You are on page 1of 29

TUGAS ANALISIS JURNAL PEMERIKSAAN

PARAMETER KIMIA AIR BERSIH DAN KOLAM RENANG

Mata Kuliah: Penyehatan Air


Dosen Pengampu: Hari Rudijanto I. W., ST., M.Kes.

Disusun oleh :
Dhera Rosita Widyawira
P1337433219064

PRODI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2020/2021
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia
Vol. 12 No. 2 / Oktober 2013

Kualitas Fisik dan Kimia Air Sumur Gali dan Sumur Bor di Wilayah Kerja Puskesmas
Guntur II Kabupaten Demak

Physical and Chemical Water Quality of Dug and Bore Well in the Working Area of Public
Health Center II Guntur Demak Regency

Siti Munfiah, Nurjazuli, Onny Setiani

ABSTRACT
Background: Preliminary study results of dug well in Sidokumpul obtained that color levels is 56 TCU, total
hardness is 998 mg/l, manganese is 5.26 mg/l, sulphate is 980 mg/l and organic matter is 14.85 mg/l. The results
of bore well water in Blerong showed sulphate levels is 414.63 mg/l. All of these parameters have exceeded the
quality standard of water.
Method: This was an observational research with cross sectional design. Sampling was done by purposive
sampling. The number of samples were 40 wells consist of 20 dug wells and 20 bore wells. Bivariate analysis
used SPSS and multivariate analysis used SEM VPLS.
Result: The results of this research showed the distance of pollutant sources with the wells, the amount of
pollutant sources, the physical condition of wells, and types of wells were significantly related to the levels of
color, total hardness, manganese, pH and organic matter of well water (t statistic value is 14.292). Well water
quality of 52,6% can be explained by environmental factors
Conclusion: A total of 20 dug wells (100%) with the water quality that does not qualify as clean and drinking
water. A total of 12 bore wells (60%) with the water quality that does not qualify as clean water. A total of 19
bore wells (95%) with the water quality that does not qualify as drinking water.

Key words: Water quality, dug wells, bore wells

PENDAHULUAN mutu warna: 50 TCU), kesadahan total 998 mg/l (baku


Air merupakan kebutuhan dasar dan bagian dari mutu kesadahan total: 500 mg/l), mangan (Mn) 5,26
kehidupan yang fungsinya tidak dapat digantikan oleh mg/ l (baku mutu Mn: 0,5 mg/l), pH air sebesar 6,33
senyawa lain, dengan demikian layak untuk diketahui (baku mutu pH: 6,5-9,0), sulfat (SO4) 980 mg/l (baku
kandungan air tersebut.1 Pemenuhan kebutuhan air mutu SO4: 400 mg/l) dan zat organik (KMnO 4) sebesar
bersih di wilayah kerja Puskesmas Guntur II 14,85 mg/l (baku mutu KMnO4: 10 mg/l).
Kabupaten Demak pada umumnya menggunakan air Pemeriksaan kualitas air sumur gali di Desa Gaji
dari sumur gali dan sumur bor. Air tanah memiliki diperoleh kadar pH sebesar 6,49 (baku mutu pH: 6,5-
beberapa kerugian atau kelemahan dibanding sumber 9,0), sulfat (SO4) 527,47 mg/l (baku mutu SO4: 400
air lainnya karena air tanah mengandung zat-zat mg/l) dan zat organik (KMnO4) sebesar 10,25 mg/l
mineral dalam konsentrasi tinggi. Zat-zat mineral (baku mutu zat organik: 10 mg/l). Hasil pemeriksaan
tersebut antara lain magnesium, kalsium dan besi yang kualitas air sumur bor di Desa Blerong diperoleh kadar
menyebabkan kesadahan.2 Penggunaan air yang tidak sulfat (SO4) sebesar 414,63 mg/l dan di Desa Krandon
memenuhi persyaratan dapat menimbulkan terjadinya sebesar 474,05 mg/l. Kadar sulfat (SO4) tersebut telah
gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut melebihi baku mutu sebagai air bersih yaitu 400 mg/l
dapat berupa penyakit menular maupun tidak menular. dan sebagai air minum yaitu 250 mg/liter.
Penyakit menular yang disebarkan oleh air secara Hasil studi pendahuluan menunjukkan kadar
langsung disebut penyakit bawaan air (waterborne warna, kesadahan total, mangan, pH, sulfat dan zat
disease). Penyakit tidak menular akibat penggunaan organik air sumur gali dan kadar sulfat sumur bor telah
air terjadi karena air telah terkontaminasi zat-zat melebihi baku mutu baik sebagai sumber air bersih
berbahaya atau beracun.3 maupun air minum. Pengukuran kualitas air secara
Hasil pemeriksaan kualitas air sumur gali di fisik dan kimia pada air sumur gali dan sumur bor
Desa Sidokumpul diperoleh kadar warna sebesar 56 menjadi kebutuhan Puskesmas
TCU (baku

_________________________________________________
Siti Munfiah, S.KM, M.Kes, Prodi Kesmas Politeknik Banjarnegara
154
Dr. Nurjazuli, SKM, M.Kes, Program Magister Kesehatan Lingkungan UNDIP dr.
Onny Setiani, Ph.D, Program Magister Kesehatan Lingkungan UNDIP

155
Siti Munfiah, Nurjazuli, Onny Setiani

Guntur II sebagai upaya pencegahan dan pengendalian angsa dan bebek), saluran pembuangan air limbah
penyakit yang disebabkan oleh air yang tidak (limbah rumah
memenuhi syarat kesehatan.
Parameter fisik dan kimia yang dilakukan
pemeriksaan merupakan parameter fisik dan kimia
pada air yang bersumber pada air tanah yang
dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia.
Parameter fisik kualitas air meliputi warna dan Total
Dissolved Solids (TDS) dan parameter kimia
meliputi besi, kesadahan total, klorida, mangan,
nitrat sebagai N, nitrit sebagai N, pH, sulfat dan zat
organik. Penelitian ini bertujuan untuk menkaji
hubungan faktor lingkungan yaitu jarak sumber
pencemar dengan sumur, jumlah sumber pencemar
dengan sumur, kondisi fisik sumur dan jenis sumur
dengan kualitas air sumur gali dan sumur bor.

MATERIDANMETODE
Jenis penelitian ini merupakan penelitian
observasional analitik dengan rancangan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
sumur gali dan sumur bor yang berada di wilayah
kerja Puskesmas Guntur II Kabupaten Demak.
Cara pengambilan sampel dilakukan dengan metode
purposive sampling yaitu dengan ketentuan sumur
yang dipergunakan untuk sumber air bersih yakni
sumur yang dipergunakan untuk keperluan domestik
rumah tangga seperti mandi, menyikat gigi, mencuci
pakaian, mencuci alat-alat makan, memasak dan
sebagainya.
Penentuan besar sampel dilakukan dengan
menentukan setiap desa binaan di wilayah kerja
Puskesmas Guntur II sebanyak 2 (dua) sampel untuk
sumur gali dan 2 (dua) sampel sumur bor. Sehingga
diperoleh besar sampel sebanyak 40, dengan rincian
20 sampel sumur gali dan 20 sampel sumur bor.
Variabel yang dikaji dalam penelitian meliputi faktor
lingkungan yaitu jarak sumber pencemar dengan
sumur, jumlah sumber pencemar dengan sumur,
kondisi fisik sumur dan jenis sumur, dan kualitas air
sumur gali dan sumur bor. Analisis bivariat dilakukan
dengan uji Chi Square, sedangkan analisis multivariat
dilakukan menggunakan Structural Equotion Modeling
(SEM).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Guntur II Kabupaten Demak. Puskesmas
Guntur II terletak di Kabupaten Demak pada 06
58’39" Lintang Selatan dan 110 36’54" Bujur Timur.
Wilayah kerja Puskesmas Guntur II terdiri dari 10
desa binaan yaitu Desa Pamongan, Sukorejo, Sarirejo,
Sidokumpul, Gaji, Blerong, Banjarejo, Wonorejo,
Krandon dan Tangkis.
Berdasarkan hasil observasi di daerah penelitian
ditemukan beberapa jenis sumber pencemar yaitu
jamban/ septic tank, kandang ternak (kambing, sapi,
tangga), tempat pembuangan sampah rumah tangga, 2. Kualitas Fisik dan Kimia Air Sumur Bor
saluran irigasi yang berada pada radius kurang dari 25 Hasil pengukuran kualitas fisik dan kimia air
meter. sumur bor ditunjukkan pada Tabel 2.
Penentuan jarak ini disesuaikan dengan jarak Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa rata-rata
jangkauan cemaran kimia yang disebabkan oleh kadar mangan, pH dan sulfat pada air sumur gali telah
limbah domestik di daerah pemukiman yang akan melebihi baku mutu air bersih. Rata-rata kadar warna,
mengalami penyempitan pencemaran pada jarak 25 TDS, besi, klorida, mangan, pH dan sulfat sumur gali
meter. Hasil pengukuran jarak sumber pencemar telah melebihi baku mutu air minum.Tabel 2
dengan sumur jarak terdekat adalah 1 meter dan jarak menunjukkan bahwa masalah utama kualitas air
maksimum 24,14 meter. sumur bor adalah rata-rata kadar sulfat yang telah
Sumber pencemar yang dilakukan melebihi baku mutu baik sebagai sumber air bersih
penghitungan adalah sumber pencemar yang maupun air minum. Kualitas air sumur gali dan sumur
disesuaikan dengan arah aliran air tanah di wilayah bor dijelaskan sebagai berikut:
kerja Puskesmas Guntur II yaitu dari arah timur ke
arah barat dengan jarak kurang dari 25 meter. Hasil a. Warna
observasi menunjukkan jumlah sumber pencemar 0- Warna pada air dapat disebabkan karena adanya
3 buah pada sumur gali. Jenis sumber pencemar yang bahan organik dan bahan anorganik, karena
paling dominan di wilayah kerja Puskesmas Guntur keberadaan plankton, humus dan ion-ion logam
II adalah jamban dan saluran pembuangan air limbah (misalnya besi dan mangan), serta bahan-bahan lain.
rumah tangga yang jaraknya kurang dari 25 meter. Adanya oksida besi menyebabkan air berwarna
Kondisi fisik sumur gali diukur dengan kemerahan, keberadaan oksida mangan menyebabkan
menggunakan kuesioner observasi. Berdasarkan hasil air berwarna kecoklatan atau kehitaman.4
observasi di lapangan menunjukkan sebanyak 14 Hasil pengukuran di laboratorium menunjukkan
sumur gali (70%) dengan kondisi fisik buruk dan kadar warna air sumur gali 0 - 168 TCU. Kadar warna
seluruh sumur bor memiliki kondisi fisik yang baik air sumur bor sebesar 0- 4 TCU. Baku mutu kadar
(permanen). warna air sebagai sumber air bersih sebesar 50 TCU
1. Kualitas Fisik dan Kimia Air Sumur Gali dan air minum sebesar 15 TCU. Sebanyak 3 sumur
Hasil pengukuran kualitas fisik dan kimia air gali (15%) dengan kadar warna yang tidak memenuhi
sumur gali ditunjukkan pada Tabel 1. syarat sebagai
sumber air bersih dan 14 sumur gali (70%) tidak b. Jumlah Padatan Terlarut/Total Dissolved
memenuhi syarat sebagai air minum. Sebanyak 20 Solids(TDS)
sumur bor (100%) memiliki kadar warna yang Jumlah padatan terlarut terdiri dari senyawa-
memenuhi syarat sebagai sumber air bersih dan air senyawa organik dan anorganik yang larut dalam air,
minum. mineral dan garam-garamnya. 5 Hasil pengukuran di
Kadar warna air sumur bor di wilayah kerja laboratorium diperoleh kadar TDS 578 - >10.000 mg/l.
Puskesmas Guntur II secara keseluruhan memenuhi Kadar TDS air sumur bor 291 – 1493 mg/l. Baku mutu
syarat sebagai sumber air bersih dan sumber air TDS sebagai sumber air bersih 1500 mg/l dan air
minum karena sumur bor di ambil dari lapisan air yang minum 500 mg/l. Sebanyak 5 sumur gali (25%)
tidak jenuh sehingga kualitas air terhindar dari dengan kadar TDS melebihi baku mutu sebagai air
pengaruh cemaran di sekitarnya. bersih dan semua

Tabel 1. Kualitas Fisik dan Kimia Air Sumur Gali di Wilayah Kerja Puskesmas Guntur II
Baku Mutu
No. Parameter Rerata ± sd Min-Mak Med Satuan
Air Bersih Air Minum
A. Fisik
1. Warna 35,7 ± 38,3 0 - 68 28 50 15 TCU
2. TDS 938,1 ± 325,08 578 - >10000 818 1500 500 mg/l
B. Kimia
1. Besi 0,31 ± 0,323 0 -1,10 0,16 1,0 0,3 mg/l
2. Kesadahan total 398,2 ± 244,84 1,09 - 998 376 500 500 mg/l
3. Klorida 518,40 ± 753,120 57,11 - 209,6 600 250 mg/l
2884,57
4. Mangan 1,02 ± 1,33 0 - 5,26 0,67 0,5 0,4 mg/l
5. Nitrat sebagai N 0,56 ± 0,704 0 - 2,11 0,10 Nitrat Nitrat mg/l
sebagai N= sebagai
10 NO3= 50
6. Nitrit sebagai N 0,65 ± 1,006 0 - 3,67 0,14 Nitrit Nitrit mg/l
sebagai sebagai
NO2= 1 NO2= 3
7. pH 6,45 ± 0,2 6,05 - 6,81 6,49 6,5-9,0 6,5-8,5 -
8. Sulfat 599,60 ± 214,131 168,88 - 980 578,4 400 250 mg/l
9. Zat organik 8,36 ± 4,405 1,67 - 14,85 9,34 10 10 mg/l
Tabel 2. Kualitas Fisik dan Kimia Air Sumur Bor di Wilayah Kerja Puskesmas Guntur II
Baku Mutu
No. Parameter Rerata ± sd Min-Mak Med Satuan
Air Bersih Air Minum
A. Fisik
1. Warna 1,25 ± 1,803 0 - 4 dan 8 sumur
0 bor (40%)
50 telah melebihi
15 baku TCU
mutu air
2. TDS 684,45 ± 438,261 29 - 1493minum.
397,500 1500 500 mg/l
B. Kimia Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat 4 sumur
1. Besi 0,04 ± 0,068 0 - 0,27 gali dengan
0 kadar 1,0
TDS lebih dari0,3 10.000 mg/l
mg/lyaitu
2. Kesadahan total 136,15 ± 103,246 44 - 329 sumur64,50 500 Pamongan,500
di Desa Tangkis, mg/l
dan Sukorejo. Kadar
3. Klorida 67,39 ± 49,668 22,72 - TDS 36,31 600 250
yang lebih dari 10.000 mg/l ini menunjukkanmg/l
158,08 tingkat salinitas yang tinggi, yaitu ditandai dengan air
4. Mangan 0,05 ± 0,105 0 - 0,29 0 0,5 0,4 mg/l
berasa asin (saline).4 Tingginya kadar TDS ini dapat
5. Nitrat sebagai N 0,23 ± 0,356 0 - 1,26 0,04 Nitrat Nitrat mg/l
disebabkan karena tingginya
sebagai N= kadar
sebagaiklorida dan zat
organik. 10 NO3= 50
6. Nitrit sebagai N 0,03 ± 0,053 0 - 0,22 0 Nitrit Nitrit mg/l
c. Besi (Fe) sebagai sebagai
Besi atau ferrum
NO2=(Fe)
1 adalahNOmetal
2= 3 berwarna putih
7. pH 6,88 ± 1,125 6,69 - 7,13keperakan,
6,85 liat dan
6,5-9,0 6,5-8,5
dapat dibentuk. -
Besi di alam didapat
8. Sulfat 797,77 ± 616,122 182,57 - sebagai
444,34 400
hematit.6 Keberadaan 250dalam airmg/l
besi bersifat
2049,05 terlarut, menyebabkan air menjadi merah kekuning-
9. Zat organik 3,65 ± 2,961 1,37 – kuningan,
2,59 menimbulkan
10 10 dan membentuk
bau amis, mg/l
14,53 7
lapisan seperti minyak.
Hasil pengukuran kadar besi air sumur gali 0 -
1,10 mg/l. Kadar besi sumur bor 0-0,27 mg/l. Baku
mutu kadar besi sebagai sumber air bersih sebesar 1,0
mg/l dan sebagai air minum sebesar 0,3 mg/l. Hasil
penelitian di wilayah kerja Puskesmas Guntur II
sebanyak 1 sumur gali (5%) dengan kadar besi yang
melebihi baku mutu air bersih dan 8 sumur gali (40%)
telah melebihi baku mutu air minum. Semua sumur bor
(100%) memiliki kadar besi yang memenuhi syarat
sebagai air bersih dan air minum.
Keberadaan besi dalam air dapat menyebabkan air
menjadi berwarna, berbau dan berasa. Sebanyak 3
responden (15%) menyatakan bahwa air sumur galinya
berbau amis dan berwarna merah kekeruhan. Kadar besi
yang berlebihan selain dapat menyebabkan timbulnya
warna merah juga dapat menyebabkan karat pada
peralatan yang terbuat dari logam.

d. Kesadahan Total
Kesadahan adalah sifat air yang disebabkan oleh
adanya ion-ion (kation) logam valensi, misalnya Mg2+,
Ca2+, Fe+ dan Mn+. Kesadahan total (total hardness)
adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya ion-ion
Ca2+dan Mg2+secara bersama-sama.7
Hasil pengukuran kadar kesadahan total air sumur
gali diperoleh 1,09-998 mg/l. Kadar kesadahan total air
sumur bor 44-329 mg/l. Baku mutu kesadahan total
sumur gali (100%) telah melebihi baku mutu air sebagai sumber air bersih dan air minum sebesar 500
minum. Sebanyak 20 sumur bor (100%) dengan kadar mg/
TDS masih memenuhi syarat sebagai sumber air bersih l. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 5 sumur gali
(25%) dengan kadar kesadahan total melebihi baku
mutu air bersih dan air minum yaitu sumur gali di Desa
Tangkis, Blerong, Sidokumpul dan Pamongan. Semua meliputi batuan beku, drainase tanah dan pelapukan
sumur bor (100%) memiliki kadar kesadahan total tanaman dan hewan. Nitrat dalam air tanah terjadi
yang memenuhi syarat sebagai sumber air bersih dan secara alami akibat pencucian tanah.11 Nitrat menjadi
air minum. perhatian khusus karen tingginya kadar nitrat dalam air
dapat mengakibatkan sindrom bayi biru atau
e. Klorida (Cl) methemoglobinemia.12
Sumber klorida dalam air permukaan dan air Hasil pemeriksaan air sumur di wilayah kerja
tanah Puskesmas Guntur II kadar nitrat air sumur gali 0-2,11
mg/l. Kadar nitrat sebagai N air sumur bor 0-1,26
mg/l. Baku mutu kadar nitrat sebagai sumber air bersih
sebesar 10 mg/l. Kadar nitrat pada semua sumur gali
dan sumur bor menunjukkan masih memenuhi syarat
dapat terjadi secara alami dan akibat kegiatan manusia sebagai sumber air bersih dan air minum. Kadar nitrat
seperti air limpasan, penggunaan pupuk anorganik, air sebagai N tertinggi
lindi dari persampahan, limbah septic tank, pakan
ternak, limbah industri, saluran drainase atau irigasi,
dan intrusi air laut di wilayah pesisir.8 Konsentrasi
klorida 250 mg/l merupakan batas maksimal
konsentrasi yang dapat menimbulkan rasa asin.9
Hasil penelitian menunjukkan kadar klorida (Cl) yaitu pada sumur gali di Desa Sarirejo.
air sumur gali 57,11-2884,57 mg/l. Kadar klorida (Cl) Jarak antara lahan pertanian dengan sumur gali yang
air sumur bor 22,72-158,08 mg/l. Batas maksimum radiusnya lebih dari 25 meter inilah yang
klorida dalam sumber air bersih adalah 600 mg/l dan memungkinkan kadar nitrat dalam air sumur masih
air minum 250 mg/ memenuhi syarat. Terdapat satu sumur gali yang
l. Hasil penelitian diperoleh sumur gali dengan kadar memiliki jarak kurang dari 25 meter dengan lahan
klorida melebihi baku mutu air bersih sebanyak 4 pertanian, namun memiliki kadar nitrat yang masih
sumur (20%) dan 9 sumur gali (45%) dengan kadar memenuhi syarat sebagai sumber air bersih. Hal ini
klorida yang melebihi baku mutu air minum. Semua dapat disebabkan karena pada lahan pertanian belum
sumur bor (100%) dengan kadar klorida yang dilakukan penanaman masih dalam tahap persiapan
memenuhi syarat air bersih dan air minum. lahan.

f. Mangan (Mn) h. Nitrit sebagai N


Mangan adalah salah satu logam yang paling Nitrit merupakan bentuk nitrogen yang hanya
melimpah di permukaan bumi, yaitu sekitar 0,1% dari sebagian teroksidasi. Nitrit tidak ditemukan dalam air
kerak bumi. Mangan tidak ditemukan secara alami limbah yang segar, melainkan dalam limbah yang sudah
dalam bentuk murni (unsur), tetapi merupakan sebuah basi atau lama.13 Kadar nitrit sebagai N air sumur gali
komponen lebih dari 100 mineral. Mangan secara alami 0- 3,67 mg/l. Kadar nitrit sebagai N air sumur bor 0-0,22
banyak terjadi pada air permukaan dan air tanah, mg/
namun aktivitas manusia juga banyak berkontribusi l. Baku mutu nitrit sebagai sumber air bersih adalah 1,0
menimbulkan kontaminasi mangan dalam air. 10 mg/l. Terdapat 4 sumur gali (20%) dengan kadar nitrit
Mangan dapat berikatan dengan nitrat, sulfat, dan yang melebihi baku mutu yaitu sumur gali di Desa
klorida dan larut dalam air.4 Tangkis, Blerong, Pamongan dan Sukorejo. Sedangkan
Hasil penelitian menunjukkan kadar mangan kadar nitrit pada sumur bor semuanya (100%) masih
(Mn) sumur gali 0-5,26 mg/l. Kadar mangan (Mn) memenuhi syarat sebagai sumber air bersih dan air
sumur bor 0- 0,29 mg/l. Baku mutu mangan sebagai minum.
sumber air bersih sebesar 0,5 mg/l dan air minum 0,4 Tingginya kadar nitrit dalam air sumur gali dapat
mg/l. Terdapat 11 sumur gali (55%) dengan kadar disebabkan akibat tercemar limbah dari sistem
mangan melebihi baku mutu air bersih dan air minum. pembuangan tinja yang belum memadai. Sistem
Adapun kadar mangan dalam sumur bor (100%) pembuangan tinja di wilayah kerja Puskesmas Guntur II
memenuhi syarat sebagai sumber air bersih dan air belum terpusat dan masih menggunakan sistem
minum. individual septic-tank dan konstruksi jamban yang tidak
permanen yang dapat memperbesar terjadinya
g. Nitrat (NO3) sebagai N pencemaran air sumur.
Ion nitrat (NO3) merupakan bentuk umum dari
gabungan nitrogen yang ditemukan di perairan alami. i. Derajad keasaman (pH)
Proses denitrifikasi dalam kondisi anaerobik akan Derajad keasaman (pH) air yang lebih kecil dari
terjadi
6,5 atau pH asam meningkatkan korosifitas pada
reaksi reduksi menjadi nitrit (NO2). Ion nitrit dengan
benda- benda logam, menimbulkan rasa tidak enak dan
cepat teroksidasi menjadi nitrat. Sumber alami nitrat
dapat menyebabkan beberapa bahan kimia menjadi
racun yang mengganggu kesehatan.9 Hasil penelitian
menunjukkan derajat pH 6,05-6,81. Derajat pH sumur di lapangan menunjukkan pada beberapa peralatan
bor 6,69-7,13. Baku mutu pH air bersih adalah 6,5-9,0 perpipaan terjadi korosi dan timbul rasa yang tidak
dan air minum adalah 6,5 - 8,5. Sebanyak 12 sumur enak pada air tersebut.
gali (60%) dengan nilai pH yang tidak memenuhi
syarat sebagai sumber air bersih dan air minum yaitu
j. Sulfat (SO4)
pada kondisi asam. Sedangkan pada sumur bor Permasalahan yang diakibatkan oleh adanya sulfat
semuanya memiliki nilai pH yang yang memenuhi dalam air adalah bau dan masalah korosi pada
syarat air bersih dan air minum. Hasil observasi perpipaan yang diakibatkan dari reduksi sulfat menjadi
hidrogen sulfida dalam kondisi anaerobik. Efek laksatif
pada sulfat ditimbulkan pada konsentrasi 600-1000 mg/l,
apabila Mg+ dan Na+ merupakan kation yang 4
bergabung dengan SO ,
yang akan menimbulkan rasa mual dan ingin muntah.9
Hasil penelitian menunjukkan kadar sulfat air
sumur
gali 168,88-980 mg/l. Kadar sulfat air sumur bor
182,57- 2049,05 mg/l. Baku mutu kadar sulfat pada air
bersih adalah 400 mg/l dan air minum 250 mg/l.
Sebanyak 17 sumur gali (85%) memiliki kadar sulfat
yang melebihi baku mutu air bersih dan 19 sumur gali
(95%) dengan kadar sulfat melebihi baku mutu air
minum. Sebanyak 12 sumur bor (60%) memiliki kadar
sulfat yang melebihi baku mutu sebagai air bersih dan
19 sumur bor (95%) dengan kadar sulfat yang melebihi
baku mutu air minum.
Rata-rata kadar sulfat pada sumur bor 797,77
mg/l lebih tinggi apabila dibandingkan pada air sumur
gali 599,60 mg/l. Kadar sulfat yang telah melebihi
baku mutu pada air sumur bor merupakan masalah
utama, mengingat air sumur bor merupakan tumpuan
utama sebagai sumber air bersih dan air minum
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Guntur II.
Kadar sulfat yang tinggi dalam air terutama pada
sumur bor dapat disebabkan karena faktor geologi
batuan penyusun yang disebabkan tanah di daerah
Kabupaten Demak merupakan daerah bekas rawa.
Tingginya kadar sulfat dalam air sumur bor di wilayah
kerja Puskesmas Guntur II ini menyebabkan risiko
terjadinya penyakit diare, karena air sumur bor
merupakan sumber air minum utama penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Guntur II.

k. Zat Organik
Zat organik dalam air berasal dari alam (tumbuh-
tumbuhan, alkohol, sellulosa, gula dan pati), sintesa
(proses-proses produksi) dan fermentasi.7 Sumber
utama zat organik adalah limbah rumah tangga, limbah
industri, limbah pertanian, peternakan dan
pertambangan. Adanya bahan-bahan organik dalam
air akan menyebabkan timbulnya warna, bau dan rasa
dan kekeruhan dalam air.

Tabel 3. Kategori Kualitas Air Sumur Gali dan Sumur Bor sebagai Air Bersih dan Air Minum
Air Sumur Gali Air Sumur Bor
Kategori Kualitas Air
No. Air Bersih Air Minum Air Bersih Air Minum
Sumur
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
1. Tidak Memenuhi 20 100 20 100 12 60 19 95
Syarat
2. Memenuhi Syarat - - - - 8 40 1 5
Total 20 100 20 100 20 100 20 100

faktor lingkungan dengan kualitas air sumur. Jarak


sumber pencemar dengan sumur, jumlah sumber
pencemar, kondisi fisik sumur dan jenis sumur
Pengaruh terhadap kesehatan adanya zat organik dalam
berhubungan secara signifikan dengan kadar warna,
air minum yang melebihi baku mutu dapat
kesadahan total, mangan, pH dan zat organik air sumur
menyebabkan sakit perut.9
gali dan sumur bor.
Hasil penelitian menunjukkan kadar zat organik
Berdasarkan hasil analisis dengan SEM VPLS
1,67- 14,85 mg/l. Kadar zat organik air sumur bor 1,37-
diperoleh nilai koefisien korelasi (regresi) sebesar
14,53mg/
0,725, tanda minus menunjukkan faktor
l. Baku mutu kadar zat organik pada air bersih dan air
lingkungan
minum adalah 10 mg/l. Sebanyak 10 sumur gali (50%)
dan 1 sumur bor (5%) dengan kadar zat organik yang
melebihi baku mutu air bersih dan air minum.
Tingginya kadar zat organik ini dapat berasal dari
cemaran jamban, limbah rumah tangga dan tempat
pembuangan sampah.

3. Kategori Kualitas Air Sumur Gali dan Sumur berhubungan secara negatif terhadap kualitas air sumur.
Bor Hasil analisis juga diperoleh nilai Rsq sebesar (0,526)
Hasil pemeriksaan dibandingkan dengan standar dan nilai statistik t sebesar (-14,292). Nilai Rsq sebesar
kualitas air bersih yaitu Permenkes R.I 0,526 berarti variabel kualitas air sumur dapat
No.416/MENKES/ PER/IX/1990 dan standar kualitas dijelaskan sebesar 52,6% oleh faktor lingkungan. Nilai
air minum yaitu Permenkes R.I. statistik t yang lebih kecil dari nilai t tabel (-1,96)
No.492/MENKES/PER/IV/2010. Kategori kualitas air menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
sumur gali dan sumur bor ditunjukkan padaTabel 3. antara faktor lingkungan dengan kualitas air sumur.
Tabel 3 menunjukkan bahwa semua sumur gali
(100%) dengan kualitas air yang tidak memenuhi SIMPULAN
syarat sebagai air bersih dan air minum. Sebanyak 12 Semua sumur gali (100%) dengan kualitas air
sumur bor (60%) tidak memenuhi syarat sebagai air yang tidak memenuhi syarat sebagai air bersih dan air
bersih dan 8 sumur bor (40 %) memenuhi syarat minum. Sebanyak 12 sumur bor (60%) tidak
sebagai air bersih. Kualitas air sumur bor yang tidak memenuhi syarat sebagai air bersih dan 19 sumur bor
memenuhi syarat sebagai air minum sebanyak 19 (95 %) tidak memenuhi syarat sebagai air minum.
sumur (95%) dan 1 sumur bor (5%) memenuhi syarat Jarak sumber pencemar dengan sumur, jumlah
sebagai air minum. sumber pencemar, kondisi fisik sumur dan jenis
Hasil uji bivariat menunjukkan jarak sumber sumur berhubungan secara signifikan dengan kadar
pencemar berhubungan secara signifikan dengan kadar warna, kesadahan total, mangan, pH dan zat organik air
warna, TDS, besi, kesadahan, klorida, mangan, nitrat sumur.
sebagai N, nitrit sebagai N, pH dan zat organik.
Adapun variabel jarak sumber pencemar DAFTAR PUSTAKA
berhubungan tidak signifikan dengan kadar sulfat. 1. Pitojo, S. dan Eling P. Deteksi pencemar air
Jumlah sumber pencemar berhubungan secara minum. Semarang: CV. Aneka Ilmu; 2002.
signifikan dengan kadar warna, TDS, besi, kesadahan 2. Mubarak, W.I dan N. Chayatin. Ilmu kesehatan
total, klorida, mangan, nitrit sebagai N, pH dan zat masyarakat: teori dan aplikasi. Jakarta: Salemba
organik. Adapun variabel jumlah sumber pencemar Medika; 2009.
berhubungan tidak signifikan dengan kadar nitrat 3. Mulia, R.M. Kesehatan lingkungan. Yogyakarta:
sebagai N dan sulfat air sumur. Tidak ada hubungan Graha Ilmu; 2005.
yang signifikan antara kondisi fisik sumur dengan 4. Effendi, H. Telaah kualitas air, Yogyakarta:
kualitas air sumur nilai p value sebesar 0,057 (p value> Kanisius; 2003.
á). 5. Fardiaz, S. Polusi air dan udara. Yogyakarta:
Analisis multivariat dilakukan dengan Penerbit Kanisius; 1992.
menggunakan Model Persamaan Struktural 6. Slamet, J.S. Kesehatan lingkungan. Yogyakarta:
(Structural Equation Modelling). Adapun model Gadjah Mada University Press; 2004.
struktural yang digunakan adalah SEM Visual PLS. 7. Joko, T. Unit produksi dalam sistem penyediaan
Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan antara air minum. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2010.
8. Who. Chloride in drinking water. Geneva; 1996.
(online) http:who.int. Diakses Tanggal 16
Februari 2013
9. Sutrisno, T. Teknologi penyediaan air bersih.
Jakarta: Rineka Cipta; 2006.
10. Who. Manganese in drinking water. Geneva;
2004. (online) http:who.int. Diakses Tanggal 16
Februari 2013
11. Chapman, D. Water quality assesment- A guide
to use of biota, sediments and water in
environmental monitoring-second edition.
Inggris: Cambridge University Press; 1996
12. Howard, F. Environmental health from global to
local, Second edition. USA; HB printing. 2010
13. Ginting, P. Sistem pengolahan lingkungan dan
limbah industri, Cetakan Pertama, Bandung:
Penerbit CV. Yrama Widya; 20007.
RANGKUMAN JURNAL

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Guntur II Kabupaten Demak.


Berdasarkan hasil observasi di daerah penelitian ditemukan beberapa jenis sumber
pencemar yaitu jamban/ septic tank, kandang ternak (kambing, sapi, angsa dan bebek),
saluran pembuangan air limbah (limbah rumah tangga), tempat pembuangan sampah
rumah tangga, saluran irigasi yang berada pada radius kurang dari 25 meter. Hasil
observasi setelah dilakukan penghitungan menunjukkan jumlah sumber pencemar 0-3 buah
pada sumur gali. Jenis sumber pencemar yang paling dominan di wilayah kerja
Puskesmas Guntur II adalah jamban dan saluran pembuangan air limbah rumah tangga
yang jaraknya kurang dari 25 meter.
Untuk Kondisi fisik sumur gali diukur dengan menggunakan kuesioner
observasi. Berdasarkan hasil observasi di lapangan menunjukkan sebanyak 14 sumur
gali (70%) dengan kondisi fisik buruk dan seluruh sumur bor memiliki kondisi fisik
yang baik (permanen).
Pada kegiatan penelitian kualitas air sumur gali dan sumur bor dilihat dari beberapa
aspek sampel yaitu warna, jumlah padatan terlarut (TDS), besi (Fe), kesadahan total,
klorida (Cl), mangan (Mn), Nitrat (NO3) sebagai N, nitrit sebagai N, Derajat keasaman
(pH), sulfat (SO4), dan zat organik. Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium kualitas
air sumur gali dan sumur bor menunjukkan hasil :
a) Kadar warna air sumur gali diperoleh 0 - 168 TCU sedangkan Kadar warna air sumur
bor sebesar 0- 4 TCU. Baku mutu kadar warna air sebagai sumber air bersih sebesar
50 TCU dan air minum sebesar 15 TCU. Sebanyak 3 sumur gali (15%) dengan
kadar warna yang tidak memenuhi syarat sebagai sumber air bersih dan 14 sumur gali
(70%) tidak memenuhi syarat sebagai air minum. Sebanyak 20 sumur bor (100%)
memiliki kadar warna yang memenuhi syarat sebagai sumber air bersih dan air
minum.
b) Kadar TDS air sumur gali diperoleh 578 - >10.000 mg/l sedangkan Kadar TDS air
sumur bor 291 – 1493 mg/l. Baku mutu TDS sebagai sumber air bersih 1500 mg/l
dan air minum 500 mg/l. Sebanyak 5 sumur gali (25%) dengan kadar TDS melebihi
baku mutu sebagai air bersih dan semua sumur gali (100%) telah melebihi baku
mutu air minum. Sebanyak 20 sumur bor (100%) dengan kadar TDS masih
memenuhi syarat sebagai sumber air bersih dan 8 sumur bor (40%) telah melebihi
baku mutu air minum.
c) Kadar besi air sumur gali sedangkan 0 - 1,10 mg/l sedangkan Kadar besi sumur bor
0 - 0,27 mg/l. Baku mutu kadar besi sebagai sumber air bersih sebesar 1,0 mg/l
dan sebagai air minum sebesar 0,3 mg/l. Sebanyak 1 sumur gali (5%) dengan kadar
besi yang melebihi baku mutu air bersih dan 8 sumur gali (40%) telah melebihi baku
mutu air minum. Semua sumur bor (100%) memiliki kadar besi yang memenuhi
syarat sebagai air bersih dan air minum.
d) Kadar kesadahan total air sumur gali diperoleh 1,09-998 mg/l sedangkan Kadar
kesadahan total air sumur bor 44-329 mg/l. Baku mutu kesadahan total sebagai
sumber air bersih dan air minum sebesar 500 mg/L. Sebanyak 5 sumur gali (25%)
dengan kadar kesadahan total melebihi baku mutu air bersih dan air minum. Semua
sumur bor (100%) memiliki kadar kesadahan total yang memenuhi syarat sebagai
sumber air bersih dan air minum.
e) Kadar klorida (Cl) air sumur gali diperoleh 57,11-2884,57 mg/l sedangkan Kadar klorida
(Cl) air sumur bor 22,72-158,08 mg/l. Batas maksimum klorida dalam sumber air
bersih adalah 600 mg/l dan air minum 250 mg/L. Sebanyak 4 sumur gali (20%)
dengan kadar klorida melebihi baku mutu air bersih dan semua sumur bor (100%)
dengan kadar klorida yang memenuhi syarat air bersih dan air minum.
f) Kadar mangan (Mn) sumur gali 0-5,26 mg/l sedangkan Kadar mangan (Mn) sumur
bor 0- 0,29 mg/l. Baku mutu mangan sebagai sumber air bersih sebesar 0,5 mg/l dan
air minum 0,4 mg/l. Terdapat 11 sumur gali (55%) dengan kadar mangan melebihi
baku mutu air bersih dan air minum. Semua sumur bor (100%) memenuhi syarat
sebagai sumber air bersih dan air minum.
g) Kadar nitrat sebagai N air sumur gali 0-2,11 mg/l sedangkan Kadar nitrat sebagai N
air sumur bor 0-1,26 mg/l. Baku mutu kadar nitrat sebagai sumber air bersih sebesar
10 mg/l. Kadar nitrat pada semua sumur gali dan sumur bor menunjukkan masih
memenuhi syarat sebagai sumber air bersih dan air minum.
h) Kadar nitrit sebagai N air sumur gali 0- 3,67 mg/l sedangkan Kadar nitrit sebagai N
air sumur bor 0-0,22 mg/l. Baku mutu nitrit sebagai sumber air bersih adalah 1,0
mg/l. Terdapat 4 sumur gali (20%) dengan kadar nitrit yang melebihi baku mutu dan
kadar nitrit pada sumur bor semuanya (100%) masih memenuhi syarat sebagai
sumber air bersih dan air minum.
i) Derajat pH sumur gali 6,05-6,81 sedangkan Derajat pH sumur bor 6,69-7,13. Baku mutu
pH air bersih adalah 6,5-9,0 dan air minum adalah 6,5 - 8,5. Sebanyak 12 sumur gali
(60%) dengan nilai pH yang tidak memenuhi syarat sebagai sumber air bersih dan
air minum yaitu pada kondisi asam. Sedangkan pada sumur bor semuanya memiliki
nilai pH yang yang memenuhi syarat air bersih dan air minum.
j) Kadar sulfat air sumur gali 168,88-980 mg/l sedangkan Kadar sulfat air sumur bor
182,57- 2049,05 mg/l. Baku mutu kadar sulfat pada air bersih adalah 400 mg/l dan
air minum 250 mg/l. Sebanyak 17 sumur gali (85%) memiliki kadar sulfat yang
melebihi baku mutu air bersih dan 19 sumur gali (95%) dengan kadar sulfat melebihi
baku mutu air minum. Sebanyak 12 sumur bor (60%) memiliki kadar sulfat yang
melebihi baku mutu sebagai air bersih dan 19 sumur bor (95%) dengan kadar sulfat
yang melebihi baku mutu air minum. Rata-rata kadar sulfat pada sumur bor 797,77
mg/l lebih tinggi apabila dibandingkan pada air sumur gali 599,60 mg/l.
k) Kadar zat organik air sumur gali 1,67- 14,85 mg/l sedangkan Kadar zat organik air
sumur bor 1,37-14,53mg/l. Baku mutu kadar zat organik pada air bersih dan air
minum adalah 10 mg/l. Sebanyak 10 sumur gali (50%) dan 1 sumur bor (5%)
dengan kadar zat organik yang melebihi baku mutu air bersih dan air minum.
Tingginya kadar zat organik ini dapat berasal dari cemaran jamban, limbah rumah
tangga dan tempat pembuangan sampah.

Hasil pemeriksaan dibandingkan dengan standar kualitas air bersih yaitu Permenkes
R.I No.416/MENKES/ PER/IX/1990 dan standar kualitas air minum yaitu Permenkes
R.I. No.492/MENKES/PER/IV/2010. Kategori kualitas air sumur gali dan sumur bor
menunjukkan bahwa semua sumur gali (100%) dengan kualitas air yang tidak memenuhi
syarat sebagai air bersih dan air minum. Sebanyak 12 sumur bor (60%) tidak memenuhi
syarat sebagai air bersih dan 8 sumur bor (40 %) memenuhi syarat sebagai air bersih.
Kualitas air sumur bor yang tidak memenuhi syarat sebagai air minum sebanyak 19
sumur (95%) dan 1 sumur bor (5%) memenuhi syarat sebagai air minum.
Hasil uji bivariat menunjukkan jarak sumber pencemar berhubungan secara
signifikan dengan kadar warna, TDS, besi, kesadahan, klorida, mangan, nitrat sebagai N,
nitrit sebagai N, pH dan zat organik. Adapun variabel jarak sumber pencemar
berhubungan tidak signifikan dengan kadar sulfat. Jumlah sumber pencemar
berhubungan secara signifikan dengan kadar warna, TDS, besi, kesadahan total, klorida,
mangan, nitrit sebagai N, pH dan zat organik. Adapun variabel jumlah sumber pencemar
berhubungan tidak signifikan dengan kadar nitrat sebagai N dan sulfat air sumur. Tidak
ada hubungan yang signifikan antara kondisi fisik sumur dengan kualitas air sumur nilai p
value sebesar 0,057 (p value> á).
Analisis multivariat dilakukan dengan menggunakan Model Persamaan Struktural
(Structural Equation Modelling). Adapun model struktural yang digunakan adalah
SEM Visual PLS. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan antara faktor
lingkungan dengan kualitas air sumur. Jarak sumber pencemar dengan sumur, jumlah
sumber pencemar, kondisi fisik sumur dan jenis sumur berhubungan secara signifikan
dengan kadar warna, kesadahan total, mangan, pH dan zat organik air sumur gali dan
sumur bor.
Berdasarkan hasil analisis dengan SEM VPLS diperoleh nilai koefisien korelasi
(regresi) sebesar 0,725, tanda minus menunjukkan faktor lingkunganberhubungan
secara negatif terhadap kualitas air sumur. Hasil analisis juga diperoleh nilai Rsq sebesar
(0,526) dan nilai statistik t sebesar (-14,292). Nilai Rsq sebesar 0,526 berarti variabel
kualitas air sumur dapat dijelaskan sebesar 52,6% oleh faktor lingkungan. Nilai statistik t
yang lebih kecil dari nilai t tabel (-1,96) menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara faktor lingkungan dengan kualitas air sumur.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian observasional analitik dengan


rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua sumur gali dan
sumur bor yang berada di wilayah kerja Puskesmas Guntur II Kabupaten Demak.
Cara pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu dengan
ketentuan sumur yang dipergunakan untuk sumber air bersih yakni sumur yang
dipergunakan untuk keperluan domestik rumah tangga seperti mandi, menyikat gigi,
mencuci pakaian, mencuci alat-alat makan, memasak dan sebagainya.
Penentuan besar sampel dilakukan dengan menentukan setiap desa binaan di
wilayah kerja Puskesmas Guntur II sebanyak 2 (dua) sampel untuk sumur gali dan 2
(dua) sampel sumur bor. Sehingga diperoleh besar sampel sebanyak 40, dengan rincian
20 sampel sumur gali dan 20 sampel sumur bor. Variabel yang dikaji dalam penelitian
meliputi faktor lingkungan yaitu jarak sumber pencemar dengan sumur, jumlah sumber
pencemar dengan sumur, kondisi fisik sumur dan jenis sumur, dan kualitas air sumur gali
dan sumur bor. Analisis bivariat dilakukan dengan uji Chi Square, sedangkan analisis
multivariat dilakukan menggunakan Structural Equotion Modeling (SEM).
ANALISIS KADAR SISA KLORIN DAN PH AIR
DI KOLAM RENANG UMUM KOTA PEKANBARU

Analysis of Chorine and PH Water Levels In Swimming Pool in Pekanbaru City


Elmia Kursani, Beny Yulianto, Rika Aqrianti
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Pekanbaru
Jl. Mustafa Sari No. 5 Tangkerang Selatan Pekanbaru Riau AlamatKorespondensi :elmiakursanihtp@gmail.com

ABSTRAK

Kualitas air kolam renang merupakan aspek penting yang harus dikelola dan diperhatikan
agar tidak menjadi suatu gangguan kesehatan di lingkungan kolam renang. Kadar klorin pada
kolam renang berguna untuk membunuh mikroorganisme pathogen, namun apabila kadar
berlebih di dalam air dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti keluhan iritasi mata
dan pH air yang terlalu tinggi ataupun rendah akan mengakibatkan kerja klorin tidak optimal
dan dapat mengakibatkan pengendapan kapur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kadar sisa klorin dan pH air kolam renang umum di Kota Pekanbaru. Jenis penelitian ini
penelitian deskriptif, yaitu untuk mengetahui kadar sisa klorin dan Ph pada kolam renang
menggunakan test kit. Penelitian ini dilakukan di 7 kolam renang umum yang ada di Kota
Pekanbaru. Analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan dari
7 kolam renang, 4 kolam renang tidak memenuhi syarat. Hanya 3 kolam renang yang
memenuhi syarat dalam sisa klorin dan Ph.

Kata Kunci : Kadar Sisa Klorin, pH Air Kolam Renang

ABSTRACT
Swimming pool water quality is an important aspect that must be managed and considered
so as not to become a health problem in the swimming pool environment. Chlorine levels in
swimming pools are useful for killing pathogenic microorganisms, but if excessive levels in
water can cause health problems for swimmers such as eye irritation complaints and water
pH that is too high or low will cause chlorine to work is not optimal and can lead to
precipitation of lime. This study aims to determine the residual levels of chlorine and pH of
public swimming pool water in Pekanbaru City. Design of this research is descriptif, to
know level of chlorine and Ph level of swimming pool with test kit. Data analysys use
univariate. Based on result of research show that from seven swimming pool, only four
swimming pool not meet health requirement. Only three swimming pool meet the health
standart requirement.
Keywords : Chlorine Levels, pH Water Pool

Jurnal kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No.2. September 2019 11


PENDAHULUAN oksigen terabsorbsi, pH, sisa klorin dan
Air merupakan kebutuhan makhluk tembaga. Jenis khlorin yang sering
hidup dimuka bumi. Tanpa adanya air digunakan dalam proses klorinasi kolam
kehidupan tidak dapat berlangsung. Oleh renang adalah kaporit (Ca(CIO)2) yang
sebab itu penyedian air sangat penting karena berfungsi untuk menjernihkan dan
i
semua itu merupakan kebutuhan yang utama mendesinfeksi kuman. Namun, penggunaan
bagi manusia untuk melakukan kelangsungan kaporit juga harus diperhatikan dengan baik
hidup dan juga merupakan faktor penentu dan harus sesuai dengan batas aman yang ada
dalam kesehatan maupun kesejahteraan (WHO, 2006).
manusia (Sumantri, 2010) Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
Berenang di kolam renang merupakan No. 416/Menkes/Per/IX/1990 kadar sisa klor
kegiatan olahraga atau rekreasi yang banyak yang diperbolehkan dalam air kolam renang
digemari oleh masyarakat termasuk anak- adalah (0,2 - 0,5) mg/L.(RI, 1990) Menurut
anak, remaja dan dewasa. Di Amerika Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 32
Serikat selama tahun 2009, ada sekitar 301 Tahun 2017 Standar pH untuk kolam renang
juta kunjungan berenang setiap tahunnya adalah 7 – 8. Apabila kadar sisa klor dan pH
oleh pengunjung di atas usia enam tahun. tidak sesuai dengan ketentuan yang ada akan
Tiga pulah eman persen dari anak usia 7 – 17 menimbulkan masalah kesehatan pada
tahun, dan 15% dari orang dewasa berenang pengguna kolam renang dan data merusak
setidaknya enam kali per tahun di Amerika kontruksi bangunan.(Permenkes 65 tahun,
Serikat (Bureau., 2012). Di Jerman sebanyak 2015).
250-300 juta orang mengunjungi kolam Di Kota Pekanbaru Riau terdapat 12
renang setiap tahunnya. Di Inggris 36% Kecamatan dan 83 Kelurahan. Berdasarkan
remaja (umur >15 tahun) mengunjungi hasil observasi yang dilakukan dengan
kolam renang setidknya seminggu sekali, metode pendataan Kota Pekanbaru Riau
55% anak-anak (umur 5 - 9 tahun) memilki 29 kolam renang umum. Kolam
menggunakan kolam renang setidaknya renang sering dijadikan sebagai tempat
sebulan sekali (C. et al., 2007). olahraga oleh anak sekolahan serta dijadikan
Pencemaran pada air kolam renang dapat tempat rekreasi oleh masyarakat sekitar.
disebabkan oleh pencemaran kimia dan Dikarenakan kolam tersebut terletak di
mikrobiologis. Pencemaran kimia air kolam lingkungan perumahan masyarakat dan tarif
renang berupa aluminium, kesadahan, yang terjangkau. Banyaknya pengunjung

Jurnal kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No.2. September 2019 12


kolam renang pentingnya bagi pengelola Menteri Kesehatan RI No. 32 Tahun 2017
kolam renang untuk mengetahui kualitas air Standar pH untuk kolam renang adalah 7 – 8.
kolam renang tersebut, termasuk pada kadar METODE
sisa klorin dan pH airnya. Jenis penelitian ini adalah asumsi
Berdasarkan survei awal yang dilakukan experimen yang melakukan pengukuran
di salah satu kolam renang yang ada di kualitas air kolam renang (klorin dan pH air).
Pekanbaru, sebut saja “Kolam Renang Ni” Penelitian ini dilakukan di 7 kolam renang
dengan metode observasi dan wawancara. yang ada di Kota Pekanbaru yang terdiri atas
Dapat dilihat dari persyaratan kolam renang 5 Kecamatan. Kecamatan Bukit raya: Kolam
bahwasanya kolam renang tersebut memiliki Renang Ma, Kecamatan Marpoyan Damai:
bau yang sangat menyengat dari air yang ada Kolam Ni dan Kolam Renang Pd, Kecamatan
di kolam renang. Bau tersebut berasal dari Tampan: Kolam Renang D dan Kolam
klorin yang digunakan melebihi kapasitas Renang Na, Kecamatan Senapelan: Kolam
yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil Renang Me, dan Kecamatan Tenayan Raya:
wawancara yang dilakukan kepada 9 Kolam Renang A. instrument penelitian ini
pengguna kolam renang tersebut 6 adalah melakukan pengecekan secara
diantaranya merasakan keluhan kesehatan langsung kadar sisa klorin dan pH air kolam
yang berupa, iritasi mata, iritasi kulit dan renang menggunakan Test Kit. Kriteria
keluhan saluran pernapasan. Keluhan itu subjek penelitian ini adalah Kolam renang
semua diakibatkan oleh terpapar bahan yang berada di lingkungan perumahan atau
kimia dalam air yang berupa klorin, tetapi padat penduduk dan Kolam renang yang
pH air kolam renang juga sangat banyak diminati masyarakat. Variabel yang
mempengaruhi. pH air terbagi atas 2 yaitu akan diteliti dari penelitian ini yaitu kadar
ada bersifat asam dan ada yang bersifat basa. sisa klorin dan pH air kolam renang umum
Air dikatakan asam apabila pH kurang dari 7, yang ada di Kota Pekanbaru Tahun 2019.
sedangkan basa lebih dari tujuh dan 7 dapat Analisis data yaitu hasil pengukuran dari
dikatakan netral. Sebagaimana telah Test Kit.
ditetapkan dalam Peraturan Menteri HASIL
Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 1. Kadar Sisa Klorin Pada KolamRenang
kadar sisa klor yang diperbolehkan dalam air
Tabel 1. Hasil Kadar Sisa Klorin di 7 Kolam
kolam renang adalah (0,2 - 0,5) mg/L dan Renang Umum Kota Pekanbaru
Peraturan

Jurnal kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No.2. September 2019 13


kadar sisa klorin 1,5 – 3,4 dan Kolam
N Nama Kadar Nilai Meme
o Kolam Sisa Batas nuhi Renang A dengan kadar sisa klorin
Klorin Normal Syarat/
Air Tidak 0,6 - 1,3 yang melebihi batas normal yang
Kolam
Renang dapat berdampak negatif terhadap seorang
1 Kolam 1,0 – 2,2 0,2 – 0,5 Tidak perenang.
Renang Ma
2 Kolam 3,0 – 6,5 0,2 – 0,5 Tidak 2. pH Air Kolam Renang
Renang Ni
3 Kolam 0,2 – 0,4 0,2 – 0,5 Ya Tabel 2. Hasil pH Air Kolam Renang di 7
Renang PD Kolam Renang Umum Kota Pekanbaru
N Nama Kadar Nilai Meme
4 Kolam 0,2 – 0,4 0,2 – 0,5 Ya 1o Kolam 7,2 pH 7– 8 Ya
Kolam Sisa Batas nuhi
Renang Me Renang Ma Air Norma Syarat/
2 Kolam 6,8
Kolam 7– l8 Tidak
Tidak
5 Kolam 0,2 – 0,4 0,2 – 0,5 Ya
Renang Ni
Renang D
3 Kolam 6,8 7– 8 Tidak
6 Kolam 1,5 – 3,4 0,2 – 0,5 Tidak Renang PD
Renang Na 4 Kolam 6,8 7– 8 Tidak
7 Kolam 0,6 – 1,3 0,2 – 0,5 Tidak Renang Me
Renang A 5 Kolam 6,8 7– 8 Tidak
Renang D
Sumber : Data olahan 2019 6 Kolam 7,2 7– 8 Ya
Dari tabel di atas dapat di simpulkan Renang Na
7 Kolam 7,2 7– 8 Ya
bahwasannya dari 7 kolam renang umum
Sumber : Data olahan 2019
tersebut 3 diantaranya memenuhi syarat dan 4
Dari tabel di atas dapat di simpulkan
kolam renang lagi tidak memenuhi syarat.
bahwasannya dari 7 kolam renang umum
Kolam renang yang memenuhi syarat yaitu
tersebut 3 diantaranya memenuhi syarat dan 4
Kolam Renang PD dengan kadar sisa klorin 0,2
kolam renang lagi tidak memenuhi syarat.
– 0,4, Kolam Renang Me dengan kadar sisa
Kolam renang yang memenuhi syarat yaitu
klorin 0,2 – 0,4 dan Kolam Renang D dengan
Kolam Renang Ma dengan pH air 7,2, Kolam
kadar sisa klorin 0,2 – 0,4 yang sesuai dengan
Renang Na dengan pH air 7,2 dan Kolam
batas normal yang ditetapkan oleh Peraturan
Renang A dengan pH air 7,2 yang masih dalam
Menteri Kesehatan RI No.
batas normal. Sedangkan kolam renang yang
416/Menkes/Per/IX/1990.Sedangkan kolam
tidak memenuhi syarat yaitu Kolam Renang Ni
renang yang tidak memenuhi syarat yaitu
dengan pH air 6,8, Kolam Renang Pd dengan
Kolam Renang Ma dengan kadar sisa klorin
pH air 6,8, Kolam Renang Me dengan pH air
1,0 – 2,2, Kolam Renang Ni dengan kadar sisa
6,8 dan Kolam Renang D dengan pH air 6,8
klorin 3,0 – 6,5, Kolam Renang Na dengan
yang tidak sesuai dengan
batas normal yang ditetapkan oleh Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 32 Tahun 2017.
Jurnal kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No.2. September 2019 14
renang adalah (0,2 – 0,5) mg/L. Kolam
PEMBAHASAN
Renang Ma dapat di katakana bahwasannya
1. Kolam Renang Ma
kolam renang ini memilki kadar sisa klorin
Berdasarkan hasil pengujian yang yang tidak memenuhi syarat kolam renang.
dilakukan terhadap pemeriksaan kualitas air Kelebihan atas kadar sisa klorin ini akan
kolam renang, pemeriksaan kadar sisa klorin menimbulkan dampak negatif terhadap
dan pH air kolam renang yang dilakukan perenang diantaranya gangguan kesehatan
langsung di kolam renang. Kolam Renang yaitu iritasi saluran napas, dada terasa sesak,
Ma memiliki kadar sisa klorin 1,0 – 2,2 dan gangguan pada tenggorokan, batuk, iritasi
memiliki pH air 7,2. kulit dan iritasi pada mata.
Dari hasil observasi yang dilakukan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
bahwasannya kolam renang ini memiliki bau RI No. 32 Tahun 2017 dimana nilai batas
yang sangat menyengat yang di hasilkan dari normal pH air kolam renang yaitu 7 – 8. pH
pemberian kaporit secara berlebihan. air kolam renang yang melebihi batas normal
Pengelola kolam renang mengaku akan mengakibatkan klorin yang terkandung
bahwasannya mereka memberikan kaporit pada air kolam renang tidak berfungsi secara
dengan cara melarutnya terlebih dahulu ke optimal sehingga menyebabkan tumbuhnya
dalam ember yang terisi air kemudian lumut, alga, dan bakteri yang berkembang
memasukkan air tersebut ke tangki air dan biak, iritasi mata dan adanya pengendapan
mengaliri air tersebut ke kolam kolam yang dan penggumpalan kapur.
ada. Pemberian bahan kimia tersebut Berdasarkan hasil pada tabel 7 kadar pH
dilakukan setiap hari dan dilakukan pada air kolam renang Ma yaitu 7,2. Kadar pH air
pagi hari sebelum kolam renang digunakan. tersebut termasuk kedalam golongan
Akan tetapi dalam pemberian kaporit memenuhi syarat, karena telah sesuai dengan
pengelola kolam renang hanya menerka nilai batas normal yang telah ditetapkan oleh
nerka berapa kaporit yang digunakan, apabila Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 32
air sudah tampak jernih dan bersih maka Tahun 2017. Pentingnya menjaga pH yang
takarannya sudah cukup. Bahan kimia yang benar karena pH air kolam renang sebagai
digunakan adalah kaporit dan soda ash. faktor penting sebagai kontrol yang tepat dari

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI


No. 416/Menkes/Per/IX/1990 kadar sisa
klorin yang diperbolehkan dalam air kolam

Jurnal kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No.2. September 2019 15


klorinasi. Kekuatan desinfektan klorin
tergantung pada kekuatan pH. Jika pH Mereka memberikan bahan kimia tersebut
dibawah 7 akan mempengaruhi pada dengan cara memasuki ke dalam tangki air
kesehatan pengguna kolam renang, karena dan mengaliri air tersebut ke kolam yang
tubuh perenang memilki pH antara 7,2 dan ada, apabila penggunjung semakin ramai
7,8. maka akan dilakukannya penembahan
2. Kolam Renang Ni kaporit dengan cara mencampurinya dengan
Berdasarkan hasil pengujian yang air yang ada di ember dan menuangkan
dilakukan terhadap pemeriksaan kualitas air langsung ke dalam kolam. Pemberian
kolam renang, pemeriksaan kadar sisa klorin dilakukan setiap hari akan tetapi
dan pH air kolam renang yang dilakukan pembersihan kolam renang dilakukan
langsung di kolam renang. Kolam Renang Ni tergantung keadaan air apabila sudah kotor
memiliki kadar sisa klorin 3,0 – 6,5 dan di bersihkan apabila masih bisa digunakan
memiliki pH air 6,8. tidak, mungkin bisa dikatakan setiap hari
Berdasarkan hasil observasi yang ataupun dua kali sehari.
dilakukan kolam renang ini sangat memiliki Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
bau kaporit yang sangat menyengat dan kuat, No. 416/Menkes/Per/IX/1990 kadar sisa
apabila tangan menyentuh air akan merasa klorin yang diperbolehkan dalam air kolam
lengket seperti bergetah, rambut menjadi renang adalah (0,2 – 0,5) mg/L.Kolam
tegang ataupun kaku dan menimbulkan Renang Ni dapat di katakana bahwasannya
iritasi mata, hal ini dirasakan oleh peneliti kolam renang ini memilki kadar sisa klorin
sendiri setelah melakukan berenang di kolam yang tidak memenuhi syarat kolam renang.
renang tersebut selama 45 menit. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Berdasarkan hasil wawancara yang RI No. 32 Tahun 2017 dimana nilai batas
dilakukan dengan pengelola kolam renang, normal pH air kolam renang yaitu 7 – 8. pH
pengelola kolam renang mengatakan air kolam renang yang melebihi batas normal
bahwasannya mereka menggunakan bahan akan mengakibatkan klorin yang terkandung
kimia berupa kaporit dan soda ash. Akan pada air kolam renang tidak berfungsi secara
tetapi dalam pemberiannya hanya menerka optimal sehingga menyebabkan tumbuhnya
nerka, apabila sudah bersih maka sudah bisa lumut, alga dan bakteri yang berkembang
untuk digunakan oleh pengguna kolam biak, iritasi mata dan adanya pengendapan
renang. Pengelola kolam renang menjelaskan dan penggumpalan kapur.

Jurnal kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No.2. September 2019 16


Berdasarkan hasil tabel 7 kadar pH air buka dan melakukan pembersihan kolam
kolam renang Ni yaitu 6,8. Kadar pH air setiap hari di sore hari. Pada saat peneliti
berenang di kolam ini peneliti merasakan

tersebut termasuk kedalam golongan tidak


memenuhi syarat, karena tidak sesuai dengan mata perih tetapi tidak seperih kolam kolam
nilai batas normal yang telah ditetapkan oleh lainnya.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 32 Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
Tahun 2017 dimana nilai batas normal pH air No. 416/Menkes/Per/IX/1990 kadar sisa
kolam renang yaitu 7 – 8.Pentingnya klorin yang diperbolehkan dalam air kolam
menjaga pH yang benar karena pH air kolam renang adalah (0,2 – 0,5) mg/L. Kolam
renang sebagai faktor penting sebagai Renang Pd dapat di katakana bahwasannya
kontrol yang tepat dari klorinasi. kolam renang ini memilki kadar sisa klorin
3. Kolam Renang Pd yang memenuhi syarat kolam renang.
Berdasarkan Peraturan Menteri
Berdasarkan hasil pengujian yang
Kesehatan RI No. 32 Tahun 2017 dimana
dilakukan terhadap pemeriksaan kualitas air
nilai batas normal pH air kolam renang yaitu
kolam renang, pemeriksaan kadar sisa klorin
7 – 8.kadar pH air kolam renang Pd yaitu 6,8.
dan pH air kolam renang yang dilakukan
Kadar pH air tersebut termasuk kedalam
langsung di kolam renang. Kolam Renang Pd
golongan tidak memenuhi syarat, karena
memiliki kadar sisa klorin 0,2 – 0,4 dan
tidak sesuai dengan nilai batas normal yang
memiliki pH air 6,8.
telah ditetapkan. Jika pH dibawah 7 akan
Berdasarkan hasil observasi yang
mempengaruhi pada kesehatan pengguna
dilakukan kualitas airnya bagus, tidak berbau
kollam renang, karena tubuh perenang
dan tidak berwarna. Pengelola kolam renang
memilki pH antara 7,2 dan 7,8.
mengatakan bahwasannya mereka
4. Kolam Renang Me
menggunakan bahan kimia berupa kaporit,
soda ash dan PAC. Ketiga komponen itu di Berdasarkan hasil pengujian yang

gabung menjadi satu di dalam wadah dengan dilakukan terhadap pemeriksaan kualitas air

takaran yang di anggap cukup dan di aduk kolam renang, pemeriksaan kadar sisa klorin

dengan air kemudian di masukkan kedalam dan pH air kolam renang yang dilakukan

kolam yang telah terisi air. Pemberian obat langsung di kolam renang. Kolam Renang

tersebut dilakukan 1 jam sebelum kolam di Me memiliki kadar sisa klorin 0,2 – 0,4 dan
memiliki pH air 6,8.
Jurnal kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No.2. September 2019 17
Berdasarkan hasil observasi yang normal pH air kolam renang yaitu 7 – 8.pH
dilakukan kolam renang ini termasuk air kolam renang Me yaitu 6,8. Kadar pH air
katagori yang bagus, karena telah memenuhi tersebut termasuk kedalam golongan tidak
syarat fisik air yaitu tidak berbau, berwarna memenuhi syarat, karena tidak sesuai dengan
nilai batas normal yang telah ditetapkan.

dan berasa. Pengelola kolam renang


mengaku bahwasannya mereka
menggunakan bahan kimia berupa kaporit Pentingnya menjaga pH yang benar karena
dan soda ash. Pemberiannya dilakukan pH air kolam renang sebagai faktor penting
dengan cara memasuki bahan tersebut ke sebagai kontrol yang tepat dari klorinasi.
tangki air dan mengalirinya ke semua kolam Kekuatan desinfektan klorin tergantung pada
yang ada, akan tetapi masih menggunakan kekuatan pH. Jika pH dibawah 7 akan
takan seadanya. Apabila penggunjung mempengaruhi pada kesehatan pengguna
meningkat maka dosis nya akan ditingkatkan kollam renang, karena tubuh perenang
dari biasanya. Pengguna kolam renang memilki pH antara 7,2 dan 7,8.
mengaku belum adanya merasa keluhan 5. Kolam Renang D
kesehatan saat berenang disini akan tetapi
Berdasarkan hasil pengujian yang
ada beberapa pengguna mengaku merasa
dilakukan terhadap pemeriksaan kualitas air
mata merah setelah berenang selama 2 jam,
kolam renang, pemeriksaan kadar sisa klorin
kemungkinan besar ini terjadi karena terlalu
dan pH air kolam renang yang dilakukan
lama berenang dan terpapar oleh kaporit.
langsung di kolam renang. Kolam Renang D
Kolam renang ini di kuras dan di bersihkan
memiliki kadar sisa klorin 0,2 – 0,5 dan
setiap hari yang bertujuan untuk kenyamanan
memiliki pH air 6,8.
pengguna dan kebersihan kolam.
Berdasarkan hasil observasi yang
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
dilakukan kolam renang ini sangat bagus.
No. 416/Menkes/Per/IX/1990 kadar sisa
Dilihat dari keadaan airnya bagus, tidak
klorin yang diperbolehkan dalam air kolam
berbau dan tidak keruh. Pengelola kolam
renang adalah (0,2 – 0,5) mg/L.kadar sisa
renang menjelaskan bahwasannya mereka
klorin Kolam Renang Me sebesar 0,2 – 0,4
melakukan pemberian tambahan bahan kimia
mg/L.
berupa kaporit dan soda ash. Kedua bahan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
kimia itu di taburi langsung dengan cara
RI No. 32 Tahun 2017 dimana nilai batas
pengelola kolam masuk ke kolam dan berdiri
Jurnal kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No.2. September 2019 18
di tengah kolam kemudian mentaburi nya ke yang benar karena pH air kolam renang
semua sisi. Pemberian obat ini dilakukan sebagai faktor penting sebagai kontrol yang
ketika sore hari setelah penggunjung habis tepat dari klorinasi. Kekuatan desinfektan
tetapi sebelum itu kolam renang dibersihkan klorin tergantung pada kekuatan pH. Jika pH
dahulu baru diberi obat. Akan tetapi apabila dibawah 7 akan mempengaruhi pada
di malam hari hujan. maka pengelola akan kesehatan pengguna kollam renang, karena
mengulangi kembali di pagi harinya dalam tubuh perenang memilki pH antara 7,2 dan
7,8.

pemberian obat tersebut. Pemberian bahan


kimia ini dilakukan setiap hari dan dilakukan
pembersihan kolam setiap hari di sore hari.
Hambatan yang dialami oleh pengelola
kolam ini yaitu takaran dalam pemberian
bahan kimia tersebut, karena selama ini
dalam pemberian bahan kimia tersebut
mereka hanya menerka nerkanya. Sehingga
apabila penggunjung meningkat maka
keadaan kolam akan cepat menjadi kotor dan
keruh.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 416/Menkes/Per/IX/1990 kadar
sisa klorin yang diperbolehkan dalam air
kolam renang adalah (0,2 – 0,5) mg/Lsisa
klorin Kolam Renang D sebesar 0,2 – 0,4
mg/L. Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 32 Tahun 2017 dimana
nilai batas normal pH air kolam renang yaitu
7 – 8. kadar pH air kolam renang D yaitu 6,8.
Kadar pH air tersebut termasuk kedalam
golongan tidak memenuhi syarat, karena
tidak sesuai dengan nilai batas normal yang
telah ditetapkan. Pentingnya menjaga pH

Jurnal kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No.2. September 2019 19


6. Kolam Renang Na
Berdasarkan hasil pengujian yang
dilakukan terhadap pemeriksaan kualitas air menuangkan air tersebut ke dalam kolam
kolam renang, pemeriksaan kadar sisa klorin yang ada tanpa takaran yang jelas.
dan pH air kolam renang yang dilakukan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
langsung di kolam renang. Kolam Renang D No. 416/Menkes/Per/IX/1990 kadar sisa
memiliki kadar sisa klorin 1,5 – 3,4 dan klorin yang diperbolehkan dalam air kolam
memiliki pH air 7,2. renang adalah (0,2 – 0,5) mg/L.kadar sisa
Berdasarkan hasil observasi bahwasannya klorin Kolam Renang Na sebesar 1,5 – 3,4
kolam renang ini termasuk katagori tidak mg/L memilki kadar sisa klorin yang tidak
baik karena terdapat gumpalan-gumpalan memenuhi syarat kolam renang.
putih di dalam air, kemungkinan besar Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
gumpalan tersebut berasal dari kaporit yang RI No. 32 Tahun 2017 dimana nilai batas
tidak begitu larut dalam air. Air tersebut normal pH air kolam renang yaitu 7 –
mengeluarkan bau yang sangat kuat 8.kolam renang Na yaitu 7,2. Kadar pH air
menyengat hidung dan terasa lengket di tersebut termasuk kedalam golongan
tangan. Ketika selesai berenang di kolam ini memenuhi syarat, karena telah sesuai dengan
peneliti merasakan mata merah yang disertai nilai batas normal yang telah ditetapkan.
perih, badan terasa gatal dan rambut tegang. 7. Kolam Renang A
Berdasarkan hasil wawancara yang
Berdasarkan hasil pengujian yang
dilakukan dengan pengelola kolam renang,
dilakukan terhadap pemeriksaan kualitas air
pengelola kolam renang menjelaskan mereka
kolam renang, pemeriksaan kadar sisa klorin
hanya menggunakan bahan kimia PAC dan
dan pH air kolam renang yang dilakukan
soda ash dalam kolam tersebut, akan tetapi
langsung di kolam renang. Kolam Renang D
saat melakukan pengujian kualitas air kolam
memiliki kadar sisa klorin 0,6 – 1,3 dan
renang, kolam renang ini memiliki kadar sisa
memiliki pH air 7,8.
klorin yang tinggi yang mana dapat
Berdasarkan hasil observasi yang
merugikan pengguna kolam renang maupun
dilakukan kolam renang ini memiliki bau
kolam renang itu sendiri. Pengelola kolam
yang tidak asing yaitu bau kaporit tetapi
renang melakukan pemberian bahan kimia
tidak begitu menyegat. Ketika peneliti
tersebut dengan cara melarutkan terlebih
berenang di kolam ini peneliti merasakan
dahulu di ember yang berisi air kemudian
gangguan kesehatan berupa mata perih dan
Jurnal kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No.2. September 2019 11
0
memerah. Pengelola kolam renang nilai batas normal yang telah ditetapkan.
menjelaskan bahwasannya kolam renang ini Kekuatan desinfektan klorin tergantung pada
kekuatan pH. Jika pH dibawah 7 akan

menggunakan bahan kimia berupa kaporit mempengaruhi pada kesehatan pengguna


dan soda ash dalam menjernihkan airnya.
Pemberiannya dilakukan di dalam tangki air kolam renang, karena tubuh perenang
kemudian air akan di aliri ke kolam kolam memilki pH antara 7,2 dan 7,8.
yang ada, yang menjadi permasalan disini
adalah pengelola hanya menerka nerka dalam KESIMPULAN
pemberian obat tersebut. Apabila sudah
1. Dari 7 kolam renang umum tersebut 3
cukup maka tidak akan dilakukan
diantaranya memenuhi syarat dan 4 kolam
penambahan, apabila penggunjung semakin
renang lagi tidak memenuhi syarat. Kolam
ramai maka akan dilakukannya penambahan
renang yang memenuhi syarat yaitu Kolam
obat kembali ke tangki air tersebut.
Renang PD dengan kadar sisa klorin 0,2 –
Pemberian obat ini dilakukan setiap hari akan
0,4, Kolam Renang Me dengan kadar sisa
tetapi dalam pembersihan ataupun
klorin 0,2 – 0,4 dan Kolam Renang D dengan
pengurasan air kolam hanya dilakukan sekali
kadar sisa klorin 0,2 – 0,4 yang sesuai
3 hari.
dengan batas normal yang ditetapkan oleh
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
No. 416/Menkes/Per/IX/1990 kadar sisa
416/Menkes/Per/IX/1990. Sedangkan kolam
klorin yang diperbolehkan dalam air kolam
renang yang tidak memenuhi syarat yaitu
renang adalah (0,2 – 0,5) mg/L. Kadar sisa
Kolam Renang Ma dengan kadar sisa klorin
klorin Kolam Renang A sebesar 0,6 – 1,3
1,0 – 2,2, Kolam Renang Ni dengan kadar
mg/L kolam renang ini memilki kadar sisa
sisa klorin 3,0 – 6,5, Kolam Renang Na
klorin yang tidak memenuhi syarat kolam
dengan kadar sisa klorin 1,5 – 3,4 dan Kolam
renang.
Renang A dengan kadar sisa klorin 0,6 – 1,3
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
yang melebihi nilai batas normal yang dapat
RI No. 32 Tahun 2017 dimana nilai batas
berdampak negatif terhadap perenang.
normal pH air kolam renang yaitu 7 – 8. pH
2. Dari 7 kolam renang umum tersebut
air kolam renang A yaitu 7,2. Kadar pH air
diantaranya memenuhi syarat dan 4 kolam
tersebut termasuk kedalam golongan
renang lagi tidak memenuhi syarat. Kolam
memenuhi syarat, karena telah sesuai dengan
renang yang memenuhi syarat yaitu Kolam
Jurnal kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No.2. September 2019 11
1
Renang Ma dengan pH air 7,2, Kolam Selected Sport Activites’. Available at:
Renang Na dengan pH air 7,2 dan Kolam http://www.census.gov/compendia/status
Renang A dengan pH air 7,2 yang masih /2012/tables/12s1249.pdf.
C., Z. et al. (2007) ‘Drowning in disinfection
dalam batas normal. Sedangkan kolam
byproducts? Assessing swimming pool
renang yang tidak memenuhi syarat yaitu
water’, Environmental Science and
3.
Technology, 41(2), pp. 363–372.
Kolam Renang Ni dengan pH air 6,8, Kolam
Renang Pd dengan pH air 6,8, Kolam Renang
Available at:
Me dengan pH air 6,8 dan Kolam Renang D
http://www.embase.com/search/results?s
dengan pH air 6,8 yang tidak sesuai dengan
ubaction=viewrecord&from=export&id=
batas normal yang ditetapkan oleh Peraturan
L46106262%5Cnhttp://dx.doi.org/10.10
Menteri Kesehatan RI No. 32 Tahun 2017.
21/es062367v%5Cnhttp://vb3lk7eb4t.sea
rch.serialssolutions.com?sid=EMBASE
SARAN
&issn=0013936X&id=doi:10.1021%2Fe
1. Bagi Pengelola Kolam Renang s062367v&atitle=Drowning+in+disinfec
Pengelolaa kolam renang di anjurkan agar tion+.
melakukan pemantauan terhadap kualitas air, Permenkes 65 tahun (2015) ‘Peraturan
kadar sisa klorin dan pH. Menteri Kesehatan No. 32 Tahun 2017
TentangStandar Baku Mutu Kesehatan
2. Bagi Pengguna Kolam Renang
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan
Pengguna kolam renang dianjurkan untuk
Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi,
menjaga kebersihan personal sebelum
Kolam Renang, Solus Per Aquq, dan
berenang dan menggunakan alat pelindung
Pemandian Umum’, Menteri Kesehatan
diri seperti kacamata renang.
Republik Indonesia Peraturan Menteri
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Kesehatan Republik Indonesia, Nomor
65(879), pp. 2004–2006.
Perlu dilakukan pengambilan sampel air
doi:10.1093/bioinformatics/btk045.
kolam renang secara kontinu.
RI, D. (1990) ‘Peraturan Menteri Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA No. 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
Bureau., U. C. (2012) ‘Statistical Abstract of
the United States, Participation in
Jurnal kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No.2. September 2019 11
2
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia’, pp. 1–10.
Sumantri, A. (2010) Kesehatan
Lingkungan. jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
WHO (2006) ‘Guidelnes For Safe
Recreational Water Environmental
Volume 2 Swimming Pools and Similar
Enviromentens’, Guidelines for safe

recreational water environments, 2, p. 146.


doi: http://www.who.int/water_sanitation_he
alth/bathing/srwe2full.pdf.

Jurnal kesehatan Al-Irsyad Vol XII, No.2. September 2019 11


3
RINGKASAN JURNAL
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar sisa klorin dan pH air kolam renang
umum di Kota Pekanbaru. Untuk mengetahui kadar sisa klorin dan Ph pada kolam renang
tersebut, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan test kit. Penelitian ini dilakukan
di 7 kolam renang umum yang ada di Kota Pekanbaru yang terdiri dari Kolam Renang
Ma, Kolam Renang Ni, Kolam Renang Pd, Kolam Renang Me, Kolam Renang D, Kolam
Renang Na, dan Kolam Renang A. Pada tiap-tiap kolam renang memiliki hasil
pemeriksaan yang berbeda, antara lain sebagai berikut :
1. Kolam Renang Ma
Kolam Renang Ma memiliki kadar sisa klorin 1,0 – 2,2 dan memiliki pH air 7,2.
Kolam renang ini memiliki bau yang sangat menyengat yang di hasilkan dari
pemberian kaporit secara berlebihan. Kolam renang ini memilki kadar sisa klorin yang
tidak memenuhi syarat kolam renang dan Kadar pH air tersebut termasuk kedalam
golongan memenuhi syarat, karena telah sesuai dengan nilai batas normal yang telah
ditetapkan.
2. Kolam Renang Ni
Kolam Renang Ni memiliki kadar sisa klorin 3,0 – 6,5 dan memiliki pH air 6,8. Kolam
renang ini sangat memiliki bau kaporit yang sangat menyengat dan kuat, apabila
tangan menyentuh air akan merasa lengket seperti bergetah, rambut menjadi tegang
ataupun kaku dan menimbulkan iritasi mata. Kolam renang ini memilki kadar sisa
klorin yang tidak memenuhi syarat kolam renang dan Kadar pH air tersebut termasuk
kedalam golongan tidak memenuhi syarat, karena tidak sesuai dengan nilai batas
normal yang telah ditetapkan.
3. Kolam Renang Pd
Kolam Renang Pd memiliki kadar sisa klorin 0,2 – 0,4 dan memiliki pH air 6,8. Kolam
renang ini memiliki kualitas air yang bagus, tidak berbau dan tidak berwarna. Kolam
renang ini memilki kadar sisa klorin yang memenuhi syarat kolam renang dan Kadar
pH air tersebut termasuk kedalam golongan tidak memenuhi syarat, karena tidak
sesuai dengan nilai batas normal yang telah ditetapkan.
4. Kolam Renang Me
Kolam Renang Me memiliki kadar sisa klorin 0,2 – 0,4 dan memiliki pH air 6,8.
Kolam renang ini termasuk katagori yang bagus, karena telah memenuhi syarat fisik
air yaitu tidak berbau, berwarna dan berasa. Kolam renang ini memilki kadar sisa
klorin yang memenuhi syarat kolam renang dan Kadar pH air tersebut termasuk
kedalam golongan tidak memenuhi syarat, karena tidak sesuai dengan nilai batas
normal yang telah ditetapkan.
5. Kolam Renang D
Kolam Renang D memiliki kadar sisa klorin 0,2 – 0,5 dan memiliki pH air 6,8. Kolam
renang ini sangat bagus dilihat dari keadaan airnya bagus, tidak berbau dan tidak
keruh. Kolam renang ini memilki kadar sisa klorin yang memenuhi syarat kolam
renang dan Kadar pH air tersebut termasuk kedalam golongan tidak memenuhi syarat,
karena tidak sesuai dengan nilai batas normal yang telah ditetapkan.
6. Kolam Renang Na
Kolam Renang Na memiliki kadar sisa klorin 1,5 – 3,4 dan memiliki pH air 7,2. Kolam
renang ini termasuk katagori tidak baik karena terdapat gumpalan-gumpalan putih di
dalam air, kemungkinan besar gumpalan tersebut berasal dari kaporit yang tidak begitu
larut dalam air. Air tersebut mengeluarkan bau yang sangat kuat menyengat hidung
dan terasa lengket di tangan. Kemudian mata merah yang disertai perih, badan terasa
gatal dan rambut tegang. Kolam renang ini memilki kadar sisa klorin yang tidak
memenuhi syarat kolam renang dan Kadar pH air tersebut termasuk kedalam golongan
memenuhi syarat, karena telah sesuai dengan nilai batas normal yang telah ditetapkan.
7. Kolam Renang A
Kolam Renang A memiliki kadar sisa klorin 0,6 – 1,3 dan memiliki pH air 7,8. Kolam
renang ini memiliki bau yang tidak asing yaitu bau kaporit tetapi tidak begitu
menyengat, mata perih dan memerah. Kolam renang ini memilki kadar sisa klorin yang
tidak memenuhi syarat kolam renang dan Kadar pH air tersebut termasuk kedalam
golongan memenuhi syarat, karena telah sesuai dengan nilai batas normal yang telah
ditetapkan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 Kadar sisa


klor yang diperbolehkan dalam air kolam renang adalah (0,2 - 0,5) mg/L.(RI, 1990). Dari 7
kolam renang umum tersebut 3 diantaranya memenuhi syarat dan 4 kolam renang lagi tidak
memenuhi syarat. Kolam renang yang memenuhi syarat yaitu Kolam Renang PD, Kolam
Renang Me dan Kolam Renang D. Sedangkan kolam renang yang tidak memenuhi syarat
yaitu Kolam Renang Ma, Kolam Renang Ni, Kolam Renang Na dan Kolam Renang A.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 32 Tahun 2017 Standar pH untuk kolam
renang adalah 7 – 8. Dari 7 kolam renang umum tersebut diantaranya memenuhi syarat dan
4 kolam renang lagi tidak memenuhi syarat. Kolam renang yang memenuhi syarat yaitu
Kolam Renang Ma, Kolam Renang Na dan Kolam Renang A. Sedangkan kolam renang
yang tidak memenuhi syarat yaitu Kolam Renang Ni, Kolam Renang Pd, Kolam Renang
Me dan Kolam Renang D.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif dengan melakukan


pengukuran kualitas air kolam renang (klorin dan pH air). Penelitian ini dilakukan di 7
kolam renang yang ada di Kota Pekanbaru yang terdiri atas 5 Kecamatan. Kecamatan Bukit
raya: Kolam Renang Ma, Kecamatan Marpoyan Damai: Kolam Ni dan Kolam Renang Pd,
Kecamatan Tampan: Kolam Renang D dan Kolam Renang Na, Kecamatan Senapelan:
Kolam Renang Me, dan Kecamatan Tenayan Raya: Kolam Renang A. Instrument
penelitian ini adalah melakukan pengecekan secara langsung kadar sisa klorin dan pH air
kolam renang menggunakan Test Kit. Kriteria subjek penelitian ini adalah Kolam renang
yang berada di lingkungan perumahan atau padat penduduk dan Kolam renang yang
banyak diminati masyarakat. Variabel yang akan diteliti dari penelitian ini yaitu kadar sisa
klorin dan pH air kolam renang umum yang ada di Kota Pekanbaru Tahun 2019. Analisis
data yaitu hasil pengukuran dari Test Kit.
DAFTAR PUSTAKA

Kursani, Elmiah, Beny Yulianto, dan Rika Aqrianti. September 2019. Analisis Kadar Sisa
Klorin dan pH Air di Kolam Renang Umum Kota Pekanbaru. Kesehatan Al-Irsyad,
12(2), 11 - 22. http://e-jurnal.stikesalirsyadclp.ac.id/index.php/jka/article/view/35/21.
(Diakses 2 Februari 2021).

Munfiah, Siti, Nurjazuli, dan Onny Setiani. Oktober 2013. Kualitas Fisik dan Kimia Air
Sumur Gali dan Sumur Bor di Wilayah Kerja Puskesmas Guntur II Kabupaten Demak.
Kesehatan Lingkungan Indonesia, 12(2), 154 - 159.
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli/article/view/8553/6989. (Diakses 2 Februari
2021).

You might also like