You are on page 1of 14

DETERMINAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

PADA SISWA SEKOLAH DASAR


(STUDI DI SEKOLAH DASAR DESA RAMBIPUJI)
(Determinant of Behavior Associated With Healthy and Clean Life Behavior In
Elementary School Students (Study at Elementary School Students in The Village of
Rambipuji))
Novia Luthviatin1, Dewi Rokhmah2, Sonny Andrianto3
1,2

Dosen bagian Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember
Korespondensi: FKM UJ Jl. Kalimantan I/93 Jember. E-mail: novia.dosenku@gmail.com
3
Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember

ABSTRACT
Background: Program of Healthy and Clean Life Behaviour in educational institutions is
an attempt to empower the public school environment in order to know, understand and be
able to practice Healthy and Clean Life Behaviour. Educational institutions is a strategic
place to promote the health of school age in which potential as agents of change to
promote good health behaviour in the school environment, family, and society.
Objective: This study aims to assess and analyze the factors related to the practice of
Healthy and Clean Life Behaviour in elementary students.
Method: The research was conducted in elementary schools in the village of Rambipuji
conducted in July 2011. The number of the study sample was 90 people taken by
proportional random sampling technique that consists of class 3 rd, 4th, and 5th. Data were
analyzed using Spearman correlation test with =0.05.
Results: The results showed that there was a significant relationship between knowledge
with action Healthy and Clean Life Behaviour on elementary students with a p value =
0.012, and there was a significant relationship between the teacher's role with Healthy and
Clean Life Behaviour action on elementary students with a value p value = 0.021.
Keywords: determinant of behaviour, healthy and clean life behaviour, elementary school
students

Pendahuluan
Pendidikan perilaku hidup bersih dan sehat terhadap anak sekolah dasar sangat
perlu dilakukan mengingat anak usia sekolah dasar merupakan kelompok umur yang
rawan terhadap masalah kesehatan, maka PHBS juga diterapkan di sekolah. PHBS
73

SEMINAR NASIONAL JAMPERSAL


JEMBER, 26 NOPEMBER 2011

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
Sekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan
sekolah agar tahu, paham dan mampu mempraktikan PHBS, dan berperan aktif dalam
mewujudkan sekolah sehat. PHBS Sekolah berarti suatu upaya yang dilakukan untuk
memberdayakan dan meningkatkan kemampuan pengajar maupun anak didiknya dalam
berperilaku hidup bersih dan sehat. Sekolah (Institusi pendidikan) yang dimaksud adalah
dari tingkat SD/MI, SLTP/MTs sampai dengan SLTA/MA (1).
Institusi pendidikan dipandang sebagai sebuah tempat yang strategis untuk
mempromosikan kesehatan sekolah juga merupakan institusi yang efektif untuk
mewujudkan pendidikan kesehatan, dimana peserta didik dapat diajarkan tentang maksud
perilaku sehat dan tidak sehat serta konsekuensinya. Selain itu, usia sekolah (termasuk
kelompok usia dini) merupakan masa keemasan untuk menanamkan nilai-nilai PHBS dan
berpotensi sebagai agent of change untuk mempromosikan PHBS baik di lingkungan
sekolah, keluarga, maupun masyarakat(1).
Usia sekolah sangat peka untuk menanamkan pengertian dan kebiasaan hidup
sehat, keadaan kesehatan anak sekolah akan sangat berpengaruh terhadap prestasi
belajar yang dicapai. Pendidikan kesehatan melalui anak-anak sekolah sangat efektif
untuk merubah perilaku dan kebiasaan sehat umumnya. Usia anak didik yang biasa
masuk bangku sekolah dasar baik negeri atau swasta yaitu 7-13 tahun. Anak dalam
golongan ini masih dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan, hingga masih mudah
dibimbing dan dibina untuk menanamkan kebiasaan hidup sehat sehari-hari sehingga
diharapkan mereka dapat meneruskan kebiasaan sehat ini dan juga dapat mempengaruhi
lingkungan hidupnya(2).
Anak sekolah merupakan masyarakat besar yang berkumpul hingga mudah dicapai
dalam rangka pelaksanaan berbagai usaha kesehatan. Masyarakat sehat untuk masa
mendatang ditentukan terutama oleh pengertian sikap dan kebiasaan hidup sehat yang
dimiliki oleh anak generasi sekarang. Disamping itu sekolah dipandang sebagai lembaga
yang memang dipersiapkan untuk dapat meningkatkan derajat masyarakat dengan segala
sendinya dan guru sebagai tenaga penggeraknya (2).
Penelitian hidup bersih dan sehat peserta PAUD masih rendah dan hal tersebut
disebabkan kurangnya sosialisasi pihak terkait untuk memberikan pengetahuan mengenai
perilaku hidup bersih dan sehat(1). Penelitian lain menyimpulkan bahwa kurangnya perilaku
74

hidup bersih dan sehat pada masyarakat disebabkan karena rendahnya pengetahuan
masyarakat(3).
Pelaksanaan upaya PHBS di sekolah secara langsung menggabungkan potensi
orang tua, guru dan tenaga kesehatan maupun dari Dinas Kesehatan setempat. Guru
diarahkan untuk membantu pelaksanaan PHBS pada tatanan institusi pendidikan. Selain
itu guru diharapkan dapat mendorong anak-anak mereka dalam melaksanakan kebiasaan
memelihara kesehatan. Menurut Green guru mempunyai peran terhadap perilaku anak
dalam memelihara kesehatannya. Guru dapat berperan sebagai konselor, pemberi
instruksi, motivator, manajer, dan model dalam menunjukkan sesuatu yang baik misalnya
dalam perilaku hidup bersih dan sehat(2). Hasil penelitian lain juga menunjukkan adanya
hubungan antara peran guru dengan praktek PHBS pada peserta PAUD (1).
Beberapa penyakit menular seperti diare dan kecacingan lebih sering terjadi pada
perilaku masyarakat yang kurang menjaga kebersihan diri dan lingkungan, sehingga
menjadi tempat perkembangbiakan dan sumber penularan penyakit. Penyakit tersebut
adalah penyakit yang ditularkan melalui berbagai media. Penyakit jenis ini merupakan
masalah kesehatan yang besar di hampir semua negara berkembang karena angka
kesakitan dan kematiannya yang relatif tinggi dalam waktu relatif singkat (4).
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, untuk angka kejadian diare
golongan usia anak sekolah juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun
2008 jumlah kasus diare sebesar 12.157, pada tahun 2009 kasus diare sebesar 12.511,
dan pada tahun 2010 terjadi peningkatan sebesar 12.802. Sedangkan wilayah yang
memiliki angka kejadian diare tertinggi untuk usia anak sekolah adalah di wilayah
Kecamatan Rambipuji yaitu sebesar 621 kasus atau sebesar 4,85% dari total kasus
seluruhnya sebanyak 12.802 kasus.
Berdasarkan survei pendahuluan pada salah satu sekolah dasar ditemukan bahwa
sebesar 86,67% siswa tidak melakukan mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir
dan dengan sabun. Sebesar 68,89% siswa masih jajan sembarangan atau tidak
mengkonsumsi jajanan di warung atau kantin sekolah. Sebesar 11,11% siswa tidak
menggunakan jamban yang bersih dan sehat. Sebesar 6,66% siswa tidak melakukan
olahraga teratur dan sebesar 15,55% siswa tidak melakukan pengukuran berat badan dan
tinggi badan secara teratur serta ditemukan sebesar 86,67% siswa membuang sampah
75

SEMINAR NASIONAL JAMPERSAL


JEMBER, 26 NOPEMBER 2011

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
sembarangan atau tidak pada tempat yang disediakan di sekolah.
Perilaku hidup bersih dan sehat juga dapat tercapai dengan terciptanya
pengetahuan dan sikap yang baik dari tiap individu pada tiap-tiap tatanan. Menurut
Permata pengetahuan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pengambilan
keputusan. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai suatu hal,
cenderung akan mengambil keputusan yang lebih tepat berkaitan dengan masalah (5). Hal
ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan yang menunjukkan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan dengan praktek PHBS (6). Berdasarkan latar belakang di
atas, maka peneliti ingin mengetahui determinan perilaku yang berhubungan dengan
perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa SD/MI di Desa Rambipuji Kecamatan
Rambipuji yaitu pengetahuan siswa dan peran guru.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik. Penelitian ini menganalisis faktor
pengetahuan siswa dan peran guru yang berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan
sehat pada siswa sekolah dasar. Penelitian ini termasuk penelitian cross sectional jika
dilihat berdasarkan waktunya. Penelitian cross sectional adalah penelitian untuk
mempelajari korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).
Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan
terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti
bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama (7).
Lokasi penelitian berada di seluruh sekolah dasar atau sederajat yang ada di Desa
Rambipuji Kecamatan Rambipuji. Sekolah Dasar atau yang sederajat yang ada pada
Desa Rambipuji meliputi, SDN Rambipuji 1, SDN Rambipuji 2, SDN Rambipuji 3, SDN
Rambipuji 4, dan MI Miftahul Ulum. Penelitian dilakukan pada bulan Juni tahun 2011.
Populasi dalam penelitian ini merupakan siswa-siswi SD/MI di Desa Rambipuji
Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember meliputi siswa-siswi kelas 3, 4, dan 5 dengan
total populasi sebanyak 877 siswa (data terlampir). Sampel dalam penelitian ini adalah
siswa-siswi SD/MI di Desa Rambipuji Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember meliputi
siswa-siswi kelas III, IV, dan V yang masih aktif sebagai siswa pada tahun ajaran
2010/2011 yang diambil secara acak dari populasi.
76

Sampel berjumlah 90 siswa diambil secara acak sederhana dengan perimbangan


jumlah anggota populasi. Pengambilan secara acak (random) menggunakan teknik undian
atau mengundi anggota populasi (lottery technique)(7). Pertama, peneliti menulis nomor
absen dari siswa pada tiap kelas pada kertas undian. Kedua, peneliti mengocok dan
mengambil secara acak kertas undian yang sudah tertulis. Langkah tersebut dilakukan
pada setiap sekolah.
Variabel bebas dari penelitian ini adalah pengetahuan siswa tentang PHBS dan
peran guru. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tindakan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS). Data primer diperoleh dengan menyebarkan kuesioner pada masingmasing siswa. Kuesioner sebagai bagian penting dalam pengumpulan data. Dalam
penelitian ini yang termasuk data primer yakni karakteristik siswa, pengetahuan, dan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada siswa serta peran guru. Data sekunder
dalam penelitian ini berasal dari Puskesmas Rambipuji yang terkait dengan angka
kejadian diare menurut kelompok umur dan distribusi tiap desa, data kasus diare yang
berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, data jumlah siswa SD/MI di Desa
Rambipuji Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember.
Teknik penyajian data dilakukan dengan cara tabulasi yaitu memasukkan data ke
dalam tabel. Tabel tersebut menyajikan tingkat pengetahuan siswa dan peran guru pada
siswa, serta tindakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Analisis data yang
digunakan peneliti yaitu uji Korelasi Spearman untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan dan peran guru dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada siswa
Sekolah Dasar.
Hasil Dan Pembahasan
Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa didapatkan siswa atau responden
yang berjenis kelamin laki-laki dalam penelitian ini sebanyak 39 siswa atau sebesar
43,33% dan siswa dengan jenis kelamin perempuan didapatkan sebanyak 51 siswi atau
sebesar 56,67%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan dengan presentase sebesar 56,67%.
Hubungan antara Pengetahuan Tentang PHBS dengan Tindakan PHBS
Berdasarkan
77

hasil

penelitian,

sebagian

besar

responden

memiliki

tingkat

SEMINAR NASIONAL JAMPERSAL


JEMBER, 26 NOPEMBER 2011

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
pengetahuan yang tinggi terhadap PHBS dengan persentase sebesar 70%. Distribusi
frekuensi responden berdasarkan pengetahuan terkait PHBS dengan tindakan PHBS,
diperoleh hasil sebagaimana dalam tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan PHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Baik
Cukup
Kurang
n
%
n
%
n
%
Tinggi
30 33,33 31 34,45
2
2,22
Sedang
8
8,89
12 13,33
4
4,45
Rendah
0
0
1
1,11
2
2,22
N
38 42,22 44 48,89
8
8,89
Sumber: Data Primer, 2011

Jumlah

Pengetahuan

63
24
3
90

Hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan dengan tindakan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) pada siswa menunjukkan bahwa responden dengan
pengetahuan yang tinggi kebanyakan memiliki tindakan PHBS yang baik dan cukup, hal
ini dapat dilihat sebagaimana tabel 1. Selain itu siswa yang memiliki tingkat pengetahuan
yang rendah sebagian besar memiliki tindakan PHBS yang tergolong rendah tanpa ada
siswa yang memiliki tingkat pengetahuan rendah dengan tindakan PHBS yang baik. Selain
itu masih ada siswa yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi namun memiliki
tindakan PHBS yang tergolong rendah sebagaimana dalam tabel 1, ditemukan bahwa
sebanyak 2 siswa yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tetapi dalam tindakan
PHBS masih tergolong rendah.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak selamanya seseorang dengan pengetahuan yang
tinggi dapat melakukan tindakan atau perilaku mengenai sesuatu dengan baik.
Kemungkinan masalah tersebut dikarenakan ada faktor-faktor lain yang berperan
sehingga perilaku siswa tidak sesuai dengan pengetahuan siswa tersebut, misalnya ada
atau tidaknya sarana dan prasarana. Sebagai contoh untuk pemilihan tempat jajan,
terkadang siswa lebih memilih untuk jajan di tempat yang kurang bersih dikarenakan
harganya yang murah, sedangkan terkadang jajanan yang sehat harganya lebih mahal
sehingga uang saku mereka tidak cukup. Menurut Sarwono pengetahuan yang positif atau
tinggi tidak selamanya akan diikuti dengan praktek yang sesuai pula (8).
Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara pengetahuan dengan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) didominasi oleh pengetahuan siswa tentang PHBS yang
tinggi dan perilaku cukup yaitu sebanyak 31 responden (34.45%). Hubungan antara
78

pengetahuan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dapat diketahui dengan
melakukan uji korelasi Spearman Rank Correlation dengan tingkat kepercayaan 95% ( =
0.05) dan hasil uji didapatkan nilai p sebesar 0.012, karena nilai p < 0.05 yang berarti H0 di
tolak maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada siswa.
Presentase siswa yang memiliki perilaku hidup bersih dan sehat yang baik
sebagian besar berasal dari responden atau siswa yang memiliki tingkat pengetahuan
yang tinggi atau sebesar 33,33%. Hal ini memiliki perbedaan yang sangat signifikan
dengan yang berasal dari siswa dengan tingkat pengetahuan yang rendah atau sebesar
0%. Presentase yang berbeda jauh ini menunjukkan bahwa ada pola kecenderungan
hubungan antara pengetahuan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada
siswa sekolah dasar. Hasil ini diperkuat dengan hasil uji korelasi Spearman Rank
Correlation dengan tingkat kepercayaan 95% dan menghasilkan nilai p < 0,05 yang berarti
terdapat hubungan antara pengetahuan dengan PHBS pada siswa sekolah dasar.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa jika pengetahuan siswa terkait
dengan PHBS semakin baik, maka dalam melakukan PHBS mereka juga akan semakin
baik. Demikian sebaliknya jika pengetahuan siswa mengenai PHBS rendah maka ada
kecenderungan dalam melakukan PHBS juga akan semakin kurang. Hal ini berarti
pengetahuan dapat meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) siswa. Untuk
meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), maka siswa perlu meningkatkan
pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam pembentukan tindakan
seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa tindakan yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada tindakan yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Hasil penelitian ini juga didukung oleh teori Green yang menyatakan bahwa
pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi (predisposing factor) dalam
pembentukan

perilaku.

Perilaku

seseorang

tentang

kesehatan

ditentukan

oleh

pengetahuan orang tersebut. Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah
pembentukan perubahan perilaku karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari
pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan
lainnya. Tindakan atau perilaku merupakan respon terhadap rangsangan yang bersifat
79

SEMINAR NASIONAL JAMPERSAL


JEMBER, 26 NOPEMBER 2011

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
aktif, dan dapat diamati. Setelah seseorang mengetahui stimulus objek kesehatan,
kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses
selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui
atau disikapinya (dinilai baik)(9).
Pengetahuan siswa tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

tidak

didapatkan secara menyeluruh di tempat pendidikan formal saja, melainkan informasi


yang mereka dapatkan kebanyakan didapat dari luar tempat pendidikan formal. Adanya
media informasi juga dapat memberikan informasi-informasi dalam menambah tingkat
pengetahuan dari siswa tersebut. Media informasi tersebut misalnya iklan layanan
masyarakat yang ada di televisi ataupun media massa lainnya. Akses pengetahuan
tentang PHBS juga dapat berasal dari perilaku luar seperti perilaku teman, orang tua, dan
masyarakat. Pengetahuan anak dapat diperoleh baik secara internal maupun eksternal.
Pengetahuan secara internal yaitu pengetahuan yang bersal dari dirinya sendiri
berdasarkan pengalaman hidup. Pengetahuan secara eksternal yaitu pengetahuan yang
diperoleh dari orang lain termasuk keluarga dan guru. Pengetahuan baik diperoleh secara
internal maupun ekternal akan menambah pengetahuan anak tentang PHBS (10).
Masa anak usia sekolah merupakan masa pembentukan karakter. Pola pikir anak
usia SD berkembang secara berangsur-angsur. Anak betul-betul dalam stadium belajar.
Disamping

keluarga,

sekolah

memberikan

pengaruh

yang

sistematis

terhadap

pembentukan pengetahuan anak. Daya ingat anak mencapai intensitas yang paling besar
dan paling kuat. Daya menghafal dan memori ingatan adalah paling kuat. Hal ini dapat
digunakan untuk memberikan pengetahuan pada anak usia SD untuk bisa belajar
menerapkan PHBS dan mengerti akibat dari tidak menerapkan PHBS pada kehidupannya
sehari-hari(11).
Penelitian yang dilakukan mengenai pengetahuan hubungannya dengan PHBS
pada siswa di Polewali Mamasa, Sulawesi Selatan dengan tingkat kemaknaan < 0,05
dengan p-value sebesar 0,01 terdapat hubungan bermakna pada pengetahuan siswa
dengan tindakan PHBS(12). Selain itu penelitian ini juga didukung dengan adanya
penelitian lain mengenai faktor yang berhubungan dengan PHBS siswa di dua sekolah
yang berbeda dengan adanya perlakuan program PHBS dan tidak ada perlakuan,
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku siswa dalam
80

penerapan PHBS(8).
Hubungan antara Peran Guru dengan Tindakan PHBS Pada Siswa SD
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar siswa menyatakan bahwa peran guru
terkait PHBS pada siswa berada dalam kategori sedang dengan persentase sebesar
44,45%. Distribusi frekuensi siswa sekolah dasar berdasarkan peran guru dengan
tindakan PHBS pada siswa SD, diperoleh hasil sebagaimana dalam tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Peran Guru dengan Tindakan PHBS
pada Siswa
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Baik
Cukup
Kurang
n
%
n
%
n
%
Tinggi
19
21,11
12
13,33
3
3,33
Sedang
17
18,89
19
21,11
4
4,44
Rendah
2
2,22
13
14,45
1
1,11
N
38
42,22
44
48,89
8
8,88
Sumber: Data Primer, 2011
Peran Guru

Jumlah
34
40
16
90

Berdasarkan hasil tabulasi silang didapatkan antara peran guru dengan tindakan
PHBS pada siswa menunjukkan bahwa responden yang menyatakan bahwa peran guru
sangat tinggi atau sangat berperan sebagian besar memiliki tindakan PHBS yang
tergolong baik dan cukup, hal ini dapat dilihat sebagaimana tabel 4.7, sedangkan siswa
yang menyatakan bahwa peran guru masih rendah sebagian besar memiliki tindakan
PHBS yang tergolong cukup. Selain itu masih ada siswa yang meskipun menyatakan
bahwa peran guru dalam kategori tinggi, tetapi dalam tindakannya masih tergolong kurang
sebagaimana dalam tabel 4.7, ditemukan bahwa sebanyak 3 siswa yang memiliki sikap
positif terkait PHBS tetapi dalam tindakan PHBS masih tergolong kurang.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak selamanya peran guru dapat berperan dalam
bagaimana tindakan dari siswa didiknya meskipun hanya sebagian kecil. Perilaku yang
kurang meski adanya peran guru dapat dikatakan bahwa peran guru masih belum terasa
oleh siswa atau siswa tidak menuruti apa yang dikatakan oleh guru mereka. Siswa
kemungkinan lebih memilih untuk meniru teman-temannya daripada mengikuti apa yang
dikatakan oleh guru mereka. Hal ini sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar yaitu
senang meniru orang-orang di sekitar mereka. Hasil ini didukung oleh penelitian yang

81

SEMINAR NASIONAL JAMPERSAL


JEMBER, 26 NOPEMBER 2011

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
dilakukan yang menyatakan bahwa ada hubungan antara peran teman sebaya dengan
perilaku siswa. Mereka lebih memilih meniru perilaku seseorang yang memiliki
karakteristik sama dengan mereka daripada orang lain yang berbeda karakteristik seperti
orang yang lebih tua dari mereka, dalam hal ini adalah guru tetapi tidak menutup
kemungkinan bahwa mereka juga menuruti guru mereka sebagai orang yang dipanuti di
sekolah. Selain itu kemungkinan ada faktor-faktor lain yang berperan dalam membentuk
perilaku dari siswa(1).
Hasil penelitian menunjukkan seperti dalam tabulasi silang hubungan antara peran
guru dengan tindakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada siswa didominasi
oleh peran guru yang tinggi dan perilaku yang baik, serta peran guru tingkat sedang dan
perilaku yang baik yaitu masing-masing sebanyak 19 responden (21,11%). Hubungan
antara peran guru dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dapat diketahui
dengan melakukan uji korelasi Spearman Rank Correlation dengan tingkat kepercayaan
95% ( = 0.05) dan hasil uji didapatkan nilai p sebesar 0.021, karena nilai p < 0.05 yang
berarti H0 di tolak maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara peran guru terkait
PHBS dengan tindakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada siswa.
Presentase siswa yang memiliki praktek PHBS yang baik sebagian besar berasal
dari responden atau siswa yang menyatakan bahwa peran guru terhadap PHBS siswa
tinggi atau sebesar 21,11%. Hal ini memiliki perbedaan yang sangat signifikan dengan
yang berasal dari siswa yang menyatakan bahwa peran guru terhadap PHBS siswa
kurang sebesar 2,22%. Presentase yang berbeda jauh ini menunjukkan bahwa ada pola
kecenderungan hubungan antara peran guru dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) pada siswa sekolah dasar. Hasil ini diperkuat dengan hasil uji korelasi Spearman
Rank Correlation dengan tingkat kepercayaan 95% dan menghasilkan nilai p < 0,05 yang
berarti terdapat hubungan antara peran guru dengan PHBS pada siswa sekolah dasar.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa jika peran guru terkait dengan
PHBS semakin tinggi, maka dalam melakukan PHBS siswa juga akan semakin baik.
Demikian sebaliknya jika peran guru mengenai PHBS kurang maka ada kecenderungan
dalam melakukan PHBS juga akan semakin kurang. Berdasarkan hasil tersebut
diharapkan adanya upaya untuk meningkatkan peranan dari seorang guru yang nantinya
diharapkan dapat meningkatkan praktek PHBS pada siswa sekolah dasar.
82

Ngalim menegaskan peran guru adalah terciptanya serangkaian tingkah yang


saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan
kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya dan
dalam hal ini tujuannya adalah meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
siswanya. Peran guru sangat diperlukan dalam membimbing, memberikan pengertian,
mengingatkan

dan

menyediakan

fasilitas

kepada

siswa

agar

siswanya

dapat

membiasakan untuk mewujudkan PHBS. Selain itu guru juga mempunyai peran yang
cukup besar di dalam pengawasan siswa dalam melakukan PHBS (13). Pengetahuan guru
sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak
mendukung sikap tersebut. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun
secara terencana yaitu melalui proses pendidikan guru dengan pengetahuan rendah
mengenai praktek PHBS merupakan faktor predisposisi dari perilaku yang tidak
mendukung tercapainya kebiasaan PHBS pada siswa (1).
Masa anak merupakan masa pembentukan karakter. Dimulai dari lingkungan
keluarga sebagai lingkungan awal bagi anak, dalam hal ini khususnya ibu sebagai
pendidik pertama, anak akan melakukan identifikasi terhadap apa yang dilakukan orang
tuanya. Mereka mengambil nilai, sikap, dan standar benar salah dari orang tua dan
menerapkannya dalam perilaku mereka. Membentuk karakter anak dilakukan secara terus
menerus, berkesinambungan, dan berkelanjutan melalui pendidikan, pengalaman, dan
perjalanan hidup hingga tingkat sosial setinggi mungkin. Menurut Moehji pada permulaan
usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah, sehingga anak-anak mulai masuk kedalam dunia
baru, dimana mulai banyak berhubungan dengan orang-orang diluar keluarganya dan
berkenalan dengan suasana dan lingkungan baru dalam hidupnya (14). Hal ini dapat
mempengaruhi kebiasaan mereka dan dengan demikian akan semakin mudah untuk
menerapkan pengetahuan serta nilai-nilai yang baik pada siswa guna mewujudkan tujuan
yang diinginkan atau dalam hal ini meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
pada siswa karena daya ingat anak pada usia 8-12 tahun mencapai intesitas paling besar
dan paling kuat(15).
Salah satu cara membentuk perilaku siswa adalah dengan condisioning atau
kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan,
akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut misalnya membiasakan siswa untuk mencuci
83

SEMINAR NASIONAL JAMPERSAL


JEMBER, 26 NOPEMBER 2011

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
tangan dengan air mengalir dan dengan sabun sebelum makan. Di samping
pembentukkan perilaku dengan condisioning atau kebiasaan, pembentukan perilaku dapat
ditempuh dengan pengertian atau insight. Sebagai contoh bila naik motor harus pakai
helm, karena helm tersebut untuk keamanan diri. Sebelum dan sesudah makan mencuci
tangan, karena cuci tangan dapat membunuh kuman yang ada di tangan dan masih
banyak contoh untuk menggambarkan hal tersebut.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh teori Green yang menyatakan bahwa peran
guru merupakan salah satu faktor penguat dalam pembentukan perilaku yaitu faktor yang
mendorong untuk bertindak dalam mencapai suatu tujuan yang terwujud dalam peran
keluarga terutama orang tua, guru dan petugas kesehatan untuk saling bahu membahu,
sehingga tercipta kerjasama yang baik antara pihak rumah dan sekolah yang akan
mendukung anak dalam memperoleh pengalaman yang hendak dirancang, lingkungan
yang bersifat anak sebagai pusat yang akan mendorong proses belajar melalui penjelajah
dan penemuan untuk terjadinya suatu perilaku. Selain itu seharusnya guru bisa dijadikan
sebagai panutan dalam kehidupan siswa di sekolah. Peranan sekolah juga tidak kalah
penting misalnya membuat suatu kebijakan-kebijakan yang bisa meningkatkan peran guru
terhadap tindakan PHBS pada siswanya. Hal lain yang mungkin juga bisa dilakukan
adalah

dengan

memberikan

memasukkan

informasi

PHBS

kedalam

kurikulum

pembelajaran di sekolah.
Hasil penelitian ini juga didukung dengan adanya penelitian di Kabupaten
Pemalang yang menyatakan ada hubungan antara peran guru dengan praktek PHBS
pada siswa(16). Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian di Jakarta Utara yang
menyebutkan bahwa peran guru dalam mengarahkan PHBS berhubungan dengan praktek
PHBS pada siswanya dengan nilai p sebesar 0.000 yang menyatakan bahwa hubungan
sangat erat(1).
Kesimpulan
1. Ada hubungan antara pengetahuan siswa SD tentang PHBS dengan tindakan
PHBS pada siswa SD.
2. Ada hubungan antara peran guru terkait PHBS dengan tindakan PHBS pada siswa
SD.

84

Daftar Pustaka
1. Linda O, Adiwiryono R.M. Praktik perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Pada
peserta pendidikan anak usia dini (paud) Di kecamatan koja, jakarta utara Tahun
2010 [Serial Online] http://www.uhamka.ac.id/? page=download_artikel &id=31
(Accessed March 30th 2011). 2010.
2. Natalina H. Peran Petugas Kesehatan, Guru dan Orang Tua Dalam Pelaksanaan
UKGS dengan Tindakan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Murid Sekolah
Dasar di Kota Medan Tahun 2009. Sumatra Utara: Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara Medan; 2009.
3. Hati S. Pengaruh Strategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga di Kecamatan Patumbak
Kabupaten Deli Serdang. Sumatera Utara: Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara; 2008.
4. Widoyono. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasannya. Semarang: Erlangga; 2008.
5. Malasari DR. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga dengan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga. Jember:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember; 2004.
6. Sunawi. Hubungan Antara Karakteristik Sosial Demografi, Tingkat Pengetahuan,
Sikap Dengan Praktek Ibu Rumah Tangga Tentang PHBS Di Desa Pekiringan
Ageng Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan. [serial online].
http://www.fkmundip.or.id/data (Accessed Mei 30th 2011).
7. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2005.
8. Fauziah S. Faktor yang Berhubungan dengan PHBS siswa di 2 Sekolah Dasar
(dengan dan Tanpa Program PHBS) Kelurahan Lorok Pakjo Palembang. Depok:
PSIKM Program Pasca Sarjana UI [Serial Online] http://eprints.lib.ui.ac.id/13132Faktor-faktor.pdf (Accessed Jun 26th 2011). 2004.
9. Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.
10. Solihin P. Ilmu Gizi Pada Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2005.
11. Kartono K. Psikologi Anak. Bandung: Mandar Maju; 1992.
12. Arsyad M. Pengaruh Program PHBS Terhadap Sikap dan Praktek Mengenai PHBS
Pada Murid SDN 008 Sidodadi Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali
Mamasa. Depok: PSIKM Program Pasca Sarjana UI [Serial Online]
http://eprints.lib.ui.ac.id/5743/1.pdf (Accessed Jun 26 th 2011). 2000.
13. Murdiastuti D. Peran Guru Kelas Dalam Meningkatkan Pelaksanaan Belajar
Pendidikan Agama Islam Pada Siswa di SDN Kalongan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu
Agama Islam Universitas Islam Indonesia; 2010.
14. Putriantini. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Pemilihan Makanan
Jajanan dengan Perilaku Anak Memilih Makanan di SDIT Muhammadiyah Al
Kautsar Gumpang Kartasura. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang; 2010.
15. Sarifudin A. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap Dan Praktek Guru Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)
Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Binaan Puskesmas Petarukan Kecamatan
85

SEMINAR NASIONAL JAMPERSAL


JEMBER, 26 NOPEMBER 2011

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
Petarukan Kabupaten Pemalang [Serial Online]
http://eprints.undip.ac.id/26184/1/1824.pdf (Accessed Juli 26th 2011). 2003.
16. Sarwono S. Sosiologi Kedokteran. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 1997.

86

You might also like