan untuk kebutuhan pasien.

Berdasarkan artikel di atas, sehingga seorang dokter harus menguasai, mengembangkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi transplantasi untuk pasien dan / nya manfaat keluarganya. Dalam skenario di atas, disinggung pula mengenai etik transplantasi yakni yang berhubungan dengan pendonoran organ. Dalam skenario, Ibnu Sabil mendonorkan sebagian hatinya kepada ayahnya. Pendonoran tersebut diharapkan dapat dilakukan sesuai dengan etik transplantasi. Sehingga segala prosedur yang dilakukan tidak akan menyimpang dari peraturan yang ada.

8.6.

Deontologi

Deontologi adalah sebuah pendekatan untuk sebuah etika bahwa hakim moralitas dari suatu tindakan berdasarkan kepatuhan tindakan untuk sebuah aturan. Deontologists melihat aturan dan tugas.

Hal ini kadang-kadang digambarkan sebagai "tugas" atau "kewajiban" atau "aturan" etika berbasis, karena aturan "mengikat anda untuk tugas anda" Istilah "deontologis" pertama kali digunakan dalam cara ini pada tahun 1930, di CD Broad. buku, Lima Jenis Teori Etis. Etika Deontologis umumnya kontras dengan konsekuensialis atau teori etika teleologis, yang menurutnya kebenaran dari suatu tindakan ditentukan oleh konsekuensinya. Namun, ada perbedaan antara etika deontologis dan absolutisme moral. Deontologists yang juga moral absolutis yakin bahwa beberapa tindakan yang salah tidak peduli apa konsekuensi mengikuti dari mereka. Immanuel Kant, misalnya, berpendapat bahwa satu-satunya benarbenar baik adalah akan baik, dan faktor penentu tunggal apakah suatu tindakan secara moral benar adalah kehendak, atau motif dari orang yang melakukannya. Jika mereka bertindak atas
28

pepatah buruk, misalnya "Saya akan berbohong", maka tindakan mereka yang salah, bahkan jika beberapa konsekuensi yang baik datang dari itu. Deontologists non-absolutisme, seperti WD Ross, berpendapat bahwa konsekuensi dari suatu tindakan seperti berbohong kadangkadang bisa membuat berbohong yang tepat untuk dilakukan. Kant dan teori-teori Ross dibahas lebih rinci di bawah. Jonathan Baron dan Mark Spranca menggunakan Lindung Nilai istilah ketika mengacu pada nilai-nilai yang diatur oleh peraturan deontologis.

DeontologiEtika

Ketika CD Broad pertama kali menggunakan "deontologis" dalam cara yang relevan di sini, dia kontras istilah dengan "teleologis", dimana "teleologis" teori adalah mereka yang peduli dengan hasil atau konsekuensi. Broad perhatian utama adalah posisi yang membedakan teori etika berbeda mengambil hubungan antara nilai-nilai dan tindakan yang benar. " Dia menulis:

[Teori] yang berpendapat bahwa ada hubungan khusus antara [Moral Kewajiban dan Moral Nilai ].... mungkin mengambil bentuk sebagai berikut. Konsep kewajiban yang mendasar dan konsep nilai yang didefinisikan dalam hal dari mereka. Jadi mungkin berpendapat bahwa gagasan kewajaran adalah fundamental, dan bahwa "X adalah intrinsik baik" berarti bahwa itu adalah pas untuk setiap rasional untuk teori X. keinginan tersebut bisa disebut Deontologis. Konsep nilai yang mendasar, dan konsep kewajiban yang didefinisikan dalam hal dari mereka. teori-teori tersebut dapat disebut teleologis. Misalnya, mungkin akan berpendapat bahwa "X adalah sebuah tindakan yang benar" berarti bahwa X yang kemungkinan akan menghasilkan konsekuensi yang setidaknya sama baiknya dengan orangorang tindakan lainnya yang terbuka bagi agen pada saat itu. (Bold cetak tidak dalam dokumen asli).

Teori Perintah Ilahi Meskipun tidak semua Deontologists bersifat keagamaan, banyak yang percaya dalam The 'Ilahi Komando Teori'. 'Perintah Ilahi Teori adalah sekelompok teori terkait yang menyatakan bahwa suatu tindakan benar jika Allah telah menyatakan bahwa itu adalah hak
29

[7] William Ockham, Ren Descartes dan Calvinis kedelapan belas-abad. Semua diterima versi teori moral, menurut Ralph Cudworth, karena mereka semua berpendapat bahwa kewajiban moral timbul dari perintah-perintah Allah [8] Perintah Ilahi Teori adalah suatu bentuk deontologi karena menurut itu,. kebenaran tindakan apapun tergantung pada tindakan yang sedang dilakukan karena merupakan tugas, bukan karena konsekuensi baik yang timbul dari tindakan itu. Jika Allah memerintahkan orang-orang tidak bekerja pada hari Sabat, maka orang bertindak benar jika mereka tidak bekerja pada hari Sabat karena Tuhan telah memerintahkan bahwa mereka tidak melakukannya. Jika mereka tidak bekerja pada hari Sabat karena mereka malas, maka tindakan mereka tidak benar-benar bicara "benar", meskipun tindakan fisik yang sebenarnya dilakukan adalah sama. Jika Allah memerintahkan untuk tidak mengingini barang-barang tetangga, teori ini menyatakan bahwa akan bermoral untuk melakukannya, bahkan jika mengingini memberikan hasil yang menguntungkan dari drive untuk berhasil atau melakukannya dengan baik.

Teori Immanuel Kant tentang etika dianggap deontologis alasan yang berbeda.

Pertama, Kant berpendapat bahwa untuk bertindak dengan cara dan secara moral yang benar, orang harus bertindak dari kewajiban (Deon). Kedua, Kant mengemukakan bahwa bukanlah konsekuensi dari tindakan yang membuat mereka benar atau salah namun motif orang yang melakukan tindakan.

Dalam melakukan perbuatan baik, Ibnu Sabil telah menerapkan deontologi dalam aplikasinya. Hal ini terbukti ketika Ibnu Sabil memberikan sebagian hatinya kepada ayahnya. Ini merupakan suatu kewajiban dari seorang anak untuk menolong ayahnya yang saat itu berada dalam keadaan butuh pertolongan.

8.7.

Sedekah

Sedekah asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian di atas oleh para fuqaha 30

(ahli

fikih)

disebuh

sadaqah

at-tatawwu'

(sedekah

secara

spontan

dan

sukarela).

Di dalam Alquran banyak sekali ayat yang menganjurkan kaum Muslimin untuk senantiasa memberikan sedekah. Di antara ayat yang dimaksud adalah firman Allah SWT yang artinya:

''Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami akan memberi kepadanya pahala yang besar.'' (QS An Nisaa [4]: 114).

Hadis

yang

menganjurkan

sedekah

juga

tidak

sedikit

jumlahnya.

Para fuqaha sepakat hukum sedekah pada dasarnya adalah sunah, berpahala bila dilakukan dan tidak berdosa jika ditinggalkan. Di samping sunah, adakalanya hukum sedekah menjadi haram yaitu dalam kasus seseorang yang bersedekah mengetahui pasti bahwa orang yang bakal menerima sedekah tersebut akan menggunakan harta sedekah untuk kemaksiatan. Terakhir ada kalanya juga hukum sedekah berubah menjadi wajib, yaitu ketika seseorang bertemu dengan orang lain yang sedang kelaparan hingga dapat mengancam keselamatan jiwanya, sementara dia mempunyai makanan yang lebih dari apa yang diperlukan saat itu. Hukum sedekah juga menjadi wajib jika seseorang bernazar hendak bersedekah kepada seseorang atau lembaga.

Menurut fuqaha, sedekah dalam arti sadaqah at-tatawwu' berbeda dengan zakat. Sedekah lebih utama jika diberikan secara diam-diam dibandingkan diberikan secara terang-terangan dalam arti diberitahukan atau diberitakan kepada umum. Hal ini sejalan dengan hadits Nabi SAW dari sahabat Abu Hurairah. Dalam hadits itu dijelaskan salah satu kelompok hamba Allah SWT yang mendapat naungan-Nya di hari kiamat kelak adalah seseorang yang memberi sedekah dengan tangan kanannya lalu ia sembunyikan seakan-akan tangan kirinya tidak tahu apa yang telah diberikan oleh tangan kanannya tersebut.

Sedekah lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau sanak saudara terdekat sebelum diberikan kepada orang lain. Kemudian sedekah itu seyogyanya diberikan kepada orang yang betulbetul sedang mendambakan uluran tangan. Mengenai kriteria barang yang lebih utama disedekahkan, para fuqaha berpendapat, barang yang akan disedekahkan sebaiknya barang yang berkualitas baik dan disukai oleh pemiliknya.

Hal

ini

sesuai

dengan

firman

Allah

SWT

yang

artinya;

''Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai...'' (QS Ali Imran [3]: 92). 31

Pahala sedekah akan lenyap bila si pemberi selalu menyebut-nyebut sedekah yang telah ia berikan atau menyakiti perasaan si penerima. Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya yang berarti:

''Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima.'' (QS Al Baqarah [2]: 264).

Manfaat sedekah: Mensucikan harta Membuat harta bertambah Menghindarkan balak Merendahkan murka Allah Menimbulkan rasa kasih saying Mendapat pahala Membendung 70 pintu bencana Memadamkan dosa Memadamkan panasnya siksa kubur

Dalam skenario, Ibnu Sabil telah bersedekah pada si pengemis yang kelaparan. Hal ini membuktikan bahwa Ibnu Sabil telah melakukan suatu kebaikan. Telah dijanjikan bahwa suatu kebaikan dalam bentuk apapun akan menerima balasannya pula. Hingga terbukti dalam skenario, secara tidak langsung tiga peti emas adalah wujud balasan atau imbalan atas sedekah (kebaikan) yang telah diperbuat oleh Ibnu Sabil. Oleh karena, diharapkan agar setiap manusia dapat selalu bersedekah untuk sesama.

8.8.

Pahala

Bimbingan untuk meraih pahala besar.

32

Setiap manusia mempunyai tabiat ingin meraih kebaikan yang banyak, baik dalam materi duniawi maupun pahala ukhrawi, namun orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat lebih mengharapkan pahala akhirat dari kesenangan dunia yang sedikit, karena akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. Ada beberapa perkara yang harus kita fahami, agar dapat meraih pahala besar : 1. Memahami syarat di terimanya amal. Syarat diterimanya amal adalah ikhlas, beramal saleh, todak mempersekutukan, dan berharap karidoan 2. Tidak ada pahala kecuali dengan niat. Nabi shallallahu alaihi wasallam membagi niat menjadi dua : niat amal dan niat idlofah, niat amal mempengaruhi sah atau tidaknya amal, sedangkan niat idlofah mempengaruhi pahala atau siksa yang akan ia dapatkan. Saudaraku, niat sangat mempengaruhi besar kecilnya pahala yang diraih oleh seorang hamba sebagaimana yang telah terdahulu, namun niat mempunyai beberapa syarat yang harus dipenuhi agar menjadi absah, yaitu : a. Islam. b. Tamyiz, Yaitu usia anak yang dapat membedakan, kebanyakan anak mumayyiz pada umur tujuh tahun c. Berilmu tentang apa yang ia niatkan. Maksudnya ia harus mengetahui apakah ia akan ibadah wajib atau sunnah, tidak boleh ibadah sunnah dengan niat ibadah wajib atau sebaliknya. Dan ini menunjukkan bahwa seorang hamba harus menuntut ilmunya dahulu sebelum beramal. d. Antara niat dan perbuatan tidak saling bertentangan.

33

Maksudnya niat harus sesuai dengan apa yang akan ia lakukan, maka jika seseorang berniat puasa namun tidak direalisasikan dengan perbuatannya, maka ibadahnya tidak sah. e. Niat harus berada di awal amal. f. Niat harus selalu ada dari awal sampai akhir ibadah. Maksudnya tidak boleh diputus, Maka orang yang lupa melakukan shalat dzuhur, kemudian sholat ashar lalu ditengah sholat ia ingat belum melaksanakan sholat dzuhur, kemudian ia langsung merubah niatnya menjadi sholat dzuhur, maka sholat dzuhur dan asharnya tidak sah, karena ia tidak memulai niat dari awal dan telah memutus niatnya. g. Tidak boleh ada dua niat dalam satu ibadah. 3. Bersikap sedang dalam melaksanakan sunnah lebih baik dari bersungguh-sungguh dalam bidah. 4. Pahala ibadah dilipat gandakan bila bertepatan dengan waktu yang mulia. 5. Pahala ibadah dilipat gandakan bila bertepatan dengan tempat yang mulia. 6. Ibadah yang pahalanya menular kepada orang lain lebih utama dari ibadah yang pahalanya hanya untuk diri sendiri. 7. Ibadah yang berhubungan dengan dzat ibadah lebih utama dari ibadah yang berhubungan dengan tempatnya. 8. Bila bertemu dua ibadah yang sama-sama diperintahkan, maka di dahulukan yang wajib dari ibadah yang sunnah. 9. Apabila bertemu dua kewajiban maka didahulukan ibadah yang paling wajib. 10. Ibadah yang lebih memperbaiki hati lebih utama dari yang tidak demikian. 11. Semakin sulit suatu ibadah semakin besar pahala yang diraih. 12. Suatu amal semakin besar manfaat, mashlahat dan faidahnya semakin besar pula pahalanya. 13. Mengetahui ibadah yang paling utama. Perbedaan Pendapat Mengenai Ibadah Yang Paling Utama Kelompok Pertama
34

Ibadah yang paling utama menurut mereka adalah yang paling berat kepada jiwa, mereka beralasan karena itu adalah yang paling jauh dari hawa nafsunya yang merupakan hakikat ibadah, sedangkan besarnya pahala ibadah disesuaikan dengan kesulitan yang ada padanya. Kelompok Kedua Ibadah yang paling utama adalah zuhud dalam kehidupan dunia, mempersedikit darinya semampu mungkin, dan mereka terbagi menjadi dua kelompok : Kelompok Ketiga Ibadah yang paling utama menurut mereka adalah yang manfaatnya menular kepada orang lain, sehingga mereka memandang bahwa membantu fakir miskin, sibuk dengan mengurus kemashlahatan manusia dan memenuhi kebutuhan mereka, serta membantu dengan harta dan kedudukan adalah ibadah yang paling utama. Kelompok Keempat Ibadah yang paling utama adalah mencari keridloan Allah pada waktunya masing-masing sesuai dengan (ibadah) yang ada pada waktu tersebut. Yang paling utama di waktu jihad dikumandangkan adalah berjihad, walaupun harus meninggalkan wirid yang biasa dilakukan, atau meninggalkan sholat malam, bahkan meninggalkan menyempurnakan sholat fardlu. Setiap melakukan suatu perbuatan, jarang sekali orang melakukannya tanpa suatu tunjuan. Tentunya, dalam suatu tindakan tersebut, awalnya akan berorientasi pada suatu tujuan tertentu. Hal ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Ibnu Sabil. Dalam melakukan perbuatan baik, ia berharap akan mendapat pahala dari buah kebaikaannya (selain kesembuhan ayahnya). Dengan hal ini, maka akan timbul motivasi dalam diri Ibnu Sabil untuk melakukan perbuatan baik.

8.9.

Moral

Istilah moral berasal dari bahasa Latin, yaitu mores kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan, susila. Jadi, moral adalah prilaku yang sesuai dengna ukuran-ukuran tindakan yang diterima oleh umum, meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu.
35

Moralisasi, berarti uraian tentang perbuatan & kelakuan yang baik. Moral dalam istilah dipahami juga sebagai : Prinsip hidup yang berkenaan dengna benar & salah, baik & buruk. Kemampuan untuk memahami perbedaan benar & salah. Ajaran / gambaran tentang tingkah laku yang baik.

Moral dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : 1. Moral murni, yaitu moral yang terdapat setiap manusia sebagai suatu

penngejewantahan dari pancaran illahi. 2. Moral terapan, yaitu moral yang didapat dari ajaran berbagai ajaran filosofis, agama, adat yang menguasai pemutaran manusia.

Moralitas adalah kualitas perbuatan manusiawi, sehingga dinyatakan baik/buruk, benar/salah. Faktor penentu moralitas manusia adalah motivasi, tujuan akhir, dan lingkungan perbuatan. Moralitas dibagi menjadi 2 macam, yaitu : 1. Moralitas intrinsik, yaitu moralitas yang menentukan benar salahnya perbuatan berdasarkan hakikatnya, terlepas dari pengaruh hukum positif. 2. Moralitas ekstrinsik, yaitu moralitas yang menentukan benar salahnya perbuatan sesuai dengan sifatnya sebagai perintah / larangan dalam hukum positif.

Adanya moral dalam diri Ibnu Sabil merupakan salah satu faktor yang mendorong Ibnu Sabil dalam melakukan perbuatan baik, yaitu ketika ia memberi makan kepada seorang pengemis padahal ia sendiri dalam keadaan susah. Selain itu, Ibnu Sabil juga rela mendonorkan sebagian hatinya untuk ayahnya dengan harapan ayahnya bisa sembuh. Kedua hal ini telah membuktikan bahwa betapa pentingnya moral bagi seseorang, terutama dalam berbuat kebaikan.

36

Daftar Pustaka

http://www.daaruttauhiidMessagBdaaruttauhiidDFW5BislamDWashilahsepotongroti.htm www.c31.sabda.org/rating_tertinggi.htm www.meiliemma.wordpress.com http://abuyahyabadrusalam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=52:bimbi ngan-untuk-meraih-pahala-besar&catid=10:fiqih-dan-hadits&Itemid=22 http://'transplantasi organ dan aspek medikolegalnya',djajasurya's blog message on Netlog.mht http://en.wikipedia.org/wiki/Deontological_ethics http://httpyasirblogspotcom.blogspot.com/2009/05/transplantasi-organ-dan-jaringantubuh.html http://www.lfip.org/english/pdf/baliseminar/Aspek%20moral%20dan%20etika%20dalam%2 0penegakan%20hukum%20intl%20-%20sumaryo%20suryokusumo.pdf http://www.eramuslim.com/hikmah/tafakur/surga.htm Nasution, Prof. Dr. Harun. 1985. Islam ditinjau dari Berbagai Aspek Jilid II. Jakarta : UIP Nasution, Prof. Dr. Harun. 1992. Filsafat dan Mistisisme Dalam Islam. Jakarta : Bulan Bintang Madkour, Dr. Ibrahim. 1995. Aliran dan Teori Filsafat Islam. Jakarta : Bumi Aksara Qadir, C. A. 1989. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Dalam Islam. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia Nata, Dr. H. Abuddin. 2001. Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Anshari, Endang Saifudin. 1982. Ilmu, Filsafat dan Agama. Surabaya : Bina Ilmu Bakhtiar, Amsal. 1997. Filsafat Agama. Jakarta : Logos Wacana Ilmu http://filsafat.ugm.ac.id/download/artikel/ahmad_azhar_basyir.pdf http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/agama_islam/bab12agama_dan_filsafat.pdf http://rizkisaputro.files.wordpress.om/2008/03/sedikit-tentang-filsafat-islam.pdf

37

You might also like