You are on page 1of 4

Vol.10 No.

2 : 30 – 33, April 2020


ISSN : 2088-8961
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jim/index

Upaya Menerapkan Standar Pelayanan Minimal di Bidang Kesehatan Berdasarkan


Indikator Pelayanan Kesehatan Hipertensi di Puskesmas Kota Semarang
Prakasita Artha Anindya1*, Sutopo Patria Jati2, Nurhasmadiar Nandini2
1
Mahasiswa Peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro
2
Bagian Administrasi Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro
*Corresponding author : prakasitartha20@gmail.com

ABSTRACT
Title : Efforts to Apply Minimum Health Service Standards in Hypertension Health Services Indicators in Public
Health Services of Semarang City
Background: Minimum services standards have to be provided by each region to their citizen regarding the
minimum type and quality of basic services. Minimum health service standard have 12 type of basic services.
One of them are the health service of hypertension patient which was only 24,75% in 2017 from target 100% in
Semarang District.
Methods: The research objective was to analyse the implementation of minimum service standards. A
qualitativemethod and a descriptive analytic approach was used in this research.Primary data from in-depth
interviews and secondary data that were relevant to the research were collected. The study was conducted at
Public Health Services of Gunungpati, Ngesrep, Pudak Payung, Sekaran and Health Office ofSemarang City.
The respondents wereprovider staff at Public Health Services and Health Office holding the non-infection
disease program. To get properly information this study also interviewing the patients.
Result: The results showed the Minister of Health’s Regulation Number 4/ 2019 concerning minimum service
standards in the health sector was too ideal and was it difficult to reach. Conclusions: Public Health servicesas
the executor of the Minister of Health Regulation Number 4/2019 must have innovations in order to achieve the
100% target.

Keyword: minimum service standards; hypertension; Public Health Services

PENDAHULUAN ke-3 pada 10 besar penyakit di Puskesmas se-Kota


Standar pelayanan minimal (SPM) merupakan Semarang dengan jumlah 62.912 kasus.
salah satu bentuk standar mengenai jenis dan mutu Puskesmas memiliki peran penting dalam
pelayanan dasar yang berhak diperoleh setiap warga menjaga kesehatan masyarakat maupun perorangan di
secara minimal sebagai urusan wajib daerah. SPM daerah khususnya pada tingkat kecamatan2. Pada
ditetapkan untuk menjamin dan mendukung tahun 2017, capaian kinerja Puskesmas di Kota
pelaksanaan kewenangan wajib oleh daerah sekaligus Semarang belum mencapat target capaian kinerja
sebagai akuntabilitas daerah kepada pemerintah1.Dari pelayanan kesehatan penderita hipertensi yang
12 jenis pelayanan dasar pada SPM kesehatan daerah ditetapkan (100%). Berdasarkan studi pendahuluan
kabupaten/kota, pelayanan kesehatan penderita pada 4 Puskesmas di Kota Semarang capaian
hipertensi hanya 24,75% dari target 100%. Hipertensi tersebut bervariasi antara 15% sampai dengan 64%,
merupakan suatu kondisi dimana tekanan darah secara dimana puskesmas rawat inap memiliki presentase
menetap diatas normal. capaian kinerja lebih tinggi dari pada puskesmas
Menurut WHO pada tahun 2012, hampir 9,4 rawat jalan.
juta kematian setiap tahun, dimana hipertensi Berdasarkan hasil capaian tersebut ingin diteliti
berkontribusi penyebab kematian yang disebabkan penyebabnya dengan menggunakan pendekatan teori
penyakit kardiovaskuler Hasil Riset Kesehatan Dasar implementasi kebijakan dari Donald Van Metter dan
(riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi Carl Van Horn. Proses implementasi yang dimaksud
hipertensi pada penduduk usia ≥ 18 tahundi Indonesia merupakan performasi suatu implementasi kebijakan
sebesar 25,8%. Sedangkan untuk perkembangan yang pada dasarnya secara sengaja diklaim untuk
kasus penyakit tiidak menular (PTM) di Jawa Tengah, mencapai kinerja implementasi kebijakan publik yang
hipertensi menduduki tingkat pertama dengan jumlah tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagai
penderitanya 635.545 (55,76%) pada tahun 2017. variabel. Pada penelitian sebelumnya, teori ini
Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Kota digunakan untuk meneliti mengenai implementasi
Semarang tahun 2017 hipertensi berada pada urutan kebijakan tanggung jawab sosial di Kabupaten

© 2020 Prakasita Artha Anindya et al., JIM, ISSN : 2088-8961. All rights reserved.
Prakasita A.A., Sutopo P.J., Nurhasmadiar N. / Jurnal Ilmiah Mahasiswa 10(2), April 2020 31

Morowali Utara3, implementasi program bantuan Pada puskesmas rawat inap telah membentuk tim
sumbangan penyelenggaraan pendidikan gratis bagi untuk melakukan perencanaan sehingga sebisa
mahasiswa di Kabupaten Pangkep, dan mengenai mungkin target dari peraturan tersebut dapat tercapai.
permasalahan terkait implementasi kebijakan lainnya. Namun pada puskesmas rawat jalan belum
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis membentuk tim dalam hal penyusunan perencanaan
penerapan SPM bidang kesehatan pada jenis tersebut. Hal ini menyebabkan ketercapaian
pelayanan kesehatan dasar penderita hipertensi di puskesmas rawat jalan lebih rendah dari puskesmas
puskesmas rawat jalan dan rawat inap di Kota rawat inap.
Semarang.
Sumber Daya
METODE PENELITIAN Keberhasilan proses implementasi kebijakan
Penelitian ini merupakan penelitiankualitatif sangat tergantung dari kemamapuan memanfaatkan
dengan pendekatan deskriptif analitik. Pemilihan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan
sampel menggunakan teknik purposive. sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu
Penelitian dilakukan bulan Agustus hingga bulan keberhasilan proses implementasi kebijakan. Sumber
September 2019 di Puskesmas Gunungpati, daya lain yang perlu diperhitungkan juga ialah sumber
Puskesmas Ngesrep, Puskesmas Pudak Payung, dan daya finansial dan sumber daya sarana dan prasarana.
Puskesmas Sekaran Kota Semarang.Pengumpulan Sumber daya dalam penerapan standar
data dilakukanmelalui indepth interview kepada pelayanan minimal di bidang kesehatan pada indikator
informan utama dan informan triangulasi. Informan pelayanan kesehatan penderita hipertensi sudah
utama sebanyak 12orang yang terdiri dari kepala tercukupi secara keseluruhan. Namun, pada saat
puskesmas, kepala tata usaha, penanggung jawab pegawai sedang ada yang melakukan dinas luar,
pemegang program penyakit tidak menular (PTM) di puskesmas merasa sumber daya manusia yang ada
masing-masing puskesmasdengan jenjang usia antara belum tercukupi.
42-57 tahun dan masa kerja di puskesmasantara 5-29 Beberapa penelitian terdahulu mengindikasikan
tahun. Informan triangulasi yaitu pasien di masing- bahwa tersedianya sumber daya berpengaruh terhadap
masing puskesmas dan seorang staff P2P Dinas hubungan teknologi-kinerja.
Kesehatan Kota Semarang berusia antara 40-61 tahun. Ketersediaan sumber daya dapat berpengaruh
Aspek yang ditelitiadalahstandar dan tujuan secara positif maupun negatif. Menurut Dess & Beard
kebijakan, sumber daya, karakteristik organisasi (1984), tersedianya sumber daya dapat menguatkan
pelaksana, komunikasi antar organisasi pelaksana, atau memperlemah pengaruh teknologi terhadap
sikap para pelaksana serta lingkungan ekonomi, sosial kinerja. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Meyer
dan politik. & Goes (1988) terhadap beberapa rumah sakit di
Tahap yang dilakukan dalam penelitian ini Amerika menemukan bahwa rumah-rumah sakit yang
adalah pengumpulan data, reduksi data, analisis data, terletak dan beroperasi pada lingkungan di mana
penyajian data dan penarikan kesimpulan. tersedia sumber daya mendapatkan lebih banyak
keuntungan dibanding dengan rumah-rumah sakit
HASIL DAN PEMBAHASAN yang berada di lingkungan di mana sumber daya
Standar dan Tujuan Kebijakan langka dan sukar diperoleh5.
Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur
tingkat kebrehasilannya dari standar dan tujuan Karakteristik Organisasi Pelaksana
kebijakan yang bersifat realistis. Ketika ukuran dan Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi
sasaran kebijakan terlalu ideal, maka akan sulit organisasi formaldan organisasi non formal yang akan
direalisasikan. Puskesmas telah menggunakan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan
tentang Standar Pelayanan Minimal di Bidang publik akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri
Kesehatan untuk menerapkan standar pelayanan yang tepat serta cocok dengan peran agen
minimal. Namun sebagian besar informan utama pelaksananya.
mengatakan bahwa Peraturan Menteri Kesehatan Alur pelaporan, alur pengawasan serta
Nomor 4 Tahun 2019 terlalu ideal karena target yang pengambilan keputusan dalam penerapan standar
harus dicapai puskesmas sebesar 100%. pelayanan minimal di bidang kesehatan pada indikator
Dalam mewujudkan siklus manajemen pelayanan kesehatan penderita hipertensi tidak
puskesmas yang berkualitas, efektif, dan efisien, maka mengalami kendala. Namun terdapat perbedaan antara
perlu ditetapkan tim manajemen puskesmas yang alur pengawasan yang dilakukan oleh puskesmas
dapat berfungsi sebagai penanggung jawab upaya rawat inap dengan puskesmas rawat jalan. Puskesmas
kesehatan di puskesmas dan didukung sepenuhnya rawat inap membentuk tim untuk menangani dalam
oleh jajaran pelaksananya masing-masing. Tim ini hal perencanaan, pelaksanaan hingga pengawasan.
bertanggung jawab terhadap tercapainya target kinerja Pengawasan adalah suatu proses kegiatan
puskesmas, melalui pelaksanaan upaya kesehatan pimpinan yang sistematis untuk membandingkan,
yang bermutu4. memastikan, dan menjamin bahwa tujuan dan sasaran

© 2020 Prakasita Artha Anindya et al., JIM, ISSN : 2088-8961. All rights reserved.
32 Prakasita A.A., Sutopo P.J., Nurhasmadiar N. / Jurnal Ilmiah Mahasiswa 10(2), April 2020

serta kegiatan organisasi yang akan dan telah memberikan dukungan dalam pelaksanaan kebijakan
terlaksana dengan baik dan sesuai dengan standar, agar dapat terwujud, seperti sumber daya manusia,
rencana, instruksi, dan ketentuan-ketentuan yang telah sumber dana, sumber sarana dan prasarana. Sumber
ditetapkan perusahaan, serta untuk mengambil daya ini sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan
tindakan perbaikan dan pencegahan yang diperlukan kebijakan, tanpa sumber daya kebijakan tidak akan
sumber daya yang paling efektif dan efisien dalam berjalan dengan baik8.
mencapai tujuan perusahaan tersebut6.
Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik
Komunikasi Antar Organisasi Pelaksana Lingkungan ekonomi, sosial, dan politik yang
Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh tidak kondusif dapat menjadi penyebab dari kegagalan
dalam implementasi keijakan publik, semakin baik kinerja implementasi kebijakan. Karena itu upaya
koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang untuk mengimplementasikan kebijakan harus juga
terlibat dalam suatu proses implementasi kebijakan, memperhatikan kondisi lingkungan eksternal.
maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat Hasil penelitian diperoleh informasi penyebab
kecil untuk terjadi, begitu pula sebaliknya. belum tercapainya target karena beberapa hal di
Aspek komunikasi antar organisasi pelaksana wilayah kerja puskesmas yaitu terdapat kawasan elit
hanya berupa pemahaman mengenai kebijakan yang dan masyarakat yang tidak peduli akan kesehatannya.
telah diterapkan pada standar pelayanan minimal di Kondisi tersebut menyebabkan puskesmas merasa
bidang kesehatan pada indikator pelayanan kesehatan kesulitan untuk melakukan edukasi kepada
penderita hipertensi. masyarakat. Sedangkan puskesmas tidak mengalami
Hasil penelitian didapatkan informasi bahwa kesulitan untuk melakukan edukasi terhadap
carapuskesmas menginformasikan peraturan terbaru masyarakat di wilayah kerjanya karena adanya
melalui media sosial atau pada saat apel pagi. Namun dukungan dari masyarakat yang sangat antusias
setelah itu, tidak ada tindak lanjut mengenai apakah terhadap program-program yang dijalankan oleh
seluruh pegawai telah mengetahui serta memahami puskesmas, disamping itu puskesmas juga memiliki
peraturan terbaru tersebut. inovasi bagaimana caranya dapat melibatkan lintas
Komunikasi merupakan faktor dominan dalam sektor di wilayah kerjanya.
melakukan koordinasi implementasi kebijakan. Dalam pembuatan implementasi kebijakan
Menurut Hogwood dan Gunn, koordinasi bukan hanya melalui suatu tahapan. Tahapan tersebut dalam
tentang persoalan mengkomunikasian informasi pelaksanaanya dipengaruhi oleh masyarakat karena
ataupun membentuk struktur-struktur administrasi dengan melibatkan masyarakat maka pelaksanaan
yang cocok, melainkan praktik pelaksanaan kebijakan akan berhasil. Akan tetapi walaupun
kebijakan. Selanjutnya menurut Edward III, kebijakan tersebut sudah dapat mengikutsertakan
komunikasi kebijakan memiliki beberapa macam masyarakat maka akan mengalami kegagalan yang
dimensi, diantaranya: dimensi transformasi atau diakibatkan oleh kurang diimplementasikan oleh para
penyampaian informasi kebijakan publik, kejelasan, pelaksana kebijakan. Oleh karena itu apabila suatu
dan konsistensi. Apabila koordinasi komunikasi kebijakan dapat berhasil maka dalam prosesnya harus
diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses melibatkan masyarakat dan juga dalam
implementasi baik, maka memperkecil suatu mengimplementasikan kebijakan harus maksimal
kesalahan, begitu sebaliknya7. sehingga diperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan8.
Sikap Para Pelaksana Faktor eksternal lainnya yang dapat
Sikap penerimaan atau penolakan dari pelaksana mempengaruhi belum tercapainya target pelayanan
akan sangat mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kesehatan penderita hipertensi. (100%) yaitu belum
kinerja implementasi kebijakan publik. semua institusi yang terlibat dalam jejaringpelayanan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah melakukan pelaporan terkait pasien yang melakukan
dilakukan, informan utama mengatakan bahwa pemeriksaan selain di puskesmas. Disisi lain
kebijakan tersebut sesuai dan telah diterapkan di laporanyang berasal dari intitusi pelayanan jejaring
puskesmas. Namun, puskesmas sebagai pelaksana dari sangat diperlukan untuk melakukan perhitungan
kebijakan mengatakan bahwa target tersebut sulit presentase capaian kinerja puskesmas. Hal tersebut
untuk dicapai dengan berbagai macam alasan yang dikarenakan belum adanya kebijakan serta
disebutkan. Salah satunya yaitu, pada tahun 2017 penghargaan dan teguran (reward dan punishment)
puskesmas merasa kekurangan sumber daya manusia, yang mengatur mengenai keharusan institusi jejaring
sehingga target yang telah ditentukan dari kebijakan yang berada di wilayah kerja puskesmas melakukan
tersebut belum tercapai. pelaporan.
Walaupun maksud dan tujuan kebijakan sudah
diinformasikan secara jelas dan konsisten, akan tetapi SIMPULAN
apabila pelaksana/implementor kekurangan sumber Standar dan tujuan kebijakan Peraturan Menteri
daya untuk melaksanakan kebijakan maka akan Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 yang diterapkan di
berjalan tidak efektif. Sumber daya yang adapat puskesmas Kota Semarang kesulitan dalam mencapai

© 2020 Prakasita Artha Anindya et al., JIM, ISSN : 2088-8961. All rights reserved.
Prakasita A.A., Sutopo P.J., Nurhasmadiar N. / Jurnal Ilmiah Mahasiswa 10(2), April 2020 33

target yang telah ditetapkan (100%). Sebagian besar


puskesmas tidak mengalami kendala sumber daya DAFTAR PUSTAKA
dalam penerapan standar pelayanan minimal di bidang 1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. UU
kesehatan pada indikator pelayanan kesehatan No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
penderita hipertensi,namun puskesmas masih merasa 2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
kekurangan ketika ada staf yang melakukan dinas di Peraturan Menteri Kesehatan No 75 tahun 2014
luar. Tidak terdapat kendala dalam karakteristik tentang Puskesmas.
organisasi pelaksana, meskipun masih terdapat 3. Hakim S. HA. Implementasi Kebijakan
perbedaan alur pengawasan antara puskesmas rawat Tanggung Jawab Sosial di Kabuppaten
inap dan rawat jalan. Penyebarluasan peraturan Morowali Utara.
terbaru telah dilakukan komunikasi antar organisasi 4. Kementerian Kesehatan. Peraturan Menteri
dilakukan melalui media sosial atau apel pagi. Namun Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016 Tentang
setelah itu tidak ada tindak lanjut mengenai apakah Manajemen Puskesmas.
sumber daya manusia di puskesmas telah mengetahui 5. Ellitan L. Peran Sumber Daya Dalam
serta memahami peraturan tersebut. Sikap para Meningkatkan Pengaruh Teknologi Terhadap
pelaksana, puskesmas telah menerapkan Peraturan Produkvitas. 2014. 155–170.
Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019, namun 6. Siregar. Implementasi Kebijakan di Masyarakat.
puskesmas merasakan kesulitan untuk mencapai Program Studi Ekonomi Islam. Sumatera Utara.
target. Faktor eksternal yang mempengaruhi dalam 2016
pencapaian target yaitu kepedulian terhadap kesehatan 7. Dumilah Ayuningtyas M. Analisis Kebijakan
masih kurang, dan masih ditemukan institusi jejaring Kesehatan : Prinsip dan Aplikasi. Depok: PT.
yang belum melakukan pelaporan terhadap Rajagrafindo Persada, 2018.
puskesmas. 8. Suwarta. Pengaruh Faktor Komunikasi, Sumber-
Disarankan melakukan sosialisasi yang inovatif Daya, Disposisi dan Struktur Birokrasi Dalam
dengan cara langsung maupun tidak langsung seperti Implementasi Kebijakan Sistem Informasi
melalui media sosial dengan informasi yang jelas dan Administrasi Kependudukan (SIAK) Terhadap
mudah dimengerti, memberikan penghargaan kepada Efektivitas Pembuatan Kartu Tanda Penduduk
intitusi jejaring yang telah melakukan pelaporan (KTP) di Kecamatan Kesambi Kota Cirebon.
dengan baik, serta membuat perencanaan mengenai 2013
program-program yang akan dilaksanakan terkait
indikator pada standar pelayanan minimal di bidang
kesehatan.

© 2020 Prakasita Artha Anindya et al., JIM, ISSN : 2088-8961. All rights reserved.

You might also like