This document summarizes a study analyzing the lead (Pb) content in water spinach (Ipomoea aquatic) plants grown in Teluk village, Purwokerto, Indonesia. The study found that water spinach plants grown near a major highway contained average Pb levels of 4.98 ppm, exceeding safe limits of 2.0 ppm. Water spinach grown further from the highway contained lower average Pb levels of 1.11 ppm. Blood tests of people who consumed the local water spinach found Pb contamination levels between 6.0-24.7 mg/dl. A survey found that public perception of Pb contamination in the water spinach was very low, with only 3.6% agreeing it was contaminated
This document summarizes a study analyzing the lead (Pb) content in water spinach (Ipomoea aquatic) plants grown in Teluk village, Purwokerto, Indonesia. The study found that water spinach plants grown near a major highway contained average Pb levels of 4.98 ppm, exceeding safe limits of 2.0 ppm. Water spinach grown further from the highway contained lower average Pb levels of 1.11 ppm. Blood tests of people who consumed the local water spinach found Pb contamination levels between 6.0-24.7 mg/dl. A survey found that public perception of Pb contamination in the water spinach was very low, with only 3.6% agreeing it was contaminated
This document summarizes a study analyzing the lead (Pb) content in water spinach (Ipomoea aquatic) plants grown in Teluk village, Purwokerto, Indonesia. The study found that water spinach plants grown near a major highway contained average Pb levels of 4.98 ppm, exceeding safe limits of 2.0 ppm. Water spinach grown further from the highway contained lower average Pb levels of 1.11 ppm. Blood tests of people who consumed the local water spinach found Pb contamination levels between 6.0-24.7 mg/dl. A survey found that public perception of Pb contamination in the water spinach was very low, with only 3.6% agreeing it was contaminated
ANALISIS Pb PADA TANAMAN KANGKUNG AIR Ipomoea aquatic :
SUATU STUDI KELAYAKAN PANGAN DI KELURAHAN TELUK KECAMATAN PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS
Siti Hidayati, Endang Widyastuti, Hernayanti ABSTRAK SITI HIDAYATI, Environmental Sciences Study Programme Post Graduate Program of Jenderal Soedirman University, Analysis of Pb in kale plant (Ipomoea aquatic): An appropriateness Study of Food in Teluk, South Purwokerto, Banyumas. The first supervisor is Dr. Endang Widyastuti, M.Si, the second supervisor is Dra. Hernayanti, M.Si. The kale plant cultivation in teluk village on Soewatio street R.T. 07 R.W. 03 occupies a land area of 1.5 ha which is managed by several owners and tenants since 1990. The location is right in front of Purwokerto bus station which is the largest bus station in Central Java with an area of 10 ha of land. High activity of vehicles causes air pollution, especially Pb from gasoline-fueled vehicles. Pb which is entered passively and actively through the stomata and roots will accumulate on the kale plant. The kale plant that is consumed by the people resulting in various diseases, since Pb will inhibit the activity of enzymes in the body. The research objective are to determine the Pb content in kale plant, describe the appropriateness of the which is consumed by the people, find out the Pb pollution in blood of the people who consumd it, and to know the people's perception of Pb- contaminated kale plant. The data collection was conducted by surveying the land and the kale plant on some stations are taken random 0, 3, 30 and 300 m from the highway in Teluk. Sampling of kale plant and soil ware conducted compositely. For comparison the kale plants which are planted in areas far from the road (2 km) that is in Bukateja, Purbalingga. Data Perceptions and public health history obtained by questionnaire to 28 people and followed by blood sampling probandus who consumed kale plants based on questionnaire data. From the analysis of Pb content found in the kale plants with average of 4.98 ppm, it exceeds the limit set by the POM No.03725/B/SK/VII/89 and SNI 01-2729.12009, that is 2.0 ppm. Therefore it is inappropriate to be consumd. The kale plants conditions in Bukateja, Purbalingga is located away from highway contain Pb with an average of 1.11 ppm and below a defined limit. Pb contamination in the respondent blood was detected in ranged between 6.0 and 24.7 mg / dl and the respondent has experienced some diseases. Public perception of the contaminated kale palnt was very low at 3.6% who state agree that the kale plants and there is a weak positive relationship between level of education and the perception of society as a whole on teluk. 2
Based on the results found in this study, there are some suggestions as follows: (1) For the government and kale plant farmer to plant Pb-absorbing plant. (2) For the government as policy maker, it is a time to replace vehicle fuel with fuel that is free from Pb. (3) For the competent institution of the Environmental Agency (BLH) to perform monitoring of air quality, especially Pb in a central vehicles location as well as the location of plant cultivation. (4) For the Department of Agriculture should proactively providie information about the sources of Pb and the impact on health. (5) It is advisable to conduct advanced research related to the effects of Pb contamination of crops, so it can become an information for the society.
3
A. PENDAHULUAN Masalah pencemaran lingkungan merupakan masalah bersama yang harus diselesaikan karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan. Semua anggota masyarakat dapat berperan serta dalam menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan, dimulai dari lingkungan yang terkecil, diri sendiri, sampai ke lingkungan yang lebih luas. Masalah lingkungan yang timbul akibat aktivitas manusia adalah pencemaran, pencemaran air, udara ataupun tanah. Semua makhluk hidup memerlukan udara yang bersih untuk melakukan metabolisme, dengan demikian kualitasnya harus dijaga, namun seiring meningktnya aktivitas manusia di berbagai sektor dapat menyebabkan terjadinya perubahan kualitas udara. Berbagai aktivitas manusia yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan kualitas udara berasal dari sektor industri, limbah rumah tangga, pembakaran sampah dan sektor transportasi, tetapi sumber pencemar udara terbesar terutama berasal dari kendaraan bermotor yang masih mengandung Pb (Palar, 2008). Pb digunakan sebagai bahan aditif pada bensin untuk meningkatkan bilangan oktan, agar pembakaran motor lebih sempurna. Pb akan keluar bersama gas buang dan mencemari udara Pb dapat masuk melalui stomata atau akar ke dalam tanaman. Berdasarkan hasil penelitian Widaningrum et al. (2007), tumbuhan yang di tanam di pinggir jalan raya memiliki resiko terpapar Pb yang cukup tinggi. Hasil penelitian Prasojo (1999), di desa Bandungan Ambarawa pada jarak tanam 5 25 m dari sumbu jalan kandungan Pb pada tanaman kubis didapatkan kandungan Pb 4,56 2,21 ppm sedangkan pada jarak tanam 50 100 m, kandungan Pb sebesar 1,78 1,15 ppm. Hal ini menunjukan semakin dekat dengan jarak jalan raya, semakin besar kandungan Pb nya. Berdasarkan kondisi tersebut maka amat penting dilakukan penelitian analisis kandungan Pb pada tanaman kangkung air yang terdapat di Kelurahan Teluk Purwokerto Selatan, termasuk persepsi masyarakat terhadap kangkung yang tercemar Pb. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan Pb yang ada pada tanaman kangkung di Kelurahan Teluk yang terkait dengan kelayakan pangan masyarakat, untuk mengetahui pencemaran Pb pada darah masyarakat yang 4
mengkonsumsi kangkung di Kelurahan Teluk Purwokerto dan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap kangkung yang tercemar Pb.
B. METODE PENELITIAN 1. Lokasi Tempat penelitian ini dilakukan pada kawasan budidaya tanaman kangkung di Kelurahan Teluk Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas. Waktu penelitian dilakukan selama 3 bulan September, Oktober dan November tahun 2011. 2. Metode Pengambilan Sampel Penelitian dilakukan dengan metode survai terhadap tanah dan kangkung pada beberapa stasiun yang diambil secara random yaitu 0, 3 , 30 dan 300 m dari jalan raya di Kelurahan Teluk Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas. Pengambilan sampel kangkung dan tanah dilakukan secara komposit. Sebagai kontrol diuji juga tumbuhan kangkung air yang di tanam di daerah yang jauh dari jalan raya (2 km) yaitu di Desa Bukateja Kecamatan Bukateja Purbalingga. Data Persepsi dan riwayat kesehatan masyarakat diperoleh dengan cara kuesioner sebanyak 28 orqng dan dilanjutkan dengan pengambilan sampel darah probandus yang mengkonsumsi kangkung berdasarkan data kuesioner. 3. Analisis Data Data hasil pengukuran kandungan Pb dalam tanaman kangkung dirata-rata dan untuk mengetahui kelayakan tanaman kangkung setelah uji laboratorium akan dibandingkan dengan batas keamanan dan kelayakan pangan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan dan pengukuran kandungan Pb, pengukuran kadar Pb dalam darah probandus menggunakan tabulasi data dan dipaparkan secara deskriptif. Data riwayat kesehatan dan persepsi masyarakat menggunakan skala likert, untuk pernyataan sering sekali dan sangat setuju skor 4; sering dan setuju skor 3; kadang-kadang dan tidak setuju skor 2; tidak pernah dan sangat tidak setuju skor 1 (Margono, 2007). Data riwayat kesehatan dan persepsi masyarakat ditabulasi dan dipaparkan secara deskriptif. 5
Hubungan persepsi masyarakat dan tingkat pendidikan menggunakan Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga saling berhubungan atau berkorelasi. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui signifikansi hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Chi Square, dengan rumus sebagai berikut (Notoatmodjo, 2005) X 2 = k i 1 h h o f f f 2
Keterangan: X 2 = Nilai chi square hitung f o = frekuensi yang diobservasi f h = frekuensi yang diharapkan Untuk mengetahui arah dan kekuatan hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat digunakan rumus korelasi Pearson Product Moment (Umar, 2007), dengan rumus sebagai berikut : 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n r Keterangan : r = Koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y X = Tingkat pendidikan Y = Persepsi masyarakat n = Jumlah responden Pengkategorian jawaban untuk nilai korelasi adalah sebagai berikut : a) 0,00 s/d 0,20 = Sangat Lemah b) 0,21 s/d 0,40 = Lemah c) 0,41 s/d 0.60 = Cukup d) 0,61 s/d 0,80 = Kuat e) 0,81 s/d 1,00 = Sangat Kuat Untuk mengetahui arah hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat dapat dilihat dari nilai (+) atau (-) dari koefesien korelasi kedua variabel. 6
C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Budidaya tanaman kangkung di Jalan Soewatio di Kelurahan Teluk Rt 07 Rw 03 menempati luas tanah 1,5 ha yang di kelola oleh beberapa pemilik dan penyewa tanah sejak tahun 1990. Lokasi tersebut tepat di depan Terminal Bus Purwokerto yang merupakan terminal penumpang terbesar di Jawa Tengah yang diresmikan tanggal 6 April tahun 2006 dengan luas lahan 10 ha oleh Gubernur Mardiyanto. Terminal tersebut termasuk terminal tipe A yang artinya beraktivitas selama 24 jam dan berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan desa, angkutan kota, antar kota dalam propinsi dan angkutan propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara (Karda, 2010). 2. Kandungan Pb pada tanaman kangkung Kandungan Pb pada tanaman kangkung air Ipomoea aquatic di Kelurahan Teluk Purwokerto Selatan dan Kecamatan Bukateja menunjukan hasil yang berbeda- beda pada setiap lokasi. Rata rata kandungan Pb pada tanaman kangkung dan tanah di kedua lokasi dapat dilihat pada Tabel 1 : Tabel 1 : Kandungan Pb pada tanah dan tanaman kangkung No Keluran Teluk Purwokerto Kecamatan Bukateja Jarak dari jalan raya (m) Kandungan Pb dalam kangkung (ppm) Kandungan Pb dalam Tanah (ppm) Jarak dari jalan raya (m) Kandungan Pb dalam kangkung (ppm) Kandungan Pb dalam Tanah (ppm) 1 2 3 4 0 3 30 300 11,5 2,25 1,9 1,35 18,95 9,1 8,55 2,85 2000 2003 2030 2300 2,2 1 0,9 0,35 9,15 8,75 4,85 3,5 Rata-rata 4,98 9,86 Rata-rata 1,11 6,56 Berdasarkan Tabel 2 kandungan Pb pada tanaman kangkung di Kelurahan Teluk sangat tinggi dengan rata-rata 4,98 ppm dan kandungan tertinggi terletak pada jarak 0 m sebesar 11,5 ppm. Hal ini membuktikan bahwa Kandungan Pb pada tanaman kangkung air Ipomoea aquatic di kelurahan Teluk Purwokerto Selatan melebihi ambang batas yang ditentukan oleh Badan POM No.03725/B/SK/VII/89 dan SNI 01-2729.12009, yaitu sebesar 2 ppm sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Kondisi pada tanaman kangkung di Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga yang terletak jauh dari jalan 7
raya memiliki kandungan Pb dengan rata-rata 1,11 ppm dan berada di bawah ambang batas yang ditetapkan. Kandungan Pb dalam tanah pada lokasi budidaya tanaman kangkung di Kelurahan Teluk rata-rata 9,86 ppm. Kandungan Pb tertinggi terdapat pada jarak 0 m dari jalan raya yaitu sebesar 18,95 ppm dan terendah pada jarak 200 m dari jalan raya yaitu sebesar 2,85 ppm. Kandungan Pb dalam tanah di Kecamatan Bukateja rata-rata 6,563 ppm. Kandungan tertinggi pada jarak 2 km dari jalan raya yaitu sebesar 9,15 ppm dan terendah pada jarak 2,3 km sebesar 3,5 ppm. 3. Pb pada darah responden Hasil wawancara didapatkan responden sering hingga sering sekali mengkonsumsi tanaman kanngkung. Sampel darah responden diperoleh data bahwa semua responden terdeteksi Pb dalam darah berkisar antara 6 dan 25 g/dl. Seperti pada Tabel 2. Tabel 2 : Data kandungan Pb dalam darah responden No Kandungan Pb dalam daarah jumlah 1 2 3 4 5 6 - 9 10 13 14 17 18 21 22 25 18 3 2 4 1 Berdasarkan data tersebut menunjukkan adanya akumulasi Pb dalam darah salah satunya berasal dari kangkung yang di konsumsi responden. Menurut Casas dan Sardo (2008), akibat terjadinya persenyawaan Pb dengan enzim, mengakibatkan enzim inaktif sehingga sintesis darah merah (Hb) terhambat dan menimbulkan anemia. Pb dapat berikatan dengan protein dan asam amino sehingga metabolisme tubuh terganggu. Berdasarkan jawaban hasil kuesioner responden, menyatakan adanya berbagai macam keluhan penyakit, diantaranya influenza, demam, kepala pusing, mual badan lemas, diare, selain itu responden juga mengalami keluhan penyakit leher kaku, nyeri tulang, nyeri dada, konstipasi sulit buang air kecil, sakit pinggang, anemia dan hipertensi seperti pada Tabel 3 : 8
Tabel 3. Keluhan penyakit responden yang mengkonsumsi kangkung No. Data Riwayat Kesehatan Jawaban Responden SS S KK TP Jml % Jml % Jml % Jml % 1 Mengkonsumsi Tanaman Kangkung 11 39.3 17 60.7 0 0.00 0 0.00 2 Menderita Serangan Flu (Batuk, Pilek) 9 32.1 3 10.7 15 53.6 1 3.6 3 Mengalami Demam 1 3.6 9 32.1 16 57.1 2 7.1 4 Menderita Leher Kaku 0 0.00 6 21.4 13 46.4 9 32.1 5 Mengalami Kepala Pusing 1 3.6 9 32.1 7 25.0 11 39.3 6 Menderita Penyakit Nyeri Tulang 0 0.00 3 10.7 5 17.9 20 71.4 7 Menderita Mual 3 10.7 7 25.0 4 14.3 14 50.0 8 Menderita Penyakit Nyeri Dada 0 0.0 0 0.0 6 21.4 22 78.6 9 Menderita Penyakit Diare 0 0.0 3 10.7 7 25.0 18 64.3 10 Menderita Sulit Buang Air Besar/Konstipasi 0 0.0 2 7.1 6 21.4 20 71.4 11 Menderita Sulit Buang Air Kecil 0 0.0 4 14.3 6 21.4 18 64.3 12 Sakit pada Bagian Pinggang 1 3.6 6 21.4 4 14.3 17 60.7 13 Merasakan Badan Selalu Lemas 0 0.00 10 35.7 9 32.1 9 32.1 14 Menderita Anemia/Kurang Darah 0 0.00 4 14.3 7 25.0 17 60.7 15 Menderita Hipertensi 0 0.00 3 10.7 5 17.9 20 71.4 SS = Sangat sering KK = Kadang-kadang S = Sering TP = Tidak pernah Sumber : lampiran 10 Menurut Naria (2005), berbagai keluhan penyakit yang timbul membuktikan bahwa adanya kandungn Pb dalam tubuh yang masuk melalui makanan, seperti di jelaskan pada gambar sebagai berikut :
9
RESPIRASI
INGESTI
Gambar 1: Mekanisme masuknya Pb ke dalam tubuh manusia (Naria, 2005) Pb masuk melalui saluran pernafasan atau saluran pencernaan menuju sistem peredaran darah kemudian menyebar ke berbagai jaringan lain seperti ginjal, hati, otak, saraf dan tulang dan hanya sebagian saja di keluarkan melalui kulit, ginjal dan usus sebagai ekskret manusia. Pada tulang, Pb ditemukan dalam bentuk Pb-fosfat atau Pb3 (PO4)2. Pencegahan akumulasi logam berat pada tubuh manusia dapat dilakukan dengan pemahaman tentang masalah sanitasi yang baik pada masyarakat sehingga cara pengolahan sayuran di tingkat rumah tangga bisa lebih aman dan memenuhi syarat kesehatan. Pada tingkat keluarga, usaha yang dapat dilakukan untuk menghindari bahaya Pb dapat dilakukan antara lain dengan menghindari sumber bahan pangan (terutama sayuran) yang memiliki resiko mengandung Pb, mencuci sayuran dengan baik dan seksama, misalnya dengan menggunakan air yang mengalir . Sayuran juga sebaiknya diblansir, yaitu sayuran diberi pemanasan pendahuluan dalam suhu mendidih pada waktu yang singkat (3-5 menit) yang bertujuan untuk mereduksi cemaran logam berat yang menempel pada permukaan sayur. Hal ini dilakukan sebelum sayuran dikonsumsi atau diolah lebih lanjut (Munarso, 2005). 4. Persepsi masyarakat Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang telah diuji validitas dan reabilitasnya diperoleh jawaban responden yang beragam. Jawaban responden yang ABSORBSI
SALURAN RESPIRASI KERONGKONGAN PARU-PARU OTAK/ JARINGAN PENYIMPANAN SALURAN CERNA DARAH TULANG TINJA USUS BESAR KERINGAT RAMBUT URIN EKSKRES I GINJAL KULIT 10
diperoleh di tabulasi sehingga diketahui prosentase jawaban masyarakat seperti pada Tabel 4. Tabel 4 : Persepsi masyarakat tentang pencemaran Pb pada tanaman kangkung No Pernyataan SS/ % S/% TS/ % STS/ % A. Katagori I (respon masyarakat terhadap pencemaran udara) 1 Asap kendaraan bermotor berbahaya bagi kesehatatan manusia. 78.6
21,4 0,0 0,0 2 Asap kendaraan bermotor mengandung logam berat 28,6 67,9 3,6 0,0 3 Pb terdapat pada asap kendaraan bermotor berbahan bakar bensin. 0,0 10,7 57,1 32,1 4 Pb membahayakan bagi kesehatan manusia. 0,0 10,7 64,3 21,4 5 Pb dapat mencemari udara, tanah dan air. 0,0 14,3 64,3 21,4 B Katagori II (respon masyarakat terhadap keberadaan Pb) 6 Pb dapat masuk ke dalam sayuran yang di tanam di pinggir jalan 0,0 7,1 53,6 39,3 7 Tanaman kangkung yang terdapat dikelurahan Teluk tercemar oleh Pb dari asap kendaraan bermotor. 0,0 21,4 39,3 39,3 8 Saya yakin Pb dapat mengakibatkan Badan lemas dan kepala berkunang-kunang 0,0 10,7 42,9 46,4 9 Saya yakin kangkung yang terkontaminasi Pb dapat mengakibatkan sakit perut 0,0 14,3 28,6 57,1 10 Saya yakin kangkung yang terkontaminasi Pb dapat mengakibatkan sulit buang air besar/ BAB 0,0 10,7 3,6 85,7 11 Kangkung yang berasal dari kelurahan Teluk telah menyebabkan mual dan pusing 0,0 0,0 3,6 96,4 Berdasarkan Tabel 4 menunjukan bahwa seluruh jumlah responden yang mengkonsumsi kangkung pada pernyataan katagori I seluruh responden menyadari bahwa asap kendaraan bermotor membahayakan kesehatan manusia atau 100%, dan 96,5 % setuju asap kendaraan bermotor memiliki kandungan logam berat namun 85,7 % tidak setuju Pb membahayakan bagi kesehatan manusia. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat memiliki pemahaman yang tinggi terhadap pencemaran udara terutama asap kendaraan bermotor, namun masih rendah terhadap bahaya Pb bagi kesehatan manusia. Respon masyarakat untuk katagori II dapat dilihat pada rata-rata jawaban responden berada pada jawaban tidak setuju. Sebanyak 92,9% tidak setuju Pb dapat masuk ke dalam sayuran yang di tanam di pinggir jalan dan 81,3 % tidak setuju Tanaman kangkung yang terdapat dikelurahan Teluk tercemar oleh Pb dari asap 11
kendaraan bermotor. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat tidak menyadari keberadaan dan dampak Pb yang ada di sekitarnya. Berdasarkan pernyataan masyarakat baik katagori I ataupun II secara umum masyarakat mengetahui bahwa asap kendaraan bermotor dapat membahayakan bagi kesehatan, namun pengetahuan masyarakat masih sangat rendah terhadap Pb yang dihasilkan dari asap kendaraan bermotor dan dampaknya bagi kesehatan manusia. Rendahnya pengetahuan tentang Pb dikarenakan tidak adanya upaya pemerintah untuk memberi informasi atau penyuluhan kepada masyarakat tentang sumber-sumber Pb terutama dari sektor transportasi. Hasil kuesioner menunjukan bahwa responden mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda. Sebanyak 28 orang responden masing-masing terdiri dari 10 orang lulusan SD, sekolah menengah terdiri dari SMP 6 orang, SMA 8 orang dan STM 2 orang serta pendidikan tinggi D3 2 orang. Hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan persepsi masyarakat terhadap pencemaran udara dilakukan analisis chi square, dengan bantuan software SPSS 17.0 for Windows didapatkan respon yang berbeda-beda, hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 : Tabel 5. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat terhadap pencemaran udara Persepsi Masyarakat Tentang Pencemaran Udara Total Rendah Sedang Tinggi Tingkat Pendidikan Dasar Jumlah 2 8 10 % dr Total 7.10% 28.60% 35.70% Menengah Jumlah 4 10 2 16 % dr Total 14.30% 35.70% 7.10% 57.10% Tinggi Jumlah 2 2 % dr Total 7.10% 7.10% Total Jumlah 8 18 2 28 % dr Total 28.60% 64.30% 7.10% 100.00% X 2 = 7,078 ; p = 0,132 Berdasarkan data pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat 12
yang memiliki tingkat pendidikan menengah (SMP dan SMA) mempunyai persepsi bahwa pencemaran udara termasuk dalam kategori sedang yaitu 10 orang atau 35,70%. Hubungan antara persepsi masyarakat (p = 0,132) dengan tingkat pendidikan (X 2 = 7,078) dapat dinyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat terhadap pencemaran udara di Kelurahan Teluk Purwokerto Selatan. Arah dan kekuatan hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat terhadap pencemaran udara sebesar -0,186 hal tersebut menunjukkan terdapat hubungan yang negatif dan sangat lemah antara tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat terhadap pencemaran udara di Kelurahan Teluk Purwokerto Selatan. Hubungan tingkat pendidikan dan persepsi masyarakat terhadap keberadaan Pb dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat terhadap keberadaan Pb Persepsi Masyarakat Tentang Keberadaan Pb Total Rendah Sedang Tinggi Tingkat Pendidikan Dasar Jumlah 9 1 10 % dr Total 32.10% 3.60% 35.70 % Menengah Jumlah 9 7 16 % dr Total 32.10% 25.00% 57.10 % Tinggi Jumlah 2 2 % dr Total 7.10% 7.10% Total Jumlah 18 8 2 28 % dr Total 64.30% 28.60% 7.10% 100.00 % X 2 = 31,544 ; p = 0,000 Berdasarkan data pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan dasar (SD) mempunyai persepsi bahwa keberadaan Pb termasuk dalam kategori rendah yaitu 9 orang atau 32,10 %. Hubungan antara persepsi masyarakat (p = 0,000) terhadap keberadaan Pb dengan tingkat pendidikan (X 2 = 31,544) terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat terhadap keberadaan Pb di Kelurahan Teluk Purwokerto Selatan. 13
Arah dan kekuatan hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat terhadap keberadaan Pb sebesar 0,626 hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan kuat antara tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat terhadap keberadaan Pb di Kelurahan Teluk Purwokerto Selatan. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Persepsi Masyarakat Secara Keseluruhan dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat secara keseluruhan Persepsi Masyarakat Total Rendah Sedang Tinggi Tingkat Pendidikan Dasar Jumlah 6 3 1 10 % dr Total 21.40% 10.70% 3.60% 35.70% Menengah Jumlah 8 4 4 16 % dr Total 28.60% 14.30% 14.30% 57.10% Tinggi Jumlah 2 2 % dr Total 7.10% 7.10% Total Jumlah 14 7 7 28 % dr Total 50.00% 25.00% 25.00% 100.00% X 2 = 7,200 ; p = 0,126 Berdasarkan data pada Tabel 7 dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan menengah (SMP dan SMA) mempunyai persepsi secara keseluruhan dalam kategori rendah yaitu 8 orang atau 28,60 %. Hubungan antara persepsi masyarakat (p = 0,126) dengan tingkat pendidikan (X 2 = 7,200) dapat dinyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat terhadap pencemaran udara di Kelurahan Teluk Purwokerto Selatan. Arah dan kekuatan hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat secara keseluruhan sebesar 0,366 hal tersebut menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan lemah antara tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat secara keseluruhan di Kelurahan Teluk Purwokerto Selatan. 14
Lemahnya hubungan tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat dalam menjawab setiap kuesioner yang berhubungan dengan pencemaran udara dan Pb dapat memberi gambaran keadaan masyarakat yang belum mengerti bahkan tidak mengetahui keberadaan Pb, hal ini di sebabkan oleh tidak adanya informasi dari pemerintah khususnya dinas pertanian mengenai sumber-sumber Pb dan dampaknya terhadap kesehatan. Penyuluhan pertanian hanya menyampaikan informasi tentang bibit dan pemupukan serta penggunaan pestisida selama melakukan kegiatan budidaya tanaman kangkung.
D. Kesimpulan dan Saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kandungan Pb dalam tanaman kangkung di Kelurahan Teluk rata-rata 4,98 ppm sehingga tidak layak untuk dkonsumsi karena melebihi batas yang di tetapkan oleh Badan POM No.03725/B/SK/VII/89 dan SNI 7387: 2009 yaitu sebesar 2,0 ppm. 2. Pencemaran Pb dalam darah sudah terdeteksi yaitu berkisar antara 6,0 dan 24,7 g/dl dan responden sudah merasakan berbagai macam keluhan penyakit seperti demam, kepala pusing, mual badan lemas, diare, leher kaku, nyeri tulang, nyeri dada, konstipasi sulit buang air kecil, sakit pinggang, anemia dan hipertensi. 3. Persepsi masyarakat terhadap tanaman kangkung tercemar yaitu sebesar 21,4% dan terdapat hubungan positif dan lemah (0,366) antara tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat secara keseluruhan di Kelurahan Teluk Purwokerto Selatan.
15
B. Saran 1. Bagi pemerintah dan pelaku budidaya tanaman kangkung untuk menanam tanaman penyerap Pb di sepanjang jalan Kelurahan Teluk. 2. Bagi pemerintah selaku pemegang kebijakan untuk ditegakannya regulasi yang mengatur tentang lahan budidaya yang bebas pencemaran udara khususnya Pb. 3. Bagi pemerintah selaku penentu kebijakan sudah saatnya mengganti bahan bakar kendaraan dengan bahan bakar kendaraan bermotor yang bebas Pb. 4. Bagi Instansi yang berkompeten yaitu Badan Lingkungan Hidup (BLH) agar melakukan monitoring tentang kualitas udara khususnya Pb di lokasi pusat padat kendaraan sekaligus lokasi budidaya tanaman. 5. Bagi pemerintah khususnya Dinas Pertanian hendaknya secara proaktif memberikan penyuluhan tentang sumber-sumber Pb dan dampaknya terhadap kesehatan. 6. Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan dampak pencemaran Pb terhadap tanaman budidaya, sehingga dapat menjadi suatu informasi bagi masyarakat.
16
DAFTAR PUSTAKA Aritonang, E. 2005. Lampiran Prosedur Pengambilan Darah Vena. http://www.pdfssearch.com. Diakses 10 April 2011. Asbudi. 2010. Budidaya Tanaman Kangkung Air (online).http:// sbudisalamminds. blogspot.com. Diakses 26 Januari 2011. Bintoro, P dan Nurwantoro. 2009. Pelatihan Keamanan Pangan dalam Keluaraga Mewujudkan Keluarga yang Sehat Melalui Makanan yang Aman Sehat Utuh dan Halal. Makalah disajikan dalam seminar Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang, 20 Mei 2009. Casas, J and Sordo. 2008. Chemistry, Analytical Aspects, Environmental Impact and Healt Effects. University of Miami, Florida. Chahaya, I., S, Dharma dan L, Simanulung. 2005. Kadar Timbal (Pb) dalam Spesimen Darah Tukang Becak Mesin di Kota Pematang Siantar dan Beberapa Faktor Yang Berhubungan. Kedokteran Nusantara 38: 223-229. Clark, F. 1995. Toksikologi Dasar. Universitas Indonesia, Jakarta. Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Universitas Indonesia, Jakarta. Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Universitas Indonesia, Jakarta. Goenarso, D. 2000. Dampak Timbal terhadap Fungsi Organ/Jaringan pada Tubuh Manusia. Makalah disajikan dalam seminar . Fakkultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Tekhnologi Bandung, Bandung. 30 Desember 2004. Gothberg, A. 2008. Metal Fate and Sensitivity in the Aquatic Tropical Vegetable Ipomoea aquatic. Environmental Science 91: 55-76 Hanggar, D. 2010. Effect of Ambient Air Lead (Pb) Located In The Highway on Kidneys Microscopic Appearance and Lead (Pb) Blood Level Of Male Balb/c Mice. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro, Semarang. 17
Hendrasarie, N. 2007. Kajian Efektifitas Tanaman dalam Penyerap Kandungan Pb di Udara. Jurnal Rekayasa Perencanaan 3(2) : 15-30 Karda. 2010. Transportasi Jawa Barat. http://kardady.wordpress.com/2010/04026 terminal-penumpang-dan-sistem-jaringan-angkutan-umum. Diakses 20 Oktober 2011. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP. 35 /MENLH/10/1993 tentang: Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor. www.bi.go.id/NR/rdonlyres/C7402D01-A030.../uu_bi_1099.pdf. Diakses 6 Februari 2010. Keputusan Menteri Industri dan Perdagangan Nomor 15/mpp/kep/2/1998 tentang: Sembilan Jenis Kebutuhan Pokok. www.anneahira.com/bisnis-sembako.htm. Diakses 6 Februari 2010. Kohar, I. 2005. Studi Kandungan Logam Pb dalam Batang dan Daun Kangkung (Ipomoea reptans) yang Direbus dengan Penambahan NaCl dan Asam Asetat. Makara Sains 3(12): 85 88 KPBB/ Komite Penghapusan Bensin Bertimbal. 2005. Hasil Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 10 Kota Besar di Indonesia. http://www.kpbb.org. Diakses 6 Februari 2010. Krench, D dan R. Crutchfield. 2010. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Persepsi http://miklotof.wordpress.com/2010/07/30/faktor-faktor-yang- mempengaruhi-terbentuknya-persepsi. Diakses 24 Oktober 2011. Kvesitdze, G., G. Khatisashvili., T. Sadunishuili and J. Ramsden. 2006. Biochemical Mechanist of Detoxification in Higher Plants (Basis of Phytoremediation). Contaminant in the Environmental 61 (66): 171-185 Liani. 2004. Fitokelatin pada Tumbuhan. http://kamriantiramli.wordpress.com. Diakses 24 September 2011. Mahir, A., R. Khairiah., N. Asyikin., S. Andayani., W. Athirah., Maimon dan Aminah. 2008. Pemodelan dan Analisis Data Penyerapan Logam Berat oleh Sayuran Berdaun Terpilih. Sains Malaysiana 37 (4): 351-356. Margono, S. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. PT. Rineka Cipta, Jakarta. 18
Munarso. 2005. Mengatasi Cemaran Logam pada Sayuran. http://www. ac.id/bioscientic. Diakses 24 September 2011. Naria, E. 2005. Dampak Bahan Pencemar Timbal (Pb) di Lingkungan Terhadap Kesehatan. Jurnal Komunikasi Penelitian 17 (4): 66-72 Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Nuraini, D. 2008. Pencemaran Udara Oleh Timbal (Pb) Serta Penanggulangannya. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatra Utara, Medan. Ormrod. 1994. Pencemaran Udara. http://Repository.upi.edu/operator/upload/s_bio. Diakses 24 September 2011. Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Palar, H . 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004, Tentang Keamanan Mutu dan Gizi Pangan. Citra Umbara, Bandung. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999, Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Citra Umbara, Bandung. Prabu, P. 2009. Aspek Klimatologi Pencemaran Udara dan Kesehatan Lingkungan. http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/02/aspek-klimatologi-pencemaran- udara. Diakses 28 September 2011. Prasojo. 1999. Studi Tentang Hubungan Jarak Tanam Dengan Sumbu Jalan terhadap Kadar Pb pada Tanaman Kubis (Brassiea oleracea Var.sylvestris) di Desa Bandungan Kecamatan Ambarawa Kabupaten DATI II Semarang. Fakultas Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang. Rahman. A. 2006. Kandungan Logam Berat (Pb) dan Kadmium (Cd) pada Beberapa Jenis Krustasea di Pantai Batakan dan Takisung Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan 93-101. http://www.unlam.ac.id/bioscientic. Diakses 25 Januari 2011. Ruch. 1998. Pengertian Persepsi. http://duniaebook.net/tinjauan-pustaka-pengertian- persepsi. Diakses 25 Januari 2011. Rukmana, R. 1994. Kangkung. Kanisius, Yogyakarta. 19
Sofia. 2007. Fitokelatin. http://kamriantiramli.wordpress.com/2011/05/23/fitokelatin. diakses 24 September 2011. Suharsih. 2010. Pengaruh Derajat Deasetilasi Kitosan Terhadap Kadar Plumbum/Pb Darah dan Aktivitas Enzim Delta Aminolevulinic Acid Dehydratase ( ALAD) Mencit Albino (Mus musculus L) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatra Utara, Medan. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No. 03725/B/SK/VII/89 Tentang Batas Maksimum Cemaran Logam dalam Makanan. http:// www.google.co.id. Diakses 24 Februari 2011 Surani, R. 2002. Analisis Timbal dan Kadmium Dalam Sampel Daun Tembakau Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Setelah Ekstraksi Logam Dengan Ditizone. Fakkultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Umar, H. 2007. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Grafindo Persada, Jakarta. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan. http://www.google.co.id/ . Diakses 24 Februari 2011 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ligkungan Hidup. Citra Umbara, Bandung. Walgito, B. 2002. Psikologi Sosial. Andi, Yogyakarta. Widaningrum., Miskiyah dan Suismono. 2007. Bahaya Kontaminasi Logam Berat Dalam Sayuran dan Alternatif Pencegahan Cemarannya. Teknologi Pascapanen Pertanian. http://pascapanen.litbang.deptan.go.id Diakses 25 Januari 2011. Widowati., W. Sastiono., R. Jusup. 2008. Efek Toksik Logam, Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Andi, Yogyakarta. Young. 2000. Pengertian Persepsi. http://duniaebook.net/tinjauan-pustaka-pengertian- persepsi. Diakses 25 Januari 2011.