You are on page 1of 6

Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia Volume 1 (1) : 24 - 30; Desember 2015

ISSN : 2460-6669

Tampilan Bobot Badan dan Ukuran Linier Tubuh Domba Ekor Gemuk pada Umur Tertentu di
Kabupaten Lombok Timur

Performance of the Body Weight and the Linear Body Size of the Certain Age of Fat-Tailed Sheep in
East Lombok Regency

Muhammad Ashari, Raden Roro Agustien Suhardiani, Rina Andriati


Laboratorium Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Mataram
Jalan Majapahit Nomer 62 Mataram Lombok, Indonesia.
Telepon: (0370) 633603. Fax: (0370) 640592
e-mail: mashari_unram@yahoo.com

Diterima : 24 April 2015/ Disetujui: 4 Juli 2015

ABSTRACT
A study on the performance of sheep production has been carried out in the enclave production of fat-tailed
sheep (DEG) in East Lombok. The purpose of this study was to determine the production potential of fat-
tailed sheep, which have been reared traditionally. The method that employed throughout the study was a
survey related method. The locations of the study were decided according to the purposive sampling
techniques based on the population density of DEG. Samples were collected randomly; as many as 20
individuals, 10 males and 10 females, each as a representative of any age group, which had previously been
determined. The variables observed were the birth weight, weaning weight and adult weight as well as
statistical measurements of the vital body, i.e. the body length and the chest circumference. Data on the
performance of the production were analyzed and tested statistically using t-test. These studies suggest that
gender affect significantly (P <0.05) for the body weight and the vital body measurements. The rams had
higher body weight than the ewes. Furthermore, the linear body size of fat tailed-rams was larger than those of
the fat-tailed ewes.
Key-words: fat-tailed sheep, body weight and body size

PENDAHULUAN Priangan (Inounu et al., 1998), 1,6 domba


Kesenjangan antara kapasitas suplai dengan Ekor Gemuk (DEK) (Noor, 2001), dan umur
permintaan produk peternakan khususnya dewasa kelamin cepat dan beranak sepanjang
daging di Indonesia menunjukkan tren yang tahun.
meningkat setiap tahun. Permintaan produk Domba Ekor Gemuk, merupakan domba
asal ternak cendrung akan meningkat untuk tipe pedaging, sehingga sangat potensial untuk
masa-masa yang akan datang, dengan mening- dikem-bangkan sebagai salah satu ternak
katnya jumlah penduduk. Kenyataan ini penyuplai daging nasional. Domba Ekor
merupakan peluang sekaligus tan-tangan Gemuk, meskipun memiliki tipe yang sama
bidang peternakan saat ini, upaya pemenuhan akan tetapi masing-masing daerah
permintaan daging ditempuh melalui import penyebarannya memiliki karakteristik yang
daging dan ternak hidup (bakalan). Namun spesifik dibanding daerah lain. Hal tersebut
demikian untuk jangka panjang perlu dapat disebabkan karena perbedaan
dipikirkan upaya pemecahan masalah agar lingkungan, pola pemeliharaan dan akibat
tidak selalu tergantung pada import. Oleh persilangan dengan domba luar atau
karena itu upaya pen kinerja produksi ternak perkawinan yang tidak terkontrol (inbreeding).
lokal sangatlah diperlukan. Akibatnya performans domba khususnya
Untuk menunjang kebutuhan daging bobot badan tiap-tiap daerah sangat beragam.
tersebut, domba ekor gemuk merupakan salah Kenyataan ini dapat di-anggap sebagai
satu sumber daya genetik ternak yang berpo- tantangan sekaligus peluang dalam
tensi untuk dikembangkan dan memiliki kon- pengembangan dom-ba lokal yang ada di
tribusi dalam penyediaan daging nasional. Indonesia.
Domba lokal memiliki beberapa keunggulan di Tantangan utama dalam usaha ternak
antaranya kemampuan melahirkan anak domba adalah rendahnya produktivitas ternak
kembar (1,77 ekor per induk) pada domba yang dihasilkan, serta belum tersedianya

24
suplai bibit unggul domba secara kontinyu tingkat kepadatan populasi terbanyak, sehing-
yang produksinya tinggi dan efisien serta ga terpilih kecamatan Pringgabaya sebagai
harganya dapat terjangkau oleh peternak. Pada lokasi penelitian. Pengamatan dilakukan pada
usaha ternak domba, bibit berpengaruh berbagai tingkatan umur (lahir, sapihan, muda
langsung terhadap keuntungan yang diperoleh. dan dewasa) masing-masing menggunakan 20
Bibit merupakan modal awal dari proses ekor domba ekor gemuk (10 ekor jantan dan
budidaya, oleh karena itu diperlukan bibit 10 ekor betina) sehingga jumlah ternak yang
berkualitas dalam jumlah yang cukup mema- diukur adalah 80 ekor.
dai, mudah diperoleh dan terjamin kontinu- Variable yang diamati adalah aspek
itasnya. produksi meliputi ukuran-ukuran tubuh
Rendahnya populasi domba Ekor Gemuk di (panjang badan, dan lingkar dada), dan bobot
Nusa Tenggara Barat mungkin disebabkan badan pada umur-umur tertentu. Agar
oleh adanya kebijakan pemerintah untuk diperoleh keseragaman dan kekonsistensian
menjadikan daerah ini sebagai lumbung ternak dalam pengukuran atau perhitungan setiap
sapi Bali. Disatu sisi disinyalir bahwa ternak variabel, maka diberikan batasan atau
domba merupakan karier penyakit MCF pada definisi dari setiap variable, yaitu:
sapi Bali. Keadaan inilah yang menyebabkan a. Panjang badan, diukur secara horizontal
ternak domba tidak begitu ber-kembang pada dari tepi depan sendi bahu (benjolan
lokasi yang diper-untukkan sebagai daerah tulang skapula) sampai ke tepi belakang
peng-embangan sapi Bali. Beberapa tahun bungkul tulang duduk dengan menggu-
terakhir di pulau Lombok telah dikembangkan nakan tongkat ukur (cm).
sapi-sapi persilangan antara Bos taurus dan b. Lingkar dada, diukur secara melingkar
Bos sondaikus. Hal ini membuka peluang tepat dibelakang bahu melewati gumba,
untuk pengembangan ternak Domba di pulau menggunakan pita ukur (cm).
Lombok menjadi semakin meluas. c. Bobot lahir, dengan mencatat, dan atau
Untuk menunjang implementasi pemba- dengan cara penimbangan langsung
ngunan dan pengembangan peternakan terhadap ternak sampel penelitian.
khususnya domba dalam upaya peningkatan d. Bobot Sapih 90 hari (BS90), dengan
produktivitas ternak domba secara maksimal melakukan penimbangan langsung pada
diperlukan data dan informasi yang obyektif, saat ternak domba mulai diamati, apabila
aktual dan memenuhi standar informasi. Untuk penimbangan dilakukan tidak tepat umur
mengetahui potensi produksi ternak domba 90 hari, maka dilakukan koreksi ke dalam
yang ada di pulau Lombok, maka perlu bobot domba umur 90 dengan rumus:
dilakukan evaluasi terhadap sifat-sifat
produksi dari domba ekor gemuk. Pengamatan
ini diperlukan guna mendapatkan data tentang Keterangan :
tingkat produktivitas dan prestasi DEG secara BS90 = Bobot Sapih Umur 90 hari
cermat dan mendalam. BSN= Bobot Domba Nyata
Penelitian ini dipandang perlu dilakukan BL = Bobot Lahir
untuk mendapatkan informasi mengenai U = Umur
keragaman penotip domba ekor gemuk,
menganalisis hubungan antara ukuran-ukuran e. Bobot Badan Setahun 365 hari (B365),
tubuh dengan bobot badan pada umur-umur dengan melakukan penimbangan
tertentu. Dari uraian ters-ebut diatas maka langsung pada saat ternak domba umur
telah dilakukan penelitian tentang tampilan satu tahun, apabila penimbangan
bobot badan dan ukuran linier tubuh domba dilakukan tidak tepat umur 365 hari,
Ekor Gemuk pada umur-umur tertentu di maka dilakukan koreksi ke dalam bobot
Kabupaten Lombok Timur. domba umur 365 hari, dengan cara:

MATERI DAN METODE


Penelitian dilaksanakan di Kabu-paten
Lombok Timur Nusa Teng-gara Barat dengan Keterangan :
pengambilan sampel lokasi didasarkan pada

Muhammad Ashari, Raden Roro Agustien Suhardiani, Rina Andriati (Tampilan Bobot Badan...)
B365 = Bobot Domba Umur 365 hari
BNA = Bobot Nyata Akhir Analisa data
BS90= Bobot domba umur 90 hari Data yang terkumpul dianalisis secara
JH = Jarak umur dalam hari antara umur diskriptif menggunakan rataan dan simpang-
saat penimbangan terakhir dengan umur an baku (arithmatic mean ± Standard
90 hari. deviation), dan nilai persentase menurut nilai
Bila ternak tidak mempunyai data bobot kategori datanya. Untuk mengetahui pengaruh
sapih, maka penyesuaian bobot 365 hari jenis kelamin terhadap bobot dan ukuran tubuh
menggunakan rumus Sudrana dan Martojo pada umur-umur tertentu dilakukan uji
(1994) : menggunakan t-test. (Steel and Torrie, 1993).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Bobot badan
Keterangan : Data yang terkumpul dikelompokkan
B365 = Bobot Domba Umur berdasarkan, umur dan jenis kelamin ternak.
365 hari Rata- rata performan produksi DEG yang
BNA = Bobot Nyata Akhir meliputi bobot lahir, bobot umur 90 hari,
BL = Bobot Lahir bobot umur 365 hari dan umur 730 hari
U = Umur beserta hasil analisis statistiknya dapat dilihat
f. Bobot badan dewasa ( ≥1,5 tahun), diukur pada Tabel 1.
dengan menimbang ternak secara
langsung.

Tabel 1. Rata-rata bobot badan domba ekor gemuk pada berbagai umur kronologis

Bobot Badan (kg)


Umur (hari)
Jantan Betina
1 2,429 ± 0,347a 2,072 ± 0,311b
90 9,167 ± 0,365a 7,498 ± 0,299b
365 27,834 ± 6,914a 22,798 ± 2,823b
730 34,760 ± 2,272a 32,900 ± 4,4136a
Keterangan: superscript yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berdeda nyata (P>0.05)

Bobot lahir merupakan salah satu tolok ukur dibanding yang jantan menyebabkan foetus betina
tingkat pertumbuhan prenatal pada ternak dan lebih cepat dilahirkan dan sebaliknya fungsi
merupakan cerminan potensi tumbuh ternak untuk kelenjar adrenal foetus pada yang jantan akan
periode berikutnya seperti pertumbuhan prasapih menyebabkan foetus jantan lebih lama dilahirkan,
maupun pertumbuhan lepas sapih. Dari Tabel 1 sehingga akhirnya bobot lahir foetus jantan lebih
terlihat bahwa domba ekor gemuk jantan berat dibanding yang betina (Toelihere, 1991).
mempunyai bobot lahir yang lebih tinggi Hasil penelitian rata-rata bobot lahir DEG pada
dibanding yang berjenis kelamin betina. penelitian ini yaitu 2,23 ± 0,37 kg, hasil ini tidak
Jenis kelamin berpengaruh sangat nyata (P < jauh berbeda dengan hasil penelitian Sodik dan
0.01) terhadap bobot lahir cempe. Adanya Tawfik (2004) yang melaporkan bobot lahir
perbedaan bobot lahir antara cempe jantan dan domba ekor gemuk 2,28 kg untuk kelahiran
cempe betina, mungkin disebabkan oleh perbedaan tunggal dan 1,52 kg untuk kelahiran kembar. Hasil
lama waktu ternak dalam kandung-an. Karena penelitian bobot lahir DEG pada penelitian ini
fungsi endokrin foetus betina yang lebih dominan lebih rendah dari yang dilaporkan Iniquez et al

Muhammad Ashari, Raden Roro Agustien Suhardiani, Rina Andriati (Tampilan Bobot Badan...)
(1993), bahwa bobot lahir domba 2,6 kg ekor gemuk betina. Rata – rata bobot badan umur
Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh perbedaan satu tahun pada DEG yakni jantan 27,834 ± 6,914
cara pengelolaan ternak. Pada penelitian ini kg dan betina 22,798 ± 2,823 kg.
umumnya ternak dipelihara secara intensif Dari hasil uji statistik juga dapat diketahui
tradisonal, sehingga pasokan/asupan gizi bagi bahwa jenis kelamin berpengaruh nyata (P < 0,05)
ternak yang sedang bunting di Lokasi penelitian terhadap bobot umur satu tahun. Adanya
ini lebih rendah, sehingga berdampak terhadap perbedaan bobot badan antara jantan dan betina ini
bobot lahir yang lebih rendah. menurut Gurnadi (1994) disebabkan oleh
Pencapaian bobot badan umur 90 hari perbedaan hormonal, yaitu berhubungan dengan
menggambarkan potensi tumbuh ternak ketika perbedaan laju sekresi hormon pertumbuhan,
mendapatkan gizi yang lebih baik, karena pada seperti testosteron yang dihasilkan testis pada
umur tersebut sebagian besar kebutuhan pakan hewan jantan. Selanjutnya dinyatakan, testosteron
cempe diperoleh dari air susu induk. Pada Tabel 1 juga berpengaruh terhadap laju metabolisme yang
dapat dilihat bahwa rata-rata bobot badan umur 90 lebih cepat, sehingga hewan jantan lebih efisien
hari DEG jantan 9,167 ± 0,365 kg sedangkan menggunakan makanan dari pada betina yang
betina 7,498 ± 0,299 kg. Hasil Penelitian ini lebih mengakibatkan laju pertumbuhan bobot badan
rendah dari hasil penelitian Duma (2001), bahwa jantan lebih besar dari pada betina.
bobot sapih domba Donggala sebesar 9,36 kg, Bobot badan dewasa dicerminkan dari bobot
demikian pula dengan yang dilaporkan oleh Sodik badan umur dua tahun. Hasil penelitian ini
dan Tawfik (2004), bahwa bobot lahir DEG memperlihatkan bahwa pencapaian bobot badan
sebesar 9,7 kg. Perbedaan ini mungkin disebabkan dewasa pada DEG sama antara DEG jantan dan
oleh perbedaan genetik dan lingkungan dari betina. Rata-rata bobot badan umur dua tahun pada
sampel penelitian yang digunakan. DEG betina 32,900 ± 4,413 kg dan pada DEG
Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa jantan 34,760 ± 2,726 kg. Hasil penelitian ini lebih
domba ekor gemuk jantan memiliki bobot sapih tinggi dari hasil penelitan Djayanegara et al.
yang lebih tinggi dibanding betina (P<0.05). Hal (1992) melaporkan, rata-rata bobot badan dewasa
ini disebabkan, domba jantan mem-punyai domba ekor gemuk di Jawa Timur adalah 30,5 ±
kemampuan mengkonsumsi pakan yang lebih 6,93 bagi yang jantan dan betina 27,2 ± 4,66 kg.
tinggi yang diperoleh dari meningkatnya laju Perbedaan ini disebabkan oleh keragaman
metabolisme di dalam tubuhnya karena adanya manajemen pemeliha-raan, terutama terkait
hormon testosteron yang dimiliki oleh ternak dengan ketersediaan pakan di masing-masing
jantan. Bobot sapih domba jantan umumnya lebih lokasi penelitian, sehingga dengan demikian dapat
tinggi dari bobot sapih domba betina dinyatakan bahwa domba ekor gemuk di Lombok
(Harjosubroto, 1994). Hal ini terkait dengan kerja Timur mendapat manajemen pemeliharaan yang
hormon tes-tosteron terhadap laju pertumbuhan sel lebih baik dibading di Jawa Timur.
otot dan aktivitas yang lebih tinggi untuk Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa
merangsang partumbuhan tulang (Rehfeldt et al., jenis kelamin tidak berpengaruh nyata (P>0,05)
2004). terhadap bobot umur dua tahun. Hal ini disebabkan
Hasil penelitian terhadap bobot umur satu tahun karena ternak DEG betina umur dua tahun pada
memperlihatkan kecenderungan yang sama dengan penelitian ini umumnya dalam keadaan bunting,
hasil penelitian terhadap parameter bobot umur 90 sehingga bobot badanya sama dengan DEG jantan
hari yaitu domba ekor gemuk jantan memiliki pada umur kronologis yang sama.
bobot badan yang lebih tinggi dibanding domba

Ukuran linier tubuh dengan kinerja produksi ternak adalah panjang


Ukuran linier tubuh merupakan salah satu tolok badan dan lingkar dada, karena itu kedua ukuran
ukur kualitas ternak, karena ternak dengan ukuran tubuh tersebut sering digunakan sebagai parameter
tubuh yang lebih tinggi akan mempunyai nilai untuk mengestimasi bobot badan pada ternak.
pemuliaan yang lebih tinggi dibanding dengan Ukuran panjang badan dan lingkar dada DEG pada
ternak yang mempunyai ukuran tubuh yang lebih berbagai umur kronologis dilokasi penelitian dapat
kecil. Ukuran tubuh yang paling erat hubungannya disimak pada Tabel 2.

Muhammad Ashari, Raden Roro Agustien Suhardiani, Rina Andriati (Tampilan Bobot Badan...)
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia Volume 1 (1) : 24 - 30; Desember 2015
ISSN : 2460-6669

Tabel 2. Rata-rata panjang badan dan lingkar dada domba ekor gemuk pada berbagai umur kronologis

Ukuran Linier Tubuh


Umur
Panjang Badan (cm) Lingkar Dada (cm)
(hari)
Jantan Betina Jantan Betina
1 43,33 ± 5,25a 41,56 ± 4,09b 51,89 ± 7,51a 48,44 ± 6,45b
90 51,50 ± 2,45a 48,73 ± 5,20a 64,30 ± 4,32a 62,40 ± 6,63a
a
365 57,40 ± 3,34 52,67 ± 3,10b 72,00 ± 9,23 a
70,80 ± 3,87a
a
730 62,50 ± 6,52 57,70 ± 5,01b 79,200 ± 4,84 a
75,300 ± 7,58b
Keterangan: superscript yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berdeda nyata (P>0.05)

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa DEG betina yang sama (P>0.05) hal ini
jantan mempunyai ukuran linier tubuh yang lebih mengindikasikan bahwa pada waktu pra lahir
tinggi dibanding DEG betina pada berbagai tingkat kecepatan pertumbuhan bagian tubuh tersebut
umur kronologis. Hal ini disebabkan oleh potensi lebih tinggi pada yang jantan sedangkan pada
tumbuh pada ternak jantan lebih tinggi dari ternak waktu pasca lahir terjadi sebaliknya. Ukuran
betina, pada kondisi pemeliha-raan (pakan) yang panjang badan DEG jantan dewasa lebih tinggi
sama ternak jantan akan tumbuh lebih cepat dari dibanding DEG betina (P < 0.05) ini membuktikan
ternak betina karena ternak jantan mampu bahwa potnesi tumbuh bagian tubuh tersebut lebih
mengkonsumsi pakan yang lebih tinggi dibanding tinggi pada yang jantan. Hal ini terkait dengan
ternak betina. kerja hormon testoste-ron terhadap laju
Hasil analisis statistik menunjuk-kan bahwa pertumbuhan sel otot dan aktivitas yang lebih
ukuran panjang badan DEG jantan pada waktu tinggi untuk merangsang pertumbuhan tulang
lahir lebih tinggi (P < 0.01) dibanding DEG betina, (Rehfeldt et al., 2004). Untuk lebih jelasnya
sedangkan pada umur sapih (90 hari) ukuran linier tubuh pada umur tertentu dapat
memperlihtakan ukuran panjang badan jantan dan dilihat pada Gambar 2.

100.000
Ukuran Tubuh (cm)

80.000
60.000 Panjang Badan ♂
40.000 Panjang badan ♀
20.000 Lingkar Dada ♂
0.000 Lingkar Dada ♀
1 90 365 730
Umur (hari)

Gambar 1. Diagram ukuran tubuh DEG pada umur-umur tertentu

SIMPULAN DAN SARAN Ukuran linier tubuh domba ekor gemuk jantan
Simpulan lebih tinggi dibanding domba ekor gemuk betina.
Jenis kelamin berpengaruh sig-nifikan terhadap
bobot badan. Domba jantan mempunyai bobot Saran
badan yang lebih tinggi dibanding domba betina. Perlu dilakukan penelitian yang terkontrol
terutama kualitas dan kuantitas pakan agar hasil

28
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia

yang diperoleh betul-betul sesuai dengan potensi Djayanegara, S. Gardiner, T.R. Wiradarya
genetik ternak yang diteliti. Perlu dilakukan (Editors). Goat and Sheep Production in
penelitian kualitas produksi pada domba ekor Indonesia. Semarang, Sebelas Maret University
gemuk terutama terkait dengan komposisi fisik dan Press.
kimia karkas. Inounu, I.B., Tresnamurti, Subandri-yo dan H.
Martojo. 1999. Produksi anak pada Domba
Prolifik. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner
DAFTAR PUSTAKA 4(3):148-160.
Babar, M.E., Z. Ahmad, A. Nadeem, and M. Johnston, R.G. 1983. Introduction to Sheep
Aqoob. 2004. Environ mental factor affecting Farming. London. Granada Publishing.
birth weight in Lohi Sheep. Pakistan Veterinary Noor, R.R., A. Djayanegara and L. Schuser. 2001.
Journal. 24(1):5-8. Selection to improve birth and weaning weight
Bradford, G.E. and I. Inounu, 1996. Prolific Sheep of Javanese fat tailed sheep. Arch. Tier
of Indonesia. In : M.H. Fahmy (Ed). Prolific Dummerstorf 44(6):649-659
Sheef.Cab. International, Pp:109-120 Rehfeldt, C., I. Fieldier and N.C. Sticland. 2004.
Djayanegara, A., I. K. Sutam dan M. Sabrani, Numbering Size of Muscle Fibrous in Relation
1993. Ragam kenerja domba ekor gemuk. to Meat Production. In: Everts M.E. M.W.F.
Proseding Agro-Industri Peternakan di TePas, H.P. Haagsmant (ed.). Muscle
Pedesaan. Balai Penelitian Ternak Ciawi. Development of Livestock. Animal Physiology.
Bogor. Hal. 530-535. Genetic and Meat Quality. CABI Publishing
Duma, Y., 2001. Performa pertumbuhan domba Sodik, A. and E.S. Tawfik. 2004. Productivity and
ekor gemuk Palu dan hasil silangannya dengan breeding strategies of sheep in Indonesia: A
domba Merbas pada padang penggembalaan Review. Journal of Agriculture and Rural
lembah Palu. Jurnal Agroland 8(1): 105-109. Development in the Tropics and Subtropics
Gardner, D.S., P.J. Buttery, Z. Daniel and M.E. 105(1):71-82.
Symond. 2007. Factor affecting birth weight in Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan
sheep: Maternal Environment. Reproduction Prosedur Statistik Suatu Pendekatan
133(1):297-307. Biometrika. Edisi ke-3. Alih Bahasa, Bambang
Harjosubroto, W., 1994. Aplikasi Pemulia-biakan Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Ternak di Lapangan. Penerbit PT. Gramedia Jakarta.
Widiasarana Indonesia, Jakarta. Sudrana, I.P. dan H. Martojo. 1994. Pendugaan
Iniquez, L., W.A. Pattie and B. Gunawan. 1993. parameter genetik pada sapi bali: bobot sapih
Aspect of Sheep Breeding with Particuler dan bobot setahun. Majalah Ilmiah Bovine
Empha-sis on Humid Tropical Environ-ment. 3(10):1-5. Fapet. Unram. Mataram.
In: Wodzicka, M.T., I.M. Mastika, A.

Muhammad Ashari, Raden Roro Agustien Suhardiani, Rina Andriati (Tampilan Bobot Badan...)

You might also like