You are on page 1of 10

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 7, Nomor 4, Oktober 2019 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN


PENDEKATAN KELUARGA (PIS-PK) PADA INDIKATOR TB PARU DI
KABUPATEN PATI (Studi Kasus pada Puskesmas Tayu II)

Naily Rahma Sari, Chriswardani Suryawati, Nurhasmadiar Nandini


Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: nailyrahmasari@gmail.com

ABSTRACT
Tayu II Primary Health Care is one of the health center that has re-recorded data
collection on PIS-PK in 2018. During the implementation there has never been an
evaluation. Based on the data, there were differences between target achieved in
PIS-PK and SPM. This study aims to evaluate the implementation of PIS-PK on
the indicators of pulmonary TB in Tayu II Primary Health Care, Pati Regency.
This was qualitative research with a descriptive approach. This research used in-
depth interview and observation method to collect data from sample selected
based on purposive sampling technique. The variables studied are input,
process, and environment.
The results showed that the data collection hasn’t been accompanied by a
supporting form for screening and referral because there was no work procedure
used as a reference for implementing TB services in the PIS-PK program. In its
implementation, there were no planning documents which cover data collection
activities until further interventions that integrated with the P2TB program. While
activities that have been carried out other than data collection were the provision
of initial interventions, advising patients to go to the Tayu II Primary Health Care,
and reporting. Reporting was still not optimal because there was no coordination
forum. Tayu II Primary Health Care advised to develop and establish SOPs so
that they can improve the quality of data collection on PIS-PK in TB case finding,
construct policies that clarify the involvement of the P2TB program, and optimize
coordination of internal networks for further intervention.

Keywords : Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK),


TB Paru, Primary Health Care

PENDAHULUAN
Program Indonesia Sehat dalam Jiwa.1 Program Indonesia Sehat
mendukung keberhasilan dengan Pendekatan Keluarga (PIS-
pencapaian sasaran pembangunan PK) diselenggarakan dengan target
kesehatan difokuskan pada empat keluarga yang mengintegrasikan
area prioritas diantaranya untuk antar upaya kesehatan perorangan
menurunkan Angka Kematian Ibu (UKP) dan upaya kesehatan
dan Angka Kematian Bayi, masyarakat (UKM) berdasarkan data
menurunkan prevalensi balita dan informasi dari Profil Kesehatan
pendek (stunting), menanggulangi Keluarga (Prokesga) secara
2
penyakit menular HIV-AIDS, berkesinambungan. Ketercapaian
Tuberkulosis, dan Malaria, serta status keluarga sehat diukur melalui
menanggulangi penyakit tidak indikator Indeks Keluarga Sehat
menular Hipertensi, Diabetes, (IKS) yang terdiri dari akumulasi 12
Obesitas, Kanker, dan Gangguan indikator PIS-PK dengan

532
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

perhitungan yang didasarkan dari standar hanya mencapai 15,6% di


perolehan hasil pendataan tahun 2018. Sementara, jumlah
Prokesga.1 Kabupaten Pati kasus TB Paru menurut data Dinas
merupakan salah satu Kabupaten di Kesehatan Kabupaten Pati terus
Provinsi Jawa Tengah yang telah mengalami peningkatan yang
mengimplementasikan program PIS- signifikan dari tahun ke tahun. Selain
PK sejak tahun 2016 dan berhasil itu, dalam keberjalanan
menjadikan 100% Puskesmas di pelaksanaannya belum pernah
wilayah kerjanya menjadi lokus dilakukan evaluasi terhadap kualitas
pelaksanaan PIS-PK di tahun 2017. pelaksanaan pendataan maupun
Dalam evaluasi pelaksanaan intervensi untuk mengidentifikasi dan
pendataan keluarga sehat tahun memberikan layanan terduga TB
2018, indikator TB Paru berobat sesuai standar, sementara capaian
sesuai standar menjadi salah satu yang diperoleh nyaris mendekati
indikator yang masih perlu mendapat target 100% yaitu mencapai 94,8%.
perhatian. Capaian pelaksanaan Oleh karena itu, penulis tertarik
Program Indonesia Sehat dengan untuk mengkaji lebih dalam dengan
Pendekatan Keluarga (PIS PK) penelitian yang dituangkan dalam
indikator TB Paru Kabupaten Pati judul Evaluasi Pelaksanaan Program
pada tahun 2018 sebesar 44.31% Indonesia Sehat dengan
dimana masih jauh dari 100% total Pendekatan Keluarga (PIS-PK) pada
coverage. Dari angka tersebut Indikator TB Paru di Puskesmas
merepresentasikan bahwa terduga Tayu II Kabupaten Pati.
TB yang mendapat pengobatan
sesuai standar juga belum terpenuhi. METODE PENELITIAN
Hal ini tentu akan berpengaruh Jenis penelitian yang digunakan
terhadap pencapaian IKS yang yaitu penelitian kualitatif dengan
secara tidak langsung juga dapat pendekatan deskriptif, melalui
mempengaruhi penilaian kinerja wawancara mendalam (in depth
SPM bidang Kesehatan di interview), observasi, dan studi
Kabupaten Pati. Namun, dalam literatur. Penelitian dilakukan pada
kurun waktu 2 tahun keberjalanan, bulan Juni hingga Agustus 2019 di
pelaksanaan PIS-PK khususnya Puskesmas Tayu II dan Dinas
pada indikator TB Paru di Kesehatan Kabupaten Pati. Teknik
Puskesmas Tayu II nyaris mencapai penentuan informan dengan
target yang diharapkan meski menggunakan teknik purposive
mengalami penurunan dari tahun sampling.
2017 ke 2018 sebesar 96,2% Faktor yang dianalisis dalam
menjadi 94,8%. Hal tersebut tidak penelitian ini meliputi variabel input,
diikuti dengan capaian SPM yang proses, dan lingkungan. Pengolahan
selaras. Adanya program PIS-PK ini data dilakukan melalui tahapan
diharapkan menjadi salah satu pengumpulan data, reduksi, analisis,
upaya yang dilaksanakan untuk penyajian data dan penarikan
mendukung terwujudnya SPM kesimpulan. Penelitian yang
dimana IKS dan 12 indikator dilakukan juga telah divalidasi
keluarga sehat menjadi ukuran yang dengan ethical clearance dari
digunakan untuk menilai apakah Fakultas Kesehatan Masyarakat
SPM bidang kesehatan dijalankan Universitas Diponegoro Nomor:
dengan baik di wilayah yang 326/EA/KEPK-FKM/2019.
bersangkutan. Faktanya, capaian HASIL DAN PEMBAHASAN
SPM khususnya pada indikator Gambaran Karakteristik Informan
layanan bagi terduga TB sesuai Penelitian

533
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

1. Informan Utama mempertimbangkan aspek


Informan Utama terdiri dari 6 ketersediaan tenaga di
orang yaitu Kepala Puskesmas, Puskesmas, jumlah keluarga di
pemegang program TB, wilayah kerja Puskesmas, luas
pelaksana PIS-PK, bidan, dan wilayah kerja, kondisi geografis
dua tim pelaksana dengan wilayah kerja, dan pendanaan.3
jenjang usia 25-54 tahun. Dalam pelaksanaannya,
Seluruh informan telah bekerja pemegang program P2TB
di bidang masing-masing Puskesmas Tayu II beserta
selama lebih dari 2 bulan. kader belum dilibatkan dalam
2. Informan Triangulasi tim. Faktanya, Puskesmas Tayu
Informan Triangulasi dalam II memiliki tim pembina desa
penelitian ini terdiri dari 6 orang yang beranggotakan perwakilan
yaitu Koordinator PIS-PK di program untuk melakukan
Dinas Kesehatan Kabupaten kunjungan ke desa binaan
Pati, staff pelaksana Bidang wilayahnya namun belum ada
Pelayanan Kesehatan, koordinasi dengan PIS-PK.
pemegang program TB, dan 3 Sementara DKK Pati
penderita sebagai penerima menyebutkan adanya tim binwil
layanan program PIS-PK puskesmas diharapkan
dengan jenjang usia 34-85 bertanggung jawab terhadap
tahun. pendataan, intervensi lanjut, dan
Deskripsi dan Analisis Variabel perubahan IKS. Hal ini masih
dalam Evaluasi Pelaksanaan belum sesuai dengan dimensi
Program Indonesia Sehat dengan kompetensi teknis dalam
Pendekatan Keluarga (PIS-PK) penilaian mutu layanan
pada Indikator TB Paru kesehatan dimana tim PIS-PK
1. Tenaga tidak melibatkan pemegang
Tenaga kesehatan untuk program yang memiliki
pelaksanaan pendekatan keterampilan terkait
keluarga selain tenaga penatalaksanaan kasus yang
manajemen Puskesmas (Kepala dapat diandalkan (dependability)
Puskesmas), diperlukan sesuai dengan kompetensi yang
kelompok tenaga untuk fungsi dimiliki. Kurangnya kompetensi
lainnya.1 Pelaksanaan PIS-PK teknis dapat mengakibatkan
pada indikator TB Paru di penyimpangan dari prosedur
Puskesmas Tayu II dilakukan standar.4
oleh tim khusus yang berfokus Dalam menjalankan
pada pendataan, terdiri dari 3 tugasnya, tenaga pelaksana
petugas internal puskesmas dan telah dibekali pelatihan sebagai
3 orang dari luar puskesmas peningkatan kualitas
yang di rekrut menjadi tenaga pelaksanaan pendekatan
enumerator. Riwayat pendidikan keluarga. Namun, belum ada
yang menjadi kualifikasi tenaga pelatihan teknis program terkait
pelaksana PIS-PK di penatalaksanaan TB untuk
Puskesmas Tayu II rata-rata intervensi lanjut PIS-PK
berpendidikan D3 Kesehatan. sehingga mempengaruhi
Perekrutan petugas pendataan pengalaman petugas dalam
dilaksanakan oleh pihak mengidentifikasi kasus. Hal ini
Puskesmas berdasarkan pada juga diperkuat dengan penelitian
analisis kebutuhan tenaga sebelumnya bahwa penemuan
pendataan dengan suspek oleh masyarakat

534
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dipengaruhi oleh pengetahuan Namun untuk ketersediaan


mereka tentang TB, semakin beberapa sarana masih
baik pengetahuan semakin menggunakan milik pribadi petugas
mudah masyarakat mengenali yakni HP dan laptop sebagai alat
kasus melalui gejala yang ada.5 entry data, serta keterbatasan tensi
2. Dana yang menggunakan inventaris
Sumber pendanaan dalam puskesmas.
pelaksanaan PIS-PK di puskesmas Hal ini sudah sesuai dengan
Tayu II berasal dari dana BOK yang standar sarana prasarana PIS-PK
pemanfaatannya digunakan untuk karena minimal memiliki prokesga
operasional pendataan dengan dan pinkesga, namun belum ada
sistem pentahapan kunjungan formulir pendukung yang dilampirkan
rumah karena terbatasnya saat penjaringan langsung ke
anggaran. Belum adanya alokasi masyarakat untuk membantu dalam
khusus untuk kunjungan ulang atau menemukan terduga TB saat
kunjungan program dalam pendataan PIS-PK diantaranya
memverifikasi hasil pendataan formulir skrining TBC serta formulir
sehingga menjadi kendala dalam rujukan untuk diberikan pada
pelaksanaan intervensi selanjutnya. keluarga yang memiliki gejala utama
Penghitungan pembiayaan dan/atau minimal 2 gejala lain.9
dapat disatukan dengan kegiatan 4. Kebijakan dan SOP
SPM sehingga pemanfaatan dari Metode merupakan sebuah
berbagai sumber dana tersebut tidak cara pengaturan yang diberlakukan
tersegmentasi dalam masing-masing untuk mencapai tujuan. Berdasarkan
program yang dilaksanakan di hasil penelitian, seluruh informan
Puskesmas. Selain itu alokasi nya sebagai pelaksana kegiatan telah
dapat dialihkan untuk mengetahui adanya kebijakan terkait
memaksimalkan kegiatan lain PIS-PK. Dalam rangka
sehingga dapat efisien dan efektif. melaksanakan PIS-PK, telah
Hal ini dapat dilakukan dengan diterbitkan Peraturan Menteri
mengintegrasikan pemanfaatan Kesehatan tentang Pedoman Umum
kapitasi & BOK untuk pendanaan PIS-PK diikuti dengan penerbitan
PIS-PK sesuai dengan implementasi petunjuk teknisnya. Pedoman lain
pendanaan PIS-PK di Kabupaten yang bisa digunakan acuan
Lampung Selatan yang pelaksanaan selain pedoman umum
menggunakan dana kapitasi dan PIS-PK adalah Permenkes tentang
dana BOK serta dapat menjadikan Pedoman Pemantauan dan Evaluasi
wilayah dengan cakupan PIS-PK Terpadu PIS-PK dan buku petunjuk
tertinggi di Provinsi Lampung tahun teknis untuk para petugas
2017. 6,7 puskesmas pelaksana kunjungan
3. Sarana rumah (pembina keluarga), kader,
Sarana dan prasarana yang dan petugas nusantara sehat.
digunakan dalam memberikan Dukungan program TB terhadap
pelayanan sangat mempengaruhi peningkatan IKS yaitu dengan
kinerja petugas untuk melaksanakan mengacu pada buku juknis
tugas-tugasnya.8 Pada pelaksanaan penemuan aktif TBC integrasi PIS-
PIS-PK di Puskesmas Tayu II, telah PK, modul pelayanan penyakit
tersedia sarana dan prasarana menular di keluarga dan program
meliputi pinkesga, formulir nasional pengendalian TB.10
pendataan keluarga sehat, stiker, Dalam pelaksanaannya,
tensi, ATK, dan pot dahak yang Puskesmas Tayu II sudah memiliki
dititipkan oleh program P2TB. SOP terkait pendataan dan

535
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

beberapa pedoman dari pelatihan indikator TB, PIS-PK tidak memiliki


diantaranya: buku pedoman umum target untuk menemukan suspek
PIS-PK dan buku pedoman monev. sejumlah tertentu. Berbeda dengan
Namun belum memiliki prosedur program P2TB yang setiap tahunnya
kerja yang digunakan sebagai acuan dilakukan perhitungan untuk
pelaksanaan pelayanan TB pada penetapan target penemuan kasus.
program PIS-PK. Hal ini menjadi Perencanaan akan diperkuat
salah satu kendala yang dapat dengan data seluruh keluarga di
mempengaruhi kualitas pelaksanaan wilayah kerja Puskesmas yang
PIS-PK pada indikator TB Paru berasal dari Prokesga. Penyusunan
karena belum adanya prosedur kerja RUK dilaksanakan melalui
atau protokol yang digunakan pendekatan keterpaduan lintas
sebagai salah satu parameter mutu program dan lintas sektor dalam
layanan kesehatan yang diberikan. lingkup siklus kehidupan.
Pernyataan ini dikuatkan oleh hasil Keterpaduan penting untuk
penelitian Mukhadiono dkk yang dilaksanakan mengingat adanya
menyebutkan bahwa prosedur keterbatasan sumber daya di
pelayanan dalam penyelenggaraan Puskesmas. Penyusunan RUK
pelayanan kesehatan terkait dengan terintegrasi kedalam sistem
regulasi atau peraturan yang berlaku perencanaan daerah dan dalam
mempunyai pengaruh yang tataran target pencapaian akses,
signifikan terhadap kualitas target kualitas pelayanan, target
pelayanan.11 pencapaian output dan outcome,
5. Perencanaan serta menghilangkan kondisi yang
Fungsi perencanaan yang dapat menyebabkan kehilangan
dijalankan Puskesmas Tayu II pada peluang dari sasaran program untuk
kegiatan PIS-PK diintegrasikan mendapatkan pelayanan kesehatan
dalam Plan of Action (POA) kegiatan yang seharusnya dapat
BOK Puskesmas. Hal-hal yang dilaksanakan secara terintegrasi
direncanakan yaitu terkait kegiatan dalam satu pelaksanaan.12 Pada
pendataan yang disesuaikan dengan tahap perencanaan membutuhkan
standard perencanaan DKK dan pemberdayaan terhadap pengelola
ketersediaan dana untuk program agar dapat meningkatkan
menetapkan sasaran desa yang performance pengelola dalam
akan dikunjungi. Perencanaan memberikan pelayanan.13
dalam rangka keluarga sehat 6. Pengorganisasian
terintegrasi dalam RUK/RPK Pengorganisasian didefinisikan
Puskesmas. sebagai proses pengelompokan,
Selama ini perencanaan PIS- penetapan, dan pengaturan
PK tidak dikoordinasikan dengan berbagai aktifitas untuk mencapai
program dan masih berjalan sendiri- tujuan yang didelegasikan kepada
sendiri. Berdasarkan hasil observasi, setiap individu yang akan melakukan
belum ada dokumen khusus yang aktifitas-aktifitas tersebut.14
membahas terkait perencanaan PIS- Berdasarkan hasil penelitian dan
PK dalam mengakomodir program observasi, Puskesmas Tayu II telah
P2TB untuk kegiatan intervensi menunjukkan komitmen dalam
lanjut. Pihak-pihak yang terlibat pelaksanaan PIS-PK dengan
dalam perencanaan PIS-PK pada menjalankan fungsi
Puskesmas Tayu II yaitu kepala pengorganisasian yakni menetapkan
puskesmas beserta perwakilan 5 struktur organisasi beserta uraian
program, namun pemegang program pembagian tugas yang dilegalkan
P2TB belum dilibatkan. Pada

536
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dalam bentuk SK tim pelaksana Puskesmas Tayu II tidak terpisah


kegiatan. dari pendataan 12 indikator dalam
Pihak-pihak yang termasuk formulir keluarga sehat. Dalam
dalam struktur organisasi tim mengidentifikasi terduga TB pada
pelaksana PIS-PK di Puskesmas anggota keluarga, kegiatan yang
Tayu II meliputi Penanggung Jawab, dilakukan berupa wawancara sesuai
Ketua, Sekretaris, seksi Manajemen poin-poin pertanyaan pada formulir
Teknis dan Pembina Wilayah, Seksi KS pada keluarga yang dikunjungi.
Pendataan, Pengolah dan Analis Hal ini sudah sesuai dengan
data, serta seksi pelaporan. panduan pengisian Prokesga pada
Pemegang program P2TB tidak buku Petunjuk Teknis Penguatan
disebutkan dalam struktur padahal Manajemen Puskesmas dengan
memiliki tanggung jawab untuk Pendekatan Keluarga dimana
melakukan kunjungan ke masing- pengisian form data individu
masing desa binaan wilayahnya dilakukan dengan cara menanyakan
sebagai tim pembina desa. Selama item pertanyaan langsung kepada
keberjalanan pelaksanaan, belum responden dan juga didukung
ada koordinasi antara tim pembina dengan observasi lingkungan
3
desa dengan PIS-PK. Selain itu rumah. Namun, masih belum bisa
jejaring koordinasi internal antara tim dikatakan sebagai penemuan kasus
pelaksana dengan pemegang karena temuan masih umum dimana
program P2TB belum optimal item pertanyaan untuk penjaringan
dikarenakan belum adanya sebuah kasus pada PIS-PK banyak dan
forum pertemuan rutin sehingga belum spesifik, serta tidak ada form
tidak semua data terlaporkan. skrining TBC yang dilampirkan.
Pencapaian target dan sasaran Dalam melakukan skrining, upaya
organisasi ditentukan oleh mendeteksi ada tidaknya suatu
kemampuan kerja dari seluruh penyakit pada orang yang tampak
komponen yang terlibat di dalam sehat sangat bergantung pada
organisasi terutama SDM yang sensitivitas dan spesivisitas alat
menjadi fokus utama tercapainya skrining yang digunakan.16
target dan sasaran. Dapat diketahui Selain itu, berdasarkan petunjuk
bahwa dalam pelaksanaan PIS-PK teknis penemuan aktif TBC integrasi
khususnya pada indikator TB Paru, PIS-PK, bila ada orang yang
belum terdapat pembagian tugas memiliki gejala yang dinyatakan
yang jelas dan kurangnya koordinasi suspek, pendata memberikan
antara tim dengan pemegang formulir rujukan kepada keluarga.
program P2TB. Menurut Pohan, Namun dalam pelaksanaannya
interaksi antar petugas pada aspek selama ini belum demikian. Keluarga
hubungan manusia menjadi salah yang didata sebagai suspek hanya
satu parameter penting dalam disarankan untuk melakukan
penilaian mutu. Hal ini dikuatkan pemeriksaan lanjut ke Puskesmas
oleh penelitian Muhofi bahwa tanpa pemberian formulir rujukan.
dimensi hubungan antarmanusia Pemanfaatan data di Puskesmas
yang kurang baik dapat mengurangi Tayu II masih bersifat kuantitas
kadar dimensi efektivitas dan karna mengejar target pencapaian
dimensi kompetensi teknis dari selesainya pendataan.
layanan kesehatan yang Untuk memfasilitasi terduga
diselenggarakan.4,15 maupun pasien dalam mengakses
7. Pelaksanaan pelayanan disesuaikan dengan
Pelaksanaan program PIS-PK standar pelayanan minimal (SPM)
pada indikator TB Paru di dilakukan melalui program Gebrak

537
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

TBC yang diperoleh dari data akan mau melakukan kunjungan


penemuan ketuk pintu kader karena ulang.18,15
selama pelaksanaan PIS-PK ini tidak 8. Pengawasan
pernah dilaporkan hasil temuan Monitoring pendataan dilakukan
pasien dengan gejala TB dari oleh koordinator pelaksana melalui
pendataan PIS-PK. laporan bulanan terkait temuan
Berdasarkan hasil tersebut dapat masalah di lapangan antara pendata
diketahui bahwa adanya inefisiensi dengan koordinator PIS-PK beserta
layanan dimana tidak adanya tindak kepala Puskesmas. Namun terkait
lanjut setelah hasil pendataan PIS- perkembangan untuk keberjalanan
PK terkumpul. Pemegang program indikator TB Paru pada PIS-PK
P2TB memberikan tindak lanjut belum ada pengawasan khusus dan
hanya pada perolehan data ketuk penetapan target dari pemegang
pintu. Berdasarkan Pohan (2007) program P2TB. Selain itu, monev
pelayanan yang kurang baik karena dilakukan dengan tujuan untuk
norma yang tidak efektif atau melihat kedisiplinan dalam
pelayanan yang salah harus bagaimana dan sejauh apa tim
dikurangi dan dihilangkan. pelaksana bekerja. Hal ini sesuai
Intervensi lanjut yang dilakukan dengan penelitian Nartika (2015)
meliputi perujukan oleh kader untuk yang menyebutkan bahwa tanggung
menyetorkan dahak pasien ke jawab dan ketaatan terhadap aturan
puskesmas, penegakan diagnosis kantor menjadi salah satu indikator
melalui TCM yang dilakukan di RSU disipin kerja yang memiliki pengaruh
Soewondo, pemantauan kemajuan terhadap kualitas pelayanan.
pengobatan melalui kartu register TB Semakin baik disiplin kerja maka
oleh pemegang program P2TB, kualitas pelayanan akan baik pula,
serta pengobatan dengan OAT begitu pun sebaliknya.19
melalui pemeriksaan lanjut untuk 9. Lingkungan
penentuan obat sesuai kategori yang Pada penelitian kali ini
diberikan melalui pelayanan luar lingkungan merupakan segala
gedung berupa kunjungan keluarga sesuatu yang mempunyai pengaruh
dan penyuluhan untuk intervensi terhadap pelaksanaan program.
awal, serta pelayanan dalam gedung Hasil yang diperoleh yakni
berupa intervensi lanjut untuk kesediaan masyarakat untuk
pemeriksaan dan pengobatan.17 dilakukan pendataan, namun
Pemberian informasi untuk terdapat respon yang kurang
pencegahan dan pengendalian kooperatif saat diminta untuk
infeksi pada keluarga sudah mengembalikan pot sputum dan
dilakukan sesuai dengan pedoman melakukan pemeriksaan dahak.
bahwa Paket Informasi Keluarga Namun hal tersebut tidak menjadi
(Pinkesga) diberikan kepada kendala karena dapat diupayakan
keluarga sesuai masalah kesehatan melalui keterlibatan tenaga
yang dihadapinya. Hal ini sejalan masyarakat sebagai mitra melalui
dengan hasil penelitian Muhofi pengurus organisasi
(2013) bahwa petugas mampu kemasyarakatan ataupun kader-
memberikan informasi yang jelas. kader kesehatan.3
Penyuluhan kesehatan yang baik Selain itu, puskesmas Tayu II
bersumber dari komunikasi yang belum memanfaatkan jaringan
baik. Ketika pasien yang pelayanan salah satunya
diberlakukan kurang baik cenderung Puskesmas Keliling sebagai sarana
akan mengabaikan nasihat dan tidak untuk memfasilitasi masyarakat
dalam memudahkan akses untuk

538
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

penyetoran dahak. Sementara jaringan pelayanan pada lintas


Puskesmas dapat memberikan program puskesmas.
instruksi langsung dan berkoordinasi SARAN
dengan jejaringnya untuk dapat 1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten
melaksanakan pembangunan Pati
kesehatan di wilayah kerjanya dalam a. Memberikan pelatihan terkait
mencapai tujuan menuju Indonesia teknis program dan
Sehat.3 Selanjutnya, bentuk penghitungan pembiayaan serta
dukungan DKK berupa bimbingan membuat standard perencanaan
teknis dan memfasilitasi Puskesmas yang mengintegrasikan kegiatan
untuk pemeriksaan dahak TCM di pendataan s.d intervensi lanjut
RS. Menurut penelitian oleh untuk memudahkan puskesmas
Laelasari dkk, dalam PIS-PK dalam membuat prosedur kerja
implementasi kebijakan melibatkan dalam pelayanan TB pada PIS-
peran serta dinas kesehatan, PK
puskesmas, dan lintas sektor terkait b. Menetapkan target penemuan
yang saling bersinergi. Dukungan PIS-PK yang disinkronkan
dari perangkat desa atau kelurahan dengan target program dalam
juga sangat diperlukan untuk pencapaian SPM
memudahkan akses ke c. Mengoptimalkan supervisi diluar
masyarakat.20 jadwal bintek untuk mengawal
perkembangan pelaksanaan
KESIMPULAN pelayanan TB pada PIS-PK
1. Pada aspek Input, SDM belum d. Memotivasi puskesmas untuk
berpengalaman dalam penemuan melibatkan kader dan bidan
dan penatalaksanaan TB, desa dalam membantu
ketersediaan dana belum mencukupi mengawal pemberian layanan
untuk kunjungan ulang dan verifikasi pada pelaksanaan PIS-PK
hasil pendataan, belum adanya 2. Bagi Puskesmas
prosedur kerja sebagai acuan a. Menyusun, menyempurnakan,
pelaksanaan pelayanan TB pada dan menetapkan SOP internal
PIS-PK dan belum adanya formulir sesuai dengan petunjuk teknis
skrining dan rujukan yang penemuan aktif TBC integrasi
dilampirkan pada formulir pendataan PIS-PK, pedoman pelaksanaan
KS. PIS-PK, dan petunjuk teknis tata
2. Pada aspek Proses, belum ada cara pemenuhan SPM bidang
dokumen perencanaan yang Kesehatan
mencakup kegiatan pendataan s.d b. Meningkatkan kualitas
intervensi, belum adanya forum pendataan dengan
koordinasi lintas program, kurangnya menyediakan form skrining dan
pemahaman DO antara PIS-PK rujukan yang dilampirkan pada
dengan program, serta belum formulir pendataan KS
dilakukannya validasi data. c. Melibatkan pemegang program
3. Pada aspek Lingkungan, seluruh P2TB melalui pengoptimalan
masyarakat mendukung adanya fungsi tim pembina desa untuk
pelaksanaan kegiatan PIS-PK, DKK turut andil dalam memberikan
mengupayakan terpenuhinya tenaga intervensi lanjut
pelaksana dan memberikan d. Mengoptimalkan koordinasi
bimbingan teknis selama jejaring internal puskesmas
pelaksanaan PIS-PK, namun belum untuk validasi dan sinkronisasi
ada koordinasi dalam pemanfaatan data capaian SPM dengan PIS-
PK secara berkala

539
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

e. Mengefektifkan sumber daya Implementasi PIS-PK di Kab.


(biaya, tenaga, waktu) melalui Lampung Selatan. Manado.
pengintegrasian program 8. Ristiani, I.Y. (2017).
Gebrak TBC dengan PIS-PK Pengaruh Sarana Prasarana
f. Menginstruksikan puskesmas dan Kualitas Pelayanan
keliling untuk memfasilitasi terhadap Kepuasan Pasien.
masyarakat dalam pemeriksaan Coopetition. Vol VIII, Nomor
dan penyetoran dahak. 2. November, November
2017: 155-156.
DAFTAR PUSTAKA 9. Kementerian Kesehatan
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018).
Republik Indonesia. (2017). Juknis Penemuan Aktif TBC
Pedoman Umum Program Integrasi Program Indonesia
Indonesia Sehat dengan Sehat Melalui Pendekatan
Pendekatan Keluarga. (Edisi Keluarga (PISPK). Jakarta
2). Jakarta 10. Kementerian Kesehatan
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016).
Republik Indonesia. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2016 Tentang
39 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Program Indonesia Sehat bidang Kesehatan. Jakarta
dengan Pendekatan 11. Subagyo Widyo.
Keluarga. Jakarta Mukhadiono. (2011).
3. Kementerian Kesehatan Pengaruh Prosedur dan
Republik Indonesia. (2016). Fasilitas Pelayanan
Petunjuk Teknis Penguatan Terhadap Kualitas Pelayanan
Manajemen Puskesmas Peserta Program
Dengan Pendekatan Jamkesmas di Puskemas I
Keluarga. Jakarta Cilongok. Jurnal
4. Pohan, Imbalo S. (2004). Keperawatan Soedirman..
Jaminan Mutu Layanan Volume 6, No.1, Maret 2011.
Kesehatan: Dasar-dasar Prodi Keperawatan
Pengertian dan Penerapan. Purwokerto. Poltekkes
Jakarta: Penerbit Buku Semarang.
Kedokteran EGC 12. Kementerian Kesehatan
5. Wahyuni, CU Dan Artanti, Republik Indonesia. (2016).
KD. (2013). Jurnal Peraturan Menteri Kesehatan
Kesehatan Masyarakat Republik Indonesia Nomor
Nasional. Kesehatan 44 Tahun 2016 Tentang
Masyarakat. Vol. 8, No. 2, Pedoman Manajemen
September 2013. Puskesmas. Jakarta
6. Kementerian Kesehatan 13. Uum Suminar. (2007).
Republik Indonesia. (2019). Hubungan Kemampuan
Peraturan Menteri Kesehatan Manajerial, Motivasi Kerja,
Republik Indonesia Nomor 4 dan Persepsi Pengelola
Tahun 2019 Tentang Standar terhadap Program
Teknis Pemenuhan Mutu Pemberdayaan dengan Mutu
Pelayanan Dasar pada SPM Pelayanan PKBM di
bidang Kesehatan. Jakarta Kabupaten Garut. Jurnal
7. IAKMI. (2018). Hasil Ilmiah VISI PTK-PNF. Vol 2,
Sementara Riset No.1

540
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

14. Hasibuan, Malayu SP.


(2001). Manajemen SDM.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
15. Muhofi, A. (2013). Studi
Kualitas Pelayanan
Kesehatan Pasien
Jamkesmas Pada Unit Rawat
Jalan Di Puskesmas
Tanrutedong Kabupaten
Sidenreng Rappang Tahun
2013. Skripsi. Kesahatan
Masyarakat. Makassar:
Universitas Hasanuddin
16. Budiarto. Anggraeni D.
(2003). Pengantar
Epidemiologi (Edisi 2).
Jakarta: EGC.
17. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. (2016).
Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor
43 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Minimal
bidang Kesehatan. Jakarta
18. Imbalo, P. (2007). Jaminan
Mutu Layanan Kesehatan.
Dasar-Dasar Pengertian Dan
Penerapan Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
19. Febriarti, N.P. (2015).
Pengaruh Disiplin Kerja,
Kompetensi Pegawai dan
Fasilitas Kantor terhadap
Kualitas Pelayanan sub
bagian Tata Pemerintahan
pada Pembuatan Kartu
Keluarga (KK) di Kantor
Kecamatan Mirit Kabupaten
Kebumen. Skripsi.
Pendidikan Ekonomi.
Semarang: Universitas
Negeri Semarang.
20. Laelasari E., Anwar A.,
Soerachman R. (2017).
Jurnal Ekologi Kesehatan.
Indonesia.

541

You might also like