You are on page 1of 9

Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

MODEL PEMBIBITAN KAMBING DAN DOMBA


DI INDONESIA
(Breeding Model for Goats and Sheeps in Indonesia)
CHALID TALIB, R.H. MATONDANG dan T. HERAWATI

Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan


Jl. Raya Pajajaran Kav. E 59, Bogor 16151

ABSTRACT

The most common of small ruminants in Indonesia is goat and sheep which population reached 27,755
million. The small farmers are very familiar with both livestocks and the community warranty that goat meat
can increase men stamina. Currently, fattening goats and sheep began to bloom, triggered by growing
communities in the meals called sate and gule (derived from young goat and sheep). The increasing demand
on the mutton means increase effort in the downstream with the expectation that supply remains available
throughout the year. To respond for these conditions its necessary to build models of good breeding goats and
sheeps on the small farms and on commercial breeders. Breeding system practiced by farmers is still very
traditional. In general, farmers do not have a stud that is specific as serve bulls, so that mating occurs
naturally without any control. Furthere more, there is a chance and great possibility of inbreeding increasing
in the small herd. Breeding plan is recommended to set a final goal of breeding, attention in carrying
capacities of the region, improvement of feed, the use of selected males gradually to increase individual
productivity and market development opportunities of breeding stocks and young animals for fattening. The
concept of breeding will be discussed in this paper.
Key Words: Breeding, Goats, Sheep, model, Areas

ABSTRAK

Ternak ruminansia kecil yang dominan di Indonesia adalah kambing dan domba dengan populasi
mencapai 27,755 juta ekor (kambing 16,841 juta ekor dan domba 10,914 juta ekor). Para peternak kecil
sangat akrab dengan kedua ternak tersebut dan adanya kepercayaan masyarakat bahwa daging kambing dapat
meningkatkan stamina laki-laki. Akhir-akhir ini penggemukan kambing dan domba mulai marak tumbuh
yang dipicu oleh preferensi masyarakat pada sate dan gule yang lembut (berasal dari ternak muda).
Meningkatnya permintaan pada ternak tersebut menuntut pembinaan di hilir dengan harapan agar supply
ternak usia muda tetap tersedia sepanjang tahun. Untuk merespon kondisi tersebut perlu dibangun model
pembibitan kambing dan domba baik di peternakan rakyat maupun peternak komersial. Sistem pemuliabiakan
yang dipraktekkan oleh petani saat ini masih sangat tradisional. Pada umumnya petani belum memiliki
pejantan yang khusus untuk dijadikan sebagai pemacek sehingga perkawinan terjadi secara alami tanpa
terkontrol. Dengan demikian peluang kemungkinan terjadinya derajat inbreeding yang tinggi cukup besar.
Pembibitan yang disarankan perlu menetapkan tujuan akhir breeding yang akan dicapai yaitu pertumbuhan
cepat pada umur muda, memperhatikan kapasitas tampung kawasan, perbaikan pakan dan manajemen,
pemanfaatan pejantan terseleksi secara bertahap untuk peningkatan produktivitas individu dan peluang
pengembangan pasar ternak bibit maupun ternak bakalan usia muda. Konsep pembibitan inilah yang akan
didiskusikan dalam makalah ini.
Kata Kunci: Pembibitan, Kambing, Domba, Model, Kawasan

PENDAHULUAN adalah berupa ternak kado asli Indonesia,


walaupun demikian ada juga yang berasal dari
Kambing dan domba (kado) adalah ternak ternak impor dan persilangan antara ternak
ruminansia kecil yang paling dominan impor dengan ternak asli yang kemudian ternak
jumlanya di Indonesia. Kado di Indonesia crossbred tersebut mampu beradaptasi dengan
adalah ternak lokal dimana yang terbanyak baik pada kondisi setempat. Populasi kado

55
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

mencapai 27,755 juta ekor dengan jumlah Oleh karena itu, model perbibitan yang
pemotongan 5,6 juta ekor per tahun dan laju tepat perlu dirancang untuk menghasilkan
pertambahan populasi 3,38% per tahun dalam ternak kado yang tumbuh cepat untuk
10 tahun per tahun. Jumlah kambing 16,841 memcapai bobot sapih terbaik dan merupakan
juta ekor dan domba 10,914 juta ekor ternak kado bakalan yang baik sehingga dalam
(DITJENNAK, 2011). penggemukan pascasapih dapat mencapai
Kado umumnya dipelihara oleh para bobot potong yang menguntungkan pada usia
peternak kecil, karena mempunyai beberapa muda (< 1,5 tahun umurnya). Tentunya hal
keunggulan antara lain: (1) membutuhkan tersebut dapat diperoleh baik melalui
modal yang relatif kecil; (2) mudah identifikasi ternak lokal maupun ternak eksotik
pemeliharaannya; (3) banyak digunakan untuk yang mempunyai kemampuan cepat tumbuh,
berbagai acara baik acara kekeluargaan seperti kemudian dapat diseleksi secara kaidah
syukuran maupun acara yang berhubungan pemurnian maupun kaidah persilangan untuk
dengan ritual keagamaan dan budaya seperti mendapatkan ternak yang diharapkan sesuai
hewan kurban pada hari raya kurban, khitanan, selera konsumen.
aqeqah, dan lain-lain; dan (4) mudah dijual Walaupun demikian dalam makalah ini
ketika membutuhkan uang kontan secara cepat. akan lebih diutamakan tentang pemanfaatan
Bangsa-bangsa ternak kado cukup banyak, ternak lokal dan hanya sedikit memanfaatkan
dimana para peternak maupun masyarakat ternak kado impor secara terbatas sebagai
setempat senang memberi nama dengan nama sumber genetik baru bagi perbaikan genetik
setempat atau nama tempat asalnya, dan hanya ternak lokal.
sedikit yang memberi nama dengan nama yang
lain. Penduduk Indonesia senang ISI DAN POKOK BAHASAN
mengkonsumsi daging kambing (yang
sebenarnya adalah berasal dari ternak kambing Sumber daya genetik kambing dan domba
dan domba) dalam berbagai bentuk yaitu: sate, di Indonesia
gule, tongseng, kambing guling dan sop. Sumber daya genetik ternak-ternak kado
Walaupun demikian konsumsi daging kambing lokal di Indonesia memiliki karakteristik
dan domba per kapita per tahun terlihat adanya tersendiri secara fisik maupun daya adaptasi
trend penurunan dalam beberapa tahun terakhir pada lingkungan tropis yang bervariasi sesuai
ini yaitu pada tahun 2006 sebesar 0,64 dengan tempat asal serta kawasan
kg/kapita tahun dan pada tahun 2009 menurun pengembangannya. Ternak lokal terdiri dari 2
menjadi 0,55 kg/kapita (DITJENNAK, 2011). macam yaitu ternak asli Indoensia dan ternak
Akhir-akhir ini penggemukan kambing dan impor/persilangannya yang mampu beradaptasi
domba mulai marak sehingga preferensi dan berkembang biak di Indonesia, baik dalam
konsumen juga semakin mengarah atau dapat bentuk darah murni maupun ternak hasil
dikatakan menuntut agar daging kado siap saji persilangannya dengan ternak asli.
tersebut bersifat lembut (berasal dari ternak Ternak kambing di Indonesia terdiri dari:
muda), mempunyai aroma khas (tetapi (a) kambing asli: kambing Kacang, Bligon,
aromanya lembut – sedang), dan dalam Rambon, Marica, Lakor/Wetar, Kosta,
potongan daging juga tidak besar. Gembrong, Muara, Saburai, Samosir, dan lain-
Meningkatnya permintaan pada ternak dengan lain.; dan (b) kambing impor/persilangan
kriteria muda menuntut tersedianya bibit yang adalah: kambing Benggala, PE, Kaligesing,
tumbuh cepat dan mencapai bobot potong pada Boer dan persilangannya (Boerka, Boerawa),
usia muda dengan kesinambungan supplied Saanen dan persilangannya, Anglonubian, dan
yang terjaga baik. Berhubung daging olahan lain-lain. Sementara itu, ternak domba adalah:
kambing tidak dibedakan dengan yang (a) domba asli: domba Garut, Kisar, DEG
dihasilkan domba pada tingkat konsumen dan (domba ekor gemuk), DET (domba ekor tipis),
karakter serta behaviour kedua ternak tersebut Sumatera, Priangan, dan lain-lain.; dan (b)
juga tidak jauh berbeda maka model domba impor/persilangan adalah: komposit
pembibitan keduanya disamakan dalam tulisan Sumatera, komposit Garut, Barbados Cross, St
ini sebagai model pembibitan ternak kado. Croix Indonesia, dombos (Texel x DET)

56
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

1 2 3

4 5 6

Gambar 1. Bangsa Domba: 1 Komposit Garut; 2 Komposit Sumatera; 3 St. Croix Indonesia; 4 Dombos;
5 Kisar; 6 Garut
Sumber: Gambar 1 – 3 (BALITNAK, 2011); 4 (DISNAKAN WONOSOBO, 2010); 5 (DISNAK PROVINSI MALUKU
dan MALUBAYA, 2011b); 6 (DISNAK PROVINSI JABAR, 2011)

1 2 3

4 5 6

8
7 9

Gambar 2. Bangsa kambing: 1 – 2 Boerka; 3 Marica; 4 Gembrong; 5 Kosta; 6 Kacang; 7 PE; 8 Sanen;
9 Lakor
Sumber: Gambar 1 – 6 (PUSLITBANGNAK, 2009); 7 – 8 (TALIB, 2010); 9 (DISNAK PROVINSI MALUKU dan
MALUBAYA. 2011b)

57
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

Batur (Merino x lokal), dan lain-lain, informasi Indonesia cukup beragam dari bobot setahun
masing-masing ternak kado yang disebutkan di yang hanya mencapai belasan kg sampai yang
atas dapat dilihat secara detail pada di atas 50 kg dan bahkan lebih besar lagi.
sumber/daftar pustaka dalam tulisan ini Sementara itu, dari literatur yang digunakan
disesuaikan dengan bangsa/rumpun/galur dari sebagai sumber informasi performa ternak
masing-masing ternak tersebut (DISNAK PROV kado lokal tersebut yang merupakan tempat
MALUKU dan MALUBAYA, 2011a; DISNAK asal dan tempat pengembangannya, diketahui
PROV. MALUKU dan MALUBAYA, 2011b; bahwa kawasan penyebarannya luas dan
DISNAKESWAN LAMPUNG, 2011; DISNAK mencapai hampir seluruh Indonesia.
JABAR, 2011; DISTANKANNAK Tabel 1 juga memaparkan bahwa ternak
BANJARNEGARA, 2011; DISNAKKAN kado yang terbaik adalah dari ternak
WONOSOBO, 2010; PUSLITBANGNAK, 2009; persilangan, untuk kambing adalah kambing
DISNAK PROV. JATENG, 2010). Sebagian besar boerka sedangkan untuk domba adalah domba
ternak-ternak lokal tersebut dan sebagian kecil Batur, Dombos, Komposit Sumatera, Komposit
ternak impor di atas telah ditetapkan oleh Garut, Barbados cross dan St. Croix Indonesia
MENTAN (Menteri Pertanian) pada bulan untuk produksi daging. Ternak kado lokal
April 2011 sebagai bangsa/galur ternak lokal lainnya memiliki kapasitas produksi dari
Indonesia bertepatan dengan PENAS di sedang sampai rendah, yang tentu saja perlu
Kalimantan Timur Bulan Juli tahun 2011 tindakan untuk memperbaikinya baik melalui
(DITJENAKESWAN, 2011). Sedangkan ternak perbaikan genetik maupun perbaikan
lainnya yang tidak termasuk dalam penetapan lingkungan (pakan dan manejemen). Ternak
dapat dilihat pada plasma nutfah kambing kado unggul tersebut dapat dijadikan calon
Indonesia (PUSLITBANGNAK, 2009). pejantan untuk meningkatkan produktifitas
Performa ternak-ternak kado di atas antara bangsa/rumpun/galur murni ternak lokal
lain: (1) telah beradaptasi dengan iklim dan terutama untuk meningkatkan kecepatan
kondisi lingkungan setempat baik pakan pertumbuhan dan pencapaian bobot potong
maupun system pemeliharaannya yang ideal dalam waktu yang paling singkat dan
tradisional; (2) mempunyai kemampuan efisien serta dapat beradaptasi dengan
reproduksi yang baik dan pertumbuhan yang lingkungan.
efisien/ekonomis dalam system rearing yang Kado yang disebutkan di atas merupakan
diterapkan oleh peternak; (3) mempunyai sumber daya genetik yang dimiliki saat ini
ketahanan yang berbeda-beda terhadap yang dapat dimanfaatkan untuk
serangan penyakit dan parasit sesuai dengan mengembangkan pembibitan dan
habitatnya; dan (4) mempunyai potensi menghasilkan bakalan bagi pemenuhan
pertumbuhan dan bobot dewasa yang cukup permintaan konsumen pada daging kado.
bervariasi diantara bangsa/rumpun/galur Informasi lokasi asal dan kawasan
dengan yang lainnya. Tabel 1 menggambarkan pengembangan yang telah dicapai oleh masing-
secara garis besar hal-hal tersebut. masing bangsa/rumpun/galur ternak kado
Oleh karena target pembibitan di sini tersebut perlu dijadikan acuan untuk
adalah untuk mendapatkan ternak kado yang kesesuaian adaptasi ternak terhadap lingkungan
mampu tumbuh cepat pada usia muda (kurang dan ketersediaan pakan pendukung yang sesuai
dari 1,5 tahun), maka tentunya akan dilihat dengan karakter ternak yang telah terbentuk
potensi yang dimiliki pada ternak kado yang sejak dulu. Oleh karena itu, model pembibitan
ada di Indonesia saat ini. Tidak semua ternak sebagai dasar bagi pemenuhan permintaan
kado tersedia datanya secara sebagaimana yang konsumen perlu digaris bawahi dan ditindak
dibutuhkan, maka beberapa langkah dilakukan lanjuti dengan baik agar hasil yang diperoleh
untuk mengetahuinya dengan baik. Tabel 1 sesuai dengan harapan. Khusus untuk ternak
menampilkan performan produksi beberapa domba, perlu diperhatikan agar daerah
ternak kado di Indonesia yang meliputi bobot pengembangannya tidak menyatu dengan sapi
lahir, bobot sapih, bobot setahun dan bobot 18 bali, karena domba berpotensi menyebarkan
bulan. penyakit tertentu pada sapi bali.
Dari data pada Tabel 1, menjadi jelas Dari Tabel 1 juga dapat diidentifikasi
bahwa performa produksi ternak kado di ternak kambing dan domba yang mempunyai

58
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

Tabel 1. Bobot lahir, bobot sapih, bobot setahun dan bobot 1,5 tahun beberapa ternak kambing dan domba di
Indonesia (kg)

Bangsa/galur Bobot lahir Bobot sapih Bobot setahun Bobot 1,5 tahun
Kambing
Boerka3) 2,60  0,55 10,61  1,90 30,77  6,30 50,55*)
4) *) *)
Lakor 5,85 21,92 46,80  4,75 76,89*)
Muara6) 3,72*) 13,96*) 29,80*) 39,87
6) *) *) *)
Kosta 3,31 12,41 26,49 35,45
Gembrong6) 3,25*) 12,18*) 26,01*) 34,80
6) *)
Benggala 3,68 13,8 18,90 22,00
6) *) *) *)
Marica 2,01 7,54 16,09 21,53
Samosir6) 1,79*) - 14,33  3,08 18,51  4,03
PE7) 4 14 30,77*) 50,55*)
Kacang7) 1,64  0,44 6,12  1,57 14,00  0,56 23,00
Domba
Komposit Garut1) 3,12  0,99 14,12  4,31 24,50  6,70 52,56*)
Komposit Sumatera1) 2,83  0,68 11,47  3,32 26,73  5,70 57,34*)
1)
Barbados cross 2,60  0,76 12,40  3,31 22,91  2,69 49,14*)
Garut1) 2,16  0,54 8,06  1,74 20,73  7,37 44,47*)
Sumatera1) 1,61*) 6,51  4,23 13,56*) 29,08*)
St. Croix Indonesia2) 2,29  0,69 8,62  0,29 25,36  5,42 54,40*)
5)
Dombos 4,95  0,25 17,90  0,95 26,90  3,45 83,60  5,6
Saburai8) 3,65 13,59 37,57 61,72*)
Batur9) 3,78*) 15,23  5,33 26,48  6,51 49,39  9,51

Sumber: 1)SUBANDRIYO et al. 2010a, 2)SUBANDRIYO et al. 2010b; 3)SETIADI et al. 2000; 4)DISNAK PROVINSI
MALUKU dan MALUBAYA. 2011b; 5) DISNAKAN WONOSOBO, 2010; 6) BATUBARA et al. 2007;
7)
TALIB et al. 2011; 8)DISNAKESWAN LAMPUNG. 2011; 9)DISKANNAK BANJARNEGARA (2011); *)Hasil
prediksi penulis

pertumbuhan cepat sesuai dengan urutan bobot sistem pembibitan ternak kado secara bertahap.
badan akhir yang tertera dalam tabel tersebut. (2) model pembibitan itu sendiri yang meliputi:
Semakin besar bobot akhir yang dicapai maka (i) identifikasi pejantan unggul dari
semakin cepat potensi pertumbuhan yang bangsa/rumpun/galur ternak kado terpilih jika
dimilikinya. sudah tersedia atau memilih calon pejantan
Dua pendekatan perlu dilakukan dalam terbaik yang ada (dapat diperoleh) untuk
membangun pembibitan yaitu: (1) pendekatan dijadikan pejantan bagi setiap kelompok ternak
kesesuaian dengan kawasan yang meliputi: (a) (perbandingan 1 pejantan: 10 – 30 induk); (ii)
kesesuaian bangsa/rumpun/galur ternak kado memilih calon-calon induk terbaik untuk kelak
pada kawasan tersebut, (b) ketersediaan dikawinkan dengan calon-calon pejantan
sumber daya pakan lokal ditinjau dari sisi terbaik agar dapat menghasilkan calon-calon
kuantitas, kualitas dan kontinuitas, (c) pejantan terbaik generasi berikutnya; (iii)
kesediaan atau partisipasi dari peternak untuk pengaturan perkawinan agar menghasilkan
terlibat secara aktif dalam pembibitan, dan (d) derajat inbreeding rendah dalam setiap
merancang sistem pengawalan/pendampingan/ kelompok ternak; (iv) menyesuaikan jumlah
evaluasi secara tepat untuk terbangunnya ternak yang dipelihara dengan kapasitas

59
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

tampung yang dapat disediakan oleh peternak; dapat menerapkan sistem intensif, cut and
(v) membangun sistem seleksi untuk memilih carry; sedangkan untuk tanaman pangan yang
ternak-ternak mana yang akan dipertahankan tidak dilakukan penanaman sepanjang tahun
untuk menjadi tetua generasi berikutnya dan maka dapat diterapkan sistem semi intensif
ternak mana yang harus dikeluarkan/dijual/ yaitu digembalakan pada saat selesai panen dan
digemukkan sebagai ternak potong; dan (vi) kembali intensif ketika pengolahan lahan sudah
mengidentifikasi target pasar yang dituju. dimulai.
Pada kawasan dengan sistem intensif, cut
and carry perlu dibangun lumbung pakan
Sumber daya kawasan berupa tempat penyimpanan pakan yang
berfungsi juga sebagai tempat pengawetan
Kawasan yang dapat digunakan untuk pakan. Dalam menerapkan sistem ini perlu
membangun pembibitan kado adalah yang dirancang cara pemberian pakan yang
memiliki sumber daya pakan yang memadai, memungkinkan agar ternak dapat mengambil
meliputi: 1) Lahan tanaman pangan; 2) lahan sumber pakan secara instan untuk keperluan
hortikultura; 3) lahan perkebunan; 4) padang beberapa hari kedepan agar penggunaan tenaga
rumput alam; 5) tanah bera; 6) daerah aliran kerja pemeliharaan ternak dapat dihemat.
sungai (DAS); 7) daerah pinggiran hutan; 8) Dalam hal ini pakan dipanen dalam jumlah
pangonan dan sepadan jalan; dan 9) lahan- besar, kemudian dimasukkan dalam lumbung
lahan kritis/marginal. Di Indonesia terdapat pakan dan digunakan sesuai dengan sistem
padang rumput sekitar 22 juta Ha pemberian pakan yang telah disiapkan.
(BALITBANGTAN, 2006), dengan perkiraan
produksi 13,7 juta ton BK/th, dan diperkirakan
dapat menampung sekitar 6 juta ST Model pembibitan berbasis kawasan
ruminansia. Hasil samping tanaman pangan
(jerami padi, jagung dan kedele) sebesar 44,4 Untuk pembibitan kado pada perternak
juta ton BK/th, dapat menampung sekitar 19,5 kecil, model pembibitan yang disarankan
juta ST ruminansia. Lahan dan hasil samping adalah model dengan 3 sistem pemeliharaan
tanaman sawit seluas 6 juta Ha, setidaknya yaitu penggembalaan dengan perbandingan
dapat menampung sekitar 12 juta ST jantan : betina (1 : 20 – 30); semi intensif 1: 15
ruminansia (MA’SUM, 2011). Lahan-lahan – 20; dan intensif cut and carry 1: 10 – 15
inilah yang seharusnya dimanfaatkan untuk dengan mempertimbangkan kapasitas tampung
pengembangan peternakan agar tidak tetap ternak kawasan sekitarnya. Kegiatan ini dibagi
hanya berfungsi sebagai lahan potensial saja. atas beberapa tahapan pelaksanaan (lihat
Untuk kawasan tanaman pangan dengan Gambar 4).
penanaman secara terus menerus maka hanya

1 2

Gambar 3. Domba komposit di perkebunan sawit dan karet dan kambing lakor di padang penggembalaan
alam
Sumber: Gambar nomor 1 – 2 (BALITNAK, 2011); 3 (DISNAK PROVINSI M ALUKU dan MALUBAYA, 2011a)

60
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

1.1. Pentuan lokasi 1.2. Para peternak


dan bangsa/rumpun/ partisipatif dan 2.2. Sistem
galur ternak pengalaman perbibitan dan
pemeliharaan
2.3. Seleksi
2.1. Menentukan
pejantan dan
target akhir yaitu
penggunaannya
kambing muda
tumbuh cepat
Planner/breeder
TAHAP I TAHAP II
pelaksanaan rencana

1.3. Potensi pakan:


1.4. Sistem manajemen Kapasitas tampung dan 2.5. Ternak bibit 2.4. Seleksi
yang akan diterapkan kelebihan atau lebih baik dari induk dan
(kesepatakan bersama) kekurangan ternak di luar pemanfaatannya

3.2. Perbaikan pakan


sesuai dengan
karakteristik ternak dan
target produksi

Planner/breeder
TAHAP III

3.1. Penggemukan
ternak bakalan 3.3. Sosialisasi
jantan lepas sapih, cara rekording
ternak afkiran secara bertahap
betina dan pejantan

Gambar 4. Ilustrasi model pembibitan ternak kado di Indonesia (Tahap I – III)

Tahap pertama: (1) menentukan mendapatkan ternak generasi selanjutnya yang


lokasi/kawasan didasarkan pada ada ternak mempunyai pertumbuhan cepat pada umur
kambing/domba dalam jumlah > 300 ekor kurang dari 1,5 tahun telah mencapai bobot
induk untuk nantinya berperan sebagai potong” yang diharapkan tergantung pada
populasi dasar dan peternak yang sudah lama bangsa/rumpun/galur kado yang dipilih); (2)
beternak; (2) memilih para peternak partisipatif bersama peternak menentukan: (a) sistem
yaitu hanyalah yang bersedia bekerjasama pemuliaan yang dipilih yaitu seleksi bibit
untuk melaksanakan perbibitan yang dipilih; murni atau persilangan, (b) perbaikan teknik
(3) mempertimbangkan kapasitas wilayah; dan budidaya terutama sistem pemeliharaan
(4) mendiskusikan dengan peternak (kandang atau penggembalaan) dan cara
partisipatif/terpilih tentang garis besar semua penyediaan pakan dan teknik pemberiannya;
yang akan direncanakan dan dilaksanakan. (3) kemudian secara bertahap dibangun sistem
Tahap kedua: (1) bersama para peternak perbibitan yang diawali dengan seleksi
partisipatif menentukan target akhir yang ingin pejantan (hanya pejantan terbaik yang
dicapai dalam pelaksanaan pembibitan “yaitu dijadikan pemacek maksimal satu tahun dalam

61
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

tiap kelompok), kemudian digulirkan ke DAFTAR PUSTAKA


kelompok pembibit lain dalam kawasan yang
sama; (4) semua ternak betina produktif BALITBANGTAN. 2006. Laporan Tahunan Badan
dipelihara sebagai calon induk/induk untuk Penelitian dan Pengembangan Pertanian
dikawinkan dengan pemacek sampai jumlah Tahun 2006. Jakarta.
ternak yang dipelihara sama dengan kapasitas BALITNAK. 2011. Kumpulan foto ternak koleksi
tampung kawasan, seleksi pada betina Balitnak (unpublished).
produktif baru dilakukan jika jumlah ternak BATUBARA, A, B. TIESNAMURTI, F.A. PAMUNGKAS,
sudah melebihi kapasitas tampung kawasan; M. DOLOKSARIBU dan E. SIHITE. 2007. Koleksi
(5) sistem ini dipertahankan sampai ternak ex-situ dan karaktersiasi Plasma Nutfah
dalam kelompok sudah lebih baik dari ternak Kambing. Laporan akhir RPTP. Loka
lain diluar kelompok (bukan pembibit). Penelitian Kambing Potong Sei Putih.
Tahap ketiga: (1) ternak jantan afkiran DISNAK PROV. JABAR. 2011. Proposal penetapan
(tidak layak dijadikan pemacek) dipelihara rumpun/galur domba garut. Dinas Peternakan
sebagai ternak potong demikian juga ternak Provinsi Jawa Barat, Bandung.
betina produktif afkiran; (2) perbaikan DISNAK PROV. JATENG. 2010. Proposal penetapan
penyediaan dan pemberian pakan berjalan galur kambing kaligesing, Semarang.
secara dinamis sesuai dengan karakteristik DISNAK PROV. MALUKU dan MALUBAYA. 2011a.
ternak yang terbentuk dan target akhir yang Proposal penetapan rumpun kambing lakor.
ingin dicapai tetap dipegang teguh; dan (3) Dinas Peternakan Provinsi Maluku dan
secara bertahap disosialisasikan cara rekording. Maluku Barat Daya, Ambon.
Dari Gambar 4 terlihat bahwa, pada tahap DISNAK PROV MALUKU dan MALUBAYA. 2011b.
satu kegiatan adalah penentuan lokasi dan Proposal penetapan rumpun domba kisar.
bangsa/rumpun/galur kado yang dapat dipilih Dinas Peternakan Provinsi Maluku dan
untuk mempercepat pertumbuhan sebagai Maluku Barat Daya, Ambon.
target akhir produk ternak bibit. Sistem seleksi DISNAKESWAN LAMPUNG. 2011. Proposal penetapan
ternak murni maupun melalui persilangan tetap rumpun kambing saburai. Dinas Peternakan
akan mendapatkan hasil akhir yang sama dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung,
baiknya. Pada prinsipnya sistem seleksi Lampung.
maupun persilangan adalah dengan DISNAKKAN WONOSOBO. 2010. Proposal penetapan
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya rumpun domba wonosobo. Dinas Peternakan
ternak lokal yang tersedia di lokasi terpilih. dan Perikanan Kabupaten Wonosobo,
Yang penting adalah menjaga agar derajat Wonosobo.
inbreeding tetap berada dibawah 6% dalam DISTANKANNAK BANJARNEGARA. 2011. Proposal
populasi ternak bibit. Oleh karena itu, maka pelepasan galur atau rumpun domba batur.
sistem perkawinan outcrossing perlu Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan
diterapkan dalam pelaksanaan pembibitan. Kabupaten Banjarnegara, Banjarnegara.
DITJENNAK. 2011. Penetapan rumpun/galur ternak
Indonesia. Direktorat Jenderal Peternakan dan
KESIMPULAN
Kesehatan Hewan, Jakarta.
Tujuan pembibitan disesuaikan dengan MA’SUM, M. 2011. Ketersediaan Pakan Menunjang
preferensi konsumen yaitu percepatan Peningkatan Populasi Ruminansia Kecil, Pros.
Workshop Komoditas Puslitbangnak. Jakarta
pencapaian bobot potong yang diawali dengan
15 Oktober 2011. hlm. 28 – 33.
bangsa/rumpun/galur ternak kado yang
terdapat pada kawasan tersebut diikuti dengan PUSLITBANGNAK. 2009. Potensi plasma nutfah
seleksi pemacek dengan inbreeding minimal kambing lokal Indonesia. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan, Bogor.
yaitu mengacu sistem perkawinan dengan
outcrossing dipilih pejantan dari bangsa yang SETIADI, B., SUBANDRIYO, I. INOUNU, I.K. SUTAMA,
memiliki pertumbuhan paling cepat yaitu yang M. MARTAWIDJAJA, D. PRIYANTO, D.
memiliki bobot sapih, yang tertinggi (12 dan YULISTIANI, L. PRAHARANI, U. ADIATI dan B.
TIESNAMURTI. 2000. Evaluasi Peningkatan
18 bulan). Selain itu perlu memperkenalkan
produktivitas Kambing Persilangan. Laporan
sistem rekording yang benar secara bertahap. Penelitian, Balai Penelitian Ternak.

62
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

SUBANDRIYO, B. SETIADI, I. INOUNU, D. YULISTIANI, TALIB, C. 2010. Kumpulan foto ternak koleksi
U. ADIATI, D. PRIYANTO dan SANTIANANDA. pribadi (unpublished).
2010a. Analisis Lanjutan Pemantapan Domba
Komposit. Laporan Hasil Penelitian. Balai TALIB, C., B. TIESNAMURTI, L. YUNIA dan A.
Penelitian Ternak. RIYANTO. 2011. Kumpulan Inovasi Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Buku. Puslitbang
SUBANDRIYO, B. SETIADI, U. ADIATI dan D. Peternakan, Bogor.
YULISTIANI. 2010b. Pengelolaan Sumberdaya
Genetik Ternak Ruminansia. Laporan hasil
penelitian. Balai Penelitian Ternak.

63

You might also like