You are on page 1of 13

Skenario D Blok 19 Tahun 2013

Sarah, 7 years old girl, brought by her mother to the hospital with complaints of decreased hearing and discharge from her right ear. These complaints happened everytime Sarah suffered from cough and runny nose. Her mother said that Sarah was only 4 years-old when her right ear excreted fluid for the first time. Physical examination : General Examintion: N= 84x/m, RR= 20xm, Temp= 36,8 C Ear, Nose, Throat Examination: Otoscopy : Left ear: Auricula: within normal limit

EAC: within normal limit Tympanic membrane: normal Right ear: Auricula: within normal limit

EAC: liquid (+) tympanic membrane: central perforation Rhinoscopy: Anterior: hyperemic mucosa, secretion (+) Oropharynx: Normal pharynx, tonsils: T1-T1, hyperemic, detritus (+) Audiometri Examintion: Right ear:

Frequency:

250 500 1000 2000 4000 Hz

Bone conduction: 5 10 5 10 10 dB Air conduction: 45 50 45 45 50 dB Left ear: Frequency: 250 500 1000 2000 4000 Hz : 5 5 10 5 5 dB 5 10 10 5 5 dB

Bone conduction Air conduction:

Klarifikasi istilah 1. runny nose: gejala yang timbul karena influenza atau yang juga biasa dengan flu 2. otoscopy: pemeriksaan telinga dengan menggunakan otoskop untuk melakukan inspeksi pada telinga 3. auricular: daun telinga 4. EAC : external auditori canal 5. Rhinoscopy: pemeriksaan lubang hidung dengan speculum. 6. Detritus: bahan particular yang dihasilkan dengan atau sisa pengausan atau disintekgrasi subtensi atau jaringan. 7. Audiometri: pemeriksaan untuk menentukan jenis dan derajat ketulian 8. Frequency: jumlah kejadian suatu proses periodik dalam satuan waktu 9. Bone conduction: konduksi gelombang suara menuju telinga dalam melalui tulang tengkorak. 10. Air conduction: konduksi gelombang suara menuju telinga dalam melaui saluran auditorius ekternus dan telinga tengah

Identifikasi masalah 1. Sarah, 7 years old girl, brought by her mother to the hospital with complaints of decreased hearing and discharge from her right ear. 2. These complaints happened everytime Sarah suffered from cough and runny nose. 3. Her mother said that Sarah was only 4 years-old when her right ear excreted fluid for the first time. 4. Physical examination : General Examintion: N= 84x/m, RR= 20xm, Temp= 36,8 C Ear, Nose, Throat Examination: Otoscopy : Left ear: Auricula: within normal limit EAC: within normal limit Tympanic membrane: normal Right ear: Auricula: within normal limit EAC: liquid (+) tympanic membrane: central perforation

Rhinoscopy: Anterior: hyperemic mucosa, secretion (+)

Oropharynx: Normal pharynx, tonsils: T1-T1, hyperemic, detritus (+) 5. Audiometri Examintion: Right ear: Frequency: 250 500 1000 2000 4000 Hz

Bone conduction: 5 10 5 10 10 dB Air conduction: 45 50 45 45 50 dB

Left ear: Frequency: 250 500 1000 2000 4000 Hz : 5 5 10 5 5 dB 5 10 10 5 5 dB

Bone conduction Air conduction:

Analisis masalah 1. Sarah, 7 years old girl, brought by her mother to the hospital with complaints of decreased hearing and discharge from her right ear. a. Anatomi dan fisiologi THT? 1 b. Bagaimanakah hubungan usia, jenis kelamin pada kasus?2 c. Apa saja penyebab penurunan pendengaran dan keluarnya cairan dari telinga kanan?3 Usia. Pada lansia, struktur di telinga menjadi kurang elastis. Rambut-rambut halus rusak dan kurang mampu merespon gelombang suara. Gangguan pendengaran dapat berkembang selama beberapa tahun. Suara keras. Paparan suara keras misalnya, dari alat-alat listrik, pesawat terbang, senjata api, atau dari mendengarkan musik keras pada earphone dapat merusak sel-sel rambut di koklea. Parahnya kerusakan tergantung pada tingkat kenyaringan suara dan lamanya mendengar suara tersebut. Infeksi telinga. Saat infeksi telinga terjadi, cairan menumpuk pada bagian telinga tengah. Biasanya gangguan pendengaran karena infeksi telinga, bersifat ringan dan sementara. Namun, jika infeksi telinga tidak diobati, mereka dapat menyebabkan gangguan pendengaran berat dan jangka panjang. Lubang pada gendang telinga. Infeksi telinga, suara keras, trauma kepala, atau tekanan kuat di telinga saat terbang dalam pesawat atau melakukan scuba diving dapat membuat lubang di gendang telinga membran yang memisahkan saluran telinga dan telinga bagian tengah. Ini biasanya menyebabkan kehilangan pendengaran ringan atau sedang kecuali ada beberapa masalah lain.

Penyakit atau infeksi. Campak, gondok, meningitis, dan penyakit Meniere adalah contoh-contoh beberapa kondisi yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Tumor. Tumor, baik yang jinak maupun ganas dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang parah. Ini termasuk neuroma akustik (schwannoma vestibular) dan meningioma. Orang yang memiliki tumor mungkin juga mengalami mati rasa atau kelemahan pada wajah dan dering di telinga.

Sebuah benda asing di telinga. Ketika benda terjebak di telinga, mereka dapat memblokir pendengaran. Kotoran telinga substansi, tebal lengket yang biasanya mencegah bakteri dan zat asing lainnya dari memasuki telinga kadang-kadang dapat menumpuk dan mengeras di telinga, mematikan kemampuan untuk mendengar.

Cacat telinga. Beberapa orang dilahirkan dengan struktur telinga yang tidak normal, yang mencegah mereka dapat mendengar dengan baik Trauma. Cedera seperti patah tulang tengkorak atau gendang telinga tertusuk dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang parah. Obat-obatan. Beberapa jenis obat, termasuk kelas aminoglikosida antibiotik (streptomycin, neomisin, kanamisin), aspirin, obat kemoterapi (cisplatin,

carboplatin), Vicodin (dalam jumlah besar), antibiotik makrolida (eritromisin) dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Kadang-kadang efek ini bersifat sementara dan pendengaran akan kembali setelah Anda berhenti minum obat, tetapi dalam banyak kasus gangguan pendengaran menjadi permanen. Gen. Para ilmuwan telah mengidentifikasi gen tertentu yang membuat orang lebih rentan terhadap gangguan pendengaran yang parah, terutama yang berkaitan dengan usia gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran genetik sering dimulai dengan gangguan pendengaran yang didiagnosis saat lahir d. Bagaimana mekanisme penurunan pendengaran dan keluarnya cairan dari telinga kanan?4 1. Telinga berair (otorrhoe) Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang

tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.

2. Gangguan pendengaran

Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya di jumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.

Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati. Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi

tuli saraf berat, hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi kokhlea.

e. Apakah ada kaitan antara penurunan pendengaran dengan keluarnya cairan pada telinga kanan?5

2. These complaints happened everytime Sarah suffered from cough and runny nose. a. Mengapa penurunan pendengaran dan keluar cairan terjadi setiap batuk dan pilek?6

3. Her mother said that Sarah was only 4 years-old when her right ear excreted fluid for the first time. a. Apa hubungan keluarnya cairan saat Sarah berumur 4 tahun dengan keluhan sekarang?7 b. Apa saja dampak yang terjadi saat keluar cairan pada usia 4 tahun?8 c. Apa penyebab keluarnya cairan pertama kali saat Sarah berusia 4 tahun?9 d. Bagaimana mekanisme pengeluaran cairan pertama kali?10

4. Physical examination : General Examintion: N= 84x/m, RR= 20xm, Temp= 36,8 C Ear, Nose, Throat Examination: Otoscopy : Left ear: Auricula: within normal limit EAC: within normal limit Tympanic membrane: normal Right ear: Auricula: within normal limit EAC: liquid (+) tympanic membrane: central perforation

Rhinoscopy: Anterior: hyperemic mucosa, secretion (+)

Oropharynx: Normal pharynx, tonsils: T1-T1, hyperemic, detritus (+) a. Interprestasi dan mekanisme general examination?11 b. Interprestasi dan mechanism otoskopi?12 Perforasi sentral Pada perforasi sentral perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan seluruh tepi perforasi masih ada sisa membrane timpani. Infeksi akut pada telinga tengah seringkali menyebabkan terjadinya kurangnya suplai darah ke membrane timpani yang seringkali berjalan dengan peningkatan tekanan pada telinga dalam, hal ini mengakibatkan robeknya atau hilangnya jaringan membrane timpani, yang biasanya diikuti dengan rasa nyeri. Jika robeknya membrane timpani tidak menyembuh maka akan terjadi hubungan antara telinga tengah dan telinga luar, yang seringkali menyebabkan infeksi yang berulang dan resistensi terhadap antibiotic yang digunakan berulang kali. Penyebab lain dari perforasi adalah trauma fisik dari telinga, yang tersering adalah pukulan yang keras kearah telinga dalam, tenaga yang timbul dapat memecahkan atau merobek membran timpani. Beberapa trauma yang lain adalah, perubahan tekanan pada telinga yang berubah secara mendadak, pada contohnya sering pada penyelam, yang didahului dengan gangguan pada saluran telinga dan mulut, peradangan ataupun infeksi.

- Adanya cairan pada external meatus canal dan perforasi sentral pada membran timpani: Infeksi saluran nafas atas menyebar melalui tuba ke telinga tengah peradangan telinga tengah pembengkakan mukosa tuba oklusi tuba membran timpani bulging ruptur membran timpani perforasi dan cairan keluar

c. Interprestasi dan mekanisme rhinoscopy?13 - Mukosa hiperemis dan sekresi (+) Infeksi saluran nafas atas pertahanan tubuh meningkat sekresi mukus meningkat juga terjadi inflamasi pada rongga hidung terjadi vasodilatasi pembuluh darah mukosa hiperemis

d. Interprestasi dan mekanisme oropharynx?14 e. Bagaimana cara pemeriksaan otoskopi, rhinoscopy dan oropharynx?15

5. Audiometri examination: . Right ear: Frequency: 250 500 1000 2000 4000 Hz

Bone conduction: 5 10 5 10 10 dB Air conduction: 45 50 45 45 50 dB

Left ear: Frequency: 250 500 1000 2000 4000 Hz : 5 5 10 5 5 dB 5 10 10 5 5 dB

Bone conduction Air conduction:

a. Interprestasi dan mekanisme pemeriksaan audiometri?16 b. Bagaimana cara pemeriksaan audiometri?17 6. DD 18 7. HD19 8. WD 20 9. Epidemiologi 21

Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain disebabkan, kondisi sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, higiene dan nutrisi yang jelek. Kebanyakan melaporkan prevalensi OMSK pada anak termasuk anak yang mempunyai kolesteatom, tetapi tidak mempunyai data yang tepat, apalagi insiden OMSK saja, tidak ada data yang tersedia. Otitis media kronis merupakan penyakit THT yang paling banyak di negara sedang berkembang. Di negara maju seperti Inggris sekitar 0, 9% dan di Israel hanya 0, 0039%. Di negara berkembang dan negara maju prevalensi OMSK berkisar antara 1-46%, dengan prevalensi tertinggi terjadi pada populasi di Eskimo (12-46%), sedangkan prevalensi terendah terdapat pada populasi di Amerika dan Inggeris kurang dari 1% (Lasminingrum L, 2000).

Menurut survei yang dilakukan pada 7 propinsi di Indonesia pada tahun 1996 ditemukan insidens Otitis Media Supuratif Kronik (atau yang oleh awam sebagai congek) sebesar 3% dari penduduk Indonesia. Dengan kata lain dari 220 juta penduduk Indonesia diperkirakan terdapat 6, 6 juta penderita OMSK. Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran, Depkes tahun 1993-1996 prevalensi OMSK adalah 3, 1%-5, 20% populasi. Usia terbanyak penderita infeksi telinga tengah adalah usia 7-18 tahun, dan penyakit telinga tengah terbanyak adalah OMSK. Prevalensi OMSK di RS Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun 1989 sebesar 15, 21%. Di RS Hasan Sadikin Bandung dilaporkan prevalensi OMSK selama periode 1988 1990 sebesar 15,7% dan pada tahun 1991 dilaporkan prevelensi OMSK

sebesar

10,96%. Prevalensi penderita OMSK di RS Dr Sardjito

Yogyakarta pada tahun 1997 sebesar 8, 2% (Paparella MM, 2001).

10. Patofisiologi 22

belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Perforasi sekunder pada OMA dapat terjadi kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga tengah missal perforasi kering. Beberapa penulis menyatakan keadaan ini sebagai keadaan inaktif dari otitis media kronis. Suatu teori tentang patogenesis dikemukan dalam buku modern yang umumnya telah diterima sebagai fakta. Hipotesis ini menyatakan bahwa terjadinya otitis media nekrotikans, terutama pada masa anak-anak, menimbulkan perforasi yang besar pada gendang telinga. Setelah penyakit akut berlalu, gendang telinga tetap berlubang, atau sembuh dengan membran yang atrofi yang kemudian dapat kolaps kedalam telinga tengah, memberi gambaran otitis atelektasis

11. Pemeriksaan penunjang 23 12. Penatalaksanaan (farmako) dan (nonfarmako) 24 13. Komplikasi 25

14. Preventif 26 15. Prognosis 27 16. SKDI 28

Hipotesis : Sarah 7 tahun dengan keluhan penurunan pendengaran dan keluar cairan dari telinga kanannya diduga menderita tuli konduksi sedang et causa otitis media supuratif kronik.

Learning Issue : 1. Anatomi dan fisiologi THT 2. Tuli 3. Otitis media supuratif kronik 4. Audiometri Audiometri adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat/ambang batas pendengaran seseorang dan jenis gangguannya bila ada. Pemeriksaan dilakukan dengan memakai alat audiogram nada murni di dalam ruang kedap suara. Prinsip pemeriksaannya adalah bermacam-macam frekuensi dan intensitas suara (dB) ditransfer melalui headset atau bone conducter ke telinga atau mastoid dan batasan intensitas suara (dB) pasien yang tidak dapat didengar lagi dicatat, melalui program computer atau diplot secara manual pada kertas grafik. Kegunaan audiometri : untuk mengetahui derajat ketulian ringan, sedang atau berat untuk mengetahui jenis tuli konduktif, tuli syaraf (sensorineural) atau tuli campuran Indikasi pemeriksaan : Adanya penurunan pendengaran Telinga berbunyi dengung (tinitus) Rasa penuh di telinga Riwayat keluar cairan Riwayat terpajan bising Riwayat trauma Riwayat pemakaian obat ototoksik Riwayat gangguan pendengaran pada keluarga Gangguan keseimbangan Derajat parameter ketulian : - Tuli ringan : 26-40 dB

- Tuli sedang : 41-60 dB - Tuli berat : 61 90 dB - Tuli sangat berat : > 90 dB Pelaporan hasil berupa ambang dengar normal, ambang dengar dengan tuli konduktif, ambang dengar dengan tuli sensorineural, ambang dengar tuli campuran

You might also like