You are on page 1of 10

56

Media SainS, Volume 5 Nomor 1, April 2013

ISSN 2085-3548

KOMPARASI PENDUGAAN BERAT BADAN SAPI BALI JANTAN DENGAN METODE WINTER, SCHOORL, DAN PENGGUNAAN PITA UKUR DALTON (Comparison Estimated Boddy Weight of Male Bali Cattle with Winter, Schoorl Method and Using Dalton Measuring Tape ) Achmad Jaelani1 dan Muh. Syarif Djaya1, Mahliyana Yanti2
1)

Prodi Peternakan Fakultas Pertanian Universilam Kalimantan Islam Muhammad Arsyad Al Banjary 2) Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin

ABSTRACT Estimate body weight of male Bali cattle more important to know especially for farmer and animal trader by the way not happen wich poor some. One of method used to estimated body weight of male Bali cattle with body lenght and breast girth, because this parameter have possitive correlation to estimated body weight of animal. Some methods to estimated body weight of cattle, swine, sheeps, goats a bufallo were Schoorl, Winter Method and using Dalton measuring tape. But this method usually using in european which have bigger animal. The study to know the method which are nearest with actually body weight. Ninety male Bali cattle divided into 3 class, poor, medium and big with 30 cattles severally. Data analysis by chi-square. This research refers to estimated body weight method which using Winter method and Dalton measuring tape are not exactly to male Bali cattle which have poor body to big body, but Schoorl method is exactly to estimated body weight only using in male Bali cattle which have big body (over 350 kg). Keyword: Estimated body weight, male Bali cattle, Winter method, Schoorl method, Dalton mesuring tape

PENDAHULUAN Sapi Bali adalah sapi lokal yang memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungan. Kemampuan tersebut merupakan faktor pendukung keberhasilan budidaya sapi Bali. Populasi sapi Bali yang meningkat akan membantu mensukseskan program pemerintah untuk swasembada daging di Indonesia. Sapi Bali merupakan salah satu sapi asli Indonesia yang memiliki postur tubuh dari yang kurus sampai yang sangat gemuk. Bobot badan memegang peranan penting dalam pola pemeliharaan yang baik, selain untuk menentukan kebutuhan nutrisi, jumlah pemberian pakan, jumlah dosis obat, bobot badan juga dapat digunakan untuk menentukan nilai jual ternak tersebut. Di lapangan masih banyak dijumpai peternak

yang memberikan pakan tidak mempertimbangkan jumlah kebutuhan berdasarkan bobot badan. Kurangnya pengetahuan peternak tentang cara penentuan jumlah pakan serta penentuan harga jual yang tidak lepas dari pengaruh bobot badan dan minimnya fasilitas untuk mengetahui bobot badan yang tepat menjadi salah satu alasan. Parameter tubuh adalah nilai-nilai yang dapat diukur dari bagian tubuh ternak termasuk ukuran-ukuran yang dapat diukur bagian tubuh tenak sapi, antara lain ukuran kepala, tinggi, panjang, lebar, dalam dan lingkar. Indikator penilaian produktivitas dapat dilihat berdasarkan parameter tubuh ternak tersebut. Parameter tubuh yang sering digunakan dalam menilai produktivitas antara lain lingkar dada, tinggi badan dan panjang badan. Berat badan juga merupakan indikator

57
Media SainS, Volume 5 Nomor 1, April 2013

ISSN 2085-3548

penilaian produktivitas dan keberhasilan manajemen peternakan (Saladin, 1981). Dalam usaha untuk mengatasi kendala yang dihadapi jika alat ukur untuk menduga berat badan ternak yang berkapasitas besar tidak tersedia, dapat dilakukan penaksiran berat badan ternak tersebut dengan menggunakan dimensi tubuhnya. Misalnya melalui panjang badan dan juga lingkar dada, karena lingkar dada seekor ternak memiliki korelasi yang sangat kuat untuk menduga berat hidup ternak (Parakkasi, 1999). Pendugaan umur dan berat badan seekor ternak menjadi sangat penting untuk diketahui, khususnya bagi peternak dan pedagang ternak sehingga tidak terjadi kecurangan-kecurangan yang dapat merugikan sebelah pihak (Sutardi, 1983). Salah satu metode yang dapat digunakan adalah dengan mengukur panjang badan dan lingkar dada. Terdapat beberapa rumus penduga bobot badan ternak menggunakan lingkar dada yaitu Schoorl, Winter, dan Denmark. Rumus-rumus tersebut dapat digunakan untuk sapi, kambing, domba, babi dan kerbau (Gofar, 2000). Pendugaan dengan metode Schoorl, Winter dan pita ukur biasa digunakan untuk sapi luar negeri yang besar-besar saja, sementara untuk sapi lokal seperti sapi Bali dan sapi peranakan ongole (PO) masih jarang digunakan dengan rumus tersebut apakah cocok atau tidak. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui cara pendugaan berat tubuh sapi Bali jantan berdasarkan beberapa metode pendugaan berat badan sapi pada berbagai kondisi tubuh dan metode apa yang paling mendekati penaksirannya dengan berat badan hasil penimbangan pada berbagai kondisi tubuh. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada peternakan Akhmad Dailahlah bernama UD. Akbar Jaya . Berlokasi di Kelurahan Samata, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Waktu pelaksanaan selama satu bulan di mulai Januari - Pebuari 2013. Alat dan Bahan Dalam penelitian ini, ada beberapa alat yang digunakan sebagai peralatan utama penelitian yang antara lain: Timbangan Berkel kapasitas 1000 kg dengan tingkat ketelitian 500 g, pita ukur merk Dalton panjang 250 cm, mistar ukur dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah ternak sapi yaitu sapi Bali jantan sebanyak 90 ekor. Ternak sapi Bali ini terbagi dalam 3 kategori, yaitu masing-masing tipe kurus (200-300 kg), tipe sedang (300-350 kg) dan tipe gemuk (350-471 kg). Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengukuran langsung dengan menggunakan alat timbang (sebagai pembanding) dan pita ukur merk Dalton dan pendugaan dengan menggunakan rumus Winter dan rumus Schoorl yang diukur terhadap 90 ekor sapi Bali yang terbagi dalam tiga kondisi tubuh (kurus, sedang dan gemuk). Sapi tersebut kemudian diambil tiga kategori dari lima kategori kondisi tubuh berdasarkan Rutter et al. (2000) dan Ditjennak (2010), yaitu kurus, sedang dan gemuk. Adapun ke-90 ekor sapi tersebut masing-masing 30 ekor sapi Bali jantan yaitu 30 ekor (ukuran tubuh kurus), 30 ekor (ukuran tubuh sedang) dan 30 ekor untuk ukuran tubuh gemuk. Untuk tipe kurus pengukuran dilakukan dengan menggunakan pita ukur, rumus Schoorl dan rumus Winter pada masing-masing tipe ternak (berat). . Deskripsi kategori skor kondisi tubuh tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

58
Media SainS, Volume 5 Nomor 1, April 2013

ISSN 2085-3548

Tabel 1. Deskripsi Skor Kondisi Sapi Potong (Rutter et al., 2000; Ditjennak Deptan, 2010) Skor 1 Kategori Sangat kurus 3 Sedang 5 Sangat gemuk Deskripsi Lemak tidak ada di sekitar pangkal ekor Tulang pinggul, pangkal ekor dan tulang rusuk secara visual terlihat jelas Tulang rusuk dapat diidentifikasi bila disentuh, mulai sedikit tidak jelas Pangkal ekor, tulang pinggul dan panggul mulai tertutupi lemak Tulang rusuk dapat dirasakan dengan tekanan tangan Pangkal ekor mulai tertutupi lemak dan dapat dengan mudah dirasakan Lemak penutup di sekitar pangkal ekor jelas, sedikit membulat, lembek bila disentuh Tulang rusuk tidak bisa dirasakan dengan tekanan tangan Lipatan lemak mulai berkembang diatas tulang rusuk dan paha ternak Struktur tulang tidak lagi nyata dan ternak menunjukkan penampilan yang sintal dan membulat Tulang pinggul, pangkal ekor, tulang rusuk dan paha dipenuhi dengan lipatan lemak Mobilitas ternak lemah yang diakibatkan oleh lemak yang dibawanya

Kurus

Gemuk

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari lapangan dengan menimbang dan mengukur panjang badan, dan lingkar dada pada 90 ekor sapi Bali jantan yang telah dikelompokkan sebelumnya. Pelaksanaan Penelitian Sebelum dilakukan pendugaan berat badan dengan metode menggunakan pita ukur, rumus Schoorl dan rumus Winter, maka terlebih dahulu ternak ditimbang dengan menggunakan timbangan Berkel dengan kapasitas 1000 kg dengan tingkat ketelitian 500 g. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengukuran badan ternak yang meliputi panjang badan dan lingkar dada. Menurut Ditjennak Deptan (2010), beberapa langkah yang ditempuh dalam pengukuran ternak antara lain:

a.

b.

Pengukuran panjang badan. Panjang badan adalah panjang dari titik bahu ke titik tulang (pin bone) Cara pengukuran: 1. menyiapkan alat berupa mistar ukur berbentuk lurus 2. tempatkan ternak sapi pada posisi/tempat yang rata dan pastikan ternak berdiri tegak secara alami 3. Mengukur ternak dengan menempatkan mistar ukur pada bagian titik bahu sampai pada tulang duduk Pengukuran lingkar dada. Lingkar dada diukur pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan. 1. menyiapkan pita ukur dengan panjang minimal 250 cm 2. menyiapkan buku data untuk mencatat hasil pengukuran lingkar dada

59
Media SainS, Volume 5 Nomor 1, April 2013

ISSN 2085-3548

pengukuran lingkar dada dilakukan simultan setelah ternak ditimbang 4. pastikan ternak sudah dalam keadaan tenang dan berdiri denga posisi yang tegak 5. mencatat angka lingkar dada yang diperoleh dari hasil pengukuran. Setelah data-data pengukuran tersebut diperoleh, selanjutnya dihitung berata badan berdasarkan metode pendugaan yang digunakan yaitu dengan rumus Schoorl dan rumus Winter. Menurut Gafar (2007), rumusrumus yang dapat digunakan untuk menduga bobot badan adalah: Rumus Schoorl : BB = ( LD (cm) + 22) 100 Rumus Winter : BB (lbs) = ( LD (inchi))2 x PB(inchi) 300 Keterangan: BB : Berat Badan LD : Lingkar Dada PB : Panjang Badan 1 inchi : 2,54 cm 1 lbs : 0,4536 kg Analisis Data Dalam rangka pembuktian hipotesis, maka dalam penelitian ini menggunakan analisis Chi-Kuadrat ( 2) untuk masingmasing metode pengukuran. Rumus umum khi-kuadrat adalah sebagai berikut:
2

3.

Dimana,

Oi : Frekuensi pengamatan ke-i Ei : frekueni yang diharapkan mengikuti hipotesis yang dirumuskan (frekuensi harapan ke-i) P : notasi untuk banyaknya perlakuan yang dicobakan

Dalam penelitian ini, parameter yang diambil adalah pengukuran berat badan sapi dengan timbangan dan pita ukur merk Dalton serta dengan pendugaan menggunakan rumus Winter dan rumus Schoorl untuk diambil perbandingan selisihnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran dengan Rumus Schoorl Berdasarkan hasil uji chi-kuadrat menunjukkan bahwa metode pengukuran berat badan sapi Bali jantan dengan menggunakan rumus Schoorl tidak mendekati berat sapi Bali jantan yang sesungguhnya terutama yang berukuran kurus dan sedang sementara berat badan yang berukuran gemuk mendekati berat badan sesungguhnya (berat timbang). Pendugaan bobot badan sapi Bali jantan dengan menggunakan rumus Schoorl ternyata memiliki selisih berat badan yang tidak terlalu tinggi terhadap berat badan timbang, baik pada ternak yang berukuran kecil (47,25 kg) maupun yang berukuran sedang (17,46 kg), dan yang ternak berukuran besar (-14,42 kg). Berikut rata-rata hasil penimbangan ternak sapi Bali jantan berdasarkan berat bada sesungguhnya dan dengan menggunakan metode rumus Schoorl serta rata-rata berat bada sesungguhnya, berat badan hasil pengukuran dengan metode rumus Schoorl dan selisih berat badan sapi Bali jantan seperti pada Tabel 2

60
Media SainS, Volume 5 Nomor 1, April 2013

ISSN 2085-3548

Tabel 2. Rata-rata Selisih Berat Badan Sapi Bali Jantan Sesungguhnya dengan Berat Badan Menggunakan Rumus Schoorl. Berat Badan Ukuran Ternak Timbang (kg) Kurus (200-300 kg) 149,07 119,83 292,12 245,87 Sedang (300-350 kg) 162,07 122,90 339,13 321,67 Gemuk (350-471 kg) 167,53 126,07 381,58 396,00 BBT : Berat badan timbang, BbRS : berat badan rumus Schoorl Lingkar Panjang Dada Badan (cm) (cm) Rumus Schoorl (kg) Data yang diperoleh dalam penelitian ini kemudian dianalisis dengan menggunakan uji khi-kuadrat, dan berikut

Selisih BBT dan BbRS 47,25 17,46 -14,42

hasil uji khi-kuadrat dari pendugaan bobot badan dengan menggunakan rumus Schoorl tersebut seperti yang disajikan pada Tabel 3.

Gambar 1. Pengukuran lingkar dada sapi Bali jantan

Gambar 2. Pengukuran panjang badan sapi Bali jantan

61
Media SainS, Volume 5 Nomor 1, April 2013

ISSN 2085-3548

Tabel 3. Hasil Uji Chi-kuadrat Berat Badan Sapi Bali Jantan dengan Metode Pengukuran Menggunakan Rumus Schoorl
Ukuran Ternak Kurus (200-300 kg) Sedang (300-350 kg) Gemuk (350-471 kg) Keterangan: Berat Badan Timbang (Kg) Rumus Schoorl (Kg) Hasil Uji Chi-kuadrat

309,19* 245,87 292,12 53,54* 321,67 339,13 39,32tn 396.00 381,58 *) menunjukkan berbeda nyata (p-1,0,05=42,6) pada tarap uji 0,05% tn ) menunjukkan tidak berbeda nyata (p-1,0,05=42,6) pada tarap uji 0,05%

Penggunaan rumus Schoorl memiliki selisih bobot badan timbang sebesar 47,25 kg pada ternak ukuran kecil, kemudian 17,46 kg pada ternak ukuran sedang serta (-14,42) kg pada ternak ukuran besar. Ternak ukuran kurus maupun sedang masih memiliki selisih yang cenderung besar sehingga metode ini tidak cocok digunakan. Tetapi pada ternak yang berukuran besar (>350 kg) penggunaan rumus Schoorl masih cocok untuk diaplikasikan, hal ini terbukti karena berdasarkan uji khi-kuadrat (p<0,05), hanya pada ternak dengan berat lebih besar dari 350 kg lah yang dapat diukur dengan menggunakan rumus Schoorl. Sependapat dengan dengan Williamson dan Payne (1978) yang menyatakan bahwa pendugaan berat badan sapi menggunakan rumus Schoorl biasa dilakukan pada sapi yang berukuran besar yaitu seperti sapi Frisien Holstein (FH) atau sapi zebu. Demikian halnya dengan hasil penelitian Akbar (2008) yang menyatakan bahwa pengkuran berat badan pada sapi yang berukuran sedang seperti pada umumnya sapi Indonesia dengan menggunakan rumus Schoorl memiliki selisih yang besar yaitu 63,92 kg.

Pengukuran dengan Rumus Winter Berdasarkan hasil uji chi-kuadrat menunjukkan bahwa metode pengukuran berat badan sapi Bali jantan dengan menggunakan rumus Winter tidak mendekati berat sapi Bali jantan yang sesungguhnya baik yang berukuran kurus, sedang maupun yang berukuran besar (gemuk). Pendugaan bobot badan sapi Bali jantan dengan menggunakan rumus Winter ternyata memiliki selisih berat badan yang terlalu tinggi terhadap berat badan berdasarkan timbangan, baik yang berukuran sedang (23,05 kg), dan yang ternak berukuran gemuk (-33,74 kg), tetapi pada sapi yang berukuran kurus memiliki selish yang kecil (1,02 kg), hal ini dikarenakan selisih dari tiga puluh ternak yang diukur memiliki selisih antara yang positif dan yang negatif hampir imbang sehingga bila dirata-ratakan mendekati angka 1 satu. Berikut rata-rata hasil penimbangan ternak sapi Bali jantan berdasarkan berat bada sesungguhnya dan dengan menggunakan metode rumus Winter serta rata-rata berat bada sesungguhnya, berat badan hasil pengukuran dengan metode rumus Winter dan selisih berat badan sapi Bali jantan seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Selisih Berat Badan Sapi Bali Jantan Sesungguhnya dan Berat Badan dengan Metode Pengukuran Menggunakan Rumus Winter
Lingkar Dada Panjang Rumus (cm) Badan (cm) Winter (kg) Kurus (200-300 kg) 149,07 119,83 246,88 Sedang (300-350 kg) 162,07 122,90 298,62 Gemuk (350-471 kg) 167,53 126,07 362,26 BBT : Berat badan timbang, BbRW : berat badan rumus Winter Ukuran Ternak Berat Badan Timbang (kg) 245,87 321,67 396,00 Selisih BBT dan BbRW 1,02 -23,05 -33,74

62
Media SainS, Volume 5 Nomor 1, April 2013

ISSN 2085-3548

Data yang diperoleh dalam penelitian ini kemudian dianalisis dengan menggunakan uji Khi-kuadrat, dan berikut hasil uji Khi-kuadrat dari pendugaan bobot badan dengan menggunakan rumus Winter tersebut seperti yang disajikan pada Tabel 8. Tabel 5. Hasil Uji Chi-kuadrat Berat Badan Sapi Bali Jantan dengan Metode Pengukuran Menggunakan Rumus Winter. Berat Badan Timbang Rumus Winter (Kg) Hasil Uji Chi- kuadrat (Kg) Kurus (200-300 kg) 245,87 246,88 309,19* Sedang (300-350 kg) 321,67 298,62 53,54* Gemuk (350-471 kg) 396,00 362,26 39,32* Keterangan: *) menunjukan berbeda nyata (p-1,0,05=42,6) pada tarap uji 0,05%. Ukuran Ternak Rata-rata selisih berat badan hasil pendugaan rumus Winter masing-masing adalah pada ternak ukuran kecil/kurus (1,02 kg) dimana angka ini terlihat kecil karena panjang badan terukur terlalu besar (177 cm), sedangkan ternak ukuran sedang (-23,05 kg) dan ternak ukuran besar sebesar (-33,74 kg). Menurut Wiliamson dan Payne (1978) menyatakan bahwa tingginya nilai selisih terjadi karena pendugaan bobot badan sapi menggunakan rumus Winter hanya biasa dilakukan terhadap sapi Zebu sehingga kurang layak dijadikan sebagai acuan untuk menduga bobot badan sapi di Indonesia.

Pengukuran dengan Pita Ukur Dalton Data yang diperoleh dalam penelitian ini kemudian dianalisis dengan menggunakan uji Khi-kuadrat. Berikut ratarata hasil penimbangan ternak sapi Bali berdasarkan berat bada sesungguhnya dan dengan menggunakan metode pita ukur serta rata-rata berat bada sesungguhnya, berat badan hasil pengukuran dengan metode pita ukur dan selisih berat badan sapi Bali jantan seperti pada Tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata Selisih Berat Badan Sapi Bali Jantan Sesungguhnya dan Berat Badan dengan Metode Pengukuran Menggunakan Pita Ukur Dalton Lingkar Dada Pita Ukur (kg) (cm) Kurus (200-300 kg) 149,07 272,47 Sedang (300-350 kg) 162,07 345,40 Gemuk (350-471 kg) 167,53 422,10 BBT : Berat badan timbang, BbPU : berat badan pita ukur Ukuran Ternak Berdasarkan hasil uji Khi-kuadrat menunjukkan bahwa metode pengukuran berat badan sapi Bali jantan dengan menggunakan pita ukur tidak mendekati berat sapi Bali jantan yang sesungguhnya baik yang berukuran kurus, sedang maupun yang berukuran besar. Pendugaan bobot badan sapi Bali jantan dengan menggunakan pita ukur Berat Badan Timbang (kg) 245,87 321,67 396,00 Selisih BBT dan BbPU 26,60 23,73 -26,10

ternyata memiliki selisih berat badan yang terlalu tinggi terhadap berat badan berdasarkan timbangan, baik pada ternak yang berukuran kecil (26,60 kg) maupun yang berukuran sedang (23,73 kg), dan yang ternak berukuran besar (26,10 kg). Adapun hasil uji khi-kuadrat dari pendugaan bobot badan

63
Media SainS, Volume 5 Nomor 1, April 2013

ISSN 2085-3548

dengan menggunakan pita ukur tersebut

seperti pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Uji Chi-kuadrat Berat Badan Sapi Bali Jantan dengan Metode Pengukuran Menggunakan Pita Ukur Dalton Berat Badan Pita Ukur (Kg) Hasil Uji Chi-kuadrat Timbang (Kg) Kurus (200-300 kg) 245,87 272,47 95,20* Sedang (300-350 kg) 321,67 345,40 53,54* Gemuk (350-471 kg) 396,00 422,10 106,71* Keterangan: *) menunjukkan berbeda nyata (p-1,0,05=42,6) pada tarap uji 0,05% Ukuran Ternak Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Undang (2001) yang menyatakan bahwa penggunaan metode pita ukur cocok untuk tipe ternak seperti pada sapi-sapi di Indonesia, dan juga berbanding terbalik dengan Laidding (1996), yang menyatakan bahwa cara lain yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan pita ukur atau DWT (Daily Caw Weighting Tape) yaitu dengan melingkarkan pita ukur pada sternum 3-4 dan angka yang ditunjukkan pada pita ukur tersebut menunjukan berat badan ternak. . Hasil penimbangan denga metode pita ukur ini memiliki selisih yang besar, sehingga tidak mendekati berat badan sesungguhnya. Selisih yang besar ini terjadi karena postur ternak sapi Bali yang cenderung panjang tetapi tidak diimbangi dengan performans tubuh yang ideal sehingga cenderung lebih besar hasil pengukuran yang menggunakan pita ukur dibanding berat sesungguhnya. Panjang Badan dan Lingkar Dada Rataan panjang badan hasil pengukuran untuk sapi yang ukuran kurus sebesar 119,83 cm, yang berukuran sedang (122,90 cm) dan sapi Bali jantan yang berukuran gemuk memiliki panjang badan sebesar 126,07 cm. Ukuran tubuh sangat berpengaruh terhadap panjang badan. Hal yang sama pula pada lingkar dada, dimana ukuran tubuh ternak berpengaruh terhadap lingkar dada bahwa dengan semakin besar ukuran tubuh ternak akan menghasilkan lingkar dada yang besar. Rata-rata ukuran panjang badan dan lingkar dada dalam penelitian ini relatif sama dengan hasil penelitian PNPM (2008) yaitu 125,6 cm dengan lingkar dada 181,4 cm. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pendugaan berat badan dengan menggunakan pita ukur dan rumus Winter tidak dapat diterapkan untuk ternak sapi Bali jantan yang berfostur tubuh kecil sampai besar, sedangkan penggunaan rumus Schoorl hanya dapat digunakan pada ternak sapi Bali jantan terutama diatas bobot badan 350 kg. Saran a. Pendugaan berat badan berdasarkan pengukuran dengan Pita ukur dan rumus Schoorl serta rumus Winter perlu dibuktikan lagi ketepatannya yang diterapkan pada semua bangsa sapi. b. Untuk pengukuran dengan rumus Schoorl dapat digunakan pada sapi Bali jantan ukuran besar. c. Perlu dibuat metode/rumus pendugaan berat badan tersendiri untuk sapi Bali berbagai ukuran. DAFTAR PUSTAKA Arbi, N., M, Rivai., A, Syarif., Anwar dan B, Anam. 1997. Produksi Ternak Potong. Diktat Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang. Boy, D. 1993. Hubungan Antara lingkar Dada dan Panjang Badan Terhadap Bobot

64
Media SainS, Volume 5 Nomor 1, April 2013

ISSN 2085-3548

Hidup Sapi jantan Dewasa Turunan F2 Simental. Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang. Direktorat Jendral Peternakan, 2010. Petunjuk Praktik Pengukuran Sapi Potong. Departemen Pertanian Republik Indonesia. Gafar, S. 2007. Memilih dan Memilah Hewan Qurban. http//www.disnksumbar.org Hadjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pembiakan Ternak di Lapangan. PT. Gramedia Widiaswara Indonesia, Jakarta. Kartasudjana, R. 2001. Pembibitan Ternak. Departemen Pendidikan Nasional. Bandung. Kurnianto, E. 2009. Pemuliaan Ternak. Graha Ilmu. Yogyakarta. Laidding, A. R. 1996. Hubungan Berat Badan dan Lingkar Dada dengan beberapa sifat-sifat Ekonomi Penting Pada Sapi Bali. Biletin Ilmu Peternakan dan Perikanan. Universitas Hasanudin. Ujung Pandang. IV (10) : 127-133. Akbar, M., 2008. Pendugaan Bobot Badan Sapi Persilangan Limousin Berdasarkan Panjang Badan dan Lingkar Dada. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya, Malang. Malang Muhibbah, V. 2007. Parameter Tubuh dan Sifat-Sifat Karkas Sapi Potong pada Skor Kondisi yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pane. I. 1986. Pemuliabiakan Ternak Sapi. PT. Gramedia, Jakarta. Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas Press. Jakarta.

Program Nasinonal Pemberdayaan Masyarakat, 2008. Agribisnis Terpadu. http://nusataniterpadu.wordpress.com/ diakses tanggal 12 Pebruari 2013. Saladin, R. 1981. Ilmu Tilik Ternak. Diktat. Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang. Santoso, U. 2005. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta. Sugiono, 2005. Statistika untuk Penelitian ; Cetakan ketujuh. Alfabeta, CV. Bandung. Stell, R. G. D.& J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Samad, S.1985. Ternak Potong dan Kerja. C.V. Yasaguna, Jakarta. Suwarno, R. 1985. Mempraktikan Pelajaran Pertumbuhan pada Hewan, Relasi antara Ligkar Dada, Panjang Badan dan Bobot Badan. Hamera Zoa 65 : 119. Sutardi, T. 1983. Pengaruh Kelamin dan Kondisi Tubuh terhadap Hubungan Bobot Badan dan Lingkar Dada pada Sapi Perah. Media Peternakan. Jakarta. Sitorus, S. 1979. Ketepatan Pemakaian Pita Ukur pada penentuan Bobot Badan sapi Potong PO Jantan. Malang. Sugeng, Y. B. 1996. Beternak Sapi Potong, Penebar Swadaya, Jakarta. Williamson, G dan W. J. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis, Cetakan Pertama, Diterjemahkan SGN. Djiwa Darmadja.

65
Media SainS, Volume 5 Nomor 1, April 2013

ISSN 2085-3548

Gajah Mada Yogyakarta.

Universicity

Press,

Berdasarkan Ukuran Tubuh. Jurnal. Peternakan Indonesia Volume 12 No. 2 Juni 2007. Zubaidah, S. 1984. Pengkajian Berbagai Cara Pendugaan Bobot Badan Sapi Perah Fries Holland dengan Parameter Tubuh. Karya Ilmiah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistik, Edisi ke-3. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta. Yurnalis. 2007. Pembentukan Rumus Sederhana Pendugaan Bobot Hidup Sapi Persilangan Simental dengan PO

You might also like