You are on page 1of 11

Efek Suplementasi Tablet Fe + Obat Cacing

Terhadap Kadar Hemoglobin Remaja yang Anemia


di Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Pasir
Kec IV Angkat Candung Tahun 2003
Isniati1
Abstract
Anemia Prevalence at is adolescent of women in Indonesia still is high.
Preventive effort and anaemia is which during the time done/conducted by libih
addressed by many at pregnant mother group. Preventive effort of anaemia by
quick at adolescent woman as mother caoln not yet getting many attention.
Target of this research to see Fe supplement effect without and with worm
drug to adolescent blood haemoglobin rate of women which is anaemia in
Maisonette Pesantren Tarbiyah Islamiah Kec IV Angkat Candung. Using to be
designed by quasi experiment. Research Subjek is is adolescent of women which
is anaemia (12 gr/dl), obtained by counted 112. Later then random to divide
sampel group, that is each 28 adolescent of womens for the group of Fe
supplementasi + worm drug and Fe supplementasi group. Fe given in the form of
60 iron elemental ing and 0,25 sour mg of folat, with dose Ix 1 day outside
menstruation and 3x 1 day during menstruating. Worm drug given by before Fe
supplementasi at treatment group, with single dose 125 pregnant mg of Pamoate
Pyrantel
Result of which is obtained from this research indicate that, Fe tablet
supplementasi + worm drug and just Fe supplementasi during six week, can
improve adolescent of womens Hb rate which is anemeia (p<0,005).
The happening of make-up of Hb rate both of group that is Fe Hb rate
supplement group mount mean equal to 2,8643 gr / Fe + worm drug supplement
group and dl mount mean equal to 3,3593 gr / dl. In the reality difference of mean
of is make-up of rate both of this group statistically do not signifikan ( p>0,05).
Meaningless but not yet of course that the difference nor have a meaning to be
looked into from its facet.
Pendahuluan
Salah satu modal dasar pembangunan Indonesia adalah sumber daya
manusia yang potensial dan produktif. Untuk itu diperlukan derajat kesehatan
yang tinggi, dimana salah satu faktor yang berperan dalam meningkatkan derajat
kesehatan adalah status gizi yang baik. Namun demikian anemia gizi hingga kini
masih merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia selain masalah Kurang
Enegi Protein (KEP) dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKI).
1 Staf pengajar Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Unand

Diperkirakan sekitar 30% penduduk Indonesia menderita KEP dan pada saat yang
sama mereka juga menderita anemia gizi.1
Anemia merupakan suatu keadaan terjadinya penurunan kadar hemoglobin
(Hb) dalam darah di bawah batas normal untuk kelompok tertentu. Kadar Hb yang
kurang dari standar dapat digunakan sebagai indikator anemia gizi.2
Anemia gizi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia sekarang
ini. Diperkirakan 40% dari 5 miliar penduduk dunia menderita anemia gizi, lebih
dari 50% (>700 juta) di antara penderita anemia ini tergolong pada anemia
defisiensi zat besi.3 Di Asia Tenggara anemia gizi berkisar antara50%-70%.4
Data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1997 menyatakan bahwa
prevalensi anemia gizi pada balita 40,5%, ibu hamil 50,9%, ibu nifas 45,1%,
remaja putri usia (10-14 tahun) 57.1% dan usia 15-45 tahun 39,5%. Hingga saat
ini keadaan tersebut tidak banyak mengalami perubahan, apalagi negara ini masih
berada dalam krisis ekonomi. Menurut data tahun 2000 menunjukkan 63,5 %
wanita menderita anemia. Dari semua kelompok umur tersebut, wanita
mempunyai resiko paling tinggi untuk menderita anemia terutama remaja putri. 5
Anemia zat besi ini terjadi karena pola konsumsi makanan masyarakat
Indonesia masih didominasi sayuran, sebagai sumber zat besi yang sulit diserap
(non hem iron). Sedangkan daging sebagai bahan pangan hewan yang diketahui
sebagai sumber zat besi yang baik (hem iron), jarang dikonsumsi. Di samping itu,
keadaan tertentu seperti pada keadaan kebutuhan tubuh meningkat, saat
mengindap penyakit kronis, serta kehilangan darah akibat menstruasi dan infeksi
parasit (malaria dan cacingan) akan memperberat keadaan anemia. 6 Penelitian
yang dilakukan di SMUN 3 Padang, ditemukannya rata-rata asupan zat besi siswi

adalah 15,2 3,7 mg sehari, atau sama dengan 60,76% dari angka kecukupan gizi
yang dianjurkan (AKG).7
Anemia kekurangan zat besi dapat menimbulkan dampak pada remaja
putri, antara lain menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit,
menurunnya aktivitas dan prestasi belajar, menghambat produktivitasnya. Bila
sejak remaja wanita sudah mengalami kekurangan zat besi, maka semakin berat
kondisinya bila wanita ini menikah atau hamil nantinya, karena mereka adalah
calon ibu yang diharapkan akan melahirkan generasi penerus yang berkualitas.8
Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia antara lain dengan
supplementasi terapeutik dengan tablet besi secara rutin selama jangka waktu
tertentu, fortifikasi makanan dengan besi, mengubah kebiasaan makan dengan
menambah konsumsi pangan yang memudahkan absorpsi besi dengan pemberian
vitamin C pada hidangan, dan pemberantasan cacing pada lumen usus yang dapat
mengganggu absorbsi besi.9
Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya penanggulangan anemia gizi
sejak Pelita II sampai saat ini melalui distribusi Fe, tapi masih terbatas sasaran
penanggulangan anemia, karena masih ada anggapan bahwa anemia adalah hal
yang biasa dan bukan sebagai penyakit.6
Beberapa penyebab defesiensi zat besi yang telah dijelaskan, maka
pesantren merupakan salah satu tempat potensial terjadi anemia, karena Di
pesantren para siswi tinggal di asrama, mereka cenderung untuk mengkonsumsi
menu makanan yang monoton. Asupan zat gizi siswi di pesantren yang pernah
diteliti masih di bawah Angka kecukupan gizi yang dianjurkan, rata-rata konsumsi
zat besi hanya 6 mg/hari.8

Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek supplement tablet Fe


bersamaan dengan pemberian obat cacing terhadap kadar Hemoglobin siswi
Pesantren Tarbiyah Islamiyah Pasir IV Angkat Candung.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan menggunakan rancangan
eksperimen Quasi, untuk melihat efek supplementasi tablet Fe dengan
penambahan obat cacing, terhadap kadar Hb remaja putri yang anemia Pesantren
Tarbiyah Islamiyah Pasir Kecamatan IV Angkat Candung. Lokasi Penelitian ini
dilaksanakan di Pesantren Tarbiyah Islamiyah Pasir Kecamatan IV Angkat
Candung.
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri penderita anemia di
Pesantren Tarbiyah Islamiyah Pasir Kecamatan IV Angkat Candung yang
berjumlah 112 orang. Sampel berjumlah 56 orang dan dibagi dalam dua kelompok
perlakuan (kelompok supplement tablet Fe dan kelompok supplement tablet Fe +
obat cacing) dengan kriteria inklusi:
a. Siswi yang bersedia ikut dalam penelitian
b. Siswi yang memiliki Hb < 12 gr/dl
c. Tidak menderita sakit yang dapat mempengaruhi kadar hemoglobin darah
(TBC, DBD, Malaria, Thypiod) pada saat pendataan awal.
Variabel, skala, dan pengukuran :
Pengukuran
Skala
Alat
Variabel
Kadar Hb
Rasio
Spektrofotometer

Matoda
Hasil
Cyanmetemoglobin
Gr/dl

Pengolahan dan analisa data


Data yang sudah terkumpul, dilakukan pembersihan, di edit, dan data

kemudian di analisis. Analisis unvariat yaitu untuk memperoleh gambaran


distribusi frekuensi dari variabel yang di teliti dan analisis bivariat yaitu
membandingkan antara variabel penelitian ( perbedaan rata-rata kelompok
supplementasi tablet Fe + obat cacing dan kelompok supplementasi tablet Fe saja)
menggunakan uji t pada program SPSS, dengan derajat kemaknaan bila p < 0,05.
Hasil dan Pembahasan
1. Prevalensi Anemia
Penelitian ini melibatkan 283 remaja putri siswi Pesantren kelas I -VI yang
memenuhi kriteria. Siswi kelas VII tidak dapat di ikut sertakan karena sedang
dalam mengikuti ujian akhir dan ada 8 orang lainnya yang tidak diikutsertakan
karena tidak hadir saat pemeriksaan Hb.
Tabel1. Distribusi Kadar Hb Populasi
Kadar Hb
> I2gr%
(tidak anemia)
<12gr%
(anemia)
Jumlah

Pengukuran
N
171

%
60,4

121

39,6

283

100

Dari hasil pemeriksaan kadar Hb 283 siswi didapatkan prevalensi anemia


pada remaja putri pesantren Tarbiyah Islamiyah Pasir Selatan 39,6 dari 283
siswi, dengan nilai kadar Hb terendah 8,5 gr/dl ( anemia sedang).

2. Distribusi Kadar Hb Siswi Berdasarkan Kelompok Intervensi


Setelah dilakukan pemeriksaan Hb awal (pre intervensi), siswi yang
tergolong anemia ini di intervensi dengan dua perlakuan yang berbeda.

Pertama kelompok supplementasi tablet Fe + obat cacing, kelompok kedua


hanya supplementasi tablet Fe, selama 6 minggu. Maka kadar Hb setelah
pelaksanaan intervensi (post intervensi) di periksa kembali, Untuk lebih
jelasnya kenaikan kadar Hbnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Distribusi Kadar Hb Pre Dan Post Intervensi
Kelompok Supplement Fe + Obat Cacing
No Resp
2
12
73
26
4
16
44
51
54
53
55
64
65
69
78
74
76
82
84
89
90
91
107
100
98
31
97
83
Mean

Kadar Hb Pre
8.5
11.7
11,3
11,6
11.3
10.9
H.3
8.9
11,3
J1.3
11,4
10.2
10.4
11,7
11.5
11.3
11,5
11.2
11.5
9,5
10,2
11,1
98.8
11,9
11,6
10.5
11.2
10.9
10,9000

Kadar Hb Post Peningkatan Hb


12,8
4.3
14.1
2.4
12.7
1.4
15.0
3.4
15.6
4.3
16.3
5.4
15,1
3.8
13.2
4.6
15.3
4.0
14.5
3,2
12.5
1.1
14.8
4.6
13.6
3.2
14.5
2.8
12.9
1.4
14.1
2.8
15.3
3.8
15.8
4.6
14.0
2.5
13.7
4.2
13.8
3.6
15.2
4.1
13.0
3.2
14.3
2.4
16.2
4.6
14.3
3.8
12,4
1.2
14.3
3.4
14,2593
3,3593

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa , seluruh responden terjadi peningkatan
kadar Hb setelah diberikan supplement tablet Fe + Obat cacing. Kadar Hb
tertinggi mencapai 16,2 gr/dl.

Tabel 3. Distribusi Kadar Hb Pre Dan Post Intervensi


Kelompok Supplement Fe
NoResp
20
28
17
19
32
109
110
40
99
49
42
50
59
61
101
97
63
66
70
71
80
81
87
88
95
104
105
112
Mean

Kadar Hb Pre
10.4
11.7
11.6
11.5
9.9
9.7
10.4
9.7
11.4
11.2
10.6
11.9
11.3
11.2
9.4
11.2
1U
11.5
11.0
11.8
11.6
11.9
11.3
11.2
10.9
10.3
10.2
10.1
10,9321

Kadar Hb Post
13.1
12.7
11.6
14.4
13.4
12.3
15.8
15.4
12.8
13.2
14.4
15.3
12.2
15,2
14.5
13.4
12.7
12.8
14.0
13.2
15,9
11.9
16.9
14.3
12.8
13.6
15.2
13.3
13,7964

Peningkatan Hb
2.7
1.0
2.9
3.5
2.6
5.4
5.7
1.4
2.0
3.8
3.4
0.9
4.0
5.1
2.2
1.5
1.3
3.0
1.4
4.3
5.6
3.1
1.9
3.3
5.0
3.2
2,8643

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa pada umumnya ada peningkatan kadar Hb
setelah dilakukan intervensi, sehingga kadar Hb mencapai normal. Kadar Hb
tcrtinggi mencapai 16,9 gr/dl. Namun ada dua orang yang tidak mengalami
peningkatan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa siswi yang semula kadar Hbnya < 12
gr/dl pada umumnya dapat mencapai normal (> 12 gr/dl), setelah diberikan
intervensi, baik dengan kelompok Fe saja. Gambaran peningkatan kadar Hb pada

masing-masing supplement Fe saja. Gambaran peningkatan kadar Hb pada


masing-masing kelompok kelompok intervensi, dapat dilihat pada grafik di bawah
ini.

3.

Analisis

Bivariat

Perbedaan rata-rata peningkatan kadar Hb pre dan post supplementasi pada kedua
kelompok intervensi. Hasil uji statistik dapat dilihat pada tabel 4 :

Kelompok
Fe
Fe + obat

Tabel 4. Kadar Hb pre dan post intervensi kedua kelompok


Kadar Hb
Pre intervensi
Post intervensi
Peningkatan
n
28
287

Rata2
10,9321
10,9000

n
28
28

Rata2
13,7964
14,2593

2,8643
3,3593

p
0,000
0,000

cacing
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
rata-rata kadar Hb pre intervensi dengan rata-rata kadar Hb post intervensi, bai
pada kelompok supplement Fe + obat cacing maupun supplement Fe. Ini dapat di
lihat dari nilai p sebesar 0.000.

Perbedaan selisih rata-rata peningkat kadar Hb setelah diberikan


supplementasi antara kelompok Fe dan kelompok Fe + obat cacing dapat dilihat
pada tabel dibawah
Tabel 5. Perbedaan rata-rata peningkatan kadar Hb antara kelompok
supplement Fe dan kelompok Fe + obat cacing

Kadar Hb
Peningkatan kadar Hb

FE

Kelompok
Fe+ obat cacing

2, 8643

3,3593

P
, 183

Dari table diatas dapat kita lihat bahwa, peningkatan kadar Hb antara
kelompok supplement Fe + obat cacing dan kelompok supplement Fe terlihat
adanya perbedaan, di mana peningkatan kadar Hb kelompok supplement obat /
cacing lebih tinggi 0,495 dari pada peningkatan kadar Hb kelompok supplement
Fe saja. Namun setelah dilakukan uji statistik, ternyata perbedaan peningkatan
kadar Hb antara kedua kelompok ini tidak signifikan, karena nilai p > 0,05.
Perbedaan yang tidak signifikan antara peningkatan rata-rata kadar Hb antara
kelompok supplement FE + obat cacing dengan supplement Fe, dapat diakibatkan
kerana:
1. Pemberian obat cacing dengan dosis tunggal pada kelompok supplement
Fe + obat cacing, tidak dapat mengeluarkan cacing seluruhnya, sehingga
pada v.- kedua kelompok perlakuan ini sama-sama masih ada infestasi
cacing dalam usus mereka
2. Prevelensi kecacingan yang kita asumsikan tinggi pada populasi penelitian
ini (remaja 12-19 tahun) ternyata tidak benar. Salah satu kelemahan dalam
penelitian ini yaitu tidak ada melakukan pemeriksaan telur cacing pada

populasi. Sehingga obat cacing yang diberikan pada salah satu kelompok
tidak memberikan arti.
3. Tidak ada dikontrol faktor-faktor/variabel-variabel yang mempengaruhi
absorbsi zat besi dalam tubuh (pendorong dan pengahambat), misainya
asupan vitamin C, protein hewani, kalsium, phosphor, tanin.
Perbedaan peningkatan kadar Hb antara kedua kelompok yang tidak signifikan
secara stastik, bisa diakibatkan karena salah satu penyebab yang telah dijelaskan
di atas. Namun perlu dipahami bahwa tidak bermakna/signifikan secara statistik,
tidak berarti (belum tentu) bahwa perbedaan tersebut juga tidak bermakna
dipandang dari segi klinisnya. Oleh karena itu arti kegunaan dari setiap penemuan
jangan hanya dilihat dari aspek statistik semata, namun harus juga dilihat / di nilai
dari kegunaan dan segi klinisnya.

Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Prevalensi anemia remaja putri di Pesantren Tarbiyah Islamiyah Pasir Kec.
IV Angkat Candung masih cukup tinggi.
2. Supplementasi tablet besi bersama obat cacing dan supplemenatasi tablet
besi saja selama enam minggu, dapat meningkatkan kadar hemoglobin.
.Supplementasi Fe bersama obat cacing, sama efeketifnya dengan
ipplementasi Fe saja untuk meningkatkan kadar hemoglobin, bila
intervensi diberikan selama enam minggu.
2. Saran

1. Perlu dilakukan penanggulangan anemia defistensi besi secara dini dengan


memberi supplementasi zat besi dan pemberian obal cacing.
2. Perlu diberikan penyuluhan gizi di sekolah dengan melakukan kerja sama
antara Dinas Kesehatan dengan dinas Pendidikan Nasional.
3. Untuk penelitian lebih lanjut, perlunya dipertimbangkan waktu yang lebih
lama untuk mengatasi anemia besi serta mengontrol faktor-faktor yang
mempengaruhi kadar hemoglobin dan faktor-faktor yang mempengaruhi
penyerapan zat besi.
4. Sebelum pemberian obat cacing perlu dipertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan telur cacing.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. __________________ Indonesia Sehat 2010, Depkes RI 1999
2. Husaini MA, Masalah anemia Gizi di Indonesia , gizi Indonesia 1992; 8;1
3. DeMaeyer. Pencegahan Dan Pengawasan Anemia Defisiensi Besi. Widya
Medika Jakarta 1995
4. Bradin at al. high prevalence of anemia among woman in Mumbai India. Food
and nutrition Buletin 1999; 19:3
5. _______ Program Pcnanggulangan Anemia Gizi Pada Wanita Usia Subur.
DepkesRI. 2001
6. Depkes RI Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi Untuk Remaja Putri dan
Wanita Usia Subur, 1998
7. Syafyanti. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Rmaja Putri
SMUN 3 Padang Tahun 2001. Program Pascasarjana PSIKM UI2002
8. Permaisih, Dkk. Hubungan Status Anemia dan Status Besi Wanita Remaja
Santri, penelitian Gizi dan Makanan Jillid 11,. Puslitbang Gizi Bogor 1989
9. Nasution, AH dan Karyadi D. Pengetahuan GiziMutahir(Mineral) 1991

You might also like