Professional Documents
Culture Documents
FERY TRIATMOJO
Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Lampung
Email; fery@unila.ac.id
ABSTRACT
The focus of this article is the level of public transparency in public sector budgeting,
particularly in the health sector in Bandar Lampung. Another aspect studied is how the value
of transparency that later influence on public participation. The method used is descriptive
qualitative approach. Sources of secondary data obtained by way of reference studies, the
study documents the planning, budgeting, and the rule of law relating to the main existing
problems. Platform processing, data analysis, making instruments and criteria of measurement
of transparency in the processing steps is the Law No. 14/2008 concerning Freedom of
Information. The results showed that Nevertheless simplicity openness and accessibility of
information and budget documents were still not good. There is no clear mechanism for
obtaining the document. This could bring unfavorable influence on the quality and
effectiveness of budgetary participation and tends to cause distortion or inefficiency in the
budget. Lack of openness and accessibility of budget information documents a low budget
implications as barriers to public participation in the budgeting process that continues to
change shape and model the relationship among stakeholders in the process of participatory
budgeting.
Keywords: Transparency, Public Participation, the local health sector Budgeting.
PENDAHULUAN
Permasalahan pokok yang menjadi
kajian utama riset adalah transparansi
anggaran dalam sektor kesehatan di
daerah, yakni di Kota Bandar Lampung.
tinggi
atau
rendahnya
tingkat
transparansi anggaran akan ditinjau
melalui
terpenuhinya
faktor
ketersediaan dokumen, aksesibilitas dan
ketercukupan informasi dokumen pada
tiap-tiap rangkaian siklus anggaran.
Seluruh
tahapan
siklus
anggaran
diharapkan tidak akan luput dari
pembahasan riset ini, peneliti akan
berusaha menggambarkan bagaimana
dokumen-dokumen
anggaran
pada
masing-masing tahap siklus anggaran,
yakni tahap perencanaan, pelaksanaan
hingga pertanggungjawaban, secara
komprehensif dapat dibahas dan dikaji
keberadaannya. Aspek lain yang dikaji
adalah bagaimana nilai transparansi itu
kemudian
berpengaruh
terhadap
ADMINISTRATIO
ISSN : 2087-0825
162 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.1, No.2, JuliDesember 2010
ADMINISTRATIO
Studi
Maarif
Institute
(2008)
menyebutkan bahwa beberapa dampak
dari minimnya anggaran kesehatan
diantaranya adalah adanya layanan
Askeskin yang diskriminatif. Birokrasinya
yang rumit dan berbelit baik di
kelurahan maupun di rumah sakit masih
menjadi
persoalan
layanan
yang
dirasakan oleh kebanyakan pemegang
kartu Askeskin. Problem layanan yang
dirasakan yaitu pelayanan
tidak
memuaskan, tidak ramah, obat sering
tidak tersedia dan warga miskin harus
membeli obat sendiri di apotik,
Kalaupun ada obatnya tidak variatif
selain itu masih dikenakan biaya
adminstrasi.
Hasil studi Simon dan Alamsyah
(2009), Dominasi elit lewat keterlibatan
para pejabat struktural dan tokoh
masyarakat juga menjadi salah satu
permasalahan penganggaran di Bandar
Lampung. Hal yang terjadi karena belum
adanya
penyelengara
untuk
menggerakan saluran/media aspirasi
secara menyeluruh secara efektif.
Penggerakan yang dilakukan nampak
masih bersifat terbatas dan kontekstual.
Jika dilihat secara menyeluruh, bersifat
terbatas tersebut maksudnya adalah
upaya-upaya yang dilakukan oleh
penyelenggara
partisipasi
hanya
dilakukan dalam tataran lingkup isu yang
terbatas dan dalam wilayah yang juga
terbatas. Dikatakan terbatas karena
aspirasi yang terkumpul sebagai input
bagi
penyelenggara
belum
tentu
memiliki tempat dalam bentuk jadi
kebijakan. Pemerintah kota Bandar
Lampung
juga
masih
melihat
transparansi sebagai kondisi normatif
karena memang belum ditempatkan
secara strategis. Transparansi masih
dicurigai sebagai kondisi yang dapat
menciptakan kerentanan dan berpotensi
memberikan efek yang memiliki banyak
kemungkinan
bagi
kelembagaan
birokrasi. Persoalan karakter birokrasi
yang resisten terhadap perubahan dan
ingin
mempertahankan
semangat
elitisnya menjadi faktor internal yang
menghambat terjadinya penyerapan
gagasan transparansi tersebut secara
implementatif.
ISSN : 2087-0825
menggambarkan
perwujudan
transparansi anggaran sektor publik,
khususnya
anggaran
kesehatan.
Sedangkan pendekatan Penelitian yang
digunakan adalah pendekatan kualitatif.
Pendekatan
penelitian
kualitatif
dipergunakan dalam penelitian ini
dikarenakan dengan penelitian kualitatif
akan lebih menekankan pada proses
pencarian makna dan pengungkapan
makna dibalik fenomena yang muncul
dalam penelitian, dengan tujuan agar
masalah yang akan dikaji lebih bersifat
komprehensif, mendalam, alamiah dan
apa adanya serta tanpa banyak campur
tangan dari peneliti terhadapat topik
yang diteliti.
Dalam
penelitian
ini,
dengan
berdasar pada definisi konseptual dan
alur pikir yang telah dibuat, maka fokus
penelitian adalah tingkat transparansi
publik dalam penganggaran sektor
publik, khususnya pada sektor kesehatan
di Kota Bandar Lampung. Perwujudan
transparansi anggaran sektor kesehatan
akan
ditelusuri
melalui
analisa
komprehensif terhadap berbagai data
anggaran kesehatan terkait dengan
faktor ketersedian dan aksesibilitas
dokumen serta faktor kejelasan dan
kecukupan informasi anggaran. Adapun
dokumen anggaran yang akan menjadi
fokus penelitian ini adalah sebagaimana
table berikut ini;
1
2
3
RPJMD
RKPD
Renja SKPD Kesehatan
1
2
3
1
2
ADMINISTRATIO
ISSN : 2087-0825
164 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.1, No.2, JuliDesember 2010
3
4
5
D
Dokumen Laporan
Pertanggungjawaban APBD
2
3
4
ADMINISTRATIO
ISSN : 2087-0825
166 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.1, No.2, JuliDesember 2010
Interval kelas
Kriteria
Sangat Baik
61% - 80%
Baik
41% - 60%
Cukup Baik
21% 40 %
Kurang Baik
Kurang dari
20%
Tidak Baik/Buruk
Anggaran
168 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.1, No.2, JuliDesember 2010
mensosialisasikan
Ranperda
APBD
beserta lampirannya. Demikian juga
dengan
UU
No
32/2004
yang
menyatakan
masyarakat
berhak
memberikan masukan secara tertulis dan
lisan terhadap Rancangan Peraturan
Daerah. Mengingat RAPBD diajukan
dalam bentuk Ranperda, maka sudah
sepatutnya
Pemda
atau
DPRD
melakukan konsultasi publik pada saat
pembahasan anggaran.
Pemerintah daerah lebih cenderung
membuka akses partisipasi hanya pada
proses perencanaan tetapi tidak pada
proses
penganggaran.
wahana
partisipasi
masyarakat
umumnya
disediakan oleh pemerintah daerah pada
saat penyusunan dokumen perencanaan
pembangunan seperti RPJMD, RKPD,
Renstra SKPD maupun Renja SKPD.
Namun, pada saat penyusunan dokumen
anggaran,
wahana
keterlibatan
masyarakat cenderung tidak disediakan
seperti pada saat penyusunan KUA
PPAS,
RAPBD
dan
Raperda
Pertanggungjawaban.
Tahap perencanaan adalah tahapan
ketika masyarakat disediakan wahana
partisipasi melalui musrenbang di
tingkat desa/kelurahan. Sementara di
musrenbang kecamatan dan kabupaten
serta Forum SKPD, wahana partisipasi
disediakan
dengan
mekanisme
representasi/
keterwakilan.
Tahap
pertanggungjawaban dan pembahasan
merupakan tahapan yang memiliki
kinerja partisipasi terendah. Pada tahap
pertanggungjawaban proses pelibatan
masyarakat sangatlah tertutup karena
tahap ini banyak diasumsikan sebagai
arena pertanggungjawaban eksekutif
kepada legislatif sehingga ruang publik
hampir tidak ada. Ruang publik di tahap
ini hanya disediakan melalui mekanisme
penyusunan
ILPPD.
Sayangnya
pemerintah Kota Bandar Lampung justru
tidak membuat dokumen tersebut. Di
sisi lain, hampir tidak ada inisiatif
pemerintah
daerah
untuk
mengembangkan
mekanisme
pertanggungjawaban
dengan
melibatkan masyarakat secara langsung
tanpa
melalui
perwakilan
DPRD
mengingat kepala daerah dipilih oleh
170 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.1, No.2, JuliDesember 2010
tuntutan
atau
kesadaran
dalam
berpartisipasi
menjadikan
masingmasing
elemen
akan
melakukan
redistribusi dan revitalisasi peran dan
fungsi dalam proses partisipasi. Bentuk
implikatif
dari
keterpengaruhan
transparansi
terhadap
partisipasi
diantaranya adalah ;
Pesimistis dalam proses partisipasi
anggaran.
Memang pada dasarnya proses
partisipasi sudah berlangsung dalam
penganggaran. Pemerintah daerah Kota
Bandar Lampung sudah memberikan
ruang bagi elemen masyarakat untuk
turut terlibat dalam proses penyusunan
maupun pengawasan anggaran. Namun
yang lebih penting lagi adalah sejauh
mana keterlibatan masyarakat sebagai
civil society dalam perumusan hingga
pelaksanaan
anggaran
telah
memberikan dampak yang signifikan
terhadap perubahan dan kualitas
penganggaran. Umumnya mereka yang
mewakili civil society dalam tim-tim
perumus kebijakan atau anggaran
maupun tim konsultasi publik merasa
bahwa keterlibatan mereka tidak
banyak berpengaruh untuk membentuk
kebijakan menjadi lebih demokratis,
menjadikan anggaran semakin efektif
dan efisien. Sangat terlihat bahwa
pemerintah
daerah
masih
menempatkan partisipasi masih pada
tataran proses, bukan isi/subtantif.
Penguatan peran mediasi dan inisiasi
media massa lokal pada proses
penganggaran daerah.
Dalam konteks relasi masyarakat
sipil, media massa berada posisi atau
fungsi kontrol sosial dengan peran opini
medianya.
Kondisi
melemahnya
transparansi anggaran kesehatan di
daerah tentu saja tidak luput dari
pengamatan media massa. boleh jadi
media massa akan terus menerus
menjadikan isu tersebut sebagai materi
pemberitaan,
namun
bisa
juga
sebaliknya. Dalam kasus transparansi
anggaran di Kota Bandar Lampung,
perhatian media ternyata beragam.
Masyarakat akan menjadikan media
lokal yang memiliki frekuensi tinggi
KESIMPULAN
Ketersediaan
dokumen
penganggaran daerah pada sektor
kesehatan di Kota Bandar Lampung
sudah cukup memadai, dalam arti
pemerintah daerah memang telah
membuat berbagai dokumen dan
informasi anggaran daerah, khusunya
kesehatan.
Namun
demikian
keterbukaan
dan
kemudahaan
aksesibilitas informasi dan dokumen
anggaran masih kurang baik. Dokumen
anggaran yang umumnya sulit diakses
adalah
dokumen
yang
memiliki
pengaruh penting dalam penganggaran
daerah dan aparatnya, dokumen yang
menunjukan detail pagu anggaran, serta
dokumen yang menunjukan realisasi
anggaran..
Kurangnya transparansi anggaran
kesehatan,
khusunya
dalam
hal
kemudahan mengakses informasi dan
dokumen anggaran kesehatan dapat
membawa pengaruh yang kurang baik
pada kualitas partisipasi dan efektifitas
anggaran
serta
cenderung
bisa
menimbulkan penyimpangan ataupun
inefisiensi anggaran kesehatan di
Bandar
Lampung.
Kurangnya
keterbukaan informasi anggaran dan
aksesibilitas dokumen anggaran yang
rendah berimplikasi sebagai hambatan
dalam proses partisipasi publik pada
penganggaran yang berlanjut pada
perubahan bentuk dan model hubungan
antar stakeholder penganggaran dalam
172 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.1, No.2, JuliDesember 2010
DAFTAR PUSTAKA
Basjir, Wahyu W. 2006. Keindahan yang
menipu
Partisipasi
dalam
Penganggaran Daerah di Indonesia.
Idea & Partnership. Yogyakarta.
Bastian,
Indra.
2008.
Kesehatan.
Penerbit
Jakarta.
Akuntansi
Erlangga.
145.
Pusat
Manajemen Pelayanan Kesehatan,
Fakultas Kedokteran, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Hasanbasri,
Mubasysyir.
2009.
Merumuskan
sistem
kesehatan
daerah. Program kebijakan dan
menajamen pelayanan kesehatan,
fakultas
kedokteran.
UGM.
Yogyakarta.
Hertanto, dkk. 2009. Local Budget
Study I di Kota Bandar Lampung.
Laporan Hasil Riset. Maarif Institute
Kota Bandar Lampung.
Kumorotomo,
Wahyudi.
2008.
Desentralisasi Fiskal, Politik dan
perubahan kebijakan 1974-2004.
Kencana Prenada Media Group.
Jakarta.
Sektor
Moleong,
L.J.
2000.
Metodologi
Penelitian
Kualitatif.Remaja
Rosdakarya. Bandung
Muninjaya, AA Gde. 2004. Manajemen
Kesehatan.
Penerbit
Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Mustafa, Ruli Alqodri. Transparansi
Kebijakan Publik. Diakses melalui
http://www.majalahteras.com/2008
/08/transparansi-kebijakan-publik/
Triatmojo, Fery & Aryanto Yusuf. 2010.
Laporan Penelitian Local Budget
Study II di Kota Bandar Lampung.
Maarif
Institute
Kota
Bandar
Lampung.
Parsons, Wayne. 2008. Public Policy:
Pengantar Teori & Praktek Analisis
Kebijakan. Kencana. Jakarta..
Pemda Kota Bandar Lampung. 2000.
Profil Kota Bandar Lampung. Bagian
Humas Pemda.
Putra, Fadillah. 2003. Paradigma Kritis
dalam Studi Kebijakan Publik;
Perubahan dan Inovasi Kebijakan
Publik
dan
Ruang
Partisipasi
Masyarakat dalam Proses kebijakan
Publik. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Rondinelli, D.A. 1981. Government
Decentralization in Comparative
Theory and Practice in Developing
174 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.1, No.2, JuliDesember 2010
Pendidikan
Dasar.
Lembaga
Penelitian SMERU. Jakarta.
Surat Kabar dan Internet
Lampungpost. Senin 2 November 2009.
KINERJA
KEUANGAN:
Pemkot
Dapat
Penghargaan.
Diakses
melalui
:
http://www.lampungpost.com/
cetak/berita.
php?
id=2009110207074516
pada
Tanggal 2 November 2009.
Departemen Keuangan. 07 Mei 2009.
Menteri Keuangan Memberikan
Penghargaan Kepada 12 Pemda
Berprestasi.
Diakses
melalui
website:
http://www.djpk.depkeu.go.id/n
ews/1/tahun/2009/bulan/05/tan
ggal/07/id/391/ pada tanggal 2
November 2009
Pemerintah Kota Bandar Lampung.
Pembangunan Bandar Lampung
Kilas Balik, Refleksi Dan Proyeksi
2010.
http://bandarlampungkota.go.id/
?
pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&i
d=27. diakses pada 27 Februari
2010
Peraturan Perundang-Undangan :
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008
Tentang Keterbukaan Informasi
Publik.
UU
tentang
UU