You are on page 1of 77

EVALUASI KORO BENGUK (Mucuna pruprirens) SEBAGAI TANAMAN

REVEGETASI PASCA PENAMBANGAN BATUBARA


KALIMANTAN TIMUR

OLEH:
SAKTI PC PANDIANGAN
A24103010

PROGRAM STUDI ILMU TANAH S-1


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
EVALUASI KORO BENGUK (Mucuna pruprirens) SEBAGAI
REVEGETASI TANAMAN PASCA PENAMBANGAN BATUBARA
KALIMANTAN TIMUR

OLEH
SAKTI PC PANDIANGAN
A24103010

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA PERTANIAN
Pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI ILMU TANAH S-1


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
SUMMARY

SAKTI PC PANDIANGAN. The Evaluation of Mucuna pruprirens As The


Revegetation Plant After The Coal Mining in East Borneo (Under supervision of
ASTIANA SASTIONO and SYAIFUL ANWAR).

One of factors that caused the successful of land reclamation after coal
mining is the choosing right vegetation that suitable to the local ecology and other
soil conditions in repairing the quality of the land. Mucuna pruprirens is a cover
crop plant that capable to live in the ex-coal mining land.
The planting of Mucuna pruprirens in disposal C1 (have been reclamated
yet) and disposal P (have been 5 years reclamated) was done to evaluated the
growth, nutrient absorbtion, and several chemical soil properties (pH, KTK, C-
Organik). This research used descriptive analysis by comparing the data each
parameter both the two disposals, there were 6 treatments which included control,
green nature fertilizer addition of NPK 50kg/ha and TSP 25kg/ha, animal`s flush
fertilizer addition of NPK 50kg/ha and TSP 25kg/ha, dolomite 100kg/ha addition
of NPK 50kg/ha and TSP 25kg/ha, dolomite 150kg/ha addition of NPK 50kg/ha
and TSP 50kg/ha and, dolomite 200kg/ha addition of NPK 50kg/ha and TSP
50kg/ha with three replications. The research was done in ex-coal mining Site
Binungan Operation PT Berau Coal East Borneo. Soil analysis were done in Soil
Chemical Laboratorium of Mulawarman University and Bogor Agricultural
University.
The result of the research indicated by giving lime have better growth
compared with by giving of green nature fertilizer and animal`s flush fertilizer,
increasing of P from 25kg/ha to 50kg/ha was not influenze significantly,
increasing of dolomit from 100kg/ha to 150kg/ha and 200kg/ha was not influenze
significantly and in common treatment, except the control was influenze
significantly better to the growth of the plant, absorbing N P K Ca Fe Mn,
chemicals (pH, KTK, C-organic).
RINGKASAN

SAKTI PC PANDIANGAN. Evaluasi Koro Benguk (Mucuna pruprirens)


Sebagai Tanaman Revegetasi Pasca Penambangan Batubara Kalimantan Timur
(Dibawah bimbingan ASTIANA SASTIONO dan SYAIFUL ANWAR).

Salah satu faktor yang menyebabkan keberhasilan reklamasi lahan pasca


penambangan batubara adalah pemilihan jenis vegetasi yang tepat sehingga efektif
dan efisien sesuai dengan kondisi ekologi setempat dalam memperbaiki kualitas
tanah pasca penambangan. Tanaman Koro Benguk (Mucuna pruprirens)
merupakan tanaman cover crop yang dapat tumbuh dilahan bekas penambangan
batubara. Tanaman ini dapat menaikan pH tanah, meningkatkan ketersediaan N
dalam tanah dan sebagai tanaman konservasi yang dapat mengurangi erosi tanah.
Penanaman koro benguk yang dilakukan pada disposal C1 (baru
direklamasi) dan Disposal P ( baru lima 5 tahun direklamasi) bertujuan untuk
mengevaluasi pertumbuhan, tanaman Koro Benguk (Mucuna pruprirens), serapan
hara dan membandingkan sifat-sifat kimia (pH, KTK, C-Organik) pada kedua
disposal tersebut. Penelitian menggunakan analisis secara deskriptif dengan
membandingkan data setiap parameter antar perlakuan pada kedua disposal
tersebut dengan 6 perlakuan yaitu Kontrol, Kompos NPK 50kg/ha dan TSP
25kg/ha, Pupuk Kandang NPK 50kg/ha dan TSP 25kg/ha, Kapur 100kg/ha pupuk
NPK 50kg, TSP 25kg, kapur 150kg/ha NPK 50kg/ha TSP 50kg/ha dan kapur
200kg/ha NPK 50kg/ha TSP 50kg/ha, sebanyak 3 kali ulangan. Penelitian ini
dilakukan di areal pasca penambangan Site Binungan operation PT Berau Coal
Kalimantan Timur. Untuk analisis tanah dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah
Universitas Mulawarman dan Laboratorium Kesuburan Tanah Insitut Pertanian
Bogor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kapur memberikan
pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian kompos dan pupuk
kandang, peningkatan dosis P dari 25kg/ha menjadi 50kg/ha tidak berpengaruh
nyata, peningkatan dosis kapur dari 100kg/ha menjadi 150kg/ha dan 200kg/ha
tidak berpengaruh nyata. Secara umum semua perlakuan, kecuali kontrol
berpengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, serapan hara N P K
Ca Mg Fe Mn, sifat-sifat kimia (pH, KTK, C-Organik).
Judul Penelitian : Evaluasi Koro Benguk (Mucuna pruprirens) Sebagai
Tanaman Revegetasi Pasca Penambangan Batubara
Kalimantan Timur
Nama Mahasiswa : Sakti PC Pandiangan

Nomor Pokok : A24103010

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Astiana Sastiono, MSc. Dr. Ir. Syaiful Anwar, MSc.
NIP. 130 779 513 NIP. 131 667 777

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie M. Agr.


NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus :
SUMMARY

SAKTI PC PANDIANGAN. The Evaluation of Mucuna pruprirens As The


Revegetation Plant After The Coal Mining in East Borneo (Under supervision of
ASTIANA SASTIONO and SYAIFUL ANWAR).

One of factors that caused the successful of land reclamation after coal
mining is the choosing right vegetation that suitable to the local ecology and other
soil conditions in repairing the quality of the land. Mucuna pruprirens is a cover
crop plant that capable to live in the ex-coal mining land.
The planting of Mucuna pruprirens in disposal C1 (have been reclamated
yet) and disposal P (have been 5 years reclamated) was done to evaluated the
growth, nutrient absorbtion, and several chemical soil properties (pH, KTK, C-
Organik). This research used descriptive analysis by comparing the data each
parameter both the two disposals, there were 6 treatments which included control,
green nature fertilizer addition of NPK 50kg/ha and TSP 25kg/ha, animal`s flush
fertilizer addition of NPK 50kg/ha and TSP 25kg/ha, dolomite 100kg/ha addition
of NPK 50kg/ha and TSP 25kg/ha, dolomite 150kg/ha addition of NPK 50kg/ha
and TSP 50kg/ha and, dolomite 200kg/ha addition of NPK 50kg/ha and TSP
50kg/ha with three replications. The research was done in ex-coal mining Site
Binungan Operation PT Berau Coal East Borneo. Soil analysis were done in Soil
Chemical Laboratorium of Mulawarman University and Bogor Agricultural
University.
The result of the research indicated by giving lime have better growth
compared with by giving of green nature fertilizer and animal`s flush fertilizer,
increasing of P from 25kg/ha to 50kg/ha was not influenze significantly,
increasing of dolomit from 100kg/ha to 150kg/ha and 200kg/ha was not influenze
significantly and in common treatment, except the control was influenze
significantly better to the growth of the plant, absorbing N P K Ca Fe Mn,
chemicals (pH, KTK, C-organic).
RINGKASAN

SAKTI PC PANDIANGAN. Evaluasi Koro Benguk (Mucuna pruprirens)


Sebagai Tanaman Revegetasi Pasca Penambangan Batubara Kalimantan Timur
(Dibawah bimbingan ASTIANA SASTIONO dan SYAIFUL ANWAR).

Salah satu faktor yang menyebabkan keberhasilan reklamasi lahan pasca


penambangan batubara adalah pemilihan jenis vegetasi yang tepat sehingga efektif
dan efisien sesuai dengan kondisi ekologi setempat dalam memperbaiki kualitas
tanah pasca penambangan. Tanaman Koro Benguk (Mucuna pruprirens)
merupakan tanaman cover crop yang dapat tumbuh dilahan bekas penambangan
batubara. Tanaman ini dapat menaikan pH tanah, meningkatkan ketersediaan N
dalam tanah dan sebagai tanaman konservasi yang dapat mengurangi erosi tanah.
Penanaman koro benguk yang dilakukan pada disposal C1 (baru
direklamasi) dan Disposal P ( baru lima 5 tahun direklamasi) bertujuan untuk
mengevaluasi pertumbuhan, tanaman Koro Benguk (Mucuna pruprirens), serapan
hara dan membandingkan sifat-sifat kimia (pH, KTK, C-Organik) pada kedua
disposal tersebut. Penelitian menggunakan analisis secara deskriptif dengan
membandingkan data setiap parameter antar perlakuan pada kedua disposal
tersebut dengan 6 perlakuan yaitu Kontrol, Kompos NPK 50kg/ha dan TSP
25kg/ha, Pupuk Kandang NPK 50kg/ha dan TSP 25kg/ha, Kapur 100kg/ha pupuk
NPK 50kg, TSP 25kg, kapur 150kg/ha NPK 50kg/ha TSP 50kg/ha dan kapur
200kg/ha NPK 50kg/ha TSP 50kg/ha, sebanyak 3 kali ulangan. Penelitian ini
dilakukan di areal pasca penambangan Site Binungan operation PT Berau Coal
Kalimantan Timur. Untuk analisis tanah dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah
Universitas Mulawarman dan Laboratorium Kesuburan Tanah Insitut Pertanian
Bogor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kapur memberikan
pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian kompos dan pupuk
kandang, peningkatan dosis P dari 25kg/ha menjadi 50kg/ha tidak berpengaruh
nyata, peningkatan dosis kapur dari 100kg/ha menjadi 150kg/ha dan 200kg/ha
tidak berpengaruh nyata. Secara umum semua perlakuan, kecuali kontrol
berpengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, serapan hara N P K
Ca Mg Fe Mn, sifat-sifat kimia (pH, KTK, C-Organik).
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi


Sumatra Utara pada tanggal 01 Oktober 1984 dari Ibu yang bernama R br.
Simanjuntak dan Ayah bernama Drs. J. Pandiangan. Penulis merupakan anak
kelima dari lima bersaudara
Jenjang pendidikan penulis dimulai pada tahun 1991 di Sekolah Dasar RK
II Lubuk Pakam dan lulus tahun 1997, kemudian dilanjutkan ke Sekolah
Menengah Pertama Negeri II Lubuk Pakam. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan
ke Sekolah Menengah Umum I Lubuk Pakam dan lulus pada tahun 2003. Pada
tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa di Departemen Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian Bogor melalui Ujian Seleksi Masuk
IPB (USMI).
Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis berkesempatan menjadi
Koordinator PSDM Biro Lingkungan Hidup Azimuth-IPB, Anggota Diklat Biro
Lingkungan Hidup Azimuth-IPB, Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian IPB, Anggota Organisasi Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia
(GMKI), Anggota Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB.
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan Karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini
disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh penulis guna
memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Penulis menyadari penyelesaian skripsi yang berjudul “Evaluasi Koro
Benguk (Mucuna pruprirens) Sebagai Tanaman Revegetasi Pasca Penambangan
Batubara Kalimantan Timur” ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah memberikan masukan, dukungan dan semangat, baik selama penelitian
maupun dalam penulis skripsi. Pada kesempatan ini saya mau mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Bob Kamandanu, selaku Presiden Direktur PT Berau Coal atas
kesempatan untuk melaksanakan penelitian ini.
2. Ibu Dr. Ir. Astiana Sastiono, MSc. dan Dr. Ir. Syaiful Anwar, MSc. sebagai
Dosen Pembimbing.
3. Bapak Totok Mulyono, General Maneger Operation PT.Berau Coal
4. Bapak Arief Wiedhartono, Kepala Teknik Tambang dan Technical Service
dan Planning Manager PT.Berau Coal
5. Bapak Ahadi Zahril, selaku Environmental Supt. PT Berau Coal
6. Bapak Yosi Arimawan, selaku Koordinator Binungan Mine Operation
Superintendent, PT Berau Coal
7. Bapak Yonie, Bapak Hardi, Bapak Agung, Bapak Wandi, Bapak Boydo,
Bapak Nanang, Bapak Topan dan seluruh staf TSP Binungan.
8. Bapak Saridi dan Bapak Iwan Widiatmoko, selaku pembimbing lapangan
9. Bapak Budi Hermawan, Ibu Heni, Bapak Edy Sudayat, Bapak Adji Budi
Alfianoer, dan Bapak Maman
10. Bapak Teguh, Bapak Muhari, Bapak Supeno, Bapak Harapan Pakpahan,
Bapak Supian dan seluruh Surveyor di Mine Survey Binungan.
11. Bapak Galih dan seluruh staf Geologi di Mine Geologi Binungan
12. Bapak Haryadi, Bapak Ian, Bapak Amir, Bapak Syahril dan seluruh staf GA
di Mine GA Binungan.
13. Mas Mudji, Misdi, Hendra, Handoko, dan seluruh tim kantin Patra
Binungan.
14. Bapak Hendri, Bapak Afik, dan seluruh staf CPP Binungan.
15. Bapak Bima Koperasi Binungan
16. Bapak S.Widodo, Doddy Satria, dan semua staf di HRD
17. Ayahanda (Drs. J. Pandiangan) dan Ibunda (R. br Simanjuntak)
18. Polo, Partai, Nanang, Yulius, Wito, Zamhari, Jamir, Bapak Abas, Bapak
Taher, dan semua anggota dimess baik harian maupun borongan
19. Seluruh staf EHS yang tak dapat disebutkan satu persatu
20. Seluruh Keluargaku atas semangat,dan dorongan yang telah diberikan
kepadaku
21. Seluruh staf Laboratorium Tanah yang telah memberikan arahan selama
pelaksanaan penelitian ini.
22. Rekan-rekan Tanah 40, Agus, Rizal, Dipo, Anto, Ardi, Candra, Iqwal,
Masbow, Eko, Tocil, Jatmiko dan teman-teman lainya atas segala sikap dan
dukungannya.
23. Rekan-rekan Azhimut semua.

Saya ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah
membantu saya baik dalam kegiatan saya, maupun dalam penyusunan skripsi ini.
Saya juga mengucapkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya jika selama
kegiatan saya melakukan kesalahan dan juga dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga skripsi saya ini dapat membantu kegiatan di PT Berau Coal dan
bermanfaat bagi semua orang yang membutuhkan, Amin.

Bogor, Februari 2008

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL .................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................ vi

PENDAHULUAN..................................................................................... 1

Latar Belakang ........................................................................................... 1


Tujuan ................................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3


Hubungan Kegiatan Pertambangan dengan Kerusakan Tanah.............. 3
Metode Penambangan Batubara di Indonesia ....................................... 5
Reklamasi Tanah Bekas Tambang ........................................................ 6
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan PT Berau Coal ................... 7
Budidaya Koro Benguk (Mucuna pruprirens) ...................................... 7
Pengolahan Tanah .......................................................................... 7
Benih .............................................................................................. 8
Penanaman ..................................................................................... 8
Waktu Tanam ................................................................................. 8
Cara Tanam dan Jarak Tanam........................................................ 8
Pemupukan..................................................................................... 8
Pemeliharaan ..................................................................................

METODE PENELITIAN ........................................................................ 10


Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 10
Bahan dan Alat..................................................................................... 10
Metode Penelitian ................................................................................ 11
Pengambilan Contoh Tanah di Lapang ................................................ 11
Analisis Laboratorium.......................................................................... 11
Perlakuan.............................................................................................. 11
Analisis data ......................................................................................... 12
Kegiatan di Lapang .............................................................................. 12
Persiapan Lahan ............................................................................. 12
Penanaman ..................................................................................... 14
Pemeliharaan .................................................................................. 14
Pengamatan .................................................................................... 14

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN........................................ 15


Lokasi ................................................................................................... 15
Kondisi Geologi ................................................................................... 16
Iklim dan Curah Hujan......................................................................... 16
Sistem Hidrologi .................................................................................. 17
Sistem Hidrogeologi ............................................................................ 17
Keadaan Vegetasi................................................................................. 18

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 19


Area Disposal C1 ................................................................................. 19
A. Pertumbuhan Tinggi Tanaman ................................................ 19
B. Kadar Hara Tanaman............................................................... 20
B 1. Kadar Hara N, P, K (%) ................................................. 20
B 2. Kadar Hara Ca dan Mg (%) ........................................... 21
B 3. Kadar Hara Fe dan Mn (ppm) ........................................ 22
C. Sifat-Sifat Kimia Tanah (pH, KTK, C-Organik)...................... 24
C 1. Reaksi Tanah (pH) ......................................................... 24
C 2. Kapasitas Tukar Kation (KTK)...................................... 26
C 3. C-Organik ...................................................................... 28
Area Disposal P.................................................................................... 29
A. Pertumbuhan Tinggi Tanaman.................................................. 29
B. Kadar Hara Tanaman ................................................................ 30
B 1. Kadar Hara N, P, K (%) ................................................ 30
B 2. Kadar Hara Ca dan Mg (%) .......................................... 32
B 3. Kadar Hara Fe dan Mn (ppm) ....................................... 33
C. Sifat-Sifat Kimia Tanah (pH, KTK, C-Organik) ...................... 34
C 1. Reaksi Tanah (pH) ......................................................... 34
C 2. Kapasitas Tukar Kation (KTK)...................................... 36
C 3. C-Organik ...................................................................... 38
Perbandingan Hasil Disposal C1 dengan Disposal P ......................... 39
A. Pertumbuhan Tinggi Tanaman.................................................. 39
B. Serapan Kadar Hara .................................................................. 40
B 1. Kadar Hara N P K .......................................................... 40
B 2. Kadar Hara Ca dan Mg .................................................. 41
B 3. Kadar Hara Fe dan Mn................................................... 42
C. Sifat-sifat Kimia ........................................................................ 43
C 1. Reaksi tanah (pH) ............................................................ 43
C 2. KTK tanah ....................................................................... 43
C 3. C-Organik ........................................................................ 44

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 46


Kesimpulan ................................................................................................ 46

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 47


LAMPIRAN.............................................................................................. 49
DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman


1. Perbandingan Tinggi Tanaman pada Disposal C1
dan P Umur 8 MST (Minggu Setelah Tanaman)......................... 40

2. Perbandingan Serapan Hara N P K (%) pada


Disposal C1 dan P....................................................................... 41

3. Perbandingan Serapan Hara Ca dan Mg pada


Disposal C1 dan P....................................................................... 41

4. Perbandingan Serapan Hara Fe dan Mn pada


Disposal C1 dan P....................................................................... 42

5. Perbandingan Reaksi tanah (pH) pada


Disposal C1 dan P....................................................................... 43

6. Perbandingan KTK tanah (me/100g) pada


Disposal C1 dan P...................................................................... 44

7. Perbandingan C-Organik (%) pada Disposal C1 dan P.... 44

Lampiran

1. Data Hasil Pertumbuhan Tinggi 4, 6, dan 8 MST Setelah


Perlakuan Pada Disposal C1........................................................ 50

2. Data Hasil Analisis Kadar Hara N P K (%) Setelah


Perlakuan Pada Disposal C1........................................................ 54

3. Data Hasil Analisis Kadar Hara Ca dan Mg (%) Setelah


Perlakuan Pada Disposal C1........................................................ 54

4. Data Hasil Analisis Kadar Hara Fe dan Mn (ppm) Setelah


Perlakuan Pada Disposal C1........................................................ 54

5. Data Hasil Analisis pH tanah Sebelum dan Setelah


Perlakuan Pada Disposal C1........................................................ 52

6. Data Hasil Analisis KTK (me/100g) tanah Sebelum dan


Setelah Perlakuan Pada Disposal C1........................................... 52

7. Data Hasil Analisis C-Organik (%) tanah Sebelum dan


Setelah Perlakuan Pada Disposal C1........................................... 52

8. Data Hasil Pertumbuhan Tinggi 4, 6, 8 MST Setelah


Perlakuan Pada Disposal P.......................................................... 51

9. Data Hasil Analisis Kadar Hara N P K (%) Setelah


Perlakuan Pada Disposal P........................................................... 54

10. Data Hasil Analisis Kadar Hara Ca dan Mg (%) Setelah


Perlakuan Pada Disposal P........................................................... 54

11. Data Hasil Analisis Kadar Hara Fe dan Mn (ppm) Setelah


Perlakuan Pada Disposal P........................................................... 54

12. Data Hasil Analisis pH tanah Sebelum dan Setelah


Perlakuan Pada Disposal P........................................................... 53

13. Data Hasil Analisis KTK (me/100g) tanah Sebelum dan


Setelah Perlakuan Pada Disposal P............................................... 53

14. Data Hasil Analisis C-Organik (%) tanah Sebelum dan


Setelah Perlakuan Pada Disposal P................................................ 53
DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman


1. Denah Perlakuan Pada Disposal P...................................... 13

2. Denah Perlakuan Pada Disposal C1.................................... 13

3. Peta Konsesi Kerja PT. Berau Coal.................................... 16


4. Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan Binungan.............. 17

5. Rata-rata Pertumbuhan Tinggi Tanaman pada


umur 4, 6, dan 8 MST pada Disposal C1 ………………… 19
6. Perbandingan Nilai Kadar Hara N P K (%)
Setelah Perlakuan Pada Disposal C1 ……………………. 22
7. Perbandingan Nilai Kadar Hara Ca dan Mg (%)
Setelah Perlakuan pada Disposal C1…………………….. 20
8. Perbandingan Nilai Kadar Hara Fe dan Mn (ppm)
Setelah Perlakuan Pada Disposal C1(A) ………………… 23
9. Perubahan Nilai pH tanah Sebelum dan
Sesudah Perlakuan Pada Disposal C1…………………… 25
10. Perubahan Nilai KTK (me/100g) tanah Sebelum dan
Sesudah Perlakuan Pada Disposal C1…………................. 27
11. Perubahan Nilai C-Organik (%) tanah Sebelum
dan Sesudah Perlakuan Pada Disposal C1…………............ 28

12. Rata-rata Pertumbuhan Tinggi Tanaman pada


Umur 4, 6, dan 8 MST pada Disposal P............................... 30

13. Perbandingan Nilai Kadar Hara N P K (%)


Setelah Perlakuan Pada Disposal P....................................... 31

14. Perbandingan Nilai Kadar Hara Ca dan Mg (%)


Setelah Perlakuan Pada Disposal P....................................... 32

15. Perbandingan Nilai Kadar Hara Fe dan Mn (ppm)


Setelah Perlakuan Pada Disposal P........................................ 33

16. Perubahan Nilai pH tanah Sebelum dan


Sesudah Perlakuan Pada Disposal P....................................... 35
17. Perubahan Nilai KTK (me/100g) tanah Sebelum dan
Sesudah Perlakuan Pada Disposal P.................................... 37

18. Perubahan Nilai C-Organik (%) tanah Sebelum dan


Sesudah Perlakuan Pada Disposal P...................................... 38

Lampiran
1. Tanaman koro benguk umur 2 minggu Disposal P.............. 52
2. Tanaman koro benguk umur 2 minggu Disposal C1............ 52
3. Tanaman koro benguk umur 1 bulan Disposal P.................. 52
4. Tanaman koro benguk umur 1bulan Disposal C1................. 53
5. Tanaman Koro Benguk Umur 2 Bulan Disposal P.............. 53
6. Tanama Koro Benguk Umur 2 Bulan Disposal C1............... 53
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu kegiatan dalam memanfaatkan sumberdaya lahan adalah


pertambangan bahan galian yang hingga saat ini merupakan salah satu sektor
penyumbang devisa negara yang terbesar. Akan tetapi kegiatan pertambangan
apabila tidak dilaksanakan secara tepat dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan terutama gangguan keseimbangan permukaan tanah yang
cukup besar.
Dampak lingkungan kegiatan pertambangan antara lain berupa penurunan
produktivitas tanah, terjadinya erosi dan sedimentasi, pencemaran air, penurunan
muka air tanah, terganggunya flora dan fauna, terganggunya keamanan dan
kesehatan penduduk dan perubahan iklim mikro. Kerusakan tanah akibat
pertambangan harus dilakaukan proses reklamasi.
Pelaksanaan reklamasi harus segera dimulai sesuai dengan Rencana
Tahunan Pengelolaan Lingkungan (RKTL) yang telah disetujui dan harus sudah
selesai pada waktu yang telah ditetapkan. Dalam melaksanakan kegiatan
reklamasi, perusahan pertambangan harus bertanggung jawab sampai kondisi/rona
akhir yang telah disepakati tercapai.
Setiap lokasi pertambangan mempunyai kondisi khusus yang
mempengaruhi pelaksanaan reklamasi. Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan
untuk mem perbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sesuai dengan
tujuannya. Pelaksanaan reklamasi lahan meliputi kegiatan persiapan lahan berupa
pengamanan lahan bekas tambang, teknik revegetasi, pengaturan bentuk lahan,
pengaturan/penempatan lahan tambang dengan kadar rendah yang belum
dimanfaatkan, pengendalian erosi dan sedimentasi, pengelolaan tanah pucuk (top
soil), dan revegetasi dan/atau pemanfaatan lahan bekas tambang untuk tujuan lain.
Revegetasi dilakukan melalui tahapan kegiatan penyusunan rancangan
teknis tanaman, persiapan lapangan, pengadaan bibit/persemaian, pelaksanaan
penanaman dan pemeliharaan tanaman. Pekerjaan teknik revegetasi dapat
meliputi: pola tanam, sistem penanaman, jenis tanaman yang disesuaikan dengan
kondisi setempat, dan cover crop.
Salah satu tanaman untuk kegiatan revegetasi adalah Koro Benguk
(Mucuna pruprirens) merupakan tanaman cover crop yang dapat ditanam dilahan
bekas penambangan batubara disamping itu dapat memperbaiki kualitas tanah
mulai secara fisik, kimia dan biologi. Diantaranya dapat menaikan pH,
meningkatkan ketersediaan N dalam tanah. Buahnya dapat digunakan sebagai
bahan baku pembuatan kecap, tempe touco dan kue-kue.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 2 lokasi, yaitu disposal C1 (baru direklamasi)


dan disposal P (sudah direklamasi 5 tahun). Adapun tujuan penelitian ini adalah
untuk mengevaluasi pertumbuhan tanaman Koro Benguk (Mucuna pruprirens),
serapan hara, dan membandingkan sifat-sifat kimia (pH, KTK, C-Organik) pada
kedua disposal tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan Kegiatan Pertambangan dengan Kerusakan Tanah

Sumber daya alam tanah dan air mudah mengalami kerusakan atau
degradasi. Kerusakan tanah dapat terjadi oleh kehilangan unsur hara dan bahan
organik di daerah perakaran, proses salinisasi, penjenuhan tanah oleh atau air
(waterlogging) dan erosi. Kerusakan tanah oleh satu atau lebih proses tersebut
menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan
atau menghasilkan barang dan jasa (Riquer, 1977 dalam Arsyad, 2000 dan Foth,
1998).
Menurut Barrow (1991) dalam Situmorang (1999) degradasi lahan
didefenisikan sebagai fenomena hilangnya dan berkurangnya manfaat atau potensi
dari suatu lahan. Hilangnya atau berubahnya suatu komposisi flora dan fauna yang
tidak digantikan terjadi pada lahan yang terdegradasi.
Anonymous (1993) dalam Situmorang (1999) menyatakan bahwa ada 2
kategori proses degradasi tanah, yakni (1) berkaitan dengan pemindahan bahan
atau materi tanah (erosi oleh air atau angin) dan (2) menurutnya kondisi tanah
tersebut (proses degradasi beberapa sifat fisik dan kimia)
Menurut Soemarwoto (2003) lingkungan hidup di Indonesia mengalami
degradasi secara terus-menerus. Disamping sebab alamiah kerusakan lingkungan
hidup banyak bersumber pada kelakuan manusia yang tidak ramah lingkungan.
Penggunaan batubara menimbulkan beberapa masalah lingkungan, misalnya
pembakaran batubara menghasilkan zat pencemar oksida belerang, oksida
nitrogen dan abu, oksida belerang dan oksida nitrogen dalam jumlah yang besar
dapat menyebabkan hujan asam yang dapat menaikkan derajat kemasaman air dan
tanah, kenaikan derajat kemasamaan yaitu penurunan pH sampai dibawah nilai
tertentu akan mematikan organisme hidup, abu dalam jumlah yang besar juga
merupakan zat pencemar berbahaya atau paling sedikit menggangu karena
membuat segalanya kotor (Soemarwoto, 1997).
Kerusakan lahan selama ini sering diangkat kepermukaan masyarakat
lebih banyak disebabkan oleh penebangan liar dan kebakaran hutan, dan jarang
sekali diangkat karena pertambangan. Pembukaan lahan ini semata-mata untuk
kepentingan eksplorasi bahan tambang ini sebenarnya lebih parah keadaanya dan
akan lebih banyak memerlukan teknik dan biaya dalam rehabilitasinya (Rustam,
2003).
Penambangan batubara khususnya atau penambahan bahan galian dari
perut bumi seharusnya tidak merusak lingkungan daerah yang ditambang.
Pemanfaatan sumber daya alam harus ditujukan untuk meningkatkan
kesejahteraan umat manusia serta meningkatkan kualitas lingkungan hidup
(Tala’olu et al,1995)
Salah satu limbah tambang menurut Kusnoto dan Kusumodirjo (1995)
dalam Sabtaningrum (2001) adalah lapisan penutup yang digali dan dipindahkan
pada kegiatan pertambangan. Dampak lingkungan akibat kegiatan penambangan
antara lain berupa: (1) penurunan produktivitas tanah, (2) pemadatan tanah, (3)
terjadinya erosi dan sedimentasi, (4) terjadinya gerakan tanah dan longsoran, (5)
terganggunya flora dan fauna, (6) terganggunya keamanan dan kesehatan
penduduk, dan (7) perubahan iklim mikro
Dampak penting yang mungkin timbul pada penambangan batubara pada
tahap pra penambangan adalah terbukanya lahan akibat pembukaan lahan (land
clearing) yang menimbulkan dampak lanjutan seperti berkurangnya daya tahan
lahan terhadap erosi, perubahan karakteristik infiltrasi yang akan mempengaruhi
pengisian (recharge) air tanah, perubahan unsur/komponen neraca air, perubahan
bentuk bentang lahan dan tata guna lahan, serta penurunan kualitas akibat dari
erosi. Pada tahap penambangan dampak penting yang muncul adalah terjadinya
perubahan bentang alam akibat pengupasan atau penggalian tanah pucuk, tanah
penutup dan batubara. Kemungkinan terjadinya air asam tambang jika air
limpasan bereaksi dengan lapisan tanah penutup yang berpotensi membentuk
asam, kemungkinan terjadinya longsoran pada penimbunan tanah penutup baik
diluar areal tambang maupun bekas tambang (Hartanto, 2000).
Metode Penambangan Batubara di Indonesia

Menurut Kartosudjono (1994) dalam Hermansyah (1999) proses


penambangan merupakan salah satu mata rantai dari kegiatan penambangan yang
berfungsi untuk menyediakan bahan baku. Agar penyediaan bahan baku tersebut
dapat terjamin maka kegiatan penambangan harus ditangani secara baik dan
sistematik.
Sistem penambangan batubara pada umumnya di Indonesia adalah sistem
tambang terbuka dengan metode konvensional yang merupakan kombinasi
penggunaan excavator/shovel dan truk. Urutan kegiatannya meliputi: (1)
pembukaan lahan, (2) pengupasan dan penimbunan tanah tertutup, (3)
pengambilan dan pengangkatan batubara serta pengecilan ukuran tanpa proses
pencucian batubara. Sistem penambangan ini belum memungkinkan untuk
dilaksanakan pengisian lubang bekas tambang (back filling) sehingga tanah pucuk
yang terkumpul segera disebarkan pada lahan yang sudah siap direklamasi (brech
final). Apabila brech final belum tersedia, maka tanah pucuk tersebut harus
dikumpulkan keluar batas daerah penimbunan atau diamankan ke tempat
kumpulan tanah pucuk (stock top soil). Kemudian lapisan tanah penutup ditimbun
diluar areal tambang dengan sistem terasering dan recountoring. Pada kaki daerah
penimbunan (waste dump/disposal) dibuat kolam pengendapan (settling pond)
untuk menangkap air larian permukaan dan mengendapkan lumpur yang terangkut
(Anonymous, 2002).
Secara umum metode penambangan terbuka sesuai untuk lokasi batubara
yang dangkal, sedangkan metode penambangan bawah tanah untuk daerah lokasi
batubara yang dalam dan daerah yang subur (Brown, 1990) dalam Ripley, Robert
dan Adele (1996). Metode penambangan yang dilakukan oleh PT Berau Coal
adalah metode tambang terbuka (surface mining). Diantara metode tambang
terbuka yang ada dengan mempertimbangkan kondisi endapan batubara yang akan
ditambang pada beberapa lokasi tambang (pit), maka lebih spesifik dipilih metode
open pit mining dimana digunakan sistem in pit dump dalam pemindahan
overburdennya. Urutan kegiatannya meliputi pembersihan lahan, pemindahan
lapisan bawah tanah, penambangan batubara, pengangkutan batubara, proses
pengghancuran batubara, dan reklamasi.

Reklamasi Tanah Bekas Tambang

Menurut Purnomo et al (1997) dalam rangka memperbaiki dan


meningkatkan produktivitas tanah bekas tambang batubara, dilakukan pemupukan
NPK yang dapat meningkatkan tinggi dan diameter pertumbuhan tanaman Acacia
auriculiformis. Tanaman reklamasi seperti Venveria zizanioides, Peuraria
javanica, Centrosema pubescens, dan Calopogonium mucunoides dapat tumbuh
dan berkembang baik pada tanah timbunan sisa galian penambangan batubara
(Tala’olu et al, 1999).
Menurut Sinukaban (1983) pemberian pupuk buatan atau organik,
pergiliran tanaman dengan tanaman Leguiminosa dan menghindari pembakaran
atau sisa-sisa tanaman adalah cara-cara untuk menghindari dan memulihkan
kerusakan tanah. Untuk memperbaiki sifat kimia, fisik, dan biologi tanah
timbunan diperlukan pengelolaan dan upaya tertentu sehingga areal tanah
timbunan tidak terkesan gersang dan terhindar dari bahaya ancaman erosi
(Tala’olu et al, 1995).
Rustam (2003) menyatakan bahwa penanaman untuk rehabilitasi areal
tambang memerlukan media tanam yang mengutungkan bagi tanaman dan
pemilihan jenis yang benar sesuai keadaan lahan dan keinginan perusahan. Pada
lahan terbuka, biasanya didahului dengan menanam tanaman penutup tanah (cover
crops) yang juga berfungsi sebagai pupuk hijau, sedangkan pada lahan miring
yang dibuat guludan dan teras ditanam tanaman jangkar, dan pada daerah yang
berkaitan dengan penduduk ditanam tanaman buah. Pemilihan jenis tanaman
dalam rehabilitasi tidak lepas dari persyaratan: tanaman harus tumbuh cepat
sehingga bisa penutup tanah dalam waktu yang tidak lama, mempunyai perakaran
yang lebar dan atau dalam, jika ditanam pada daerah yang sering turun hujan
harus mempunyai sifat mudah menguapkan air, sebaliknya untuk daerah kering,
tanaman yang harus dipilih yang mempunyai effisiensi tinggi terhadap air,
tanaman harus bisa dimanfaatkan kemudian hari, artinya mempunyai prospek
ekonomi baik.

Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan PT Berau Coal

Penyajian laporan penelitian ini adalah tentang kegiatan Pengelolaan dan


Pemantauan Lingkungan PT Berau Coal yang berlokasi di Desa Pegat Bukur,
Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau, Propinsi Kalimantan Timur. Laporan
penelitian ini berisikan kegiatan selama waktu 3 bulan, yaitu dari bulan Juni
sampai akhir bulan September 2000.
Pengelolaan lingkungan didaerah penambangan PT Berau Coal selama
kuartal ini terhadap pembersihan lahan, pengupasan dan penimbunan tanah
penutup, sistem penambangan dan penanganan air buangan, pengolahan, sarana
penunjang, dan reklamasi. Pengelolaan lingkungan didaerah pabrik peremukan
batubara meliputi penanganan air buangan dan padatan sedangkan pemantauan
lingkungan dilakukan terhadap kualitas air buangan dan air sungai, erosi tanah,
lereng, tanggul dan daerah timbunan, penghijauan , dan flora dan fauna. Tempat-
tempat pemantauan linkungan meliputi daerah penambangan, disekitar daerah
penambangan, jalur pengangkutan darat, lokasi peremukan dan penimbunan
batubara, dan wilayah penyedian sarana penunjang.

Budidaya Koro Benguk (Mucuna pruprirens)

Teknologi budidaya koro benguk lebih sederhana daripada budidaya


kacang-kacangan (Leguminosa) lainnya. Tanaman Koro Benguk mampu tumbuh
baik dilahan kurang subur bahkan pada lahan yang sangat kritis. Oleh karena itu
budidaya Koro Benguk potensial untuk digunakan sebagai tanaman revegetasi
lahan bekas tambang.

Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dimaksudkan untuk menggemburkan tanah, membuat


bedengan, memudahkan dalam penanaman serta meningkatkan kesuburan tanah.
Disamping itu untuk membuang sisa-sisa tanaman maupun rumput liar yang dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman. Dengan pengolahan tanah maka akar
tanaman akan lebih leluasa menembus pori-pori tanah sehingga dapat mencari
unsur hara yang diperlukan. Sedangkan pada lahan miring seyogyanya tanah tidak
diolah karena jika hujan akan mempercepat erosi.

Benih

Biji atau buah polongnya yang digunakan sebagai benih berasal dari biji
yang sudah tua (masak dipohon) dengan tanda-tanda sebagai berikut:
1. Biji yang sudah tua kulitnya licin dan agak mengkilap serta tidak keriput
2. Pilih biji yang bentuknya normal, utuh jangan terlalu kecil dan jangan
terlalu besar.

Penanaman

Koro Benguk dapat ditanam secara monokultur maupun tumpang sari baik
dilahan pekarangan maupun lahan tegalan. Agar pertumbuhan tananaman optimal
maka pemilihan varietas koro benguk perlu diperhatikan. Sebagai contoh bila
akan ditanam secara tumpang sari maka varietas putih lebih cocok karena
merupakan tanaman perdu, tumbuh tegak dan tidak menjalar sehingga tidak
mengganggu tanaman pokoknya. Sebaliknya varietas blirik, putih, kusam dan
hitam mempunyai sifat menjalar dan memanjat dan sangat cocok sebagai tanaman
konservasi karena cepat menutup tanah dengan sempurna.

Waktu Tanam

Waktu tanam sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan sehingga


pada saat curah hujan tinggi daunnya sudah menutup tanah dan perakarannya
sudah kuat.

Cara Tanam dan Jarak Tanam

Untuk mempercepat perkecambahan biji, sebelum ditanam sebaiknya biji


koro benguk direndam terlebih dulu dalam air selama 12 jam kemudian ditiriskan.
Cara tanam dengan ditugal atau dikoak, kemudian diisi benih 2-3 biji/lubang.
Untuk varietas yang tumbuhnya menjalar atau memanjat maka perlu dibuatkan
ajir atau lanjaran dengan ketinggian 1.5 meter. Jarak tanam koro benguk
tergantung dari pola tanamnya serta kondisi lahan 20cm x 30cm.

Pemupukan

Tanaman koro benguk sebenarnya tidak membutuhkan pupuk, karena


dapat tumbuh sangat baik pada lahan yang kurang subur serta responbilitinya
terhadap pupuk juga rendah. Hanya bila ditanam pada tanah yang sangat kritis,
maka diperlukan pemupukan dengan pupuk TSP sebanyak 25 kg/ha dilakukan
pada saat tanaman masih muda (kurang lebih umur 1 bulan).

Pemeliharaan

Penyulaman dilakukan secepatnya apabila pada awal tanam terlihat biji


yang tidak tumbuh. Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur (1-1.5
bulan)
METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di lokasi tambang BMO (Binungan Mine Operation).


Site Binungan terletak antara koordinat 102o 35’ 02” – 102o 37’ 03” BT dan 03o
53’ 35” – 03o 55’ 37” LU. Daerah Binungan secara administratif terletak di daerah
Tanjung Redeb, Kecamatan Pegat Bukur, Kabupaten Dati II Berau, Propinsi
Kalimantan Timur dapat dilihat pada gambar 3. Penanaman Koro Benguk
(Mucuna prurirens) dilakukan pada dua disposal yaitu: disposal P dan C1 di
lokasi tambang BMO (Binungan Mine Operation).
Disposal P merupakan lahan bekas tambang batubara yang sudah lama
dilepaskan oleh perusahan, dimana disposal P ini dijadikan lahan percobaan
(demplot). Kondisi tanah pada disposal P yaitu mempunyai tekstur lempung liat
berpasir, bahan organik tinggi, pH berkisar antara 4-5, KTK tinggi, KB tinggi, dan
mempunyai topografi yang datar. Lahan pada disposal P sudah dilakukan
beberapa kali penanaman yaitu 4 kali diantaranya tanaman jagung, kacang tanah,
timun,dan semangka.
Sementara disposal C1 merupakan lahan bekas tambang batubara yang
baru dilepaskan oleh perusahan. Kondisi tanah pada disposal C1 yaitu mempunyai
tekstur liat, bahan organik kecil, pH berkisar antara 4-5, KTK rendah, KB rendah,
dan mempunyai topografi yang miring.
Analisis tanah dilakukan pada dua tempat yaitu analisis tanah sebelum
perlakuan dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah Universitas Mulawarman
(UNMUL) Samarinda dan analisis tanah setelah perlakuan dan analisis daun di
Laboratorium Kesuburan Tanah Institut Pertanian Bogor (IPB). Penelitian ini
dilaksanakan dari bulan Februari 2007 sampai dengan Juli 2007.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian adalah benih Koro


Benguk (Mucuna pruprirens) varietas putih, Kompos 6.67 ton/ha, Pupuk Kandang
6.67 ton/ha, Kapur I 6.67 ton/ha, Kapur II 10 ton/ha, Kapur III 13.33 ton/ha, NPK
50kg/ha sebanyak 8.31 kg/ha, TSP 25kg/ha sebanyak 24.67 kg/ha, dan TSP
50kg/ha sebanyak 50 kg/ha. Adapun peralatan yang digunakan adalah ajir, plastik,
karung, cangkul, peralatan pengukuran dilapang alat tulis dan lain-lain.

Metode Penelitian

Pengambilan Contoh Tanah di Lapang

Pengambilan contoh tanah bekas galian dilakukan dilokasi pertambangan.


Pengambilan contoh tanah untuk analisis sifat kimia dilakukan secara komposit
(composit sampling) dengan berat 1 kg untuk masing-masing tempat.

Analisis Laboratorium

Dari sampel tanah yang diambil dilakukan pengukuran atau penetapan


analisis laboratorium yaitu pengukuran atau penatapan analisis kimia: pH H2O (1 :
1) dengan menggunakan Elektoda gelas, Bahan Organik dengan menggunakan
metode Walkley dan Black, KTK dengan menggunakan ekstraksi 1 N NH4OAc
pH 7.0, Kejenuhan Aldd, penetapan Fosfor (P) dengan menggunakan metode Bray-
1, penetapan N-total dengan menggunakan metode Kjeldahl, Kejenuhan Basa
(KB) dengan menggunakan Ekstraksi NH4OAc dari penetapan, KTK. Penetapan
kandungan Ca dan Mg dengan AAS, K dan Na dengan Flamephotometer,
penetapan Kalium (K) dengan menggunakan ekstraksi HCl 25%, penetapan Ca,
Mg, dan Na, dan penetapan Fe, Mn, dan S. Sedangkan penetapan analisis fisik
yaitu penetapan Tekstur (%liat, %debu, %pasir) dengan cara pipet.

Perlakuan

Percobaan yang dilakukan dengan 3 ulangan dan perlakuan terdiri dari 6


yaitu:
ƒ Kontrol (tanpa perlakuan),
ƒ Perlakuan I : Kompos dengan pupuk NPK 50kg/ha dan TSP 25kg/ha
ƒ Perlakuan II : Pupuk Kandang dengan pupuk NPK 50kg/ha dan TSP
50kg/ha.
ƒ Perlakuan III : Kapur 100 kg/ha dengan pupuk NPK 50kg/ha dan TSP
25kg/ha.
ƒ Perlakuan IV : Kapur 150 kg/ha dengan pupuk NPK 50kg/ha dan TSP
50kg/ha.
ƒ Perlakuan V : Kapur 200 kg/ha dengan pupuk NPK 50kg/ha dan TSP
50kg/ha ( hanya di area disposal C1).

Analisis Data

Data yang dihasilkan kemudian dianalisis secara deskriptif dengan


membandingkan data setiap parameter antar perlakuan pada masing-masing
disposal C1 dan disposal P. Kemudian dilakukan perbandingan data pada kedua
disposal tersebut.

Kegiatan di Lapang

Persiapan Lahan

Lahan percobaan diolah terlebih dahulu, selanjutnya dibuat plot perlakuan


sebanyak 6 yaitu Kontrol (tanpa perlakuan), Perlakuan I (Kompos dengan
pemberian pupuk NPK 50kg/ha dan TSP 25kg/ha), Perlakuan II (Pupuk Kandang
dengan pemberian pupuk NPK 50kg/ha dan TSP 50kg/ha), Perlakuan III (Kapur
100kg/ha dengan pemberian pupuk NPK 50kg/ha dan TSP 25kg/ha), Perlakuan
IV (Kapur 150kg/ha dengan pemberian pupuk NPK 50kg/ha dan TSP 50kg/ha),
Perlakuan V (Kapur 200kg/ha dengan pemberian pupuk NPK 50kg/ha dan TSP
50kg/ha) pada Disposal C1, dengan 3 ulangan yang masing-masing dengan luas
lahan 903m2 dengan ukuran 21 m x 43 m. Kecuali pada Disposal P Perlakuan V
(Kapur 200kg/ha dengan pemberian pupuk NPK 50kg/ha dan TSP 50kg/ha).
Perlakuan dalam penelitian ini dilakukan tanpa pengacakan. Denah
perlakuan pada disposal P dan C masing-masing digambarkan pada Gambar 3 dan
4. Masing-masing denah dilakukan beberapa perlakuan dengan ukuran luasan
lahan sebesar 903 m2.
U
PI P II P III P IV T B
S
1 4 7 10
Ket:
= Perlakuan I (P I)
21cm 2 5 8 11 = Perlakuan II (P II)
= Perlakuan III
(P III)
3 6 9 12 = Perlakuan IV
(P IV)

43cm

Gambar 3. Denah perlakuan pada Disposal P

U B 3 PI Ket:
= Perlakuan I (P I)
T S P II = Perlakuan II (P II)
= Perlakuan III
2 6 (P III)
1 P III = Perlakuan IV
(P IV)
5 9 P IV = Perlakuan V
(P V)
4 8 12
PV
43cm 7 11 15

10 14
13 21cm

Gambar 4. Denah perlakuan pada Disposal C1.


Penanaman

Pemberian kompos, pupuk kandang, dan kapur pada masing-masing plot


perlakuan diberikan dengan cara disebar dan diratakan bersamaan dengan
pengolahan tanah. Jarak tamanan koro benguk adalah 20 cm x 20 cm. Penanaman
dilakukan dengan cara ditugal atau dispot tergantung kondisi lahan. Tiap lubang
tanam dengan kedalaman 3-5 cm dan diisi 2-3 biji koro benguk. Pemberian pupuk
NPK diberikan pada saat tanaman berumur 2 MST, kemudian dilanjutkan
pemberian pupuk TSP pada saat tanaman berumur 4 MST, yang diberikan dengan
cara ditugal atau dispot ± 5cm dari samping lubang tanaman. Penyulaman
dilakukan pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam.

Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman tanaman koro benguk dan


pemangkasan gulma, agar tanaman koro benguk tumbuh dengan optimal.

Pengamatan

Pengukuran tinggi tanaman dari 10 contoh tanaman per plot dilakukan


pada saat tanaman berumur 4, 6, dan 8 MST untuk pengamatan pertumbuhan koro
benguk, dan analisis kadar hara makro (N P K Ca Mg) dan mikro tanaman
dilakukan pada umur 8 MST.
KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Lokasi

Secara geografis, wilayah kontrak kerja PT Berau Coal berada pada posisi
117 07’44,52” BT – 117o38’26,46” BT dan 01o52’26,67” LU – 02o25’09,78”
o

LU. PT Berau Coal memiliki perjanjian kontrak karya generasi II dengan


Pemerintah Indonesia, dalam hal ini adalah Departemen Pertambangan Dan
Energi sebagai pemilik tunggal konsesi tambang batubara di Indonesia. Dalam
perjanjian kontrak karya tersebut, daerah konsesi tambang batubara PT Berau
Coal seluas 118.400 Ha, meliputi hampir seluruh wilayah Kabupaten Berau,
Kalimantan Timur. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Bulungan, sebelah timur berbatasan dengan Laut
Sulawesi, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kutai Timur, dan sebelah
barat berbatasan dengan Kabupaten Malinau, Kutai Barat, Kutai Kartanagara.
Adapun lokasi penambangan PT Berau Coal yang akan dijadikan sebagai
daerah penelitian adalah di lokasi tambang BMO (Binungan Mine Operation).
Site Binungan terletak antara koordinat 102o 35’ 02” – 102o 37’ 03” BT dan 03o
53’ 35” – 03o 55’ 37” LU. Daerah Binungan secara administratif terletak di daerah
Tanjung Redeb, Kecamatan Pegat Bukur, Kabupaten Dati II Berau, Propinsi
Kalimantan Timur.
Gambar 1. Peta Konsesi Kerja PT Berau Coal

Kondisi Geologi

Secara umum, geologi daerah Binungan (khususnya blok 1-4, blok 5-6 dan
blok 7) terbentuk dari bebatuan Formasi Lati. Batuannya berupa sedimen deltaik
yang terdiri dari fraksi klastik halus serta lapisan batubara, dengan ketebalan
bervariasi. Data hasil pemboran eksplorasi menunjukkan: dominasi batuan
sedimen secara berturutan adalah batulanau, batu lempung, batupasir, dan
batubara. Pada beberapa lokasi yang relatif sempit, kadang terbentuk ”channel
system”, yakni hilangnya lapisan fraksi halus batubara digantikan oleh lapisan
batu pasir.

Iklim dan Curah Hujan

Daerah Binungan pada umumnya beriklim tropis, musim hujan dan musim
kemarau saling bergantian sepanjang tahun. Suhu udara di Binungan berkisar
antara 25o-30o. Berdasarkan data curah hujan bulanan di site binungan januari
1995 sampai dengan Agustus 2006 menunjukkkan bahwa setiap bulannya pada
periode tersebut rata-rata curah hujan bulanan adalah 25.9mm. Curah hujan
maximum terjadi pada bulan agustus 2005 dimana curah hujan mencapai 362 mm.

Binungan Rianfall Januari 1995 - Agustus 2006

300 20
250

Average/day
15
M onthly
Rainfall

Rainfall
200
150 10
100
5
50
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Month

average/day month

Sumber : Record data curah hujan – Binungan Mine Operation


Gambar 2. Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan Binungan

Sistem Hidrologi

Sungai yang mengalir didaerah binungan termasuk pola dendritik dengan


sungai utama adalah Sungai Kelay yang mempunyai beberapa anak sungai yaitu
Sungai Inaran, Sungai Suaran, Sungai Binungan. Sungai-sungai tersebut akhirnya
bergabung menjadi sungai yang lebih besar yaitu Sungai Berau. Sungai Kelay
dibagian hilir dimanfaatkan untuk berbagai keperluan penduduk yang hidup
disepanjang aliran sungai, antara lain sebagai air mandi. Kedalaman Sungai Kelay
bervariasi dari mulai 1 meter pada bagian tepi hingga mencapai 12 meter dibagian
tengah. Lebar sungai rata-rata 50 meter dibagian hulu dan sekitar 300 meter
dibagian hilir.

Sistem Hidrogeologi

Batuan dilokasi rencana tambang merupakan sedimen tersier dan kuarter


yang relatif lunak dan tingkat sedimentasinya agregat rendah. Sebagian besar air
tanah terdapat dilapisan batu pasir, tersimpan dan mengalir melalui pori-pori antar
butiran sedimen (permeabilitas primer). Sedangkan pada lapisan batu bara, air
tanah tersimpan dan mengalir melalui retakan-retakan (permeabilitas skunder).
Air tanah dangkal yang berada pada kedalaman 10-20 meter hanya dijumpai pada
musim hujan, karena air tanah ini berasal dari peresapan air permukaan.

Pada musim kemarau tetap dijumpai adanya aliran air tanah. Aliran air
sungai yang relatif sejajar dengan lokasi dan arah penambangan menyebabkan
peluang terjadinya resapan akibat air sungai relatif tidak ada. Namun lain halnya
dengan lokasi penelitian dimana elevasi pada endapan rawa mencapai 4m
sehingga jika terjadi banjir 5 tahunan aliran dari sungai Kelay dapat mencapai
elevasi 5,8 m.

Keadaan Vegetasi

Berdasarkan jenis dan hasil pengamatan di lapang dalam dokumen AMDAL


PT Berau Coal. Sebagaimana diketahui Site Binungan masih merupakan daerah
kawasan hutan tiga status hutan berada di daerah tersebut, yaitu bagian selatan
merupakan hutan yang dapat dikonservasi, bagian tengah merupakan hutan
produksi dan bagian utara merupakan kawasan hutan produksi terbatas.
Vegetasi yang tumbuh secara alami di sekitar penambangan batubara
umumnya adalah Dipterocarpus spp, Shorea spp, Ficus sp, Eusideroxylon
zwageri, Kompassia exelsa, Dryobalanops sp, Durio oxeleyanus, Macaranga,
Eugenia, Parkia speciosa dan lain-lain.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Area Disposal C1

A. Pertumbuhan tinggi tanaman

Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman disajikan pada Gambar 5,


sedangkan data pertumbuhan tinggi tanaman lengkapnya disajikan pada Tabel
Lampiran 1. Perlakuan yang diberikan menunjukkan hasil yang berbeda terhadap
pertumbuhan tinggi tanaman Koro Benguk (Mucuna pruprirens) pada disposal C1
pada umur 4, 6, dan 8 MST. Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa perlakuan III
(kapur 100kg/ha dengan NPK 50kg/ha dan TSP 25kg/ha) cenderung memberikan
pengaruh yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan IV, II, I, V dan
kontrol.

400
Rata-rata Tinggi Tanaman

350
300
250
200
150
100
50
0
Kontrol I II III IV V
Perlakuan

4MST 6MST 8MST

Gambar 5. Rata-rata Pertumbuhan Tinggi Tanaman pada umur 4, 6, dan 8 MST


pada disposal C1.

Berdasarkan Gambar 5 baik pada umur 4, 6, dan 8 MST, pengukuran rata-


rata tinggi tanaman paling tinggi terdapat pada perlakuan III (kapur 100kg/ha
dengan NPK 50kg/ha dan TSP 25kg/ha), kemudian diikuti oleh perlakuan IV, II,
I, V, dan pengukuran paling rendah terdapat pada perlakuan kontrol. Lebih
tingginya perlakuan III disebabkan adanya penambahan pupuk NPK 50kg/ha dan
TSP 25kg/ha yang mempengaruhi ketersedian unsur P dalam tanah. Penambahan
pupuk NPK dan TSP dapat meningkatkan ketersedian unsur hara P didalam tanah,
sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Menurut Tisdale et. al. (1985),
pupuk fosfat berperan terhadap pertumbuhan tanaman, terutama pada
perkembangan akar tanaman. Semakin banyak perakaran tanaman, maka semakin
luas akar tanaman dapat menyerap unsur hara, sehingga berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman.

B. Kadar hara tanaman

B 1. Kadar Hara N, P, K

Kadar hara N P K rata-rata disajikan pada Gambar 6, sedangkan data


lengkapnya disajikan pada Tabel Lampiran 7. Persentase kadar hara N, P, K
dipengaruhi oleh beberapa perlakuan. Perlakuan tersebut diantaranya adalah
dengan pemberian kompos, pupuk kandang, dan kapur dengan penambahan pupuk
NPK dan TSP sesuai dengan dosis tertentu.

5
Nilai Kadar Hara N P K (%)

0
Kontrol I II III IV V
Perlakuan

N P K

Gambar 6. Perbandingan nilai kadar hara N P K (%) setelah perlakuan pada


disposal C1.
Berdasarkan Gambar 6 di atas yang memberikan pengaruh yang lebih
tinggi terhadap perbandingan persentase kadar hara N adalah perlakuan I (kompos
dengan NPK 50kg/ha dan TSP 25kg/ha) dibandingkan dengan perlakuan II,
kontrol, III, IV, dan perlakuan yang memberikan pengaruh yang rendah adalah
perlakuan V. Pada kadar hara P perlakuan I (kompos dengan NPK 59kg/ha dan
TSP 25kg/ha) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan II, III, IV, V, dan
perlakuan yang memberikan pengaruh yang kecil yaitu kontrol. Sedangkan pada
kadar hara K perlakuan V (kapur 200kg/ha dengan NPK 50kg/ha dan TSP
50kg/ha) lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol I, III, IV, dan perlakuan yang
memberikan pengaruh yang kecil adalah perlakuan II.
Hal ini disebabkan karena kompos mengandung kandungan hara dan
bahan organik yang tinggi dan mempunyai C/N rasio rendah dan kelembaban
yang rendah, sehingga mempercepat proses mineralisasi untuk melepaskan basa-
basa ke dalam larutan tanah. Basa-basa yang dilepaskan ke dalam larutan tanah
mempengaruhi ketersedian unsur hara dan menjadi tersedia bagi tanaman.Unsur
hara NPK sangat kecil jumlahnya didalam larutan tanah, sehingga dengan
pemberian kompos dapat meningkatkan ketersedian unsur hara dalam. Hal ini
juga disebabkan karena adanya penambahan pupuk NPK 50kg/ha dan TSP
25kg/ha yang mempengaruhi ketersedian unsur N, P, dan K dalam tanah.
Penambahan pupuk NPK dan TSP dapat meningkatkan ketersedian unsur hara N,
P, dan K didalam tanah, sehingga menjadi tersedia bagi tanaman.

B 2. Kadar Hara Ca dan Mg

Kadar hara Ca dan Mg rata-rata disajikan pada Gambar 7, sedangkan data


lengkapnya disajikan pada Tabel Lampiran 7. Persentase kadar hara Ca dan Mg
dipengaruhi oleh beberapa perlakuan. Perlakuan tersebut diantaranya adalah
dengan pemberian kompos, pupuk kandang, dan kapur dengan penambahan pupuk
NPK dan TSP sesuai dengan dosis tertentu.
Nilai Kadar Hara Ca & Mg (%
2

1.5

0.5

0
Kontrol I II III IV V
Perlakuan

Ca Mg

Gambar 7. Perbandingan nilai kadar hara Ca & Mg (%) setelah perlakuan pada
disposal C1.

Berdasarkan Gambar 7 di atas yang memberikan pengaruh yang tinggi


terhadap perbandingan persentase kadar hara Ca adalah perlakuan III (kapur
100kg/ha dengan NPK 50kg/ha dan TSP 25kg/ha) dibandingkan dengan
perlakuan IV, V, III, I, dan perlakuan yang memberikan pengaruh yang kecil
adalah kontrol. Sedangkan pada kadar hara Mg pengaruh yang tinggi terdapat
pada perlakuan IV (kapur 150kg/ha dengan NPK 50kg/ha dan TSP 50kg/ha)
dibandingkan dengan perlakuan V, I, III, kontrol, IV, dan perlakuan yang
memberikan pengaruh yang kecil adalah perlakuan II.
Kation basa-basa yang dapat ditukarkan seperti K, Na, Ca, dan Mg
kadarnya meningkat akibat perlakuan kapur. Dengan pemberian kapur berarti
menambahkan sejumlah senyawa Ca dan Mg ke dalam tanah, sehingga kadar Ca
dan Mg meningkat, selain itu kapur dapat juga meningkatkan KTK tanah dan
persentase Kejenuhan Basa (KB).

B 3. Kadar Hara Fe, Mn

Kadar hara Fe dan Mn rata-rata disajikan pada Gambar 8, sedangkan data


lengkapnya disajikan pada Tabel Lampiran 7. Kadar hara Fe dan Mn (ppm)
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kondisi tanah bekas tambang yang
banyak mengandung unsur Al3+, Fe3+, Mn2+, dan S atau disebut juga kondisi tanah
masam, pH tanah yang rendah, untuk mengatasi ketersedian unsur-unsur tersebut
dilakukan pemberian kapur dengan penambahan pupuk NPK dan TSP sesuai
dengan dosis tertentu dan kondisi tanah.
Nilai Kadar Hara Fe & Mn (ppm)

50

40

30

20

10

0
Kontrol I II III IV V
Perlakuan
Fe Mn

Gambar 8. Perbandingan nilai kadar hara Fe dan Mn (ppm) setelah perlakuan pada
disposal C1.

Berdasarkan Gambar 8 diatas perlakuan yang memberikan pengaruh yang


tinggi terhadap persentase kadar hara Fe adalah perlakuan III (kapur 100kg/ha
dengan NPK 50kg/ha dan TSP 25kg/ha) dibandingkan dengan perlakuan IV, V, I,
kontrol, dan perlakuan yang memberikan pengaruh yang kecil adalah perlakuan II.
Sedangkan pada kadar hara Mn pengaruh yang tinggi terhadap persentase kadar
hara Mn adalah perlakuan III (kapur 100kg/ha dengan NPK 50kg/ha dan TSP
25kg/ha) dibandingkan dengan perlakuan IV, V, I, kontrol dan perlakuan yang
memberikan pengaruh yang kecil adalah perlakuan II.
Hal ini diduga karena tanah-tanah masam biasanya mengandung jumlah
yang berarti dari ion-ion Al3+, Fe3+dan Mn2+ yang larut dalam larutan tanah atau
dapat dipertukarkan, jika anion-anion terdapat dalam tanah misalnya fosfat, maka
ionya dapat diadsorpsi oleh permukaan koloid dengan menggunakan Al3+,
Fe3+dan Mn2+ sebagai jembatan, fenomena ini kadang-kadang disebut koadsorpsi.
Fosfat yang berada dalam bentuk ini masih tersedia untuk tanaman. reaksi seperti
itu dapat pula terjadi pada liat yang jenuh kalsium.
Greenland dan Hayes (1981) dalam Nugroho (2003) melaporkan tanah
tropis yang kaya Al dan Fe akan memilki muatan positif tinggi pada pH rendah,
menyebabkan sebagian besar anion diikat oleh tanah. Hal tersebut didukung oleh
Sanchez (1992) yang menyatakan bahwa tanah yang mempunyai kandungan Al
dan Fe-oksida tinggi, mempunyai kemampuan yang tinggi dalam mengerap anion
dalam tapak pertukaran anion. Jerapan anion dapat cepat terjadi pula pada tanah
alkalin yang bereaksi basa yang banyak mengandung Ca dapat ditukar dan Ca
terlarut dalam air yang tinggi dan terdapatnya sejumlah CaCO3 bebas.
Bila pH tanah mineral rendah, sejumlah aluminium, besi dan mangan
menjadi larut, sedemikian sehingga mereka merupakan rancun bagi tanaman
tertentu (Morris and Pierre, 1947). Akan tetapi, dengan menaiknya pH, adanya
hujan dan jumlah ion-ion tersebut dalam larutan tanah berkurang, pada titik netral
atau sedikit diatasnya, tanaman tertentu dapat menderita kekurangan besi dan
mangan. Hal itu dapat terjadi bila tanah berpasir masam di kapur secara
berlebihan.

C. Sifat-Sifat Kimia Tanah (pH, KTK, C-Organik)

C 1. Reaksi Tanah (pH)

Reaksi tanah (pH) rata-rata disajikan pada Gambar 9, sedangkan data


analisis pH tanah sebelum dan sesudah perlakuan lengkapnya disajikan pada
Tabel Lampiran 3 & 5. Perlakuan yang diberikan menunjukkan hasil yang tidak
berbeda terhadap terhadap pH tanah. Hal ini diduga karena adanya perbedaan
kandungan bahan organik sebelum dan sesudah perlakuan relatif kecil, dimana
sebelum percobaan mengandung C-Organik sebesar 0.79 % dan sesudah
perlakuan mengandung C-Organik sebesar 0.73 %. Perbedaan kandungan C-
Organik hanya sebesar -0.06 % tersebut akhirnya tidak memberikan pengaruh
yang nyata kepada perbedaan jumlah ion OH- yang ditambahkannya ke dalam
tanah akibat proses pelapukan bahan organik, sehingga pH tanah pada lahan
reklamasi tidak berbeda nyata.
8
7
6
pH Tanah

5
4
3
2
1
0
Kontrol I II III IV V
Perlakuan

Awal Akhir

Gambar 9. Perubahan nilai pH tanah sebelum dan sesudah perlakuan pada


disposal C1.

Berdasarkan Gambar 9 di atas perlakuan yang memberikan pengaruh


tinggi terhadap perubahan nilai pH pada disposal C1 adalah perlakuan I (Kompos
dengan NPK 50kg/ha dan TSP 25kg/ha) dibandingkan dengan perlakuan II, III,
IV, V dan perlakuan yang memberikan pengaruh yang kecil terhadap perubahan
nilai pH tanah adalah kontrol. Hal ini disebabkan karena kompos mengandung
kandungan hara dan bahan organik yang tinggi dan mempunyai C/N rasio rendah
dan kelembaban yang rendah,sehingga mempercepat proses mineralisasi untuk
melepaskan basa-basa ke dalam larutan tanah. Jumlah basa-basa yang dilepaskan
ke dalam larutan tanah mempengaruhi perubahan keseimbangan ion tanah. Ion
OH- yang berada pada komplek jerapan mulai dilepaskan dan digantikan posisi
oleh basa-basa tersebut. Akibatnya jumlah ion OH- pada komplek jerapan
berkurang, digantikan dengan basa-basa. Perubahan ini mengakibatkan pH dari
larutan tanah naik.
Dari Tabel Lampiran 3 dan 5 data hasil analisis pH tanah sebelum dan
setelah perlakuan dapat dilihat bahwa tanah setelah diberi perlakuan mengalami
kenaikan pH sebesar 0.68 dari pH tanah sebelum perlakuan. Peningkatan pH ini
terjadi karena proses pelapukan bahan organik sudah berlangsung secara intensif.
Dimana pelapukan bahan organik ini sudah banyak melepaskan basa-basa ke
dalam larutan tanah disamping basa-basa yang dilepaskan oleh pelapukan
mineral-mineral tanah. Meningkatnya jumlah basa-basa dalam larutan tanah
menyebabkan perubahan keseimbangan ion tanah. Ion OH- yang berada pada
komplek jerapan mulai dilepaskan dan digantikan posisi oleh basa-basa tersebut.
Akibanya jumlah ion OH- pada komplek jerapan berkurang, digantikan dengan
basa-basa. Perubahan ini mengakibatkan pH dari larutan tanah naik.

C 2. Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Kapasitas tukar kation (KTK) rata-rata disajikan pada Gambar 10,


sedangkan data analisis KTK tanah sebelum dan sesudah perlakuan lengkapnya
disajikan pada Tabel Lampiran 3 dan 5. Perlakuan yang diberikan menunjukkan
hasil yang tidak berbeda terhadap terhadap KTK tanah. KTK terutama
dipengaruhi oleh jumlah dan macam bahan organik, serta jumlah dan jenis liat
(Foth, 1998). Dalam penelitian ini ternyata perbedaan kandungan C-Organik yang
dihasilkan sebelum dan sesudah perlakuan relatif kecil (-0.06%). Hal ini
menunjang diperolehnya pengaruh yang tidak nyata terhadap KTK dilahan
reklamasi tersebut.
KTK dipengaruhi oleh bahan organik tanah. Akan tetapi selama proses
dekomposisi bahan organik yang berasal dari serasah tanaman tidaklah mampu
meningkatkan nilai KTK. Padahal KTK akan meningkat sesuai dengan humifikasi
bahan organik (Foth, 1998). Hal tersebut karena penambahan bahan organik yang
relatif kecil yaitu sekitar -0.06% sehingga nilai KTK tanah tidak terlalu berubah.
Hal tersebut menunjang diperolehnya pengaruh yang tidak nyata terhadap KTK
tanah pada lahan tersebut.
14
12

Nilai KTK (me/100g)


10
8
6
4
2
0
Kontrol I II III IV V
Perlakuan

Awal Akhir

Gambar 10. Perubahan nilai KTK (me/100g) tanah sebelum dan sesudah
perlakuan pada disposal C1.

Berdasarkan Gambar 10 di atas perlakuan yang memberikan pengaruh


tinggi terhadap perubahan nilai KTK tanah adalah perlakuan II (pupuk kandang
dengan NPK 50kg/ha dan TSP 50kg/ha) dibandingkan dengan kontrol, perlakuan
III, IV, V, dan perlakuan yang memberikan pengaruh yang kecil terhadap
perubahan nilai KTK tanah adalah perlakuan I. Hal ini diduga karena pupuk
kandang mengandung kandungan hara dan bahan organik yang tinggi dan
mempunyai C/N rasio rendah dan kelembaban yang rendah, sehingga
mempercepat proses mineralisasi untuk melepaskan basa-basa ke dalam larutan
tanah. Jumlah basa-basa yang dilepaskan dapat meningkatkan ketersedian unsur
K, Na, Ca, dan Mg di dalam larutan tanah, sehingga meningkatkan KTK tanah.
Dari Tabel Lampiran 3 dan 5 data hasil analisis KTK (me/100g) tanah
sebelum dan setelah perlakuan, dapat dilihat bahwa tanah setelah diberi perlakuan
mengalami kenaikan KTK sebesar 1.25 me/100g dari KTK tanah sebelum
perlakuan. Bahwa hasil dekomposisi tanaman yang mengandung lignin tinggi
menyebabkan lignin sebagian dioksidasi dan golangan yang dapat melepaskan ion
yang menyebabkan pertukaran kation meningkat jumlahnya (Buckman dan Brady,
1982).
C 3. C-Organik

C-Organik rata-rata disajikan pada Gambar 11, sedangkan data analisis


C-Organik tanah sebelum dan sesudah perlakuan lengkapnya disajikan pada Tabel
Lampiran 3 dan 5. Perlakuan yang diberikan menunjukkan hasil yang tidak
berbeda terhadap terhadap C-Organik tanah. Perbedaan serasah dan proses
dekomposisi yang dihasilkan sehingga berpengaruh terhadap ketersedian C-
Organik tanah, dimana sumber C-Organik berasal dari serasah yang jatuh dari
tegakan pohon (Maftu’ah, 2000).

0.9
0.8
Nilai C-Organik (%)

0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Kontrol I II III IV V
Perlakuan

Awal Akhir

Gambar 11. Perubahan nilai C-Organik (%) tanah sebelum dan sesudah perlakuan
pada disposal C1.

Berdasarkan Gambar 11 di atas perlakuan yang memberikan pengaruh


tinggi terhadap perubahan nilai C-Organik tanah pada disposal C1 adalah
perlakuan II (pupuk kandang dengan NPK 50kg/ha dan TSP 50kg/ha)
dibandingkan dengan kontrol, perlakuan III, IV, V, dan perlakuan yang
memberikan pengaruh yang kecil terhadap perubahan nilai C-Organik adalah
perlakuan I. Hal ini diduga karena pupuk kandang mengandung kandungan hara
dan bahan organik yang tinggi dan mempunyai C/N rasio rendah dan kelembaban
yang rendah, sehingga mempercepat proses mineralisasi untuk bahan organik ke
dalam tanah, sehingga meningkatkan ketersedian bahan organik di dalam tanah.
Dari Tabel Lampiran 3 dan 5 hasil analisis tanah sebelum dan setelah
perlakuan, dapat dilihat bahwa tanah setelah diberi perlakuan mengalami
penurunan C-Organik sebesar -0.06 % dari C-Organik tanah sebelum perlakuan.
Nilai C-Oganik tanah sebelum percobaan sebesar 0.79% yang mengalami
penurunan setelah dilakukan percobaan sebesar 0.73%.
Hal ini terjadi karena pengaruh dekomposisi serasah sebelum percobaan
yang lebih lambat menyebabkan keberadaan bahan organik akan terakumulasi dan
jumlahnya menjadi lebih tinggi, sedangkan dekomposisi setelah dilakukan
percobaan berlangsung lebih cepat sehingga bahan organik yang terakumulasi
lebih sedikit jumlahnya. Dekomposisi lambat pada serasah sebelum percobaan
disebabkan oleh C/N ratio yang tinggi dibandingkan dengan serasah sesudah
dilakukan percobaan (Munawar, 1997 dan Maftu’ah, 2000) serta kandungan lignin
nya yang tinggi. Hal tersebut diperkuat oleh penelitian Praktikno (2002) bahwa
peningkatan rasio C/N akan meningkatkan C-Organik tanah, dimana rasio C/N
yang tinggi menunjukkan banyaknya fraksi tanah lapuk dapat menghambat
dekomposisi sehingga bahan organik tanah meningkat, sedangkan rasio C/N yang
rendah dalam bahan oganik mengakibatkan bahan organik tersebut mudah
terdekomposisi dan sedikit membentuk humus.

Area Disposal P

A. Pertumbuhan tinggi tanaman

Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman disajikan pada Gambar 12,


sedangkan data pertumbuhan tinggi tanaman lengkapnya disajikan pada Tabel
Lampiran 2. Perlakuan yang diberikan menunjukkan hasil yang berbeda terhadap
pertumbuhan tinggi tanaman Koro Benguk (Mucuna pruprirens) pada disposal P
pada umur 4, 6, dan 8 MST. Gambar 5 dapat dilihat bahwa perlakuan I : kompos
dengan NPK 50kg/ha dan TSP 25kg/ha cenderung memberikan pengaruh yang
lebih tinggi dibandingkan perlakuan III, IV, II, dan kontrol.
Rata-rata Tinggi Tanaman (cm)
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
Kontrol I II III IV
Perlakuan

4MST 6MST 8MST

Gambar 12. Rata-rata Pertumbuhan Tinggi Tanaman pada umur 4, 6, dan 8 MST
setelah perlakuan pada disposal P.

Berdasarkan Gambar 12 baik pada umur 4, 6, dan 8 MST, pengukuran


rata-rata tinggi tanaman paling tinggi terdapat pada perlakuan I (kompos dengan
NPK 50kg/ha dan TSP 25kg/ha), kemudian diikuti oleh perlakuan III, IV, II, dan
pengukuran paling rendah terdapat pada perlakuan kontrol. Hal ini disebabkan
adanya penambahan pupuk NPK 50kg/ha dan TSP 25kg/ha yang mempengaruhi
ketersedian unsur P dalam tanah. Penambahan pupuk NPK dan TSP dapat
meningkatkan ketersedian unsur hara P didalam tanah, sehingga mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Menurut Tisdale et. al. (1985), pupuk fosfat berperan
terhadap pertumbuhan tanaman, terutama pada perkembangan akar tanaman.
Semakin banyak perakaran tanaman, maka semakin luas akar tanaman dapat
menyerap unsur hara, sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.

B. Kadar hara tanaman

B 1. Kadar Hara N, P, K

Kadar hara N P K rata-rata disajikan pada Gambar 13, sedangkan data


lengkapnya disajikan pada Tabel Lampiran 8. Persentase kadar hara N, P, K
dipengaruhi oleh beberapa perlakuan. Perlakuan tersebut diantaranya adalah
dengan pemberian kompos, pupuk kandang, dan kapur dengan penambahan pupuk
NPK dan TSP sesuai dengan dosis tertentu.

5
Nilai Kadar Hara N P K (%)

0
Kontrol I II III IV
Perlakuan

N P K

Gambar 13. Perbandingan nilai kadar hara N P K (%) setelah perlakuan pada
disposal P.

Berdasarkan Gambar 13 di atas yang memberikan pengaruh yang lebih


tinggi terhadap perbandingan persentase kadar hara N adalah perlakuan IV (kapur
150kg/ha dengan NPK 50kg/ha dan TSP 50kg/ha) dibandingkan dengan
perlakuan III, I, II, dan perlakuan yang memberikan pengaruh yang kecil adalah
kontrol. Pada kadar hara P semua perlakuan mempunyai hasil yang sama.
Sedangkan pada kadar hara K perlakuan II (pupuk kandang dengan NPK 50kg/ha
dan TSP 50kg/ha) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan IV, I, III, dan
perlakuan yang memberikan pengaruh yang kecil adalah kontrol.
Hal ini disebabkan adanya kation basa-basa yang dapat ditukarkan seperti
K, Na, Ca, dan Mg kadarnya meningkat akibat perlakuan kapur. Dengan
pemberian kapur berarti menambahkan sejumlah senyawa Ca dan Mg ke dalam
tanah, sehingga kadar Ca dan Mg meningkat, selain itu kapur dapat juga
meningkatkan KTK tanah dan persentase Kejenuhan Basa (KB). Hal ini juga
disebabkan adanya penambahan pupuk NPK 50kg/ha dan TSP 50kg/ha yang
mempengaruhi ketersedian unsur N, P, dan K dalam tanah. Penambahan pupuk
NPK dan TSP dapat meningkatkan ketersedian unsur hara N, P, dan K di dalam
tanah, sehingga menjadi tersedia bagi tanaman.

B 3. Kadar Hara Ca dan Mg (%)

Kadar hara Ca dan Mg rata-rata disajikan pada Gambar 14, sedangkan data
lengkapnya disajikan pada Tabel Lampiran 8. Persentase kadar hara Ca dan Mg
dipengaruhi oleh beberapa perlakuan. Perlakuan tersebut diantaranya adalah
dengan pemberian kompos, pupuk kandang, dan kapur dengan penambahan pupuk
NPK dan TSP sesuai dengan dosis tertentu.
Nilai Kadar Hara Ca & Mg (%

1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Kontrol I II III IV
Perlakuan

Ca Mg

Gambar 14. Perbandingan nilai kadar hara Ca & Mg (%) setelah perlakuan pada
disposal P.

Berdasarkan Gambar 14 di atas yang memberikan pengaruh yang tinggi


terhadap perbandingan persentase kadar hara Ca dan Mg pada disposal P adalah
perlakuan III (kapur 100kg/ha dengan NPK 50kg/ha dan TSP 25kg/ha)
dibandingkan dengan perlakuan IV, II, I, dan perlakuan yang memberikan
pengaruh yang kecil adalah kontrol. Sedangkan pada kadar hara Mg pengaruh
yang tinggi terdapat pada perlakuan I (kompos dengan NPK 50kg/ha dan TSP
25kg/ha) dibandingkan dengan perlakuan II, III, IV, dan perlakuan yang
memberikan pengaruh yang kecil adalah perlakuan kontrol.
Kation basa-basa yang dapat ditukarkan seperti K, Na, Ca, dan Mg
kadarnya meningkat akibat perlakuan kapur. Dengan pemberian kapur berarti
menambahkan sejumlah senyawa Ca dan Mg ke dalam tanah, sehingga kadar Ca
dan Mg meningkat, selain itu kapur dapat juga meningkatkan KTK tanah dan
persentase Kejenuhan Basa (KB).

B 4. Kadar Hara Fe, Mn (ppm)

Kadar hara Fe dan Mn rata-rata disajikan pada Gambar 15, sedangkan data
lengkapnya disajikan pada Tabel Lampiran 8. Kadar hara Fe dan Mn (ppm)
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kondisi tanah bekas tambang yang
banyak mengandung unsur Al3+, Fe3+, Mn2+, dan S atau disebut juga kondisi tanah
masam, pH tanah yang rendah, untuk mengatasi ketersedian unsur-unsur tersebut
dilakukan pemberian kapur dengan penambahan pupuk NPK dan TSP sesuai
dengan dosis tertentu dan kondisi tanah.
Nilai Kadar Hara Fe & Mn (ppm

30
25
20
15
10
5
0
Kontrol I II III IV
Perlakuan

Fe Mn

Gambar 15. Perbandingan nilai kadar hara Fe dan Mn (ppm) setelah perlakuan
pada disposal P.

Berdasarkan Gambar 15 diatas perlakuan yang memberikan pengaruh


yang tinggi terhadap Kadar hara Fe adalah perlakuan II (pupuk kandang dengan
NPK 50kg/ha dan TSP 50kg/ha) dibandingkan dengan perlakuan I, III, IV, dan
perlakuan yang memberikan pengaruh yang kecil adalah kontrol. Sedangkan pada
kadar hara Mn pengaruh yang tinggi terhadap kadar hara Mn adalah perlakuan I
(kompos dengan NPK 50kg/ha dan TSP 25kg/ha) dibandingkan dengan perlakuan
IV, II, III, dan perlakuan yang memberikan pengaruh yang kecil adalah kontrol.
Hal ini diduga karena pupuk kandang mengandung kandungan hara dan
bahan organik yang tinggi dan mempunyai C/N rasio rendah dan kelembaban
yang rendah,sehingga mempercepat proses mineralisasi untuk bahan organik ke
dalam tanah, sehingga meningkatkan ketersedian bahan organik di dalam tanah.
Dekomposisi bahan organik telah lanjut sehingga asam-asam organik yang
dihasilkan dari proses dekomposisi tersebut semakin berkurang dan kemampuan
bahan organik untuk mengikat ion-ion logam pun berkurang, sehingga
meningkatkan ketersediaan unsur hara Fe dan Mn di dalam larutan tanah dan
menjadi tersedia bagi tanaman.

C. Sifat-Sifat Kimia Tanah (pH, KTK, C-Organik)

C 1. Reaksi Tanah (pH)

Reaksi tanah (pH) rata-rata disajikan pada Gambar 16, sedangkan data
analisis pH tanah sebelum dan sesudah perlakuan lengkapnya disajikan pada
Tabel Lampiran 4 dan 6. Perlakuan yang diteliti memberikan pengaruh yang nyata
terhadap pH tanah. Hal ini diduga karena adanya perbedaan kandungan bahan
organik sebelum dan sesudah perlakuan relatif besar, dimana sebelum percobaan
mengandung C-Organik sebesar 0.53 % dan sesudah perlakuan mengandung C-
Organik sebesar 1.304 %. Perbedaan kandungan C-Organik hanya sebesar 0.774
% tersebut akhirnya memberikan pengaruh yang nyata kepada perbedaan jumlah
ion OH- yang ditambahkannya ke dalam tanah akibat proses pelapukan bahan
organik, sehingga pH tanah pada lahan reklamasi berbeda nyata.
14
12
10
pH tanah

8
6
4
2
0
Kontrol I II III IV
Perlakuan

Awal Akhir

Gambar 16. Perubahan nilai pH tanah sebelum dan sesudah perlakuan pada
disposal P.

Berdasarkan Gambar 16 di atas perlakuan yang memberikan pengaruh


yang tinggi terhadap perubahan nilai pH pada disposal P adalah perlakuan III
(Kapur 100kg/ha dengan NPK 50kg/ha dan TSP 25kg/ha) dibandingkan dengan
perlakuan I, IV, II, dan perlakuan yang memberikan pengaruh yang kecil terhadap
perubahan nilai pH tanah adalah kontrol. Hal ini diduga karena penambahan kapur
yang dapat menetralisir Aldd yang bereaksi dengan P dan mengakibatkan Al
mengendap dalam bentuk Aluminium Hidroksida, sehingga ketersedian P
meningkat (Sanchez, 1992). Kation basa-basa yang dapat ditukarkan seperti K,
Na, Ca, dan Mg kadarnya meningkat akibat perlakuan kapur. Dengan pemberian
kapur berarti menambahkan sejumlah senyawa Ca dan Mg ke dalam tanah,
sehingga kadar Ca dan Mg meningkat. Meningkatnya jumlah basa-basa dalam
larutan tanah menyebabkan perubahan keseimbangan ion tanah. Ion OH- yang
berada pada komplek jerapan mulai dilepaskan dan digantikan posisi oleh basa-
basa tersebut. Akibatnya jumlah ion OH- pada komplek jerapan berkurang,
digantikan dengan basa-basa. Perubahan ini mengakibatkan pH dari larutan tanah
naik.
Dari Tabel Lampiran 4 dan 6 data hasil analisis tanah sebelum dan setelah
perlakuan, dapat dilihat bahwa tanah setelah diberi perlakuan mengalami kenaikan
pH sebesar 2.82 dari pH tanah sebelum perlakuan. Peningkatan pH ini terjadi
karena proses pelapukan bahan organik sudah berlangsung secara intensif.
Dimana pelapukan bahan organik ini sudah banyak melepaskan basa-basa ke
dalam larutan tanah disamping basa-basa yang dilepaskan oleh pelapukan
mineral-mineral tanah. Meningkatnya jumlah basa-basa dalam larutan tanah
menyebabkan perubahan keseimbangan ion tanah. Ion OH- yang berada pada
komplek jerapan mulai dilepaskan dan digantikan posisi oleh basa-basa tersebut.
Akibanya jumlah ion OH- pada komplek jerapan berkurang, digantikan dengan
basa-basa. Perubahan ini mengakibatkan pH dari larutan tanah naik.

C 2. Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Kapasitas tukar kation (KTK) rata-rata disajikan pada Gambar 17,


sedangkan data analisis KTK tanah sebelum dan sesudah perlakuan lengkapnya
disajikan pada Tabel Lampiran 4 dan 6. Perlakuan yang diteliti memberikan
pengaruh yang nyata terhadap KTK tanah. KTK terutama dipengaruhi oleh jumlah
dan macam bahan organik, serta jumlah dan jenis liat (Foth, 1998). Dalam
penelitian ini ternyata perbedaan kandungan C-Organik yang dihasilkan sebelum
dan sesudah perlakuan relatif besar (0.774%). Hal ini menunjang diperolehnya
pengaruh yang nyata terhadap KTK dilahan reklamasi tersebut.
KTK dipengaruhi oleh bahan organik tanah. Akan tetapi selama proses
dekomposisi bahan organik yang berasal dari serasah tanaman tidaklah mampu
meningkatkan nilai KTK. Padahal KTK akan meningkat sesuai dengan humifikasi
bahan organik (Foth, 1998). Hal tersebut karena penambahan bahan organik yang
relatif kecil yaitu sekitar -0.06% sehingga nilai KTK tanah tidak terlalu berubah.
Hal tersebut menunjang diperolehnya pengaruh yang tidak nyata terhadap KTK
tanah pada lahan tersebut.
12

Nilai KTK (me/100g)


10
8
6
4
2
0
Kontrol I II III IV
Perlakuan

Awal Akhir

Gambar 17. Perubahan nilai KTK (me/100g) tanah sebelum dan sesudah
perlakuan pada disposal P.

Berdasarkan Gambar 17 di atas perlakuan yang memberikan pengaruh


yang tinggi terhadap perubahan nilai KTK tanah pada disposal P adalah perlakuan
I (Kompos dengan NPK 50kg/ha dan TSP 25kg/ha) dibandingkan dengan kontrol,
perlakuan III, II, dan perlakuan yang memberikan pengaruh yang kecil terhadap
perubahan nilai KTK tanah adalah perlakuan IV. Hal ini disebabkan kompos
mengandung kandungan hara dan bahan organik yang tinggi dan mempunyai C/N
rasio rendah dan kelembaban yang rendah, sehingga mempercepat proses
mineralisasi untuk melepaskan basa-basa ke dalam larutan tanah. Jumlah basa-
basa yang dilepaskan ke dalam larutan tanah meningkatkan ketersedian basa-basa
didalam larutan tanah, sehingga dapat meningkatkan KTK tanah dan persentase
Kejenuhan Basa (KB).
Dari Tabel Lampiran 4 dan 6 data hasil analisis tanah sebelum dan setelah
perlakuan, dapat dilihat bahwa tanah setelah diberi perlakuan mengalami kenaikan
KTK sebesar 1.72 me/100g dari KTK tanah sebelum perlakuan. Bahwa hasil
dekomposisi tanaman yang mengandung lignin tinggi menyebabkan lignin
sebagian dioksidasi dan golangan yang dapat melepaskan ion yang menyebabkan
pertukaran kation meningkat jumlahnya (Buckman dan Brady, 1982).
C 3. C-Organik

C-Organik rata-rata disajikan pada Gambar 18, sedangkan data analisis


KTK tanah sebelum dan sesudah perlakuan lengkapnya disajikan pada Tabel
Lampiran 4 dan 6. Perlakuan yang diteliti memberikan pengaruh yang nyata
terhadap C-Organik. Perbedaan serasah dan proses dekomposisi yang dihasilkan
sehingga berpengaruh terhadap ketersedian C-Organik tanah, dimana sumber C-
Organik berasal dari serasah yang jatuh dari tegakan pohon (Maftu’ah, 2000).

1.4
Nilai C-Organik (%)

1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Kontrol I II III IV
Perlakuan

Awal Akhir

Gambar 18. Perubahan nilai C-Organik (%) tanah sebelum dan sesudah perlakuan
pada disposal P.

Berdasarkan Gambar 18 di atas perlakuan yang memberikan pengaruh


yang tinggi terhadap perubahan nilai C-Organik tanah pada Disposal C1 adalah
perlakuan II (pupuk kandang dengan NPK 50kg/ha dan TSP 50kg/ha)
dibandingkan dengan kontrol, perlakuan III, IV, V, dan perlakuan yang
memberikan pengaruh yang kecil terhadap perubahan nilai KTK tanah adalah
perlakuan I. Hal ini diduga karena pupuk kandang mengandung kandungan hara
dan bahan organik yang tinggi dan mempunyai C/N rasio rendah dan kelembaban
yang rendah,sehingga mempercepat proses mineralisasi untuk bahan organik ke
dalam tanah, sehingga meningkatkan ketersedian bahan organik di dalam tanah.
Dari Tabel Lampiran 4 dan 6 data hasil analisis tanah sebelum dan setelah
perlakuan, dapat dilihat bahwa tanah setelah diberi perlakuan mengalami kenaikan
C-Organik sebesar 0.774 % dari C-Organik tanah sebelum perlakuan. Nilai C-
Oganik tanah sebelum percobaan sebesar 0.53% yang mengalami kenaikan
setelah dilakukan percobaan sebesar 1.304%. Hal ini terjadi karena pengaruh
dekomposisi serasah sebelum percobaan yang lebih cepat menyebabkan
keberadaan bahan organik akan terakumulasi dan jumlahnya menjadi lebih
sedikit, sedangkan dekomposisi setelah dilakukan percobaan berlangsung lebih
lambat sehingga bahan organik yang terakumulasi lebih banyak jumlahnya.
Dekomposisi cepat pada serasah sebelum percobaan disebabkan oleh C/N ratio
yang rendah dibandingkan dengan serasah sesudah dilakukan percobaan
(Munawar, 1997 dan Maftu’ah, 2000) serta kandungan lignin nya yang kecil. Hal
tersebut diperkuat oleh penelitian Praktikno (2002) bahwa peningkatan rasio C/N
akan meningkatkan C-Organik tanah, dimana rasio C/N yang tinggi menunjukkan
banyaknya fraksi tanah lapuk dapat menghambat dekomposisi sehingga bahan
organik tanah meningkat, sedangkan rasio C/N yang rendah dalam bahan oganik
mengakibatkan bahan organik tersebut mudah terdekomposisi dan sedikit
membentuk humus.

Perbandingan Hasil pada Disposal C1 dengan Disposal P

A. Pertumbuhan Tinggi Tanaman

Pertumbuhan tinggi tanaman pada 8 MST pada kedua disposal disajikan


pada Tabel 1. Perlakuan yang diberikan menunjukkan hasil yang berbeda terhadap
pertumbuhan tinggi tanaman Koro Benguk (Mucuna pruprirens) pada disposal C1
dan P pada umur 4, 6, dan 8 MST.
Tabel 1. Perbandingan Tinggi Tanaman pada disposal C1 dan P Umur 8 MST

Tinggi Tanaman 8 MST (cm)


Perlakuan
Disposal C1 Disposal P
Kontrol 124.09 109.16
I 321.21 382.45
II 314.45 392.77
III 372.71 393.84
IV 312.62 352.72
Rata-rata 361.27 407.74

Berdasarkan Tabel 1 perbandingan tinggi tanaman pada umur 8 MST


menunjukkan hasil pertumbuhan yang lebih baik pada disposal P pada semua
perlakuan, kecuali pada perlakuan kontrol. Hal ini disebabkan adanya pemberian
atau penambahan pupuk fosfat ke dalam tanah, sehingga meningkatkan
ketersedian pupuk fosfat dalam tanah. Dimana pupuk fosfat berperan dalam
mempengaruhi pertumbuhan tanaman, terutama dalam pembentukan akar
tanaman.

B. Serapan Kadar Hara Tanaman

B 1. Kadar Hara N P K

Serapan kadar hara N P K pada disposal C1 dan P disajikan pada Tabel 2.


Perlakuan yang diberikan menunjukkan hasil yang berbeda terhadap kadar hara N
P K pada disposal C1 dan P.
Tabel 2. Perbandingan Serapan Kadar Hara NPK (%) pada disposal C1 dan P.

Serapan Kadar Hara (%)


Perlakuan
Disposal C1 Disposal P
N P K N P K

Kontrol 2.31 0.21 0.48 3.11 0.48 1.10


I 4.55 0.54 1.70 4.24 0.50 1.78
II 2.33 0.22 0.38 3.82 0.53 2.36
III 1.53 0.23 0.35 4.61 0.52 1.70
IV 1.50 0.20 0.45 4.67 0.51 2.00
Rata-rata 3.05 0.35 0.84 5.11 0.64 2.24

Berdasarkan Tabel 2 perbandingan serapan kadar hara N P K


menunjukkan hasil yang lebih baik pada disposal P dibandingkan dengan disposal
C1 dilihat dari hasil data analisis tanah setelah perlakuan. Hal ini disebabkan
adanya penambahan pupuk NPK dan TSP ke dalam tanah, sehingga meningkatkan
ketersedian unsur hara N P K dalam tanah dan menjadi tersedia bagi tanaman.

B 2. Kadar Hara Ca dan Mg

Serapan kadar hara Ca dan Mg pada disposal C1 dan P disajikan pada


Tabel 3. Perlakuan yang diberikan menunjukkan hasil yang berbeda terhadap
kadar hara Ca dan Mg pada disposal C1 dan P.

Tabel 3. Perbandingan Serapan Kadar Hara Ca Mg (%) pada disposal C1 dan P.

Serapan Hara Tanaman (%)


Perlakuan Disposal C1 Disposal P
Ca Mg Ca Mg
Kontrol 0.40 0.27 0.63 0.31
I 0.91 0.36 0.80 0.51
II 0.38 0.15 0.74 0.44
III 1.76 0.31 1.37 0.46
IV 1.38 0.47 0.76 0.35
Rata-rata 1.21 0.39 1.07 0.52
Berdasarkan Tabel 3 perbandingan serapan kadar hara Ca dan Mg
menunjukkan hasil yang lebih baik pada disposal P dibandingkan pada disposal
C1 dilihat dari hasil data analisis tanah setelah perlakuan. Hal ini disebabkan
adanya penambahan bahan organik dan kapur ke dalam tanah dan meningkatkan
ketersedian unsur hara Ca dan Mg dalam tanah, sehingga menjadi tersedia bagi
tanaman.

B 3. Kadar Hara Fe dan Mn

Serapan kadar hara Fe dan Mn pada disposal C1 dan P disajikan pada


Tabel 4. Perlakuan yang diberikan menunjukkan hasil yang berbeda terhadap
kadar hara Fe dan Mn pada disposal C1 dan P.

Tabel 4. Perbandingan Serapan Kadar Hara Fe Mn (%) pada disposal C1 dan P.

Serapan Hara Tanaman (ppm)


Perlakuan Disposal C1 Disposal P
Fe Mn Fe Mn
Kontrol 14.48 17.00 15.10 10.30
I 26.85 19.68 27.56 21.86
II 10.65 18.32 28.51 13.31
III 44.50 23.17 24.50 13.18
IV 32.31 22.84 18.27 14.02
Rata-rata 32.19 25.25 28.48 18.17

Berdasarkan Tabel 4 perbandingan serapan kadar hara Fe dan Mn


menunjukkan hasil yang lebih tinggi pada disposal C1 dibandingkan pada disposal
P dilihat dari hasil data analisis tanah setelah perlakuan. Hal ini disebabkan pada
disposal C1 yang baru di reklamasi masih banyak mengandung Fe dan Mn yang
tinggi dan mempunyai pH tanah yang rendah, yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman.
C. Sifat-sifat Kimia Tanah

C 1. Reaksi Tanah (pH)

Reaksi tanah (pH) pada disposal C1 dan P disajikan pada Tabel 5.


Perlakuan yang diberikan menunjukkan hasil yang berbeda terhadap reaksi tanah
(pH ) pada disposal C1 dan P.

Tabel 5. Perbandingan Reaksi tanah (pH) pada disposal C1 dan P.

Sifat-sifat kimia tanah (pH)


Perlakuan Disposal C1 Disposal P
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Kontrol 5.1 5.2 4.1 5.3
I 5.7 6.9 4.3 7.9
II 5.0 5.9 4.6 6.4
III 4.8 5.4 4.8 11.6
IV 4.7 5.3 5.2 6.9
Rata-rata 6.3 7.1 5.7 9.53

Berdasarkan Tabel 5 perbandingan reaksi tanah (pH) menunjukkan hasil


yang lebih baik pada disposal P dibandingkan pada disposal C1 dilihat dari hasil
data analisis tanah setelah perlakuan. Hal ini disebabkan adanya penambahan
kapur dan bahan organik ke dalam tanah, sehingga meningkatkan ketersedian
unsur hara Ca dan Mg dalam tanah, sehingga jumlah basa-basa dalam larutan
tanah mempengaruh keseimbangan ion OH- dan pH tanah menjadi naik.

C 2. KTK

Kapasitas tukar kation (KTK) pada disposal C1 dan P disajikan pada Tabel
6. Perlakuan yang diberikan menunjukkan hasil yang berbeda terhadap reaksi
tanah (pH ) pada disposal C1 dan P.
Tabel 6. Perbandingan KTK tanah (me/100g) pada disposal C1 dan P.

Sifat-sifat kimia tanah KTK (me/100g)


Perlakuan Disposal C1 Disposal P
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Kontrol 7.0 9.3 8.0 6.7
I 7.0 7.3 7.0 10.5
II 6.9 11.7 6.5 8.8
III 7.1 7.8 6.8 9.2
IV 7.0 8.0 7.5 8.3
Rata-rata 8.7 11.0 8.9 10.8

Berdasarkan Tabel 6 perbandingan KTK tanah menunjukkan hasil yang


lebih baik pada disposal P dibandingkan pada disposal C1 dilihat dari hasil data
analisis tanah setelah perlakuan. Hal ini disebabkan adanya penambahan kapur
dan bahan organik ke dalam tanah, sehingga meningkatkan ketersedian unsur hara
Ca dan Mg dalam tanah, sehingga mengingkatkan KTK dalam tanah.

C 3. C-Organik

C-Organik pada disposal C1 dan P disajikan pada Tabel 7. Perlakuan yang


diberikan menunjukkan hasil yang berbeda terhadap reaksi tanah (pH ) pada
disposal C1 dan P.

Tabel 7. Perbandingan C-Organik (%) pada Disposal C1 dan P.

Sifat-sifat kimia tanah (C-Organik)


Perlakuan Disposal C1 Disposal P
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Kontrol 0.52 0.20 0.19 0.15
I 0.71 0.68 0.38 0.83
II 0.60 0.81 0.37 1.27
III 0.64 0.70 0.16 0.13
IV 0.46 0.63 0.18 0.14
Rata-rata 0.73 0.75 0.32 0.63

Berdasarkan Tabel 7 perbandingan C-Organik (%) menunjukkan hasil


yang lebih baik pada disposal P dibandingkan pada disposal C1 dilihat dari hasil
data analisis tanah setelah perlakuan. Hal ini disebabkan adanya penambahan
bahan organik ke dalam tanah, sehingga meningkatkan ketersedian C-Organik
dalam tanah, sehingga jumlah basa-basa dalam larutan tanah mempengaruhi
keseimbangan ion OH- dan pH tanah menjadi naik.
KESIMPULAN

1. Pemberian kapur dengan takaran 100kg/ha disertai pupuk NPK 50kg/ha


dan TSP 25kg/ha memberikan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan
dengan pemberian kompos dan pupuk kandang.
2. Peningkatan dosis P dari 25kg/ha menjadi 50kg/ha tidak berpengaruh
nyata.
3. Peningkatan dosis kapur dari 100kg/ha menjadi 150kg/ha dan 200kg/ha
tidak berpengaruh nyata.
4. Secara umum semua perlakuan, berpengaruh lebih baik terhadap
pertumbuhan tinggi tanaman, serapan hara N P K Ca Mg Fe Mn, sifat-sifat
kimia (pH, KTK, C-Organik), kecuali pada kontrol pada area disposal P.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, S. dan Sudadi U. 2004. Bahan Kuliah Kimia Tanah. Jurusan Tanah,
Fakultas Pertanian Institut Pertanian, Bogor. Bogor.
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.
B. E. J. Benne, et al. 1961. Animal Manures. Circ. 291. Michigan Agr. Exp. Sta
Brady, N. C. 1984. The Nature and Properties of Soils. Mcmilian Publ. Co.
Newyork.
Budidaya Koro Benguk (Mucuna prurirens). Liptan (Lembar Informasi Pertanian)
Instalansi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Comoro Timor-
Timur. Departemen Pertanian. April 1998. Agdex: 248/20
Foth. H. D. 1998. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerjemah Purbayanti. UGM. Press.
Terjemah dari Fundamentals of Soil Sience.
Hardiningsih, R. 1994. Uji Kualitas Pembuatan Kecap Koro Benguk di Daerah
Lahan Kering Wonogiri. Prosiding Seminar Hasil Litbang SDH (Sumber
Daya Hayati), Balitbang Mikrobiologi, Puslitbang Biologi-LIPI. Hal 226-
232. 4 April 1994.
Hermansyah, Y. 1999. Karakteristik Tanah Bekas Tambang di Wilayah
Pertambangan Cikotok Kabupaten Lebak Jawa Barat. Skripsi SI jurusan
tanah, Fakultas Pertanian, IPB.
Kustiawan, W. 2001. Perkembangan Vegetasi dan Kondisi Tanah serta Revegetasi
Pada Lahan Bekas Galian Tambang Batubara di Kalimantan Timur. Jurnal
Ilmiah Kehutanan Rimba Kalimantan. Fakultas Kehutanan. Universitas
Mulawarman, Samarinda. Volume 6, No 2, Hal 1-78 , Desember 2001..
Leiwakabessy, F. M. 1988. Bahan kuliah Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah,
Fakultas Pertanian Institut Pertanian, Bogor. Bogor.
Maftua’h. E. 2002. Studi potensi deversitas makrofauna tanah sebagai
bioindikator kualitas tanah pada beberapa penggunaan lahan. BIOSAIN,
Vol 2, No.2, Agustus 2002.
Nugroho, R. 2003. Pengaruh pukan sapi dan kapur terhadap Erapan Sulfat pada
Latosol dari Darmaga dan Podsolik dari Jasinga. Skripsi, jurusan Tanah,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Purnomo, J. Sukristyonubowo and Muchtar R. 1997. Pengaruh Pupuk NPK
Terhadap Sifat Kimia Tanah Timbunan Bekas Tambang Batubara.
Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah
dan Agroklimat, Bidang Kimia dan Biologi tanah. Pusat Penelitian Tanah
dan Agroklimat. Hal 85-94, Cisarua 4-6 Maret 1997, Bogor.
Ripley, E.A. Robert E.R and Adele A.C. 1996. Enviromental Effects of Mining.
St Lucie Press. Delray Beach, Florida.
Rustam, F. 2003. Menilik Rehabilitas Lahan Tambang Kesempatan Usaha yang
Menggiurkan.
Sanchez, Pedro A. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Jilid 1.
Diterjemahkan oleh Amir Hamzah. Penerbit ITB, Bandung
Saptoningrum, H. 2001. Karakteristik dan Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Tanah
Bekas Galian Tambang (Tailing) dan Dampaknya Terhadap Pertumbuhan
Vegetasi. Skripsi SI Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB.
Sinukaban, N. 1983. Perencanaan Pertanian Konservasi. Disampaikan Pada
Coaching Pelaksana Konservasi Lahan di Daerah Transmigrasi tahun
anggaran 1983/1984. Direktorat Perluasan Area Pertanian. Tanggal 25-29
Juli 1983, Lampung.
Situmorang, R. 1999. Pemanfaatan Bahan Organik Setempat, Mucuna sp dan
Fosfat Alam untuk Memperbaiki Sifat-Sifat Tanah Palehumults di
Mironontann, Sukabumi. Disertasi S3 Jurusan Tanah, Fakultas Pertanaian.
IPB.
Soemarwoto, O. 1997. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Edisi
revisi. Penerbit Djmbatan, Jakarta.
Soeprapto, P dan Chairot M. 2003. Kegiatan Penambangan dan Pengelolaan
Lingkungan di Tambang Batu Hijau PT. Newmont Nusa Tenggara,
Sumbawa, Indonesia. Makala Disampaikan Pada Seminar Nasional
Manajemen Lingkungan. IPB, 14 Januari 2003. Bogor.
Sudarmadji, S.R.B. Kasmidjo, Haryono B., Murdiati A., dan Hardiman. (1979)
Pembuatan Tempe Benguk dan Permasalahannya. Balai Penelitian Kimia.
Departemen Perindustrian.
Suhardi, Murdidjali N.A., Bernard B.S., Kasmidjo R.B dan Sudarmadji S.(1979)
Penyebaran HCN Dalam Biji Benguk dan Pengaruhnya Perndaman serta
Pendidihan Terhadapnya. Balai Penelitian Kimia. Departemen
Perindutrian. Bogor.
Tala’ohu, S.H, Moersidi S, Sukristiyonubowo and Gunawan S. 1995. Sifat Fisiko-
Kimia Tanah Timbunan Tambang Batubara (PTBA) di Tanjung Enim,
Sumatra Selatan. Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil
Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bidang Konservasi Tanah dan Air, serta
Agroklimat. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Hal 42-52, Cisarua
26-28 September 1995. Bogor.
Tala’ohu, S.H, Erfandi D dan Syamsidi G. 1999. Adaptasi Beberapa Jenis
Tanaman Kayu-Kayuan dan Buah-Buahan Dalam Upaya Penghijauan
Areal Tmbunan Pasca Penambangan Batubara. Prosiding Seminar
Nasional Sumber Daya Lahan. Pusat Penelitan Tanah dan Agroklimat. Hal
535-553, Cisarua 9-11 Februari 1999. Bogor.
Tisdale, S.L., W. L. Nelson, and J.D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers.
4th ed. Collier Macmillan Company, New York.
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Pertumbuhan Tinggi Tanaman pada Disposal C1
Pertumbuhan Tinggi Tanaman Plot Kompos Disposal C1 Pertumb
No Tinggi Tanaman Umur 4 MST Tinggi Tanaman Umur 6 MST Tinggi Tanaman Umur 8 MST No Tinggi Tanaman Umur 4 MST
Alur IA (cm) Alur IB (cm) AlurIC (cm) AlurIA (cm) AlurIB (cm) AlurIC (cm) Alur IA (cm) Alur IB (cm) AlurIC (cm) AlurIIA (cm) AlurIIB (cm) AlurIIC (cm)
1 147 200 127 246 305 249 346 405 349 1 110 145 50
2 149 10 122 250 97 218 350 197 318 2 114 147 133
3 143 94 125 276 109 237 376 209 337 3 116 143 130
4 144 156 129 229 238 201 329 338 301 4 118 148 70
5 141 153 121 204 275 239 304 375 339 5 113 141 40
6 176 158 84 226 217 140 326 317 240 6 117 184 105
7 155 150 99 235 239 120 335 339 220 7 112 186 68
8 158 85 13 275 137 92 375 237 192 8 115 183 10
9 153 88 125 283 185 243 383 285 343 9 111 188 90
10 159 83 122 219 195 250 319 295 350 10 117 182 10
∑ 1525 1177 1067 2443 1997 1989 3443 2997 2989 ∑ 1143 1647 706
χ 152.5 117.7 106.7 244.3 199.7 198.9 344.3 299.7 298.9 χ 114.3 164.7 70.6
Pertumbuhan Tinggi Tanaman Plot Kapur 100kg/ha Disposal C1 Pertumb
No Tinggi Tanaman Umur 4 MST Tinggi Tanaman Umur 6 MST Tinggi Tanaman Umur 8 MST No Tinggi Tanaman Umur 4 MST
AlurIIIA (cm) AlurIIIB (cm) AlurIIIC (cm) AlurIIIA (cm) AlurIIIB (cm) AlurIIIC (cm) AlurIIIA (cm) AlurIIIB (cm) AlurIIIC (cm) AlurIVA (cm) AlurIVB (cm) AlurIVC (cm)
1 5 217 172 29 324 223 129 424 323 1 5 72 81
2 5 212 170 26 319 252 126 419 352 2 5 176 86
3 40 215 135 79 346 248 179 446 348 3 20 26 83
4 43 219 140 73 315 231 173 415 331 4 23 5 19
5 176 211 183 234 348 294 334 448 394 5 27 158 15
6 172 216 187 250 315 237 350 415 337 6 5 153 5
7 170 219 181 286 349 244 386 449 344 7 5 159 5
8 176 215 186 239 316 253 339 416 353 8 96 155 17
9 171 212 188 279 325 249 379 425 349 9 92 151 11
10 175 217 181 288 364 257 388 464 357 10 99 157 37
∑ 1133 2153 1723 1783 3321 2488 2783 4321 3488 ∑ 377 1212 359
χ 113.3 215.3 172.3 178.3 332.1 248.8 278.3 432.1 348.8 χ 37.7 121.2 35.9
Pertumbuhan Tinggi Tanaman Plot Kapur 200kg/ha Disposal C1
No Tinggi Tanaman Umur 4 MST Tinggi Tanaman Umur 6 MST Tinggi Tanaman Umur 8 MST
AlurVA (cm) AlurVB (cm) AlurVC (cm) AlurVA(cm) AlurVB (cm) AlurVC (cm) AlurVA (cm) AlurVB (cm) AlurVC (cm)
1 5 159 25 23 254 87 123 354 187
2 85 153 118 124 237 234 224 337 334
3 5 156 111 25 217 201 125 317 301
4 154 107 119 239 209 213 339 309 313
5 157 102 115 275 214 230 375 314 330
6 153 98 117 238 127 216 338 227 316
7 158 111 111 249 214 239 349 314 339
8 5 115 119 31 219 230 131 319 330
9 5 119 116 20 235 210 120 335 310
10 97 113 119 109 229 258 209 329 358
∑ 824 1233 1070 1333 2155 2118 2333 3155 3118
χ 82.4 123.3 107 133.3 215.5 211.8 233.3 315.5 311.8
buhan Tinggi Tanaman Plot Pupuk Kandang Disposal C1
Tinggi Tanaman Umur 6 MST Tinggi Tanaman Umur 8 MST
AlurIIA (cm) AlurIIB (cm) AlurIIC (cm) AlurIIA (cm) AlurIIB (cm) AlurIIC (cm)
234 233 109 334 333 209
275 218 219 375 318 319
239 237 247 339 337 347
231 259 102 331 359 202
219 233 112 319 333 212
274 289 211 374 389 311
249 269 101 349 369 201
230 238 97 330 338 197
233 201 109 333 301 209
239 238 87 339 338 187
2423 2415 1394 3423 3415 2394
242.3 241.5 139.4 342.3 341.5 239.4
buhan Tinggi Tanaman Plot Kapur 150kg/ha Disposal C1
Tinggi Tanaman Umur 6 MST Tinggi Tanaman Umur 8 MST
AlurIVA (cm) AlurIVB (cm) AlurIVC (cm) AlurIVA (cm) AlurIVB (cm) AlurIVC (cm)
33 123 124 133 223 224
18 237 102 118 337 202
57 87 130 157 187 230
49 39 69 149 139 169
63 235 56 163 335 156
29 274 29 129 374 129
19 249 23 119 349 123
108 244 49 208 344 149
101 239 31 201 339 131
128 219 69 228 319 169
605 1946 682 1605 2946 1682
60.5 194.6 68.2 160.5 294.6 168.2
Tabel Lampiran 2. Pertum
Pertumbuhan Tinggi Tanaman Plot Kompos Disposal P
No Tinggi Tanaman Umur 4 MST Tinggi Tanaman Umur 6 MST
Alur IA (cm) Alur IB (cm) AlurIC (cm) Alur ID (cm) Alur IE (cm) Alur IF (cm) AlurIA (cm) AlurIB (cm) AlurIC (cm) AlurID (cm) AlurIE (cm) AlurIF (cm) AlurIA (cm)
1 263 123 247 315 202 53 356 262 374 364 373 157 406
2 196 176 242 311 274 39 223 215 346 379 369 103 315
3 281 102 246 317 277 201 302 263 349 339 303 346 410
4 283 75 243 313 239 86 337 225 351 386 355 119 419
5 287 107 245 319 231 34 382 256 369 363 373 106 457
6 289 81 241 312 195 59 367 161 304 333 296 194 429
7 284 39 248 316 152 23 345 157 382 368 239 175 436
8 282 35 242 318 197 31 351 142 363 375 274 194 419
9 285 15 249 312 193 37 397 178 381 343 269 194 459
10 219 44 245 314 196 64 348 189 353 366 210 163 439
∑ 2669 797 2448 3147 2156 627 3408 2048 3572 3616 3061 1751 4189
χ 266.9 79.7 244.8 314.7 215.6 62.7 340.8 204.8 357.2 361.6 306.1 175.1 418.9
Pertumbuhan Tinggi Tanaman Plot Pupuk Kandang Pada Disposal P
No Tinggi Tanaman Umur 4 MST Tinggi Tanaman Umur 6 MST
AlurIIA (cm) AlurIIB (cm) Alur IIC (cm) Alur IID (cm) AlurIIE (cm) AlurIIF (cm) AlurIIA (cm) AlurIIB (cm) AlurIIC (cm) AlurIID (cm) AlurIIE (cm) AlurIIF (cm) AlurIIA (cm)
1 - - 245 313 237 179 - - 356 359 323 293 -
2 - - 243 297 24 177 - - 379 304 183 203 -
3 - - 241 296 101 175 - - 303 367 277 186 -
4 - - 245 291 203 302 - - 383 349 303 373 -
5 - - 248 295 157 305 - - 368 305 229 320 -
6 - - 246 299 169 218 - - 329 338 246 379 -
7 - - 249 293 165 44 -192 - 393 383 259 126 -
8 - - 243 294 192 231 - - 327 374 257 301 -
9 - - 246 291 236 89 - - 330 384 336 169 -
10 - - 249 297 238 - - - 397 396 360 - -
∑ - - 2455 2966 1722 1720 - - 3565 3559 2773 2350 -
χ - - 245.5 296.6 172.2 191.1111111 - - 356.5 355.9 277.3 261.1111111 -
Pertumbuhan Tinggi Tanaman Plot Kapur 100
No Tinggi Tanaman Umur 4 MST Tinggi Tanaman Umur 6 MST
AlurIIIA (cm) AlurIIIB (cm) AlurIIIC (cm) AlurIIID (cm) AlurIIIE (cm) AlurIIIF (cm) AlurIIIG (cm) AlurIIIH (cm) AlurIIIA (cm) AlurIIIB (cm) AlurIIIC (cm) AlurIIID (cm) AlurIIIE (cm)
1 131 186 138 257 195 155 114 147 245 274 273 363 252
2 157 189 134 254 171 181 117 211 273 228 216 317 289
3 158 181 137 256 178 187 232 216 281 271 283 374 284
4 93 157 181 251 175 199 236 213 184 284 291 307 283
5 159 155 137 258 179 194 221 218 290 293 226 362 293
6 124 158 114 255 173 81 228 215 265 229 216 381 238
7 128 151 49 253 177 217 114 222 283 284 184 305 228
8 127 156 234 237 172 198 111 138 236 236 231 383 220
9 63 159 78 232 178 195 146 246 172 283 129 389 225
10 136 153 385 238 175 197 219 249 289 259 395 337 286
∑ 1276 1645 1587 2491 1773 1804 1738 2075 2518 2641 2444 3518 2598
χ 127.6 164.5 158.7 249.1 177.3 180.4 173.8 207.5 251.8 264.1 244.4 351.8 259.8
Pertumbuhan Tinggi Tanaman Plot Kapur 150kg/ha pada Disposal P
No Tinggi Tanaman Umur 4 MST Tinggi Tanaman Umur 6 MST
AlurIVA (cm) AlurIVB (cm) Alur IVC (cm) AlurIVD (cm) AlurIVE (cm) AlurIVF (cm) AlurIVG (cm) AlurIVA (cm) AlurIVB (cm) AlurIVC (cm) AlurIVD (cm) AlurIVE (cm) AlurIVF (cm)
1 145 178 125 165 141 125 154 234 237 257 273 273 283
2 143 173 128 163 147 128 151 267 298 231 282 284 227
3 147 179 121 161 145 121 158 225 237 249 281 232 245
4 181 172 128 165 141 128 153 218 223 227 248 271 296
5 188 176 15 167 148 126 159 247 260 197 226 236 246
6 183 171 19 163 143 122 154 298 215 183 271 263 284
7 189 178 13 169 149 129 152 201 269 169 283 272 261
8 213 174 57 163 142 125 156 359 229 128 217 262 273
9 216 179 101 166 146 123 153 375 298 297 253 254 283
10 211 173 105 169 141 129 158 309 249 216 283 213 252
∑ 1816 1753 812 1651 1443 1256 1548 2733 2515 2154 2617 2560 2650
χ 181.6 175.3 81.2 165.1 144.3 125.6 154.8 273.3 251.5 215.4 261.7 256 265
mbuhan Tinggi Tanaman pada Disposal P

Tinggi Tanaman Umur 8 MST


AlurIB (cm) AlurIC (cm) AlurID (cm) AlurIE (cm) AlurIF (cm)
314 410 411 401 211
310 426 452 428 252
342 433 429 459 475
351 415 462 426 218
318 429 428 439 274
219 468 476 326 233
275 469 422 349 210
238 455 411 347 236
211 427 475 311 211
234 419 429 319 237
2812 4351 4395 3805 2557
281.2 435.1 439.5 380.5 255.7

Tinggi Tanaman Umur 8 MST


AlurIIB (cm) AlurIIC (cm) AlurIID (cm) AlurIIE (cm) AlurIIF (cm)
- 411 410 411 333
- 419 427 291 321
- 415 462 392 222
- 422 433 411 427
- 428 412 372 452
- 436 415 364 417
- 437 456 378 273
- 452 429 374 456
- 491 418 458 291
- 427 437 456 -
- 4338 4299 3907 3192
- 433.8 429.9 390.7 354.6666667
0kg/ha pada Disposal P
T Tinggi Tanaman Umur 8 MST
AlurIIIF (cm) AlurIIIG (cm) AlurIIIH (cm) AlurIIIA (cm) AlurIIIB (cm) AlurIIIC (cm) AlurIIID (cm) AlurIIIE (cm) AlurIIIF (cm) AlurIIIG (cm) AlurIIIH (cm)
227 263 239 311 347 329 463 352 327 363 339
271 293 361 325 322 347 417 389 371 393 461
289 371 389 328 349 383 474 384 389 471 489
293 390 303 283 331 391 407 383 393 490 403
273 362 397 391 382 326 462 393 373 462 497
186 354 372 372 374 316 481 338 286 454 472
351 229 358 392 345 284 405 328 451 329 458
258 229 282 333 362 331 483 320 358 329 382
261 282 362 219 347 229 489 325 361 382 462
283 393 386 345 342 495 437 386 383 493 486
2692 3166 3449 3299 3501 3431 4518 3598 3692 4166 4449
269.2 316.6 344.9 329.9 350.1 343.1 451.8 359.8 369.2 416.6 444.9

Tinggi Tanaman Umur 8 MST


AlurIVG (cm) AlurIVA (cm) AlurIVB (cm) AlurIVC (cm) AlurIVD (cm) AlurIVE (cm) AlurIVF (cm) AlurIVG (cm)
274 334 337 357 373 373 383 374
236 367 398 331 382 384 327 336
239 325 337 349 381 332 345 339
293 318 323 327 348 371 396 393
228 347 360 297 326 336 346 328
243 398 315 283 371 363 384 343
283 301 369 269 383 372 361 383
295 459 329 228 317 362 373 395
237 475 398 397 353 354 383 337
238 409 349 316 383 313 352 338
2566 3733 3515 3154 3617 3560 3650 3566
256.6 373.3 351.5 315.4 361.7 356 365 356.6
Tabel Lampiran 3. Hasil Analisis Kimia dan Tekstur Tanah Sebelum Perlakuan Disposal C1

Walkley
Lokasi Sample pH & Black Kjeldhal C/N N KCl N NH4OAc pH 7.0 KB Kej SLA 0.05 N HCl Penyebaran Partikel Tekstur
(1:1) C - Org N - Total rasio P-Bray 1 Al3+ H+ Ca2+ Mg2+ K+ Na+ KTK Al S Fe Mn C Si Sa
H2O ……….(%)………… (ppm) ……………..(me/100g)……………… …..(%)…… ……….(ppm)…….. ………….(%)…………
S0C1 5.1 0.52 0.01 11.83 6.4 0.7 0.1 1.3 1.2 0.4 0.1 7 43 17 0.2 8.9 19 45.2 38.1 20.2 C
S1C1 5.7 0.71 0.06 11.83 6.2 0.8 0.5 1.4 1.8 0.1 0.1 7 49 20 0.2 8.5 16 41.8 37.6 20.6 C
Disposal S2C1 5 0.6 0.05 12 25.6 2 2.1 1.3 1.1 0.09 0.2 6.9 39 45 0.6 8.8 23 42.4 35.9 21.8 C
C1 S3C1 4.8 0.64 0.06 10.67 28.7 1.5 2 1.6 1.1 0.07 0.01 7.1 39 35 0.6 8 9 40.6 38.4 21.1 C
S4C1 4.7 0.46 0.05 9.2 11.3 2.5 2.1 1.1 1.1 0.07 0.02 7 33 52 7.5 10.5 12 40.1 36.3 23.6 C
S5C1 4.6 0.36 0.06 6 9.2 1.5 1 1.2 1.8 0.11 0.2 7.8 44 36 39.2 9.5 30 41.2 34.6 24.3 C
Ratarata 4.96 0.55 0.06 9.94 16.2 1.66 1.5 1.3 1.4 0.09 0.1 7.2 41 37 9.62 9.06 18 - - - -
Lab. Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman
Ket: S0C1: Kontrol (tanpa perlakuan) Diposal C1
S1C1: Perlakuan 1 : Kompos dengan pemberian pupuk NPK 50kg dan TSP 50kg Diposal C1
S2C1: Perlakuan 2 : Pupuk Kandang dengan pemberian pupuk NPK 50kg dan TSP 25kg Diposal C1
S3C1: Perlakuan 3 : Kapur I dengan pemberian pupuk NPK 50kg dan TSP 50kg Diposal C1
S4C1: Perlakuan 4 : Kapur II dengan pemberian pupuk NPK 50kg dan TSP 50kg Diposal C1
S5C1: Perlakuan 5 : Kapur III dengan pemberian pupuk NPK 50kg dan TSP 50kg Diposal C1

Tabel Lampiran 4. Hasil Analisis Kimia dan Tekstur Tanah Sebelum Perlakuan Disposal P

Walkley
Lokasi Sample pH & Black Kjeldhal C/N N KCl N NH4OAc pH 7.0 KB Kej SLA 0.05 N HCl Penyebaran Partikel
Tekstur
(1:1) C - Org N -Total rasio P-Bray1 Al3+ H+ Ca2+ Mg2+ K+ Na+ KTK Al S Fe Mn C Si Sa
H2O ……….(%)………… (ppm) ……………..(me/100g)……………… …..(%)…… ……….(ppm)…….. ………….(%)…………
S0P 4.1 0.19 0.01 7.9 26.1 1.7 0.9 1.6 2.9 0.15 0.47 8 57 26 74.1 6.2 19 12.6 22.2 61.6 SL
S1P 4.3 0.38 0.05 7.6 26.6 1.5 0.8 1.9 2.1 0.13 0.17 7 60 27 71.1 6.5 12 19.2 20.2 60.6 SL
Disposal S2P 4.6 0.37 0.03 12.33 25.6 1.5 0.8 1.4 2.2 0.06 0.02 6.5 56 29 25.2 4.2 11 18.3 15.1 66.6 SL
P
S3P 4.8 0.16 0.04 7.5 22.6 1.5 0.8 1.2 2.3 0.11 0.05 6.8 55 29 82.9 6.6 11 17.7 15.9 66.4 SL
S4P 5.2 0.18 0.03 6 19.5 0.5 0.3 1.9 2.6 0.16 0.04 7.5 62 9.7 109.2 5 9 20.4 17.7 61.9 SCL
Rata-rata 4.72 0.27 0.04 8.36 23.57 1.25 0.7 1.6 2.3 0.12 0.07 7 58 24 72.1 5.58 10.75 - - - -
Lab. Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman
Ket: S0P: Kontrol (tanpa perlakuan) Diposal P
S1P: Perlakuan 1 : Kompos dengan pemberian pupuk NPK 50kg dan TSP 50kg Diposal P
S2P: Perlakuan 2 : Pupuk Kandang dengan pemberian pupuk NPK 50kg dan TSP 25kg Diposal P
S3P: Perlakuan 3 : Kapur I dengan pemberian pupuk NPK 50kg dan TSP 50kg Diposal P
S4P: Perlakuan 4 : Kapur II dengan pemberian pupuk NPK 50kg dan TSP 50kg Diposal P

52
Tabel Lampiran 5. Hasil Analisis Kimia Tanah Sesudah Perlakuan Disposal C1

Walkley C/N
Lokasi & Black Kjeldhal rasio N KCl N NH4OAc pH 7.0 KB Kej 0.05 N HCl
Sample pH (1:1) C - Org N - Total P-Bray 1 Al3+ H+ Ca2+ Mg2+ K+ Na+ KTK Al Fe Mn
H2O ……….(%)………… (ppm) ……………..(me/100g)……………… …..(%)…… ……(ppm)……..
T0C1 5.2 0.2 5 2.51 0.26 0.4 1.1 0.2 0.1 9.43 14.5 9.3 19 2.5 3.62 2.32
T1C1 6.9 0.68 0.07 9.71 2 tr 0.04 7.7 4 0.1 0.08 7.3 100 tr 3.37 7.15
T2C1 5.9 0.81 0.08 10.12 19.6 tr 0.04 3.3 3.8 0.21 0.13 12 63 tr 2.81 6.15
Disposal C1 T3C1 5.4 0.7 0.08 8.75 3 0.39 0.2 1.8 3.5 0.16 0.13 7.9 71 17 6.7 9.78
T4C1 5.3 0.63 0.07 9 2 0.43 0.2 1.9 2.8 0.13 0.08 8.1 61 8.1 6.45 7.68
T1C1 5.3 0.52 0.06 8.67 1.7 0.9 0.2 2.1 1.7 0.1 0.1 8.1 49 19 4.71 4
Rata-rata 5.76 0.668 0.072 9.25 5.66 0.573 0.1 3.3 3.2 0.14 0.1 8.6 69 15 4.808 6.95
Lab. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB
Ket: D0C1: Kontrol (tanpa perlakuan) Diposal C1
D1C1: Perlakuan 1 : Kompos dengan pemberian pupuk NPK 50kg dan TSP 50kg Diposal C1
D2C1: Perlakuan 2 : Pupuk Kandang dengan pemberian pupuk NPK 50kg dan TSP 25kg Diposal C1
D3C1: Perlakuan 3 : Kapur I dengan pemberian pupuk NPK 50kg dan TSP 50kg Diposal C1
D4C1: Perlakuan 4 : Kapur II dengan pemberian pupuk NPK 50kg dan TSP 50kg Diposal C1
D5C1: Perlakuan 5 : Kapur III dengan pemberian pupuk NPK 50kg dan TSP 50kg Diposal C1

Tabel Lampiran 6. Hasil Analisis Kimia Tanah Sesudah Perlakuan Disposal P

Walkley C/N
Lokasi & Black Kjeldhal rasio N KCl N NH4OAc pH 7.0 KB Kej 0.05 N HCl
Sample pH (1:1) C - Org N - Total P-Bray 1 Al3+ H+ Ca2+ Mg2+ K+ Na+ KTK Al Fe Mn
H2O ……….(%)………… (ppm) ……………..(me/100g)……………… …..(%)…… ……(ppm)……..
T0P 5.3 0.15 3.3 0.36 0.21 0.63 0.96 0.3 0.2 10.4 15.1 6.7 20 0.4 3.775 1.68
T1P 7.9 0.83 0.09 9.22 4.5 tr 0.04 3.1 3.3 0.13 0.08 11 62 tr 32.65 15.4
Disposal P T2P 6.4 1.27 0.13 9.76 30.8 tr 0.08 3.1 3.2 0.25 0.2 8.9 76 tr 2.4 4.97
T3P 11.6 0.13 0.18 9.67 2 tr 0.04 57 5.6 0.26 0.18 9.2 100 tr 0.24 0.05
T3P 6.9 0.14 0.14 8.93 30.6 tr 0.04 9.4 8.7 0.19 0.16 8.3 100 tr 1.58 6.61
Rata-rata 8.2 0.5925 0.135 9.395 16.975 tr 0.05 18 5.2 0.21 0.16 9.2 85 tr 9.2175 6.77
Lab. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB
Ket: D0P: Kontrol (tanpa perlakuan) Diposal P
D1P: Perlakuan 1 : Kompos dengan pemberian pupuk NPK 50kg dan TSP 50kg Diposal P
D2P: Perlakuan 2 : Pupuk Kandang dengan pemberian pupuk NPK 50kg dan TSP 25kg Diposal P
D3P: Perlakuan 3 : Kapur I dengan pemberian pupuk NPK 50kg dan TSP 50kg Diposal P
D4P: Perlakuan 4 : Kapur II dengan pemberian pupuk NPK 50kg dan TSP 50kg Diposal P

53
Tabel Lampiran 7. Hasil Analisis Daun Sesudah Perlakuan Disposal C1

C N P K Ca Mg Fe Mn
Lokasi Sample ……………………………………..(%)………………………………………….. ..(ppm)..
D0C1 51.42 2.31 0.21 0.48 0.4 0.27 14.48 17
D1C1 54.83 4.55 0.54 1.7 0.91 0.36 26.85 20
D2C1 52.38 2.33 0.22 0.38 0.38 0.15 10.65 18
Disposal C1 D3C1 48.22 1.53 0.23 0.35 1.76 0.31 44.5 23
D4C1 48.35 1.5 0.2 0.45 1.38 0.47 32.31 23
D5C1 50.63 1.96 0.22 0.35 0.96 0.3 30.03 23
Rata-rata 50.88 2.37 0.28 0.64 1.07 0.31 28.86 21
Lab. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB
Ket: D0C1: Kontrol (tanpa perlakuan) Diposal C1
D1C1: Perlakuan 1 : Kompos dengan pemberian pupuk NPK 50kg dan TSP 50kg Diposal C1
D2C1: Perlakuan 2 : Pupuk Kandang dengan pemberian pupuk NPK 50kg dan TSP 25kg Diposal C1
D3C1: Perlakuan 3 : Kapur I dengan pemberian pupuk NPK 50kg dan TSP 50kg Diposal C1
D4C1: Perlakuan 4 : Kapur II dengan pemberian pupuk NPK 50kg dan TSP 50kg Diposal C1
D5C1: Perlakuan 5 : Kapur III dengan pemberian pupuk NPK 50kg dan TSP 50kg Diposal C1

Tabel Lampiran 8. Hasil Analisis Daun Sesudah Perlakuan Disposal P

C N P K Ca Mg Fe Mn
Lokasi Sample ……………………………………..(%)………………………………………….. ..(ppm)..
D1P 53.01 3.11 0.48 1.1 0.63 0.31 15.1 10
D1P 54.04 4.24 0.5 1.78 0.8 0.51 27.56 22
D2P 54.76 3.82 0.53 2.36 0.74 0.44 28.51 13
Disposal P
D3P 53.76 4.61 0.52 1.7 1.37 0.46 24.5 13
D3P 54.22 4.67 0.51 2 0.76 0.35 18.27 14
Rata-rata 53.4453 3.80 0.47 1.59 0.89 0.39 23.80 16
Lab. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB
Ket: D0P: Kontrol (tanpa perlakuan) Diposal P
D1P: Perlakuan 1 : Kompos dengan pemberian pupuk NPK 50kg dan TSP 50kg Diposal P
D2P: Perlakuan 2 : Pupuk Kandang dengan pemberian pupuk NPK 50kg dan TSP 25kg Diposal P
D3P: Perlakuan 3 : Kapur I dengan pemberian pupuk NPK 50kg dan TSP 50kg Diposal P
D4P: Perlakuan 4 : Kapur II dengan pemberian pupuk NPK 50kg dan TSP 50kg Diposal P

54
Gambar Kegiatan Penanaman Koro Benguk di Area Disposal C1 dan P

Gbr 1. Tanaman koro benguk umur 2 minggu Disposal P

Gbr 2. Tanaman koro benguk umur 2 minggu Disposal C1

55
Gbr 3. Tanaman koro benguk umur 1 bulan Disposal P

Gbr 4. Tanaman koro benguk umur 1bulan Disposal C1

Gbr 5. Tanaman Koro Benguk Umur 2 Bulan Disposal P

Gbr 6. Tanaman Koro Benguk Umur 2 Bulan Disposal C1

56

You might also like