You are on page 1of 12

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 8, Nomor 3, Mei 2020


ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN


TUBERKULOSIS PARU (P2TB) DI PUSKESMAS BANDARHARJO
KOTA SEMARANG

Farida Arisalah Putri, Chriswardani Suryawati, Wulan


Kusumastuti
FakultasxKesehatancMasyarakatdUniversitaseDiponegoro
faridaarisalahputri2@gmail.com

ABSTRACTx
Background: The TB situation in Indonesia is getting worse because the number of
TB cases continues to increase and is increasing. In response to this, it is necessary
to do again related to TB control in order to increase cure rates and reduce mortality.
Objective: To evaluate the implementation of the TB control program at the
Bandarharjo Health Center. Method: This study uses qualitative and analytic
descriptive methods through in-depth interviews which are selected based on
purposive sampling techniques. Results: Input Components: enough Human
resources, Lack of training, existing P2TB purgatory, low funding, good facilities and
infrastructure, SOP of applicable regulations and ISTC. Process components: No
specific planning documents, no specific and written organizational structure, internal
and external coordination is good, the implementation of activities is good, there is
no optimal yet, recording and reporting is good, monitoring is Less questionable.
Output component: Case finding and treatment n success rates do not meet national
TB targets. Conclusion: The input component is good, the process component
there are still some activities that are not optimal, the output component has not met
the national TB targets in the TB control program at The Bandarharjo Health Center.

Keywords: Evaluation, TB control, P2TB, Bandarharjo Health Center.

PENDAHULUAN 1.000.000 kasus baru setiap


Pada tahun 1995, tahunnya.1 Menanggapi hal tersebut,
WorldxHealth Organization (WHO) penyakit tuberkulosis masih menjadi
memperkirakan sekitar masalah kegawatdaruratan (global
sepertigaqpendudukodunia emergency) bagi kemanusiaan.
telahxterinfeksi oleh kuman Salah satu strategi nasional TB
Mycrobacterium Tuberculosis. dalam penanggulangan Tuberkulosis
Terdapat 95%ykasusxTB dantai98% adalah penemuan kasus dan
kematian TB yang terjadi di dunia. Di pengobatan tuberkulosis. Angka
Indonesia, penyebaran penyakit penemuan kasus atau Case Detection
Tuberkulosis Paru (TB Paru) dari Rate (CDR) adalah prosentasi jumlah
tahun ke tahun mengalami pasien baru tuberkulosis paru BTA
peningkatan 2-5% dimana pada positif. Pada tahun 2015, CDR bukan
prevalensi TB, menunjukkan bahwa menjadi indikator utama namun masih
kasus TB di Indonesia untuk semua menjadi indikator strategi nasional TB.
umur berjumlah 1.600.000 orang (660 Angka keberhasilan pengobatan atau
per 100.000 penduduk) dengan Success Rate (SR) adalah angka

311
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 3, Mei 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

yang menunjukkan prosentase dan semarang. Tingginya jumlah kasus


dibentuk berdasarkan angka sangat memungkinkan peningkatan
kesembuhan atau Cure Rate dan kejadian TB secara bermakna di masa
angka pengobatan lengkap diantara yang akan datang.
pasien baru TB BTA postif yang Walaupun sudah ditetapkan
tercatat. standar nasional TB, cakupan
Hasil data riskesdas tahun penemuan kasus TB di Puskesmas
2018, Provinsi Jawa Tengah Bandarharjo masih belum mencapai
memasuki 10 besar prevalensi target nasional TB sebesar 48,80%
penyakut TB di seluruh Indonesia. dan angka keberhasilan pengobatan
Jumlah kasus TB dilaporkan di Jawa TB di Puskesmas Bandarharjo masih
Tengah tahun 2017 sebanyak 45.527 belum mencapai target nasional TB
kasus dari estimasi kasus baru sebesar 72,60%. Hasil dari rincian
terbanyak 103.840 kasus atau baru keberhasilan pengobatan di
44% kasus TB yang ditemukan. Puskesmas Bandarharjo diketahui
Laporan bidang P2PL Dinas bahwa terdapat tiga orang meninggal
Kesehatan Kota Semarang dan banyaknya kasus default (DO).
menunjukkan bahwa pada tahun Melihat fakta dilapangan, dimana
2018, Cakupan penemuan kasus atau belum tercapainya target nasional TB
Case Detection Rate (CDR) di kota dan banyaknya angka kematian
semarang telah mengalami tersebut diduga masih adanya
peningkatan kurun waktu 5 tahun beberapa kendala dan permasalahan
sebesar 95% dengan 3786 kasus. yang terjadi.
Sedangkan angka keberhasilan Berdasarkan latar belakang
pengobatan atau Success Rate (SR) tersebut, maka perlu dilakukan
pasien yang diobati sebesar 82,89%. penelitian tentang evaluasi
Hal ini mengalami peningkatan jika pelaksanaan program
dibanding angka keberhasilan tahun penanggulangan TB di Puskesmas
sebelumnya namun masih dibawah Bandarharjo.
target nasional TB sebesar 90%.2
Dalam hal ini puskesmas METODE PENELITIAN
sebagai penyedia layanan kesehatan Penelitian ini berupa kualitatif
dasar dituntut untuk memberikan dengan pendekatan deskriptif analitik,
pelayanan kesehatan secara universal melalui wawancara mendalam (in
khususnya pada layanan TB dengan depth interview) dan pengambilan
meningkatkan cakupan dan kualitas subjek menggunakan metode
pelayanan sesuai dengan standar pusposive sampling. Penelitian ini
yang telah ditetapkan. Pada tahun dilaksanakan di Puskesmas
2018, puskesmas bandarharjo Bandarharjo Kota Semarang dan
merupakan puskesmas dengan dilakukan pada bulan Juli – Agustus
jumlah angka penemuan suspek 2019.
tertinggi sebesar 483 jiwa dan jumlah Informan utama pada
seluruh kasus TB tertinggi sebanyak penelitian ini adalah a) Kepala
85 kasus serta jumlah kasus TB BTA Puskesmas Bandarharjo b) Pengelola
positif sebanyak 76 kasus dari 37 program TB Puskesmas Bandarharjo
puskesmas yang ada di kota c) Dokter d) Perawat d) Analis

312
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 3, Mei 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Laboratorium. Informan triangulasi dokter, perawat, dan analis


pada penelitian ini adalah a) laboratorium terlatih yang
Pengelola program TB DKK b) 8 bertanggung jawab terhadap
penderita TB. pelaksanaan program
Variabel penelitian ini terdiri Penanggulangan TB Paru. Latar
atas input (man, money, material, belakang pendidikan khususnya
method,), process (perencanaan, petugas P2TB minimal S1 dan D3
pengorganisasian, pelaksanaan, sedangkan kader TB tidak memiliki
pengawasan), output (cakupan kompetensi dan pendidikan khusus
indikator penemuan kasus TB (Case hanya mau mengabdi saja.
Detection Rate/CDR), Angka Tenaga kesehatan pelaksana
keberhasilan pengobatan (Success program penanggulangan TB di
Rate/SR Puskesmas Bandarharjo puskesmas bandarharjo sudah
Kota Semarang tahun 2019). mencukupi namun masih ditemukan
Teknik analisis data kualitatif tenaga kesehatan yang melakukan
beberapa tahapan antara lain tugas ganda atau double job dengan
pengumpulan data wawancara program lain seperti memegang
mendalam kepada informan utama program Infeksi Seksual Menular
dan triangulasi, observasi, (IMS), HIV AIDS dan TB. Indrawati
dokumentasi, serta melalui studi (2018) menemukan bahwa tugas
pustaka. Reduksi data yang dilakukan rangkap mempengaruhi kinerja
secara terus menerus guna memilah petugas program TB puskesmas
data, agar dapat menyusunnya menjadi kurang optimal.3
menjadi kategori dan merangkumnya Pelatihan dan kompetensi
menjadi pola. Penyajian data SDM menurut informan utama yang
menggunakan bentuk uraian sungkat menyatakan bahwa, pelatihan yang
sesyau dengan variable penelitian. dilakukan Dinas Kesehatan Kota
Verifikasi data dilakukan untuk Semarang kepada puskesmas hanya
menguji kebenaran dan ditarik dilakukan 1 tahun sekali, namun hasil
kesimpulan agar sesuai dengan tujuan penelitian dari DKK menyatakan
penelitian. bahwa pelatihan sudah dilakukan 3
sampai 6 bulan sekali dalam bentuk
HASIL DAN PEMBAHASAN refreshing. Puskesmas Bandarharjo
1. Variabel Input Man (Sumber Daya memberikan pelatihan kepada kader
Manusia) TB hanya dilakukan 1 tahun sekali
Sumber daya manusia (SDM) dalam bentuk refreshing karena
atau tenaga Puskesmas Bandarharjo keterbatasan dana.
sudah memiliki tim khusus program Penelitian yang dilakukan oleh
TB, diantaranya pemegang program, Idha Setyowati (2018) menemukan
dokter, perawat, analis laboratorium bahwa pelatihan merupakan salah
serta masyarakat guna membantu satu upaya peningkatan pengetahuan,
tenaga kesehatan baik dalam sikap dan keterampilan petugas dapat
penemuan kasus maupun meningkatkan kompetensi dan kinerja
penanganan kasus. Hal ini sesuai petugas. 4
dengan pedoman penanggulangan TB
bahwa puskesmas harus menetapkan

313
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 3, Mei 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

2. Variabel Input Money (Dana atau bedah, respirator N95, sarung tangan,
Biaya) lemari penyimpanan Obat Anti
Dana yang diterima puskesmas Tuberkulosis (OAT) dan ruang
dalam program Penanggulangan TB pembuangan dahak (Pojok Dahak).
(P2TB) berasal dari dana BOK dan Terdapat ruang laboratorium berisi pot
dana KNCV. Dana yang sudah dahak, either alcohol, jarum suntik,
diterima oleh Puskesmas Bandarharjo reagensia, alat mikroskop binokuler,
sudah mencukupi namun dalam box slide, lemari penyimpanan dahak,
memenuhi pelaksanan kegiatan namun tidak ada alat Tes Cepat
program P2TB tidak semua kegiatan Molekuler (TCM). Sudah tersedia
dapat tercakup oleh dana tersebut formulir TB untuk administrasi
seperti, dana BOK sangat sedikit pencatatan dan pelaporan berupa
hanya untuk pelatihan dan form TB.01 sampai TB.10. Pernyataan
operasional kader TB. Hal ini dapat ini tidak sejalan dengan hasil
berpengaruh pada pelaksanaan penelitian Deswinda (2019) yang
program sebab, semakin sedikit dana menyatakan bahwa sarana dan
yang tersedia maka program akan prasarana program P2TB di
berjalan semakin lambat dan tidak ada Puskesmas Kabupaten Sijunjung
kemajuan. Biaya selama pelayanan masih kurang dan memadahi seperti
TB di puskesmas gratis. Penelitian ini tidak adanya ruangan tampat
sejalan dengan hasil penelitian Erwin berdahak serta ruangan laboratorium
dkk (2018) yang menyatakan bahwa yang belum memenuhi standard.6
strategi pembiayaan TB di Kota
Samarinda belum efektif dan efisien. 3. Variabel Input Method (SOP atau
Pembiayaan TB di Kota Samarinda Peraturan)
masih lebih banyak di Fasilitas Standar Operasional Prosedur
Kesehatan Tingkat Lanjutan (FKTL) (SOP) Puskesmas Bandarharjo antara
dibandingkan Fasilitas Kesehatan lain SOP alur pelayanan TB, SOP
Tingkat Pertama (FKTP). Hal ini pembentukan forum komunikasi
diakibatkan oleh lemahnya koordinasi jejaring Public-Private-Mix (PPM),
antara Dinas Kesehatan dan BPJS Dokter Praktek Mandiri (DPM) atau
Kesehatan terkait dengan sistem rujuk Klinik Swasta, Puskesmas menerima
balik, pembiayaan TB dan rujukan terduga TB, RS Tes Cepat
pemanfaatan data-data tentang TB.5 Molekuler (TCM) menerima rujukan
terduga TB, RS TCM menyampaikan
2. Variabel Input Material (Sarana hasil pemeriksaan TCM, Puskesmas
dan Prasarana) menerima hasil pemeriksaan TCM,
Sarana dan prasarana di DPM menerima hasil pemeriksaan
Puskesmas Bandarharjo sudah TCM, DPM mengobati pasien TB,
tersedia ruang poliklinik khusus TB pemantauan pengobatan pasien TB,
(poli DOTS) yang berada diluar apotek swasta menyampaikan
gedung puskesmas agar terhindar dari informasi pembelian OAT. SOP TB
penyakit nosocomial. Ruang poli mengacu pada Peraturan Menteri
DOTS berisi ruang pemeriksaan Kesehatan No.16 tahun 2016 dan
pasien TB dan beberapa alat medis ISTC (International Standars for
khusus pasien TB berupa masker Tuberkulosis Care). SK pelaksanaan

314
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 3, Mei 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

program Penanggulangan TB juga Strategi yang dilakukan guna


sudah ada pada bagian Kelompok mencapai setiap indikatornya adalah
Kerja Administrasi Manajemen (Pokja dengan melakukan kegiatan program
Admen). tersebut meliputi, penjaringan suspek
Mukhadiono (2011) yang oleh kader ditarget harus berapa
menyatakan bahwa adanya standar kasus perminggunya, pengiriman
operasional prosedur pelayanan dahak, setelahnya jika positif TB para
mempunyai pengaruh yang signifikan kader yang bertanggung jawab
terhadap kualitas pelayanan. Jadi diwilayah tersebut menjemput bola
terwujudnya kualitas pelayanan tidak untuk segera dilakukan pengobatan
lepas kaitannya dengan prosedur sesuai dengan dosis penderita TB.
pelayanan petugas dalam
memberikan pelayanan kepada 5. Variabel Proses b) Organizing
pasien.7 (Pengorganisasian)
Secara umum puskesmas
4. Variabel Proses a) Planning sudah memiliki struktur organisasi
(Perencanaan) namun, struktur organisasi tim khusus
Proses perencanaan program TB (tim DOTS) tidak ada. Pembagian
penanggulangan TB Puskesmas tugas dijalankan sesuai penanganan
Bandarharjo dilakukan oleh semua tim kasus yang ada di lapangan, apabila
khusus TB (tim DOTS) agar dapat di lapangan membutuhkan tenaga
berkolaborasi antara pemegang medis maka penanggungjawab
program dengan petugas kesehatan tenaga medis dari program tersebut
yang lain dalam membentuk jadwal yang akan menangani kasus, dan dari
pelaksanaan kegiatan dan di samping puskesmas sudah menyesuaikan
itu dalam pengadaan rapat selalu tupoksi masing-masing petugas
perwakilan dari UKP dan UKM. sesuai profesinya. Menurut informan,
Format proses perencanaan terdapat kendala dimana tim khusus
yang dilakukan secara tertulis dibuat TB mempunyai tugas rangkap atau
oleh masing-masing pemegang double job dengan program lain.
program sesuai dengan kebutuhan Satrianegara dalam penelitian
lapangan, setelahnya akan tahun 2014 menemukan bahwa
dikumpulkan ke administrasi pelaksanaan fungsi pengorganisasian
manajemen (admen) yang nantinya pada suatu organisasi tidak akan
dijadikan satu dengan perencanaan efektif apabila ada tugas rangkap
program lain. Perencanaan tersebut yang dikerjakan staf.11
akan di selaraskan dengan anggaran Rapat/koordinasi internal
yang didapat dan dijadikan satu dalam dalam kegiatan lokakarya mini
Rencana Kegiatan Tahunan (RKT) (lokmin) atau apel pagi untuk
Puskesmas pertahunnya. Penetapan membahas hasil kinerja pada setiap
indikator harus ada peningkatan target bulannya terhadap semua pegawai
program setiap tahunnya seperti puskesmas. Pertemuan rutin internal
indikator cakupan penemuan kasus antara pemegang program dengan
TB setiap tahun harus naik contohnya kader dilakukan setiap harinya
tahun 2018 sebesar 60% tapi tahun menggunakan via grup Whatsapp
2019 sebesar 70%. terkait berapa jumlah penderita yang

315
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 3, Mei 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

ditemukan atau adakah kasus yang ANAMNESA


parah sehingga harus melibatkan
petugas puskesmas.
Adapun rapat/koordinasi VITAL SIGN
eksternal rutin dengan pihak DKK
yaitu rapat atau pertemuan dengan
DKK terkait program penanggulangan PEMERIKSA
TB bisa Kepala Puskesmas atau AN FISIK
diwakili oleh Pemegang Program,
koordinasi diadakan 1 bulan sekali.
KIE /
EDUKASI
6. Variabel Proses c) Actuating TB PARU
(Pelaksanaan)
Jenis-jenis kegiatan program
Penanggulangan TB yang PEMBERIA
N RESEP RUJUK KE RUJUK KE
dilaksanakan di Puskesmas meliputi: OAT KLINIK BP UMUM
SANITASI
a) penemuan kasus TB secara aktif
dan pasif b) penegakan diagnosis c)
penetapan klasifikasi dan tipe TB d) TINDAKAN RUJUK RS
penanganan kasus e) pengawasan
kepatuhan menelan obat. 1 RUANG
Alur pelaksanaan pelayanan FARMAS PEMBERIAN
I RESEP
TB di Puskesmas Bandarharjo bisa
dilihat pada Gambar 6.1 a. RUANG
Kegiatan Penemuan Kasus
FARMAS
Secara
I Aktif Dan Pasif
Gambar 6.1 Alur pelayanan TB Kegiatan penemuan kasus
Sumber: Puskesmas Bandarharjo secara aktif dilakukan dengan cara
investigasi dan pemeriksaan kasus
kontak, skrining massal terutama
kelompok rentan dan kelompok
beresiko. Puskesmas Bandarharjo
sudah melibatkan masyarakat
khususnya kader TB, gasurkes, dan
tokoh masyarakat, namun dari 40
orang kader TB sekarang hanya 5
orang kader TB yang aktif. Menurut
informan, kendala penemuan kasus
secara aktif yaitu terduga TB enggan
memberikan dahak kepada kader TB,
terduga TB menolak merasa dirinya
merasa sehat dan tidak tertular
penyakit TB.
Skrining massal terutama
kelompok rentan dan kelompok orang
beresiko belum dilakukan oleh
Puskesmas Bandarharjo, hal ini

316
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 3, Mei 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

disebabkan karena jumlah penduduk dilakukan untuk memeriksa penderita


tidak sebanding dengan jumlah TB;
tenaga kesehatan yang ada di 1) Dahak terduga TB akan dirujuk
puskesmas. ke RS dengan uji TCM dalam 1
Kegiatan penemuan kasus minggu, 3x pengiriman pada hari
secara pasif dilakukan dengan cara senin, rabu, jumat.
melibatkan banyak lintas sektor dan 2) Dahak penderita TB yang sudah
jejaring PPM. Puskesmas Bandarharjo memasuki pengobatan dengan uji
sudah melibatkan beberapa lintas laboratorium puskesmas dicek 3x
sektor dan jejaring PPM seperti DPM (DE, FG, HI) dalam 6 – 8 bulan.
(Dokter Praktek Mandiri), BPM (Bidan Menurut informan, kendala
Praktek Mandiri), perusahaan klinik, yang sering terjadi pada pemeriksaan
laboratorium, apoteker di wilayah kerja laboratorium yaitu ketika penderita TB
masing-masing. Dalam seminggu kurang paham terhadap bagaimana
puskesmas paling tidak harus cara pengeluaran dahak dan sering
mengumpulkan 6 - 10 kasus. kali mengeluarkan air liur. Hernanto
dalam penelitian tahun 2001
b. Kegiatan Penemuan Kasus menemukan bahwa adanya pengaruh
dalam Diagnosis TB dan Klasifikasi faktor kesulitan mengeluarkan dahak
Tipe TB. dari penderita, hal tersebut dapat
Kegiatan anamnesa yang menghambat proses pengobatan
dilakukan oleh tenaga medis kepada pasien TB.8
penderita TB yaitu melakukan
wawancara yang berhubungan c. Kegiatan Penanganan
dengan keluhan pasien, mengetahui Kasus/Tatalaksana Kasus TB
riwayat penyakit pasien, keluarga Kegiatan penanganan kasus
terkena kontak TB atau tidak, atau tatalaksana kasus di Puskesmas
pemeriksaan klinis, pengecheckan Bandarharjo sudah dilakukan sesuai
darah HIV dan DM setelahnya akan dengan dosis masing-masing
dirujuk ke poli gizi, lingkungan, dan penderita TB dari TB Kategori 1 dan
konseling dan sebagainya. TB Kategori 2. Pengobatan TB BTA+
Pada pemeriksaan Kategori 1 dan Kategori 2 akan
laboratorium petugas laboratorium dipantau kemajuan pengobatan TB
akan memberikan pot dahak dan melalui kartu kecil untuk follow up
menjelaskan bagaimana cara agar berisikan form TB.01 sampai TB.03
penderita TB dapat mengeluarkan selama 6 – 8 bulan sesuai dosis yang
dahak pada saat pagi hari. Dahak ditentukan.
dilakukan pada pagi hari agar dahak Pengobatan TB BTA+ Kategori
tidak tercampur dengan makanan lain. 1 berupa 1 jenis tablet obat berwarna
Selanjutnya pot dahak diberikan ke merah berisi isoniazid, ethambutol,
petugas laboratorium untuk dilakukan pyrazinamide, rifampicin, streptomycin
pengechekan dahak. (mix drug combination). Selama 2
Pot dahak tersebut akan bulan masa pengobatan tahap awal
dituliskan identitas pasien TB serta (tahap intensif) obat diminum setiap
dimasukkan ke tempat penyimpanan hari, tahap lanjutan 4-6 bulan masa
dahak. Ada 2 cara yang bisa pengobatan akan diminum selama 2x

317
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 3, Mei 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

seminggu. Pengobatan TB BTA+ tersebut akan diambil oleh petugas


Kategori 2 berupa 1 jenis obat tablet lab, kemudian petugas lab akan
mix drug combination dan obat memberikan ke pemegang program
tambahan berupa suntikan. dalam bentuk form TB.05.
Pasien atau penderita TB yang Kegiatan monitoring dan
belum berkunjung ke puskesmas evaluasi (monev) dalam pelaksanaan
untuk mengambil obat maka petugas program penanggulangan TB,
puskesmas akan memberikan dilakukan melalui laporan bulanan,
langsung kerumah pasien/ penderita rapat administrasi manajemen
sekaligus memberikan motivasi (admen), rapat 1 bulan sekali dengan
sehingga anggota keluarga juga ikut perwakilan program puskesmas.
berpartisipasi dalam penyembuhan Monev permasalahan pada hari
keluarga untuk sembuh namun, pada sebelumnya, dilakukan pada saat apel
kenyataannya dari hasil penelitian pagi jam 07.00. Monev yang dilakukan
dengan penderita TB menyatakan Pimpinan Puskesmas kepada tim
bahwa penderita TB tidak pernah DOTS hanya sebatas menanyakan
dikunjungi oleh petugas kesehatan bagaimana pasien TB. Penelitian ini
maupun PMO. sejalan dengan penelitian yang
Kendala dari penanganan dilakukan oleh Idha (2018) yang
kasus TB yaitu adanya pasien TB menyatakan bahwa petugas yang
yang tidak mau berobat dikarenakan tidak memperoleh monitoring dan
merasa sehat kemudian diketahui evaluasi yang baik dari pimpinan
bahwa pasien TB sudah dalam puskesmas dan dinas kesehatan
keadaan meninggal, penderita TB terkait pelaksanaan P2TB khususnya
membuang OAT karena mual, dalam upaya penemuan penderita TB,
penderita TB telat mengambil OAT, kebanyakan supervisi hanya fokus
dan Pengawasan Minum Obat (PMO) kepada pencatatan dan pelaporan
ada yang merasa takut jika tertular kerja petugas P2TB saja tidak sampai
kuman TB. ke pelaksanaan program.4
Monev tim DOTS diadakan
7. Variabel Proses d) Controlling setiap hari Sabtu dengan pemegang
(Pengawasan) program lain yaitu Human
Kegiatan pencatatan dan Immunodeficiency Virus (HIV) dan
pelaporan program Penanggulangan Diabetes Mellitus (DM). Menurut
TB di Puskesmas Bandarharjo informan, monev yang dilakukan
dilakukan 2 kali oleh tim DOTS, Dinas Kesehatan Kota kepada
dimana laporan pertama yaitu aplikasi puskesmas hanya melalui aplikasi TB
Sistem Informasi Tuberkulosis atau via Whatsapp saja dan tidak
Terpadu (SITT) dan aplikasi yang pernah datang untuk melakukan
disediakan oleh Dinas Kesehatan supervisi. Hasil penelitian ini sejalan
Kota Semarang yaitu aplikasi smart dengan Rosmila (2014) yang
betul. Pemantauan untuk dahak mengatakan bahwa supervisi
pasien bisa dilihat lewat aplikasi dilakukan tanpa menggunakan daftar
sitrust, dimana aplikasi tersebut bisa tilik, dan laporan yang tidak rutin
melihat apakah dahak pasien sudah dilakukan akan berpengaruh pada
bisa diambil atau belum. Hasil dahak hasil kegiatan, karena dengan

318
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 3, Mei 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

supervisi yang baik segala persoalan 85%. Angka keberhasilan pengobatan


yang dihadapi oleh petugas (success rate) di Puskesmas
puskesmas sebagai ujung tombak Bandarharjo sebesar 72,36%,
penemuan TB akan teratasi.10 walaupun dari 3 tahun terakhir
mengalami peningkatan namun
8. Variabel Output capaian ini masih termasuk kurang
a. Cakupan penemuan semua kasus dari target nasional sebesar 90%.
TB (Case Detection Rate/CDR) Kegiatan penanganan kasus/
Cakupan penemuan tatalaksana kasus di Puskesmas
kasus/CDR di Puskesmas Bandarharjo, diantaranya disebabkan
Bandarharjo pada pelaksanaan oleh banyaknya faktor terutama pada
program Penanggulangan TB tahun penderita TB yaitu kurangnya
2018 sebesar 48,80% sedangkan pemahaman terduga TB terkait cara
tahun 2019 dari bulan Januari sampai pengeluaran dahak, penderita TB
Agustus sudah mencapai 46 kasus. yang enggan meminum obat karena
Hal tersebut menunjukkan bahwa merasa dirinya tidak terkena penyakit
masih kurang dari target nasional TB, penderita TB yang merasa sudah
sebesar 70%. Dari 173 target hanya sembuh, penderita TB berhenti
85 target dari seluruh kasus TB, pengobatan karena setelah meminum
mengingat banyaknya faktor obat merasa mual berlebihan,
penghambat yaitu jumlah penduduk penderita TB masih percaya terhadap
tidak sebanding dengan jumlah obat herbal, sudah ada PMO yang
sumber daya manusia Puskesmas dilakukan oleh Petugas Kesehatan,
Bandarharjo, penemuan kasus masih namun menurut hasil penelitian
banyak dilakukan secara pasif, kurang dengan penderita TB belum
maksimalnya pelatihan petugas TB merasakan ada yang memantau.
dan pelatihan kader TB karena Selain itu, wilayah kerja
keterbatasan dana, kurangnya Puskesmas Bandarharjo merupakan
penyuluhan ke masyarakat terkait wilayah yang berada dibagian utara
penyakit TB, belum ada pembentukan Semarang dengan pemukiman padat
kelompok kecil khusus TB, terduga penduduk dimana dilihat dari jarak
TB enggan memberikan dahak, rumah yang saling berhimpitan dan
terduga TB merasa dirinya tidak tipe rumah yang tidak sehat serta
terkena penyakit TB. banyaknya industri sehingga
b. Angka keberhasilan pengobatan menjadikan salah satu faktor risiko
kasus TB (Success Rate/SR). perkembangannya kuman
Indikator yang digunakan mycrobacterium tuberculosis.
sebagai evaluasi pengobatan yaitu
angka keberhasilan program (success KESIMPULAN
rate). Angka keberhasilan pengobatan 1. Variabel Input
dibentuk dari angka kesembuhan dan a. Sumber daya manusia atau
pengobatan lengkap. Angka tenaga
kesembuhan (cure rate) di Puskesmas Sumber daya manusia atau
Bandarharjo sebesar 32,89%. tenaga sudah mencukupi,
Capaian masih kurang dari angka namun tenaga kesehatan masih
minimal yang harus dicapai adalah melakukan tugas ganda atau

319
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 3, Mei 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

double job dengan program lain. khusus sehingga dalam


Pelatihan tenaga kesehatan melakukan tugas dan fungsinya
hanya dilakukan 1 tahun sekali hanya disesuaikan dengan
oleh DKK dan pelatihan kader situasi dan kondisi penanganan
TB hanya dilakukan 1 tahun kasus yang terjadi
sekali oleh puskesmas. dilapangan.Rapat/ Koordinasi
b. Dana baik internal maupun eksternal
Dana yang disediakan masih sudah dilakukan dengan baik.
sedikit dan belum mencukupi.
Tidak ada pemungutan biaya c. Actuating (Pelaksanaan)
penderita TB sama sekali atau - Kegiatan Penemuan Kasus TB
gratis. Penemuan kasus TB secara
c. Sarana dan Prasara pasif sudah dilakukan oleh
Ketersediaan sarana dan Puskesmas Bandarharjo, namun
prasarana pelaksanaan program penemuan kasus secara aktif
Penanggulangan TB di masih belum ada deteksi dini
Puskesmas Bandarharjo sudah atau skrining masal pada
sesuai dengan pedoman kelompok rentan dan kelompok
Penanggulangan TB. berisiko.
d. SOP/Peraturan - Kegiatan Penanganan Kasus
Standar Operasional Prosedur atau Tatalaksana Kasus
(SOP) di Puskesmas Penanganan kasus sudah di
Bandarharjo sudah mengacu sesuaikan dengan dosis
pedoman Penanggulangan TB penderita TB. Pemantauan
standar nasional TB dan ISTC. kemajuan pengobatan TB
2. Variabel Proses menggunakan kertas kecil berisi
a. Planning (Perencanaan) TB.01 sampai TB.03. Pengawas
Penyusunan perencanaan Minum Obat (PMO) yang
program Penanggulangan TB dilakukan petugas puskesmas
meliputi pendahuluan, analisis belum terjadwal, mengingat
situasi, prioritas masalah, tujuan, banyaknya tugas rangkap dan
sasaran dan target, kegiatan, masih punya tanggung jawab di
monitoring dan evaluasi. Puskesmas Bandarharjo.
Dokumen perencanaan program d. Controlling (Pengawasan)
Penanggulangan TB tergabung Kegiatan pencatatan dan
dalam Rencana Kegiatan pelaporan program
Tahunan (RKT) untuk seluruh Penanggulangan TB di
program baik UKM dan UKP di puskesmas bandarharjo sudah
Puskesmas Bandarharjo. baik. Sedangkan kegiatan
b. Organizing monitoring dan evaluasi TIM
(Pengorganisasian) DOTS tidak memperoleh
Struktur organisasi sudah dibuat tindakan koreksi dari pimpinan
oleh pemegang program TB, puskesmas. Perawat memonev
namun observasi yang dilakukan penderita TB lewat buku khusus
penulis belum ada pembentukan TB. Dinas Kesehatan Kota
struktur organisasi secara memonev lewat media online

320
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 3, Mei 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dan aplikasi saja, tidak pernah anggaran yang masih kurang


melakukan supervisi. kepada Pemda dan DPRD.
3. Variabel Output c. Meningkatkan frekuensi
a. Hasil pencapaian Case Detection pengawasan dan pemantauan
Rate (CDR) di Puskesmas terhadap pelaksanaan program
Bandarharjo tahun 2018 Penanggulangan TB dengan
menunjukkan bahwa capaian target strategi DOTS.
CDR hanya 48,80%. Walaupun dari 2. Bagi Puskesmas Bandarharjo
3 tahun terakhir mengalami a. Tenaga kesehatan khususnya
peningkatan, pencapaian masih tim DOTS memberikan pelatihan
kurang dari target nasional sebesar teknis dan sosialisasi TB
70%. berbentuk refreshing kepada
b. Hasil pencapaian Success Rate kader untuk meningkatkan
(SR) di Puskesmas Bandarharjo pengetahuan terkait kegiatan
tahun 2018 menunjukkan bahwa penemuan maupun penanganan
angka kesembuhan (cure rate) kasus.
sebesar 32,89%, pencapaian ini b. Membuat dan menetapkan
masih kurang dari angka minimal struktur organisasi khusus tim
yang harus dicapai adalah 85%. DOTS secara tertulis sesuai
Angka keberhasilan pengobatan dengan pembagian tugas dan
(Success Rate) sebesar 72,36%. tanggung jawabnya.
Walaupun dari 3 tahun terakhir c. Perlu mempertahankan
mengalami peningkatan koordinasi dan komunikasi yang
pencapaian ini masih kurang dari sudah ada dan terus
target nasional sebesar 90%. ditingkatkan jejaring layanan TB
melalui PPM (Public Private
SARAN Mix).
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota d. Meningkatka penemuan kasus
Semarang melalui ACF (Active Case
a. Meningkatkan kompetensi dan Finding) dan melakukan skrining
kinerja tenaga kesehatan di massal atau deteksi dini kasus
Puskesmas Bandarharjo dengan TB bersama dengan Kader
memberikan pelatihan secara Posyandu atau ibu-ibu PKK, dll.
rutin dan merata serta e. Pembentukkan kelompok
memberikan pelatihan berupa pendukung tuberkulosis dengan
refreshing atau OJT (On the Job melibatkan masyarakat dan
Training) untuk membangkitkan beberapa pihak seperti Camat,
semangat dan motivasi petugas Lurah, Ketua RW/RT, Organisasi
TB di Puskesmas Bandarharjo. Masyarakat, Tokoh Masyarakat
b. Membuat advokasi disertai yang diberi nama kelompok
data/informasi yang baru tentang peduli TB (KP-TB).
pencapaian program f. Diadakannya pelatihan khusus
Penanggulangan TB di daerah kepada PMO secara rutin
untuk meyakinkan para mengenai peran, tugas serta
pengambil keputusan terkait keterampilan yang perlu PMO
miliki dalam pengawasan

321
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 3, Mei 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

langsung penderita TB dalam Kurniawan. 2018. Analisis


meminum obat. Kebijakan Pembiayaan TB Di
3. Bagi Masyarakat Fasilitas Kesehatan Milih
Diharapkan masyarakat dapat Pemerintah Era JKN Di Kota
berpartisipasi dalam pelaksanaan Samarinda,” Jurnal Kebijakan
program Penanggulangan TB Kesehatan Indonesia: JKKI.
secara bersama-sama demi Universitas Gadjah Mada.
tercapainya tujuan khususnya 6. Mukhadiono. Pengaruh
mengurangi sampai dengan Prosedur Dan Fasilitas
mengeliminasi penularan dan Pelayanan Terhadap Kualitas
kejadian sakit TB di wilayah kerja Pelayanan Peserta Program
Puskesmas Bandarharjo. Jamkesmas Di Puskesmas I
Cilongok. Jurnal Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA Soedirman Volume 6, No. 1.
1. Kementrian Kesehatan Poltekkes Semarang. 2011
Republik Indonesia. 7. Hernanto, Lilik. Analisis Faktor-
Penanggulangan Tuberkulosis. Faktor Yang Mempengaruhi
Jakarta: 2016. Pelaksanaan Pemeriksaan
2. Peraturan Gubernur Jawa Mikroskopis Dahak Penderita
Tengah. 2018. Rencana Aksi Tuberkulosis Paru Dalam
Daerah Penanggulangan Strategi DOTS Di Puskesmas
Tuberkulosis Provinsi Jawa Kabupaten Blora. Tesis. IKM
Tengah Tahun 2018-2023. UNDIP. Semarang. 2001.
Semarang. 8. Nursalam. Peran Pengawas
3. Nugraini KE, Rahayu RS, Minum Obat (PMO) Dalam
Indrawati F. Correlated Factors Keberhasilan Pengobatan
On Performance Of Tuberkulosis Paru Di
Tuberculosis Program Officers Masyarakat. E-Journal Unair.
St Health Center In Increasing Universitas Airlangga. 2009.
The Finding Of New AFB 9. Tuharea, Rosmila. Analisis
Smear-Positive Case. Unnes Faktor-Faktor Yang
Journal Of Public Health. Berhubungan Dengan
2018;7 (1):7-13. Implementasi Penemuan
4. Setyowati, Idha. Saraswati, Pasien TB Paru Dalam
Lintang. Sakundarno, Mateus. Program Penanggulangan TB
Gambar Faktor-Faktor Yang Di Puskesmas Kota
Terkait Dengan Kinerja Semarang. Jurnal Manajemen
Petugas Dalam Penemuan Kesehatan Indonesia.
Kasus Pada Program Univesitas Diponegoro
Tuberkulosis Paru Di Semarang. 2014.
Kabupaten Grobogan. Jurnal 10. Satrianegara, M, F. Organisasi
Kesehatan Masyarakat. Dan Manajemen Pelayanan
UNDIP. 2018. Kesehatan. Jakarta: Penerbit
5. Erwin Purwaningsih, Laksono Salemba Medika. 2014.
Trisnantoro, M. Faozi

322

You might also like