Professional Documents
Culture Documents
Dosen bagian Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember
Korespondensi: FKM UJ Jl. Kalimantan I/93 Jember. E-mail: novia.dosenku@gmail.com
3
Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember
ABSTRACT
Background: Program of Healthy and Clean Life Behaviour in educational institutions is
an attempt to empower the public school environment in order to know, understand and be
able to practice Healthy and Clean Life Behaviour. Educational institutions is a strategic
place to promote the health of school age in which potential as agents of change to
promote good health behaviour in the school environment, family, and society.
Objective: This study aims to assess and analyze the factors related to the practice of
Healthy and Clean Life Behaviour in elementary students.
Method: The research was conducted in elementary schools in the village of Rambipuji
conducted in July 2011. The number of the study sample was 90 people taken by
proportional random sampling technique that consists of class 3 rd, 4th, and 5th. Data were
analyzed using Spearman correlation test with =0.05.
Results: The results showed that there was a significant relationship between knowledge
with action Healthy and Clean Life Behaviour on elementary students with a p value =
0.012, and there was a significant relationship between the teacher's role with Healthy and
Clean Life Behaviour action on elementary students with a value p value = 0.021.
Keywords: determinant of behaviour, healthy and clean life behaviour, elementary school
students
Pendahuluan
Pendidikan perilaku hidup bersih dan sehat terhadap anak sekolah dasar sangat
perlu dilakukan mengingat anak usia sekolah dasar merupakan kelompok umur yang
rawan terhadap masalah kesehatan, maka PHBS juga diterapkan di sekolah. PHBS
73
hidup bersih dan sehat pada masyarakat disebabkan karena rendahnya pengetahuan
masyarakat(3).
Pelaksanaan upaya PHBS di sekolah secara langsung menggabungkan potensi
orang tua, guru dan tenaga kesehatan maupun dari Dinas Kesehatan setempat. Guru
diarahkan untuk membantu pelaksanaan PHBS pada tatanan institusi pendidikan. Selain
itu guru diharapkan dapat mendorong anak-anak mereka dalam melaksanakan kebiasaan
memelihara kesehatan. Menurut Green guru mempunyai peran terhadap perilaku anak
dalam memelihara kesehatannya. Guru dapat berperan sebagai konselor, pemberi
instruksi, motivator, manajer, dan model dalam menunjukkan sesuatu yang baik misalnya
dalam perilaku hidup bersih dan sehat(2). Hasil penelitian lain juga menunjukkan adanya
hubungan antara peran guru dengan praktek PHBS pada peserta PAUD (1).
Beberapa penyakit menular seperti diare dan kecacingan lebih sering terjadi pada
perilaku masyarakat yang kurang menjaga kebersihan diri dan lingkungan, sehingga
menjadi tempat perkembangbiakan dan sumber penularan penyakit. Penyakit tersebut
adalah penyakit yang ditularkan melalui berbagai media. Penyakit jenis ini merupakan
masalah kesehatan yang besar di hampir semua negara berkembang karena angka
kesakitan dan kematiannya yang relatif tinggi dalam waktu relatif singkat (4).
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, untuk angka kejadian diare
golongan usia anak sekolah juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun
2008 jumlah kasus diare sebesar 12.157, pada tahun 2009 kasus diare sebesar 12.511,
dan pada tahun 2010 terjadi peningkatan sebesar 12.802. Sedangkan wilayah yang
memiliki angka kejadian diare tertinggi untuk usia anak sekolah adalah di wilayah
Kecamatan Rambipuji yaitu sebesar 621 kasus atau sebesar 4,85% dari total kasus
seluruhnya sebanyak 12.802 kasus.
Berdasarkan survei pendahuluan pada salah satu sekolah dasar ditemukan bahwa
sebesar 86,67% siswa tidak melakukan mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir
dan dengan sabun. Sebesar 68,89% siswa masih jajan sembarangan atau tidak
mengkonsumsi jajanan di warung atau kantin sekolah. Sebesar 11,11% siswa tidak
menggunakan jamban yang bersih dan sehat. Sebesar 6,66% siswa tidak melakukan
olahraga teratur dan sebesar 15,55% siswa tidak melakukan pengukuran berat badan dan
tinggi badan secara teratur serta ditemukan sebesar 86,67% siswa membuang sampah
75
hasil
penelitian,
sebagian
besar
responden
memiliki
tingkat
Jumlah
Pengetahuan
63
24
3
90
Hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan dengan tindakan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) pada siswa menunjukkan bahwa responden dengan
pengetahuan yang tinggi kebanyakan memiliki tindakan PHBS yang baik dan cukup, hal
ini dapat dilihat sebagaimana tabel 1. Selain itu siswa yang memiliki tingkat pengetahuan
yang rendah sebagian besar memiliki tindakan PHBS yang tergolong rendah tanpa ada
siswa yang memiliki tingkat pengetahuan rendah dengan tindakan PHBS yang baik. Selain
itu masih ada siswa yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi namun memiliki
tindakan PHBS yang tergolong rendah sebagaimana dalam tabel 1, ditemukan bahwa
sebanyak 2 siswa yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tetapi dalam tindakan
PHBS masih tergolong rendah.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak selamanya seseorang dengan pengetahuan yang
tinggi dapat melakukan tindakan atau perilaku mengenai sesuatu dengan baik.
Kemungkinan masalah tersebut dikarenakan ada faktor-faktor lain yang berperan
sehingga perilaku siswa tidak sesuai dengan pengetahuan siswa tersebut, misalnya ada
atau tidaknya sarana dan prasarana. Sebagai contoh untuk pemilihan tempat jajan,
terkadang siswa lebih memilih untuk jajan di tempat yang kurang bersih dikarenakan
harganya yang murah, sedangkan terkadang jajanan yang sehat harganya lebih mahal
sehingga uang saku mereka tidak cukup. Menurut Sarwono pengetahuan yang positif atau
tinggi tidak selamanya akan diikuti dengan praktek yang sesuai pula (8).
Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara pengetahuan dengan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) didominasi oleh pengetahuan siswa tentang PHBS yang
tinggi dan perilaku cukup yaitu sebanyak 31 responden (34.45%). Hubungan antara
78
pengetahuan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dapat diketahui dengan
melakukan uji korelasi Spearman Rank Correlation dengan tingkat kepercayaan 95% ( =
0.05) dan hasil uji didapatkan nilai p sebesar 0.012, karena nilai p < 0.05 yang berarti H0 di
tolak maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada siswa.
Presentase siswa yang memiliki perilaku hidup bersih dan sehat yang baik
sebagian besar berasal dari responden atau siswa yang memiliki tingkat pengetahuan
yang tinggi atau sebesar 33,33%. Hal ini memiliki perbedaan yang sangat signifikan
dengan yang berasal dari siswa dengan tingkat pengetahuan yang rendah atau sebesar
0%. Presentase yang berbeda jauh ini menunjukkan bahwa ada pola kecenderungan
hubungan antara pengetahuan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada
siswa sekolah dasar. Hasil ini diperkuat dengan hasil uji korelasi Spearman Rank
Correlation dengan tingkat kepercayaan 95% dan menghasilkan nilai p < 0,05 yang berarti
terdapat hubungan antara pengetahuan dengan PHBS pada siswa sekolah dasar.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa jika pengetahuan siswa terkait
dengan PHBS semakin baik, maka dalam melakukan PHBS mereka juga akan semakin
baik. Demikian sebaliknya jika pengetahuan siswa mengenai PHBS rendah maka ada
kecenderungan dalam melakukan PHBS juga akan semakin kurang. Hal ini berarti
pengetahuan dapat meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) siswa. Untuk
meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), maka siswa perlu meningkatkan
pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam pembentukan tindakan
seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa tindakan yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada tindakan yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Hasil penelitian ini juga didukung oleh teori Green yang menyatakan bahwa
pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi (predisposing factor) dalam
pembentukan
perilaku.
Perilaku
seseorang
tentang
kesehatan
ditentukan
oleh
pengetahuan orang tersebut. Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah
pembentukan perubahan perilaku karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari
pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan
lainnya. Tindakan atau perilaku merupakan respon terhadap rangsangan yang bersifat
79
tidak
keluarga,
sekolah
memberikan
pengaruh
yang
sistematis
terhadap
pembentukan pengetahuan anak. Daya ingat anak mencapai intensitas yang paling besar
dan paling kuat. Daya menghafal dan memori ingatan adalah paling kuat. Hal ini dapat
digunakan untuk memberikan pengetahuan pada anak usia SD untuk bisa belajar
menerapkan PHBS dan mengerti akibat dari tidak menerapkan PHBS pada kehidupannya
sehari-hari(11).
Penelitian yang dilakukan mengenai pengetahuan hubungannya dengan PHBS
pada siswa di Polewali Mamasa, Sulawesi Selatan dengan tingkat kemaknaan < 0,05
dengan p-value sebesar 0,01 terdapat hubungan bermakna pada pengetahuan siswa
dengan tindakan PHBS(12). Selain itu penelitian ini juga didukung dengan adanya
penelitian lain mengenai faktor yang berhubungan dengan PHBS siswa di dua sekolah
yang berbeda dengan adanya perlakuan program PHBS dan tidak ada perlakuan,
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku siswa dalam
80
penerapan PHBS(8).
Hubungan antara Peran Guru dengan Tindakan PHBS Pada Siswa SD
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar siswa menyatakan bahwa peran guru
terkait PHBS pada siswa berada dalam kategori sedang dengan persentase sebesar
44,45%. Distribusi frekuensi siswa sekolah dasar berdasarkan peran guru dengan
tindakan PHBS pada siswa SD, diperoleh hasil sebagaimana dalam tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Peran Guru dengan Tindakan PHBS
pada Siswa
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Baik
Cukup
Kurang
n
%
n
%
n
%
Tinggi
19
21,11
12
13,33
3
3,33
Sedang
17
18,89
19
21,11
4
4,44
Rendah
2
2,22
13
14,45
1
1,11
N
38
42,22
44
48,89
8
8,88
Sumber: Data Primer, 2011
Peran Guru
Jumlah
34
40
16
90
Berdasarkan hasil tabulasi silang didapatkan antara peran guru dengan tindakan
PHBS pada siswa menunjukkan bahwa responden yang menyatakan bahwa peran guru
sangat tinggi atau sangat berperan sebagian besar memiliki tindakan PHBS yang
tergolong baik dan cukup, hal ini dapat dilihat sebagaimana tabel 4.7, sedangkan siswa
yang menyatakan bahwa peran guru masih rendah sebagian besar memiliki tindakan
PHBS yang tergolong cukup. Selain itu masih ada siswa yang meskipun menyatakan
bahwa peran guru dalam kategori tinggi, tetapi dalam tindakannya masih tergolong kurang
sebagaimana dalam tabel 4.7, ditemukan bahwa sebanyak 3 siswa yang memiliki sikap
positif terkait PHBS tetapi dalam tindakan PHBS masih tergolong kurang.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak selamanya peran guru dapat berperan dalam
bagaimana tindakan dari siswa didiknya meskipun hanya sebagian kecil. Perilaku yang
kurang meski adanya peran guru dapat dikatakan bahwa peran guru masih belum terasa
oleh siswa atau siswa tidak menuruti apa yang dikatakan oleh guru mereka. Siswa
kemungkinan lebih memilih untuk meniru teman-temannya daripada mengikuti apa yang
dikatakan oleh guru mereka. Hal ini sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar yaitu
senang meniru orang-orang di sekitar mereka. Hasil ini didukung oleh penelitian yang
81
dan
menyediakan
fasilitas
kepada
siswa
agar
siswanya
dapat
membiasakan untuk mewujudkan PHBS. Selain itu guru juga mempunyai peran yang
cukup besar di dalam pengawasan siswa dalam melakukan PHBS (13). Pengetahuan guru
sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak
mendukung sikap tersebut. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun
secara terencana yaitu melalui proses pendidikan guru dengan pengetahuan rendah
mengenai praktek PHBS merupakan faktor predisposisi dari perilaku yang tidak
mendukung tercapainya kebiasaan PHBS pada siswa (1).
Masa anak merupakan masa pembentukan karakter. Dimulai dari lingkungan
keluarga sebagai lingkungan awal bagi anak, dalam hal ini khususnya ibu sebagai
pendidik pertama, anak akan melakukan identifikasi terhadap apa yang dilakukan orang
tuanya. Mereka mengambil nilai, sikap, dan standar benar salah dari orang tua dan
menerapkannya dalam perilaku mereka. Membentuk karakter anak dilakukan secara terus
menerus, berkesinambungan, dan berkelanjutan melalui pendidikan, pengalaman, dan
perjalanan hidup hingga tingkat sosial setinggi mungkin. Menurut Moehji pada permulaan
usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah, sehingga anak-anak mulai masuk kedalam dunia
baru, dimana mulai banyak berhubungan dengan orang-orang diluar keluarganya dan
berkenalan dengan suasana dan lingkungan baru dalam hidupnya (14). Hal ini dapat
mempengaruhi kebiasaan mereka dan dengan demikian akan semakin mudah untuk
menerapkan pengetahuan serta nilai-nilai yang baik pada siswa guna mewujudkan tujuan
yang diinginkan atau dalam hal ini meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
pada siswa karena daya ingat anak pada usia 8-12 tahun mencapai intesitas paling besar
dan paling kuat(15).
Salah satu cara membentuk perilaku siswa adalah dengan condisioning atau
kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan,
akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut misalnya membiasakan siswa untuk mencuci
83
dengan
memberikan
memasukkan
informasi
PHBS
kedalam
kurikulum
pembelajaran di sekolah.
Hasil penelitian ini juga didukung dengan adanya penelitian di Kabupaten
Pemalang yang menyatakan ada hubungan antara peran guru dengan praktek PHBS
pada siswa(16). Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian di Jakarta Utara yang
menyebutkan bahwa peran guru dalam mengarahkan PHBS berhubungan dengan praktek
PHBS pada siswanya dengan nilai p sebesar 0.000 yang menyatakan bahwa hubungan
sangat erat(1).
Kesimpulan
1. Ada hubungan antara pengetahuan siswa SD tentang PHBS dengan tindakan
PHBS pada siswa SD.
2. Ada hubungan antara peran guru terkait PHBS dengan tindakan PHBS pada siswa
SD.
84
Daftar Pustaka
1. Linda O, Adiwiryono R.M. Praktik perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Pada
peserta pendidikan anak usia dini (paud) Di kecamatan koja, jakarta utara Tahun
2010 [Serial Online] http://www.uhamka.ac.id/? page=download_artikel &id=31
(Accessed March 30th 2011). 2010.
2. Natalina H. Peran Petugas Kesehatan, Guru dan Orang Tua Dalam Pelaksanaan
UKGS dengan Tindakan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Murid Sekolah
Dasar di Kota Medan Tahun 2009. Sumatra Utara: Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara Medan; 2009.
3. Hati S. Pengaruh Strategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga di Kecamatan Patumbak
Kabupaten Deli Serdang. Sumatera Utara: Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara; 2008.
4. Widoyono. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasannya. Semarang: Erlangga; 2008.
5. Malasari DR. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga dengan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga. Jember:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember; 2004.
6. Sunawi. Hubungan Antara Karakteristik Sosial Demografi, Tingkat Pengetahuan,
Sikap Dengan Praktek Ibu Rumah Tangga Tentang PHBS Di Desa Pekiringan
Ageng Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan. [serial online].
http://www.fkmundip.or.id/data (Accessed Mei 30th 2011).
7. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2005.
8. Fauziah S. Faktor yang Berhubungan dengan PHBS siswa di 2 Sekolah Dasar
(dengan dan Tanpa Program PHBS) Kelurahan Lorok Pakjo Palembang. Depok:
PSIKM Program Pasca Sarjana UI [Serial Online] http://eprints.lib.ui.ac.id/13132Faktor-faktor.pdf (Accessed Jun 26th 2011). 2004.
9. Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.
10. Solihin P. Ilmu Gizi Pada Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2005.
11. Kartono K. Psikologi Anak. Bandung: Mandar Maju; 1992.
12. Arsyad M. Pengaruh Program PHBS Terhadap Sikap dan Praktek Mengenai PHBS
Pada Murid SDN 008 Sidodadi Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali
Mamasa. Depok: PSIKM Program Pasca Sarjana UI [Serial Online]
http://eprints.lib.ui.ac.id/5743/1.pdf (Accessed Jun 26 th 2011). 2000.
13. Murdiastuti D. Peran Guru Kelas Dalam Meningkatkan Pelaksanaan Belajar
Pendidikan Agama Islam Pada Siswa di SDN Kalongan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu
Agama Islam Universitas Islam Indonesia; 2010.
14. Putriantini. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Pemilihan Makanan
Jajanan dengan Perilaku Anak Memilih Makanan di SDIT Muhammadiyah Al
Kautsar Gumpang Kartasura. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang; 2010.
15. Sarifudin A. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap Dan Praktek Guru Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)
Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Binaan Puskesmas Petarukan Kecamatan
85
86