You are on page 1of 19

1

ANALISIS Pb PADA TANAMAN KANGKUNG AIR Ipomoea aquatic :


SUATU STUDI KELAYAKAN PANGAN DI KELURAHAN TELUK
KECAMATAN PURWOKERTO SELATAN
KABUPATEN BANYUMAS

Siti Hidayati, Endang Widyastuti, Hernayanti
ABSTRAK
SITI HIDAYATI, Environmental Sciences Study Programme Post Graduate
Program of Jenderal Soedirman University, Analysis of Pb in kale plant (Ipomoea
aquatic): An appropriateness Study of Food in Teluk, South Purwokerto, Banyumas.
The first supervisor is Dr. Endang Widyastuti, M.Si, the second supervisor is
Dra. Hernayanti, M.Si.
The kale plant cultivation in teluk village on Soewatio street R.T. 07 R.W. 03
occupies a land area of 1.5 ha which is managed by several owners and tenants since
1990. The location is right in front of Purwokerto bus station which is the largest bus
station in Central Java with an area of 10 ha of land. High activity of vehicles causes air
pollution, especially Pb from gasoline-fueled vehicles. Pb which is entered passively
and actively through the stomata and roots will accumulate on the kale plant. The kale
plant that is consumed by the people resulting in various diseases, since Pb will inhibit
the activity of enzymes in the body.
The research objective are to determine the Pb content in kale plant, describe the
appropriateness of the which is consumed by the people, find out the Pb pollution in
blood of the people who consumd it, and to know the people's perception of Pb-
contaminated kale plant. The data collection was conducted by surveying the land and
the kale plant on some stations are taken random 0, 3, 30 and 300 m from the highway
in Teluk. Sampling of kale plant and soil ware conducted compositely. For comparison
the kale plants which are planted in areas far from the road (2 km) that is in Bukateja,
Purbalingga. Data Perceptions and public health history obtained by questionnaire to 28
people and followed by blood sampling probandus who consumed kale plants based on
questionnaire data.
From the analysis of Pb content found in the kale plants with average of 4.98 ppm, it
exceeds the limit set by the POM No.03725/B/SK/VII/89 and SNI 01-2729.12009, that
is 2.0 ppm. Therefore it is inappropriate to be consumd. The kale plants conditions in
Bukateja, Purbalingga is located away from highway contain Pb with an average of 1.11
ppm and below a defined limit.
Pb contamination in the respondent blood was detected in ranged between 6.0
and 24.7 mg / dl and the respondent has experienced some diseases. Public perception of
the contaminated kale palnt was very low at 3.6% who state agree that the kale plants
and there is a weak positive relationship between level of education and the perception
of society as a whole on teluk.
2

Based on the results found in this study, there are some suggestions as follows: (1)
For the government and kale plant farmer to plant Pb-absorbing plant. (2) For the
government as policy maker, it is a time to replace vehicle fuel with fuel that is free
from Pb. (3) For the competent institution of the Environmental Agency (BLH) to
perform monitoring of air quality, especially Pb in a central vehicles location as well as
the location of plant cultivation. (4) For the Department of Agriculture should
proactively providie information about the sources of Pb and the impact on health. (5) It
is advisable to conduct advanced research related to the effects of Pb contamination of
crops, so it can become an information for the society.

3

A. PENDAHULUAN
Masalah pencemaran lingkungan merupakan masalah bersama yang harus
diselesaikan karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan. Semua
anggota masyarakat dapat berperan serta dalam menyelesaikan masalah pencemaran
lingkungan, dimulai dari lingkungan yang terkecil, diri sendiri, sampai ke lingkungan
yang lebih luas. Masalah lingkungan yang timbul akibat aktivitas manusia adalah
pencemaran, pencemaran air, udara ataupun tanah.
Semua makhluk hidup memerlukan udara yang bersih untuk melakukan
metabolisme, dengan demikian kualitasnya harus dijaga, namun seiring meningktnya
aktivitas manusia di berbagai sektor dapat menyebabkan terjadinya perubahan kualitas
udara. Berbagai aktivitas manusia yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan
kualitas udara berasal dari sektor industri, limbah rumah tangga, pembakaran sampah
dan sektor transportasi, tetapi sumber pencemar udara terbesar terutama berasal dari
kendaraan bermotor yang masih mengandung Pb (Palar, 2008). Pb digunakan sebagai
bahan aditif pada bensin untuk meningkatkan bilangan oktan, agar pembakaran motor
lebih sempurna. Pb akan keluar bersama gas buang dan mencemari udara Pb dapat
masuk melalui stomata atau akar ke dalam tanaman.
Berdasarkan hasil penelitian Widaningrum et al. (2007), tumbuhan yang di
tanam di pinggir jalan raya memiliki resiko terpapar Pb yang cukup tinggi. Hasil
penelitian Prasojo (1999), di desa Bandungan Ambarawa pada jarak tanam 5 25 m
dari sumbu jalan kandungan Pb pada tanaman kubis didapatkan kandungan Pb 4,56
2,21 ppm sedangkan pada jarak tanam 50 100 m, kandungan Pb sebesar 1,78 1,15
ppm. Hal ini menunjukan semakin dekat dengan jarak jalan raya, semakin besar
kandungan Pb nya. Berdasarkan kondisi tersebut maka amat penting dilakukan
penelitian analisis kandungan Pb pada tanaman kangkung air yang terdapat di Kelurahan
Teluk Purwokerto Selatan, termasuk persepsi masyarakat terhadap kangkung yang
tercemar Pb.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan Pb yang ada pada
tanaman kangkung di Kelurahan Teluk yang terkait dengan kelayakan pangan
masyarakat, untuk mengetahui pencemaran Pb pada darah masyarakat yang
4

mengkonsumsi kangkung di Kelurahan Teluk Purwokerto dan untuk mengetahui
persepsi masyarakat terhadap kangkung yang tercemar Pb.

B. METODE PENELITIAN
1. Lokasi
Tempat penelitian ini dilakukan pada kawasan budidaya tanaman kangkung di
Kelurahan Teluk Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas. Waktu penelitian dilakukan
selama 3 bulan September, Oktober dan November tahun 2011.
2. Metode Pengambilan Sampel
Penelitian dilakukan dengan metode survai terhadap tanah dan kangkung pada
beberapa stasiun yang diambil secara random yaitu 0, 3 , 30 dan 300 m dari jalan raya
di Kelurahan Teluk Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas. Pengambilan
sampel kangkung dan tanah dilakukan secara komposit. Sebagai kontrol diuji juga
tumbuhan kangkung air yang di tanam di daerah yang jauh dari jalan raya (2 km) yaitu
di Desa Bukateja Kecamatan Bukateja Purbalingga.
Data Persepsi dan riwayat kesehatan masyarakat diperoleh dengan cara kuesioner
sebanyak 28 orqng dan dilanjutkan dengan pengambilan sampel darah probandus yang
mengkonsumsi kangkung berdasarkan data kuesioner.
3. Analisis Data
Data hasil pengukuran kandungan Pb dalam tanaman kangkung dirata-rata dan
untuk mengetahui kelayakan tanaman kangkung setelah uji laboratorium akan
dibandingkan dengan batas keamanan dan kelayakan pangan yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan dan pengukuran kandungan Pb,
pengukuran kadar Pb dalam darah probandus menggunakan tabulasi data dan
dipaparkan secara deskriptif.
Data riwayat kesehatan dan persepsi masyarakat menggunakan skala likert,
untuk pernyataan sering sekali dan sangat setuju skor 4; sering dan setuju skor 3;
kadang-kadang dan tidak setuju skor 2; tidak pernah dan sangat tidak setuju skor 1
(Margono, 2007). Data riwayat kesehatan dan persepsi masyarakat ditabulasi dan
dipaparkan secara deskriptif.
5

Hubungan persepsi masyarakat dan tingkat pendidikan menggunakan Analisis
bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga saling berhubungan atau
berkorelasi. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui signifikansi hubungan
antara tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat. Uji statistik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Chi Square, dengan rumus sebagai berikut (Notoatmodjo,
2005) X
2
=
k
i 1
h
h o
f
f f
2

Keterangan:
X
2
= Nilai chi square hitung
f
o
= frekuensi yang diobservasi
f
h
= frekuensi yang diharapkan
Untuk mengetahui arah dan kekuatan hubungan antara tingkat pendidikan
dengan persepsi masyarakat digunakan rumus korelasi Pearson Product Moment (Umar,
2007), dengan rumus sebagai berikut :
2
2
2
2
Y Y n X X n
Y X XY n
r
Keterangan :
r = Koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y
X = Tingkat pendidikan
Y = Persepsi masyarakat
n = Jumlah responden
Pengkategorian jawaban untuk nilai korelasi adalah sebagai berikut :
a) 0,00 s/d 0,20 = Sangat Lemah
b) 0,21 s/d 0,40 = Lemah
c) 0,41 s/d 0.60 = Cukup
d) 0,61 s/d 0,80 = Kuat
e) 0,81 s/d 1,00 = Sangat Kuat
Untuk mengetahui arah hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi
masyarakat dapat dilihat dari nilai (+) atau (-) dari koefesien korelasi kedua variabel.
6

C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Budidaya tanaman kangkung di Jalan Soewatio di Kelurahan Teluk Rt 07 Rw 03
menempati luas tanah 1,5 ha yang di kelola oleh beberapa pemilik dan penyewa tanah
sejak tahun 1990. Lokasi tersebut tepat di depan Terminal Bus Purwokerto yang
merupakan terminal penumpang terbesar di Jawa Tengah yang diresmikan tanggal 6
April tahun 2006 dengan luas lahan 10 ha oleh Gubernur Mardiyanto. Terminal tersebut
termasuk terminal tipe A yang artinya beraktivitas selama 24 jam dan berfungsi
melayani kendaraan umum untuk angkutan desa, angkutan kota, antar kota dalam
propinsi dan angkutan propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara (Karda, 2010).
2. Kandungan Pb pada tanaman kangkung
Kandungan Pb pada tanaman kangkung air Ipomoea aquatic di Kelurahan Teluk
Purwokerto Selatan dan Kecamatan Bukateja menunjukan hasil yang berbeda- beda
pada setiap lokasi. Rata rata kandungan Pb pada tanaman kangkung dan tanah di
kedua lokasi dapat dilihat pada Tabel 1 :
Tabel 1 : Kandungan Pb pada tanah dan tanaman kangkung
No Keluran Teluk Purwokerto Kecamatan Bukateja
Jarak dari
jalan raya
(m)
Kandungan
Pb dalam
kangkung
(ppm)
Kandungan
Pb dalam
Tanah (ppm)
Jarak dari
jalan raya
(m)
Kandungan
Pb dalam
kangkung
(ppm)
Kandungan
Pb dalam
Tanah (ppm)
1
2
3
4
0
3
30
300
11,5
2,25
1,9
1,35
18,95
9,1
8,55
2,85
2000
2003
2030
2300
2,2
1
0,9
0,35
9,15
8,75
4,85
3,5
Rata-rata 4,98 9,86 Rata-rata 1,11 6,56
Berdasarkan Tabel 2 kandungan Pb pada tanaman kangkung di Kelurahan Teluk
sangat tinggi dengan rata-rata 4,98 ppm dan kandungan tertinggi terletak pada jarak 0 m
sebesar 11,5 ppm. Hal ini membuktikan bahwa Kandungan Pb pada tanaman kangkung
air Ipomoea aquatic di kelurahan Teluk Purwokerto Selatan melebihi ambang batas
yang ditentukan oleh Badan POM No.03725/B/SK/VII/89 dan SNI 01-2729.12009,
yaitu sebesar 2 ppm sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Kondisi pada tanaman
kangkung di Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga yang terletak jauh dari jalan
7

raya memiliki kandungan Pb dengan rata-rata 1,11 ppm dan berada di bawah ambang
batas yang ditetapkan.
Kandungan Pb dalam tanah pada lokasi budidaya tanaman kangkung di
Kelurahan Teluk rata-rata 9,86 ppm. Kandungan Pb tertinggi terdapat pada jarak 0 m
dari jalan raya yaitu sebesar 18,95 ppm dan terendah pada jarak 200 m dari jalan raya
yaitu sebesar 2,85 ppm. Kandungan Pb dalam tanah di Kecamatan Bukateja rata-rata
6,563 ppm. Kandungan tertinggi pada jarak 2 km dari jalan raya yaitu sebesar 9,15 ppm
dan terendah pada jarak 2,3 km sebesar 3,5 ppm.
3. Pb pada darah responden
Hasil wawancara didapatkan responden sering hingga sering sekali
mengkonsumsi tanaman kanngkung. Sampel darah responden diperoleh data bahwa
semua responden terdeteksi Pb dalam darah berkisar antara 6 dan 25 g/dl. Seperti pada
Tabel 2.
Tabel 2 : Data kandungan Pb dalam darah responden
No Kandungan Pb dalam daarah jumlah
1
2
3
4
5
6 - 9
10 13
14 17
18 21
22 25
18
3
2
4
1
Berdasarkan data tersebut menunjukkan adanya akumulasi Pb dalam darah salah
satunya berasal dari kangkung yang di konsumsi responden. Menurut Casas dan Sardo
(2008), akibat terjadinya persenyawaan Pb dengan enzim, mengakibatkan enzim inaktif
sehingga sintesis darah merah (Hb) terhambat dan menimbulkan anemia. Pb dapat
berikatan dengan protein dan asam amino sehingga metabolisme tubuh terganggu.
Berdasarkan jawaban hasil kuesioner responden, menyatakan adanya berbagai
macam keluhan penyakit, diantaranya influenza, demam, kepala pusing, mual badan
lemas, diare, selain itu responden juga mengalami keluhan penyakit leher kaku, nyeri
tulang, nyeri dada, konstipasi sulit buang air kecil, sakit pinggang, anemia dan hipertensi
seperti pada Tabel 3 :
8

Tabel 3. Keluhan penyakit responden yang mengkonsumsi kangkung
No. Data Riwayat
Kesehatan
Jawaban Responden
SS S KK TP
Jml % Jml % Jml % Jml %
1 Mengkonsumsi Tanaman
Kangkung
11 39.3 17 60.7 0 0.00 0 0.00
2 Menderita Serangan Flu
(Batuk, Pilek)
9 32.1 3 10.7 15 53.6 1 3.6
3 Mengalami Demam 1 3.6 9 32.1 16 57.1 2 7.1
4 Menderita Leher Kaku 0 0.00 6 21.4 13 46.4 9 32.1
5 Mengalami Kepala
Pusing
1 3.6 9 32.1 7 25.0 11 39.3
6 Menderita Penyakit
Nyeri Tulang
0 0.00 3 10.7 5 17.9 20 71.4
7 Menderita Mual 3 10.7 7 25.0 4 14.3 14 50.0
8 Menderita Penyakit
Nyeri Dada
0 0.0 0 0.0 6 21.4 22 78.6
9 Menderita Penyakit
Diare
0 0.0 3 10.7 7 25.0 18 64.3
10 Menderita Sulit Buang
Air Besar/Konstipasi
0 0.0 2 7.1 6 21.4 20 71.4
11 Menderita Sulit Buang
Air Kecil
0 0.0 4 14.3 6 21.4 18 64.3
12 Sakit pada Bagian
Pinggang
1 3.6 6 21.4 4 14.3 17 60.7
13 Merasakan Badan Selalu
Lemas
0 0.00 10 35.7 9 32.1 9 32.1
14 Menderita
Anemia/Kurang Darah
0 0.00 4 14.3 7 25.0 17 60.7
15 Menderita Hipertensi 0 0.00 3 10.7 5 17.9 20 71.4
SS = Sangat sering KK = Kadang-kadang S = Sering TP = Tidak pernah
Sumber : lampiran 10
Menurut Naria (2005), berbagai keluhan penyakit yang timbul membuktikan
bahwa adanya kandungn Pb dalam tubuh yang masuk melalui makanan, seperti di
jelaskan pada gambar sebagai berikut :

9






RESPIRASI


INGESTI
















Gambar 1: Mekanisme masuknya Pb ke dalam tubuh manusia (Naria, 2005)
Pb masuk melalui saluran pernafasan atau saluran pencernaan menuju sistem
peredaran darah kemudian menyebar ke berbagai jaringan lain seperti ginjal, hati, otak,
saraf dan tulang dan hanya sebagian saja di keluarkan melalui kulit, ginjal dan usus
sebagai ekskret manusia. Pada tulang, Pb ditemukan dalam bentuk Pb-fosfat atau Pb3
(PO4)2.
Pencegahan akumulasi logam berat pada tubuh manusia dapat dilakukan dengan
pemahaman tentang masalah sanitasi yang baik pada masyarakat sehingga cara
pengolahan sayuran di tingkat rumah tangga bisa lebih aman dan memenuhi syarat
kesehatan. Pada tingkat keluarga, usaha yang dapat dilakukan untuk menghindari
bahaya Pb dapat dilakukan antara lain dengan menghindari sumber bahan pangan
(terutama sayuran) yang memiliki resiko mengandung Pb, mencuci sayuran dengan baik
dan seksama, misalnya dengan menggunakan air yang mengalir .
Sayuran juga sebaiknya diblansir, yaitu sayuran diberi pemanasan pendahuluan
dalam suhu mendidih pada waktu yang singkat (3-5 menit) yang bertujuan untuk
mereduksi cemaran logam berat yang menempel pada permukaan sayur. Hal ini
dilakukan sebelum sayuran dikonsumsi atau diolah lebih lanjut (Munarso, 2005).
4. Persepsi masyarakat
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang telah diuji validitas dan
reabilitasnya diperoleh jawaban responden yang beragam. Jawaban responden yang
ABSORBSI

SALURAN
RESPIRASI
KERONGKONGAN
PARU-PARU
OTAK/
JARINGAN
PENYIMPANAN
SALURAN
CERNA
DARAH
TULANG TINJA
USUS
BESAR
KERINGAT
RAMBUT
URIN
EKSKRES
I
GINJAL
KULIT
10

diperoleh di tabulasi sehingga diketahui prosentase jawaban masyarakat seperti pada
Tabel 4.
Tabel 4 : Persepsi masyarakat tentang pencemaran Pb pada tanaman kangkung
No Pernyataan SS/
%
S/% TS/
%
STS/
%
A. Katagori I (respon masyarakat terhadap pencemaran udara)
1 Asap kendaraan bermotor berbahaya bagi
kesehatatan manusia.
78.6

21,4 0,0 0,0
2 Asap kendaraan bermotor mengandung logam berat 28,6 67,9 3,6 0,0
3 Pb terdapat pada asap kendaraan bermotor berbahan
bakar bensin.
0,0 10,7 57,1 32,1
4 Pb membahayakan bagi kesehatan manusia. 0,0 10,7 64,3 21,4
5 Pb dapat mencemari udara, tanah dan air. 0,0 14,3 64,3 21,4
B Katagori II (respon masyarakat terhadap keberadaan Pb)
6 Pb dapat masuk ke dalam sayuran yang di tanam di
pinggir jalan
0,0 7,1 53,6 39,3
7 Tanaman kangkung yang terdapat dikelurahan Teluk
tercemar oleh Pb dari asap kendaraan bermotor.
0,0 21,4 39,3 39,3
8 Saya yakin Pb dapat mengakibatkan Badan lemas
dan kepala berkunang-kunang
0,0 10,7 42,9 46,4
9 Saya yakin kangkung yang terkontaminasi Pb dapat
mengakibatkan sakit perut
0,0 14,3 28,6 57,1
10 Saya yakin kangkung yang terkontaminasi Pb dapat
mengakibatkan sulit buang air besar/ BAB
0,0 10,7 3,6 85,7
11 Kangkung yang berasal dari kelurahan Teluk telah
menyebabkan mual dan pusing
0,0 0,0 3,6 96,4
Berdasarkan Tabel 4 menunjukan bahwa seluruh jumlah responden yang
mengkonsumsi kangkung pada pernyataan katagori I seluruh responden menyadari
bahwa asap kendaraan bermotor membahayakan kesehatan manusia atau 100%, dan
96,5 % setuju asap kendaraan bermotor memiliki kandungan logam berat namun 85,7
% tidak setuju Pb membahayakan bagi kesehatan manusia. Hal ini menunjukan bahwa
masyarakat memiliki pemahaman yang tinggi terhadap pencemaran udara terutama asap
kendaraan bermotor, namun masih rendah terhadap bahaya Pb bagi kesehatan manusia.
Respon masyarakat untuk katagori II dapat dilihat pada rata-rata jawaban
responden berada pada jawaban tidak setuju. Sebanyak 92,9% tidak setuju Pb dapat
masuk ke dalam sayuran yang di tanam di pinggir jalan dan 81,3 % tidak setuju
Tanaman kangkung yang terdapat dikelurahan Teluk tercemar oleh Pb dari asap
11

kendaraan bermotor. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat tidak menyadari
keberadaan dan dampak Pb yang ada di sekitarnya.
Berdasarkan pernyataan masyarakat baik katagori I ataupun II secara umum
masyarakat mengetahui bahwa asap kendaraan bermotor dapat membahayakan bagi
kesehatan, namun pengetahuan masyarakat masih sangat rendah terhadap Pb yang
dihasilkan dari asap kendaraan bermotor dan dampaknya bagi kesehatan manusia.
Rendahnya pengetahuan tentang Pb dikarenakan tidak adanya upaya pemerintah untuk
memberi informasi atau penyuluhan kepada masyarakat tentang sumber-sumber Pb
terutama dari sektor transportasi.
Hasil kuesioner menunjukan bahwa responden mempunyai latar belakang
pendidikan yang berbeda. Sebanyak 28 orang responden masing-masing terdiri dari 10
orang lulusan SD, sekolah menengah terdiri dari SMP 6 orang, SMA 8 orang dan STM
2 orang serta pendidikan tinggi D3 2 orang. Hubungan antara tingkat pendidikan
responden dengan persepsi masyarakat terhadap pencemaran udara dilakukan analisis
chi square, dengan bantuan software SPSS 17.0 for Windows didapatkan respon yang
berbeda-beda, hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 :
Tabel 5. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat terhadap
pencemaran udara
Persepsi Masyarakat Tentang
Pencemaran Udara
Total
Rendah Sedang Tinggi
Tingkat
Pendidikan
Dasar Jumlah 2 8 10
% dr
Total
7.10% 28.60% 35.70%
Menengah Jumlah 4 10 2 16
% dr
Total
14.30% 35.70% 7.10% 57.10%
Tinggi Jumlah 2 2
% dr
Total
7.10% 7.10%
Total Jumlah 8 18 2 28
% dr
Total
28.60% 64.30% 7.10% 100.00%
X
2
= 7,078 ; p = 0,132
Berdasarkan data pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat
12

yang memiliki tingkat pendidikan menengah (SMP dan SMA) mempunyai persepsi
bahwa pencemaran udara termasuk dalam kategori sedang yaitu 10 orang atau 35,70%.
Hubungan antara persepsi masyarakat (p = 0,132) dengan tingkat pendidikan (X
2
=
7,078) dapat dinyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
pendidikan dengan persepsi masyarakat terhadap pencemaran udara di Kelurahan Teluk
Purwokerto Selatan.
Arah dan kekuatan hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi
masyarakat terhadap pencemaran udara sebesar -0,186 hal tersebut menunjukkan
terdapat hubungan yang negatif dan sangat lemah antara tingkat pendidikan dengan
persepsi masyarakat terhadap pencemaran udara di Kelurahan Teluk Purwokerto
Selatan. Hubungan tingkat pendidikan dan persepsi masyarakat terhadap keberadaan Pb
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat
terhadap keberadaan Pb
Persepsi Masyarakat Tentang
Keberadaan Pb
Total
Rendah Sedang Tinggi
Tingkat
Pendidikan
Dasar Jumlah 9 1 10
% dr Total 32.10% 3.60% 35.70
%
Menengah Jumlah 9 7 16
% dr Total 32.10% 25.00% 57.10
%
Tinggi Jumlah 2 2
% dr Total 7.10% 7.10%
Total Jumlah 18 8 2 28
% dr Total 64.30% 28.60% 7.10% 100.00
%
X
2
= 31,544 ; p = 0,000
Berdasarkan data pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat
yang memiliki tingkat pendidikan dasar (SD) mempunyai persepsi bahwa keberadaan Pb
termasuk dalam kategori rendah yaitu 9 orang atau 32,10 %. Hubungan antara persepsi
masyarakat (p = 0,000) terhadap keberadaan Pb dengan tingkat pendidikan (X
2
=
31,544) terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan persepsi
masyarakat terhadap keberadaan Pb di Kelurahan Teluk Purwokerto Selatan.
13

Arah dan kekuatan hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi
masyarakat terhadap keberadaan Pb sebesar 0,626 hal ini menunjukkan terdapat
hubungan yang positif dan kuat antara tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat
terhadap keberadaan Pb di Kelurahan Teluk Purwokerto Selatan. Hubungan antara
Tingkat Pendidikan dengan Persepsi Masyarakat Secara Keseluruhan dapat dilihat pada
tabel 7.
Tabel 7. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat secara
keseluruhan
Persepsi Masyarakat Total
Rendah Sedang Tinggi
Tingkat
Pendidikan
Dasar Jumlah 6 3 1 10
% dr Total 21.40% 10.70% 3.60% 35.70%
Menengah Jumlah 8 4 4 16
% dr Total 28.60% 14.30% 14.30% 57.10%
Tinggi Jumlah 2 2
% dr Total 7.10% 7.10%
Total Jumlah 14 7 7 28
% dr Total 50.00% 25.00% 25.00% 100.00%
X
2
= 7,200 ; p = 0,126
Berdasarkan data pada Tabel 7 dapat diketahui bahwa sebagian besar
masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan menengah (SMP dan SMA) mempunyai
persepsi secara keseluruhan dalam kategori rendah yaitu 8 orang atau 28,60 %.
Hubungan antara persepsi masyarakat (p = 0,126) dengan tingkat pendidikan (X
2
=
7,200) dapat dinyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
pendidikan dengan persepsi masyarakat terhadap pencemaran udara di Kelurahan Teluk
Purwokerto Selatan. Arah dan kekuatan hubungan antara tingkat pendidikan dengan
persepsi masyarakat secara keseluruhan sebesar 0,366 hal tersebut menunjukkan
terdapat hubungan yang positif dan lemah antara tingkat pendidikan dengan persepsi
masyarakat secara keseluruhan di Kelurahan Teluk Purwokerto Selatan.
14

Lemahnya hubungan tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat dalam
menjawab setiap kuesioner yang berhubungan dengan pencemaran udara dan Pb dapat
memberi gambaran keadaan masyarakat yang belum mengerti bahkan tidak mengetahui
keberadaan Pb, hal ini di sebabkan oleh tidak adanya informasi dari pemerintah
khususnya dinas pertanian mengenai sumber-sumber Pb dan dampaknya terhadap
kesehatan. Penyuluhan pertanian hanya menyampaikan informasi tentang bibit dan
pemupukan serta penggunaan pestisida selama melakukan kegiatan budidaya tanaman
kangkung.

D. Kesimpulan dan Saran
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut
:
1. Kandungan Pb dalam tanaman kangkung di Kelurahan Teluk rata-rata 4,98
ppm sehingga tidak layak untuk dkonsumsi karena melebihi batas yang di
tetapkan oleh Badan POM No.03725/B/SK/VII/89 dan SNI 7387: 2009
yaitu sebesar 2,0 ppm.
2. Pencemaran Pb dalam darah sudah terdeteksi yaitu berkisar antara 6,0 dan
24,7 g/dl dan responden sudah merasakan berbagai macam keluhan
penyakit seperti demam, kepala pusing, mual badan lemas, diare, leher kaku,
nyeri tulang, nyeri dada, konstipasi sulit buang air kecil, sakit pinggang,
anemia dan hipertensi.
3. Persepsi masyarakat terhadap tanaman kangkung tercemar yaitu sebesar
21,4% dan terdapat hubungan positif dan lemah (0,366) antara tingkat
pendidikan dengan persepsi masyarakat secara keseluruhan di Kelurahan
Teluk Purwokerto Selatan.




15

B. Saran
1. Bagi pemerintah dan pelaku budidaya tanaman kangkung untuk menanam
tanaman penyerap Pb di sepanjang jalan Kelurahan Teluk.
2. Bagi pemerintah selaku pemegang kebijakan untuk ditegakannya regulasi
yang mengatur tentang lahan budidaya yang bebas pencemaran udara
khususnya Pb.
3. Bagi pemerintah selaku penentu kebijakan sudah saatnya mengganti bahan
bakar kendaraan dengan bahan bakar kendaraan bermotor yang bebas Pb.
4. Bagi Instansi yang berkompeten yaitu Badan Lingkungan Hidup (BLH) agar
melakukan monitoring tentang kualitas udara khususnya Pb di lokasi pusat
padat kendaraan sekaligus lokasi budidaya tanaman.
5. Bagi pemerintah khususnya Dinas Pertanian hendaknya secara proaktif
memberikan penyuluhan tentang sumber-sumber Pb dan dampaknya
terhadap kesehatan.
6. Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan
dampak pencemaran Pb terhadap tanaman budidaya, sehingga dapat menjadi
suatu informasi bagi masyarakat.













16

DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, E. 2005. Lampiran Prosedur Pengambilan Darah Vena.
http://www.pdfssearch.com. Diakses 10 April 2011.
Asbudi. 2010. Budidaya Tanaman Kangkung Air (online).http:// sbudisalamminds.
blogspot.com. Diakses 26 Januari 2011.
Bintoro, P dan Nurwantoro. 2009. Pelatihan Keamanan Pangan dalam Keluaraga
Mewujudkan Keluarga yang Sehat Melalui Makanan yang Aman Sehat Utuh
dan Halal. Makalah disajikan dalam seminar Fakultas Peternakan Universitas
Diponegoro, Semarang, 20 Mei 2009.
Casas, J and Sordo. 2008. Chemistry, Analytical Aspects, Environmental Impact and
Healt Effects. University of Miami, Florida.
Chahaya, I., S, Dharma dan L, Simanulung. 2005. Kadar Timbal (Pb) dalam Spesimen
Darah Tukang Becak Mesin di Kota Pematang Siantar dan Beberapa Faktor
Yang Berhubungan. Kedokteran Nusantara 38: 223-229.
Clark, F. 1995. Toksikologi Dasar. Universitas Indonesia, Jakarta.
Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Universitas Indonesia,
Jakarta.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan Toksikologi
Senyawa Logam. Universitas Indonesia, Jakarta.
Goenarso, D. 2000. Dampak Timbal terhadap Fungsi Organ/Jaringan pada Tubuh
Manusia. Makalah disajikan dalam seminar . Fakkultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Institut Tekhnologi Bandung, Bandung. 30 Desember
2004.
Gothberg, A. 2008. Metal Fate and Sensitivity in the Aquatic Tropical Vegetable
Ipomoea aquatic. Environmental Science 91: 55-76
Hanggar, D. 2010. Effect of Ambient Air Lead (Pb) Located In The Highway on
Kidneys Microscopic Appearance and Lead (Pb) Blood Level Of Male Balb/c
Mice. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro, Semarang.
17

Hendrasarie, N. 2007. Kajian Efektifitas Tanaman dalam Penyerap Kandungan Pb di
Udara. Jurnal Rekayasa Perencanaan 3(2) : 15-30
Karda. 2010. Transportasi Jawa Barat. http://kardady.wordpress.com/2010/04026
terminal-penumpang-dan-sistem-jaringan-angkutan-umum. Diakses 20
Oktober 2011.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP. 35 /MENLH/10/1993
tentang: Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor.
www.bi.go.id/NR/rdonlyres/C7402D01-A030.../uu_bi_1099.pdf. Diakses 6
Februari 2010.
Keputusan Menteri Industri dan Perdagangan Nomor 15/mpp/kep/2/1998 tentang:
Sembilan Jenis Kebutuhan Pokok. www.anneahira.com/bisnis-sembako.htm.
Diakses 6 Februari 2010.
Kohar, I. 2005. Studi Kandungan Logam Pb dalam Batang dan Daun Kangkung
(Ipomoea reptans) yang Direbus dengan Penambahan NaCl dan Asam Asetat.
Makara Sains 3(12): 85 88
KPBB/ Komite Penghapusan Bensin Bertimbal. 2005. Hasil Pemantauan Kualitas
Bahan Bakar Bensin dan Solar di 10 Kota Besar di Indonesia.
http://www.kpbb.org. Diakses 6 Februari 2010.
Krench, D dan R. Crutchfield. 2010. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya
Persepsi http://miklotof.wordpress.com/2010/07/30/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-terbentuknya-persepsi. Diakses 24 Oktober 2011.
Kvesitdze, G., G. Khatisashvili., T. Sadunishuili and J. Ramsden. 2006. Biochemical
Mechanist of Detoxification in Higher Plants (Basis of Phytoremediation).
Contaminant in the Environmental 61 (66): 171-185
Liani. 2004. Fitokelatin pada Tumbuhan. http://kamriantiramli.wordpress.com. Diakses
24 September 2011.
Mahir, A., R. Khairiah., N. Asyikin., S. Andayani., W. Athirah., Maimon dan Aminah.
2008. Pemodelan dan Analisis Data Penyerapan Logam Berat oleh Sayuran
Berdaun Terpilih. Sains Malaysiana 37 (4): 351-356.
Margono, S. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
18

Munarso. 2005. Mengatasi Cemaran Logam pada Sayuran. http://www.
ac.id/bioscientic. Diakses 24 September 2011.
Naria, E. 2005. Dampak Bahan Pencemar Timbal (Pb) di Lingkungan Terhadap
Kesehatan. Jurnal Komunikasi Penelitian 17 (4): 66-72
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Nuraini, D. 2008. Pencemaran Udara Oleh Timbal (Pb) Serta Penanggulangannya.
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatra Utara, Medan.
Ormrod. 1994. Pencemaran Udara. http://Repository.upi.edu/operator/upload/s_bio.
Diakses 24 September 2011.
Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Palar, H . 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004, Tentang Keamanan
Mutu dan Gizi Pangan. Citra Umbara, Bandung.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999, Tentang
Pengendalian Pencemaran Udara. Citra Umbara, Bandung.
Prabu, P. 2009. Aspek Klimatologi Pencemaran Udara dan Kesehatan Lingkungan.
http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/02/aspek-klimatologi-pencemaran-
udara. Diakses 28 September 2011.
Prasojo. 1999. Studi Tentang Hubungan Jarak Tanam Dengan Sumbu Jalan terhadap
Kadar Pb pada Tanaman Kubis (Brassiea oleracea Var.sylvestris) di Desa
Bandungan Kecamatan Ambarawa Kabupaten DATI II Semarang. Fakultas
Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.
Rahman. A. 2006. Kandungan Logam Berat (Pb) dan Kadmium (Cd) pada Beberapa
Jenis Krustasea di Pantai Batakan dan Takisung Kabupaten Tanah Laut
Kalimantan Selatan 93-101. http://www.unlam.ac.id/bioscientic. Diakses 25
Januari 2011.
Ruch. 1998. Pengertian Persepsi. http://duniaebook.net/tinjauan-pustaka-pengertian-
persepsi. Diakses 25 Januari 2011.
Rukmana, R. 1994. Kangkung. Kanisius, Yogyakarta.
19

Sofia. 2007. Fitokelatin. http://kamriantiramli.wordpress.com/2011/05/23/fitokelatin.
diakses 24 September 2011.
Suharsih. 2010. Pengaruh Derajat Deasetilasi Kitosan Terhadap Kadar Plumbum/Pb
Darah dan Aktivitas Enzim Delta Aminolevulinic Acid Dehydratase (
ALAD) Mencit Albino (Mus musculus L) Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatra Utara, Medan.
Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No.
03725/B/SK/VII/89 Tentang Batas Maksimum Cemaran Logam dalam
Makanan. http:// www.google.co.id. Diakses 24 Februari 2011
Surani, R. 2002. Analisis Timbal dan Kadmium Dalam Sampel Daun Tembakau Secara
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Setelah Ekstraksi Logam Dengan
Ditizone. Fakkultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta.
Umar, H. 2007. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Grafindo Persada,
Jakarta.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu lintas dan
Angkutan Jalan. http://www.google.co.id/ . Diakses 24 Februari 2011
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Ligkungan Hidup. Citra Umbara, Bandung.
Walgito, B. 2002. Psikologi Sosial. Andi, Yogyakarta.
Widaningrum., Miskiyah dan Suismono. 2007. Bahaya Kontaminasi Logam Berat
Dalam Sayuran dan Alternatif Pencegahan Cemarannya. Teknologi
Pascapanen Pertanian. http://pascapanen.litbang.deptan.go.id Diakses 25
Januari 2011.
Widowati., W. Sastiono., R. Jusup. 2008. Efek Toksik Logam, Pencegahan dan
Penanggulangan Pencemaran. Andi, Yogyakarta.
Young. 2000. Pengertian Persepsi. http://duniaebook.net/tinjauan-pustaka-pengertian-
persepsi. Diakses 25 Januari 2011.

You might also like